NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA NILAI HIDUP DENGAN AGRESIVITAS REMAJA
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(M. Bachtiar, Drs., MM)
1
2
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN PELAKSANAAN K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) KARYAWAN DI LAPANGAN KERJA
M. Ajie Setiawan M. Bachtiar
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan di bagian lapangan. Dugaan awal yang diajukan adalah semakin positif persepsi karyawan terhadap karakteristik pekerjaannya maka semakin baik dalam melaksanakan K3 di lapangan kerja. Subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah karyawan PT. INCO departemen Process Plant maintenence dan beberapa departemen yang men-support departemen prrocess Plant. Adapun alat ukur atau skala yang digunakan adalah skala persepsi terhadap karakterisitik pekerjaan berdasarkan aspek persepsi yaitu berpikir kritis oleh Robbins (1995), kemampuan memformulasikan gagasan baru oleh Greeenberg dan Baron (1997), kemampuan memecahkan masalah oleh Greenberg dan Baron (1997), kemampuan melakukan pendekatan sosial oleh Vecchio (1995) juga dimensi-dimensi karakteristik kerja pada seseorang yang disusun oleh Hackman dan Oldham dalam Job Diagnostic Survey, yaitu skill variety (variasi ketrampilan), task significance (kepentingan tugas), task identity (kejelasan tugas), autonomy (otonomi) dan job feedback (balikan dari pekerjaan itu sendiri). Untuk skala pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam skala ini disusun berdasarkan uraian mengenai keselamatan (safety), kecelakaan kerja. Faktor-faktor tersebut adalah: upaya untuk mengendalikan kerugian (manusia, cedera, kerusakan harta benda, atau kehilangan suatu proses, Legal Aspect of PT. INCO), tanggung jawab (bagi setiap pekerja untuk bekerja dan bertindak secara aman dalam semua pekerjaan yang dilakukan) (Legal Aspect of PT. INCO). Mengetahui keadaan kerja (yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin atau peralatan-peralatan, lingkungan, proses, dan sifat pekerjaan) (Koeshartono dan Shellyana (2005)). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunaklan fasilitas program SPSS versi 12,0 untuk menguji bagaimana persepsi karyawan terhadap karakteristik pekerjaan dihubungkan dengan pelaksanakan K3 di lapangan kerja. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa karyawan mempunyai persepsi terhadap karakteristik pekerjaan berada pada tingkat Tinggi yaitu 83,1%, Sangat Tinggi 2,82%, dan Sedang 14,08 %. Sedangkan untuk kategori Rendah dan Sangat Rendah tidak ditemukan.unuyk pelaksanaan K3 berada pada tingkat Tinggi yaitu 32,4%, Sangat Tinggi 66,2%, Sedang 1,4 %. Sedangkan untuk kategori Rendah dan Sangat Rendah tidak ditemukan. Dengan demikian hipotesis penelitian yang berbunyi semakin positif persepsi karyawan terhadap karakteristik pekerjaannya maka semakin baik dalam melaksanakan K3 di lapangan kerja dapat diterima. Kata kunci: Persepsi Terhadap Karakteristik Pekerjaan, dan Pelaksanaan K3
3
A. Pengantar
Lembaga kerja sebagai suatu sistem merupakan kombinasi dari berbagai sumber daya, baik sumber daya alam, sumber daya ekonomi, sumber daya manusia dan teknologi. Keterikatan dari berbagai faktor tersebut sangat erat dan kompleks, sehingga dalam pelaksanaan kerja sering timbul berbagai permasalahan kerja, diantaranya menyangkut penciptaan kinerja yang bebas dari resiko kecelakaan kerja. Effendy (Sutanto dkk, 1999) mengungkapkan bahwa dunia usaha khususnya industrialisasi, keberhasilannya sangat ditentukan oleh kemulusan pelaksanaan manajemennya, sehingga dalam dunia usaha sering didengar istilah The 6 M’s Management yang terdiri atas method, manpower, material, money, market dan machinery. Dari keenam faktor tersebut yang menjadi penggerak utama dalam keberhasilan dunia usaha adalah karyawan (manpower). Wignjosoebroto (Sutanto dkk, 1999) mengungkapkan bahwa teknologi produksi yang meningkat cepat sekarang tampak terjadi pengembangannya, yang secara konkret membawa perubahan dalam rancangan kerja yang bersifat manual menjadi mekanis atau otomatis penuh. Namun peran manusia masih saja merupakan komponen kerja yang lebih diandalkan untuk melaksanakan, mengendalikan dan memonitor proses produksi. Kesadaran akan arti penting faktor penting manusia di dalam sistem kerja mulai muncul ketika banyak dijumpai penurunan kecepatan dan ketepatan kerja, penurunan hasil produksi, timbulnya penyakit akibat kerja, dan timbulnya kelelahan kerja. Sumbangan
