MODUL METODOLOGI PENELITIAN PROGRAM STUDI FARMASI

MODUL METODOLOGI PENELITIAN PROGRAM STUDI FARMASI

MODUL

METODOLOGI PENELITIAN

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kenikmatan yang tiada bandingannya karena berkat limpahan rahmatnya maka penyusun akhirnya dapat menyelesaikan penyusun buku Metodologi Penelitian. Modul Metodologi Penelitian ini dipersiapkan dalam rangka membantu pengadaan sarana pendidikan terutama dalam Metodologi Penelitian. Secara garis besar bertujuan untuk melatih calon sarjana farmasi dan mengabdikan ilmu dan kehaliannya di masyarakat melaksanakan pengembangan dibidang farmasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa petunjuk materi Metodologi Penelitian ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat penyusun butuhkan demi perbaikan buku petunjuk Metodologi Penelitian ini. Semoga buku petunjuk ini dapat bermanfaat sebelum melakukan materi Metodologi Penelitian.

Lubuk Pakam, Desember 2015 Dosen Matakuliah

Ady Frenly Simanullang, S.Pd.,M.Si

Program Studi Farmasi MEDISTRA Lubuk Pakam

i

MODUL


DAFTAR ISI Judul

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i DAFTARISI..................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3 BAB II DEFENISI PENELITIAN................................................................. 4 A. Pengertian Metodologi Penelitian ................................................................ 4 BAB III ILMU ................................................................................................. 8 A. Ilmu .............................................................................................................. 8 BAB IV PROSES BERFIKIR...................................................................... 11 A. Pengertian Metode Berfikir Ilmiah ............................................................ 11 B. Manfaat Metode Berfikir Ilmiah ................................................................ 11 C. Prosedur Berfikir ilmiah Penalaran Rasional dan Empiris......................... 12 BAB V KEBENARAN ILMIAH ................................................................. 14 A. Pengertian Kebenaran ................................................................................ 14 B. Kriteria Kebenaran Ilmiah.......................................................................... 16 BAB VI METODE ILMIAH........................................................................ 18 A. Kriteria Metode Ilmiah............................................................................... 19 B. Langkah-Langkah Metode Ilmiaah ............................................................ 20 BAB VII METODE PENELITIAN............................................................. 23 A. Beberapa Metode Dasar dan Rancangan Penelitian................................... 25 BAB VIII MACAM PENELITIAN............................................................. 26 A. Penelitian Histori (Historical Research)..................................................... 26 B.Penelitian Deskriptif (Descriptive Research) .............................................. 28 C. Penelitian Perkembangan (Developmental Research) ............................... 29 D. Penelitian Korelasional (Correlational Research) ...................................... 30 E. Penelitian Kausal-Komperatif (Causal-Comperative research).................. 31 F.Penelitian Tindakan (Action Research) ....................................................... 33 BAB IX PROSES PENELITIAN................................................................. 35


ii

MODUL


A. Langkah-Langkah Penelitian...................................................................... 35 B. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah ....................................... 36 BAB X LANJUTAN PROSES PENELITIAN ........................................... 40 A. Identifikasi, Klasifikasi, dan Pemberian Defenisi Vriabel-Variabel........................................................................... 40 BAB XI DESAIN PERCOBAAN................................................................. 46 A. Jenis Penelitian........................................................................................... 46 B. Disain Penelitian......................................................................................... 48 C. Jenis Desain Penelitian ............................................................................... 48 D. Memilih Jenis Desain Penelitian ................................................................ 49 BAB XII TATACARA PENULISAN PROPOSAL ................................... 51 A.Format Usulan (Proposal) Penelitian .......................................................... 51 BAB XIII TATACARA PENULISAN SEMINAR .................................... 60 A. Seminar ...................................................................................................... 60 B. Tujuan Penyusunan Proposal Seminar ....................................................... 60 BAB XIV TATACARA PENULISAN SKRIPSI ....................................... 63 A. Skripi .......................................................................................................... 63 DAFTAR PUSRTAKA ................................................................................. 67


iii

MODUL


BAB I PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam

sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil dari tahu manusia), ilmu dan filsafat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “what”, melainkan akan menjawab pertanyaan “why” dan “how”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dan sebagainya. Penegtahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Perlu dibedakan di sini antara pengetahuan dan keyakinan, walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Baik pengetahuan maupun keyakinan, keduanya merupakan respons mental seseorang dalm hubungannya objek tertentu yang disadari sebagai ‘ada’ atau terjadi. Hanya saja, dalam hal keyakinan, objek yang disadari sebagai ‘ada’ tersebut tidak perlu harus ada sebagaimana adanya. Sedangkan dalam hal pengetahuan, objek yang disadari memang harus ‘ada’ sebagaimana adanya. Dengan demikian, pengetahuan tidak sama dengan keyakinan. Artinya apa yang disadari (diyakini) sebagai ada, ternyata tidak ada dalam kenyataannya. Tetapi untuk pengetahuan tidak demikian, pengettahuan dapat salah atau keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan. Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut berubah pengetahuan. Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut berubah statusnya menjadi keyakinan saja. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa pengetahuan hanya sekedar menjawab pertanyaan tentang ‘apa’-nya objek atau ‘ada’ serta yang ‘apa’-nya yang terjadi. Sedangkan ilmu yang tidak hanya sekedar menjawab ‘apa’-nya ‘ada’ atau yang terjadi, tetapi menjawab mengapa dan bagaimana seseuatu tersebut terjadi. Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistemis dan diakui secara universal, maka terbentuklah ilmu, Program Studi Farmasi MEDISTRA Lubuk Pakam

1

MODUL


atau lebih sering disebut ilmu pengetahuan. Penggunaan istilah ilmu penegtahuan sebenarnya berlebihan, yang sebenarnya cukup disebut ilmu (science) saja. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a.

Mempunyai objek kajian

b.

Metode pendekatan

c.

Disusun secara sistematis

d.

Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum). Istilah ilmu itu ‘science’ merupakan istilah yang mempunyai makna ganda.

Menurut cakupannya, ilmu merupakan terminologi umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Ilmu merupakan terminologi umum yang mengacu kepada ilmu yang seumumnya (ilmu pada umumnya). Sedangkan arti yang lain, imu menunjuk pada masingmasing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok masahalh tertentu. Dalam hal ini ilmu alam, ilmu sosial, ilmu bumi (geografi), antropologi, sosiologi, ilmu ekonomi dan sebagainya. B.

RUANG LINGKUP PENELITIAN Menurut penggunaannya Jenis penelitian jika dilihat dari segi penggunaannya dapat digolongkan

menjadi: a. Penelitian dasar atau penelitian murni (pure research) LIPI memberi devinisi sebagai berikut: Penelitian dasar adalah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan ilmiah atau untuk menemukan bidang penelitian baru tanpa suatau tujuan praktis tertentu. Artinya kegunaan hasil penelitian itu tidak dapat segera dipakai kecuali untuk jangka waktu panjang. b. Penelitian terapan (applied research) Batasan yang diberikan lipi ialah: penelitian terapan adalah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Berarti hasilnya diharapkan tercapai untuk keperluan praktis.


2

MODUL


C. TUJUAN PENELITIAN Terkait ilmu pengetahuan , dapat dikemukakan tiga tujuan penelitian yaitu: a. Tujuan Eksploratif, penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh melalui penelitian betul-betul baru belum pernah diketahui sebelumnya. b. Tujuan Verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau ilmu pengetahuan tertentu. c. Tujuan Pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan atau memperdalam ilmu pengetahuan yang telah ada.


3


MODUL

BAB II DEFENISI PENELITIAN

A.

PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN “Metodologi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang

tepat untuk melakukan sesuatu; dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan.

Jadi, metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan

menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. Tentang istilah “Penelitian” banyak para sarjana yang mengenukakan pendapatnya, seperti : a. David H. Penny Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta. b. J. Suprapto MA Penelitian ialah penyelididkan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis. c. Sutrisno Hadi MA Sesuai

dengan

tujuannya,

penelitian

dapat

didefinisikan

sebagai

usaha

untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

pengetahuan. d. Mohammad Ali Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali Program Studi Farmasi MEDISTRA Lubuk Pakam

4


MODUL

sehingga diperoleh pemecahannya. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara

ilmiah

untuk

mencari,

menyusun

serta menganalisis dan

menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan

dan

menguji

kebenaran

sesuatu

pengetahuan

berdasarkan bimbingan Tuhan. Metodologi penelitian terdiri dari kata metodologi yang berarti ilmu tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentang sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sejalan

tersebut diatas, penelitian dapat diartikan

dengan

sebagai

mempersyaratkan keseksamaan atau kecermatan kenyataan

sejauh

mungkin

sebagaimana

makna

penelitian

usaha/kegiatan dalam

sasaran

yang

memahami

itu

adanya.

Jadi,

metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman. Jalan tersebut harus ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah dan data yang dicari untuk membangun/ memperoleh pemahaman melalui syarat ketelitian, artinya harus dipercaya kebenarannya. a. Perkembangan Metodologi Penelitian Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut dengan menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap

perlunya

memiliki

sikap

ilmiah

untuk

menyusun

ilmu

pengetahuan tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu : 1). Sikap ilmiah 2). Metode ilmiah 3). Tersusun secara sistematik dan runtut Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu


5


MODUL

pengetahuan dengan sistematik dan runtut. Periode perkembangan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Rummel yang dikutip oleh Prof. Sutrisno Hadi MA digolongkan sebagai berikut : a. Periode Trial and Error Dalam periode ini diisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan masih dalam keadaan embrional. Dalam periode ini orang menyusun ilmu pengetahuan dengan cara mencoba-coba

berulang

kali

sampai

dijumpia suatu pemecahan masalah yang diangap memuaskan. b. Periode Authority and Tradition Pada periode ini kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan atas pendapat para pemimpin atau penguasa waktu itu. Pendapat-pendapat itu dijadikan ajaran yang harus diikuti begitu saja oleh rakyat banyak dan mereka harus menerima bahwa ajaran tersebut benar. c. Periode Speculation and Argumentation Pada periode ini ajaran atau doktrin para pemimpin atau penguasa serta tradisi yang bercakal dalam kehidupan masyrakat mulai menggunakan dialektika untuk mengadakan diskusi dalam memecahkan masalah untuk memperoleh kebenaran. Dengan kata lain,

masyarakat

membentuk

untuk

kebenaran

kelompok-kelompok dan

menggunakan

spekulasi

argumen-argumen.

mulai

memperoleh Masing-masing

kelompok membuat spekulasi dan argumen yang berbeda dalam memperoleh kebenran. Oleh sebab itu, pada saat ini orang terlalu mendewakan akal dan kepandaian silat lidahnya, yang kadang-kadang dibuat-buat supaya tampak masuk akal. d. Periode Hypothesis and Experimentation Pada periode ini orang mulai mencari rangkaian tata cara untuk mnerangkan suatu kejadian.

Mula-mula

membuat

dugaan-dugaan

(hipotesis-hipotesis), kemudian mengumpulkan fakta-fakta kemudian dianalisis dan diolah, hingga akhirnya ditarik kesimpulan. tersebut

diperoleh

dengan

eksperimen

atau

Fakta-fakta

observasi-observasi

serta dokumen-dokumen.


6

MODUL


(Narbuko, Drs. Cholid dan Drs. H. Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.)


