MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PETA KONSEP PADA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 13 KEPAHIANG
Hendri A dan Denita Herlen Guru SDN 13 Kepahiang dan Guru SDN 5 Kepahiang Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang melalui penggunaan Strategi Peta Konsep pada pelajaran IPA pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara siklus persiklus, setiap siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang dengan jumlah siswa 31 orang. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar tes tertulis. Data tes dianalisis dengan menggunakan rumus rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar klasikal, sedangkan data observasi dianalisis dengan rata-rata skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor dan kisaran nilai untuk tiap kreteria. Hasil yang diperoleh dari penelitian yaitu: (1) pra siklus dengan nilai rata-rata 53,72 dan ketuntasan belajar klasikal 38,70%; (2) siklus I dengan nilai rata-rata 60,64 dan ketuntasan belajar klasikal 70,96%, sedangkan rata-rata skor observasi aktivitas guru 22 termasuk dalam kategori baik dan rata-rata skor observasi aktivitas siswa 10 termasuk dalam kategori cukup; (3) siklus II dengan nilai rata-rata 88,46 dan ketuntasan belajar klasikal 87%, sedangkan rata-rata skor observasi aktivitas guru 33,5 termasuk dalam kategori baik dan rata-rata skor observasi aktivitas siswa 16,5 termasuk dalam kategori baik. Berdasakan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem, dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang. Maka disarankan kepada guru IPA untuk menerapkan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA terutama pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Kata kunci: Strategi peta konsep, pembelajaran IPA, hasil belajar, dan siswa SD.
Dalam proses pembelajaran IPA penanaman konsep yang baik dan benar mutlak diperlukan, hal ini disebabkan IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berkelanjutan dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga penguasaan konsep ditingkat dasar menentukan penguasaan konsep IPA ditingkat yang lebih tinggi. Untuk membantu siswa memahami konsep, salah satu upaya guru yaitu dengan memperbaiki faktor ekternal khususnya
proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang bahwa dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Pembelajaran dengan metode ceramah pada dasarnya telah menjabarkan konsep-konsep dalam suatu materi, akan tetapi tidak menyajikan hubungan antar konsep secara eksplesit. Cara penjelasan seperti ini kurang membantu siswa saling
66
Hendri & Herlen, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi Peta Konsep, 67
keterkaitan konsep yang menjadi salah satu tujuan pendidikan IPA tersebut. Proses belajar dengan metode ceramah sering diklaim sebagai pengajaran tradisional atau konvensional yang menyebabkan rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa karena monoton, tidak merangsang berpikir siswa, dan menimbulkan kepasifan, serta kebosanan pada diri siswa. Kurangnya penguasasan siswa terhadap konsep-konsep materi dalam pembelajaran IPA ini mengakibatkan terjadinya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada diri siswa. Menurut Fowler (dalam Suparno P, 2005: 5) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dengan demikian untuk membuat kaitan-kaitan konsep ini perlu strategi pembelajaran yang bervariasi. Pada dasarnya pembelajaran dengan strategi yang bervariasi menuntut kreativitas guru dalam merancang suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan penguasaan konsep yang baik dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini dibutuhkann komitmen siswa dalam memilih belajar sebagai suatu yang bermakna lebih dari hanya menghafal, yaitu membutuhkan kemauan siswa untuk mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah dan mendorong siswa belajar secara bermakna adalah dengan penggunaan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem.
