NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA AWAL
Oleh: Aruni Khilya Qonita Djuwariyah
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2011
RELATIONSHIP BETWEEN THE FAMILY FUNCTIONING CONFIDENCE IN BEGINNING OF ADOLESCENT
Aruni Khilya Qonita Djuwariyah
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between family functioning in adolescents with selfconfidence early. The hypothesis proposed in this study is there a relationship between family functioning in adolescents with self-confidence early. The subject of this study were 83 high school students in Yogyakarta N 11 classes X and XI are aged between 14-18 years. Data collection methods used are scales: family functioning scale using the theory by Bern (2003) and scale by using the theory of self kepercayaaan Lauster (2008). Data analysis using Pearson Product Moment correlation technique shows that there is a relationship between family functioning in adolescents with self-confidence early. Hypothesis testing between family functioning and selfconfidence showed a positive correlation (r = 0.627, p = 0.000, p <0.01). It is informed that the researchers propose hypotheses accepted.
Key words:
family functioning and self-confidence.
Pengantar Latar Belakang Masalah Remaja adalah sebagai mahkluk individu dan sekaligus mahkluk sosial, dalam perkembangannya disamping mempunyai ciri-ciri individual (individual differences) juga tidak lepas dari pengaruh lingkungan (Nuryoto, 2006). Batasan masa remaja dari berbagai ahli memang sangat bervariasi, disini dapat diajukan batasan yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Sundari (2004) menggunakan istilah masa puber pada masa remaja ini dengan menjelaskan bahwa puber adalah periode tumpang tindih, karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Keberhasilan atau kegagalan di masa awal menentukan perkembangan seseorang di masa selanjutnya (Santrock, 2007). Remaja dapat mewujudkan potensi diri secara mandiri dengan sikap kepercayaan diri (Tembong, 2006). Kepercayaan diri sangat diperlukan bagi remaja untuk mencapai kesuksesan di berbagai bidang. Kepercayaan diri yang rendah akan menghambat seseorang dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidup seperti meraih prestasi (Hakim, 2005). Sesuai dengan penelitian yang dlakukan oleh Yulianah (2001) bahwa kepercayaan diri yang rendah dapat mengakibatkan kecenderungan remaja untuk berperilaku delikuensi. Begitu pula dengan Sidqon (2001) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepercayaan diri yang rendah dapat meningkatkan perilaku konformitas pada remaja.
Faktanya, tidak sedikit remaja yang memiliki kepercayaan diri yang kecil, memandang masa depan dengan pesimis dan merasa kurang yakin dalam memulai sesuatu. Gejala kepercayaan diri yang rendah umumnya dianggap sebagai gangguan ringan karena tidak menimbulkan masalah besar (Hakim, 2005). Selain itu, ada pula orang-orang yang mengalami gejala ketidakpercayaan diri yang berat. Gejala tersebut selalu menjadi hambatan besar di dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan, tidak sedikit orang yang di dalam sikap hidup sehari-harinya menunjukkan gejala bahwa dia mengalami gejala tidak percaya diri yang berat. Hal tersebut juga didukung oleh Rutter dkk (Santrock, 2003) bahwa ketika tingkat kepercayaan diri yang rendah berhubungan dengan proses perpindahan sekolah atau kehidupan keluarga yang sulit, masalah yang muncul pada remaja dapat menjadi lebih meningkat. Kurangnya kepercayaan diri juga ditunjukkan oleh siswa-siswa yang terisolir di kelas/sekolah melalui berbagai sikap negatif yang menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku, yaitu tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan PR, mengisolir diri, sulit bekerjasama. Sikap ini membuat remaja dijauhi dan tidak disukai oleh teman-temannya (Widiarti, 2011). Seseorang yang memiliki rasa kepercayaan diri rendah cenderung tidak bisa bertindak mandiri dalam membuat keputusan dalam beberapa pilihan, tidak bisa membuat relasi dengan orang lain, tidak mempunyai tanggung jawab dan tidak yakin dengan keadaan dirinya, selain itu individu tersebut biasaanya juga tidak siap menghadapi tantangan yang ada serta tidak mampu mempengaruhi orang lain. Indarto (2005), dalam studi kasusnya menunjukkan adanya kepercayaan diri
