MEMBANGUN KAMPUS ( STAIN PEKALONGAN) YANG SENSITIF GENDER
Triana Sofiani Dosen Jurusan Syariah STAIN Pekalongan
[email protected]
Abstract: This study moved from the reality of the problems that have been the subject of conversation in forums network PSG / PSW throughout Indonesia, both PTAIN/S and Public Higher Education, regarding the condition of lack of response to campus officials agenda promoted by the PSG/ PSW in their respective campuses. Even in some of the Islamic university, menganggab that the PSG / PSW is only a collection of the women (read: wife) against men (read: husband). Although the reality is not as extreme in the STAIN Pekalongan, but in this study the authors wanted to see, rather than despite not prove but at least read the truth of the conclusion of the friends network. The author did not conduct in-depth research with a particular approach to scientific method, but the writer is trying to read the reality of everyday experience of the author as part of the academic community in the STAIN Pekalongan. This study is intended as a preliminary description in order to be a reference for the development of ideas STAIN Pekalongan and also be a reference for researchers who want to conduct in-depth research or create a baseline study on gender sensitivity in STAIN Pekalongan toward campus of Rahmatan Lil’Alamin.
Keywords : Gender of Sensitive, Rahmatan Lil ‘Alamin, Gender Mainstreaming Abstrak : Penelitian
ini berpinjak dari realitas masalah yang telah menjadi subyek
pembicaraan di forum jaringan PSG / PSW di seluruh Indonesia, baik PTAIN / S dan Perguruan Tinggi Umum, mengenai kondisi kurangnya respon terhadap agenda pejabat kampus dipromosikan oleh PSG / PSW di kampus masing-masing. Bahkan di beberapa universitas Islam, menganggap bahwa PSG / PSW hanya koleksi wanita (baca: istri) terhadap laki-laki (baca: suami). Meskipun kenyataannya tidak seekstrim di STAIN
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 277
Pekalongan, tetapi dalam penelitian ini penulis ingin melihat, daripada meskipun tidak membuktikan tapi setidaknya membaca kebenaran kesimpulan dari jaringan teman-teman. Penulis tidak melakukan penelitian mendalam dengan pendekatan tertentu untuk metode ilmiah, tetapi penulis mencoba untuk membaca realitas pengalaman sehari-hari penulis sebagai bagian dari civitas akademika STAIN Pekalongan. Penelitian ini dimaksudkan sebagai gambaran awal untuk menjadi acuan bagi pengembangan ide-ide STAIN Pekalongan dan juga menjadi acuan bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian mendalam atau membuat studi baseline pada sensitivitas gender dalam STAIN Pekalongan menuju kampus rahmatan lil'alamin.
Kata Kunci: Sensitivitas Gender, Rahmatan Lil’Alamin.Pengarusutamaan Gender Realitas tersebut tidak hanya terjadi di
Pendahuluan Berbincang mengenai sensitivitas
lingkungan PTAI saja, akan tetapi di
gender dengan segala permasalahan yang
lingkungan Perguruan Tinggi Non PTAI,
melingkupinya dalam konteks Perguruan
juga mengalami hal yang sama. Data ini
Tinggi Agama Islam, merupakan sebuah
merupakan
gagasan
yang menarik dan menantang,
jaringan PSW/G PTAIN/S se Indonesia
mengingat wacana gender di lingkungan
yang dilaksanakan setipa tahun oleh
PTAIN/S
kurang mendapatkan respon
Kemenenag RI dan juga diskusi jaringan
positif bahkan menimbulkan resistensi
PSW/G PTAI dan PTU se Jawa Tengah
dari kalangan civitas akademika, terutama
pada setiap tahunnya. Wacana gender
para Pejabat Kampus. Sebanyak 85 %
masih dianggab kurang begitu penting,
pengurus
PSG/W di PTAIN/S seluruh
bahkan tidak penting dalam konteks
Indonesia mengatakan hal yang sama
organisational Perguruan Tinggi (Islam)
terkait kondisi kurang adanya respon para
secara menyeluruh sebagai satu kesatuan
pejabat kampus terhadap agenda yang
sistem. Sehingga bangunan kesadaran
diusung oleh PSG/W di Kampus masing-
untuk mewujudkan kampus yang sensitif
masing. Bahkan di beberapa Perguruan
gender, juga hanya teraktualisasi dalam
Tinggi
bahwa
lingkup
kesadaran
PSG/W hanya merupakan kumpulan dari
masing
para kaum perempuan ( baca: Istri) untuk melawan kaum laki-laki ( baca: suami). 278 |
Islam,
menganggab
hasil
kesimpulan
diskusi
personal
masing-
civitas
akademika.
Padahal
sebagai
sebuah
lembaga
formal
yang
berbasis
pendidikan keagamaan,
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
PTAIN/S
(UIN,
IAIN
memiliki
kekuatan
dan
STAIN)
yang sedang membangun tekat dan cita-
untuk
cita organisational untuk mewujudkan
memproduksi dan / atau mereproduksi
lembaga PTAI berbasis riset menuju
ajaran atau doktrin baru berbasis gender
kampus Rahmatan Lil’Alamin. Untuk
dalam konteks keislaman,
mewujudkan cita-cita
strategis
yang dapat
tersebut, tentu
disebarluaskan dengan melibatkan seluruh
sangat diperlukan pijakan awal dengan
elemen di dalamnya (stakeholders).
cara
melakukan
reinterprestasi
atas
Di sisi lain, Perguruan Tinggi (
doktrin dan ajaran yang bias gender
Islam) sebagai agen perubahan sosial, juga
menuju doktrin dan ajaran yang sensitif
harus mampu memainkan perannya secara
gender. Lebih lanjut, dalam tataran praxis,
dinamis dan proaktif dalam mensikapi
gerakan
berbagai
Pekalongan
realitas
berkembang
yang
dalam
semakin
konteks
global,
termasuk
perubahan-perubahan
konteks
pemikiran
kampus
STAIN
yang sensitif gender harus
secara serius dijadikan agenda untuk segera
diimplementasikan
ke
dalam
keilmuan.
kebutuhan strategis maupun kebutuhan
Pemikiran dan sikap tradisional yang
praktis gender. Hal ini mengacu pada tiga
masih melingkupi pola pikir intelektual
alasan mendasar (Mahpur, 2006 : 23).
kampus
Pertama, lembaga pendidikan adalah
harus
dan
dalam
menuju
segera
Kehadirannya
dibongkar.
diharapkan
mampu
wadah
institusional
dimana
semua
membawa perubahan dan kontribusi yang
pegawai
berarti bagi perbaikan ummat, baik pada
mengekspresikan
dataran intelektual teoritis maupun praktis
mengaktualisasikan dan mendefinisikan
dan
identitas
dituntut
mampu
menjalankan
(laki-laki
dan
perempuan)
segala
potensinya,
dirinya.
Kedua,
lembaga
fungsinya, dalam bidang pengembangan
pendidikan merupakan institusi dinamis
dan
yang
penerapan
ilmu
pengetahuan,
menyiapkan,
memproduksi
dan
sekaligus melakukan dekonstruksi nilai
mengembangkan
sosial
manusia. Ketiga, lembaga pendidikan
budaya
didalamnya
yang
terkandung
termasuk
nilai-nilai
kesetaraan dan keadilan gender. Pemikiran
tersebut
mereproduksi
potensi
ideologi
sumberdaya atau
doktrin
tertentu, baik melalui kebijakan atau via menjadi
inkulturasi atmosfer kerja. Usaha tersebut
menarik dan penting untuk dikaji dalam
dapat
konteks STAIN Pekalongan, sebagai salah
membangun
satu Perguruan Tinggi Islam di Indonesia
dikalangan civitas akademika dengan
dilaksanakan sikap
melalui
kegiatan
sensitif
gender
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 279
menerapkan strategi
pengarusutamaan
keyakinan
bagaimana seharusnya laki-
gender, dalam bingkai kampus yang
laki
perempuan
Rahmatan Lil’Alamin.
bertindak sesuai tata nilai ketentuan
atau
berperan
dan
sosial-budaya masyarakatnya. Nassarudin Umar
Pembahasan 1.