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Lynch (dalam Silitonga, diakses tanggal 13 Januari 2008: 1) ada beberapa hal yang diduga penyebab kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPA yaitu: “(1) siswa sering belajar dengan cara menghapal tanpa membentuk pengertian terhadap materi yang dipelajari; (2) materi pelajaran yang ajarkan memiliki konsep yang mengambang sehingga siswa tidak dapat menemukan kunci untuk mengerti materi yang dipelajari; dan (3) tenaga pengajar atau guru mungkin kurang berhasil dalam menyampaikan kunci terhadap penguasaan konsep materi yang sedang diajarkan”. Kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep materi dalam pembelajaran IPA ini mengakibatkan terjadinya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada diri siswa. Menurut Fowler (dalam Suparno P, 2005: 5) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dengan demikian untuk membuat kaitankaitan konsep ini perlu strategi pembelajaran yang bervariasi. Pada dasarnya pembelajaran dengan strategi yang bervariasi menuntut kreativitas guru dalam merancang suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan penguasaan konsep yang baik dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini dibutuhkann komitmen siswa dalam memilih belajar sebagai suatu yang bermakna lebih dari hanya menghafal, yaitu membutuhkan kemauan siswa untuk mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar
68, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
siswa yang rendah dan mendorong siswa belajar secara bermakna adalah dengan penerapan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA. Pemetaan konsep merupakan salah satu dari strategi pembelajaran dimana pelajar perlu menerka suatu perkaitan diantara konsep-konsep individu yang saling berkaitan (Norizan, diakses tanggal 12 Januari 2008: 1). Lebih lanjut Mardiningsih (2001: 1) pemetaan konsep atau memetakan konsep adalah suatu strategi yang dapat membantu para siswa melihat dan memahami keterkaitan antar konsep yang telah dikuasainya. Pemetaan konsep sangat efektif untuk membantu siswa belajar bermakna, yaitu memahami hubungan logika antar konsep yang satu dengan konsep yang lain. Pemetaan konsep yang paling baik adalah yang dibuat sendiri oleh siswa. Pembuatan peta konsep dari sekumpulan konsep-konsep dalam suatu materi pelajaran yang dibuat oleh beberapa siswa kemungkinan akan menghasilkan peta konsep yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh peta konsep yang dibuat oleh siswa merupakan kaitan-kiatan konsep yang paling bermakna baginya. Dengan demikian pada peta konsep terlihat sejumlah konsep-konsep yang sama dapat tersusun dalam hirearki berbeda yang menunjukkan perbedaan idiosinkratik, artinya kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap orang. Dahar (1989: 125), menyebutkan peta konsep mempunyai empat ciri, yaitu: “(1) peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proporsi-proporsi suatu bidang studi; (2) peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi; (3) ciri ketiga adalah hubungan antara konsep-konsep, tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari konsep-
konsep lainnya; dan (4) ciri yang keempat peta konsep yang digambarkan di bawah konsep yang lebih Inklusif, terbentuk suatu hierarki pada konsep itu”. Menurut Sumaji (dalam Mardiningsih, 2001: 2) peta konsep merupakan suatu alat skematis untuk mempresentasikan suatu konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Jadi peta konsep merupakan salah satu model atau teknik belajar yang merupakan gagasan Novak yang dilandasi teori belajar Ausubel. Ausubel (dalam Dahar, 1989: 111) menjelaskan belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang sajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan dan dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Dalam proses pembelajaran peta konsep dapat dilakukan oleh guru maupun siswa. Peta konsep yang dirancang oleh guru untuk suatu topik digunakan untuk memberi gagasan pada siswa mengenai konsep-konsep dan keterkaitan antar konsep dari suatu topik yang ada atau sudah dipelajari. Cara tersebut dapat membantu siswa untuk mengetahui alur pikir guru terhadap konsep sehingga apa yang diharapkan dapat dipahami siswa (Cliburn dalam Suprihatin, 2002: 6). Berdasarkan hasil penelitian Muhaemin (dalam Suprihatin, 2002: 6) faktor utama yang mempengaruhi guru menggunakan peta konsep dalam pembelajaran adalah sifat materi pembelajaran. Dengan membuat atas keinginan sendiri, maka materi pelajaran akan lebih mudah dimengerti, peta konsep akan membantu dalam mengemukakakan ide-ide secara sistematis sekaligus akan memudahkan mereka dalam belajar.