7

MODUL


BAB III ILMU A. ILMU a) Ilmu dan Filsafat Dalam sejarah perkembangan ilmu penegtahuan, sebelum munculnya ilmu telah berkembang filsafat terlebih dahulu. Filsafat berasal dari kata Filo dan Sofia (bahasa Yunani). Filo artinya cinta atau menyenangi dan Sofia artinya bijaksana. Konon orang yang selalu mendambakan kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai, orang yang selau mencari kebenaran. Dalam mencari kebenaran ini metreka mendasarkan mencari kebenaran. Dalam mencari kebenaran ini mereka mendasarkan kepada pemikiran dan logika, bahkan berspekulasi. Hal ini terjdi pada zaman sebelum ilmu berkembang. Hasil pemikiran mereka ini kemudian menjadi tantangan bagi para ilmuwan selanjutnya, dimana dalam menemukan kebenaran lebih mementingkan penemuan-penemuan empiris, bukan hanya hasil pemikiran atau logika semata. Logika bukan sebagai metode untuk menemukan atau mencari kebenaran tersebut. Dapat dikatakan bahwa lahirnya ilmu adalah karena ketidakpuasan para pemikir zaman dahulu terhadap penemuan kebenaran oleh para filsof, sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan bentuk-bentuk perkembangan filsafat. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat merupakan induk dari ilmu. Pada mulanya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama, yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (social sciences). Selanjutnya ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok lagi, yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences). Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Meskipun filsafat telah berkembang menjadi bermacammacam ilmu, namun filsafat sendiri tidak tenggelam, bahkan ikut berkembang pula seirama dengan perkembangan ilmu. Dalam arti, operasional filsafat adalah suatu pemikiran yang mendalam sampai akar-akarnya terhadap suatu masalah atau objek kajian. Sesuai dengan perkembangan filasafat dan pengertiannya, maka


8

MODUL


muncul berbagai macam filsafat antara lain : filsafat alam (metafisik), filsafat ketuhanan (theologia), filsafat manusia, filsafat ilmu dan sebagainya. b) Ilmu dan Penelitian Ilmu adalah suatu pengetahuan yang terurai secara sistematis dan terorganisasi, mempunyai metode dan bersifat universal. Sedangkan p enelitian adalah suatu usaha penyelidikan yang hati-hati dan secara teratur terhadap suatu objek tertentu untuk memperoleh suatu kebenaran atau bukti kebenaran. Dari batasan ilmu dan penelitian ini, dapat ditarik suatu hubungan bahwa dalam menyusun suatu pengetahuan yang sitematis, dan untuk mencapai sifat yang universal, ilmu memerlukan metoda tertentu yang disebut penelitian. Almack (1930) menyebut hubungan ilmu dan penelitian ini sebagai “hasil” dan “proses”. Penelitian adalah prosesnya, sedangkan ilmu adalah “hasil” dari proses tersebut. Namun Whitney (1960) berpendapat lain, bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama suatu proses, sedangkan hasil dari proses tersebut adalah “kebenaran”. Pendapat Whitney ini beralasan karena memang ilmu itu tidak statis, tetapi berkembang dan dalam perkembangan ilmu selalu melaui suatu proses dan proses ini adalah penelitian. Oleh sebab itu dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu itu memang hasil, tetapi juga proses. c) Landasan Ilmu 1. Landasan Ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek telahan yang jelas. Diakrenakan diverifikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya, maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda. 2. Landasan Epistemologi adalah behubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Secara umum metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu, sama yaitu berupa propses kegiatan induksi-deduksi-verifikasi seperi telah diuraikan sebelumnya.


9

MODUL


3. Landasan Aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu untuk peningkatan kualitas hidup manusia.


10

MODUL


BAB IV PROSES BERFIKIR A. PENGERTIAN METODE BERFIKIR ILMIAH Penegrtian metode berfikir ilmiah secara etimologi, metode berasal dari dari bahasa yunani yaitu kata meta (sesuatu atau dibalik sesuatu) dan hodos (jalan yang harus ditempuh). Jadi metode adalah langkah-langkah (cara dan teknis) yang diambil menurut urutan sistematika tertentu untuk mencapai pengetahuan tertentu. Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistemis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metode berfikir ilmiah adalah

prosedur, cara atau teknik dalam

mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat ilmu metode ilmiah atau dengan kata lain bahwa suatu pengetahuan baru dapat disebut suatu ilmu apabila diperoleh melalui kerangka kerja ilmiah, syarat-syarat yang harus dipenuhi aga suatu pengetahuan disebut ilmu, tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. Pendapat lain mengatakan bahwa metode ilmiah adalah sebuah prosedur yang digunakan ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukan dengan cara sistematis terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang ada. B.MANFAAT METODE BERFIKIR ILMIAH Seperti diketahui berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah manusia bisa terus meng-update pengetahuan menggali dan mengembangkannya. Sifat ingin tahu pada diri manusia mendorong manusia mengungkapkan pengetahuan meski dengan cara pendekatan yang berbeda. M.Solly Lubis menjelaskan bahwa manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena dua hal : pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat dijadikan media untuk mengkomunikasikan informasi dan


11

MODUL


jalan pikirannya, dan kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur dan kerangka berfikire tertentu , dengan kata lain bahasa yang komunikatif dan nalar memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan nalar sebagai bagian dari kegiatan berfikir memiliki dua ciri utama yaitu logis dan analitis. Secara historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan yang tadi disebut sebagai pelekat dasar kemajuan manusia, keempat cara tersebut adalah : 1. Berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan) 2. Merujuk kepada pendapat ahli (metode otoritas) 3. Berpegang pada intuisi (metode intuisi) 4. Menggunakan metode ilmiah Cara pertama sampai cara ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau orang awam dan cenderung tidak efisien dan kurang produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak rasional. Sedangkan car terakahir yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang dipandang lebih rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini adalah cara bagaimana para ilmuan memperoleh ilmu yang dalam prakteknya metode ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan ilmu dikerjakan melalui cara kerja penelitian. Bahwa manusia disadari atau tidak akan selalu menghadapi masalah, manusia selalu dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya bagaimana masalah, manusia selalu dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmu adalah pengetahuan yang sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran dan melalui metode tertentu. C. PROSEDUR BERFIKIR ILMIAH PENALARAN RASIONAL DAN EMPIRIS Prosedur berfikir ilmiah penalaran rasional dan empiris merupakan dua model yang selalu menjadi sumber sekaligus metodologis dalam menghasilkan ilmu pengetahuan, ilmu yang dihasilkan dari sumber tadi,selalu menuntut dilakukan observasi dan penjelajahan baru terhadap masalah yang dihadapi dari pra anggapan (hipotesis/dedukasi), pengujian dilakuakan melalui studi lapangan


12

MODUL


(empiris/induksi). Jika metode ilmiah adalah penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun pengetahuan. Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai dengan fakta dan yang tidak. Dengan demikian bahwa semua teori ilmiah harus memenuhui dua syarat utama yakni: a. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan. b. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika induktif dimana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem. Teori apapun konsistennya jika tidak didukung pengujian empiris maka tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Begitupun sebaliknya seberapa pun faktualitasnya fakta-fakta yang ada, tanpa didukung asumsi rasional maka ia hanya menjadi fakta yang mati yang tidak memberikan pengetahuan kepada manusia. Oleh karena itu, sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, yang biasanya disebut hipotesis.


13


MODUL

BAB V KEBENARAN ILMIAH

A. PENGERTIAN KEBENARAN Kebenaran tertuang dalam ungkapan-ungkapan yang dianggap benar, misalnya hukum-hukum, teori-teori atau rumus-rumus filsafat juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal. Sebelum mencapai kebenaran yang berupa pernyataan dengan pendekatan teori imiah sebagaimana kerangka ilmiah, akan lebih baik kita mengetahui terlebih dahulu pengetahuan ini bersifat logis, rasional tidak. Sebagaimana diungkapkan Ahmad Tafsir dalam kerangka berfikir sebagai berikut: a. Yang logis ialah yang masuk akal b. Yang logis itu mencakup yang rasional dan yang supra-rasional c. Yang logis ialah yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam d. Yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hukum alam e. Istilah logis boleh dipakai dalm pengertian rasional atau dalam pengertian supra-rasional. Beberapa defenisi kebenaran dapat kita kaji dari beberapa sumber antara lain, kamus umum bahasa indonesia (oleh Purwadarminta), arti kebenaran yaitu : 1. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau kebenaran sesungguhnya) 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada atau keadaan sesungguhnya) 3. Kejujuran, ketulusan hati 4. Selalu izin, perkenan 5. Jalan kebetulan Imam Wahyudi, seorang dosen filsafat ilmu UGM kebenaran dikelommpokan tiga makna yaitu : kebenaran moral, kebenaran logis dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasa etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenara logis menjadi bahasan epistomology, logika dan psikologi, ia merupakan hubungan atara pernyataan Program Studi Farmasi MEDISTRA Lubuk Pakam

14

MODUL


dengan realitas objektif. Sedangkan kebenaran metafisik berkaitan dengan yang ada sejauh berhadapan dengan akal budi karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar kebenaran dan akal budi yang menyatakannya. Menurut teori kebenaran metafisik/ontologis, kebenaran adalah kualitas individual atas objek, ia merupakan kualitas primer yang mendasari realitas dan bersifat objektif, ia didapat dari sesuatu itu sendiri. Kita memperolehnya melaui intesionalitas, tidak diperoleh dari relasi antara sesuatu dengan sesuatu, misalnya keseuaian antara pernyataan dengan fakta. Dengan demikian kebenaran metafisis menjadi dasar kebenaran epistemologis, pernyataan disebut benar kalau memang yang mau dinyatakan itu sungguh ada. Sedangkan menurut Noeng Muhajir, eksistensi kebenaran dalam aliran filsafat lainnya Protivisme hanya mengakui kebenaran yang ada ditanggap secara langsung atau tidak langsung lewar indra. Idealisme hanya mengakui kebenaran dunia ide, materi itu hanyalah bayangan dunia ide. Dengan menggunakan berbagai pendekatan kebenaran dalam mendapatkan pengetahuan, maka dibutuhkan berbagai kriteria kebenaran yang disepakati secara konsensus, baik dengan cara mengadakan penelitian atau mengadakan perenungan. Dalm pendekatan ini dibedakan menjadi dua pendekatan kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah dan kebenaran non ilmiah. Kebenaran ilmiah akan dijelaskan dalam buku ini. Kebenaran non ilmiah juga ada dimasyarakat, akan tetapi sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan secara kajian ilmiah. Kebenaran non ilmiah antara lain: a. Kebenaran karena kebetulan : kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah, tidak dapat diandalkan karena terkadang kita tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. b. Kebennaran karena akal sehat (common sense) : akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercaya dapat menyelesaikan masalah secara praktis. c. Kebenaran ituitif : kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir.


15

MODUL


d. Kebenaran karena trial dan eror: kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ngulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan parameterparameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. e. Kebenaran spekulasi : kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang, dikerjakan dengan penuh resiko, relative lebih cepat dan biaya lebih rendah. B. KRITERIA KEBENARAN ILMIAH Kriteria kebenaran sebagai dasar pengetahuan yang akan dibahas dalam buku ini, adalah kriteria kebenaran ilmiah dengan menggunakan beberapa patokan dan pijakan yang dibuat para ahli sebelumnya. Kriteria kebenaran ini juga tidak lepas dari sejarah dan patokan apa yang dipakainya. Hal ini tidak terlepas dari sifat kajian ilmiah, jika ada penemuan baru dalam bidang dan hal yang sama dapat menggantikan penemuan sebelumnya. Dan juga tidak lepas dari filsafat manusia yang menghasilkan pada saat itu. Menurut Roger yang dikutip Imam Wahyudi, benar yang dipergunakan dalam ilmu, agama, spiritualitas, estetika adalah sama namun semuanya tidak dapat diukur dengan standar yang sama, tidak ada satu pun yang benar menunjukkan pada klain bahwa suatu pernyataan adalah benar dalam suatu makna kata, namun salah pada makna lain. Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah, artinya suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh pengetahuan ilmiah secara metafisis kebenaran ilmu bertumpu pada objek ilmu, melalui penelitian dengan dukungan metode serta sarana penelitian, maka diperoleh suatu pengetahuan. Semua objek ilmu benar dalam dirinya sendiri, karena tidak ada kontadiksi didalamnya. Kebenaran dan kesalahan timbul tergantung pada kemampuan menteorikan fakta. Bangunan suatu pengetahuan secara epistemologi bertumpu pada asumsi metafisis tertentu, dari metafisis ini menurut suatu cara atau objek. Dengan kata lain metode yang dikembangkan merupakan konsekuensi logis dari watak objek. Maka secara epistemologi kebenaran merupakan kesesuaian antara apa yang diklain sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya menjadi objek pengetahuan.