4
efektif dari persepsi terhadap karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan K3 sebesar 16,4 %. Hal itu berarti bahwa sisanya sebesar 83,6% adalah kontribusi dari faktor lain. Faktor lain yang memberikan sumbangan bagi persepsi terhadap karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan K3 sebesar 83,6% bisa berasal dari dalam maupun dari luar subjek itu sendiri antara lain: keluarga, lingkungan, umur, dan faktor-faktor lain yang tidak dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. PT. INCO merupakan perusahaan pertambangan yang memiliki komitmen tinggi
terhadap
keselamatan
kerja
karyawan
(Dialog,
Mei-Juni
2006).
Berdasarkan komitmen di atas, karyawan harus mendapatkan perlindungan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan perusahaan tidak mau ada karyawan yang cedera, berangkat sehat pulang juga sehat bertemu keluarga. Maka, PT. INCO memberikan alat peralatan keselamatan dan kesehatan kerja untuk digunakan setiap karyawan termasuk kontraktor tanpa kecuali serta sosialisasi yang terus menerus tetap dilakukan. Pada hakekatnya PT. INCO dari tingkat atas hingga paling bawah memiliki komitmen tentang K3 dan oleh karenanya dibuatlah aturan dan prosedur standar yang didalamnya mengikuti aturan perundang undangan yang ditetapkan pemerintah hal ini Depnaker dan Depertemen Pertambangan RI. Bukan hanya akan memenuhi standar yang ditetapkan oleh Undang-undang Pemerintah Indonesia, INCO limited dan kebijakan PT. INCO, namun bila memungkinkan akan melampauinya (Dryer Main Drive Pinion Bearings Lubrication, 2006).
5
Dalam pelaksanaan di lapangan masih ada karyawan yang melakukan pelanggaran seperti tidak menggunakan alat safety gougle (Dryer Main Drive Pinion Bearings Lubrication, 2006). Karyawan dalam menjalankan tugas beresiko untuk terjadinya kecelakaan disebabkan karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kurangnya disiplin kerja karyawan
dalam mentaati peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh perusahaan. Antara lain: persepsi terhadap karakteristik pekerjaan yang rendah, terlalu percaya diri untuk tidak menggunakan alat perlindungan diri, persepsi jika menggunakan alat perlindungan diri dapat mengganggu gerak pada saat bekerja, dan lain-lain. Padahal peraturan tersebut merupakan upaya dari pihak perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan karena pekerjaan (General Induction Program, 2006). Pencegahan terhadap kemungkinan kecelakaan yang terjadi dan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keahlian karyawan agar berkualitas maka pihak perusahaan mengadakan pelatihan-pelatihan khusus bagi karyawan, menempelkan tanda-tanda pengoperasian alat kerja/ mesin dengan cara yang benar, memberlakukan peraturan yang ditujukan pada karyawan dalam bekerja. Maka karyawan harus mengenakan perlengkapan perlindungan diri. Misalnya seperti baju kerja standard (long shirt dan celana panjang) dan khusus dipabrik harus pakai baju bahan yang tahan api (fire retardant), safety boot, kaca mata safety dan helmet, sarung tangan khusus las, sarung sepatu dan safety gougle. Program lingkungan dan K3 PT. INCO diarahkan pada kesejahteraan seluruh karyawan serta perlindungan terhadap lingkungan. Program ini memberi
6
landasan bagi upaya pencapaian sasaran, yaitu peniadaan segala jenis kecelakaan dan insiden yang dapat mempengaruhi kesehatan seluruh karyawan. K3 yang termasuk dalam suatu wadah higene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang terlupakan oleh para pengusaha. Sebab, K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses industrialisasi, terutama dalam mewujudkan kesejahteraan para buruh. Karyawan merupakan aset besar dan berharga bagi perusahaan. Tinggi rendahnya kinerja karyawan secara langsung berdampak terhadap produktivitas perusahaan. Bisa dikatakan karyawan dan perusahaan merupakan dua aktor yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Satu pihak perusahaan membutuhkan kinerja tinggi karyawan guna mencapai goal perusahaan. Dipihak lain karyawan jelas membutuhkan perusahaan sebagai salah satu tempat mengantungkan