Hendri & Herlen, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi Peta Konsep, 69
Pendapat di atas senada dengan hasil penelitian Dahar (dalam suprihatin, 2002: 6) yang menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi penggunaan peta konsep dalam belajar siswa adalah tuntutan dari sifat pelajaran yang diikuti, sedangkan faktor yang lain yaitu meliputi keinginan sendiri, pengaruh guru, memudahkan memahami dan mengingat materi, cara belajar yang lebih unggul dan berfungsi sebagai pengait materi yang berhubungan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa tidak menggunakan peta konsep yaitu terlalu banyak memakan waktu, sulit membuatnya, memerlukan fasilitas belajar yang layak, tidak mau mengubah cara belajar, belum mengerti membuat peta konsep, dan faktor utama sulit membuatnya. Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna, oleh karena itu hendaknya setiap siswa pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna. Menurut Dahar (1989: 126) cara mengajarkan pembuatan peta konsep dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) pilihlah salah satu bacaan dari buku bacaan, (2) tentukan konsepkonsep yang relevan; (3) urutkan konsepkonsep itu dari yang paling inklusif sampai contoh-contoh; dan (4) susunlah konsepkonsep itu dengan kata-kata penghubung. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang, dan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA di Kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Ada empat tahapan
penting dalam penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang yang berjumlah 23 orang. Secara lebih terperinci prosedur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pra Siklus: Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dan pengamatan (observasi) baik melalui data maupun pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi data yang diperoleh adalah hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang masih rendah jika dibandingkan dengan pelajaran lain. Kemudian peneliti melakukan refleksi dan memutuskan bahwa solusi yang tepat untuk pemecahan masalah tersebut yaitu dengan menerapkan pendekatan peta konsep di kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang. Setelah ditemukannya pemecahan dari permasalahan tersebut maka peneliti melakukan tes awal terhadap siswa yang berguna sebagai rujukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan terhadap prestasi belajar siswa setelah dilaksanakannya tindakan. Siklus I: Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut: a) Tahap Perencanaan (Planning) 1) Menyusun Silabus, 2) Menyusun skenario pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep yang terdiri dari membuat program satuan pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran pada konsep pengaruh angin dan pengaruh hujan. 3) Menyususn kisi-kisi soal dan membuat alat evaluasi dengan jumlah soal 5 butir , 4) Menyusun LDS, 5) Mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran, 6) Membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya. b) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
70, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan yaitu melaksanakan skenario pembelajaran yang terdiri atas kegiatan membuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang telah direncanakan dengan menerapkan strategi peta konsep. Selama pelaksanaan dilakukan observasi. Kemudian diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi dengan soal tes yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan strategi mengajar peta konsep yaitu: “(1) guru menentukan topik atau tema dan bahan bacaan yang relevan; (2) siswa dalam kelompok mencari dan menuliskan konsep di dalam bacaan yang dianggap penting dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; (3) siswa dalam kelompok menentukan konsep yang paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; (4) siswa dalam kelompok menyusun konsep yang telah diurutkan dan memberikan garis hubung dalam bentuk pemetaan istilah dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; (5) siswa dalam kelompok memberikan katakata penghubung pada setiap hubungan antar konsep yang satu dengan konsep yang lainnya dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; (6) guru menyuruh salah siswa anggota kelompok untuk menuliskan hasil kerjanya di papan tulis; (7) guru bersama siswa membahas hasil kerja siswa yang sudah dituliskan di papan tulis tersebut; (8) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan; dan (9) guru membimbing siswa menarik kesimpulan” (diadaptasi dari Winarni, dkk, 2000).
c) Pengamatan (Observation) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung pengamat (observer) mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengamatan ini dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru dinilai dengan menggunakan lembar observasi guru dan aktivitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi siswa. Yang berperan sebagai observer adalah peneliti secara bergantian dengan guru kelas VI. d) Refleksi (Reflection) Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II. Siklus II Pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran pada siklus I, dimana urutan-urutan kegiatannya adalah sebagai berikut: a) Tahap Perencanaan (Planning) 1) Menyusun Silabus, 2) Menyusun skenario pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep yang terdiri dari membuat program satuan pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran pada konsep pengaruh angin dan pengaruh hujan. 3) Menyususn kisi-kisi soal dan membuat alat evaluasi dengan jumlah soal 7 buah , 4) Menyusun LDS, 5) Mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran, 6) Membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya. b) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan yaitu melaksanakan skena-
Hendri & Herlen, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi Peta Konsep, 71
rio pembelajaran yang terdiri atas kegiatan membuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang telah direncanakan dengan menerapkan strategi peta konsep. Selama pelaksanaan dilakukan observasi. Kemudian diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi dengan soal tes yang telah dibuat. Proses pembelajaran tetap mengacu pada proses penerapan pembelajaran menggunakan peta konsep. c) Pengamatan (Observation) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung pengamat (observer) mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengamatan ini dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru dinilai dengan menggunakan lembar observasi guru dan aktivitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi siswa. Yang berperan sebagai observer adalah peneliti secara bergantian dengan guru kelas VI. d) Refleksi (Reflection) Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan
refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang diinginkan telah tercapai maka pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai rekomendasi bagi penelitian ini.Keseluruhan data dianalisa secara deskriptif baik yang menyangkut hasil observasi maupun tes. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I a. Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa Hasil analisis data observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat padas siklus I merupakan gambaran aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan hasil analisis data observasi aktivitas siswa secara kualitatif kemampuan guru dalam mengajar ditunjukkan pada diagram berikut.
