SeminarNasionol Peleernakon dam Metenner 1998
MANIPULASI UTERUS UNTUK MEMPERPENDEK SELANG POSTPARTUS KE ESTRUS PERTAMA DADA SAPI BALI MAIESTIKA
Dinas Petentakan Propinsi Daerah Thlgkat 1 Bengktlht Jl . A4useum No . 4, Bengkulu 3R224
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk nielihat penganih manipulasi utents terhadap selang postpartum ke estnls pertama pada sapi Bali. Ada 4 kelompok yang diamati dalam penelitian ini, yaitu kelompok sapi pluripara yang mendapat perlakuan manipulasi uterus (MMU, n = 18), sapi primipara yang mendapat perlakuan manipulasi utents (PMU, n = 9), sapi pluripara kontrol (MK, n = 16) dan sapi primipara kontrol (PK, n = 10). Manipulasi utents dilakukan pada hari ke-30 postpartus. Melalui eksplorasi rektal, dilakukan pemijatan pada corpus clan cornea titeri selama 2 menit . Saat estnls pertama pada tiap sapi dicatat sebagai selang poslpartus ke estnls pertama . Pengamatan dilakukan paling lama 90 hari untuk tiap sapi . Hasil pengantatan dianalisa dengan analisis variansi pola searah dan dilanjutkan dengan uji t. Secara statistik didapatkan bahwa manipulasi utents berpenganrh memperpendek selang poslpartus ke estnls pertama . Terdapat perbedaan selang poslpartus ke estnls pertama antara kelompok MMU dan MK. PMU dan PK, serta MK clan PK, tetapi tak ada beda antara kelompok MMU clan PMU . Sapi Bali yang mendapat perlakuan manipulasi utents 30 hari poslpartus, memiliki selang poslpartus ke estnls pertama yang lebilt pendek daripada kontrolnya. Manipulasi Kata kunci : utents, poslpartus, selang postpartus kc estrus pertama, primipara, multipara, estnls PENDAFIULUAN Dalam usalta pcngembangan populasi sapi, kasus kegagalan reproduksi mentpakan kejadian yang sering dijunipai . Di lapangan, keadaan ini biasanya terungkap antara lain dengan kelambatan dewasa kelamin, angka pelayanan inseminasi (1B) yang tinggi, selang beranak yang pailiang clan selang poslpartus ke estnls pertama vang panjang . Menurut Bo>nvowr et al, (1971) . selang beranak mentpakan salah satu cara untuk mengukur eftsiensi usalia ternak . meskipun dalam hal ini belum terhitung kenigian pada sapi yang mengalami kegagalan kawin . Selang beranak menunrt FoNsrcA et al. (1983) menuniukkan penampilan reproduksi keselunthan dari seckor sapi. Selang beranak yang ideal menunrt JAINUDEEN clan HAFEZ (1987) adalah 12-14 bulan. Demikian juga menunrt BOZWORT et al. (1971) baliwa selang beranak 12 bulan adalah Nvaktu yang metnaclai secara ekonomis . Hal ini berarti bahwa dalam ,vaktu 60 hari setelah melahirkan, induk sapi hanis sudali dikawinkan atau diinseminasi kembali clan bunting . Selang beranak ditentukan oleli selang poslpartus ke oNnrlasi pertama, estnls pertama, involusi utents, kawin pertama clan kebuntingan kembah (CASIDA, 1971) . Menunit SiswAnt (1987), usalia memperpendek selang beranak yang paling sesuai adalah dengan inemperpenclek Nvaktu kosong (days open) .
