MULTISEMESTA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR`AN (STUDI KOMPARATIF AL-QUR`AN TERHADAP M-THEORY STEPHEN HAWKING) Oleh : Muhamad Halwani Alumnus Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir UNSIQ, Mahasiswa Pascasarjana UNSIQ Email:
[email protected] Abstrak Jagat raya merupakan sebuah misteri yang tidak akan pernah tuntas pembahasannya. Selalu saja muncul teori-teori baru yang bersifat menyempurnakan teori lain maupun mengeliminasi teori yang lainnya. Gagasan-gagasan yang muncul dari teori-teori tersebut pada akhirnya makin menambah misteri yang ada dibalik alam semesta ini. M-Theory merupakan sebuah teori yang digagas oleh Stephen Hawking dan diharapkan mampu menjadi sebuah teori yang mampu menjawab segala pertanyaan tentang alam semesta. Dari M-Theory tersebut, muncul beberapa hipotesa tentang Multi alamsemesta, dan lebih jauh, penciptaan alam semesta tanpa melibatkan campur tangan Tuhan. Kata kunci : Al-Qur’an, M-theory, multiverse, penciptaan alam semesta. A. Pendahuluan.
memelihara manusia sebagai puncak
Debat tentang apakah jagad raya
semua ciptaan. Bukan hanya mengenai kelahiran
mempunyai awal dan bagaimana cara sejak
alam semesta, perdebatan juga muncul
manusia mencatat sejarahnya.Gagasan
mengenai kehidupan di planet lain
bahwa
untuk
maupun di alam semesta yang lain.
mengakomodasi umat manusia muncul
Dalam pemikiran mainstream manusia,
dalam
mitologi-
diyakini bahwa hanya bumi-lah yang
mitologi yang berasal dari ribuan tahun
telah diciptakan secara khusus oleh
lalu hingga sekarang ini di banyak
Tuhan untuk dihuni oleh manusia.
lahirnya
sudah
jagat
berlangsung
raya
dirancang
teologi-teologi
dan
tempat di muka Bumi.Menurut sejumlah
Pemikiran Stephen Hawking melalui
kosmologi kuno dan tradisi Yahudi /
M-Theory-nya, setidaknya memberikan
Kristiani / Islam, jagat raya bermula
beberapa jawaban mengenai misteri dan
pada suatu masa lalu yang terhingga dan
asal-usul alam semesta. Menurut M-
tidak terlalu jauh. Dalam kebudayaan
Theory, alam semesta kita bukanlah
Barat, Perjanjian Lama, khususnya kisah
satu-satunya alam semesta. M-Theory
tentang penciptaan, ditafsirkan memuat
justru memprediksikan bahwa terdapat
gagasan tentang rancangan atau desain
banyak sekali alam semesta yang muncul
yang
dari
dibuat
Tuhan
dalam
rangka
ketiadaan.
Stephen
Hawking
mengatakan, bahwa permulaan jagat
Vol. I No. 02, November 2015
raya adalah suatu peristiwa quantum.
semesta,
Dalam teori quantum, jagat raya tidak
ketimbang universe (alam Semesta), dan
memiliki sejarah masa lampau tunggal,
konsep
tetapi, dalam kenyataannya, ada banyak
melibatkan
jagat raya dan masing-masing memiliki
menarik minat penulis untuk kemudian
seperangkat hukum-hukum fisika yang
membandingkannya
berbeda
sejarahnya
penciptaan alam semesta di dalam al-
sendiri-sendiri, dan semua jagat raya ini
Qur’an. Permasalahan yang diangkat
ada dengan spontan, dimulai dengan
dalam penelitian ini adalah: Pertama,
setiap cara yang mungkin (Hawking dan
bagaimana
Mlodinov, terj., Zia Anshor, 2010: 143-
terhadap
konsep
146). Beberapa orang menyebut konsep
semesta?
Dan
tentang banyaknya alam semesta ini
pandangan M Theory Stephen Hawking
sebagai multiverse.
terhadap penciptaan alam semesta?
dan
memiliki
Munculnya
alam
semesta
dari
kumpulan
alam
penciptaan
semesta)
semesta
campur
tangan
Tuhan,
dengan
pandangan
Karena
tanpa
konsep
Al-Qur`an
penciptaan Kedua,
penelitian
alam
bagaimana
ini
peristiwa quantum dan lahirnya banyak
membandingkan
jagat raya dengan seperangkat hukum
Hawking dalam M-Teorinya dengan Al-
fisikanya
masing-masing,
Qur`an tentang konsep penciptaan alam
pemikiran
Hawking,
dalam
kondisi
ini
semesta,
maka
menihilkan campur tangan Tuhan dalam
menggunakan
penciptaan
muqaran.
alam
semesta.
Stephen
pemikiran
hendak Stephen
penelitian
ini
pendekatan
Proses
tafsir
pengumpulan
data
Hawking (2010: 10) menulis dalam
dilakukan dengan 2 tahap yaitu dengan
bukunya,
membaca
“Penciptaan
alam-alam
dan
menelaah
buku-buku
semesta itu tak memerlukan campur
pustaka yang memiliki relevansi dan
tangan sosok adi-alami atau Tuhan.
permasalahan yang dibahas. Adapun
Sebaliknya,
dalam
banyak
alam
semesta
analisis
data,
teknik
penulis
muncul secara alami akibat hukum-
menggunakan
analisis
data
hukum fisika. Kemunculan alam semesta
Falsifikasi yang di cetuskan oleh Karl
adalah prediksi sains.”
