1
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT DI KELAS V MIN MUARA BULIAN Oleh Sri Elfiani
Absatrak Kata Kunci: Pembelajaran Matematika, Motivasi, hasil belajar, Model pembelajaran Team Game Tournament. Tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pecahan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Team Games Tournament Di Kelas V MIN Muara Bulian. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus, masing-masing siklus terdiri atas tiga kali pertemuan.dalam pelakasanaan tindakan masih ada kesulitan yang di rasakan guru yaitu kesulitan mengkondisikan kelas karna masih banyak siswa yang rebut dan berjalan-jalan serta ngobrol dalam kelas. Dari hasil belajar di perolehan dan peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus yaitu pada siklus I yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 13 siswadari 20 siswa atau 65 % dengan nilai rata-rata kelas memperoleh 67. Padasiklus II yang memperoleh 70 keatas berjumlah 17 orang dari 20 orang atau 85% dari 20 siswa.dengan nilai rata-rata kelas 73,5 %.pada siklus III yang memperoleh nilai 70 keatas berjumlah 20 orang dari 20 orang siswa atau 100% dengan rata-rata 77,5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pecahan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Team Games Tournament Di Kelas V MIN Muara Bulian dapat meningkatkan hasil dan Motivasi belajar siswa.
77
I. Pendahuluan Proses pembelajaran dilaksanakan di kelas V MIN Muara bulian.pada pembelajaran Matematika pada materi Pecahan. Dimana siswanya berjumlah 20 orang. Berdasarkan observasi peneliti, dalam proses pembelajaran matematika materi Pecahan, di kegiatan awal pembelajraan,guru sudah melakukan apersepsi.namun belum ada pemberian motivasi dan penyampaian tujuan pembelajaran atau menyampaikan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.di kegiatan inti pembelajaran,guru menyampaikan materi mengenai pecahan sesuai buku panduan, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku panduan.di kegiatan akhir,guru menilai hasil kerja siswa dan memberikan pekerjaan rumah. Tidak ada pemberian kesimpulan dan umpan balik. Pembelajaran matematika diharapkan bisa membentuk dan mengembangkan karakter dan kecerdasan Bangsa Indonesia untuk menghadapi era globalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diiringi arus modernisasi seperti sekarang ini. Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI adalah sebagai berikut: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh d. Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Adapun indicator kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yaitu, siswa dapat : Mengubah pecahan kedalam bentuk persen dan sebaliknya,mengubah pecahan kedalam bentu decimal dan sebaliknya, mengubah decimal kedalam bentuk persen dan sebaliknya, dan mengurutkan dan membandingkan pecahan. Dalam hal ini,tentunya peran aktif siswa sangat di perlukan.maka siswa harus diberi motivasi agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Secara umum menurut Sriyanto (2007:15) tujuan diberikan mata pelajaran matematika di sekolah adalah:
77
Dalam pembelajaran matematika materi pecahan diperlukan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dengan baik. Di dalam proses pembelajaran, siswa SD masih sangat sulit dalam mengerjakan materi pecahan.misalnya mengubah pecahan kedalam bentuk persen dan sebaliknya,mengubah pecahan kedalam bentuk decimal dan sebaliknya, mengubah pecahan kedalam bentuk persen dan sebaliknya dan mengurutkan dan membandingkan pecahan.dalam hal ini, peran aktif siswa sangat diperlukan maka siswa harus diberi motivasi agar dapat malaksanakan pembelajaran dengan baik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Menanggapi permasalahan pembelajaran, menurut Munandar (1999) dalam Suryosubroto (2009: 191) bahwa “pendidikan di Indonesia pada umumnya hanya menenkankan pola berpikir konvergen, berkaitan dengan penalaran verbal dan pemikiran logis, kurang mengembangkan kreativitas yang mengacu pada pemikiran divergen”. Dengan demikian guru perlu memperhatikan kondisi ekstern belajar dan kondisi intern belajar dengan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.adapun sifat motivasi yaitu motivasi intrinsik (dalam diri sendiri) dan motivasi ekstrinsik (dari luar diri seseorang).dengan demikian untuk meningkatkatkan hasil belajar siswa perlu ditanamkan motivasi intrinsik yaitu siswa harus mempunyai dorongan di dalam dirinya sendiri. orang berbuat sesuatu karena adanya dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.seorang siswa yang belum mengetahui tujuan belajar,mula-mula ia hanya ikut-ikutan belajar temannya.namun berkat penjelasan wali kelas, siswa memahami faedah belajar bagi dirinya.sehingga siswa tersebut belajar lebih giat dan bersemangat,hasil belajar siswa tersebut sangat baik. Motivasi intrinsik banyak dilakukan disekolah dan dimasyarakat.hadiah dan hukuman sering dilakukan untuk meningkatkan kegiatan belajar.jika siswa belajar dengan hasil sangat memuaskan maka ia akan memperoleh hadian dari guru atau orang tua.sebaliknya jika hasil belajar tidak baik,maka ia akan memperoleh “peringatan atau hukuman” dari guru atau orang tua. Peringatan tersebut tidak disenangi siswa.motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh peringatan atau hukuman.hukuman dan hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat (Siagian, 1989; Monks, Knoer, Siti Rahayu, 1989) Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk itu peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pecahan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Team Games Tournament Di Kelas V MIN Muara Bulian “