yang rendah pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Malang yang ditunjukkan dengan perilaku kurang suka bergaul dengan teman-temannya, tidak memiliki pendirian dan sering mencontek temannya saat ada ujian atau PR dari sekolah, cenderung pendiam, tidak berani atau malu untuk bertanya, suka murung, minder, jarang berkomunikasi dengan teman, sikap yang selalu pesimis, selalu menutup diri apabila ada masalah, sering marah, suka minder, pendiam di dalam kelas, jarang bergaul dengan teman dan memiliki sifat pemalu. Fenomena lainnya yang sering kita dengar tiap tahunnya yaitu tentang siswa yang
stres
dalam
menghadapi
ujian
UN,
terutama
soal
matematika
(www.jawa.infogue.com). Fenomena tersebut didukung oleh Triwibowo (2009) dalam penelitiannya bahwa kepercayaan diri yang tinggi dapat menurunkan tingkat stres pada siswa saat menghadapi UN. Lauster (2008) mengemukakan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri meliputi: a. Optimis Optimis merupakan kecenderungan manusia yang utama, manusia sadar menghadapi masa depan yang belum diketahui. Sikap optimis dapat membangun pengharapan yang diharapkan dengan berfikir positif. a. Tidak ketergantungan pada orang lain Membebaskan diri dari segala ketakutan dan kekhawatiran, yakin pada diri sendiri dalam membuat keputusan. Tidak bergantung pada orang lain merupakan sifat kemandirian.
b.
Tidak mementingkan diri sendiri Keramahan manusia yang murni tanpa tujuan untuk mendapatkan balasan jasa pujian maupun sanjungan sama sekali, atau tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dari orang lain.
c. Toleransi Menerima perbedaan orang lain. Seseorang menyadari bahwa perbedaan pendapat bukanlah sesuatu yang ditakutkan, tapi merupakan gejala yang biasa saja. d. Ambisi yang normal Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan dan dihargai orang lain, untuk mempertinggi rasa harga diri sendiri dan memperkuat kesadaran atas diri sendiri. Ambisi yang normal tidak perhatian pada tujuannya sendiri tanpa memperhatikan tujuan orang lain, mereka terbuka pikirannya terhadap orang lain.
Dapat mengatasi
kegagalan, mencapai sasaran yang positif, dan mengurusi diri mereka dengan mudah dalam berbagai situasi. e.
Empati Kesadaran
atas
pengalaman
sendiri
yang
dihubungkan
dengan
pengalaman orang lain. Menempati diri pada situasi emosi dan tingkah laku orang lain Hakim (2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah fisik, keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial. Salah satunya adalah faktor keluarga. Keadaan keluarga merupakan lingkungan yang pertama
dan utama dalam kehidupan setiap orang. Keluarga mempunyai fungsi penting dalam mengembangkan sikap kepercayaan diri pada remaja. Orang tua yang terlalu keras dalam mendidik anak dengan emosi, caci maki, bentakan, pukulan, dan lain-lain bukan hanya merusak kepercayaan diri anak, tetapi bisa membentuk pribadi anak menjadi mudah gugup. Sebuah keluarga dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila keluarga beradaptasi dengan baik terhadap perubahan dan tiap anggota keluarganya dapat saling mendukung satu sama lain dalam kegiatan individual atau kegiatan bersama. Keluarga juga dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila keluarga tersebut dapat menjalani aktifitas sehari-hari dengan kompeten, keluarga juga dapat mengatasi konflik dengan cara saling menghormati, komunikasi keluarga yang jelas, mengekspresikan emosi, dan anggota keluarga mengekspresikan perasaan positif masing-masing untuk mengusir satu sama lain (McCrozkey dan Meezan, 1997). Pendapat lain mengatakan keluarga memiliki fungsi yang baik bila memiliki aturan, tiap anggota keluarga memiliki peran yang jelas serta bertanggung jawab atas tindakannya. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menjadikan sebuah keluarga memiliki keberfungsian keluarga yang baik. Keberfungsian keluarga merupakan kondisi keluarga yang penuh dukungan dari orang tua, adanya interaksi pengasuh, interaksi orangtua-anak, dan stimulasi perkembangan (McCroskey & Meezan, 1997). Keluarga yang mampu beradaptasi dengan baik, saling mendukung satu sama lain, saling menghormati, mampu berkomunikasi dalam mengekspresikan perasaan, dan mampu menyelesaikan konflik secara bersama.