16

MODUL


Sebelum membicarakan kriteria kebenaran secara ilmia, alangkah baiknya kita melihat pada saat berkomunikasi, seseorang harus menyusun atau merangkai kata-kata yang dimilikinya menjadi suatu kalimat yang memiliki arti. Kriteria kebenaran menurut Jujun S.Suriasumantri menggunakan dua teori kebenaran yaitu teotri koherennsi dan teori korespondensi. Teori koherensi adalah suatu

teori yang menyimpulkan suatu peryataan

yang dianggap benar bila

peryataan tersebut bersifat koheren atau konsisten. Teori lainnya adalah teori koeres pondensi dengan tokohny bertrand russel (1872-1970) peryataan dianggap benar jika materi yang dikandung peryataan itu berkoeres pondensi dengan objek yang dituju. Teori koerespondensi menurut abbas merupakan teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan kepada teori kebenaran tradisional, karna aristoteles sejak awal mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Akan tetapi teori koerespondensi bukan juga merupakan teori tanpa kelemahan. Teori prakmatis menurut Jujun S.Suriasumantri bukan merupakan aliran filsafat yang mempunyai doktri-doktrin filasfatri melainkan teori dalam penentuan kebenaran. Kriteria kebenaran prakmatisme ini dipergunakan para ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah dalam persefektif waktu. Secara historis peryataan yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian.


17

MODUL


BAB VII METODE ILMIAH

Metode penelitan sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah yang pertama kali dikenalkan oleh John Dewey adalah perpaduan proses berpikir deduktif – induktif guna pemecahan suatu masalah. John Dewey didalam bukunya How we think (1910) mengatakan bahwa langkalangka pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut : a. Merasakan adanya suatu masalah atau

kesulitan, dan masalah atau

kesulitan ini mendorong perlu nya pemecahan. b. Merumuskan dan atau membatasi masalah atau kesulitan tersebut. Dalam hal ini dperlukan obsevasi untuk mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan masalah itu. c. Mencoba mengajukan pemecahan masalah atau kesulitan tersebut dalam bentuk

hipotesis-hipotesis.

Hipotesis-hipotesis

ini

adalah

merupakan

pernyataan yang didasarkan pada suatu pemikiran atau generalisasi untuk menjelaskan fakta tentang penyebab masalah tersebut. d. Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan zara deduktif. e. Menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan, dengan berdasarkan fakta-fakta yang

dikumpulkan

melalui

penyelidikan

atau

penelitian.

Hasil

ini

membuktikan hipotesis ini bisa menguatkan hipoteis dalam arti hipotesis diterima, dan dapat pula memperlema hipotesis, dalam arti hipotesis ditolak. Dari langak terakhir ini selanjutnya dapat dirumuskan pemecahan masalah yang telah dirumuskan tersebut.


18

MODUL


Almack(1939) membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,

pengesahan, dan

penjelasan kebenaran. Dengan demikan maka penelitian pada dasarny adalh proses penerapan metode ilmiah tersebut yang hasilnya adalah ilmu (kebenaran). Bahasan

metode ilmiah sekurang-kurangnya mencakup dua hal yakni

menyangkut masalah kriteria dan langkah-langkah.

KRITERIA DAN LANGKAH-LANGKAH METODE ILMIAH Metode ilmiah

Kriteria 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Langkah-langkah

Berdasarkan fakta Bebas dari prasangka Menggunakan prinsip analisis Menggunakan hipotesis Menggunakan ukuran objektif Menggunakan teknik kuatifikasi

1. Memilih masalah 2. Mencari data yang terkait masalah 3. Memformulasikan hipotesis 4. Membangun kerangka analisis serta metode menguji hipotesis 5. Mengumpulkan data 6. Mengolah dan menganalisis data 7. Membuat generalisasi dan keimpulan 8. Membuat laporan penelitian

A. KRITERIA METODE ILMIAH a. Berdasarkan Fakta Informasi-informasi

atau

keterangan-keterangan

yang

akan

diperoleh

penelitian, baik yang akan dikumpulkan maupun dianalisis hendaknya berdasarkan fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan, bukan berdasarkan pemikiran-pemikiran sendiri atau dugaan-dugaan.


19


MODUL

b. Bebas dari Prasangka Penggunaannya fakta atau data metode ilmiah hendaknya berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif, bebas dari pertimbangan-pertimbangan subjektif. Oleh karena itu metode ilmiah ini harus bersifat bebas dari prasangkaprasangka atau dugaan-dugaan c. Menggunakan Prinsip Analisis Fakta atau data yang diperoleh melalui penggunaan metode ilmiah tidak hanya apa adanya. Fakta serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab akibatnya atau alasan-alasannya dengan menggunakan prinsip analis. d. Menggunakan Hipotesis Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu alan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai. Dengan hipotesis penelitian akan dipandu jalan pikirannya kearah mana hasil penelitiannya akan dianalisis. e. Menggunakan Ukuran Objektif Pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data harus menggunakan ukuranukuran

yang objektif.

Ukuran

tidak

boleh

dinyatakan

berdasarkan

perimbangan-perimbangan objektif (pribadi). B. LANGKAH-LANGKAH METODE ILMIAH Langkah umum

metode ilmiah menurut Almack tersebut diatas dapat

disederhanakan sebagai berikut: a. Memilih dan /atau Mengidentifikasi Masalah Memilih masalah penelitian memang tidak mudah, oleh sebab itu diperlukan pemikiran-pemikiran yang cermat. Untuk mempermudah pemilihan masalah, kita hsrus banyak memvbaca buku, baik yang mencakup teori maupun hasilhasil penelitian lain. Pengalaman-pengalaman lapangan pun sangat membantu dalam pemilihan masalah penelitian.


20

MODUL


b. Menetapkan Tujuan Penelitian Setelah

masalah

dipilih

(ditetapkan),

selanjutnya

tujuan

penelitian

dirumuskan. Tujuan penelitian pada hakikatnya adalah suatu pernyataan tetntang informasi (data) apa yang akan digalih melalui penelitian tersebut. c. Studi Literatur Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah penelitian yang dipilih, maka peneliti perlu banyak membaca buku literatur, baik berupa buku teks (teori) maupun hasil penelitaian orang lain , maalh, urnal dan sebagainya. Dari studi literatusr atau sering juga orang menyebut tinjauan teoritis, akan mempermudah dalam merumuskan konsep penelitian. d. Merumuskan Kerangka Konsep Penelitian Agar memperoleh gambaran secara jelas kearah mana penelitian itu berjalan, atau adata apa yang dikumpulkan, perlu dirumuskan kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian pada hakikatnya adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep seta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti). e. Merumuskan Hipotesis Agar analisis penelitian itu terarah, maka perlu dirumuskan hipotesis terlebih dahulu. Hipotesis pada hakikatnya adalah dugaan sementara terhadap terjadinya hubungan variabel yang akan diteliti. f. Merumuskan Metode Penelitian Dalam merumuskan metode penelitian ini mencakup jenis dan metode penelitian yang akan digunakan, populasi, dan sampel penelitian, cara (metode) dan alat ukur (pengumpulan data), serta rencana pengolahan dan analisis data.


21

MODUL


g. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan berdasarkan cara dan alat pengumpul adat seperti diuraikan dalam buku ini juga. h. Mengolah dan Menganalisis Data Setelah data terkumpul maka tahap selanjtnya adalah mengolah dan menganalisis data. Pengolahan dan analisis data dapat dilaksanakan secara manual dengan bantuan komputer. i. Membuat Laporan . Laporan penelitian pada dasarnya adalah penyaian data. Artinya dalam laporan hasil penelitian akan disajikan data hasil penelitian tersebut.


22

MODUL


BAB VII METODE PENELITIAN Ilmu penegtahuan adalah usaha yang bersifat multidimensial, yang karenanya dapat didefenisikan dalam berbagai cara, yang masing-masing defenisi tidak merupakan defenisi yang tuntas. Sementara orang menekankan cara berfikir, yaiutu sikap ilmiah, sebagai sifat utama ilmu pengetahuan,; sementara orangorang lain menekankan pentingnya cara untuk melakukan sesuatu, yaitu metode ilmiah, sebagai sifat utama ilmu pengetahuan. Sementara orang- orang lain lagi menganggap hasil penerapan metode-metode

ilmiah itu , yaitu kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan runtut, sebagai sifat utama pengetahuan. Kiranya mudah dimengerti, bahwa tiada satupun dari ketiga penekanan tersebut diatas itu yang dapat diterima dapat diterima dengan meninggalkan yang lain-lain. Ketiganya adalah sifat-sifat utama ilmu pengetahuan : orang berfikir dengan sikap tertentu (sikap ilmiah) , untuk menghasilkan faktafakta dan teori-teori yang tersusun baikuntuk mencandra ( memerikan) alam semesta beserta isinya. Apa yang dipikirkan ilmuwan dengan cara tertentu ( sikap ilmiah) , apa yang dihasilkan dengan cara tertentu (metode ilmiah) , yang merupakan susunan pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi dari pandangan filsafatnya mengenai “pengetahuan yang benar” yang biasa dikupas dalam filsafat Ilmu pengetahuan dan Efistemologi . pandangan filsafat tersebut merupakan jawaban terhadap masalah-masalah pokok mengenai pengetahuan yang benar , seperti misalnya; a. Apaka pengetahuan yang benar itu b. Dapatkah manusia mempercayai pengetahuan yang benar itu c. Jika pengetahuan yang benar itu dapat dicapai manusia , bagaimana caranya , dan sebagainya . Dalam hubungan hal-hal diatas itu pandangan-pandangan klasik, seperti empirisme , rasionalisme, dan kritisisme besar pengaruhnya terhadap apa yang berfikir , dilakukan dan dihasilkan oleh ilmuan


23

MODUL


Pada umumnya dalam usahanya untuk memperoleh fakta para ilmuan dewasa ini cenderung untuk mendasarkan diri kepada observasi dunia empiris sebagai wasit untuk menentukan kebenaran ; dengan cara demikian itu seorang ilmuan dapat menopang pernyataan-pernyataanya dan mencapai kesepakatan dengan ilmu-ilmuan lain . untuk lebih memahami berbagai metode dan bentuk penelitian yang sudah terpola dan diakui dalam masyarakat akedemik dewasa ini ada baiknya ditinjau sedikit sejarah perkembangannya. Dari sejarah perkembangan ilmu-ilmu orang mengetahui bahwa usaha-usaha manusia yang semula bernaung dibawah satu atap philosophia lambat laun berkembang menjadi usaha-usaha dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan khusus, dan perkembangan kearah pendalaman dan spesialisasi dalam ilmu pengetahuan ini makin lama makin intensive . ilu-ilmu yang tidak langsung mempersoalkan hidup dan kehidupan , Matematika, Fisika , Astronomil, dapat dahulu dilepaskan dari ilmu filsafat; ilmuilmu yang langsung mempersoalkan dan kehidupan manusia, seperti ilmu hukum , sosiologi, psikologi, sejarah , sastra baru lebih kemudian dapat lepas dari filsafat sdan menjadi ilmu yang mandiri. Relevansi pembedaan antara ilmu-ilmu yang lebih tua dan ilmu-ilmu yang lebih muda itu ialah bahwa ilmu-ilmu yang lebih tua itu sering mempengaruhi ilmu-ilmu yang lebih muda dalam perkembangannya. Pengaruh itu secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jen is , yaitu: a. Pengaruh langsung , yang terjadi bila ilmu yang lebih muda mengambil atau meniru konsep-konsep ilmu yang lebih tua, b. Pengaruh yang tidak langsung, yang terjadi bila ilmu yang lebih muda meniru menggunakan metode yang digunakan oleh ilmu yang lebih tua. Aspek penting lain dalam metodologi penelitian adalah kuantifikasi. Makin hari makin diakui , bahwa kuantifikasi itu merupakan suatu hal yang sangat besar artinya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian . Dengan tersedianya komputer dan

jasa-jasa yang disajikannya peranan

kuantifikasi itu juga

makin besar. Ilmu –ilmu pengetahuan sosial makin banyak menggunakan pendekatan kuantitatif dan berusaha mendapatkan manfaat dari pendekatan kuantitatif itu, misalnya:


24

MODUL


a. Mungkinya dilakukan pencatatan dan hasil penelitian secara eksak, b. Perlunya penelitian menganut tatapikir dan tatakerja yang pasti dan konsisten, c. Mungkinnya penelitian meringkas data dalam cara dan bentuk yang lebih banyak artinya dan lebih menganalisinya, d. Mungkinnya penggunakan teknik analisis statistik dapat matematis , yang merupakan metode-metode yang dapat diandalkan dalam penelitian ilmiah , dan e. Tingginya komunikabilitas hasil yang diperoleh. A. BEBERAPA METODE DASAR DAN RANCANGAN PENELITIAN Dalam melakukan penelitian , orang dapat menggunakan berbagai macam metode , dan sejalan dengan rancangan penelitian yang digunakan juga dapat bermacaam-macam . pertanyaan-pertanyaan berikut ini adalah pertanyaa npertanyaan pokok yang

perlu dijawab untuk menyusun sesuatu rancangan

penelitian : a. Cara pendekatan apa yang dipakai b. Metode apa yang dipakai c. Strategi yang kiranya paling efektif Keputusan mengenai rancangan apa yang dipakai akan ketergantung kepada tujuan penelitian, sikap masalah yang akan digarapdan berbagai alternatif yang digunakan . sifat masalah akan memainkan peran utama dalam menentukan caracara pendekatan yang cocok, selanjutnya akan menentukan rancangan penelitian.


25

MODUL


BAB VIII MACAM PENELITIAN A. PENELITIAN HISTORI ( HISTORICAL RESEARCH) a. Tujuan Tujuan penelitian histori adalah untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistemis dan obyektif , dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi , menverifikasikan serta mensintensiskan

bukti-bukti menegakkan fakta dan

memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian-penelitian itu berikatan dengan hipotesi-hipotesis tertentu. b. Ciri-ciri 1.penelitian histori lebih tergantung kepada data dan diobservasi orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keotentikan, ketetapan dan kepentingan sumber-sumbernya. 2. berlainan dengan anggapan yang populer , penelitian histori haruslah tertibketat,sistematis, dan tuntas ; seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu” penelitian historis “ hanya koleksi informasi-informasi yang tak layak , tak reliable, dan berat sebelah. 3. “penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder . data primer diperoleh dari sumber primer , yaitu si peneliti (penulis) secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian – kejadian yang dituliskan .data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitupeneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Diantara kedua sumber itu , sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.


26

MODUL


4. untuk menentukan bobot data , biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan “ apakah dokumen relik itu otentik” sedang kritik internal menanyakan” apabila data itu otentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?’. Kritik internal harus menguji motif, keberat-sebelahan, dan keterbatasan sipenulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian historis” itu sangat tertib-ketat yang dalam banyak hal lebih demanding daripada study eksperimental. 5. walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian , namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas. Mencari informasi dari sumber yang lebih luas. “penelitian historis” juga menggali informasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut daalam penelahan keputakaaan , dan banyak juga menggali bahan-bahan tak diterbitkan yang tk dikutip dalam bahan acuan yang standard. c. Langkah-langkah Pokok 1. defenisi masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri. a. Apakah cara pendekatan historis ini merupakan yang terbaik bagi masalah yang, sedang digarap? b. Apakah data penting yang diperlukan mungkin didapat? c. Apakah hasilnya nanti mempunyai cukup kegunaan? 2. Rumuskan tujuan penelitian dan , jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arah dan fokus bagi kegiataan penelitian itu. 3. Kumpulan data, dengan selalu mengingat perbedaan antara sumber primer dan sumber sekunder. Suatu keterampilan yang sangat penting dalam penelitian historis adalah cara pencatatan data: dengan sistem kartu atau dengan sistem lembaran, kedua-duanya dapat dilakukan. 4. Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal.


27

MODUL


5. Tuliskan laporan. B. PENELITIAN DESKRIPTIF ( DESCRIPTIVE RESEARCH) a. Tujuan Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuta pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. b. Ciri-ciri 1.Secara harfiah , penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan( deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian . dalam arti penelitian deskriptip itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tiak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi , walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptip. Tetapi para ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu. Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk penelitian ekperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah penelitian survai. 2.Tujuan-tujuan penelitian survei: a. Untuk mencari informasi faktal yang mendetail yang mencandra gejala yang ada . b. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. c. Untuk membuat komparasi dan Evaluasi. d.Untuk mengidentifikasi apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang ama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan masa depan.


28

MODUL


c. Langkah-langkah Pokok 1.Defenisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Fakta-fakta dan sifat-sifat apa yang perlu diketemukan? 2. Rancangan cara pendekatannya.Bagaimana kiranya data akan dikumpulkan ? bagaimana caranya menentukan sampelnya untuk menjamin supaya sampel representatif bagi populasinya? Alat atau teknik observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat? Apakah metode pengumpulan data itu perlu di-try-out-kan? Apakah para pengumpulan data perlu dilatih terlebih dahulu. 3. Kumpulan data. 4. Susun laporan. C. PENELITIAN PERKEMBANGAN ( DEVELOPMENTAL RESEARCH). a. Tujuan Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan atau sebagai fungsi waktu. b. Ciri-ciri 1. Penelitian perkembangan memusatkan perhatian pada studi mengenai variabel-variabel dan perkembangannya selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Tugasnya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan” Bagaimanakah pola-pola pertumbuhannya , lajunya, rahnya, perurutannya, dan bagaimana berbagai faktor berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat perkembangan itu?” 2. Masalah sampling dalam studi longitudinal adalah kompleks karena terbatasnya suubyek yang dapat diikuti dalam waktu yang lama; berbagai faktor mempengaruhi atrisi dalam studi longitudinal. 3. Studi-studi cross-sectional biasanya meliputi subyek lebih banyak, tetapi mencandra faktor-faktor pertumbuhan yang lebih sedikit daripada studi-studi longitudinal. Walaupun metode longitudinal itu adalah satu-satunya metode langsung untuk mempelajari perkembangan manusia, namun cara pendekatan


29

MODUL


cross-sectional lebih murah dan lebih cepat karenaa kurun waktu yang panjang diganti oleh pengambilan sampel dari berbagai kelompok umur. 4. Studi-studi kecendrungan mengandung kelemahan bahwa faktor-fakor yang tak dapat diramalkan mungkin masuk dan memodifikasi atau membuat kecendrungan yang didasarkan masa lampau menjadi tidak sah.pada umumnya ramalan untuk masa yang panjang adalah hanya educated guess , sedang ramalam untuk waktu yang pendek lebih reliable dan lebih valid. c. Langkah-langkah pokok 1. Defenisikan masalahnya atau rumuskan tujuan-tujunnya. 2. Lakukan penelaahan kepustakaan utnuk menentukan garis dasar informasi yang ada dan mempebandingkan metodologi-metodologi penelitian. 3. Rancangan cara pendekatan. 4. Kumpulan data. 5. Evaluasi data yang terkumpul. 6. Susun laporan mengenai hasil evaluasi itu. D.PENELITIAN KORELASIONAL (CORRELATIONAL RESEARCH ) a. Tujuan Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasivariasi pada suatu faktor berkaitan koefisien korelasi. b. Ciri-ciri 1.Penelitian macam ini cocok dilakukan billa variabel-variabelyang diteliti rumit dan atau tak dapt diteliti dengan metode eksperimental atau taak dapat dimanipulasikan. 2.Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel . 3. penelitian korelasional mengandung kelemahan-kelemahan antara lain adalah sebagai berikut.


30

MODUL


a. Hasilnya Cuma mengidentifikasikan apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukan saling hubungan yang bersifat kausal. b. jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental , penelitian korelasional itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas. c. pola saling hubungan sering tak menentu dan kabur. c. Langkah-langkah Pokok 1.Defenisikan masalah. 2. Langkah penelaahan kepustakaan. 3. Rancangan cara pendekatannya 4.Kumpulkan data. 5.Tuliskan laporan. E. PENELITIAN KAUSAL –KOMPARATIF ( CAUSAL- COMPRATIVE RESEARCH) a. Tujuan Tujuan penelitian kausalkomparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol. b. Ciri-ciri Penelitian kausal –komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung ( lewat) . Peneliti mengambil satu atau lebih akibat ( sebagai “dependent variabels”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali kemasa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan dan maknanya.


31

MODUL


Keunggulan-keunggulan 1. Metode kausal komparatif adalah baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat , yaitu metode eksperimental , tak dapat digunakan. 2. Studi kausal –komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala kondisi apa, pada perurutan dan poila yang bagaimana , dan sejenis dengan itu. 3. Perbaikan-perbaaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausalkomparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan. Kelemahan-kelemahan 1. Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. 2. Adalah sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki. 3. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan faktor-faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda 4. Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan , mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. c. Langkah-langkah Pokok a. Defenisikan masalah b. Lakukan penelahaan kepustakaan c. Rumuskan hipotesis- hipotesis


32

MODUL


d. Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan. e. Rancangan cara pendekatannya. f. Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan interprestasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan cermat g. Kumpulkan dan analisis data h. Susun laporan F. PENELITIAN TINDAKAN ( ACTION RESEARCH) a. Tujuan Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan –keterampilan baru atau cara pendekataan baru dan untuk memecahkan masalah dengaan pnerapan langsung didunia kerja atau dunia aktual yang ain. b. Ciri-ciri 1) Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalaam dunia kerja. 2) Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru. 3) Fleksibel dan adaptif , membolehkan perubahan-perubahanselama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan on-the spot experimentation dan inovasi. c. Langkah-langkah Pokok 1. Defenisikan masalahnya atau tetapkan tujuannya . Apa yang kiranya memerlukan perbaikan atau yang mungkin berkembang sebagai keterampilan baru atau cara penyelesaian baru. 2. Lakukan penelaahan kepustakaan untuk mengetahui apakah orang-orang lain telah menjumpai masalah yang sama atau telah mencapai tujuan yang berhubungan dengan yang akan dicapai dalam penelitian itu.