77
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian tindakan kelas yaitu: “Bagaimana Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Materi Pecahan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Di Kelas V MIN Muara Bulian ?” Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V MIN Muara bulian dalam materi pecahan maka digunakanlah model pembelajaran Team Games Tournament sebagai pemecahan masalahnya. III.Metode Penelitian 2.1 Motivasi Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang pada umumnya merupakan terminology umum yang memberikan makna “daya dorong, keinginan, kebutuhan dan kemauan.motiv yang telah aktif disebut motivasi. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya,kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian,kamauan atau cita-cita.motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mengerakkan dan mengarahkan prilaku manusia termasuk prilaku dalam belajar(Koeswara,1989;Siagian, 1989; Schein,1991;Biggs & Telfer, 1987). Mc Donald(dalam Sadirman,2001:71) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang di tandai dengan munculnya perasaan atau feeling dan didahului tanggapan dengan adanya tujuan elemen pentingnya terdiri dari: 1. Motivasi itu mengawali perubahan pada setiap diri individu 2. Motivasi ditandai dengan munculnya perasaan (feeing) dan efek seseorang
77
3. Motivasi akan terangsang karena adanya tujuan Sejak tahun1940-an David McClelland memulai mengembangkan teori tentang motivasi yang di fokuskan pada personality, dan temuannya yang sangat terkenal disebutkan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh prilaku khusus yang bersumber dari trait psikologis (McClellaand,1961). Dalam pembelajaran tak jarang siswa berusaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya untuk mengesankan orang lain,menyenangkan orang lain,dan untuk di kenang orang lain.mereka ingin membuktikan kepada orang lain bahwa mereka tidak hanya bisa sukses tapi juga dapat mengalahkan teman-teman dikelasnya.disamping siswa-siswa yang berusaha mendapatkan prestasi yang baik karena adanaya kebutuhan-kebutuhan tertentudi luar perbuatan itu sendiri. Dari pengertian motivasi diatas,kemudian diaplikasikan dalam kegiatan belajar,maka motivasi belajar pada hakekatnya adalah dorongan penggerak aktiif dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar .motivasi belajar bisa dikatakan sebagai energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan-tujuan belajar. 2.1.1 Jenis dan Sifat Motivasi 1. Jenis Motivasi Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pad-a motivvasi dasar.motiv-motiv itu umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.manusia adalah mahluk kerja sama sehingga prilakunya pengaruh dengan insting atau kebutuhan jasmaninya.Mc Dougall misalnya,berpendapat bahawa
77
tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan ,perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan.insting itu memiliki tujuan dan memiliki tujuan dan memerlukan
pemuasan.prilaku
insting
tersebut
dapat
diaktifkan
,dimodifikasi,dipicu secara spontan dan dapat diorganisasikan.diantara insting yang
penting
adalah
memelihara,mencari
makan,
melarikan
diri,berkelompok,mempertahankan diri,rasa ingin tahu,membangun,dan kawin (Koeswara, 1989; Jalaluddin Rakhmat, 1991). Motivasi sekunder adalah motivasi yang di pelajari.hal ini berbeda denngan motivasi primer.sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik oleh makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makana tersebut seseorang harus belajar terlebih dahulu, agar dapat bekerja dengan baik,orang harus belajar bekerja.” Bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder.bila orangbekerja dengan baik,maka ia memperoleh gaji berupa uang.uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder.uang merupakan penguat umum,agar orang bekerja dengan baik.bila orang orang memiliki uang,setelah ia bekerja dengan baik maka ia dapat membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar( Jalaluddin Rakhmat. 1991; Sumadi Suryabrata, 1991). 2. Sifat Motivasi Motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam seseorang itu sendiri. Sebagai ilustrasi,seorang siswa membaca sebuah buku,karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh,bukan karena tugas sekolah.motivasi memang mendorong terus san memberi energi pada tingkah laku.setelah siswa tersebut
77
menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain.keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini motivasi intrinsic telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Menurut Monks,motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita.hal ini berarti bahwa motivasi intrinsic perlu diperhatikan oleh guru sejak mulai TK,SD,SMP. Pada usia ini para guru masih memberikan tekanan pada pendidikan kepribadian,khususnya disiplin diri untuk beremansipasi.penguatan terhadap motivasi intrinsic perlu di perhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989: 161-164). 2.2 Hasil Belajar Hasil belajar yang sering disebut” academic achievement” adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka-angka tau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Briggs, 1979).menurut Gagne dan Driscoll (1988:36) hasil belajar adalah kemempuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa(leaner’s performance).Gagne dan Briggs (1979) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemempuan internal yang meliputi pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang itu melakukan seseuatu. Dick dan Reiser (1989:11) mengemukakan bahwa hsil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