Popper. Popper (1963: 33) berpandangan
Pandangan Stephen Hawking dan
bahwa satu-satunya cara yang praktis
Leonard Mlodinov melalui M-Theorinya
untuk memperluas pengetahuan manusia
perihal konsep penciptaan alam semesta,
adalah melalui proses kritik atau umpan
terlebih pada kemungkinan akan adanya
balik
konsep
berlandaskan pada suatu postulat yang
234
Multiverse
(banyak
alam
yang
tiada
akhir.
Falsifikasi
Multisemesta dalam Perspektif
Vol. I No. 01, November 2015
berbunyi bahwa proposisi teoritis tidak
teori
terbukti bila pendapat sebaliknya turun
menjelaskan seluruh jagat raya, teori atau
dari aneka pernyatan yang cocok satu
model untuk segala sesuatu (“the ultimate
sama
pernyataan-
theory of everything”), yang mencakup
pernyataan itu didasarkan pada observasi
semua gaya yang ada dalam jagat raya
(Bagus,
Falsifikasi
(gaya gravitasi, gaya elektromagnetik,
dijalankan dengan menggunakan logika
gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah)
deduktif. Artinya, berangkat dari sebuah
dan memprediksi setiap observasi yang
hipotesis umum (dalam istilah Popper:
dapat kita buat. (Hawking dan Mlodinov,
konjektur)
terj., Zia Anshor, 2010:8)
lain,
kendatipun
2002:
227).
model
pamungkas
untuk
observasi
yang
Observasi
yang
M-Theory mendasarkan penciptaan
dilakukan bertujuan untuk menemukan
alam semesta pada hasil temuan Hubble
kesalahan-kesalahan yang ada dalam
pada tahun 1929 yang melihat bahwa alam
hipotesis tersebut. Penyelidikan ini tidak
semesta mengembang (Hawking dan
berfungsi untuk menolak total hipotesis,
Mlodinov, terj., Zia Anshor, 2010: 133).
melainkan untuk menemukan titik lemah
Jika alam semesta mengembang, maka
(weak spots) dari sebuah hipotesis yang
alam semesta pasti lebih kecil pada masa
umum. Teori falsifikasi ini digunakan
lalunya. Malah, jika di ekstrapolasikan ke
untuk menyanggah suatu pernyataan
masa lalu yang cukup jauh, segala zat dan
atau teori.
energi di alam semesta kiranya pernah
B. Hasil Temuan dan Pembahasan
terkonsentrasi dalam suatu daerah amat
sifatnya
menuju
atau
khusus.
1. M-Theory dan Penciptaan Alam Semesta.
kecil dengan tingkat kerapatan dan suhu
Teori M adalah adalah suatu teori
mundur cukup jauh, maka kita akan
yang tak terbayangkan, dan jika kita
dasar fisika yang menjadi calon teori
menemukan
segalanya. Teori-M adalah kumpulan
bermula, suatu peristiwa yang sekarang
aneka
kita sebut sebagai Big Bang.
teori,
yang
masing-masing
waktu
ketika
segalanya
merupakan penjabaran pengamatan yang
Dalam Al-Qur`an, informasi tentang
baik dalam kisaran situasi fisik tertentu
Big Bang dapat dijumpai seperti dalam
saja. Secara sederhana, Teori-M adalah
Q.S. Al-Anbiyâ` ayat 30.
teori atau model yang menjadi puncak dan merangkumi semua teori fisika yang pernah ada (dari Plato ke teori klasik
ِ َ َ َ ُوا ان ا َ َو ات َ ِ َ ْ َ َ َر ْ! ً َ َ َ ْ َ ُ َ َو
ِ ا َو َ ْ َ َ ا َ َ# َ ض َ ْر%&ْ َوا
Newton ke teori-teori kuantum modern),
Multisemesta dalam Perspektif
235
Vol. I No. 02, November 2015
ا َ*َ) ُ ْ( ِ ُ' َن,+ -َ ٍء,ْ َ0 1ُ ا ْ َ ِء [٣٠: ء34#ٔ%&]ا “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiyâ` : 30) Kata ratqan dari segi bahasa berarti terpadu,
sedang
kata
fataqnâhumâ
terambil dari kata fataqo yang berarti
energi
di
alam
semesta
yang
terkonsentrasi dalam suatu daerah yang amat kecil dengan tingkat kerapatan dan suhu
yang
tidak
terbayangkan.
Kemudian akibat dari tekanan yang sangat
besar,
menyebabkan
suatu
ledakan besar (Big Bang), yang didalam Al-Qur`an disebutkan dengan bentuk kata fataqo. Ledakan yang terjadi ini menyebabkan semua materi terlempar ke segala arah dan kemudian membentuk planet-planet dan galaksi-galaksi.
terbelah /terpisah. Ulama berbeda-beda
Pada potongan ayat berikutnya, Al-
pendapat tentang maksud firman-Nya
Qur`an menginformasikan bahwa “dan
ini. Ada yang memahaminya dalam arti
dari air kami jadikan segala sesuatu
langit dan bumi tadinya merupakan satu
yang hidup”, karena potongan ayat
gumpalan yang terpadu. Hujan tidak
tersebut berhubungan dengan penciptaan
turun dan bumi pun tidak ditumbuhi
alam semesta, maka tafsir yang kiranya
pepohonan, kemudian Allah membelah
tepat diterapkan adalah hubungan “air”
langit
tumbuh-
dalam proses pembentukan kehidupan di
tumbuhan di bumi. Ada lagi yang
alam semesta ini. Dalam hal ini, kata
berpendapat bahwa bumi dan langit
“al-Mâ`”
merupakan sesuatu yang utuh dan tidak
Hidrogen yang merupakan salah satu
terpisah,
pisahkan
partikel pembentuk kehidupan di alam
dengan mengangkat langit ke atas dan
semesta ini. Karena dalam terminologi
membiarkan bumi tetap ditempatkannya
sains, air adalah suatu kumpulan unsur
berada di bawah lalu memisahkan
kimiawi yang tersusun dari dua atom
keduanya dengan udara. (Shihab, Vol.8,
hidrogen (H2) dan satu atom oksigen (O)
2002: 443)
(Rosadisastra, 2007: 205).