konsep
Konsep Gender Dan Seks Konsep gender tidak akan bisa
dipahami
secara
komprehensif
tanpa
menegaskan,
gender adalah konsep dimana
pembagian peran antara laki-laki dan perempuan
tidak
didasarkan
pada
melihat konsep jenis kelamin( sex).
pemahaman yang bersifat normatif dan
Kekeliruan
dan
kategori biologis melainkan pada kualitas
pencampuradukan kedua konsep tersebut
dan skill berdasarkan konvensi-konvensi
sebagai
akan
sosial (Umar, 1999 : 35). Sebagai konsep
dan
sosial-budaya, perbincangan gender tentu
bahasa
lebih dinamis karena mempertimbangkan
Inggris, sex dan gender, sama-sama
variable psiko-sosial yang berkembang di
diartikan sebagai jenis kelamin (Echol,
masyarakat. Perbedaan gender (gender
1993 : 263). Akan tetapi dalam literatur
differences)
lain
keduanya
perempuan terjadi melalui proses yang
mempunya arti yang berbeda. Seks adalah
panjang. Pembentukan gender ditentukan
pembagian jenis kelamin yang ditentukan
oleh
secara biologis dan melekat pada jenis
membentuk, kemudian disosialisasikan,
kelamin tertentu,
dengan (alat) tanda-
diperkuat, bahkan di konstruksi melalui
tanda tertentu pula. Alat-alat tersebut
sosial atau kultural, dilanggengkan oleh
selalu melekat pada manusia selamanya,
interpretasi
tidak
seolah-olah telah menjadi keyakinan.
pemahaman
sesuatu
yang
melanggengkan ketidakadilan.
ketimpangan Dalam
(Tierney,
dapat
tunggal,
tt
:
kamus
153),
dipertukarkan,
bersifat
antara
sejumlah
laki-laki
faktor
agama
dan
yang
dan
ikut
mitos-mitos,
permanen, dan dapat dikenali semenjak
Proses sosialisasi yang panjang
manusia lahir. Itulah yang disebut dengan
penguatan secara kultural bahkan oleh
ketentuan Tuhan atau kodrat. Sedangkan
negara atas idiologi gender menjadikan
gender adalah sifat yang melekat pada
seolah-olah gender sama dengan jenis
laki-laki
kelamin biologis (Fakih, 1997 : 8-9).
maupun
perempuan
yang
dan
kultural.
Konsep gender juga dimaknai
Gender bukan kodrat atau ketentuan Allah
sebagai fenomena sosial-budaya, yaitu
SWT,
sebab
dikonstruksi
280 |
karena
secara terkait
sosiodengan
proses
akibat
atau
implikasi
sosial
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
(kemasyarakatan) yang muncul dalam
kalangan warga masyarakat bahwa hal-hal
masyarakat
yang
karena
pembedaan
yang
berasal
atau
diturunkan
dari
laki-laki
dan
didasarkan pada perbedaan jenis kelamin,
pembedaan
laki-laki dan perempuan. Akibat - akibat
perempuan adalah hal-hal yang bersifat
sosial ini bisa berupa pembagian kerja,
sosial budaya atau merupakan sesuatu
sistem penggajian, proses sosialisasi dan
yang dibentuk oleh tatanan. Disini warga
sebagainya. Gender sebagai fenomena
masyarakat
budaya berarti akibat-akibat atau implikasi
pembagian kerja antara laki-laki dan
dalam budaya (yaitu pada pola dan isi
perempuan misalnya bukanlah sesuatu
pemikiran)
dalam
yang alami, yang telah ditakdirkan, yang
masyarakat karena adanya klasifikasi
diterima begitu saja, tetapi merupakan
dualistis yang didasarkan pada perbedaan
produk sejarah adaptasi atau hubungan
antara laki dan perempuan.
masyarakat
konsep
yang
gender
muncul
juga
Selain itu,
perlu
antara
mulai
menyadari
dengan
bahwa
lingkungan
dipahami
(Mufiadah, 2012 : 1). Untuk lebih jelasnya
sebagai kesadaran sosial. Gender sebagai
konsep gender dan seks, lihat tabel di
kesadaran sosial adalah kesadaran di
bawah ini.
Tabel 1. Identifikasi Seks dan Gender Identifikasi
Laki-laki
Perempuan
Sifat
Kategori Seks/ Gender
Ciri Biologis
Penis, Jakun, Vagina,
Tidak
Sperma
dipertukarkan,
payudara,
dapat Seks
ovum, rahim ( kodrati, haid,
pemberian tuhak
melahirkan, menyusui) Sifat/karakter
Rasional Kuat
Emosional
Ditentukan oleh
Cerdas
Lemah Bodoh
masyarakat.
Pemberani
Penakut
Disosialisasikan.
Superior
Inferior
Dimiliki oleh
Maskulin
Feminin
laki-laki dan
Gender
perempuan. Dapat berubah
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 281
sesuai kebutuhan Peran
Kepala
Ibu rumah
Konstruk
Gender
keluarga
tangga
masyarakat
Pencari
Manajemen
Dapat berubah
nafkah
rumah tangga
sesuai
Pemimpin
Dipimpin
kebutuhan
Direktur
Sekretaris
Kepala kantor
Pramugari
Pilot Dokter
Perawat
Sopir Mandor
Pembantu rumah tangga Buruh
Lebih jauh pembedaan laki-laki
jenis kelamin dan perempuan merupakan
dan perempuan bukan merupakan masalah
pihak yang lebih rentan sebagai korban.
bagi kebanyakan orang, tetapi pembedaan
Semuanya ini merupakan kenyataan yang
ini menjadi masalah ketika menghasilkan
dibentuk oleh tatanan sosial, budaya dan
ketidaksetaraan,
laki-laki
sejarah, karena itu sebenarnya dapat dan
memperoleh dan menikmati kedudukan
perlu dirubah. Perubahan ini tentu saja
yang lebih baik dan menguntungkan
tidak
daripada perempuan. Jadi yang menjadi
melakukannya diperlukan analisis serta
persoalan bukan hanya perbedaan laki-laki
penarikan kesimpulan yang tepat.
dimana
mudah,
karena
untuk
dapat
dan perempuan, akan tetapi pembedaan laki-laki dan perempuan telah menjadi
2.
Sensitivitas
Gender
landasan ketidaksetaraan tersebut, karena
Terwujudnya
masyarakat memandang perempuan lebih
Kesetaraan Gender
rendah dari pada laki-laki. Gender sebagai persoalan ketidaksetaraan menghasilkan
sosial-budaya
adalah
gender
yang
pelbagai
bentuk
ketidakadilan dan penindasan berdasar
282 |
dalam
dan
melihat
pembangunan lainnya
dari
Prinsip Keadilan-
Sensitivitas kemampuan
:
gender
adalah
kepekaan
seseorang
dan dan
menilai
aspek perspektif
hasil
kehidupan gender
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
(disesuaikan kepentingan yang berbeda
epistimologi
antara laki-laki dan perempuan) (BKKBN,
mengkontaminasi
2009 : 26). Secara konseptual, sensitifitas
merasuki
gender adalah kemampuan memahami
hukum, menyusupi kebijakan, bahkan
ketimpangan
gender
telah menjadi common sense di banyak
pembagian
kerja
keputusan
terutama dan
yang
dalam
pembuatan
mengakibatkan
berkurangnya kesempatan dan rendahnya status
sosial
dibandingkan gender
ekonomi laki-laki.
perempuan Ketimpangan
menunjukkan
ketidakadilan
adanya gap)
tafsir
berbagai
dan
pengetahuan, keagamaan,
undang-undang,
identitas,
serta
telah
dalam
pola
pikir
terinternalisasi masyarakat. Sensitivitas prinsip
gender
terwujudkan
kesetaraan gender, yaitu
merupakan
keadilan
dan
suatu kondisi
dan
dimana porsi dan siklus sosial perempuan
diskriminasi antara perempuan dan laki-
dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan
laki dalam berbagai aspek kehidupan, baik
harmonis. Kondisi ini dapat terwujud
dalam rumah tangga, masyarakat dan
apabila terdapat perlakuan adil antara
negara.
perempuan
Rendahnya
(gender
budaya
ilmu
laki-laki.