hidupnya. Tujuan perusahaan tercapai maka hasilnya juga akan dirasakan oleh karyawan (Dialog, Mei-Juni 2006). Kenyataannya kebanyakan orang/ karyawan mempunyai masalah tentang motivasi pada saat mereka bekerja (Hackman dan Oldham, 1980). Tergantung dari tipe pekerjaan yang mereka miliki. Apakah mereka memiliki tanggung jawab yang kecil terhadap pekerjaan yang mereka hasilkan atau tergantung dari seberapa baik pekerjaan yang telah mereka lakukan. Hal ini berkaitan dengan internal work motivation (motivasi dari diri masingmasing individu). Hackman dan Oldham (1980), mengungkapkan lima dimensi karakteristik kerja. Dari lima dimensi karakteristik pekerjaan tersebut akan menggambarkan kontribusi tentang bagaimana sebuah pekerjaan memberikan makna terhadap
7
pekerja itu sendiri. Kontribusi yang pertama tentang tanggung jawab dari pekerjaannya. Kontribusi yang kedua tentang pengetahuan yang di dapat dari hasil/ outcome dari pekerjaannya. Lima dimensi tersebut antara lain: 1.
Skill variety
2.
Task Identity
3.
Task Significance
4.
Autonomy
5.
Feedback from Job Pekerjaan yang dirancang dengan baik akan memotivasi secara internal
karyawannya, demikian diungkapkan oleh Hackman dan Oldham (Kreitner dan Kinicki, 2001). Penulis membuat asumsi berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, bahwa sikap positif terhadap karakteristik kerja dapat memberi dampak yang baik terhadap pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di lapangan. Maka dapat ditarik permasalahan “apakah persepsi karyawan terhadap karakteristik pekerjaan berhubungan dengan pelaksanaan program K3?”. Maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan persepsi terhadap karakteristik pekerjaan karyawan dengan pelaksanaan K3 di lapangan kerja.
8
B. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Safety adalah semua upaya yang kita terapkan terus-menerus untuk mengendalikan kerugian, sedangkan kecelakan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan berakibat penderitaan bagi manusia, cedera, kerusakan harta benda, atau kehilangan suatu proses (Legal Aspect of PTI Safety). Kesehatan dan Keselamatan Kerja
adalah ilmu yang mempunyai
pendekatan yang berbeda, satu mengacu kepada safety engineering sedangkan yang lainnya kepada occupational health atau medicine keduanya merupakan mata uang dengan sisi tak terpisahkan. Menurut Djojodibroto (1999), kesehatan adalah keadaaan sejahtera atas badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. WHO (World Health Organization) mengungkapkan bahwa, kesehatan berarti keadaan fisik, mental dan sosial seseorang atau dikenal dengan istilah biopsychosocial dalam kondisi baik. Perhatian terhadap kesehatan pekerja pada awalnya lebih menekankan pada masalah keselamatan pekerja yaitu perlindungan pekerja dari kerugian atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan kerja. Suma’mur (1967) mengungkapkan
kesehatan kerja adalah spesialisasi
dalam ilmu Kesehatan/ Kedokteran besrta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya , baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
9
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan kerja secara umum (Legal Aspect of PT. INCO) : a. Adalah setiap upaya wajar yang harus diambil atau dilakukan guna memastikan bahwa keselamatan para karyawan telah benar-benar aman dalam semua situasi. b. Adalah merupakan kewajiban perusahaan untuk memastikan bahwa setiap langkah tindakan kewaspadaan dini wajar yang harus dilakukan guna mencegah terjadinya kecelakaan. c. Adalah merupakan tanggung jawab bagi setiap pekerja untuk bekerja dan bertindak secara aman dalam semua pekerjaan yang dilakukan. Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai
ilmu
pengetahuan
dan
penerapannya
dalam
usaha
mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja (Koeshartono dan Shellyana, 2005). Faktor pelaksanaan K3 dapat diungkap dengan menggunakan berdasarkan uraian mengenai keselamatan (safety), kecelakaan kerja. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Upaya untuk mengendalikan kerugian (manusia, cedera, kerusakan harta benda, atau kehilangan suatu proses) (Legal Aspect of PT. INCO). 2. Tanggung jawab (bagi setiap pekerja untuk bekerja dan bertindak secara aman dalam semua pekerjaan yang dilakukan) (Legal Aspect of PT. INCO).