dan
menumbuhkan
kemudian
Allah
Dalam pemahaman penulis, kata
bisa
Hidrogen
dimaknai
dengan
sebagai
disertai
oleh
ratqan yang berarti kesatuan yang padu
Helium
(al-Maraghi, 1989: 37) dalam QS. al-
pembentuk alam semesta. Pada saat
Anbiya ayat 30 menunjukkan pada
dentuman besar terjadi, tercipta awan
kondisi kemampatan segala zat dan
atau gas berasap yang masing-masing
236
merupakan
unsur-unsur
Multisemesta dalam Perspektif
Vol. I No. 01, November 2015
membentuk
galaksi-galaksi
karena
Dengan semakin mengerutnya awan
tarikan gravitasi. Dengan mengalirnya
(dukhân) ini, dan atom-atom didalamnya
waktu, unsur gas hidrogen dan helium
saling bertabrakan, termperatur gas akan
dalam
akan
semakin meningkat, sampai akhirnya
terbagi-bagi dalam awan-awan yang
menjadi cukup panas untuk mulainya
lebih kecil yang akan runtuh oleh
reaksi nuklir paduan. Reaksi ini akan
gravitasinya sendiri (Hawking, Terj.,
mengubah hidrogen menjadi helium.
Pujaatmaka, 1994: 129-130). Awan-
Kalor yang dilepaskan akan menaikkan
awan atau gas asap tersebut didalam al-
tekanan dan awan itu berhenti mengerut.
Qur’an dikenal dengan bentuk kata
Kawasan ini akan tetap stabil dalam
dukhân sebagaimana tertera dalam QS.
keadaan ini untuk waktu yang lama. Dan
Fuṣṣilat ayat 11-12.
kemudian membentuk menjadi bintang
:َ َ ُد َ= ٌن َ َ َل,َ ِ َ َ'ى إِ َ? ا َ ِء َوBُ ْاC ِ َو ِ ْ*) ْر َ 3 ِ ِD Eَ َ 3ْ !َ َ َ اFَ ً ْ َ ا ْوGً 'ْ Eَ 3َ ِ ْDض ا ٍ َ َوBَ Iَ 4ْ Bَ ُ Jََ َ ?-َ ِ َوا ْو3ْ َ 'ْ َ ,ِ ات 3َ ْ#LK َ ٍء ا ْ َ َ َو َز ا َ َء اBَ 1N ُ ,ِ ِ 3ِ َ ْ اOِ Oِ َ ْ ُ اLِ ْ !َ َPِ َذRً ْ -ِ َوS3 َ ِT Uَ َ ِT [١٢ - ١١ :V U ]
generasi
galaksi-galaksi
tersebut
pertama.
Pujaatmaka,
(Hawking,
1994:
130).
Terj.,
Hidrogen
diubah terus menjadi helium dan energi yang
dihasilkan
dipancarkan
keluar
sebagai kalor dan cahaya. Bintang yang lebih masif perlu lebih banyak panas untuk mengimbangi tarikan gravitasi yang lebih kuat, akibatnya reaksi paduan
“Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS Fuṣṣilat : 11-12)
nuklir berlangsung jauh lebih cepat sehingga akhirnya hidrogen akan habis hanya dalam waktu seratus juta tahun. Kemudian bintang itu akan sedikit mengerut dan temperaturnya meningkat lagi. Pada temperatur yang lebih tinggi mulailah helium diubah menjadi unsur yang lebih berat (Admiranto, 2013: 84), seperti karbon atau oksigen. Reaksi ini tidak cukup banyak menghasilkan energi sehingga
akan
timbul
krisis,
dan
kawasan pusat bintang akan runtuh ke keadaan yang sangat rapuh. Kawasan di luar bintang tersebut kadang dapat
Multisemesta dalam Perspektif
237
Vol. I No. 02, November 2015
meledak
menjadi
suatu
supernova.
mampat lalu memadat, sambil terus
(Hawking, Terj., Pujaatmaka, 1994:
menarik
130). Ledakan supernova di lengan
Gumpalan-gumpalan
spiral
nantinya akan menjadi planet-planet.
(bagian
munculnya
luar)
mengakibatkan
gelombang
materi-materi
yang
lain.
inilah
yang
kejut.
Ledakan supernova sangat penting
Gelombang kejut ini membuat kerapatan
dalam memperkaya ruang antar bintang
awan tidak merata. Bagian yang paling
dengan unsur-unsur berat (yang lebih
mampat menarik bagian-bagian awan
berat dari helium) yang hanya dapat
yang lain dengan gaya gravitasinya.
diproduksi di inti bintang. Jika sebuah
Bagian yang paling mampat ini akan
bintang terbentuk dari gas antarbintang
menjadi matahari atau protomatahari.
yang mengandung unsur-unsur berat ini,
Gaya gravitasi yang ditimbulkan oleh
bintang akan lebih kaya dengan unsur-
pusat awan diimbangi menjadi gerak
unsur ini dibanding bintang-bintang
melingkar oleh bagian awan-awan yang
yang terbentuk tidak dari sisa ledakan
lain sehingga seluruh awan berubah
supernova
menjadi piringan pipih yang berputar.
