perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MAKNA PUISI-PUISI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS X SMA (Pendekatan Semiotik Riffaterre) SKRIPSI
Oleh Desinta Prihatini K1207011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MAKNA PUISI-PUISI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS X SMA (Pendekatan Semiotik Riffaterre)
Oleh Desinta Prihatini K1207011
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Desinta Prihatini. K1207011. MAKNA PUISI-PUISI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS X SMA (Pendekatan Semiotik Riffaterre). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan 1) tema dan amanat dalam puisipuisi yang terdapat dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia sehingga cocok digunakan sebagai materi ajar apresiasi puisi di kelas X SMA; dan 2) makna semiotik yang tersirat dalam susunan kata yang terdapat dalam puisi-puisi dalam buku teks bahasa dan sastra Indonesia kelas X SMA. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data berasal dari buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA dari dua penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Teknik sampling yang digunakan adalah Purpossive Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka denagn teknik analisis dokumen dan review informan Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalinan atau mengalir (Flow model of analysis) yang meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian terdiri dari lima tahap, yaitu (1) tahap persiapan berupa pengumpulan data; (2) menyeleksi serta memilah data; (3) Menganalisis data; (4) menarik kesimpulan hasil analisis; (5) membuat laporan penelitian. Simpulan hasil penelitian ini, yaitu (1) Puisi-puisi yang ada di buku teks dari penerbit Erlangga dan Yudhistira memiliki tema yang hampir sama dan beragam. Tema kritik sosial banyak peneliti temukan, kemudian ada pula peperangan, ada pula patah hati dan percintaan, ketuhanan, kekaguman pada sosok ibu, rindu tanah kelahiran, kegembiraan rakyat jelata pasca panen, ada pula puisi yang bertema keprihatinan seorang siswa terhadap keberadaan bahasa Indonesia, dan puisi dengan tema konflik batin atau pertikaian dengan diri sendiri. (2) Makna semiotik yang digunakan di dua buku teks tersebut banyak yang diungkapkan dengan bahasa simbol. Bahasa simbol digunakan untuk menandai atau menyimbolkan suatu maksud yang ingin disamapaikan penyair lewat puisinya. Banyak penyair puisi dari kedua buku teks yang menggunakan bahasa simbol yang diperoleh dari alam. Simbol alam digunakan mulai dari judul sampai pemilihan kata pada barisbaris puisi. Simbol-simbol alam yang banyak digunakan anatara lain air, laut, gunung, matahari, dan langit. Analisis hermeneutik puisi, peneliti titik beratkan pada pencarian sebuah kata kunci lalu menerjemahkan kata kunci tersebut dan mengurainya sehingga mendapat uraian makna yang jelas mengenai isi puisi. Kata kunci yang peneliti temukan dari 28 puisi yang peneliti analisis banyak yang menggunakan persimbolan dari alam. Kesimpulannya, penggunaan bahasa simbol yang diambil dari alam akan mempermudah peserta didik menganalisis puisi. Simbol alam sangat dekat dengan dunia peserta didik, setiap hari mereka berinteraksi dengan alam sehingga pemahaman peserta didik terhadap simbolsimbol alam yang digunakan penyair akan mudah diterjemahkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Desinta Prihatini. K1207011. MEANING OF POETRY-POETRY IN INDONESIAN TEXT BOOK CLASS X high school (Semiotics Approach Riffaterre). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven university in March, June 2011. This study aims to clarify 1) the theme and message of the poems contained in the textbooks so that the Indonesian language and literature teaching materials suitable for use as an appreciation of poetry in high school class X, and 2) the semiotic meanings implicit in the wording contained in the poem text-book poem in Indonesian language and literature classes X High School. Form of qualitative research is descriptive. The data are from text books Indonesian high school class X from the two publishers, namely grants and Yudhishthira. Sampling technique used was Purpossive Sampling. Data collection techniques used is literature study and document analysis techniques denagn informants review the data analysis technique used in this study is braided or flow analysis techniques (Flow model of analysis) which includes three components, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions . Research procedure consists of five stages, namely (1) the preparation phase of data collection, (2) selecting and sorting data, (3) Analyzing the data, (4) draw the conclusion of the analysis, (5) create