10
3. Mengetahui keadaan kerja (yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin atau peralatan-peralatan, lingkungan, proses, dan sifat pekerjaan) (Koeshartono dan Shellyana 2005). Berdasarkan uraian diatas pengertian pelaksanaan K3 adalah, bagaimana mengenakan, memanfaatkan, menerapkan penggunaan alat keselamatan secara benar di lapangan kerja termasuk memperhatikan instruksi dari atasan pada saat bekerja, dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
2. Pengertian Persepsi Persepsi ialah kemampuan memberi makna terhadap keberadaan dan manfaat melalui perhatian yang serius atau atensi dan harapan atau ekspetasi. Persepsi adalah suatu proses pengenalan individu pada informasi, memperhatikan dan memahami informasi (Rivai, 2001). Persepsi adalah kesan atau pandangan seseorang terhadap objek tertentu (Robbins,1995). Pendapat lain, persepsi adalah suatu proses dengan mana kita memilih,mengorganisir dan menginterpretasi informasi dikumpulkan oleh pengertian kita dengan maksud untuk memahami dunia sekitar kita (Greenberg dan Baron,1997). Persepsi adalah suatu proses mengenal dan memahami orang lain (Vecchio,1995). Woolfok (1993), dalam educational psychology memberikan pendapat persepsi sebagai interpretasi dari informasi pancaindera, suatu arti yang dikuatkan pada informasi yang diterima melalui pancaindera.
11
Aspek-aspek yang dapat ditampilkan adalah : 1. Berpikir kritis, dari definisi yang diungkapkan oleh Robbins (1995) 2. Kemampuan memformulasikan gagasan baru, dari definisi yang diungkapkan oleh Greeenberg dan Baron (1997). 3. Kemampuan memecahkan masalah , juga dari definisi yang diungkapkan oleh Greenberg dan Baron (1997). 4. Kemampuan melakukan pendekatan sosial, dari definisi yang diungkapkan oleh Vecchio (1995).
3. Pengertian Karakteristik Pekerjaan Model karakteristik Pekerjaan dikemukakan oleh Hackman & Oldham. Akar teori ini berasal dari Arthur Tunnel dan Paul Lawarance (1965).
Penulis
selanjutnya (Hackman dan Oldham) kemudian mengembangkan dan merevisi teori ini. Pandangan ini mempunyai anggapan bahwa pekerjaan yang dirancang dengan baik akan memenuhi kebutuhan psikologis karyawannya (Sutanto dkk, 1999). Mereka mengatakan bahwa variasi ketrampilan, kepentingan tugas, kejelasan tugas akan berperan penting pada keberartian kerja, otonomi akan memberikan sumbangan pada rasa tanggung jawab terhadap hasil kerja, dan umpan balik dari pekerjaan itu sendiri akan berperan penting dalam memberikan pengetahuan tentang hasil nyata dari kerja. Hackman dan Oldham merupakan dua orang ilmuwan yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan pendekatan karakteristik kerja. Model karakteristik pekerjaan dikemukakan oleh mereka. Sampai saat sekarang ini, teori
12
tentang karakteristik kerja merupakan teori original dari Hackman dan Oldham. Belum ada ilmuwan yang pernah membuat definisi lain tentang karakteristik kerja. Kecuali membuat kajian baik berupa tulisan ilmiah ataupun jurnal mengenai karakteristik kerja yang akhirnya kembali mengacu kepada pendapat Hackman dan OldhamHackman dan Oldham mengemukakan lima dimensi kerja inti yang sangat penting untuk menentukan perilaku karyawan. Ke lima dimensi terebut adalah skill variety, task significance, task identity, autonomy, dan job feedback. 1.