siswa
sebagai
hasil
kegiatan
77
pembelajaran, yang terdiri atas empat macam yaitu : pengetahuan, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap.sedangkan Bloom, et. Al (1966: 7 ) membedakan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif ( pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (ketrampilan motorik). Menurut Arikunto (1990: 102) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya. Begitu juga menurut Hamalik (2003: 155) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa,yang dapat diamati dan diukur dalam bnetuk perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan, hasil belajar tersebut biasanya di nyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya. Menurut Gagne (1977) hasil belajar bukan merupakan proses tinggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku,dimana tingkah laku itu merupakan hasil dari efek komulatif dari belajar.artinya banyak ketrampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar ketrampilan yang lebih rumit. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan yang disebut “ kapasitas” kapasitas itu diperoleh orang dari : 1. Stimulus yang berasal dari lingkungan
77
2. Proses kognitif yang dilakukan si belajar Selanjutnya menurut Bruner (1962) agar proses belajar berjalan lancar,terdapat tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para guru : 1. Pentingnya memahami struktur mata pelajaran 2. Perlunya belaajr aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsepkonsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar. 3. Pentingnay nilai dari berfikir induktif. Dari hasil penelitian tindakan kelas Dengan menggunakan model pemebelajaran kooperatif Tipe problem based instruction maka dapat di ketahui bahwa hasil belajar siswa kelas V MIN Muara Bulian lebih baik dan sesuai dengan standar nilai yang telah di tetapkan dan juga meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya. 2.3 Model Pembelajaran Teams Games Tournament 2.3.1 Model Pembelajaran Guru pada dasarnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul berat tanggung jawab kemanusiaan, khusunya yang berkaitan dengan proses pendidikan generasi penerus untuk membebaskan bangsa dari belenggu kebodohan. Oleh karena itu, sudah selayaknya para guru dituntut memiliki kompetensi profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar-mengajar. Guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah inovatif dan kreatif agar proses belajar-mengajar lebih bermakna.Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi masa lalu dan masa kini, tetapi hendaknya
77
juga melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik yang akan datang. Pendidikan yang baik tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.Satu inovasi yang lahir untuk mengantisipasi perubahan paradigma pembelajaran di atas adalah diterapkannya model-model pembelajaran yang inovatif yang berorientasi konstruktif. Inovasi ini bermula dan diadopsi dari metode kerja para ilmuwan dalam menemukan suatu pengetahuan baru. Model-model ini lahir untuk mengatasi masalah pokok dalam pembelajaran dewasa ini, yakni masih rendahnya daya serap siswa, yang tampak dari hasil belajar mereka yang masih memprihatinkan. Kondisi ini merupakan hasil pembelajaran yang masih bersifat konvensional (tradisional), dan tidak menyentuh ranah peserta didik itu sendiri (yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu: belajar untuk belajar). 5.1 Simpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I, II, dan III dari seluruh pembahasan analisis yang dilakukan, penggunaan model TGT dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok penjumlahan dan pengurangan pecahan yang efektif diterapkan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang semakin meningkat dari siklus I ke siklus II dan siklus III dengan menggunakan model TGT mencapai ketuntasan hasil belajar sebanyak 20 siswa dengan persentase 100% pada kategori sangat baik. Dan motivasi siswa dari siklus
77
I sampai siklus III dapat dikatakan berhasil karena nilai motivasi siswa yang dapat di ukur di atas rata-rata.
5.2 Saran Berdasarkan latar belakang
yang permasalahan
yang diuraikan
sebelumnya serta data dan bukti nyata dengan penggunaan model pembelajaran team games tournament dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi pecahan . Lebih lanjut peneliti menyarankan hal-hal berikut ini. 1. Guru kelas Mengingat pelaksanaan penelitian ini hanya berjalan tiga siklus, diharapkan peneliti atau guru dapat diterapkan dalam setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran agar hasil belajar siswa yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. 2. Sekolah Mengingat penggunaan model pembelajaran team games tournament dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi pokok pecahan, diharapkan sekolah lain dapat menerapkan media dan model pembelajan
77
DAFTAR PUSTAKA
Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jambi: GP Press Buchari. 2008.Guru Profesional. Bandung: Alfabeta Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Pontianak: Alfabeta SuryoSubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto.2007. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Arton. 1992. Media pembelajaran. Jakarta:PT.Rajawali persada
Ekawarna.2009.Penelitian Tindakan kelas.Jakarta :Gaung persada press.
Ibrahim, M dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada Pers.
Jodian. 2010. Model Pembelajaran Sains. Jakarta: Gaung Persada.
Rahadi. 2003. Media pembelajaran. Jakarta:Depdiknas.
Sadiman. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
77
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.