222
Seminar Nasional Peternakan don
l 1eleriner
1998
Waktu kosong dapat ditingkatkan dengan pengamatan estnls (JAINUDEEN dan HAFEZ, 1987, YASIN clan INDARSIH, 1988). Selain itu dapat pula ditunlnkan dengan mengawinkau sapi betina setelah beranak secara tepat waktu (WHITMORE et al., 1974 ; SiswAm, 1987) . Untuk mengawililcan induk sapi segera setelah melahirkan, ditemukan masalah ; antara lain estnls tenang (silent heat) dan lambatnya korpus luteum mengalami regresi atau pclunihan . Kedua keadaan tersebut akan menunjukkan gejala anestnls . Menunit NoORDIN clan SETIAI)I (1991), anestnls dapat menjadi salah satu faktor terjadinya infertilitas pada sapi . Penanganan estnls tenang dan kesulitan regresi korpus luteum dapat dilakukan dengan pemberian preparat hormon yang sesuai . Namun menunR MAJESTIKA (1992), pemberian hormon pada sapi milik rakyat perlu dipertimbangkan karena harganya cukup tinggi bagi pctani ternak dan pemberiannya hanis di bawah pengawasan dokter llewan . Dari penelitian-penelitian terdahulu dilaporkan bahwa injeksi PGF2a (Prostaglandin F2(X) clan analognya dapat memperpendek selang postpartus ke estrus pertama serta memperbaiki fertilitas. Stimulasi pengeluaran PGF2a sapi betina pada hari ke-35 postpartus untuk memperpendek selang postpartus ke estnls pertama tclah diteliti olch TO LLESON clan RANDELI(1987) . WANN dan RANDEL (1990) melakukan llal yang sama clan mcrcka menambalikan baliNva manipulasi utenls yang dapat memanipulasi produk prostaglandin utenls. ternyata kerjanya scnlpa dengan pemberian prostaglandin secara injeksi . MAJESTII;A (1990) juga mengemukakan baliNva manipulasi utenls pada hari kc-35 postpartus dapat memperpendek selang postpartus ke estnls pertama pada sapi Peranakan FH. Karena pengeluaran prostaglandin dapat dicapai dengan manipulasi uterus . maka diharapkan cars ini jugs dapat memperpendek selang postpartus ke estnls pertama pada sapi Bali . Penclitian ini bertujuan uniuk lnclihat pcnganih manipulasi pada utenls sapi Bali terhadap selang postpartus ke estnls pertama . Diharapkan hal ini akan menjadi pilihan yang murah clan dapat dipakai pada usahatani ternak sapi Bali di pedesaan . MATERI DAN METODE Penclitian ini mcmakai sapi Bali milik rakyat di Kecamatan Kerkap (pada 16 dcsa), Kabupaten Bengkulu Utara. Sapi Bali yang disertakan adalah sapi yang baru melahirkan . Tetapi karena tidak dilakukan sinkronisasi estnls sebelumnya, maka saat melahirkan tidak sama. Untuk menambah materi, maka sapi-sapi yang bunting 7 bulan ke atas dicatat . Setelah melahirkan sapi tersebut dijadikan sampel . Penclitian berlangsung selama 9 bulan di lapangan . Junilah sapi sampel yang diamati berdasarkan pada status reproduksi saat penelitian dilakukan . Setelah diseleksi ternyata didapatkan 53 ekor sapi yang dapat dijadikan sampel . Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data sapi multipara clan primipara . Secara acak, masing-masing ditentukan apakah akan mendapat perlakuan manipulasi uterus atau sebagai kontrol . Selanjutnya masing-masing dibagi menjadi 2 kclompok schingga ada 4 kelompok yang akan diamati, yaitu -
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
MW = sapi-sapi multipara yang mendapat perlakuan manipulasi uterus (n=18) PMU = sapi-sapi primipara yang mendapat perlakuan manipulasi ulenis (n=9) MK = sapi-sapi multipara kontrol (n = 16) PK = sapi-sapi primipara kontrol (n = 1(1) 223
Seminar Nosional Peternakan dan Deteriner 1998
Manipulasi uterus dilakukan pada hari ke-30 postpartus . Secara eksplorasi rektal, hijitrcalio (percabangan) uterus dipegang dan diangkat perlalian-laIlan . Kemudian secara perlahan-lahan juga dilakukan pemijatan atau peremasan selama 2 mcnit . Pada kelompok yang mendapatkan perlakuan, manipulasi uterus dilakukan di kandang masing-masing pemilik sapi . Pengamatan lapangan dilakukan sehari setelah perlakuan manipulasi uterus sampai terlihat gejala estrus dan lama pengamatan paling panjang 90 hari . Sapi-sapi yang menunjukkan gejala estrus dicatat . Lamanya waktu dari saat melahirkan sampan terlihat gejala estrus adalah sclang postpartus ke estrus pertama . Penelitian ini menggimakan analisis variansi pola searah seperti dalam STEEL clan TORRIE (1980), untuk meliliat efek manipulasi uterus terhadap sclang postpartus ke estrus pertama . Kemudian untuk lebill jelas dilakukan uji-t agar diketahui pengaruh manipulasi tuerus tcrsebut pada sapi Bali. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pengamatan lapangan diperolch data selang postpartus ke cstrus pertama pada sapi Bali untuk 4 kelompok, seperti terlihat pada Tabel 1 . Tabel 1.