Diagram Lingkaran 1. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
10
11
Pengamat 1 9
Pengamat 2 Rata-rata
Kategori Cukup
72, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
b.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor dari pengamat I dan II pada observasi aktivitas siswa yaitu 10 termasuk dalam kategori cukup. Hal ini mempunyai arti bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran oleh siswa pada siklus I sudah cukup baik. Dari hasil observasi secara keseluruhan terlihat ada beberapa aspek yang diamati berada pada kategori baik, cukup dan kurang. Pertama aspek-aspek yang berada pada kategori baik antara lain: (1) membaca materi pelajaran; (2) menyusun pemetaan konsep, menentukan garis hubung dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; dan (3) menarik kesimpulan. Kedua aspek-aspek yang termasuk dalam kategori cukup antara lain: (1) siswa merespon pertanyaan awal guru; (2) mencari dan menuliskan konsep yang dianggap penting, menentukan kata-kata penghubung pada setiap hubungan antar konsep yang satu dengan yang lainya dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; dan (3) keberanian meyampaikan hasil peta konsep yang dibuat. Namun demikian masih ada satu aspek yang berada pada kategori kurang yaitu mengurutkan konsep yang dianggap paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan. Tes Siklus I Tes yang dilaksanakan pada siklus I yaitu post test untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Dari analisis hasil belajar tes siklus I diperoleh nilai rata-rata 60,64 dan ketuntasan belajar secara klasikal
c.
d.
70,96% termasuk dalam kreteria cukup. Hasil menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus I ini belum dikategorikan tuntas dalam belajar karena dari 31 orang siswa yang mendapat nilai 7 ke atas sebanyak 22 orang atau 70,96%. Berdasarkan ketentuan BNSP yaitu kreteria ideal ketuntasan belajar untuk masingmasing indikator 75% dan untuk mata pelajaran IPA indikator ketuntasan belajar secara klasikal, apabila siswa di kelas memperoleh nilai 7 ke atas sebanyak 75% (diadaptasi dari Depdiknas, 2007: 62). Berdasarkan hasil tes siklus I belum tuntas dalam belajar. Ketidaktuntasan hasil belajar ini dikarenakan proses pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep belum terlaksanan dengan optimal karena adanya kekurangan pada pelaksanaan tindakan, baik tindakan aktivitas guru maupun tindakan aktivitas siswa. Peta Konsep Siklus I Sesuai dengan prosedur yang telah direncakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa bekerja di dalam kelompok mengisi lembar diskusi siswa untuk membuat peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan analisis data hasil pemetaan konsep, diperoleh rata-rata nilai siswa dalam membuat peta konsep pada siklus I yaitu 7,23. Dilihat dari nilai rata-rata peta konsep yang dibuat mempunyai arti bahwa setiap kelompok sudah mampu membuat peta konsep dengan bimbingan guru, akan tetapi hasil yang dicapai belum optimal. Refleksi Tindakan I Proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan strategi peta
Hendri & Herlen, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi Peta Konsep, 73
konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem pada siklus I siswa mengalami kesulitan dalam hal mengurutkan konsep-konsep yang paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contohcontoh. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep, diantara kedua pengamat ada yang memberkan kategori cukup pada aktivitas guru dan siswa dan bahkan kategori kurang yaitu membimbing dan mengarahkan siswa pada saat mengurutkan/mengelompokkan istilah (konsep). Untuk mengatasi aspek-aspek yang masih berada pada kategori kurang dan cukup pada siklus I seperti analisi data observasi guru dan siswa yang diberikan oleh dua orang pengamat, hal-hal yang perlu diperbaiki pada kegiatan pengajaran selanjutnya antara lain: Aktivitas Siswa Sebelum kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem pada siklus II, adapun langkah-langkah perbaikan oleh siswa yaitu: (1) guru sebaiknya mengarahkan kepada siswa untuk mempelajari ulang materi yang telah
dipelajari sebelumnya agar mereka merespon pertanyaan awal guru yang berhubungan dengan materi sebelumnya dan mengarah pada konsep yang akan dipelajari; (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari di rumah agar mereka mudah mencari dan menuliskan konsep yang dianggap penting, mengurut-kan konsepkonsep yang paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh, menentukan kata-kata penghubung; dan (3) guru sebaiknya menberikan konsep yang mereka buat. Hasil Siklus II a. Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa Hasil analisis data observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat padas siklus II merupakan gambaran aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan hasil analisis data observasi aktivitas siswa, secara kualitatif kemampuan guru dalam mengajar ditunjukkan pada diagram berikut.