Unsur-unsur
Bagian pusat (protomatahari atau calon
supernova
matahari) masih terus menarik materi,
penting dalam proses pembentukan tata
dan
surya dan evolusi anggota-anggotanya,
gesekan-gesekan
partikel
awan
membuatnya semakin bertambah panas
(Admiranto, berat juga
2013:
84).
sisa
ledakan
memiliki
peranan
termasuk kehidupan manusia.
sehingga akhirnya mencapai beberapa
Sesuai dengan QS. Fuṣṣilat ayat 11-
juta derajat celcius. Ketika temperatur
12, pada masa ini pula, setelah alam
ini
reaksi
semesta terbentuk dari awan/ gas uap
pembentukan unsur helium dari hidrogen
(dukhân), Allah menetapkan aturan-
yang diikuti dengan pelepasan energi.
aturan dan hukumnya pada alam semesta
Pelepasan energi ini membuat matahari
seperti garis orbit dan aturan-aturan lain
menjadi bersinar terus-menerus, dan saat
yang bisa jadi berbeda pada tiap alam
dimulainya reaksi ini ditetapkan sebagai
semesta.
dicapai,
terjadilah
suatu
saat lahirnya matahari. (A. Admiranto,
Penciptaan alam semesta dengan
2013: 15). Sementara itu, ada bagian-
kejadian
bagian piringan yang tidak ikut tertarik
dibuktikan dengan adanya penemuan
ke pusat, melainkan menggumpal sendiri
pengembangan alam semesta oleh Edwin
sambil
Hubble
mengelilingi
protomatahari.
Materi-materi gumpalan yang paling
238
Big
pada
menganalisis
Bang,
tahun spektrum
dalam
1929.
sains
Dengan
cahaya
dari
Multisemesta dalam Perspektif
Vol. I No. 01, November 2015
bahwa
lamûsi’ûn, adalah Tuhan yang membuat
hampir semua galaksi bergerak menjauh
kosmos berekspansi. Pernyataaan ini
dari kita, dan makin jauh jaraknya,
diperkuat
oleh
makin cepat gerakannya, dari penemuan
terpakai,
yakni isim
Hubble tersebut, ilmuwan berkesimpulan
participle yang
bahwa alam semesta memiliki sifat
tetap
mengembang (Hawking dan Mlodinov,
dikemukakan sebelumnya. Hal ini berarti
terj., Zia Anshor, 2010: 133).
ekspansi alam berlangsung sejak ledakan
galaksi,
Hubble menemukan
Tidak berbeda dengan teori sains, Al-Qur`an juga menginformasikan sifat
lafal
yang
fâ’il,
active
menunjukkan
bersifat
permanen
seperti
yang
besar sampai seterusnya. (Zar, 1999: 148) Pengembangan alam semesta ini
pengembangan alam semesta tersebut
bukanlah ruang dalam alam semesta
dalam QS. aż-Żâriyât ayat 47.
ِ ُ َ #ِٕ َواLٍ ْ ِT َ َ 3ْ َ Tَ َوا َ َءu ُ ' َنB' [٤٧ :]ا ار ت “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa” (QS aż-Żâriyât : 47) Kata samâ` (langit)
dan
maksud
pada
ayat
yang merentang, akan tetapi jarak antara sembarang dua titik dalam alam semestalah yang tumbuh. Kiasan terbaik yang menggambarkan sifat ekspansi alam semesta ini diajukan oleh ahli astronomi Cambridge University Arthur Eddington, Eddington
menggambarkan
alam
tersebut dimaksudkan sebagai segala
semesta sebagai permukaan balon yang
sesuatu yang ada disekitar benda-benda
mengembang, dan semua galaksi adalah
langit seperti planet, bintang, tata surya
titik-titik yang terdapat dipermukaan
dan galaksi juga disebut langit (Shihab,
balon itu. Pengembangan alam semesta
Vol.8, 2002: 350-352). Bagian alam raya
ini
yang terlihat ini amatlah luas, tak
galaksi,
terbayangkan dan tak terbatas, sebab
tersebut terikat oleh gaya gravitasi.
jaraknya bisa mencapai jutaan tahun
(Hawking dan Mlodinov, terj., Zia
cahaya. Sementara menurut Achmad
Anshor, 2010: 133-135)
tidak
berpengaruh karena
tiap
bagi
sebuah
galaksi-galaksi
Baiquni yang dimaksud dengan banainâ bi `aidin oleh ayat ini adalah ketika ledakan
besar
melandanya dimensinya
terjadi sehingga menjadi
dan
(Multi
Alam
inflasi
Dalam M-Theory, mengembangnya
beberapa
Big Bang (inflasi) yang merupakan suatu
terbentang.
Sedangkan yang dimaksud dengan innâ
Multisemesta dalam Perspektif
2. Multiverse Semesta)
peristiwa
kuantum,
memungkinkan
munculnya jagat raya – jagat raya lain
239
Vol. I No. 02, November 2015
selain jagat raya kita. Konsep ini
banyak/multiverses telah menyatakan
kemudian
sebagai
bahwa mungkin ada jumlah tak terbatas
multiverse
tidak
alam semesta paralel yang berasal dari
keajaiban
dari
semua kejadian yang mungkin dalam
dinamakan
multiverse.
Ide
diciptakan
oleh
sinkronisitas.