Selang postpartus ke estrus pertama menunit kelompok
No. 1.
Kelompok
Jumlali sampel (ekor)
MK
16
MMiJ PM1J
2. 3. 4.
PK
Rata-rata selang (hari)
18 9
51,89 57,78 86,87 79,90
1(}
MMU Keterangan : = Sapi multipara yang mendapat perlakuan manipulasi uterkKZ PMU = Sapi primipara yang mendapat perFakuanmanipulasi tut-e'° MK = Sapi multipara kontrol PK = Sapi primipara kontrol
Hasil perhitungan dengan analisis pola scar-all, terlihat pada Tat~el 2. Tabel 2.
Hasil analisa varians pola searah
Sumber derajad Perlakuan Galat
Jumlah
Mraiad bebas
Ju,nlah kuadrat
3
33 .953,41
49
6.971,99
53
40 .925,40
Rata-rata kuadrat 11 .317,90 142,28 -
F hitting 79.55
F tahel
((A=
0,05)
2.76
Pada tingkat kepercayaan 95% ternpta F hitung lebill . bes
mendapat perlakuan manipulasi uterus pada hari kc-30 postpartus, estrus pertama rala-rata 51,89 atatt 52 hari (Tabel 1), sedangkan dengan perlakuan sanla didapatkau selang rata-rata 57,78 atau 58 baik bila dibandingkan dengan kontrolnya masing-masing, yaitu
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
86,87 atau 87 hari dan 78,90 atau 78 hari. Hasil penclitian itu tak jauli berbeda dcngan penclitian MAJESTIKA (1992) yang inemperlihatkan baliwa selang postpartus ke estrus pertama pada sapi yang mendapatkan perlakuan manipulasi uterus rata-ratanva 52,4 hari uniuk multipara clan 56,2 hari untuk primipara . Tube[ 3.
Rangkinnan uji-t untuk berbagai perbedaan kelompok
Perbedaan antar kelompok MMLJ-PMU MMU-MK PMU-PK MK-PK
t Wbel 2,026 10,034 7,799 3,695
t hitting 2,056 2,042 2,101 2,131
Keterangan Tak berbeda nyita , Berbeda nyata Berbeda nyata Berbeda nydta
Pengamatan selang postpartus ke estrus pertama dalam penclitian ini di lapangan l1anya berlangsung 90 hari (3 bulan) untuk tiap sapi . Hal ini dilakukan niengingat secara ek'ononlis sapi betina lianis beranak setaluin sekah . Hal ini berarti sapi sudah hanis dikawinkan paling lania 3 bulan setelah mcialhirkan . Bila liasil pengamatan perlakuan manipulasi werus menunjukkan selang postpartus ke estrus pertama Icbilt dari 90 liari, iiiaka pedakimn ini tidak mengont ingkan secara ekononuis . Pada kenyataannya sapi kontrol banyak yang beluni menutuiukkan estrus setclah pengamatan 3 bulan. Sebenarnya lial iiii dapat memperbesar perbedaan liasil, pengamalan . Tetapi' inengingat keterbatasan waktu, maka sapi-sapi yang estrus di atas 90 hari postpartus, dimigg,-ip estros 'pada hari ke-90 postpartus . Dari penclitian ini secara statistik tidak ada perbedaan nyata selang postpartus ke estrus pertama antara kelompok sapi iultipara dan kelompok sapi primipara yang mendapat perlakuan manipulasi uterus. Hasil ini sama dcngan hasil penelitian MAJESTIKA (1992) pada sapi Peranakan FH. Keadaan ini mentuujukkan baliwa kelompok multipara dim primipara dalam penclitian ini memberi respon yang sama terhadap perlakuan manipulasi utenis. Senicntara penelitian WANN datl RANDEL (1990) menunjukkan adanya perbedaan selang postpartus ke estrus pert .una pada,;Sapi . Adam,a perbedaan Brahnian multipara dan primipara yang mendapat perlakuan manipulasi uterus hasil beberapa penclitian ini antara lain mungkin karcna jumlah sanupel, jcnis sapi atau pun manajenien penieliliaraan sapi yang berbeda . Selang postpartus ke estrus pertauna kelompok sapi multipara dan, primipara vang mendapat perlakuan manipulasi utenis berbeda secara statistik dcngan kontrolnya (Tabel 3). Kedu,inva memiliki selang postpartus ke estrus pertama yang lebili pendek daripada kontrolnya masing' masing . Hal ini menunjukkan manipulasi uterus mempengandii perpendckan selang tersebut . Adanya perbedaan selang postpartus ke