Berns (2003) mengemukakan aspek dari keberfungsian keluarga yang baik atau keluarga fungsional adalah sebagai berikut: a. Display of love and acceptance Menunjukan
cinta
dan
penerimaan.
Anggota
keluarga
menunjukkan cinta dan menghargai satu sama lain. Penerimaan dan keramahan ditunjukan secara spontan dengan fisik, seperti tersenyum, sentuhan, pelukan. Atau verbal, seperti mengucapkan “aku sayang kamu”, “kamu adalah anak yang baik”. Anggota keluarga lebih bekerja sama daripada bersaing satu sama lain. b. Communicativeness Komunikasi. Anggota keluarga secara spontan, hangat, terbuka dan menerima satu sama lain. Ini berarti menunjukkan perasaan negatif sama seperti perasaan yang positif. Konflik itu dihadapi dan ditangani, bukan ditekan dan menjadi semakin parah. Meski demikian, beberapa golongan kesukuan seperti Jepang meyakini bahwa sebaiknya tidak mengekspresikan perasaan negatif agar menghindari konflik. c. Cohesiveness Kohesivitas. Anggota keluarga menikmati waktu bersama-sama. Berbagi, tugas harian, sumber daya, dan rekreasi merupakan hal yang penting bagi mereka. di sana juga terdapat sikap peduli terhadap perbedaan antar individu, otonomi, dan kemandirian.
d. Communication of values and standards Komunikasi atas nilai dan standar. Orang tua memiliki batasan dan nilai yang jelas, yang mereka beritahukan pada anak-anak mereka. nilai dan standar tersebut didiskusikan dan praktekkan. Di sini terdapat juga toleransi dan sikap hormat untuk perbedaan individu. Orang tua merupakan contoh seperti halnya guru. e. Ability to cope effectively with problem Kemampuan mengatasi masalah secara efektif. Stres dan krisis dihadapi dengan optimis, dengan tujuan untuk menemukan solusi. Menggali alternatif, dan anggota keluarga satu sama lain yang saling mendukung. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga (Yusuf, 2001). Keluarga yang tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi-fungsi keluarga, maka keluarga tersebut berarti mengalami stagnasi (kemandegan) atau disfungsi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan konstelasi keluarga tersebut (Khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak). Menurut Hawari (Yusuf, 2001) anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi mempunyai resiko yang lebih besar untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya, misalnya anak menjadi pribadi yang anti sosial. Dari pendapat-pendapat yang penulis kutip diatas, dapat diamati kesimpulan bahwa sebagian besar kepercayaan diri remaja ditentukan oleh faktor keberfungsian keluarga. Meskipun faktor-faktor yang lainnya juga turut
mendukung tingkat kepercayaan diri pada remaja namun, keberfungsian keluarga telah
memberikan
kontribusi
yang
penting
sebagai
penggerak
dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada remaja.
Metode Penelitian Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita siswa kelas X dan XI yang sedang menempuh pendidikan di SMA N 11 Yogyakarta. Karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut: (1) Pria dan wanita yang termasuk dalam tahapan masa remaja. (2) Siswa kelas X dan XI (usia 14-18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah atas).
Metode Pengumpulan Data Metode
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan skala. Skala kepercayaan diri yang digunakan peneliti merupakan hasil modifikasi skala kepercayaan diri yang dibuat oleh Fajaryanto (2008) yang mengacu pada teori Lauster (2008). Skala keberfungsian keluarga yang digunakan peneliti merupakan hasil modifikasi skala keberfungsian keluarga yang dibuat oleh Nawangsih (2011) yang mengacu pada teori Berns (2003).
Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dari Pearson. Alasan menggunakan korelasi product moment bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel tergantung (Y) (Azwar, 1997). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for windows versi 15.
Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Subjek Penelitian Jumlah subjek yang terlibat dalam pengisian skala alat ukur penelitian sebanyak 83 responden. Tabel 1 Deskripsi Penyebaran Subjek Penelitian Faktor Kategori Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
2.