Ini
merupakan
konsekuensi dari kondisi tanpa batas-
realitas. Dalam
Al-Qur`an,
ayat
yang
serta teori-teori lain dari kosmologi
menerangkan tentang multiverse alam
modern. Dengan cara yang sama seperti
semesta dapat ditemukan antara lain
kondisi kebetulan yang terjadi pada
seperti dalam surat Hûd ayat 107-108.
sistem tata surya kita, ternyata ada
%&ِٕض ا ُ ا َ َوVِ َ َ َدا:3َ ِ َ Lِ ِ =َ ُ ْر%&ْ ات َوا َواLُ ِ ُ َ ِ َ َ ٌلPTَ إِن َرPTK َ َء َر0 َ َ :3َ ِ َ Lِ ِ =َ \ِ ]َ ْ ا, ِ َ ُواL ِ Bُ َ ِ ا َPTK َ َء َر0 َ %&ِٕض ا ُ ا َ َوVِ َ َدا ُ ْر%&ْ ات َوا [١٠٨ -١٠٧ : َ َ ْ] ُ و ٍذ ] 'د3ْ ^َ َ_ ًءGَ
miliaran sistem yang sama yang eksis, yang kesesuaiannya dalam hukum alam dapat
dijelaskan
dengan
adanya
eksistensi banyak semesta. Menurut teori ini, sebidang kecil alam
semesta
bisa
jadi
mendadak
baru. Menurut skenario ini, big bang
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. “Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS Hud : 107-108)
terjadi secara terus-menerus. Jika benar,
QS Hud ayat 107-108 menerangkan
kita mungkin tinggal di sebuah lautan
tentang mereka yang celaka dan kekal
alam semesta, seperti sebuah gelembung
berada di neraka serta mereka yang
yang
samudera
berbahagia dan kekal di surga. Kata
gelembung. Sehingga kata yang lebih
khâlidîn (mereka kekal), dalam pandangan
tepat digunakan adalah “multiverse” atau
Quraish
“megaverse”, bukan “universe”. (Kaku,
dipahami
dalam
Terj., SesaMedia, 2010: 30). Beberapa
keadaan
dan
ilmuwan yang meyakini teori semesta
keadaan tidak disentuh oleh perubahan
berinflasi dan “bertunas”, menunaskan “puteri” alam semesta atau “bayi” alam semesta, yang mungkin pada gilirannya memucukkan bayi alam semesta lain; dan
proses
pemucukan
berlangsung
selamanya. Demikian pula halnya alam semesta, ia barangkali terus-menerus melahirkan alam semesta-alam semesta
240
mengapung
di
Shihab
(Vol.6, arti
2002:
349)
kesinambungan
keberadaannya
dalam
Multisemesta dalam Perspektif
Vol. I No. 01, November 2015
atau kerusakan. Kata ini pada mulanya
materi (al-`Arḍ) sama dengan jumlah
digunakan untuk sesuatu yang dapat
jenis ruang alam (as-samâ`) yakni tujuh.
bertahan lama, walaupun tidak sepanjang
Informasi lain yang disajikan, yakni
masa. Sementara mâ dâmat as-samawât
tentang undang-undang yang ditetapkan
wa al-`arḍ, dari segi redaksional ia
Allah berlaku pada ketujuh ruang alam
mengandung
yaitu
(as-samâ`) dan ketujuh materi (al-`arḍ).
kekekalan para penghuni neraka dan
Hal ini menginformasikan bahwa tiada
penghuni surga akan berlanjut selama ada
sesuatupun yang terlepas dari peraturan
langit dan bumi.
atau
semacam
syarat,
Surat Hud ayat 107-108 diatas
undang-undang
yang
telah
ditetapkan oleh Allah swt.
menunjukkan, bahwa para penghuni surga
Tujuh langit berlapis-lapis (sab’a
dan neraka akan kekal selamanya di dalam
samawât) atau bertingkat-tingkat pada
surga, dengan persyaratan selama masih
ayat ini bukanlah bermakna lapisan-
ada langit dan bumi. Langit dan bumi di
lapisan langit. Tujuh langit bermakna
sini bukan dipahami sebagai satu langit
jumlah
dan
melainkan
terhingga, benda-benda langit di jagat
(multiverse,
raya. Berlapis-lapis atau bertingkat-
bumi
banyaklangit multisemesta).
(universe), dan
bumi Informasi
tentang
yang
tingkat
sangat
bermakna
banyak,
jaraknya
tak
yang
banyaknya langit dan bumi ini, salah
berbeda-beda, ada yang dekat (masih di
satunya tercantum seperti dalam surat aṭ-
lingkungan
Ṭalâq ayat 12.
termasuk atmosfer bumi) dan ada yang
ٍ َ َوBَ Iَ 4ْ Bَ aَ َ =َ ا ِ يcُ ا ض ِ ْر%&ْ ات َو ِ َ ا ?َ Gَ cَ ِ َ ْ َ ُ 'ا ان ا:ُ َ 3ْ Tَ ُ ْ %&ْ ُل اOَ َ َ :ُ َ dْ ِ ٍء,ْ َ0 1N eُ ِT َط-َ اLْ Fَ cَ ٌ َوان اLِ Fَ ٍء,ْ َ0 1N ُ [١٢ : ْ ً ]ا _*)قGِ
jauh. (Kementrian Agama RI, 2012: 6).
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS at-Thalaq : 12) Informasi sentral yang dikemukakan
dalam surat aṭ-Ṭalâq ayat 12 adalah jenis
bumi
dan
tata
surya,
Semua nampak sederhana, namun Allah menunjukkan kekuasaannya yang luar biasa. Kemudian pada ayat “wa min al`arḍi
miṡlahunna”,
(Vol.14,
2002:
Quraish
308)
Shihab
memahaminya
bahwa bilangan bumi seperti bilangan langit yang tujuh. Yakni sebagaimana Allah yang telah menciptakan langit yang tujuh itu, seperti itu juga Allah yang menciptakan bumi ini, yakni dalam tujuh
bilangan.