Skill variety (variasi ketrampilan) adalah sejauh mana suatu pekerjaan menuntut karyawannya untuk menggunakan berbagai macam kemampuan dan keahlian untuk mendukung pekerjaan.
2.
Task significance (kepentingan tugas) adalah sejauh mana suatu pekerjaan mempunyai arti penting bagi karyawannya.
3.
Task identity (kejelasan tugas) adalah apakah suatu pekerjan menghendaki karyawannya untuk melakukan keseluruhan pekerjaan atau sebagian dari pekerjaan.
4.
Autonomy (otonomi) adalah sejauh mana suatu pekerjaan memberikan kebebasan bagi karyawannya untuk merencanakan dan menentukan jadwal kerja atau menentukan prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.
5.
Job feedback (balikan dari pekerjaan itu sendiri) adalah sejauh mana suatu pekerjaan memberikan informasi kepada karyawan mengenai hasil kerja dan keefektifan pekerjaannya.
13
4 Persepsi Terhadap Karakterisitik Pekerjaan Dengan Pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Lapangan Kerja Teori karakteristik kerja berkaitan dengan aspek bahwa pekerjaan dapat menciptakan pengalaman positif (motivasi internal). Teori ini juga lebih fokus dengan pekerjaan yang dilakukan secara independent oleh individu dan pekerjaan tersebut dikerjakan lebih dari satu orang. Hackman dan Oldham (1980), motivasi internal dapat diciptakan dengan tiga kondisi: pertama karyawan harus mempunyai pengetahuan tentang hasil dari pekerjaannya. Jika hal tersebut tidak dimiliki pekerja tidak mengetahui seberapa baik pekerjaan yang telah mereka lakukan, maka pekerja tersebut tidak mempunyai keadaan psikologis yang baik apakah telah bekerja dengan baik atau belum. Yang kedua pekerja harus mengalami tanggung jawab atas hasil pekerjaannya. Memastikan bahwa setiap pekerja bertanggung jawab atas hasil dari pekerjaannya sendiri. Dan yang terakhir pekerja harus mengetahui keberartian nilai dari pekerjaannya. Tiga hal yang telah disebutkan diberi judul “critical psychology states”, yang jika ketiganya terpenuhi akan menghasilkan (outcomes) motivasi internal yang tinggi. Pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya , baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Koeshartono dan Shellyana, 2005).
14
Koeshartono dan Shellyana (2005), faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja salah satunya adalah disebabkan karena faktor manusianya. Seorang pekerja yang kurang terampil atau kurang pengetahuan dalam melakukan pekerjaan memungkinkan pekerja tersebut melakukan suatu kesalahan. Faktor lain yaitu disebabkan karena perbuatan bahaya, misalnya karena metode yang salah, keletihan atau kelesuan, dan sikap kerja yang tidak sempurna. Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian diatas bahwa semakin baik karyawan dalam menerima, menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi sesuatu, berkaitan dengan persepsi terhadap pekerjaan mereka sendiri, maka mereka dengan sendiriny akan lebih perduli terhadap keselamatan kerja di lapangan kerja. Maka diharapkan dengan adanya motivasi dari diri individu (motivasi internal) akan berdampak pada; pekerja akan terus mengembangkan kemampuannnya (karena adanya pengalaman positif dalam bekerja) dan menghasilkan meningkatnya produktivitas (good performance).
C. Hipotesis Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Ada hubungan positif antara karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan K3, dimana semakin baik persepsi terhadap karakteristik pekerjaan pada karyawan, maka semakin baik dalam melaksanakan K3 di lapangan kerja.