Penerapan
gender,
kesetaraan dan keadilan gender harus
menurut Robert Chamber terjadi karena
memperhatikan masalah kontekstual dan
adanya berbagai bias atau kekeliruan
situasional,
sistematis dalam perencanaan, maupun
perhitungan secara matematis dan tidak
pelaksana pembangunan yang akhirnya
bersifat universal. Jadi konsep kesetaraan
menimbulkan marginalisasi salah satu
adalah konsep filosofis yang bersifat
jenis
adalah
kualitatif, tidak selalu bermakna kuantitatif..
perempuan.. Kerancuan dan bias yang
Sedangkan pengertian kesetaraan gender
menganggap gender sebagai kodrat laki-
adalah, kondisi dimana perempuan dan
laki dan perempuan, telah tersosialisasi
laki-laki menikmati status yang setara dan
hampir
memiliki
kelamin,
setua
sensitifitas
dan
dan
biasanya
peradaban
manusia,
bukan
kondisi
yang
berdasarkan
sama
untuk
berkembang dan mempengaruhi berbagai
mewujudkan secara penuh hak-hak asasi
kebudayaan,
melahirkan
dan potensinya bagi pembangunan di
berbagai bentuk dan realitas bias gender
segala bidang kehidupan. Keadilan gender
yang senantiasa berkembang. Terbentuk
adalah,
keyakinan ataupun kepercayaan manusia,
perempuan dan laki-laki melalui proses
mempengaruhi
budaya
sehingga
perkembangan
suatu dan
kondisi
adil
kebijakan
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
untuk yang
| 283
menghilangkan
hambatan-hambatan
Fit an Proper Test secara obyektif dan
berperan bagi perempuan dan laki laki.
transparan. Sedangkan, kontrol adalah
Hal tersebut dipertegas oleh Fakih, bahwa
perempuan
Ketidakadilan
kekuasaan yang sama pada sumber daya
gender
yang
banyak
dan
laki-laki
mempunyai
menimpa perempuan termanifestasikan
pembangunan.
dalam beberapa bentuk yaitu stereotipe,
kesempatan yang sama bagi PNS laki-laki
subordinasi, marjinalisasi, beban ganda,
dan
dan kekerasan (Fakih, 1997 : 10).
terhadap
Manifestasi ketidakadilan tersebut tidak
sumberdaya materi maupun non materi
dapat dipisahkan, saling terkait dan
daerah) dan mempunyai kontrol yang
berpengaruh secara dialektis.
mandiri dalam menentukan apakah PNS
Terwujudnya
kesetaran
dan
mau
Contoh:
perempuan
memberikan
dalam
sumberdaya
meningkatkan
penguasaan (misalnya:
jabatan
struktural
keadilan gender ditandai dengan tidak
menuju jenjang yang lebih tinggi. Manfaat
adanya diskriminasi antara perempuan dan
adalah, pembangunan harus mempunyai
laki-laki, dan dengan demikian mereka
manfaat yang sama bagi perempuan dan
memiliki akses, partisipasi, kontrol dan
laki-laki. Contoh: Program pendidikan
manfaat
Akses
dan latihan (Diklat) harus memberikan
bagi
manfaat yang sama bagi PNS laki laki dan
adalah
dalam
pembangunan.
kesempatan
yang
sama
perempuan dan laki-laki pada sumberdaya pembangunan. kesempatan
Contoh:
yang
sama
memberikan memperoleh
perempuan. Secara mengetahui
lebih apakah
riinci,
untuk
laki-laki
dan
informasi pendidikan dan kesempatan
perempuan telah setara dan berkeadilan,
untuk meningkatkan karir bagi PNS laki laki
dapat dilihat pada : 1. Seberapa besar
dan
adalah,
akses dan partisipasi atau keterlibatan
perempuan dan laki-laki berpartisipasi
perempuan terhadap peran sosial dalam
yang sama dalam proses pengambilan
kehidupan
keputusan. Contoh: memberikan peluang
masyarakat, dan dalam pembangunan. 2.
yang sama antara laki-laki dan perempuan
Seberapa besar control serta penguasaan
untuk ikut serta dalam menentukan pilihan
perempuan dalam berbagai sumber daya
pendidikan di dalam rumah tangga;
manusia maupun sumber daya alam dan
melibatkan calon pejabat struktural baik
peran pengambilan keputusan dan lain
dari pegawai laki-laki maupun perempuan
sebagainya. 3. Seberapa besar manfaat
yang berkompetensi dan memenuhi syarat
yang diperoleh perempuan dari hasil
284 |
perempuan.
Partisipasi
baik
dalam
keluarga
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
pelaksanaan berbagai baik sebagai pelaku
ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan
maupun sebagai pemanfaat dan penikmat
dan kemasyarakatan. Dalam pandangan
hasilnya.
Islam, manusia mempunyai dua kapasitas, yaitu
3.
Sensitivitas Gender Dalam Islam Sejak 15 abad yang lalu Islam telah
sebagai
representasi
hamba
Tuhan
dan
sebagai
(khalifah)
tanpa
membedakan jenis kelamin, etnik, dan
menghapuskan diskriminasi berdasarkan
warna
jenis kelamin. Islam memberikan posisi
manusia untuk memperhatikan konsep
yang tinggi kepada perempuan. Prinsip
keseimbangan, keserasian, keselarasan,
kesetaraan dan keadilan gender dalam
dan keutuhan, baik sesama manusia
Islam tertuang dalam Kitab Suci Al-
maupun
Quran. Dalam ajaran Islam tidak dikenal
alamnya.
adanya
isu
merugikan
gender
yang
perempuan.
berdampak
Islam
kulit.
Islam
manusia
mengamanatkan
dengan
lingkungan
Menurut Nasaruddin Umar,
ada
bahkan
beberapa ukuran yang dapat digunakan
menetapkan perempuan pada posisi yang
sebagai pedoman untuk melihat prinsip-
terhormat, mempunyai derajat, harkat, dan
prinsip kesetaraan jender dalam Al-
martabat yang sama dan setara dengan
Qur'an, antara lain (Umar, 2012 : 5):
laki – laki. Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat –
a. Laki-Laki Dan Perempuan Sama-
ayat Al-Qur an substantive yang sekaligus
Sama Sebagai Hamba
menjadi tujuan umum syariah.
Salah satu tujuan penciptaan
Al-Qur an sebagai Hudanlinnas, petunjuk
bagi
dan
Tuhan (QS. Az-Dzariyat/51:56). Dalam
kehadiran Nabi Muhammad SAW dengan
kapasitas manusia sebagai hamba, tidak
sunnahnya, sebagai Rahmatan lil alamin,
ada
tentu saja memberikan keteguhan bahwa
perempuan. Keduanya mempunyai potensi
Islam
ramah
dan peluang yang sama untuk menjadi
perempuan, dan tidak membeda-bedakan
hamba ideal, yaitu dalam Al-Qur'an biasa
jenis
untuk
diistilahkan sebagai orangorang yang
berbagai
bertaqwa, dan untuk mencapai derajat
adalah
agama
kelaimin.
membebaskan bentuk
umat
Islam manusia
ketidakadilan.
dipromosikan, pembebasan.
Islam Islam
manusia,
manusia adalah untuk menyembah kepada
yang datang dari
Sejak
awal
perbedaan
bertaqwa
ini
antara
tidak
laki-laki
dikenal
dan
adanya
adalah
agama
perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau
adalah
agama
kelompok etnis tertentu. Dalam kapasitas
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 285
sebagai hamba, laki-laki dan perempuan
di muka bumi yang tidak berikrar akan
masing-masing
mendapatkan
keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka
penghargaan dari Tuhan sesuai dengan
disaksikan oleh pa ra malaikat. Tidak ada
kadar
seorangpun
akan
pengabdiannya
(Q.S.
al-
Nahl/16:97).
yang
mengatakan
tidak.