Sebagaimana
pemahaman tujuh langit dengan makna
Multisemesta dalam Perspektif
241
Vol. I No. 02, November 2015
langit yang banyak di atas, maka bisa jadi,
penemuan baru para peneliti di bidang
bilangan tujuh bumi di atas menyiratkan
kosmologi, seperti adanya big bang,
makna akan adanya “banyak” bumi yang
inflasi alam semesta, hingga keberadaan
terdapat di semesta ini.
supernova, memungkinkan adanya jagat akan
raya – jagat raya lain selain jagat raya
adanya multiverse, multisemesta, atau
kita, dan tidak menutup kemungkinan
banyaknya
akan adanya kehidupan di alam semesta
Ayat
diatas,
alam
menyiratkan
semesta.
Tiap-tiap
langit dan bumi, memiliki seperangkat
lain.
hukum alam dan aturan-aturan yang
Akan tetapi, adanya multisemesta
telah diciptakan oleh Allah. Dalam
terlebih kehidupan di alam semesta lain,
beberapa kasus, bisa jadi perangkat
memiliki syarat-syarat tersendiri yang
hukum dan aturan di tiap langit dan bumi
memungkinkan eksisnya kehidupan di
(universe) tersebut berbeda. Jika menilik
alam semesta lain tersebut. Stephen
dari sudut pandang terminologi, bahwa
Hawking (2010: 161) dalam hal ini
istilah alam semesta dalam Al-Qur`an
menyebutnya sebagai Goldilocks Zone,
terekam dalam kata as-samâ` wa al-`arḍ
yaitu zona disekeliling bintang yang
atau as-samawât wa al-`arḍ. Dengan
dapat dihuni oleh kehidupan dimana air
demikian, penyebutan sab’a samawât
dalam bentuk cair tersedia di planetnya.
yang kemudian diikuti dengan wa min
Selain itu, “fine tuning” atau penyetelan
al-`arḍi miṡlahunna, dapat bermakna
yang pas yang memungkinkan bumi
sebagai banyaknya alam semesta.
mampu dan sesuai untuk dihuni oleh
Titik perbedaan pada pembahasan
kehidupan
makhluk
juga
menjadi
multisemesta M-Theory dan Al-Qur`an
keharusan bagi adanya multi alam
terletak pada kegamblangan informasi
semesta ini (Hawking dan Mlodinov,
yang disampaikan. M-Theory secara
terj., Zia Anshor, 2010: 176-177).
jelas menjelaskan bahwa kemungkinan tentang
adanya
multiverse
alam
terbuka
peluang
3.
multisemesta, semesta,
sangat
keberadaannya.
Tuhan dalam Penciptaan Alam Semesta.
Penyetelan
alam
semesta
yang
sangat pas pada banyak sekali hukum
hanya
alam, dan kemunculan struktur-struktur
menjelaskan secara tersirat saja perihal
rumit yang mampu menopang kehidupan
keberadaan multi alam semesta ini.
cerdas,
Sementara
Al-Qur`an,
membawa
implikasi
pada
merupakan
gagasan bahwa rancang agung alam
konsekuensi dari adanya penemuan-
semesta ini merupakan karya suatu
Multisemesta
242
Multisemesta dalam Perspektif
Vol. I No. 01, November 2015
perancang agung. Akan tetapi M-Theory
terpancar di supernova akibat ledakan
meminimalkan campur tangan Tuhan
supernova, dan akhirnya merapat lagi
dalam penciptaan alam semesta.
menjadi bagian planet di tata surya
Newton percaya bahwa tata surya
generasi baru. Selain itu, usia alam
kita yang anehnya dapat dihuni tidak
semesta dan kemujuran pada bentuk
“muncul dari kekacauan hukum alam
orbit
belaka.” Sebaliknya, menurut Newton,
memungkinkan manusia ada, bukanlah
keteraturan di alam semesta “diciptakan
sebagai akibat dari keadaan tertentu
oleh Tuhan pada awalnya dan dipelihara
dalam hukum dasar alam. Umur alam
oleh-Nya hingga hari ini dalam keadaan
semesta hanyalah faktor lingkungan,
dan kondisi yang sama.” Pemikiran
karena ada masa yang lebih awal dan
tersebut muncul karena pada saat itu
yang lebih akhir pada sejarah alam
pemikiran
berkembang
semesta, akan tetapi kita harus hidup
mempercayai bahwa tata surya kita
pada masa ini karena hanya masa inilah
adalah satu-satunya tata surya di alam
yang kondusif bagi kehidupan kita.
semesta.
Kebetulan-kebetulan
yang
Akan
tetapi
munculnya
planet
dan
lainnya
yang
yang
bersifat
planet-
natural, mudah dipahami karena habitat
planet yang mengelingi bintang selain
kita hanyalah salah satu diantara banyak
matahari
1992,
habitat kosmik yang ada di alam
bahwa
semesta. (Hawking dan Mlodinov, terj.,
pengamatan
bahwa
kita
memunculkan
terdapat
pada
tahun
pemikiran
kebetulan pada kondisi planet kita –satu
Zia Anshor, 2010: 163-165).
matahari, paduan mujur jarak jarak
Fakta bahwa keajaiban-keajaiban
bumi-matahari dan massa matahari—
dari penyetelan pas yang mendukung
menjadi
kehidupan
kurang
menakjubkan,
dan
manusia
bukanlah
satu-
kurang meyakinkan apabila dijadikan
satunya habitat yang ada di seantero
sebagai bukti bahwa bumi dirancang
alam semesta, membentuk pemikiran
seksama hanya demi kita, manusia.