estrus pertama pada sapi kontrol multipara dan primipara menunjukkan balm,a secara isiologi kedua kelompok ini berbeda . Menunit JAINur)EEN dan HAFEZ (1987) sapi nniltipara akan mengalanii ovulasi lebili awal daripada sapi primipara . Hal ini ditunjang oleh pendapat HANSAN et al. (1987) bahwa induk sapi memiliki korpus luitetini'Icbili berat dan memiliki lebili banyak sel luteal yang berfungsi sebagai steroiciogenik, dibandingkan dengan sapi dara. Dengan demikian mungkin sapi nTUltipara lebili banyak mengliasilkan progesteron dan keniudian hornion tersebut akan nicrangsang pengeluaran cstrogen schingga terjadi estrus.
225
Seminar Nasional Peternakan dan Ieieriner 1993
Dalam penclitian ini, nlanipulasi uterus ternyata berakibat memperpcndek selang postpartus ke estrus pertama, baik pada kelompok sapi multipara maupun primipara . Menurat WANN dan RANDEL (1990), nlanipulasi uterus dapat menstimulasi produksi prostaglandin uterus dan perlakuan tersebut menyerupai pemberian prostaglandin injeksi . Seperti diketalmi bahwa pemberian PGF2oc dari luar akan nlelisiskan korpus luteum yang kculudian akan mengembalikan estrus . Dengan demikian perlakuan manipulasi uterus dalam penclitian ini pada sapi multipara dan primipara menunjukkan penganih yang sama dengan pemberian PGF2oc, dalam memperpcndek selang postpartus ke estrus pertauna . Saat pengeluaran PGF2oe dari uterus lebilt lanla pada spesies dengan tipe plasenta kotiledon seperti pada sapi dan kerbau; daripada tipe plasenta difilsa seperti pada kuda dan kanlbing (KINDAHL et al., 1984 ; JAINUDEEN dan HAFEZ, 1987) . Panjangnya saat produksi illi menningkinkan manipulasi uterus pada sapi dilakukan . Kenludian ternyata nlanipulasi uterus ini memberi penganill yang sanla dengan pemberian PGF2a secara eksogen, maka ada kenningkinan ballwa kerja manipulasi uterus adalah menstimulasi kenaikan agen luteolitik. Pemijatan pada saat manipulasi uterus selanla 2 mcnit juga mungkin memberi peranan besar dalam merangsang pengeluaran PGF2oc dari uterus . Hat ini d~lpat dibandingkan dengan hasil penclitian COOPER dan FOOTE (1988) ballwa manipulasi sen,iks utcnts lewat rektum yang hana 30 detik, yang dapat terjadi pada saat inseminasi buatan atau pun transfer cnlbrio, ternyata tidak menyebabkan kontraksi uterus pada sapi . Kembalinya aktivitas ovarium postpartus dan ovulasi tak tergantung pada involusi uterus (TtiATCHER dan W() LCOX, 1972). Namun kembali bersiklus pada sapi akan memberi penganih baik terhadap involusi uterus (McDoNAI. . ) el al. . 1971) . Selain itu penlendekan selang postpartus ke estrus pertama yang dilakukan dengan manipulasi uterus dapat nlentpercepat saat mengawinkan atau inseminasi, yang berarti dapat mempercepat siklus reproduksi induk. KESIMPULAN DAN SARAN Selang postpartus ke estrus pertama pada sapi Bali multipara dan primipara yang mendapat perlakuan manipulasi uterus hari ke-30 postpartus, lebih pendek dibandingkan dengan kontrolnya masing-masing . Meskipun manipulasi uterus menunjukkan pengaruh positif 1crhadap selang postpartus ke estrus pertama, tetapi masilt diperlukan penclitian lanjutan. Antara lain untuk melillat pcnganih manipulasi uterus terhadap angka pelayanan inseminasi buatan dan terhadap angka kelahiran pedet. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terinta kasih kepada Ir. Edi Soctrisno, M.Sc. yang telah membantu dalam penyelenggaraan penclitian ini . Ucapan terinla kasih juga penulis sampaikan untuk Drh . Zulfadllli, Ir. Catur dan Sdr. Watris yang telah membantu pelaksanaan penclitian di lapangan . DAFTAR PUSTAKA BOZWORTII, R. W., G. WARD, E.P. CAL