33

MODUL


3. Rumusan hipotesis atau strategi pendekatan, dengan menyatakan dalam bahasa yang jelas, spesifik 4. Aturlah research setting-nya dan jelaskan prosedur serta kondisikondisinya 5. Tentukan kriteria evaluasi , teknik pengukuran, dan lain-lain sarana untuk mencapai tujuan yang diinginkan 6. Analisis data yang terkumpul, dan evaluasi hasilnya 7. Tuliskan laporannya


34


MODUL

BAB IX PROSES PENELITIAN

Didalam Bab ini disajikan langkah-langkah penelitian yang ifatnya umum, sejak awal sampai akhir. Untuk setiap langkah diberikan penjelasan ringkas, dan beberapa

mungkin

disajikan

juga

pertimbangan-pertimbangan

praktis

mengenainya.Pada dua bab yang terdahulu telah disajikan beberapa macam penelitian. Walaupun penyajian tersebut hanya secara garis besar , namun diharapkan telah dapat memperluas cakrawala para pembaca, dan dapat memberikan gambaran garis besar tentangg macam-ragam penelitian serta metode-metode yang cocok untuk diterapkan bagi masing-masing penelitian. Pada Bab ini akan disajikan uraian mengenai suatu kerangka umum penelitian , yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seseorang dalam melakukan penelitian. Apa yang disajikan dalam bab ini hanyalah suatu alternatif- bukan satu-satunya- dan diharapkan dapat memberi tuntutan kepada pembaca dalam menyusun perencanaan dan melakukab penelitian. A. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yng dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Adapun langkah-langkah penelitian itu pada umumnya adalah sebagai berikut dibawah ini: 1. Identifikasi , pemilihan, dan perumusan masalah 2. Penelaahan kepustakaan 3. Penyusun hipotesis; 4. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabelvariabel; 5. Pemilihaan atau pengembangan alat pengembil data; 6. Penyusun rancangan penelitian; 7. Penentuan sampel; 8. Pengumpulan data; 9. Pengolahan dan analisis data ; Program Studi Farmasi MEDISTRA Lubuk Pakam

35

MODUL


10. Interprestasi hasil analisis; 11. Penyusun laporan Kesebelas langkah tersebut berturut-turut akan disajikan secara ringkas disini, dengan menunjukan hal-hal yang pokok serta praktis. B. IDENTIFIKASI , PEMILIHAN DAN PERUMUSAN MASALAH Masalah atau permasalahn ada kalau ada kesenjangan (grap) antara da sollen dan das sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan , dan yang sejenis dengan itu. Banyak ssekali , kesenjangan itu mengenai pengetahuan dan teknologi; informasi yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan, dan sebagainya . Penelitin diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu 1. Identifikasi masalah Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikanny, memilihnya, dan merumuskannya . Hal- hal yang dapat menjai sumber masalah, terutama adalah: a) Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian, b) Seminar , diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah, c) Pernyataan pemegang otoritas, d) Pengamatan spintas, e) Pengalaman pribadi, dan f) Perasaan intuitif. Adapun sumbernya , masalah penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasikan kalau calon peneliti cukup “berisi” orang yang masih “Kosong” yang miskin akan mengetahui suatu cabang ilmu hampir tidak mungkin, atau sekurang-kurangnya sulit, untuk menemukan masalah penelitian.


36

MODUL


2. Pemilihan Masalah Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut

layak

dan

sesuai

untuk

diteliti

.Biasanya,

dalam

usaha

mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih lebih dari satu masalah. Jika yang diketemukan kiranya hanya satu masalah , maslah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya serta sesuai dan tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari dua arah, yaitu (1) dari arah masalnya (2) dari arah sicalon penelitu. 3. Perumusan Masalah Perumusn ini penting , karena hasilnya akan menjadi penuntut bagi langkahlangkah selanjutnya.Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu , namun dapat disarankan hal-hal berikut ini: a) Masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kliamt tanya, b) Rumusan itu hendaklah padat dan jelas, c) Rumusan

itu

hendaklah

mengumpulkan

data

memberi

guna

petunjuk

menjawab

tentang

mungkinnya

pertanyaan-pertanyaan

yang

terkandung dalam rumusan itu . 4. Penelaahan Kepustakaan Setelah masalah dirumuskan , maka langkah selanjutnya adalah mencari teoriteori , konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan itu .Secara garis besar , sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sumber acuan umum, dan (b) sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsep-konsep pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp dan sejenisnya.Penyusun landasan teoritis tidak akan produktif sebelum bahannya cukup banyak. Karena itu perlu lebih dahulu dibaca banyak-banyak sumber-sumber bacaan, baru kemudian ditelaah, dibanding-bandingkan, lalu diambil kesimpulan-kesimpulan teoritis.


37

MODUL


Supaya hasil bacaan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya , perlulah hal tersebut direkam (dicatat) dengan cara yang mudah pemanfaatannya . Tentang cara pencatatannya, pada umumnya mengikuti salah satu dari dua sistem , yaitu ( a) sistem kartu , dan (b) sistem lembaran. Sistem kartu menggunakan kertas gambar berukuran kartupos atau berukuran lebih kecil dari kartu pos, sedangkan sistem lembaran menggunakan(seringkali juga HVS) ukuran kuarto. 5. Perumusan Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap maslah penelitian , yang kebenarannya masih diuji secara empiris. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian yang disajikan dalam bab ini hipotesis itu merupakaan rangkuman dari kesimpulan – kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan pling tinggi tingkaat kebenarannya.Secara teknis , hipotesi dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penlitian. Bagaimana cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut. a) Hipotesis hendaklaah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih b) Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam klimat deklaratif atau pernyataan; c) Hipotesis hendalah dirumuskan secara jelas dan padat d) Hipotesis endaklah dapat diuji. Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Didalam analisi statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol itu. Hipotesis lain yang bukan nol disebut hipotesis alternatif. Seringkali timbul pertanyaan mengenai mana diantara kedua macam hipotesis itu , yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif , yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. jawaban pertanyaan ini akan tergantung pada landasan teoritis yang digunakan. jika landasan teoritis itu mengarahkan penyimpulan ke"tidak ada hubungan" atau ke " tidak ada perbedaan" maka


38

MODUL


hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan hipotesis nol. Sebaliknya, jika tinjauan teoritis mengarahkan penyimpulannya ke "ada hubungan" atau ke "ada perbedaan" , maka hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan hipotesis alternatif.


39


MODUL

BAB X LANJUTAN PROSES PENELITIAN A.

IDENTIFIKASI,

KLASIFIKASI,

DAN

PEMBERIAN

DEFINISI

VARIBEL –VARIABEL Dimuka telah disebutkan bahwa dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis

sebagai

hasil

akhir

penelahaan

kepustakaan

peneliti

harus

mengidentifikasikan variabel-variabel utama yang akan ditelitinya. dalam persiapan metodologis untuk menguji hipotesis penelitian m peneliti harus memastikan variabel-variabel itu. sebagai kelanjutannya dari defenisi itu perlu pula ditunjuk alat pengambil data ( instrumen) yang akan digunakan. 1. Mengidentifikasikan Variabel istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. dalam tulisan ini variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. kecakapan mengidentifikasi variabel penelitian adalah keterampilan yang berkembang karena latihan dan pengalaman. kecuali dengan melakukan penelitian, keterampilan ini juga dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan seminr yang demikian itu akan mempercepat berkembangnya keterampilan itu. 2. Mengklasifikasi variabel berkaitan dengan proses kuantifikasi, data biasa digolongkan menjadi empat jenis (a). Variabel nominalm yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan proses penggolongan; variabel ini bersifat deskrit dan saling pilih; contoh: jenis kelaminm jenis pekerjaan (b). Variabel ordinal , yaitu variabel yang disusun berdasarkan jenjang dalam atribut tertentu. contoh : hasil perlombaan inovatif produktif diantara para mahasiswa, ranking mahasiswa.


40


MODUL

(c). Variabel interval , yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran. contoh sikap

terhadap

suatu

program

dinyatakan

dalam

skor.

(d) Variabel ratiom adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak, 3. Merumuskan Definisi Operasional Variabel-variabel Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati(observasi). konsep dapat diamati karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa,sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. 4. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data Dalam sesuatu penelitian, alat pengambil data menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data itu menentukan kualitas penelitinya. Beberapa contoh mengenai penelitian yang kurang memadai mutunya karena alat pengambil datanya kurang memadai disajikan dibawah ini. 1. Penelitian tentang status mental para tunawisma dengan menggunakan angket untuk menetapkan taraf IQ 2. Penelitian mengenai taraf kesabaran orang dengan mempergunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. contoh-contoh diatas itu dapat benar-benar terjadi dalam praketk, dan kiranya mudah dimengerti kalau orang meragukan mutu hasil penelitian-penelitian tersebut. Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkannya, seorang peneliti harus terebih dahulu harus memperoleh keyakinan bahwa alat pengambilan datanya mempunyai reliabilitas dan validitas yang memadai. Untuk memperoleh keyakinan ini dia harus menguji alat pengambilan data tersebut. a. Pemilihan Alat pengambilan data keputusan mengenai alat pengambilan data mana yang akan digunakan terutama


41

MODUL


ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau diambil datanya. dengan kata lain pertimbangan harus dari sudut praktis, misalnya besar-kecilnya biaya, macam kualifikasi orang yang harus menggunakannya. b.Pengembangan Alat Pengambilan Data Jika peneliti mengembangkan sendiri atau mengadaptasikan alat pengambil datanya, dia harsu melakukan penelitian uji coba, untuk memperoleh keyakinan tentang kualitas alat pengambil data yang dikembangkan itu.sebelum benar-benar digunakan pada penelitian yang sebenarnya. 5. Penyusun Rancangan Penelitian Kemampuan untuk memilih rancangan penelitian ini juga berkembang karena latihan dan pengalaman. Membaca, berpartisipasi dalam seminar mengenai usulan penelitian , melakukan stimulasi, akan merupakan cara-cara yang sangat membantu mengembangkan kemampuan menentukan rancangan penelitian itu. Pada umumnya, rancangan penelitian itu sekaligus juga merupakan rancangan analisis data . Disamping itu m penentuan sampel juga sudah diberi arah oleh rancangan penelitian. 6. Penentuan Sampel Diantara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah penentuan sampel secara rambang (Random Sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinyam tetapi juga pada buktibukti empiris. Ada empat parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness sesuatu sampel, yaitu : (a) variabilitas populasi (b) besar sampel (c) teknik pengambilan sampel (d) kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi data, sampel Dengan mempertimbangkan parameter-parameter tersebut diatas itu penelitiannya diharapkan dapat menentukan sampel yang paling tinggi tingkat represenstatifnya yang mungkin dicapai.


42

MODUL


7. Pengumpulan Data Seperti telah disebutkanm kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. kalau alat pengambil data cukuo reliable dan valid maka datanya juga akan cukup reliable dan valid. Namun ada satu hal yang harus diperhatikan yait kualifikasi s ipengambil data. Apa yng telah dibicarakan diatas itu ialah seluk-seluk pengambilan data primer m yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sember pertamanya. Disamping data primer terdapat data sekunderm yang seringkali juga diperlukan oleh peneliti. Data sekunder itu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai data keadaan demografis daerah. 8. Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul lalu diolah.Pertama-tama data itu diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Menganalisi data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Penelitian harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakan, apakah analisi statistik atau non-statistik. Analisi statistik sesuai dengan data kuantitatifm yaitu dala, bentuk bilanganm sedanng analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif. Data deskriptif sering hanya dianalisi menurut isinya , dan karena itu analisi macam ini juga disebut analisi isi ( Content analysis) Dari uji statistik yang telah digunakan akan diperoleh hasil uji dalam dua kemungkinan, Seperti disebutkan dibawah ini. (1). Hubungan antara variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampelsampel yang diteliti sangat signifikan. (2). Hubungan antara variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampelsampel yang diteliti tidak signifikan. 9. Interpretasi Hasil Analisis Hasil analisi boleh dikata masih faktual m dan ini harus

diberi arti

peneliti. Hal itu biasa dibandingkan dengan hipotesis penelitian , didiskusikan atau dibahas, dan akhirnya diberi kesimpulan. beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu dapat dicari antara lain dari hal-hal berikut.


43

MODUL


(a). Landasan teori (b). Sampel (c), Alat pengambil data (d). Rancangan penelitian (e). Perhitungan-perhitungan (f). Variabel-variabel luaran. Dalam hubungan dengan tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. jika suatu hipotesis tidak terbukti kebenarannya, itu tidak berarti bahwa penelitian gagal sama sekali. Sesuatu penelitian sering menguji sejumlah hipotesis m dan tidak terbukti satu atau dua memang tidak jarang terjadi.

