MANAGEMEN ASI EKSKLUSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS (RINGKASAN BUKU – No. ISBN: 979-498-525-2) Oleh: DIFFAH HANIM*) SURADI**)
Pengembangan ASI Eksklusif enam bulan bagi ibu menyusui penderita TB Paru tentu memerlukan dukungan semua anggota keluarga, masyarakat dan strategi
fund raising guna
membangun kerjasama lintas sektor sehingga ibu menyusui penderita TB Paru tidak putus obat. Oleh karena itu perlu pemahaman manfaat ekonomi ASI Eksklusif enam bulan pada ibu menyusui penderita TB Paru yang tidak putus obat enam bulan melalui program obat TB Paru gratis. Artinya pengembangan ASI eksklusif enam bulan pada ibu menyusui penderita TB Paru memiliki efek ganda, yaitu secara ekonomi akan menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan status gizi bayinya. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama Tuberkulosis dan Diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dan zat imun bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi, mengandung karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Berdasarkan rekomendasi WHO (2002), maka apabila Departemen Kesehatan RI akan menerapkan anjuran ASI ekslusif 6 (enam) bulan, masih memerlukan beberapa kajian pendukung. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab diantaranya adalah: a.
Apakah kualitas kolostrum ASI pada ibu menyusui yang menderita TB-Paru masih sama dengan kualitas kolostrum ASI pada ibu menyusui yang sehat?
b.
Bagaimana peran Puskesmas, Klinik bersalin, BBKPM dan RSUD Muwardi Surakarta dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu penderita TB-Paru?,
c.
Bagaimana pemantauan penggunaan susu formula dan dampaknya terhadap keluarga yang ibunya menderita TB-Paru ?,
*) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]
d.
Apa saja faktor pendukung dan pengambat yang dijumpai oleh ibu penderita TB-Paru dalam pemberian ASI dan dampaknya terhadap status gizi dan kesehatan bayi?, Untuk mencapai target Millennium Development Goal (MDG) tahun 2015, WHO mencanangkan
strategi baru yang disebut Strategi Stop TB, untuk menjangkau semua pasien, dan mengintensifkan pengendalian TB. Strategi Stop TB bertujuan untuk menjawab tantangan-tantangan baru bagi keberhasilan pengendalian TB pasca DOTS. Salah satu strategi nasional adalah melibatkan pasien TB dan komunitas dalam pengendalian TB. Hasil survei menunjukkan, keterlibatan pasien dan komunitas dalam perencanaan dan implementasi kegiatan pengendalian TB masih terbatas (Suradi, 2009) Laktasi tidak dipengaruhi oleh status gizi ibu.
Laktasi ASI eksklusif enam bulan hanya
terpengaruh jika ada kelaparan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, dalam situasi darurat apapun ibu seharusnya tetap mampu memberikan ASI kepada bayi secara eksklusif selama enam bulan. Meskipun demikian, makanan ibu menyusui tetap harus diperhatikan agar memenuhi gizi seimbang sehingga dapat menghasilkan ASI yang cukup bagi bayinya. Khusus bagi ibu menyusui yang sedang menderita penyakit tropis seperti tuberkulosis tidak perlu khawatir tentang kualitas ASInya namun dalam pemberian ASI eksklusif selama enam bulan perlu perilaku khusus yang mendukung kualitas keamanan ASI. Ada beberapa teknik managemen laktasi ASI secara eksklusif bagi ibu menyusui yang sedang menderita penyakit tropis seperti tuberkulosis (TB) paru, yaitu: 1. Memberikan perhatian khusus pada kebutuhan bayi, terutama dalam program ketahanan pangan sehingga sejalan dengan konvensi hak-hak bayi yaitu memperoleh ASI secara eksklusif selama enam bulan. 2. Memberikan kontribusi khusus kepada ibu menyusui baik yang sehat maupun yang sedang menderita penyakit tropis khususnya tuberkulosis untuk tetap dapat menjamin kebutuhan gizi bayinya. 3. Pada tahun kedua dan seterusnya, selain ASI bayi juga mendapat MP-ASI, namun keunggulan ASI masih tetap diperoleh, yaitu ASI merupakan sumber protein yang melengkapi serealia dan makanan lainnya dalam MP-ASI. 4. Kolostrum, susu pertama yang dikeluarkan oleh ibu bersalin memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir karena mengandung anti virus, anti bakteri, memperkuat daya tahan bayi dan merupakan sumber vitamin A. Dengan demikian bayi yang mendapat ASI eksklusif enam bulan akan memiliki
*) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]
daya tahan tubuh yang tinggi. Oleh karena itu ASI sekaligus berfungsi sebagai immunisasi pertama bagi bayi usia kurang dari tujuh hari yang belum kuat menerima suntikan imunisasi. 5. Bayi yang mendapat ASI eksklusif enam bulan akan memiliki risiko terkena infeksi lebih rendah. 6. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif selama enam bulan akan dapat terbebas dari penyakit atopik termasuk atopik eksim, alergi terhadap makanan, dan alergi pernafasan (Asma) pada bayi. Selanjutnya bayi akan terbebas dari target organ dari penyakit alergi. 7. Bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif enam bulan dan masih dilanjutkan hingga usia dua tahun akan mempunyai skor IQ lebih tinggi pada usia 7–8 tahun dibandingkan dengan bayi yang mendapat MP-ASI / makanan buatan lebih awal. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tim peneliti dari Bagian Ilmu Kesehatan masyarakat/Institute of Health Economic and Policy Study FK UNS bekerjasama dengan Puslitbang Pangan, Gizi, Kesehatan Masyarakat LPPM UNS dan RSUD Muwardi Surakarta maka dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif enam bulan sangat penting bagi kelangsungan hidup Bayi. Disamping itu hasil analisis kandungan zat gizi dan antibodi dalam ASI dari ibu penderita TB-Paru menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam hal jumlah setiap zat gizi dan antibodinya. Sehingga perlu dilakukan uji klinis MP-ASI yang paling cocok untuk bayi yang ibunya menderita TB-Paru guna pembuktian empirik bahwa kandungan ASI dari Ibu Penderita TB-Paru Tetap Terbaik bagi Bayinya. Kandungan ASI dari ibu penderita TB-Paru menunjukkan bahwa hasil preparasi sampel ASI yang akan diukur dan dianalisis kandungan selenium, iodium, besi dan seng (Zn) yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta dengan menggunakan APN (Analisis Pengaktif Neutron) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Gizi pada ASI dari ibu penderita TB Paru Jenis zat gizi * Besi (Fe)
Seng (Zn)
n Sehat
Mean
Median
SD
Min
Max
16
15.85
18.3
4.127
9.19
24.3
Menderita TB 16
14.85
18.3
4.125
8.19
24.8
16
28.16
31.57
6.041
10.8
38.3
Menderita TB 16
22.16
28.57
5.046
10.9
39.3
16
108.75
113.293
5.5434
45.4
123.8
Menderita TB 16
104.75
103.293
3.5434
45.4
123.8
Sehat
Selenium (Se) Sehat
*) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]
p 0.025
0.025
0.045
Iodium (I)
Sehat
16
154.59
166.84
12.781
67.8
179.9
Menderita TB 16
151.54
161.64
10.761
61.9
199.2
0.045
*) hasil analisis menggunakan APN, BATAN Yogyakarta (2009)
Gambar 1. Preparasi sampel ASI pada ibu menderita TB sebelum dianalisis menggunakan Analisis Pengaktif Neutron (APN) di BATAN
Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi selenium (Se) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat ternyata secara statistik berbeda sangat nyata (p<0.001). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi selenium (Se) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat
Kelompok ibu Sehat Kelompok ibu penderita TB
Tabel 3
N
Mean
SD
t
p
16 16
29.0175 28.5175
8.8925 8.8127
18.305
0.000
menunjukkan hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi iodium (I) ASI antara
kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat secara statistik bermakna (p<0.001). Tabel 3 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi iodium (I) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat N
Mean
SD
t
*) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]
p
Kelompok ibu Sehat Kelompok ibu penderita TB
16 16
3.1288 2.6288
0.9468 1.1680
12.731
0.000
Tabel 4 menunjukkan hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi zinc (Zn) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat secara statistik bermakna (p<0.001). Tabel 4. Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi zinc (Zn) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat
Kelompok ibu Sehat Kelompok ibu penderita TB
N
Mean
SD
t
p
16 16
2.124 -1.624
0.581 0.663
-13.581
0.000
Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi besi (Fe) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat ternyata secara statistik berbeda sangat nyata (p<0.001). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi besi (Fe) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat
Kelompok ibu Sehat Kelompok ibu penderita TB
N
Mean
SD
t
p
16 16
4.495 -3.995
0.651 0803
-28.132
0.000
PROGRAM TATALAKSANA ‘DOTS DI RSUD MUWARDI Penanggulangan TB dengan strategi DOTS di RS Dr. Moewardi sejak tahun 2004 – 2009 memberikan hasil yang cukup, walaupun angka keberhasilan masih belum sesuai dengan standar yang sudah *) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]
ditetapkan. Hal ini salah satu faktor penyebabnya dikarenakan ada sejumlah pasien yang mendapat terapi OAT di RS Dr. Moewardi tetapi setelah akhir pengobatan tidak datang untuk evaluasi. Perlu monitoring program tatalaksana ‘DOTS’ di pelayanan primer RSUD Muwardi Surakarta. Adapun Alur Pelayanan Strategi DOTS RS. Dr. Moewardi dapat dilihat pada Gambar 2
Alur Pelayanan Strategi DOTS RS. Dr. Moewardi
Pasien Datang
PENDAFTARAN LOKET
POLI PARU/ANAK/INTERNAL/BEDAH/KULIT KELAMIN/OBSGYN/.......
Laboratorium DOKTER PELAKSANA Petugas Pelaksana DINKES KOTA/PROPINSI PERAWAT PENANGGUNG JAWAB DOTS APOTEK PASIEN MENDAPAT PELAYANAN DOTS
*) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]
Gambar 2. Alur Pelayanan Strategi DOTS RS. Dr. Moewardi
Faktor – faktor yang mempengaruhi penanggulangan TB dengan strategi DOTS pada ibu menyusui: a. Adanya SOP (Standart Operasional Pelayanan) bagi Ibu menyusui b. Kebijakan Direktur RSDM khusus strategi DOTS pada ibu menyusui c. Adanya Sumber Daya Manusia yang mengerti tentang strategi DOTS pada ibu menyusui d. Adanya fasilitas penunjang dalam strategi DOTS pada ibu menyusui e. Tidak adanya komunikasi yang baik tentang pelaksanaan strategi DOTS pada ibu menyusui f.
Sistem pelaporan yang kurang baik untuk strategi DOTS pada ibu menyusui
g. PMO (Pengawas Minum Obat) strategi DOTS pada ibu menyusui h. Ketidakpatuhan penderita khususnya pada ibu menyusui i.
Suplai obat yang tidak kontinyu pada strategi DOTS pada ibu menyusui Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari strategi DOTS pada ibu menyusui
di RS Dr.Moewardi perlu ditingkatkan, sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat strategi DOTS harus dapat dikendalikan. Perlu komunikasi efektif antara pihak medis, paramedis dan semua staf RS dalam melaksanakan strategi DOTS pada ibu menyusui dengan baik agar setiap orang punya presepsi yang sama mengenai strategi DOTS pada ibu menyusui.
*) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]
*) Nomor ISBN : 979-498-525-2 Penerbit UNS-Press **) Staf Pengajar Ilmu Gizi Masyarakat-Kesehatan Masyarakat FK UNS (unit Field Lab FK UNS) email :
[email protected] /
[email protected] ***) Staf Pengajar Bagian Pulmonologi RSUDM Surakarta- FK UNS email :
[email protected] /
[email protected]