interval of dairy
226
and
E. R. BoNEWITZ .
cows. J. Deity Sci. 55 :334-339 .
1971 . Analysi s
of factor~
affecting calving
Seminar Nasional Peternokan dan 1-eteriner
1995
CASIDA, L.E . 1971 . The postpartum interval and it's relation to fertility in the cow, saw and exve . .I . ;hint. Sci. 32 (Suppl . 1) : 88 . COOPER, M. D. and R. H. FOOTE. 1986 . Effec t of oxytocin, prostaglandin F and reproductive tract manipulation on uterine contractility in Holstein cows on days 0 and 7 in the estnis cycle. J. Anint. Sci. 68 :151-161 . FONSECA, F.A ., J.H . BRiTT, B. T. MCDANIEL, J.C . WILK, and A.H . RAKERS . 1983 . Reproductiv e traits of Holstein and Jersey :EfTect of the age, milk yield and clinical abnormalities and involution of cervics and utenis, ovulation, estrous cycles, detection of estrous, conception rate, and days open . J. Dairy Sci. 66 :1128 . HANSEN, T.R ., R.D . RANDEL, E.C . SEGERSON JR ., L.M . RUTTER and P.G . HARMS. 1997 . Corpus hitelun function following spontaneous or prostaglandin induced estrus in Brahman cows and heifers. J. Anint Sci. 65 :524-533 . JAINUDEEN, M.R . and E.S .E . HAFEZ. 1987 . Reproductive cvcles :Catile and water btt/%hlo . in : E.S .E . HAFEZ. Reproductio n in Farm Animals. Fifth edition. Lea and Febiger. Philadelphia . pp . 297-314. MAJESTIKA . 1992 . Manipulasi utenis pada sapi perall FH untuk memperpendek selang pascalahir ke estrus pertama. Tesis Pascasarjana, Universitas Gadjall Mada . Yogyakarta . MCDONALD, L.E . 1971 . Veterinary Endocrinology and Reproduction . Lea and Febigcr. Philadelphia . pp . 333350. NOoRDIN, M. dan M.A . SETIADL 1991 . Gangguan fungsional sebagai salah satu penyebab infertilitas pada sapi perall . Seminar Nasional Gangguan Reproduksi Sapi Perah. Yogyakarta . SiswADi, R.W . 1987 . Penampilan reproduksi sapi perah di Daerah Isliinewa Yogyakarta . Tesis . Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjalunada, Yogyakarta . STEEL, R.G.D . and J.H . TORRIE . 1980 . Principles and Procedures of Statistic. Second Ed . Fong and Solis Printers, PTE Ltd., Singapore. pp . 137 - 167. THATCHER, W.W . dan C.JWILCOX . 1972 . Postpartus estnis as an indicators of reproductive Status in the dairy cow. J. Dairy Sci . 56 : 608 - 610. TOLLESON, D.R . dan R.D . RANDEL . 1987 . Physical Manipulation of Postpartum Bovine Uterus and The Subsequent Realise of Prostaglandin F. J. Anim. Sci. 65 : (Suppl . 1) :414 . WANN, R.A . and R.DRANDEL . 1990 . Et7ect of uterine manipulation 35 days-alter parturation on plasma concentration of 13, 14-Dillydro-15-Keto-Prostaglandin F in multiparous and primiparous Brahman cows . J. Anim . Sci. 68 : 1389-1394 . WHITMORE, HI, W.J . TYLER and L.E .CASIDA. 1974 . Effect of early postpartum breeding in dairy cattle . J. Anim. Sci. 38 : 339 - 346. YASJN, S. dau B. INDRIASIH. 1988 . Seluk Beluk Petentakan : Sebuah Bunga Rampai . Penerbit Anugrah Karya, Jakarta.