10. Penyusun Laporan Langakah terakhir dalam seluruh prose penelitian adalah Penyusun laporan. laporan ini langkah yang sangat penting karena dengan laporan itu syarat keterbukaan ilmu pengetahuan dan penelitian dapat dipenuhi. Melalui laporan itu ilmuan lain dapat memahami, menilai , kalau perlu menguji kembali hasilhasil penelitian itu, dan dengan demikian pemecahan masalahnya mengalami kemantapan dan kemajuan. Suatu hal yang juga sangat penting dalam laporanpenelitian adalah format atau sistematikanya. secara garis besar, sistematik laporan itu dapat berupa sebagai berikut. a. Bagian Awal, yang berisi 1) Halaman judul; 2) Halaman pendahuluan; 3) Halaman daftar isi; 4) Halaman daftar tabel (jika ada); 5) Halaman daftar gambar ( jika ada); 6) Halaman daftar lampiran (jika ada); b. Bagian Inti m yang berisi 1) Latar belakang masalah; 2) Tujuan penelitian; Program Studi Farmasi MEDISTRA Lubuk Pakam

44

MODUL


3) Penelaahan kepustakaan , termasuk perumusan hipotesis ; 4) Hipotesis ; 5) Metodologi; 6) Hasil; 7) Diskusi, kesimpulan dan saran-saran c. Bagian Akhir, yang berisi 1. Daftar pustaka; 2. Lampiran-lampiran;


45

MODUL


BAB XI DESAIN PERCOBAAN

A. JENIS PENELITIAN Secara sederhana dapat dibedakan atas tiga yakni penelitian historikal, survei dan penelitian esperimen. Pada penelitian historikal ini memanfaatkan data yang telah lampau. Data tersebut dapat berasal dari bahan-bahan kepustakaan ( Data Sekunder) atau data yang dicari sendiri( Data Primer). Contohnya ialah meneliti tingkat kesehatan penduduk indonesia pada tahun 1945-1950. Disini si peneliti mengkaji semua data yang ada hubungannya dengan tingkat kesehatan penduduk indonesia tahun 1945-1950 tersebut. Pada penelitian ini yang dimanfaatkan adalah data yang terjadi secara alamiah, dalam arti ada atau tidaknya data tersebut, bukan sebagai hasil dari perbuatan dipeneliti. Data yang dimanfaatkan tersebut dapat pula berupa data masa lampau , namun

pada

pembahasannya

tidak

berpengaruh

kepada

sesuatu

yang

bersifatsejarah. Penelitian survei ini dapat dibedakan atas dua macam yakni: 1. Penelitian survei tanpa kelompok pembanding. Pada penelitian ini dilakukan dilakukan penelitian terhadap satu kelompok . Secara umum penelitian ini dapat dibedakan pula atas dua macam yakni: a. Bersifat deskriptif sederhana Disebut pula Bersifat deskriptif sederhana jika yang dibahas hanya suatu keadaan tertentu secara terpisah tanpa menghubungkannya dengan keadaan lainnya .( Misalnya hanya Umur, Jenis kelamin, Suku bangsa dan sebagainya. b. Bersifat deskriptif korelatif Disebut bersifat deskriptif korelatif jika dalam pembahsannya dilihat hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lainnya ( Misalnya hubungan antara umur dengan jenis kelamin). Mengingat pengukuran fsktor bebas dan faktor terikat pada jenis penelitian ini dilakukan pada saat bersamaan, maka jenis ini sering disebut sebagai desain Cross-sectional.


46

MODUL


2. Penelitian survei dengan kelompok pembanding Pada penelitian ini dilakukan penelitian terhadap dua kelompok populasi . ada dua bentuk yang dikenal yaitu : a. Penelitian kohort Disebut juga kohort jika dibandingkan adalah kelompok terkena paparan dengan tidak terkena paparan kemudian dilihat akibat yang muncul. Karena kohort mengacu pada masa depan. Maka sifatnya prospektive. Selanjutnya karena pengukuran penyebab dan akibat tidak dalam waktu yang bersamaan, maka penelitian kohort dikenal juga sebagai penelitian bersifat longitudinal. b. Penelitian kasus kelola Jika yang dibaningkan kelompok yang sakit dan ingin diketahui penyebabnya disebut penelitian kasus kelola . karena kasus kelola mengacu pada masa lampau disebut bersifat Retrospective. c. Penelitian Eksperimen Pada penelitian ekperimen dilakukan pengumpulan, pengolahan penyajian dan analisis data yang dilakukan dari adanya campur tangan peneliti. Penelitian ekperimen ini juga dibedakan atas dua macam yaitu: 1.Ditujukan hanya terhadap satu kelompok saja Contohnya ialah membandingkan hasil yang diperoleh sebelum suatu tindakan dengan hasil yang diperoleh sesudah tindakan yang ditunjukkan pada satu kelompok saja. Eksperimen seperti ini mudah dilakukan , tetapi tidak dianjurkan. 2. Ditujukan terhadap dua kelompok Contohnya ialah melalukan uji coba terhadap suatu obat baru dimana satu kelompok diberikan obat baru tersebut sedangkan kelompok lainnya tidak diberikan. Data yang diperoleh, kemudian dianalisa untuk selanjutnya ditarik kesimpulan tentang baik atau tidaknya obat baru tersebut.


47

MODUL


B. Disain Penelitian Agar suatu peneliti dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan maka perlu ditetapkan dahulu desain penelitiannya. Jika ditinjau dari kehendak untuk mencapai tujuan penelitian, Maka peranan desain penelitian adalah amat penting. Peranan tersebut setidak-tidaknya dapat dibedakan atas dua macam yaitu: 1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Memilih suatu disain penelitian berarti menetapkan macam atau jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Peranan disain penelitian disini adalah sama dengan peranan penelitian itu sendiri yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Sebagai pedoman yang dalam melaksanakan penelitian. Karena setriap macam atau jenis penelitian meneliti tata laksana tersendiri. Maka pemilihan terhadap suatu disain penelitian berarti sekaligus memilih pula tatalaksananya. Dengan perkataan lain peranan suatu disain penelitian dapat diibaratkan sebagai kendaraan bagi para penumpang, yang akan mengantarkannya sampai ketujuan, serta juga sebagai rambu-rambu lalulintas yang akan menuntun keselamatan dalam perjalanan. C. JENIS DESAIN PENELITIAN Jenis disain penelitian pada dasarnya adalah identik dengan jenis penelitian itu sendiri. Sebagai mana telah dikemukakan diatas bahwa jenis penelitian secara garis besarnya dapat dibedakan atas tiga macam. Dengan demikin disain penelitian dapat dibedakan atas tiga macam pula yakni: 1. Penelitisn historikal Desain penelitian historikal dipilih jika tujuan penelitian adalah unuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang suatu keadaan yang telah lampau yang bersifat sejarah. 2. Penelitian Survei Desain penelitian survei dipilih jika tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan


48

MODUL


satu atau beberapa keadaan atau menjelaskan hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lainnya dari suatu peristiwa yang terjadi bukan sebagai hasil perbuatan sipeneliti. Jika keadaan yang diinginkan tersebut berasal dari satu populasi tanpa menghubungkannya dengan keadaan lain yang juga ditemukan pada populasi tersebut maka desain penelitian yang dipilih disebut PENELITIAN DESKRIPTIF SEDERHANA. Jika bermaksud pula mencari hubungan antara satu keadaan dengan keadan lain yang terdapat dalam satu populasi yang sama disebut PENELITIAN

DESKRIPTIF

KORELATIF

atau

CROSS

SECTIONAL.

Jika hubungan antara dua atau lebih keadaan dalam satu populasi yang ingin diketahui tersebut diikuti perkembangan dalam satu kurun waktu disebut PENELITIAN LONGITUDINAL.Jika penelitian lebih dari dua keadaan yang ingin dijelaskan berasal dari dua populasi ygberbeda dan dilihat hubungan satu dengan yang lain disebut PENELITIAN KOHORT ( jika yang ingin diketahui adalah akibat) atau PENELITIAN KASUS KELOLA ( jika yang ingin diketahui adalah

penyebab).

LONGITUDINAL

Penelitian ,

kohort

sedangkan

bersifat

penelitian

PROSPECTIVE kasus

kelola

dan

bersifat

RETROSPECTIVE. 3. Penelitian eksperimen desain penelitian eksperimen dipilih jika tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan sesuatu dan atau hubungan antara sesuatu dengan sesuatu lainnya dari

suatu

peristiwa

yang

terjadi

karena

hasil

tindakan

sipeneliti.

Jika intervensi tersebut ditujukan terhadap kelompok dan kemudian dibandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi disebut penelitian BEFORE-AFTER STUDY. Jika dilakukan perbandingan hasil dari dua kelompok, yang satu mendapat intervensi dan yang lainnya tidak disebut sebagai penelitian EKSPERIMEN atau INTERVENSI.

D. MEMILIH JENIS DESAIN PENELITIAN Sekalipun tujuan penelitian amat besar peranannya dalam menentukan pilihan terhadap desain, bukan berarti tujuan adalah satu-satunya faktor yang


49

MODUL


mempengaruhi pilihan tersebut. disamping tujuan ternyata ditemukan dua faktor yang juga berperan cukup besar dalam memilih desain penelitian. Kedua faktor tersebut

adalah

kemampuan

yang

dimiliki

serta

data

yang

teredia.

Dari uraian seperti ini jelaslah bahwa untuk memilih macam dan jenis desain penelitian ada tiga faktot, yang mempengaruhi yakni: 1. Faktor tujuan penelitian peranan tujuan dalam menentukan desain penelitian adalah amat penting, karena memang tercapai atau tidaknya tujuan penelitian tersebut amat ditentukan oleh desain penelitian yang dipilih. 2. Faktor kemampuan yang dimiliki kedalam pengertian kemampuan, termasuk soal dana, tenaga , sarana dan waktu yang tersedia. Ambil contoh desain penelitian longitudinal misalnya, sekalipun mungkin yang paling sesuai untuk mencapai tujuan, tetapi karena waktu yang tersedia tidak memungkinkan maka desain ini mungkin tidak dipilih. 3. Faktor data yang tersedia yang dimaksud dengan faktor data disini, disamping menyangkut yang teresedia atau tidaknya data tersebut, juga menyangkut kesahilan data. Jika data tidak ada atau tidak dapat dipercaya tentu desain penelitian historikal tidak dapat dipilih.


50

MODUL


BAB XII TATACARA PENULISAN PROPOSAL A. FORMAT USULAN (PROPOSAL) PENELITIAN Format kedua versi usulan penelitian ini sedikit berbeda, meskipun pada prinsipnya adalah sama. Proposal penelitian untuk program atau proyek pada umumnya lebih sederhana dibanding dengan proposal untuk karya ilmiah. Dibawah akan diuraikan sedikit tentang format atau out line usulan penelitian, khususnya untuk kepentingan penulisan ilmiah. 1. Judul penelitian 2. Latar belakang masalah 3. Perumusan masalah 4. Tujuan penelitian a. Umum b. Khusus 5. Manfaat penelitian a. Manfaat praktis (aplikatif), yakni manfaat hasil penelitian tersebut bagi kepentingan program terkait, misalnya program kesehatan b. Manfaat teoritis (akademis) yaitu manfaat hasil penelitian tersebut bagi pengembangan ilmu terkait. 6. Tinjauan pustaka 7. Kerangka konsep, hipotesis, dan defenisi operasional 8. Metode penelitian: a. Jenis atau disain penelitian b. Lokasi penelitian


51

MODUL


c. Populasi dan sampel d. Cara pengumpulan data e. Instrumen penelitian (alat pengumpul data) f. Rencana pengolahan dan analisis data 9. Daftar kepustakaan. Sedangkan usulan penelitian versi yang pertama atau untuk program format biasanya sesuai dengan selera atau aturan dari pihak pemberi dana atau sponsor. Tiap pemberi dana (donor agencies) biasanya menentukan sediri format usulan penelitiannya sendiri-sendiri namun demikian, sekurang-kurangnya mencakup pokok-pokok seperti dibawah ini: 1. Judul penelitian 2. Latar belakang masalah 3. Perumusan masalah 4. Tujuan penelitian 5. Manfaat penelitian 6. Metode penelitian a. Jenis penelitian b. Lokasi penelitian c. Populasi dan sampel d. Cara pengumpulan data e. Alat pengumpulan data f. Rencana pengolahan dan analisis data 7. Rencana kegiatan