Jumlah 31 52
Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan analisis data yang ada, diperoleh gambaran atau deskripsi data penelitian yang berisi fungsi-fungsi dasar statistik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 Deskripsi Data penelitian Variabel Kepercayaan diri Keberfungsian keluarga
Hipotetik Min Max Mean
SD
Empirik Min Max Mean
SD
33
132
82,5
16,5
76
129
102,67 11,871
44
176
110
22
62
170
133,75 20,292
Untuk mengetahui kelompok individu dalam kategori yang berbeda, perlu dilakukan kategorisasi. Rumus norma kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 3 Rumus Norma Kategorisasi Norma Kategorisasi
Kategori
X > µ + 1,8 SD
Kategori Sangat Tinggi
µ + 0,6 SD < X ≤ µ + 1,8 SD
Kategori Tinggi
µ - 0,6 SD < X ≤ µ + 0,6 SD
Kategori Sedang
µ - 1,8 SD < X ≤ µ - 0,6 SD
Kategori Rendah
X < µ - 1,8 SD
Kategori Sangat Rendah
Keterangan:
µ = mean hipotetik SD = standar deviasi
Subjek penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori pada masing-masing variabel. Tabel 4 Kategorisasi Subjek Pada Variabel Kepercayaan Diri Kategori Rentang Skor Jumlah
Presentase
Sangat Tinggi
X > 112,2
19
22,9%
Tinggi
92,4 < X ≤ 112,2
46
55,4%
Sedang
72,6 < X ≤ 92,4
18
21,7%
Rendah
52,8 < X ≤ 72,6
0
0%
Sangat Rendah
X < 52,8
0
0%
Tabel 5 Kategorisasi Subjek Pada Variabel Keberfungsian Keluarga Kategori Rentang Skor Jumlah
Presentase
Sangat Tinggi
X > 149,6
19
22,9%
Tinggi
123,2 < X ≤ 149,6
40
48,2%
Sedang
96,8 < X ≤ 123,2
19
22,9%
Rendah
70,4 < X ≤ 96,8
4
4,8%
Sangat Rendah
X < 70,4
1
1,2%
3.
Uji Asumsi a.
Uji Normalitas Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Variabel
K-SZ
p
Normalitas
Kepercayaan diri
0,591
0,283 (p>0,05)
Normal
Keberfungsian keluarga
0,631
0,821 (p>0,05)
Normal
Teknik yang digunakan untuk uji normalitas adalah teknih one sample kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas yang dilakukan pada kedua variabel menunjukkan distribusi yang normal. b. Uji Linearitas Tabel 7 Hasil Uji Linearitas Variabel Kepercayaan diri Keberfungsian keluarga
4.
F
p
Linearitas
51.414
0,00
Linear
Uji Hipotesis Uji hipotesis menggunakan teknik korelasi Product moment Pearson. Hasil analisi data menunjukkan data korelasi antara variabel kepercayaan diri dengan keberfungsian keluarga r =0,627 dengan p = 0,000 (p<0,01), sehingga hipotesis yang di ajukan di terima. Tabel 8 Hasil Analisis Koefesien Determinasi (r2) Variabel r r2 Kepercayaan diri Keberfungsian keluarga
0,627
0,393
P 0,000
Keterangan Sangat Signifiikan
5.
Analisis Tambahan Uji Homogenitas menjadi prasyarat untuk menguji hipotesis perbedaan, dimana homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dalam setiap kelompok relatif homogen atau tidak. Hasil analisis data menunjukkan bahwa p = 0,349 (p>0,05) untuk kepercayaan diri, maka hasil tersebut menunjukkan bahwa data kepercayaan diri homogen. Analisis dilanjutkan dengan statistik Independent Samples Test. Analisis Hasil uji beda pada skala kepercayaan diri menunjukkan nilai t = -0,608 dengan p = 0,545 (p>0,05). Hasil uji beda tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan kepercayaan diri antara laki-laki dan perempuan pada remaja awal. Hasil analisis regresi menunjukkan R2 = 0,388 pada aspek kemampuan mengatasi
masalah
secara
efektif.
Hasil
analisis
regresi
tersebut
menunjukkan bahwa aspek keberfungsian keluarga yang paling memberikan pengaruh bagi kepercayaan diri pada remaja awal adalah kemampuan mengatasi masalah secara efektif yaitu sebesar 38,8%.
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji tentang adanya hubungan yang positif
antara keberfungsian keluarga dengan kepercayaan diri remaja awal.
Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson (lihat Tabel 8), hipotesis yang peneliti ajukan untuk mengetahui adanya hubungan positif antara keberfungsian keluarga dengan kepercayaan diri
pada remaja awal diterima, maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja, dan sebaliknya semakin rendah tingkat keberfungsian keluarga, maka semakin rendah kepercayaan diri remaja. Melalui deskripsi data penelitian dapat dilihat secara spesifik, sebagian besar subjek memiliki kepercayaan diri yang tinggi (lihat Tabel 4). Data-data keberfungsian keluarga juga menunjukkan bahwa sebagian besar subjek berada dalam kategori tinggi (lihat Tabel 5). Hasil penelitian ini juga menunjukkan keberfungsian keluarga mampu menjelaskan variasi kepercayaan diri remaja awal sebesar 39,3%. Secara spesifik hasil analisis regresi dengan metode stepwise ditemukan bahwa variasi kepercayaan diri remaja awal bisa dijelaskan sebesar 38,8% dari aspek keberfungsian keluarga yaitu mengatasi masalah secara efektif. Keluarga yang berfungsi dengan baik ditunjukkan adanya dukungan dari orang tua untuk remaja dalam menghadapi permasalah. Orang tua membantu remaja menemukan solusi dan mengembangkan serta menggali alternatif dalam mengatasi dan menghadapi permasalahan (Berns, 2003). Salah satu hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membina rasa percaya diri anak adalah dengan melatihnya berani berbicara tentang banyak hal yang menyangkut dirinya. Dengan cara ini, anak akan terlatih untuk berani menyatakan isi hati, berani bertanya, berani berdebat secara sehat, dan lebih penting lagi, berani untuk menyatakan mana yang benar dan mana yang salah (Hakim, 2005). Astuti (2011) dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri
pada anak panti asuhan. Keluarga merupakan salah satu lingkungan yang penting dalam pembentukan kepercayaan diri remaja, karena orang tua merupakan sosok yang paling dekat dengan mereka. Pada uji beda untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri pada remaja awal laki-laki dan perempuan diketahui bahwa tidak adanya perbedaan diantara keduanya. Tidak adanya perbedaan kepercayaan diri pada remaja awal laki-laki dan perempuan mengindikasikan bahwa kepercayaan diri penting untuk dimiliki oleh keduanya untuk mencapai kesuksesan di berbagai bidang. Kepercayaan diri yang rendah akan menghambat remaja dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidup seperti meraih prestasi (Hakim, 2005). Menurut Rini (2002), Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian, cinta dan kasih saying serta kelekatan emosi yang tulus dengan anak, akan membangkitkan kepercayaan diri pada anak. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orangtuanya. Meskipun melakukan kesalahan, dari sikap orang tua akan melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Dampak dari sikap orang tua yang menghargai anak adalah di kemudian hari anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistic terhadap diri seperti orang tuanya yang meletakkan harapan realistik terhadap dirinya. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Zandra (2010) yang melakukan penelitian dengan judul pengaruh motivasi belajar, kebiasaan belajar, kepercayaan diri, dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar mata pelajaran Akuntansi siswa jurusan IPS di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. Penelitian ini menunjukkan
bahwa secara parsial motivasi belajar, kebiasaan belajar, kepercayaan diri, dan lingkungan keluarga mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar mata pelajaran Akuntansi siswa jurusan IPS di MAN 3 Malang. Raudhah (2002) penelitiannya tentang persepsi terhadap suasana rumah dan kepercayaan diri pada remaja, menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara persepsi terhadap suasana rumah dan kepercayaan diri pada remaja. As (1999), menyatakan bahwa keluarga yang bermasalah, dukungan orang tua yang rendah, hubungan antara orang tua dengan anak dapat dilihat dari kurangnya saling menghargai, hampir tidak adanya hukuman, kurangnya kepercayaan, kurangnya kasih sayang, rendahnya kepaduan, keluarga yang kurang terstruktur, serta kualitas komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang. Orang tua sebaiknya membangun positif hubungan antara orang tua dan anak, dengan saling menghormati dan menghargai. Peneliti berpendapat bahwa penelitian ini masih memiliki kelemahan seperti dalam menentukan subjek untuk pengambilan data. Peneliti belum diberi kesempatan untuk memilih sendiri kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian secara random. Subjek dalam penelitian selanjutnya sebaiknya ditentukan dengan cara random sampling, dimana setiap unsur atau anggota populasi penelitian diberikan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi subjek penelitian.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan kepercayaan diri pada remaja awal. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja dan sebaliknya semakin rendah tingkat keberfungsian keluarga, maka semakin rendah kepercayaan diri remaja. Jadi hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh, maka dengan ini penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut: 1.