bahwa
(Hawking dan Mlodinov, terj., Zia
penciptaan alam semesta menjadi kecil,
Anshor, 2010: 161-163).
atau bisa jadi bahwa Tuhan tidaklah
keberadaan
Tuhan
dalam
Supaya manusia bisa ada, alam
memiliki peran apapun dalam penciptaan
semesta haruslah berisi unsur seperti
alam semesta itu sendiri. Setidaknya
karbon,
dengan
itulah argumentasi yang diajukan oleh
memasak unsur-unsur yang lebih ringan
M-Theory tentang keberadaan Tuhan
di dalam bintang. Karbon itu kemudian
dalam penciptaan alam semesta.
yang
diproduksi
Multisemesta dalam Perspektif
243
Vol. I No. 02, November 2015
Berbeda dengan M-Theory, Al-
dukhân
tersebut
untuk
bergravitasi
Qur`an dengan jelas menyatakan bahwa
memampatkan diri menjadi bentuk-
segala bentuk evolusi kosmik, hingga
bentuk tata surya. Hal ini ditunjukkan
akhirnya
dengan bentuk kata perintah i`tiya ṭau’an
memunculkan
kehidupan
manusia, merupakan pekerjaan yang
au
dikerjakan oleh Tuhan.
dukhân tersebut. Lebih lanjut, Quraish
Hal ini sebagaimana terlihat pada
karhan
Shihab
yang
ditujukan
(Vol.12,
kepada
2002:
389)
ayat-ayat yang menceritakan tentang
menyebutkan bahwa bentuk kata i`tiya
segala bentuk evolusi kosmik yang ada
ṭau’an au karhan ini, memiliki implikasi
didalam Al-Qur`an. Pada QS. al-Anbiya
makna yang serupa dengan bentuk
ayat 30, dimana peristiwa Big Bang
perintah kun fayakûn. Bentuk kata “kun”
sebagai awal dari kehidupan muncul, Al-
(jadilah) sendiri merupakan simplikasi
Qur`an dengan jelas menginformasikan
atau
bahwa Allah lah yang memisahkan
Besarnya kekuasaan Allah, apa saja yang
ratqan tersebut, dan kemudian Allah
dikehendaki untuk ditetapkan semua
pula-lah,
atom
terjadi dengan mudah. Sementara kata
mampu
“fa yakûn”, yang berarti “maka jadilah”
hidrogen
yang
menjadikan
berevolusi
hingga
mendukung kehidupan manusia.
penyederhanaan
tentang
Maha
tidak mesti diartikan bahwa sesuatu
Pada Q.S. Al-Anbiyâ` ayat 30,
tersebut
terjadi
seketika
itu
juga,
bentuk kata fataqnâhumâ menyimpan
melainkan melalui tahapan proses yang
dhamir nahnu yang kembali kepada
memerlukan waktu (Kementrian Agama
Allah. Bentuk penyebutan dhamir Allah
RI, 2012: 183).
dengan bentuk jamak ini adalah untuk menunjukkan
kepada
bentuk
Perintah Allah juga berlaku pada pengembangan
alam
semesta.
pengagungan kepada Allah. Hal ini juga
Sebagaimana terlihat pada QS. Aż-
berlaku ketika Al-Qur`an menyebutkan
Żariyât ayat 47, Al-Qur`an menunjukkan
bahwa Allah-lah yang menjadikan dari
bahwa Allah-lah yang meluaskan alam
unsur air, hidrogen, segala sesuatu yang
semesta. Hal ini terlihat pada bentuk kata
hidup.
innâ
Kemudian pada periode dukhân
lamûsi’ûn
kepada
yang
Tuhan-lah
menunjukkan
yang
membuat
sebagaimana yang tercantum dalam surat
kosmos berekspansi. Pernyataaan ini
Fuṣṣilat
diperkuat
oleh
menyebutkan bahwa Allah-lah yang
terpakai,
yakni isim
memerintahkan kepada awan-awan /
participle yang
244
ayat
11-12,
al-Qur’an
maksud
lafal
yang
fâ’il,
active
menunjukkan
bersifat
Multisemesta dalam Perspektif
Vol. I No. 01, November 2015
yang
alam semesta, terlihat seperti menaruh
dikemukakan sebelumnya. Hal ini berarti
batas limit pada campur tangan Tuhan
ekspansi alam berlangsung sejak ledakan
dalam menjalankan alam semesta. Akan
besar sampai seterusnya. (Zar, 1999 : 148).
tetapi, sebagaimana perintah kun fayakûn
tetap
dan
Lebih
permanen
lanjut,
diajukan
oleh
menjawab
misteri
seperti
teori-teori M-Theory keberadaan
yang
Tuhan dalam menciptakan alam semesta
untuk
ini, penciptaan Tuhan terhadap makhluk-
alam
Nya, tidak membutuhkan campur tangan
semesta dan kehidupan didalamnya, alih-
secara
alih
Tuhan
keberlangsungan alam semesta ini. Justru
dalam penciptaan alam semesta, justru
perintah kun fayakûn menunjukkan kepada
makin menunjukkan kepada kebesaran
simplikasi penciptaan yang sudah disertai
Tuhan dalam menciptakan alam semesta.
oleh hukum alamnya secara sistematis.