Dalam Islam, tanggung jawab individual dan kemandirian berlangsung sejak dini,
b. Laki-Laki dan Perempuan sebagai
yaitu sejak dalam kandungan. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal
Khalifah di Bumi Maksud dan tujuan penciptaan
adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-
manusia di muka bumi, selain untuk
laki
menjadi hamba yang tunduk dan patuh
menyatakan ikrar ketuhanan yang sama.
serta mengabdi kepada Allah swt, juga
Rasa percaya diri seorang perempuan
untuk menjadi khalifah di bumi (QS. Al-
dalam Islam seharusnya terbentuk sejak
An'am/6:165).
tidak
lahir, karena sejak awal tidak pernah
menunjuk kepada salah satu jenis kelamin
diberikan beban khusus berupa dosa
atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki
warisan seperti yang dikesankan di dalam
dan perempuan mempunyai fungsi yang
tradisi Yahudi-Kristen, yang memberikan
sama
akan
citra negatif begitu seseorang lahir sebagai
tugas-tugas
perempuan. Dalam tradisi ini, perempuan
kekhalifahannya di bumi, sebagaimana
selalu dihubungkan dengan drama kosmis,
halnya mereka harus bertanggung jawab
di mana Hawa dianggap terlibat di dalam
sebagai hamba Tuhan.
kasus keluarnya Adam dari surga. Al-
Kata
sebagai
Khalifah
khalifah,
mempertanggungjawabkan
c. Laki-Laki
Dan
yang
Perempuan
Menerima Perjanjian Primordial Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban perjanjian
amanah primordial
dan
menerima
dengan
dan
perempuan
Qur'an
yang
mempunyai
positif
terhadap
manusia,
sama-sama
pandangan Al-Qur'an
menegaskan bahwa Allah memuliakan seluruh anak cucu Adam (Q.S. AlIsra/17:70).
Dalam
Al-Qur'an,
tidak
Tuhan.
pernah ditemukan satupun ayat yang
Seperti diketahui, menjelang seorang anak
menunjukan keutamaan seseorang karena
manusia keluar dari rahim ibunya, ia
faktor jenis kelamin atau karena keturunan
terlebih dahulu harus menerima perjanjian
suku bangsa tertentu.
dengan Tuhannya (QS. Al-A’raf/7:172). Tidak ada seorangpun anak manusia lahir
286 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
d. Adam dan Hawa, Terlibat Secara
jatuhnya
anak
manusia
ke
bumi
penderitaan.
Aktif Dalam Drama Kosmis Semua ayat yang menceritakan tentang
drama
kosmis,
yakni
cerita
tentang keadaan Adam dan pasangannya
e.
Laki-Laki dan Perempuan Samasama Berpotensi Meraih Prestasi
di surga sampai keluar ke bumi, selalu
Dalam hal peluang untuk meraih
menekankan kedua belah pihak secara
prestasi maksimum, tidak ada perbedaan
aktif dengan menggunakan kata ganti
antara
untuk dua orang yakni kata ganti untuk
sebagaimana ditegaskan secara khusus di
Adam dan Hawa, seperti dapat dilihat
dalam tiga ayat Al- Qur'an (Q.S. Ali
dalam
beberapa
Keduanya
kasus
diciptakan
di
laki-laki
dan
perempuan,
berikut
ini:
Imran/3:195, Q.S. An-Nisa/4:124 dan
surga
dan
Q.S.
Mu’min/40:40).
Ayat-ayat
ini
memanfaatkan fasilitas surga (Q.S. Al-
mengisyaratkan konsep kesetaraan jender
Baqarah/2:35);
mendapat
yang ideal dan memberikan ketegasan
kualitas godaan yang sama dari syaitan
bahwa prestasi individual, baik dalam
(Q.S. Al-A'raf/7:20); Samasama memakan
bidang spiritual maupun urusan karier
buah khuldi dan keduanya menerima
profesional, tidak mesti dimonopoli oleh
akibat jatuh ke bumi (Q.S. al-A'raf/7:22);
salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki
Sama-sama memohon ampun dan sama-
dan perempuan memperoleh kesempatan
sama
Al-
yang sama meraih prestasi optimal.
A'raf/7:23); Sama-sama memohon ampun
Namun, dalam kenyataan di masyarakat,
dan sama-sama diampuni Tuhan (Q.S. Al-
konsep ideal ini masih membutuhkan
A'raf/7:23); Setelah di bumi, keduanya
tahapan dan sosialisasi, karena masih
mengembangkan keturunan dan saling
terdapat
melengkapi dan saling membutuhkan
kendala budaya yang sulit diselesaikan.
(Q.S.
Salah
diampuni
Keduanya
Tuhan
Al-Baqarah/2:187).
(Q.S.
Adam
dan
sejumlah satu
obsesi
kendala,
terutama
Al-Qur'an
ialah
Hawa disebutkan secara bersama-sama
terwujudnya
sebagai pelaku dan bertanggung jawab
masyarakat. Keadilan dalam Al-Qur'an
terhadap drama kosmis tersebut. Jadi,
mencakup segala segi kehidupan umat
tidak dapat dibenarkan jika ada anggapan
manusia, baik sebagai individu maupun
yang menyatakan perempuan sebagai
sebagai anggota masyarakat. Karena itu,
mahluk penggoda yang menjadi penyebab
Al-Qur'an tidak mentolerir segala bentuk
keadilan
di
dalam
penindasan, baik berdasarkan kelompok
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 287
etnis, warna kulit, suku bangsa dan
lingkungan
kepercayaan, maupun yang berdasarkan
realitas masyarakat dus civitas akademika
jenis kelamin. Jika terdapat suatu hasil
pada saat awal berdirinya
pemahaman atau penafsiran yang bersifat
masih kental dengan kultur patriarkhi.
menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur
Birokrasi yang terkesan kaku, di sisi lain
kemanusiaan, maka hasil pemahaman dan
figur pimpinan yang karismatik dengan
penafsiran
penokohan para Kyai sebagai pendiri yang
tersebut
terbuka
untuk
diperdebatkan.
yang
melingkupi notabene
merintis dan merancang cikal bakal IAIN
Dengan melihat paparan yang dikemukakan
sosial
oleh
Nasaruddin
Umar
sebelum menjadi STAIN, memberi kesan bahwa
bangunan
STAIN
Pekalongan
tersebut, terlihat bahwa di dalam Al-
awal, masih kental dengan cerminan bias
Qur’an, sebetulnya sudah menyebutkan
gender.
adanya keadilan dan kesetaraan antara
gender di lembaga STAIN Pekalongan
laki-laki dan perempuan. Namun di dalam
mulai agak terkikis dengan berdirinya
kenyataan
sehari-hari
Pusat Studi Gender
kesetaraan
gender
Akan tetapi, lambat laun bias
keadilan
dan
sebagaimana
yang
2000. Meski demikian bukan berarti
diamanahkan oleh Al-Qur’an tersebut bias
STAIN Pekalongan sekarang ini sudah
dikatakan masih jauh dari harapan.
sensitif
gender,
( PSG) pada tahun
karena
masih
ada
beberapa hal yang terlihat netral gender B. Membaca Sensitivitas
Gender Di
(Hidayat, 2005 : 88), bahkan bias gender. Hal
STAIN Pekalongan Menurut teorinya, suatu lembaga
tersebut
terbukti
dengan
belum
adanya integrasi kesetaraan gender secara
yang dalam hal ini adalah Perguruan
sistemik
Tinggi, apakah telah mengaplikasikan
kelembagaan
nilai-nilai kesetaraan gender atau belum,
kebijakan,
bisa di lihat
organisasi dan juga sistem pembelajaran.
budayanya
dari lingkungan sosial
dan program,
seluruh
struktur, proyek,
sistem termasuk budaya
Untuk menelusuri lebih jauh tentang
dibangun. Apabila suatu lembaga atau
STAIN Pekalongan, akan dilihat dari
Perguruan Tinggi dibangun pada saat
beberapa hal antara lain:: 1). visi-misi
lingkungan sosial budayanya masih bias
Lembaga; 2). program dan kebijakan
gender, maka akan sangat mungkin jika
lembaga; 3). pola struktur kelembagaan;
Perguruan Tinggi tersebut bias gender.
4). budaya kelembagaan; 5). sistem
Dalam
pembagian kerja; 6). Pendayagunaan dan
konteks
organisasi
dalam
tersebut
288 |
ketika
ke
STAIN
Pekalongan,
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
pengembangan prasarana
SDM;
7).
kelembagaan
Sarana 8).
–
mempunyai kepedulian terhadap tuntutan
Sistem
kebutuhan lokal dan global”. Adapun Misi
pembelajaran dan; 9) respon civitas
STAIN Pekalongan adalah:
akademika terhadap isu gender.