Diagram Lingkaran 2. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
16.5
16
Pengamat 1 17
Pengamat 2 Rata-rata
Kategori Baik
74, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
b.
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor dari pengamat I dan II pada observasi aktivitas siswa yaitu 16.5 termasuk dalam kategori baik. Hal ini mempunyai arti bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran oleh siswa pada siklus II sudah baik. Dari hasil observasi secara keseluruhan terlihat ada beberapa aspek yang diamati berada pada kategori baik. Pertama aspek-aspek yang berada pada kategori baik antara lain: (1) siswa merespon pertanyaan awal guru; (2) membaca materi pelajaran; (3) mencari dan menuliskan konsep yang dianggap penting, menyusun pemetaan konsep, menentukan garis hubung, menentukan kata-kata Penghubung pada setiap hubungan antar konsep yang satu dengan yang lainya dengan cara melengkapi lambar kerja yang telah disediakan; (3) keberanian meyampaikan hasil peta konsep yang dibuat; dan (4) menarik kesimpulan. Kedua aspek-aspek yang termasuk dalam kategori cukup yaitu mengurutkan konsep yang dianggap paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan. Tes Siklus II Berdasarkan refleksi hasil siklus I dilaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Pada tindakan II ini tes yang digunakan yaitu post tes yaitu tes yang dilaksanakan diakhir pembelajaran. Tes siklus II ini bertujuan unuk mengatahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Dari hasil analisis hasil belajar tes siklus II, diperoleh nilai rata-rata 88,46 dan ketuntasan
c.
d.
belajar secara klasikal 87 % termasuk dalam kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus II telah dikategorikan belajar tuntas karena dari 31 siswa yang mendapat nilai 7 ke atas sebanyak 27 orang atau 87%. Hasil yang dicapai untuk ketuntasan belajar secara klasikal dalam silkus II sudah sesuai dengan acuan ketentuan BNSP kreteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator 75% dan untuk mata pelajaran IPA indikator ketuntasan belajar secara klasikal, apabila siswa di kelas memperoleh nilai 7 ke atas sebanyak 85% (diadaptasi dari Depdiknas, 2007: 62). Dari hasil tes siklus II sudah tuntas dalam belajar. Peta Konsep Siklus II Sesuai dengan prosedur yang telah direncakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa masih bekerja didalam kelompok mengisi lembar diskusi siswa untuk membuat peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan analisis data pemetaan konsep, diperoleh rata-rata nilai siswa dalam membuat peta konsep pada siklus II yaitu 8,11. Dilihat dari nilai rata-rata peta konsep yang dibuat mempunyai arti bahwa setiap kelompok sudah mampu membuat peta konsep dengan bimbingan guru dan hasil yang dicapai sudah optimal. Refleksi Tindakan II Proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem pada siklus II telah menampakkan hasil yang baik, dimana siswa telah mampu memahami dan mengerti membuat peta konsep dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan. Peta konsep
Hendri & Herlen, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi Peta Konsep, 75
yang dibuat oleh siswa berbeda dengan peta konsep yang dibuat oleh guru, akan tetapi konsep-konsep yang dipahami adalah sama dan siswa dapat menjadi lebih mengerti dalam mengaitkan antara konsep-konsep yang telah dimilikinya dengan konsep-konsep yang baru. Siswa belajar dengan membuat peta konsep menunjukkan adanya kebermaknaan di dalam belajar, dimana peta kosep yang dibuat oleh masing-masing kelompok dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam siklus II sudah menampakkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari aspekaspek pengamatan pada observasi aktivitas guru dan siswa sebagian besar sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi masih ada satu aspek yang berada pada kreteria cukup. Aspek yang berada pada kreteria cukup pada aktivitas guru yaitu membimbing dan mengarahkan siswa pada saat mengurutkan/ mengelompokkan istilah (konsep) dan pada aktivitas siswa yaitu mengurutkan konsep yang paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khuhus ataupun contoh-contoh. Dengan demikian diperlukan perbaikan pada penelitian selanjutnya antara lain: Aktivitas Siswa Guru sebaiknya harus memberkan penanganan khusus bagi kelompok yang pasif, hal ini dilakukan dengan cara membantu dan mengarahkan siswa pada saat mengurutkan konsep yang paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh.