Bagi Subjek Penelitian Kepada subjek penelitian, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu juga lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan orang tua, karena dengan terbuka dengan orang tua maka orang tua dapat lebih memahami keadaan dan membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri. Kepercayaan diri itu penting dalam menghadapi tantangan agar hasil yang diperoleh mendapat kepuasaan diri.
2.
Bagi Orang tua Bagi orang tua, diharapkan lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan remaja, terutama dalam dalam mengatasi masalah secara efektif. Berdiskusi membuat keputusan yang baik agar dapat menyelesaikan konflik dengan baik
penuh perhatian, dan selalu memberi dorongan positif agar remaja dapat tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian lain yang tertarik dan ingin mengkaji tentang keberfungsian keluarga dan kepercayaan diri remaja disarankan untuk: Penelitian ini baru dapat menerangkan 39,3% dari salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri remaja. Masih ada 60,7% faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan diri remaja. Oleh karena itu disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan lebih memperhatikan adanya faktor lain seperti dukungan sosial, fisik, dan pendidikan dan karakteristik kepribadian remaja itu sendiri, sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang lebih cermat dan akurat. Dalam pengambilan data, subjek diambil secara random supaya subjek yang ingin dikenai sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
As, N.V. 1999. Family Functioning and Child Behavior Problems. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Nijmegan: De Khatolieke Universitet Nijmegan. Astuti, W. 2011. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kepercayaan Diri pada Anak Panti Asuhan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi. UII. Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas (Edisi ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berns, M. 2003 Child, Family, School, Community Socialization and Suppoty Sixth Edition. California: Thomson Wadsworth. Fajaryanto, F. E. 2008. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi. UII. Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara. Indarto, R. 2005 Studi Kasus Tentang Kepercayaan Diri Rendah Siswa SMA Muhammadiyah 3 Malang. http://digilib.umm.ac.id/gdl. 10/08/11. Lauster, P. 2008. Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara McCroskey, J dan Meezan, W. 1997. Family Preservation and Family functioning. America: United States America. Nawangsih, A. 2011. Hubungan antara Keberfungsian Keluarga dengan Stres Kerja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi. UII. Nuryoto, S. 2006. Bertempurlah Melawan Tantangan: Majalah Psikologi Plus Vol.1 No. 04 Oktober. Semarang: PT. Nico Sakti. Raudhah, H. 2002. Persepsi terhadap Suasana Rumah dan Kepercayaan Diri pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi. UII. Rini, J, F. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. http// www e-psikologi.Com/ dewasa 161002 htm. 3/01/2011. Santrock, J. W. 2002. Life Span Development (Edisi kelima, Jilid II). Alih Bahasa: Juda Damanik dan Achmad Chusaisi. Jakarta: Erlangga. ___________. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja (Edisi keenam). Alih Bahasa: Shinto B. Adeler dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Sarah. Siswa Stres Hadapi Soal Matematika. http://jawa.infogue.com/jawa. 10/08/11.
Sidqon, M. 2001. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Konformitas pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Sundari, Siti dan Rumini, Sri. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tembong, P. G. 2006. Smart Parenting. Jakarta: PT. Elek media Komputindo. Triwibowo, R. 2009. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Stress siswa SMU 4 Yogyakarta Kelas 3 Menghadapi UN 2009. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Widiarti, D. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Self-Confidence Siswa Terisolir. (Disusun Berdasarkan Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI SMA). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Bimbingan dan Konseling. UPI. Yulianah. 2001. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecenderungan Berperilaku Delikuensi pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zandra, R.A.P. 2010. Pengaruh motivasi belajar, kebiasaan belajar, kepercayaan diri, dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar mata pelajaran akuntansi siswa Jurusan IPS di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Malang: Fakultas Ekonomi. UNM.
Identitas Penulis Nama
: Aruni Khilya Qonita
Alamat Rumah
: Jln. Dr. Wahidin SH. Sintang. Kalimantan Barat
Nomor Telp
: 0813 93728631
Email
:
[email protected]