Bisa jadi multiverse, multi alam semesta
Tuhan tidak perlu memberikan perintah
merupakan kebenaran dalam bidang
kun fayakûn secara berulang-ulang kepada
kosmologi di abad modern ini, akan
tiap makhluk-Nya, Tuhan hanya cukup
tetapi “fine tuning” atau penyetelan yang
sekali memberikan perintah kun fayakûn
pas ini lah, yang menunjukkan kepada
kepada makhluk-Nya, karena perintah kun
keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam
fayakûn
semesta.
penciptaan Tuhan yang menunjukkan pada
menihilkan
keberadaan
Fine Tuning yang terjadi pada setiap
terus
tersebut,
penetapan
orbit bumi dan ketepatan jarak bumi-
sistematis.
matahari, serta penghitungan unsur-
C. Simpulan.
hidrogen
yang
tepat,
menunjukkan
adalah
bagi
perintah
penciptaan makhluk tersebut, juga pada
aspek alam semesta, seperti ketepatan
unsur pembentuk sejak unsur sederhana
menerus
hukum
Multisemesta konsekuensi
dari
alamnya
yang
merupakan adanya penemuan-
bahwa hal tersebut bukanlah kebetulan
penemuan baru para peneliti di bidang
dan kemujuran semata seperti yang
kosmologi, seperti adanya Big Bang,
dikatakan
Hawking.
inflasi alam semesta, hingga keberadaan
Ketepatan tersebut justru menunjukkan
supernova, memungkinkan adanya jagat
adanya Sang Perancang Agung yang
raya – jagat raya lain selain jagat raya
mendesain segala Rancang Agung ini.
kita, dan tidak menutup kemungkinan
oleh
Stephen
Ketepatan-ketepatan hitungan yang
akan adanya kehidupan di alam semesta
berulang tersebut, yang kemudian mampu
lain. Akan tetapi, adanya multisemesta
diprediksikan oleh gaya-gaya yang ada di
Multisemesta dalam Perspektif
245
Vol. I No. 02, November 2015
terlebih kehidupan di alam semesta lain,
Al-Qur`an merupakan kitab agung
memiliki syarat-syarat tersendiri yang
yang
memungkinkan eksisnya kehidupan di
manusia. Karena kebenaran Al-Qur`an
alam semesta lain tersebut. Dalam hal ini
bersifat
Hawking
penafsiran-penafsiran yang lebih sesuai
menyebutnya
Goldilocks
Zone
(zona
sebagai disekeliling
dengan
menjadi
pedoman
universal,
zamannya.
maka
Oleh
bagi
umat
dibutuhkan
karenanya,
bintang yang dapat dihuni oleh kehidupan
kontekstualitas penafsiran Al-Qur`an juga
dimana air dalam bentuk cair tersedia di
dibutuhkan
planetnya)
atau
terhadap ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat
penyetelan yang pas yang memungkinkan
ilmiah) sebagai salah satu kebutuhan
bumi mampu dan sesuai untuk dihuni
dalam menjawab temuan-temuan modern
oleh kehidupan makhluk juga menjadi
yang menyangkut dengan segi keilmiahan.
keharusan
Selain itu, mengkaji sains dari sudut
dan
bagi
“fine
adanya
tuning”
multi
alam
dalam
upaya
penafsiran
pandang Islam, bukan berarti memaksa
semesta ini. Dalam Al-Qur`an sendiri, jika
untuk menyimpulkan bahwa Al-Qur`an
menilik dari sudut pandang terminologi,
telah dapat mengungkap temuan-temuan
bahwa istilah alam semesta dalam Al-
sains jauh sebelum sains itu sendiri
Qur`an terekam dalam kata as-samâ` wa
mengungkapnya. Peran antara sains dan
al-`arḍ atau as-samawât wa al-`arḍ.
agama tidaklah terpisahkan. Karenanya,
Dengan
sab’a
untuk bisa memahami antara kedua hal
samawât yang kemudian diikuti dengan
tersebut, maka dibutuhkan peran sains dan
wa
min
bermakna
demikian,
al-`arḍi
penyebutan
miṡlahunna,
dapat
banyaknya
alam
sebagai
agama secara bersamaan. [ ].
semesta. DAFTAR PUSTAKA Admiranto, A. Gunawan. 2013, Menjelajahi Tata Surya. Edisi Kedua, Cet. 5. Yogyakarta: Kanisius.
Bagus, Lorens. 2002, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
__________. 2013, Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta. Edisi Kedua, Cet. 5, Yogyakarta: Kanisius.
Hawking, Stephen & Leonard Mlodinov. 2011, The Grand Design. Terj. Zia Anshor, Rancang Agung. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1989, Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra.
Hawking, Stephen. 1994, A Brief History of Time. Terj. A Hadyana Pujaatmaka. Riwayat Sang Kala: dari
246
Multisemesta dalam Perspektif
Vol. I No. 01, November 2015
Dentuman Besar hingga Lubang Hitam. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Kaku, Michio. 2010, Parallel Worlds: a Journey Through Creation, Higher Dimensions, and The Future of The Cosmos. Terj. Dunia Paralel: Perjalanan Menuju Penciptaan, Dimensi Tinggi, dan Masa Depan Kosmos. Sesa Media. Kementrian Agama RI. 2012, Penciptaan Bumi dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Tafsir Ilmi). Jakarta: Kementrian Agama RI. Popper, Karl. 1963, Conjectures and Refutations. London: Routledge and Keagan Paul. Rosadisastra, Andi. 2007, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial. Jakarta: Amzah.
Multisemesta dalam Perspektif
Shihab, M. Quraish. 2002, Tafsir AlMisbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Vol. 6. Jakarta: Lentera Hati. __________. 2002, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an. Vol. 8. Jakarta: Lentera Hati. ___________. 2002, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an. Vol. 12. Jakarta: Lentera Hati. __________. 2002, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an. Vol. 14. Jakarta: Lentera Hati. Zar, Sirajuddin. 1994, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur`an. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
247
Vol. I No. 02, November 2015
248
Multisemesta dalam Perspektif