Pembahasan Menurut penelitian Piaget (dalam Nasution, 2005: 7), perkembangan intelek-tual anak kelas VI SD berada pada fase operasi konkrit. Operasi dimaksud adalah usaha untuk memperoleh data tentang dunia realitas dan mengubahnya dalam pikiran kita sedemikian rupa sehingga dapat disusun atau diorganisasi dan digunakan secara selektif dalam pemecahan masalah-masalah. Pada tahap ini operasi itu “internalited”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan atau perbuatnnya, ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Internalisasi ini sangat penting karena dengan itu ia telah memiliki system simbolis yang menggambarkan dunia ini. Berdasarkan pengalaman dan penelitian Nasution (2005: 9) kepada anakanak telah dapat diajarkan konsep-konsep pokok dari matematika dan pengetahuan alam pada usia jauh lebih muda dari pada yang diduga sebelumnya. Dengan demikian tidak ada alasan untuk membantah bahwa dalam pembelajaran IPA SD dapat diajarkan kepada setiap anak dalam suatu bentuk tertentu. Dalam pembelajaran salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa yaitu pendekatan belajar. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang diajarkan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertantu. Strategi dalam hal ini yaitu peta konsep yang merupakan seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Hasil penelitian dengan menerapkan strategi peta konsep dari kegiatan pra siklus sampai pada kegiatan siklus II menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang tinggi dalam hal proses (meliputi aktifitas siswa) dan hasil belajar. Hal ini
76, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
menunjukkan bahwa penerapan strategi peta konsep sangat berpengaruh dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA terutama pada pokok bahasan perubahan lingkungan. Berikut ini akan disajikan diagram perbandingan analisis data observasi siswa, dan hasil belajar yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang tinggi dari pelaksanan tindakan siklus I sampai pelaksanaan tindakan siklus II. Dilihat dari segi proses belajar oleh siswa juga mengalami peningkatan yang tinggi, hal ini dikarenakan siswa sudah mampu bekerjasama dan lebih bertanggung jawab. Peningkatan proses pembelajaran oleh siswa yang cukup signifikan ini dapat dilihat dari nilai obsevasi aktivitas siswa yaitu pada siklus I siswa mendapat rata-rata skor 10 termasuk dalam kategori cukup meningkat menjadi 16.5 termasuk kategori baik pada siklus II. Berdasarkan perbandingan hasil observasi aktivitas siswa di atas dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa sudah optimal. Kegiatan pembelajaran oleh siswa dengan menerapkan strategi peta konsep ini sudah mengikuti langkah-langkah pembuatan peta konsep (diadaptasi dari Dahar,1989: 126) yaitu siswa dapat: (1) membaca buku bacaan, (2) mentukan konsep-konsep yang relevan; (3) mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif sampai contoh-contoh; dan (4) menyusun konsep-konsep itu dengan kata-kata penghubung. Untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran ini upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan belajar secara kelompok. Kelompok belajar siswa di bagi menjadi 6 kelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang. Pada