1. Mengembangkan
Pendidikan
pembelajaran,
dan
Pengabdian kepada masyarakat dengan
1. Visi–Misi STAIN Pekalongan. Visi adalah
Penelitian
dan
rangkaian kalimat
manajemen berkualitas, yang mampu
yang menyatakan cita-cita atau impian
memenuhi kebutuhan masyarakat dan
sebuah organisasi yang ingin dicapai di
siap menghadapi kompetensi global,
masa depan, atau dapat dikatakan bahwa
nasional dan regional dengan landasan
visi merupakan pernyataan want to be dari
nilai-nilai Islam.
organisasi. Dalam visi suatu organisasi
2. Mengantarkan
mahasiswa
terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta
Sarjana
kebutuhan
depan.
keluasan ilmu ke-Islaman, kematangan
Sebagaimana diungkapkan oleh Kotler,
profesional, kedalaman aqidah dan
bahwa visi adalah pernyataan tentang
keluhuran akhlak.
organisasi
tujuan
organisasi
dalam
produk
ditawarkan,
dimasa
yang
dan
diekspresikan
pelayanan
kebutuhan
yang
Muslim
yang
menjadi memiliki
3. Mengembangkan ilmu-ilmu ke-Islaman
yang
melalui pengkajian dan penelitian yang
dapat
bermanfaat
bagi
pengembangan
ditanggulangi, kelompok masyarakat yang
cakrawala pemikiran dan memberi
dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta
kontribusi
aspirasi
pemberdayaan
dan
Sedangkan,
cita-cita misi
masa
adalah
depan.
pernyataan
terhadap dan
konsep-konsep pengembangan
masyarakat.
tentang apa yang harus dikerjakan oleh
Dalam
Visi-
misi
STAIN
lembaga dalam usahanya mewujudkan
Pekalongan
Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata
menyebut tentang istilah gender ataupun
untuk dituju serta dapat pula memberikan
jenis kelamin tertentu, bahkan kedua jenis
petunjuk garis besar cara pencapaian Visi.
kelamin (laki-laki dan perempuan). Ada
Visi STAIN Pekalongan adalah: “
beberapa kata yang disebut dan yang bisa
sebagaimana di atas, tidak
Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi Islam
diasumsikan sebagai
terdepan dalam mengembangkan kualitas
subjek yang mewakili jenis kelamin ( sex)
keilmuan
yang
antara lain, masyarakat dan mahasiswa.
serta
Kata
bernafaskan
dan
kepribadian
nilai-nilai
Islam
objek dan/ atau
masyarakat dan mahasiswa tentu
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 289
bermakna
muliti
interpretable
sesuai
2. Kebijakan
dengan kebutuhan objek dan/atau subjek
Lembaga.
Dan
Program
sasaran yang akan di bidik, bisa laki-laki,
Kebijakan dan program STAIN
bisa perempuan, atau bahkan laki-laki dan
Pekalongan dapat di lihat pada perangkat
perempuan secara keseluruhan. Meskipun
lunak kebijakan dan instrumen kebijakan
ukuran sensitivitas bukan pada istilah
yang
yang secara implisit – tektual harus
dituangkan dalam arah pengembangan dan
disebutkan dalam rangkaian kalimat, akan
program kerja STAIN Pekalongan. Arah
tetapi kalimat yang tidak secara pasti
pengembangan STAIN Pekalongan secara
menyebut pada istilah tertentu, akan
konseptual telah tertuang dalam Rencana
membuka
Induk Pengembangan STAIN Pekalongan,
peluang
untuk
multi
berupa
produk
tertulis
dan
intepreted, sehingga tidak keliru apabila
yang
dikatakan hal tersebut merupakan salah
kontribusi dalam pembangunan. Untuk
satu indikator dari adanya netralitas
mewujudkan
gender atau yang disebut dengan gender
terkemuka,
blind.
dirumuskan rencana strategis sebagai Istilah gender juga tidak terdapat
dalam visi-misi masing-masing jurusan maupun di masing-masing UPT, seperti
diharapkan
dapat
STAIN pada
memberikan
sebagai
tahap
PTAI
awal
telah
berikut: a. Peningkatan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM.
Puskom, PPMP, P3M, lembaga Bahasa
b. Pengembangan Jurusan dan Prodi.
maupun Perpustakaan, dan juga di tingkat
c. Pengembangan Kurikulum dan Mutu
lembaga
Non
struktural
dan
UKM
Akademik.
mahasiswa, maupun Administrasi kecuali
d. Pengembangan Kajian Keilmuan.
di
e. Pengembangan Perpustakaan.
dalam visi-misi Pusat Studi Gender
(PSG) sebagai lembaga Non struktural
f. Pengembangan Sistem Informasi.
dan UKM SIGMA, dimana keduanya
g. Pengembangan Penerbitan Ilmiah.
dianggab sebagai
h. Pengembangan Penelitian dan
lembaga yang paling
bertanggungjawab terhadap hal-hal yang
Pengabdian Masyarakat.
terkait dengan perspektif gender, dengan
i. Pengembangan Organisasi dan
segala permasalahan yang melingkupinya.
Kegiatan Kemahasiswaan. j. Peningkatan Sistem Pelayanan Akademik dan Kemahasiswaan.
290 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
k. Penambahan dan Pemberdayaan Sarana dan Prasarana Penunjang.
kebijakan, program dan anggaran yang dihasilkan juga akan netral bahkan bias
l. Pengembangan Kerjasama PT dan
gender.
Kelembagaan.
Lebih lanjut, di lihat pada tahap
m. Pengembangan Sistem manajemen
pelaksanan
Kebijakan
dan
program
secara
umum,
yang visioner, profesional, terbuka,
STAIN
akuntabilitas, kolektif dan teamwork.
maupun per jurusan dan juga UPT STAIN
Arah
tersebut
Pekalongan juga banyak yang melibatkan
pengembangan
kaum perempuan. Berbagai program dan
STAIN Pekalongan ke depan yang dalam
kegiatan yang melibatkan perempuan dan
pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk
memberikan
program
untuk memperoleh akses dan manfaat
menjadi
pengembangan
Pekalongan
pijakan
bagi
baik
program
STAIN
kesempatan
perempuan
Pekalongan secara keseluruhan maupun
yang sama atas
program masing-masing jurusan, UPT dan
tersebut, misalnya: program penelitian
Administrasi. Sama dengan visi-misi,
yang dilaksanakan oleh P3M setiap
dalam arah
kebijakan
tahunnya, program beasiswa dan masih
STAIN Pekalongan juga tidak disebut
banyak lagi program dan kegiatan lainnya
tentang perspektif gender, atau bisa
yang
dikatakan bersifat netral gender. Meski
perempuan, dengan tidak membedakan
demikian,
tahap
dengan pegawai/dosen laki-laki. Meski
perencanaan kebijakan dan program tidak
demikian pelaksanaan program tersebut
melibatkan
masih
pengembangan
bukan
berarti
partisipasi
pada
perempuan.
melibatkan
belum
program -program
pegawai/
dosen
mempertimbangkan
Proporsi jumlah perempuan ( tenaga
perimbangan jumlah antara laki-laki dan
edukatif
perempuan, sehingga
dan
administrasi),
ketika
masih terkesan
mengikuti rapat dalam tahap perencanaan
netral
kebijakan dan program setipa tahunya
perimbangan jumlah antara laki-laki dan
justeru melebihi ketentuan kuota 30%.
perempuan yang terkena sasaran program
Perimbangan jumlah tersebut, meskipun
dan kebijakan, tidak ditentukan dengan
penting akan tetapi
menggunakan analisis gender, melainkan
tujuan
akhir,
bukan merupakan
karena
Artinya
bahwa,
para
hanya karena secara kebetulan jumlah
perempuan yang mengikuti rapat kerja
perempuan yang mengakses program
perencanaan
tersebut lebih banyak dari pada jumlah
kebijakan,
ketika
gender.
program
dan
anggaran masih belum peka jender, maka
kaum laki-laki.
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 291
3.