52

MODUL


8. Organisasi penelitian 9. Rencana anggaran Selanjutnya akan diuraikan secara lebih rinci format usulan penelitian untuk kepentingan penulisanskripsi, tesis dan disertasi. 1. Judul Penelitian Jenis penelitian merupakan pencerminan dari tujuan penelitian. Oleh karena tujuan penelitian itu dirumuskan dari masalah penelitian, atau dengan kata lain, tujuan penelitian itu merupakan jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka judul penelitian juga mencerminkan masalah penelitian. 2. Latar Belakang Masalah Akan diuraikan fakta-fakta pengalaman-pengalaman si peneliti hasil-hasil penelitian dari orang lain atau teori-teori yang melatar belakangi masalah yang ingin diteliti. Dengan uraian tentang fakta, pengalaman dan teori-teori tersebut maka orang lain (pihak pemberi dana) atau pembimbing, diyakini bahwa masalah yang akan diajukan tersebut cukup penting dan cukup “justified”. Dalam latar belakang harus dengan jelas diuraikan : Mengapa masalah tersebut dipilih? Apa justifikasinya, mengapa penelitian itu diadakan diwilayah tertentu? 3. Perumusan Masalah Masalah adalah kesengajaan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Memilih masalah penelitian baik yang akan digunakan akan kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria antara lain : a. Relatif masih baru b. Aktual, artinya memang masalah yang akan diteliti ini menjadi masalah saat ini


53

MODUL


c. Memadai, artinya sesuai dengan kemampuan dan yang diharapkan dari peneliti. d. Sesuai dengan kebijakan pemerintah, artinya merupakan kebutuhan dari program pelayanan. Merumuskan masalah penelitian dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problem statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (reserch question). 4. Tujuan penelitian Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kearah mana atau data (informasi) apa yang akan dicari melalui penelitian itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret, dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Biasanya tujuan penelitian di bedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Apabila tujuan umum suatu penelitian tidak dapat atau tidak perlu dispesifikasikan lagi, maka tidak perlu adanya tujuan umum dan khusus, maka cukup dibuat “tujuan penelitian” saja. 5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah jegunaan hasil penelitian nanti baik bagi kepentingan pengembangan program maupun ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, dalam manfaat penelitian ini harus diuraikan secara terinci manfaat atau apa gunanya hasil penelitian nanti. Secara spesifik, manfaat penelitian dibidang apapun seyogianya mencakup dua aspek, yakni : a. Manfaat Praktis atau Aplikatif adalah manfaat dari aspek praktif atau aplikatif yakni manfaat penelitian dari program. b. Manfaat Teoretis atau Akademis adalah manfaat penelitian dari aspek teoritis yakni manfaat penelitian bagi pengembangan ilmu.


54

MODUL


Bagi beberapa peneliti ( Mahasiswa) , kadang-kadang manfaat penelitian ini jug dilihat dari kepentingan pribadi peneliti, yakni sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya dalam bidang Metodologi Penelitian. 6. Tinjauan Pustaka ( Literature Review) untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam usulan penelitian, diperlukan tinjauan pustaka yang kuat. Tinjauan pustaka ini yang sangat penting dalam mendasari penelitian yang akan dilkukan. Tinjauan pustaka ini biasanya mencakup dua hal: a. Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar para peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau mengidentifikasi variabel-variabel ysng akan diteliti ( diamati). b. Tinjaun dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Hal ini penting, disamping akan memperluas pandangan dan pengetahuan peneliti, juga peneliti dapat menghindari “ pengulangan “ dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang lain. 7. Kerangka Konsep , Hipotesis dan Definisi Operasional a. Kerangka konsep dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori serta masalah penelitian yang akan dirumuskan tersebut,

maka dikembangkan suatu “Kerangka konsep

penelitian “. Yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satuTerhadap konsep lainnya , atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti.

Konsep

adalah

suatu

abstaraksi

yang

dibentuk

dengan

menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. b. Hipotesis seperti yang telah diuraikan sebelumnya baha hipotesis adalah suatu jawaban


55

MODUL


sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel , variabel bebas dan variabel terkait. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. Kalau hipotesis terbukti maka menjadi thesis. Kadang –kadang hipotesis tersebut dapat dijabarkan hipotesishipotesis yang lebih spesifik lagi ( subhipotesis). Bebrapa orang sering membedakan adanya Hipotesis Mayor dan hipotesis Minor .Hipotesis Mayor masih bersifat umum, sedangkan hipotesis minor merupakan hipotesis mayor, oleh sebab itu harus bersikaf khusus. c. Definisi Operasional Variable untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti , perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “ Definisi Operasional”. Defini operasional ini ju7ga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran terhadap variabel-variabel bersakutan serta pengembangan instrumen (Alat ukur). Pada waktu menyusun Definisi Operasional Variabel biasanya sekaligus mencakup : a. Cara pengukuran b. Hasil ukur ( Pengkategorian hasil pengukuran) c. Skala pengukuran 8. Metode penelitian dalam bagian ini diuraikan tentang metode atau cara yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh sebab itu, dalam uraian tersebut dicerminkan langkah-langkah teknis dan operasional penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam uraian penelitian atau bahan dan cara mencakup berikut ini. a. Jenis Penelitian menjelaskan penelitian yang diusulkan tersebut termasuk kedalam jenis atau metode yang mana tentang penelitian yang diusulkan tersebut. Misal : Penelitian itu menggunakan metode survei , dengan pendekatan Cross Sectional dimana data


56

MODUL


yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terkait atau variabel akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. b. Lokasi penelitian Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut. c. Populasi dan Sampel populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran penelitian tersebut. Sedangkan sampel , harus disebutkan teknis pengambilan sampel, apaka Random dan Random yang mana. Disamping teknis pengambilan sampel , maka perlu dijelaskan juga besarnya sampel, beserta rumusannya . d. Cara Pengumpulan Data dijelaskan cara atau metode yang digunakan untuk pengumpulan data . dalam suatu penelitian kadang-kadang tidak hanya menggunakan satu cara pengumpulan data. Misalnya: disamping metode wawancara (interview) kadang-kadang perlu dilengkapi dengan observasi (pengamatan), atau sebaliknya. Metode angket juga kadang-kadang perlu dilengkapi dengan wawancara dan sebagainya. e.

Instrumen Penelitian

instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data . instrumen ini dapat berupa: kuesioner ( daftar pertanyaan) formulir observasi , formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. Apabila data yang dikumpulkan itu adalah data yang menyangkut pemeriksaan fisik maka instrumen penelitian ini dapat berupa : stetoskop, tensimeter, timbangan, meteran dan sebagainya. Agar instrumen “Valid” dan “reliable” Maka sebelum digunakan perlu diuji coba terlebih dahulu.


57

MODUL


f. Rencana Pengelolahan dan Analisis Data dalam bagian ini harus diuraikan rencana yang akan dilakukan untuk mengolah dan analisi data. Dijelaskan proses pengolahan datanya dari editing, coding dan sebagainya sampai dengan “ data entri” ( apabila pengolahan dilakukan dengan komputer). Disini juga dijelaskan bagaimana data itu akan diolah , dengan manual atau dengan menggunakan bantuan komputer. Selanjutnya diuraikan rencana yang akan dilakukan untuk menganalisis data serta uji statistik yang akan digunakan termasuk program komputer untuk uji statistik tersebut. 9. Jadwal Kegiatan dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan darimulai menyusun proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian, serta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut. 10. Organisasi dalam bagian ini diuraikan susunan atau organisasi pembuktian tersebut . Lazimnya organisasi penelitian itu terdiri dari : Peneliti utama ( Principal Investigator) , peneliti ( Anggota Peneliti). Surperior ( Petugas Pengumpul Data) dan seketariat. Kadang-kadag ditambah dengan penasehat atau konsultan 11. Rencana Biaya (Anggaran) diuraikan besarnya biaya perkegiatan , serta jumlah keseluruhan biaya penelitian tersebut. Kegiatan yang dapat dibiayai oleh suatu kegiatan penelitian dimulai dari rapat-rapat penyusunan proposal, instrumen, dan sebagainya, sampai dengan penulisan hasil penelitian, bahkan sampai dengan biaya seminar hasil penelitian. 12. Daftar Pustaka Adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk mendukung dalam menyusun proposal tersebut. Literatur ini umumnya terdiri dari buku-buku teks , majalh atau jurnal ilmiah , makalah ini ilmiah, skripsi, thesis atau disertasi. Sistem penulisan daftar kepustakaan biasanya mengacu kepada salah satu dari dua sitem dunia akademik yakni:


58

MODUL


a. Sistem Harvard sistem ini penulisan daftar pustaka mengugunakan alfabetik dari hurup pertama nama (Famili name) penulis buku ini atau artikel. contoh: Anderson,E.T.,And Mc Farlane, 2000 b. Sistem VanConver sistem penulisan daftar pustaka ini menggunakan nomor saja tanpa urutan alfabetis. Contoh 1. Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan Penerbit Rineka Cipta , Jakarta, 2003


59

MODUL


BAB XIII TATA CARA PENULISAN SEMINAR A. SEMINAR Definisi Proposal Seminar Setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan wajib mengambil mata kuliah Tugas Akhir atau Skripsi. Penyebutan Tugas Akhir yang berbasis pada kegiatan riset atau penelitian dengan keluaran tulisan ilmiah adalah Skripsi atau Karya Tulis Ilmiah.Sedangkan penyebutan untuk Tugas Akhir yang menghasilkan karya produk/portofolio dengan dasar pendekatan metode ilmiah adalah tetap Tugas Akhir.Secara umum Skripsi/Tugas Akhir adalah penulisan karya ilmiah yang berisi hasil penelitian menyeluruh yang disusun secara sistematis berdasarkan ketentuan metode penelitian ilmiah. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang mempunyai ciri-ciri antara lain : 1. Ada permasalahan yang dikaji/dipecahkan/diselesaikan. 2. Didasarkan pada pengamatan lapangan (data primer) dan/atau analisis data sekunder. 3. Mempunyai metodologi penelitian 4. Mengungkapkan adanya kenyataan baru atau kenyataan khusus 5. Mengikuti tata tulis karya ilmiah 6. Dipertahankan dalam ujian lisan di depan tim/dewan dosen penguji B. Tujuan Penyusunan Proposal Seminar Tujuan penyusunan proposal seminar dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara ilmiah atas topik atau pokok bahasan yang sesuai dengan aturan program studi masing- masing. 2. Untuk menilai keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan metode penelitian secara benar.


60

MODUL


3. Untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam melakukan penalaran secara logis. Bagian Awal Penulisan Proposal Seminar Sebagaimana telah disebutkan di atas perihal struktur laporan di bagian awal,maka secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Bagian awal Bagian ini mencakup halaman sampul, halaman persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. 1. Halaman sampul Halaman sampul berisi tentang: a. Judul skripsi secara lengkap c. Maksud skripsi ialah diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan d. Nama dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) e. Logo Fakultas Ekonomi UNIMED berbentuk bulat dengan diamater 5 cm f. Instansi ialah Fakultas Ekonomi UNIMED. g. Tahun penyelesaian skripsi ialah tahun ujian skripsi terakhir. 2. Halaman Persetujuan Halaman persetujuan meliputi: (l) halaman persetujuan dari pembimbing skripsi, dan (2) halaman persetujuan dan pengesahan skripsi oleh tim penguji, Ketua Jurusan dan Dekan. Pengesahan ini baru diberikan setelah diadakan penyempurnaan skripsi oleh mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan saran-saran yang di berikan oleh para penguji pada saat ujian skripsi berlangsung. 3. Kata Pengantar Dalam kata pengantar disajikan uraian singkat tentang maksud skripsi dan ucapan terima kasih penulis yang ditujukan kepada lembaga, organisasi


61

MODUL


atau pihak-pihak lain yang telah banyak membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan penulisan skripsi. Teks ditulis dua spasi. Panjang teks cukup satu atau dua halaman saja. Pada akhir kata pengantar di bagian kanan halaman dicantumkan tempat penulisan dilakukan. bulan dan tahun lalu diikuti oleh nama penulis dan ditandatangani. 4. Daftar Isi Daftar isi terdiri atas judul bab, judul sub-bab dan judul anak sub-bab, disertai dengan nomor halaman tempat teks. Semua judul bab diketik dengan huruf kapital, sedangkan judul sub-bab dan anak sub-bab, hurufpertama setiap kata yang diketik dengan huruf kapital. 5. Tabel Judul tabel diketik satu spasi di atas (ditengah badan tabel), sumber (ditulis dikiri bawah tabel). Jika dalam skripsi terdapat banyak tabel perlu di buat daftar tabel yang memuat urutan judul tabel beserta nomor halamannya. 6.Lampiran Dalam lampiran memuat: daftar riwayat hidup penulis, instrumen penelitian (validitas dan reliabilitas tes dan angket), data penelitian, hasil