15
D. Metode Penelitian 1. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Tergantung : Pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Variabel Bebas
: Persepsi Terhadap Karakterisitik Pekerjaan
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Pelaksanaan K3 adalah, bagaimana mengenakan, memanfaatkan, menerapkan penggunaan alat keselamatan secara benar di lapangan kerja termasuk memperhatikan instruksi dari atasan pada saat bekerja, dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Pelaksanaan K3), Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu upaya pencegahan maupun pengurangan resiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat kerja. Antara lain meliputi alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, prosedur operasional kerja, dan penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, serta lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diukur berdasarkan Legal Aspect of PT.INCO, yaitu: upaya untuk mengendalikan kerugian (manusia, cedera, kerusakan harta benda, atau kehilangan suatu proses), tanggung jawab (bagi setiap pekerja untuk bekerja dan bertindak secara aman dalam semua pekerjaan yang dilakukan). Juga berdasarkan pendapat Koeshartono dan Shellyana (2005), tentang K3 yaitu: upaya untuk menambah pengetahuan tentang K3 (Seorang pekerja yang kurang terampil atau kurang pengetahuan dalam melakukan pekerjaan memungkinkan pekerja tersebut melakukan suatu kesalahan), mengetahui keadaan kerja (yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin atau peralatan-peralatan, lingkungan, proses, dan sifat pekerjaan).
16
b. Pengertian persepsi terhadap karakteristik pekerjaan adalah; bagaimana individu menginterpretasi secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik tentang skill variety, task significance, task identity, autonomy dan jobfeedback-nya. Karakteristik Pekerjaan, Hackman dan Oldham mengungkapkan bahwa variasi ketrampilan, kepentingan tugas, kejelasan tugas akan berperan penting pada keberartian kerja, otonomi akan memberikan sumbangan pada rasa tanggung jawab terhadap hasil kerja, dan umpan balik dari pekerjaan itu sendiri akan berperan penting dalam memberikan pengetahuan tentang hasil nyata dari kerja. Persepsi terhadap karakteristik pekerjaan akan diungkap dengan menggunakan skala Job Diagnostic Survey dari Hackman dan Oldham. Dari karakteristik kerja terdapat lima aspek dari Hackman & Oldham (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, 2001) yaitu skill variety (variasi ketrampilan), task significance (kepentingan tugas), task identity (kejelasan tugas), autonomy (otonomi) dan job feedback (balikan dari pekerjaan itu sendiri) dan aspek yang dapat ditampilkan dari persepsi yaitu berpikir kritis dan analitis, kemampuan memformulasikan gagasan baru, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan melakukan pendekatan sosial. 3. Subjek Penelitian Subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah karyawan PT. INCO departemen PPE (Process Plant Engineering) dan beberapa departemen yang men-support departemen PPE. Pengambilan data akhir berjumlah 71 orang.
17
Adapun persyaratan untuk menjadi subjek penelitian: 1. Bekerja di bawah pengawasan supervisor. 2. Bekerja pada bagian lapangan. 3. Mengoperasikan alat berat, meng-install alat pabrik, operator alat, mengawasi, atau melaksanakan tugas berdasarkan instruksi supervisor 4. Umur dan lama bekerja tidak ditentukan. 4. Metode Analisis Data Menggunakan statistic parametric: korelasional Product Momen Pearson. Try out dan pengambilan data akhir menggunakan program komputer statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 12.
E. Hasil Penelitian 1. Deskriptif Statistik Berdasarkan diskriptif statistik data penelitian pada skala persepsi terhadap karakteristik pekerjaan dapat dilihat dalam tabel 4. Tabel 4 Deskriptif Data Penelitian Hipotetik Min Mak µ s Min Skala 1 45 180 112,5 22,5 118.00 Skala 2 21 84 52,5 10,5 57.00 Catatan: µ = Rerata; s = Standar deviasi Variabel
Empirik Mak µ s 172.00 135.8310 9.83577 84.00 73.4648 5.45850
Deskripsi data penelitian digunakan untuk membuat kategorisasi pada variabel, yaitu: kategori rendah, sedang, dan tinggi. Kategori dibuat berdasarkan tiga kategori.