Komposisi perbandingan jumlah
Pola Struktur Kelembagaan. Struktur kelembagaan STAIN
dosen
perempuan dan laki-laki ( dosen tetap,
Pekalongan terdiri dari Susunan organisasi
honor
STAIN yang meliputi, antara lain:
seimbang, yaitu dosen laki-laki sebanyak
a. Ketua dan Pembantu Ketua.
kurang lebih 113 orang dan dosen
b. Senat .
perempuan sebanyak kurang lebih 46
c. Jurusan.
orang, atau kurang lebih 32 % dari jumlah
d. Pusat
Penelitian
dan
pengabdian
kepada Masyarakat.
dan
luar
biasa),
juga
tidak
dosen yang ada. Meski sudah memenuhi kuota 30%, akan tetapi masih ada
e. Kelompok Dosen.
ketimpangan jumlah antara dosen laki-laki
f. Bagian Administrasi.
dan perempuan. Berangkat dari realitas
g. Unit
Pelaksana
Teknis
meliputi:
tersebut,
dalam
konteks
struktur
Perpustakaan , Pusat Komputer, Pusat
kelembagaan hal ini juga bisa dijadikan
Bahasa.
sebagai salah satu indikasi bahwa STAIN
Pusat
Penjamin
Mutu
Pendidikan, dan P3M
Pekalongan
h. Lembaga Nonstruktural.
belum
sensitif
gender,
meskipun jumlah tersebut itu bukan hal
Komposisi jumpah
Perempuan
yang menduduki posisi strategis, baik
utama dari suatu lembaga dikatakan sensitif atau belum sensitif gender.
pada level pembuat kebijakan, tenaga pengajar maupun pegawai memang lebih sedikit dibandingkan dengan
laki-laki.
Misalnya, pada level Ketua dan Pembantu
4.
Budaya
organisasi
atau
Kelembagaan Menurut
Tosi,
Rizzo,
Carroll
Ketua semua dijabat oleh laki-laki, bahkan
seperti yang dikutip oleh Munandar
pada pereode terakhir ini, anggota senat
(Munandar, 2004 : 9), budaya organisasi
semuanya di jabat oleh laki-laki. Di
adalah cara berpikir, berperasaan dan
jurusan, kaum perempuan menduduki
bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu
level jabatan kedua, misalnya ketua prodi
yang ada dalam organisasi. Kampus
2 orang
( PBA dan Ekos), di UPT
sebagai suatu organisasi atau lembaga,
hanya perpustakaan yang dijabat oleh
sama juga dengan organisasi atau lembaga
perempuan.
bagian
pada umumnya, maka yang dimaksud
administrasi, ada 2 orang perempuan yang
dengan budaya kampus adalah cara
menduduki level pimpinan yaitu Kasubag
berpikir,
Umun
berdasarkan pola-pola tertentu dari civitas
292 |
dan
Pada
Kasubag
level
Kepegawaian.
berperasaan
dan
bereaksi
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
akademika terhadap para personal lingkungan
kampus,
secara
di
khusus
untuk
menduduki
pengambil
posisi
kebijakan;
struktural
kurang
adanya
terhadap perempuan, sehingga sangat
respon terhadap kinerja staf perempuan
mempengaruhi
antar
yang mampu memberikan kontribusi lebih
personal dalam mamagemen universitas.
terhadap lembaga dan; rolling staf ke UPT
Budaya organisasi yang sensiftif gender
dan
bisa di lihat dari beberapa hal, misalnya
proporsi jumlah representasi antara staf
hiasan atau pajangan pada ruangan,
laki-laki dan perempuan.
pola
hubungan
pengaturan
kerja,
penawaran
pemberian
dukungan,
jurusan
tidak
memperlihatkan
peran,
bahasa
yang
5. Sistem Pembagian Kerja.
digunakan secara personal (lelucon, idiom
Di STAIN Pekalongan, sistem
dan pola komunikasi) dan bentuk ekspresi
pembagian
lainnya. Sekolah Tinggi Agama Islam
pertimbangan
Negeri (STAIN)
mengakibatkan proporsi pembagian kerja
Pekalongan sebagai
kerja
tidak
berdasarkan
gender,
sehingga
sebuah lembaga atau organisasi, juga
yang
mempunyai budaya organisasi tersendiri
perempuan.
dan merupakan nilai-nilai dominan yang
pengaturan
disebarluaskan
dan
disesuaikan dengan kegiatan reproduksi,
dijadikan filosofi kerja civitas akademika
karena masih banyak dosen perempuan
dan yang menjadi panduan bagi kebijakan
yang memiliki anak balita diberi jam
organisasi. Beberapa realitas yang ada di
mengajar terlalau pagi dan terlalu sore,
STAIN Pekalongan yang kurang ramah
sehingga masih ada dosen perempuan
gender, atau menunjukan gejala budaya
yang membawa anak balitanya ke ruang
kelembagaan yang belum sensitif gender,
kelas ketika mengajar.
dalam
organisasi
timpang
antara
laki-laki
dan
Hal ini terlihat pada, jadwal
mengajar
tidak
antara lain terlihat pada: sering ada lontaran lelucon atau komentar yang menganggap perempuan
PSG
sebagai
penentang
6. Pengembangan SDM.
kumpulan masih
SDM di STAIN Pekalongan, dilakukan
adanya anggapan bahwa Gender identik
dengan memberikan ijin kepada para
dengan
karyawan dan dosen
kaum
suami;
Peningkatan dan pengembangan
perempuan;
adanya
baik laki-laki
penyamaan antara PSG sebagai lembaga
maupun perempuan untuk melaksanakan
kajian dengan Dharmawanita; kurang
studi lanjut, baik progarm S1, S2 mapun
adanya apresiasi terhadap staf perempuan
S3,
maupun
melalui
pelatihan
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
dan
| 293
seminar.
Untuk
mendukung
bagi perempuan hamil misalnya, belum
pengembangan sumber daya Manusia
ada. Akhirnya yang terjadi dosen dan staf
tersebut,
juga
perempuan yang mempunyai anak balita
kepada
para
masih membawa anaknya ke ruang kelas
yang
ingin
dan ruang kerja dan bagi yang sedang
Pertimbangan
hamil juga masih harus naik tangga
penunjukan
manual untuk mengajar dan/ atau menuju
STAIN
memberikan karyawan
beasiswa dan
melanjutkan pemberian
Pekalongan dosen
studinya. ijin
maupun
pengembangan berdasarkan
SDM
dilakukan
kebutuhan,
pertimbangan
bukan
memberikan
ruang kantornya.
pada
akses
dan
manfaat yang sama atas program tersebut.
8. Sistem Pembelajaran. Pembelajaran
Selain itu dalam penerimaan pegawai dan
Gender adalah,
dosen,
memasukkan
juga
tidak
memperlihatkan
Responsif
pembelajaran dimensi
perimbangan jumlah proporsi antara laki-
kesetaraan
laki dan perempuan.
perencanaan/persiapan
gender
pelaksanaan/proses evaluasi
7. Sarana Prasarana Kelembagaan. Sarana
dan
prasarana
suatu
pembelajaran
keadilan pada
dan tahap
pembelajaran;
Pembelajaran
Pembelajaran. di
yang
STAIN
dan; Sistem
Pekalongan,
lembaga yang sensitif gender, bisa dilihat
belum memperlihatkan responsif gender.
dengan
kebutuhan
Misalnya, belum ada mata Kuliah khusus
berbeda antara laki-laki dan perempuan,
terkait dengan isu gender, meski ada
pemanfaatan
tidak
beberapa dosen telah mengintegrasikan
terjadi dominasi atas dasar perbedaan
isu gender dalam mata kuliahnya; model
jenis
dan
pembelajaran
Pekalongan,
menggunakan
mempertimbangkan
sarana-prasarana
kelamin
antara STAIN
laki-laki
perempuan.