pelaksanaannya kegiatan belajar bersama terjadi proses komunikasi dalam setiap kelompok, kerjasama dan saling membantu yang menyebabkan ada beberapa siswa mengaku lebih paham akan apa yang disampaikan oleh temannya dari pada oleh guru, karena bahasa yang digunakan oleh murid lebih mudah ditangkap dan dipahami. Maka dengan memanfaatkan bantuan murid dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Schmid dan Telaro (dalam Suprihatin, 2002: 7) yang mengemukakan beberapa kegunaan peta konsep antara lain: “(1) kegunaan bagi siswa yaitu peta konsep dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep-konsep pokok dan proporsi, berusaha mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari, sehingga akan terjadi pembelajaran bermakna, dan pemetaan konsep dapat mengembangkan kreativitas siswa karena pembuat peta konsep dapat merupakan aktifitas yang kreatif; dan (2) kegunaan bagi guru yaitu pemetaan konsep merupakan alat yang berguna untuk mengamati makna yang dipegang oleh siswa, dan konsep merupakan alat yang efektif untuk menunjukkan miskonsepsi-miskonsepsi mengenai proposisi yang diinternalisasikan”. Strategi pemetaan konsep ini mendapat respon positif dari siswa dan dapat menghidupkan diskusi kelompok secara cepat. Pemetaan konsep yang telah dilakukan siswa membantu dalam mempelajari konsep-konsep pokok dan proporsi, berusaha mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari, sehingga akan terjadi pembelajaran bermakna, dan pemetaan konsep dapat mengembangkan kreativitas siswa karena pembuat peta konsep dapat
Hendri & Herlen, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi Peta Konsep, 77
merupakan aktifitas yang kreatif. Kenyataan ini didukung oleh Mardiningsih (2001: 1) bahwa pemetaan konsep adalah sauatu strategi yang dapat membantu para siswa melihat dan memahami keterkaitan antar konsep yang telah dikuasainya yang membantu siswa belajar bermakna. Kebermaknaan dalam proses pembelajaran yang paling dirasakan oleh siswa yaitu siswa dapat menghubungkan konsep-konsep yang telah dipelajari dengan realita kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kebermaknaan tersebut yaitu siswa dapat mengemukakan alasan mengapa mengapa nelayan selalu pergi ke tengah laut mencari ikan pada malam hari dan pulang kedaratan pada siang hari, alasannya karena mereka memahami konsep angin darat yang berhembus dari darat ke tengah laut pada malam hari dan konsep angin laut yang yang berhembus dari laut ke darat pada siang hari.
Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Amein (dalam Mardiningsih, 2001: 2) yang menyatakan bahwa pemetaan konsep dapat membantu pengembangan potensi atau kekuatan pada diri siswa, yaitu: (1) kekuatan untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; (2) kekuatan untuk menanggapi; (3) kekuatan untuk berinteraksi; (4) kekuatan untuk belajar/berinkuiri; (5) kekuatan untuk menemukan konsep sendiri; dan (6) pemahaman konsep-konsep. Kreativitas siswa di dalam membuat peta konsep dengan pengembangan potensi dan kekuatan mengekspresikan gagasan, menanggapi, berineteraksi, menemukan dan pemahaman konsep-konsep di atas sesuai dengan hasil yang dicapai oleh siswa dalam pembuatan peta konsep. Untuk melihat kemajuan siswa di dalam kelompok membuat peta konsep dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat dari diagram berikut.
Diagram Batang 2. Perbandingan Nilai Peta Konsep Siswa Siklus I dengan Siklus II 8,2 8 7,8 7,6 7,4 7,2 7 6,8 6,6 Siklus I
Rata-rata Nilai Peta Konsep Siklus II
Dari diagram di atas terjadi peningkatan nilai rata-rata peta konsep yang dibuat oleh siswa dari siklus I sebesar 7,23 hingga mencapai 8,13 pada siklus II. Didalam kelompoknya siswa dituntut untuk membuat peta konsep, hal ini dilakukan dalam upaya membantu siswa belajar bermakna, yaitu memahami hubu-
ngan logika antar konsep yang satu dengan konsep yang lain. Pembuatan peta konsep oleh setiap kelompok dalam proses pembelajaran ini menghasilkan peta konsep yang berbeda. Hal ini disebabkan peta konsep yang dibuat oleh siswa merupakan kaitan-kiatan konsep yang paling bermakna bagi setiap kelompok.
78, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Dalam proses pembuatan peta konsep dalam kelompok ini dituntut kepiawaian guru untuk memberikan perhatian yang merata kepada setiap kelompok, karna masih ada beberapa kelompok masih perlu perhatian khusus dari guru terutama dalam mengurutkan/mengelompokkan istilah/konsep. Hal ini dikarenakan apabila konsep-konsep ini tidak diurutkan secara benar akan menyulitkan siswa dalam dalam proses penyusunan pemetaan konsep. Peta konsep yang dibuat oleh setiap kelompok ini memperlihatkan sejumlah konsep-konsep yang sama disusun dalam hirearki berbeda yang menunjukkan perbedaan idiosinkratik, artinya kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap kelompok. Dengan demikian
peta konsep yang dibuat oleh setiap kelompok disusun dalam hirearki yang berbeda, akan tetapi peta konsep ini memperlihatkan kaitan konsep-konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan perubahan lingkungan dengan menerapkan strategi peta konsep diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan penerapan strategi peta konsep diikuti secara aktif oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar yang diperoleh kegiatan pembelajaran dari kegiatan pra siklus, siklus I, dan Siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram Batang. Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 100
88,46
80 60
60,64
53,72
40 20 0 Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Hasil Belajar
Hasil belajar juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kegiatan pra siklus sampai siklus II yaitu nilai rata-rata siswa dari 53,72 meningkat pada siklus I menjadi 60,72 begitu juga pada siklus II meningkat menjadi 88,46 dan ketuntasan belajar klasikal dari 38,70% menjadi 70,96 pada siklus I lalu meningkat pada siklus II menjadi 87%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus II telah dikategorikan belajar tuntas karena dari 31 siswa yang mendapat nilai 7 ke atas sebanyak 27 orang atau 87%. Hasil yang dicapai dalam
silkus II sudah sesuai dengan acuan BNSP kreteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator 75% dan untuk mata pelajaran IPA indikator ketuntasan belajar secara klasikal, apabila siswa di kelas memperoleh nilai 7 ke atas sebanyak 85% (diadaptasi dari Depdiknas, 2007: 62). Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sudah mencapai hasil yang tinggi pada siklus II di atas senada dengan pendapat Neil (dalam Sagala, 2006: 174) bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh proses belajarnya di mana siswa
Hendri & Herlen, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi Peta Konsep, 79
dituntut untuk berpikir kreatif dan belajar tanpa tekanan juga membutuhkan bim-bingan dan arahan yan menganut prinsip kemerdekaan dan demokrasi. Dalam pro-ses belajar pemetaan konsep ini terjadai transfer pengetahuan yang telah dipela-jarinya dengan pengatahuan yang sedang dipelajari, sehingga siswa mudah dalam mencari konsep-konsep yang dianggap penting. Mudahnya siswa mencari kon-sep-konsep penting didalam didalam buku bacaan karena terjadinya transfer belajar positif. Transfer ini terjadi karena guru mendorong dan mengarahkan siswa untuk belajar di rumah sebelum mempela-jari materi yang baru sehingga akan mempermudah siswa belajar di dalam kelas. Hasil penelitian dilakukan terhadap siswa dengan menggunakan pengajaran menggunakan peta konsep dapat mening-katkan penguasaan siswa terhadap materi dan memotivasi siswa belajar sistematis dalam memecahkan masalah.
IPA pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem dengan menerapkan strategi peta konsep mengalami peningkatan dengan kreteria baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dengan rata-rata 10 meningkat pada siklus II menjadi 16,5. 2. Penerapan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu pada pra siklus sebesar 38,70%, pada siklus I sebesar 70,96% dan padas siklus II mencapai 87% begitu juga dengan hasil belajar dengan menerapkan strategi peta konsep, pada pra siklus hasil belajar 53,72 meningkat pada siklus I menjadi 60,64 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 88,46.
PENUTUP Kesimpulan 1. Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menyarankan kepada guru pada pembelajran IPA untuk menerapkan strategi peta konsep dalam proses pembelajaran terutama pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas. -------------. 2007. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Mardiningsih, L. Pengembangan Dengan Menggunakan Teknik Peta Konsep Suatu Upaya Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep-konsep Fisika. Jakarta: Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP. Volume 4.No.1 Tahun 2001. Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Norizan. 2000. Strategi Mengajar Sains Menggunakan Peta Konsep. Http:/ geocities.com/norizan 2000/ strategi. htm. Rahayu, P. 2008. Penggunaan Media Pendidikan pada Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar. Http/
80, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
modul tkj /portofolio/ICT Grobongan/b Guru/makalaah SMK Muhammadiyah/gubug rahayu puji.rtf/ teori-teori belajar peta konep. Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Samatoa, U. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta: Depdiknas. Silitonga, M. 2008. Analisis dan Peningkatan Guru dalm Menyusun Peta Konsep Sebagai Media dan Alat Evaluasi dalam Mengajar Kimia di SMU. Http: pelangi.united-online. org/index.php/ mualimsilitonga/ analisis peningkatan. Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Suprihatin. 2002. Skripsi Penggunaan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Bengkulu: Universitas Bengkulu. Winarni, E. W. 2006. Disertasi Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Pemahaman Konsep IPA-Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V SD dengan Tingkat Kemampuan Akademik Berbeda di Kota Bengkulu. Malang: Universitas Negeri Malang.