18
Tabel 5 Kriteria Kategori Skala Kategori Nilai Sangat Tinggi X > (µ + 1,8s ) Tinggi (µ + 0,6s ) < X = (µ + 1,8s ) Sedang (µ - 0,6s ) < X = (µ + 0,6s ) Rendah (µ - 1,8s ) = X = (µ - 0,6s ) Sangat Rendah X < (µ - 1,8s ) Catatan: µ = rerata ; s = setiap satuan standar deviasi Tabel 6 Deskripsi Kategori Subyek Penelitian (variabel Persepsi terhadap Karakteristik Pekerjaan) Kategori Norma n Presentase Sangat Tinggi X > 153 2 2,82 % Tinggi 126 < X = 153 59 83,1 % Sedang 99 < X = 126 10 14,08 % Rendah 72 = X = 99 Sangat Rendah X < 72 -
Sebaran hipotetik pada skor skala persepsi terhadap karakteristik pekerjaan diketahui nilai terendah 45, nilai tertinggi adalah 180. Luas jarak sebarannya adalah 180 – 45 = 135, sehingga setiap satuan deviasi standarnya bernilai 1 s = 135: 6 = 22,5 dan mean teoritisnya adalah µ = 45 + 180:2 = 112,5. Hasil pengolahan yang ditunjukan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan jumlah subyek yaitu 71 orang, rata-rata berada pada tingkat Tinggi yaitu 83,1%, Sangat Tinggi 2,82%, dan Sedang 14,08 %. Sedangkan untuk kategori Rendah dan Sangat Rendah tidak ditemukan. Tabel 7 Deskripsi Kategori Subyek Penelitian (variabel Pelaksanaan K3) Kategori Norma n Sangat Tinggi X > 71,4 47 Tinggi 58,8 < X = 71,4 23 Sedang 46,2 < X = 58,8 1 Rendah 33,6 = X = 46,2 Sangat Rendah X < 33,6 -
Presentase 66,2 % 32,4 % 1,4 % -
19
Sebaran hipotetik pada skor skala pelaksanaan K3 diketahui nilai terendah 21, nilai tertinggi adalah 84. Luas jarak sebarannya adalah 84 – 21 = 63, sehingga setiap satuan deviasi standarnya bernilai 1 s = 63: 6 = 10,5 dan mean teoritisnya adalah µ = 21 + 84 : 2 = 52,5. Hasil pengolahan yang ditunjukan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan jumlah subyek yaitu 71 orang, rata-rata berada pada tingkat Tinggi yaitu 66,2%, Sangat Tinggi 32,4%, Sedang 1,4 %. Sedangkan untuk kategori Rendah dan Sangat Rendah tidak ditemukan.
2. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas terhadap 71 subjek penelitian dihitung dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov test. Kaidah statistik untuk uji normalitas adalah bila p>0.05. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel 8 Tabel 8 Hasil uji normalitas Variabel ? Persepsi terhadap Karakteristik Pekerjaan ? Pelaksanaan K3
Skor KS-Z 1.188
p 0.119
Kategori Normal
0.669
0.762
Normal
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Persepsi terhadap Karakteristik Pekerjaan mempunyai skor KS-Z = 1.188 dan p = 0.119 (p > 0.05) sehingga data normal. Nilai Pelaksanaan K3 mempunyai skor KS-Z = 0.669 dan p = 0.762 (p > 0.05) normal.
20
b. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui korelasi antara variabel Persepsi terhadap Karakteristik Pekerjaan dengan Pelaksanaan K3. Syarat dari uji linieritas ini adalah bila p < 0,01. Hasil uji linieritas korelasi masing-masing dimensi nilai hidup dapat dilihat dalam tabel 9 Tabel 9 Hasil uji linieritas Variabel Antara variabel Persepsi terhadap Karakteristik Pekerjaan terhadap Pelaksanaan K3
F 18.186
p 0.000
Kategori Linear
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel Persepsi terhadap Karakteristik Pekerjaan terhadap variabel Pelaksanaan K3 mempunyai nilai F = 18.186 dan p = 0.001 (p < 0.01) berarti data linier.
3. Uji Hipotesis Berdasarkan analisis teknik statistik dengan menggunakan SPSS versi 12, menggunakan statistic parametric: korelasional Product Momen Pearson, ditunjukkan dengan nilai r = 0.470 dengan p = 0.000 (p < 0.01). Ada hubungan positif antara karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan K3, dimana semakin baik persepsi terhadap karakteristik pekerjaan pada karyawan, maka semakin baik dalam melaksanakan K3 di lapangan kerja.