Di
beberapa
sarana-prasarana
para model
dosen
masih
konvensional
sudah
terutama dosen-dosen yang sudah tua;
yang
masih banyak dosen yang melontarkan
berbeda antara laki-laki dan perempuan,
lelucon yang tidak ramah gender ketika
misalnya kamar mandi untuk dosen, staf
kuliah berlangsung, dengan mengambil
dan mahasiswa laki-laki dan perempuan
contoh pada salah satu jenis kelamin
terpisah. Akan tetapi, untuk hal lainnya
dalam hal ini adalah perempuan.
mempertimbangkan
kebutuhan
seperti penitipan anak dan juga saranaprasarana yang memberikan kemudahan
294 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
9. Respon Civitas Akademika Terkait
dengan semua yang berbau perempuan, sehingga kesalahan dalam pemahaman ini,
Isu Gender. Di STAIN Pekalongan, isu gender
mengakibatkan kebijakan dan anggaran
masih merupakan menjadi bagian dari
yang
kesadaran personal dan bukan merupakan
pengembangan PSG justeru bias gender.
dibuat
terkait
dengan
kesadaran kolektif. Sosialisasi gender masih dianggap menjadi wilayah dan tanggungjawab
Pusat
Studi
Gender
C. Mewujudkan
Kampus
STAIN
Pekalongan (Yang) Sensitif gender
dengan penokohan citra PSG sebagi
Selama
ini,
istilah
gender
lembaga yang bertanggung jawab pada
dianggab sebagai produk pemikiran barat,
penyebaran isu-isu gender dan ditingkat
dan Islam dianggab tidak megakomodir
mahasiswa diwakili oleh SIGMA ( Studi
tentang kesetaran dan keadilan gender,
Gender Mahasiswa). STAIN Pekalongan
bahkan agama (Islam) dituduh sebagai
secara keseluruhan maupun per jurusan
legitimator ketidakadilan gender. Alih-alih
dan UPT tidak pernah merespon isu
Pendidikan Islam juga dianggab sebagai
gender baik dalam ranah kelembagaan,
salah
maupun
memperteguh
dalam
proses
pembelajaran.
satu
transformator nilai-nilai
dalam
ketidakadilan
Misalnya, tidak pernah ada pelatihan
gender. Tuduhan yang
berperspektif
yang
bukan tanpa bukti, karena memang dalam
diiselenggarakan oleh STAIN Pekalongan,
realitasnya, lembaga pendidikan Islam,
jurusan tarbiyah, jurusan syariah maupun
mulai dari tingkat dasar sampai Perguruan
UPT.
Tinggi,
gender
Anggapan sebagian besar civitas
tradisional
masih yang
keliru tersebut
menganut
doktrin
cenderung
kurang
akademika bahwa gender identik dengan
mengaplikasikan
urusan perempuan mengakibatkan isu-isu
gender, meskipun hal tersebut sebenarnya
gender identik dengan isu perempuan
bukan roh dari agama ( Islam) itu sendiri
sehingga kebijakan, program dan lain-lain
(Muhammad, 2003 : 233), akan tetapi
juga cenderung kurang sensitif gender.
pelaku-pelaku yang ada dalam isntitusi
Bahkan secara umum, hampir semua
(Islam) tersebutlah yang mengkontruksi
civitas
mengidentikan
sekaligus mendekontruksi pola pikir bias
dharmawanita sama dengan PSG, yaitu
gender, yang dipengaruhi oleh latar sosial
sama-sama berkiprah untuk kepentingan
budaya dan kepentingan serta bentuk dan
akademika
nilai-nilai
kesetaraan
kaum perempuan an sich dan juga terkait
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 295
metode yang digunakan (Ilyas, 2003 :
merupakan
xix).
pengetahuan bagi peserta didik (laki-lakiDengan kata lain, membangun
wadah
transfer
ilmu
perempuan), maka disamping
harus
kesetaraan dan keadilan gender di lingkup
menjalankan fungsinya dalam bidang
Perguruan Tinggi, terutama Perguruan
pengembangan
Tinggi Islam , memang sulit dilakukan
pengetahuan, diharapkan juga mampu
secara cepat, karena masih mengalami
melaksanakan dekonstruksi nilai sosial
kendala-kendala yang bersumber dari
budaya yang terkandung di dalamnya dan
legitimasi konstruksi budaya, interpretasi
yang berbasis pada nilai-nilai Islam,
agama, dan juga kebijakan politik kampus
diantaranya nilai-nilai relasi gender, yang
yang
mencerminkan
memang tidak bertentangan dengan roh
sensitifitas gender ( netral gender atau
Islam itu sendiri. Profil atau peta kondisi
bahkan bias gender).
obyektif relasi gender yang ada di
sering
kurang
Oleh karena itu,
dan
penerapan
ilmu
upaya membangun kampus yang sensitif
lingkungan
gender sangat perlu dilakukan secara
seperti STAIN Pekalongan,
bertahap, terus menerus, sitematis
dan
bisa menjadi acuan rancang bangun
sadar
instrumen pembangunan dalam proses
melibatkan seluruh komponen civitas
terciptanya sensitivitas gender, khususnya
akademika,
di lembaga Pendidikan Tinggi Islam.
berkelanjutan
budaya
yang dengan
dan
secara cara
sikap
dikalangan
membangun
sensitif
civitas
gender
perguruan
Berdasarkan
tinggi
data
(Islam),
seharusnya
di
lapangan
akademika,
sebagaimana pemaparan pada point B di
mengabsorsi dan merumuskan kebijakan
atas, dapat disimpulkan bahwa, kondisi di
yang sensitif gender bagi seluruh stafnya.
STAIN Pekalongan masih cenderung
Kesetaraan
di
kurang sensitif atau bahkan adann yang
perguruan tinggi akan terwujud jika secara
bias gender, meski sebagian besar netral
personal masing-masing individu telah
gender. Hal ini terlihat dari jumlah
memiliki sensitifitas gender, dan secara
perempuan
kelembagaan telah mengimplementasikan
strategis sangat minim baik pada level
kebijakan reponsif gender.
pembuat kebijakan maupun tingkat tenaga
dan
keadilan
gender
Dalam konteks STAIN Pekalongan
pengajar
yang
dan
menduduki
pegawai
posisi
administrasi.
sebagai salah satu lembaga Perguruan
Misalnya, tidak ada pejabat rektorat yang
Tinggi (Islam)
perempuan-Ketua dan Pembantu Ketua
yang merupakan bagian
dari agen perubahan social
296 |
dan juga
1,2 dan 3 di jabat oleh laki-laki, bahkan
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
anggota senat semuanya di jabat oleh laki-
lembaga yang mencerminkan dukungan
laki. Di UPT dan Jurusan, jumlah pejabat
akan
perempuan hanya 3 orang, itupun yang
kebijaksanaan
menduduki
gender dalam organisasi secara tertulis
Top
Leader
hanya
di
perubahan;
mengembangkan
dan
petunjuk
tentang
Perpustakaan, dan di bagian administarasi
dan disahkan lembaga;
juga hanya ada 2 orang perempuan, yaitu
pilah gender sebagai landasan untuk
Kasubag
melakukan
umum
Kepegawaian. persentase sangat
dan
Ini
angka
sedikit
Kasubag
berarti pejabat
bahwa, perempuan
dibandingkan
dengan
upaya
perencanaan gender;
membuat data
perubahan
yang
menuju
lebih
sensitivitas
mengembangkan
kebijakan
tentang kesempatan yang sama bagi
pejabat laki laki. Ada beberapa penjelasan
semua
mengenai
sedikitnya
perekrutan, teknik wawancara, kondisi
pejabat perempuan. Pertama, fenomena
kerja antara staf tetap dan kontrak, kondisi
tersebut erat kaitannya dengan fakta
kerja, promosi, pengembangan sumber
ketimpangan jumlah tenaga administrasi
daya manusia, dan perlakuan yang sama
dan edukatif perempuan jika dibandingkan
tanpa membedakan jenis kelamin terhadap
dengan tenaga administrasi dan edukatif
semua staf ; mengembangkan iklim kerja
laki-laki.
belakang
yang kondusif bagi perempuan, dan tidak
pendidikan maupun kepangkatan dosen
mendiskriminasi perempuan berdasarkan
maupun tenaga administrasi perempuan
status
lebih rendah dibanding jika dibandingkan
melakukan
dengan dosen dan tenaga administrasi
struktural dan hirarkis antara perempuan
laki-laki. Hal ini dapat di lihat pada data
dan laki-laki dalam organisasi, serta
penyebaran berdasarkan kepangkatan dan
melakukan tindakan untuk membuat lebih
pendidikan
seimbang
kecenderungan
Kedua,
dosen
latar
maupun
tenaga
staf
mencakup
perkawinan
dan
analisa
dan
prosedur
keluarganya;
terhadap
posisi
menambah
jumlah
posisi
senior;
administrasi, sebagaimana data yang ada
perempuan
di Kepegawaian STAIN Pekalongan. Oleh
mengaplikasikan budaya organisasi untuk
karena
memastikan bahwa hal itu sensitif gender;
itu,
seharusnya
beberapa
langkah
dilakukan
yang untuk
mengembangkan sensitivitas gender STAIN
Pekalongan,
mempelajari lembaga;
antara
kembali
visi
komitmen
dari
di
pada
melibatkan
perempuan
dalam
pengambilan keputusan baik yang formal
lain:
maupun
misi
pelatihan penyadaran gender bagi semua
pimpinan
aktor kunci baik perempuan maupun laki-
dan
in
formal;
melaksanakan
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 297
laki; menggunakan bahasa dan praktek
2.
komunikasi yang sensitif gender dan;
kebijakan
memasukan
3.
kurikulum
integrasi
adil
Sikap
dan yang
Kesiapan
keberpihakan responsif
sumber
atas
gender;
daya
untuk
pelaksanaan kebijakan responsif gender
gender dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dapat
dan; 4.