62

MODUL


BAB XIV TATA CARA PENULISAN SKRIPSI A. SKRIPSI Skripsi adalah sebuah istilah untuk karya ilmiah yang dihasilkan oleh seseorang lulusan strata satu di perguruan tinggi diIndonesia. Skripsi tersebut disusun pada akhir prosese pembelajaran mahasiswa yang dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar strata satu (S -1). Suatu tulisan ilmiah seperti skripsi merupakan salah satu bentuk deskripsi diri kita dalam bentuk tulisan. Skripsi yang baik adalah skripsi yang tidak hanay berisi laporannya yang bagus, tetapi juga sangat ditentukan oleh cara penyajiannya dan gaya bahasanya. Keterkaitan pembaca untuk untuk membaca lebih jauh sangat ditentukan oleh gaya bahasa skripsi tersebut. Walaupun pembaca skripsi terbatas pada lingkungan tertentu, namun semikian gaya bahasa yang dipergunakan hendaknya menarik bagi calon pembaca. 1)

Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi dimulai dengan halaman judul, halaman pengesahan,

halaman peruntukan (bila dirasa perlu), halam kata pengantar, halaman kata pengantar, halaman abstrak (bahasa indonesia dan Bahasa Inggris), halaman daftar isi, halaman daftar table, halaman daftar gambar dan halaman daftar lampiran. Bagian awal ini harus diketik pada kertas HVS yang sama dengan naskah. Setiap halaman bagian awal ini diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (misalnya: i, ii, iii dan seterusnya) pada bagian tengah bawah setiap halaman, kecuali halaman judul, halaman pengesahan, dan halaman peruntukan atau motto tidak diberi nomor halaman, tetaoi nomor i dianggap mulai dari halaman judul, dan diurutkan seterusnya ke halaman berikutnya. a) Halaman Judul Judul skripsi harus dibuat sesingkat mungkin tapi jelas sehingga dapat menggambarkan skripsi dengan tepa. Selain judul skripsi, halaman judul harus memuat kata-kata yang sama dengan kulit skripsi. Judul ditulis dengan Times


63

MODUL


New Roman style, Kapital, Bold,, Ukuran font 16, judul sebaiknya dbuat tidak melebihi 20 kata. b) Halaman Pengesahan Halaman pengesahan merupakan tanda pengesahan atau persetujuan oleh pembimbing. Pada halaman pengesahan tersebut harus tercantum tujuan pembuatan skripsi, tanda tangan para pembimbing. c) Halaman Peruntukan Pada halam peruntukan dapat ditulis kata-kata yang menunjukkan untuk siapa ini di peruntukkan. Halaman peruntukan bukanlah merupakan halaman yang wajib diadakan, tetapi dapat dibuat dalam suatu skripsi. d) Halaman Kata Pengantar Halaman kata pengantar harus diberi judul dengan tulisan KATA PENGANTAR yang ditulis dengan huruf kapital semuanya, diletakkan ditengan bagian atas. Kalimat pertama dari kata pengantar dimulai dari jarak empat spasi dibawah judul KATA PENGANTAR. Penulisan judul skriksi dalam kata pengantar harus dengan huruf kapital semuanya dan diapit dengan tanda kutip (“judil akripsi”). e) Halaman Abstrak Abstrak merupakan ringkasan skripsi. Abstrak ditulis dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris yang masing-masing dimulai pada halaman baru dan masingmasing tidak lebih dari satu halaman. Abstrak terdisri atas 200-300 kata dan memuat latar belakang yang dikaji, tujuan, metode yang digunakan, ulusan singkat dari hasil penelitian, serta pembahasan diskusi singkat dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian. Didalam abstrak tidak boleh ada referensi. Abstrak skripsi ditulis dengan jarak satu spasi dan mempiunyai batas tepi yang sama seperti tubuh utama skripsi. Halaman-halaman yang memuat abstrak skripsi diberi judul ABSTRAK (untuk yang ber bahasa indonesia) dan ABSTRACT (untuk yang ber bahasa inggris).


64

MODUL


f) Halaman Daftar Isi Daftar isi harus menyajikan bab dan sub bab yang ada dalam skripsi. Bab diberi nomor dengan angka romawi besar dan nama bab ditulis dengan huruf kapital semuanya. Sub bab diberi nomor dengan angka dan nama sub bab ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital. Kata penghubung jangan digunakan huruf kapital (misal: dari, untuk, kepada, pada di dan ke). g) Halaman Daftar Tabel dan Daftar Gambar Halaman daftar harus mencantumkan nomor tabel dengan angka Romawi besar, judul tabel dengan huruf kecil semuanya kecuali huruf awal nama ditulis dengan huruf kapital, dan nomor halaman tempat tabel tersebut dijumpai dalam naskah. Dalam halaman daftar gambar harus dicantumkan nomor gambar dengan angka arab. Kata gambar dan tabel yang diikuti nomor dimulai dengan huruf kapital. 2)

Bagian Isi Bagian isi adalah bagian pokok dari skripsi yang merupakan hasil karya

ilmiah yang ditulis oleh seorang mahasiswa dan terdiri dari beberapa bab. Hal lain yang tidak boleh diabaikan disini adalah bahwa rangkaian kata untuk menyampaikan informasi yang disajiakn dalam skripsi hendaknya teliti, singkat, padat, jelas, tajam dan relevan serta konsisten. a) Pendahuluan Bagian ini harus memberikan latar belakang yang mencukupi sehingga pembaca dapat memahami dan mengevaluasi hasil yang dicapai dari penelitian yang dilaksanakan tanpa terlebih dahulu membaca sendiri publikasi-publikasi sebelumnya yang berhubungan dengan topik yang bersangkutan. Bagian ini harus berisi latar belakang dan tujuan penelitian. Pendahuluan merupakan gambaran umum dari observasi awal dan fenomena mengenai topik yang dikaji.


65

MODUL


Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat peneliti. Latar belakang atau rasional memuat uraian alasan pemilihan topik yang dikaji, arti pentingnya penelitian ini dilakukan serta hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang melandasi topik penelitian. Masalah penelitian, merupakan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yang dapat diteliti secara jelas dan diuji melalui mengumpulan dan analisis data. Batasan atau asumsi yang digunakan dalm penelitian dikemukakan dibagian ini. Rumusan masalah harus spesifik dan tidak perlu umum.


66


MODUL

DAFTAR PUSTAKA Abbas, H.M. 1997 “kebenaran ilmiah” dalam : filsafat ilmu sebagai dasar pengembangan pengetahuan ilmu, Intan pariwara yogyakarta Abdulloh, Taufik. Ilmu Sosial dan tantangan Zaman. 2006. Jakarta : Rajawali Press Abrahamson,J.H. 1979. Survey Methods in Community Medicine. Eidenburgh, London, New York: Churchill Livingstone. Al-Thoumy Al-Syaibany, Omar Mohammad, 1979, Prof.Dr.,Falsafa Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, Cet-1. Ali, Mohamad.1985. Penelitian Kependudukan, Prosedur dan Strategis. Bandung: Angkasa. American College Testing Program, 1974, The ACT interest inventory and student profile section. Penulis: lowa City, lowa Anastasi, A. (Ed). 1966. Testing problems in prespective. American Council on Edication: Washington, D.C. Anastasi, A. 1967. Psychology, psychologist and psychological testing. American Psychologist, 2 Azwar, dkk. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat . Bina Rupa Aksara . Jakarta. Anonim. 2010. Panduan Tugas Akhir, Yogyakarta: FBS UNY. 97-306 Anonim. 2010. Panduan Tugas Akhir, Yogyakarta: FBS UNY Arjatmo,

Tjokronegoro

(Editor).

1979.

Metodologi

Penelitian

Bidang

Kedokteran.Jakarta: Komisi Pengembangan, Riset dan Perpustakaan UI. Arikunto, Suharsini, Prof.,2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta. Arikunto, Suharasimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharasimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta Bacthiar,A, Kusdinaracmad. 2000. Metodologi Penelitian Program Pasca Sarjana Program Studi IKM. Kanisus. Yogyakarta.


67

MODUL


Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI , 2009, Metodologi Penelitian Kesehatan dan Penyakit Menular, Jakarta. Bertrand Russel, 2007, Sejarah Barat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cet-3. Bloom, B.S., & Peters, F.R. 1961. The use of academic prediction scales for counseting and selecting college entrants, Glencoe: New York Brogden, H.E. 1946. An approach to the problem of differential prediction. Psychometrika, 11, 139-154 Cronbach, L.J. 1971. Test Validation. Dalam R.L. Thorndike (Ed), Edicational measurement, h. 443-507. American Council on Edication: Washington D.C Dahlan, Saepudin. 2007. Statistika Untuk Kesehatan dan Kedokteran . PT Mahakan Beta Farma : Jakarta. Dibyo , dkk, 2000, Metodologi Penelitian Kesehatan . Program Pasca Sarjana . Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM, Yogyakarta. Gulo, E.V. 1973. An examination of the relationship between selected personality factors and academic achievement in an undergraduate instructional television course. College student journal, 1 (4), 89-93 Hadjar, Ibnu.1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Hamidi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Malang: UM Malang Jalaluddin Rakhmat.1997. Metode Penelitian Kimunikasi. Bandung: Remaja Rodakarya Kartono, Kartini. 1976. Pengantar Metodologi Riset.Bandung Kartono, Kartini. 1976. Pengantar Metodologi Riset.Bandung Keraf, Sonny dan Mikhael Dua,2002, Ilmu Pengetahuan; Sebuah Tinjauan Epistemologis Kanisiusn Jakarta. Kinley,John B.1974. Research Methods in Health Care. New York. Koentjaraningrat.1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia. Miarso, Yusuf Hadi, Prof. Dr., 2004, Menyamai Benih Pendidikan, Jakarta, Pustekong Dinas. Mulyana, Rohmat, Dr.,2004, Mengatikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta, Cet-2


68


MODUL

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Nazir,Moh.1988.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Pasca Sarjana UIN SGD Bandung, 2010, Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Pratiknyo,Ahmat Watik.1986. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Rajawali:Jakarta. Ratih,Suryadi.1983.

Statistika

Metode

Analisis

untuk

Penarikan

Panduan

Penelitian.

Kesimpulan.Jakarta: Bina Cipta Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto.

2011.

Jakarta: Prestasi Pustakaraya Singarimbun,

Masri

dan

Sofian

Effendi.1982.

Metode

Penelitian

Survei.Jakarta:LP3ES. Soehartono Irawan. 2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Remaja Rosdakarya Sudarto, Drs. M.Hum, 2002, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, Cet.3. Sukmadinata, Nanasyaodih, Prof. Dr., Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya dan Pasca Sarjana UPI. Sukandarrumidi,2006.

Metodologi

Penelitian

petunjuk

Praktis

untuk

Peneliti Pemula. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Suriasumantri, Jujun.S.,2010, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar harapan, cet.22 Suryabrata, Sumardi, Drs.BA.MA,ED.S.,Ph.D,2010, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada Tafsir, Ahmad, Dr., 1995, Epistemologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam, Bandung , Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati Tafsir, Ahmad, Dr., 2009, Filsafat Ilmu, Bandung,Remaja Rosdakarya. Wahyuni, Imam, 2004, Refleksi Tentang Kebenaran Ilmu dalam Jurnal Filsafat, Desember, Jilid, 38, Nomor 3.


69

MODUL METODOLOGI PENELITIAN PROGRAM STUDI FARMASI

Recommend Documents