21
C. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data di dapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Persepsi terhadap Karakteristik Pekerjaan dengan Pelaksanaan K3. Dengan demikian dugaan bahwa terdapat korelasi di antara keduanya adalah dugaan yang benar, maka hipotesis diterima dan ditunjukkan dengan nilai r = 0.470 dengan p = 0.000 (p < 0.01). Ada hubungan antara variabel persepsi terhadap karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), semakin tinggi/ baik persepsi terhadap karakteristik pekerjaan maka semakin tinggi/ baik pelaksanaan K3 di lapangan kerja. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan data statistik menunjukkan bahwa karyawan bagian lapangan mempunyai persepsi terhadap karakteristik pekerjaan pada taraf yang sangat tinggi sebanyak 2,82%, tinggi sebanyak 83,1%, dan sedang sebanyak 14,08% (pada tabel 6). Untuk taraf rendah dan sangat rendah tidak ditemukan. Hal itu berarti bahwa persepsi para karyawan terhadap karakteristik pekerjaan yang tinggi. Berdasarkan data presentase di atas menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap karakteristk pekerjaan, karyawan mampu berpikir kritis, mempunyai kemampuan memformulasikan gagasan baru, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan melakukan pendekatan sosial. Khusus untuk karakteristik pekerjaan: variasi ketrampilan, kepentingan tugas, kejelasan tugas, otonomi dan balikan dari pekerjaan itu sendiri. Hackman dan Oldham (Sutanto dkk, 1999), mengatakan bahwa setiap dimensi kerja akan memberikan sumbangan bagi perkembangan keadaan psikologi kritis. Variasi ketrampilan, kepentingan tugas, dan kejelasan tugas akan
22
berperan penting pada keberartian kerja, otonomi akan memberikan sumbangan pada rasa tanggung jawab terhadap hasil kerja, dan umpan balik dari pekerjaan itu sendiri akan berperan penting dalam memberikan pengetahuan tentang hasil nyata dari kerja. Dalam memandang karakteristik pekerjaan, secara umum dari hasil presentase menunjukkan: setiap karyawan memandang secara positif dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Meskipun bagi sebagian orang melakukan pekerjaan yang berulang-ulang/ sama dapat dirasakan cukup menantang. Variabel pelaksanaan K3, berdasarkan presentase kategori sangat tinggi 66,2%, tinggi 32,4%, dan sedang 1,4% (pada tabel 7). Untuk taraf rendah dan sangat rendah tidak ditemukan. Hal ini berarti pelaksanaan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) karyawan di lapangan tinggi. Tingginnya upaya untuk mengendalikan kerugian, tanggung jawab (bagi setiap pekerja untuk bekerja dan bertindak secara aman dalam semua pekerjaan yang dilakukan. Mengetahui keadaan kerja (yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin atau peralatan-peralatan, lingkungan, proses, dan sifat pekerjaan). Sumbangan efektif
variabel persepsi terhadap karakteristik pekerjaan
dengan pelaksanaan K3 adalah 0,221 X 100 = 22,1%. Hal itu berarti bahwa variabel persepsi terhadap karakteristik pekerjaan berpengaruh terhadap pelaksanaan K3 sebesar 22,1%. Model karakteristik pekerjaan dikemukakan oleh Hackman dan Oldham Job Redesign, 1980). Pandangan ini mempunyai anggapan bahwa pekerjaan yang dirancang dengan baik akan memenuhi kebutuhan psikologis karyawannya. apakah persepsi karyawan terhadap karakteristik pekerjaanya positif atau justru negatif. Sehingga dalam melaksanakan K3 di
23
lapangan negatif (malas memakai alat safety, mengoperasikan alat yang tidak aman, atau tidak memperhatikan tanda bahaya, maupun rute evakuasi dan pemakaian fire retardant) padahal perusahaan sudah memberikan fasilitas keselamatan kerja sesuai standar kerja. Dari data penelitian di atas persepsi terhadap karakteristik pekerjaan karyawan ternyata tinggi. Pelaksanaan K3 juga ternyata menunjukkan tingginya pelaksanaan K3 di lapangan kerja. Dua variabel di atas jika dihubungkan ternyata adanya korelasi positif. Semakin baik memandang karakterisitk pekerjaannya sendiri, maka pelaksanaan K3 di lapangan juga semakin baik. 2.