Struktur birokrasi yang akan
dijadikan sebagai acuan untuk melakukan
digunakan
perubahan sebuah lembaga Perguruan
responsivitas gender. Dalam hal ini harus
Tinggi
membangun
ada representasi yang seimbang antara
sensitifitas gender menuju terciptanya
jumlah laki-laki dan perempuan untuk
kesetaraan
antara
dan
setiap Unit organisasi. Dengan memenuhi
perempuan,
dengan
memperhatikan
syarat tersebut maka diharapkan kebijakan
kebutuhan gender strategis. dan kebutuhan
yang responsif gender dapat dilakukan
gender
gender
secara konsisten untuk mencapai tujuan
strategis adalah kebutuhan kesetaraan dan
sesuai yang diharapkan. Mungkin tidak
keadilan gender yang didasarkan pada
ada yang berbeda dengan pelaksanaan
substansi
aspek
kebijakan dan program pada umumnya,
filosofis dan fungsional terkait dengan
akan tetapi pada syarat-syarat kesiapan
posisi dan keberadaan laki-laki maupun
pelaksanaan program dan kebijakan yang
perempuan dalam setiap acuan kebijakan
responsif gender, ada warna kesetaraan
yang ada di masing-masing fakultas atau
gender
unit
sebelum
dalam
rangka
praktis.
laki-laki
Kebutuhan
masalah
tertentu.
berdasarkan
Sedangkan
kebutuhan
juga
yang
mencerminkan
ditanamkan,
pelaksanaan
sehingga
kebijakan
dan
gender praktis adalah kebutuhan yang
program, semua komponen yang terlibat
langsung bisa dipenuhi secara operasional
sudah mempunyai pemahaman yang baik
dan teknis terkait dengan implementasi
tentang kesetaraan gender dan mengapa
pengarusutamaan
kebijakan itu disusun sedemikian rupa
gender
di
setiap
kebijakan masing-masing institusi. Didalam
tahap
untuk mencapai tujuan sebagaimana yang
pelaksanaan
diharapkan.
kebijakan, diperlukan pula syarat-syarat untuk
menjamin
bahwa
STAIN
Pekalongan siap untuk melaksanakan
Penutup Kampus
yang
sensitif
gender
kebijakan yang responsif gender, syarat
adalah kampus yang di dalamnya tidak
tersebut
ada ketimpangan gender terutama dalam
mencakup
:
1.Pemahaman
tentang kebijakan yang responsif gender;
298 |
pembagian
kerja
dan
pembuatan
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012
keputusan
yang
mengakibatkan
berkelanjutan
yang
secara
sadar
berkurangnya kesempatan dan rendahnya
melibatkan seluruh komponen civitas
status sosial perempuan dibandingkan
akademika,
laki-laki. Sensitivitas gender merupakan
budaya
prinsip
dikalangan
terwujudkan
keadilan
kesetaraan gender, yaitu
dan
dengan
dan
cara
sikap
membangun
sensitif
civitas
gender
akademika,
suatu kondisi
mengabsorsi dan merumuskan kebijakan
dimana porsi dan siklus sosial perempuan
yang sensitif gender bagi seluruh stafnya.
dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan
Kesetaraan
harmonis. Kondisi ini dapat terwujud
perguruan tinggi akan terwujud jika secara
apabila terdapat perlakuan adil antara
personal masing-masing individu telah
perempuan
Penerapan
memiliki sensitifitas gender, dan secara
kesetaraan dan keadilan gender harus
kelembagaan telah mengimplementasikan
memperhatikan masalah kontekstual dan
kebijakan reponsif gender
dan
situasional,
laki-laki.
bukan
dan
keadilan
gender
di
berdasarkan
perhitungan secara matematis dan tidak
DAFTAR PUSTAKA
bersifat universal. Jadi konsep kesetaraan
Tierney, Helen ( ed), tt, dalam Women’s
adalah konsep filosofis yang bersifat
Studies Encyclopedia, Vol.1, New
kualitatif, tidak selalu bermakna kuantitatif..
York: Green Wood Press.
Sedangkan pengertian kesetaraan gender
Lips, Hilary M, 1993, Sex and Gender :
adalah, kondisi dimana perempuan dan
An Introduction, London: Mayfield
laki-laki menikmati status yang setara dan
Publising Company, 1993
memiliki
kondisi
yang
sama
untuk
Muhammad, Husein, 2003, Islam Agama
mewujudkan secara penuh hak-hak asasi
Ramah Perempuan, Yogyakarta:
dan potensinya bagi pembangunan di
LKIS
segala bidang kehidupan. Keadilan gender adalah,
suatu
kondisi
adil
untuk
---------------, 1999, “Refleksi Teologis Kekerasan Terhadap Perempuan”
perempuan dan laki-laki melalui proses
dalam Menakar Harga Perempuan,
budaya
Bandung: Mizan
dan
menghilangkan
kebijakan
yang
hambatan-hambatan
berperan bagi perempuan dan laki laki. Membangun sensitif gender harus
kampus
Perempuan Tertindas?: Kajian
yang
dilakukan secara
bertahap, terus menerus, sitematis
Ilyas, Hamim dan kawan-kawan, 2003, Hadist-hadist Misoginis, Yogyakarta: PSW UIN Yogyakarta
dan
Membangun Kampus STAIN Pekalongan yang Sensitif Gender (Triana Sofiani)
| 299
Echols, John M dan Hasan Shadily, 1993,
Ilyas, Yunahar, 1996, Kesetaraan Gender
Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:
Dalam Alquran, Studi Pemikiran
Gramedia
Mufasir, Yogyakarta: Labda Press
Mahpur,
2006,
“
Kesetaraan
Baseline
Gender
Malang”, dalam
di
Study
Zaitunah Subhan, 1999, Tafsir Kebencian,
UIN
Studi Bias Gender dalam tafsir
Jurnal Egalita
Alquran, Yogyakarta: LKIS
Vol.1 No 2, tahun 2006 UIN Malang.
Internet:
Faqih, Mansour, 1997, Gender dan
Mufidah, CH, 2012, “ Rekonstruksi
Transformasi sosial , Yogyakarta:
Keadilan dan Kesetaraan Gender
Pustaka Pelajar
dalam Konteks Sosial Budaya dan
------------, 1999, Analisis Gender dan
Agama”
,
dalam
ejournal.uin-
Transformasi Sosial, Yogyyakarta:
malang.ac.id/index.php/egalita/artic
Pustaka Pelajar
le/download/.../pdf di akses 10 Mei
Umar,
Nazarudin,
Kesetaraan
1999, Gender
Argumen Perspektif
Alquran, Jakarta: Paramadina ------------, 1999,
Argumen Kesetaraan
2012 Umar, Nazarudin, 2012, “Prinsip-Prinsip Keadilan
Gender
Qur’an”,
yang
dalam dimuat
Aldalam
Gender Perspektif Alquran, Jakarta:
file:///C:/Users/H
Paramadina PSW UIN Yogya (
Pavilion/Downloads/download
editor: Rahmad Hidayat),
keadilan
Gender
dan
HP kesetaraan
Best Practice: PUG dalam UIN
gender/prinsip-prinsip
kesetaraan
Sunan Kalijaga, Yogyakarta: PSW
gender.htm, di akses tanggal 8 Mei
Press, 2005.
2012 www.stain-pekalongan.ac.id
300 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 2, Desember 2012