a research report. Conclusion The results of this study, namely (1) poems that exist in the textbooks from publishers and Yudhishthira grants have similar themes and diverse. The theme of social criticism of many researchers found, then there are wars, there was also heartbreak and romance, divinity, awe at the mother figure, the birthplace of longing, joy of the masses of post harvest, there is also a poem whose theme concerns a student of the existence of the Indonesian language, and poetry with the theme of inner conflict or conflict with yourself. (2) semiotic meaning used in the two textbooks are widely expressed in the language of symbols. Language of symbols used to mark or symbolize an intent that want disamapaikan poet through his poetry. Many poets poetry commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
from both textbooks that use a language of symbols derived from nature. Natural symbol used from the title to their choice of words on lines in poetry. The symbols of nature that is widely used among other things water, sea, mountains, sun, and sky. Hermeneutic analysis of poetry, the researchers emphasized on a keyword search and then translate those keywords and descriptions mengurainya so it gets a clear sense of the content of poetry. Keywords that researchers found of the 28 poems which analyzes many researchers who use persimbolan from nature. In conclusion, the use of language of symbols taken from nature will facilitate the students to analyze poetry. Symbols of nature is very close to a world of learners, every day they interact with nature so that the learners understanding of the symbols of nature used to be easily translated poet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Guru yang tidak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar dan murid bukan kerbau. (Soe Hok Gie)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini sebagai rasa cinta, kasih sayang, dan terima kasihku kepada: 1.
kedua orang tuaku, Gatot Indarto dan Sumirah yang tidak putus-putusnya mendoakan siang dan malam dengan segenap cinta, kasih sayang, dan perhatian yang tak ternilai harganya dari apapun;
2.
kakak-kakakku tersayang, Saptadi Juniarto dan Sugiyarti (istrinya) yang memberikan warna di setiap hari-hariku dan senantiasa mendukung setiap langkah yang kulalui dalam hidup ini;
3.
Irfan Hidayat (Sholihul Hakim), seorang kakak yang selalu mengatakan hal positif tentangku;
4.
Adhityas Jatikusuma, seorang kakak yang sempat
membuatku
menemukan
jingga
seutuhnya; 5.
Navi Al Rasyid, seorang abang yang aku harap menjadi pelangi jinggaku;
6.
sahabat-sahabatku yang menjadi pelangiku, Maulana Kurnia Putra, Haning Fatmawiati, dan Satriyo Yoga Aji A.;
7.
teman-teman
seperjuanganku
di
program
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2007; 8.
pembaca yang budiman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi; 2. Drs. Amir Fuady, M.Hum., selaku pembantu dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan pada peneliti dalam perizinan penelitian; 3. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam penyusunan skripsi ini; 4. Dr. Andayani, M.Pd., ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam penyusunan skripsi ini; 5. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd., selaku pembimbing I dan Drs. Purwadi selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dengan begitu sabar, saran, dan semangat pada peneliti serta masukan yang tidak ternilai harganya; 6. Dra. Suharyanti, M.Hum., selaku penasehat akademik yang telah banyak memberikan solusi mengenai persoalan akademik serta banyak memberikan bantuan dan masukan pada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini; 7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus memberikan ilmu yang bermanfaat pada peneliti;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah swt, amien. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Surakarta, Juni 2011
Peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv ABSTRAK ................................................................................................. v MOTTO ...................................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR ISTILAH ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv BAB I PEDAHULUAN.............................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah...................................................................
1
B.
Rumusan Masalah............................................................................
6
C.
Tujuan Penelitian..............................................................................
6
D.
Manfaat Penelitian............................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 8 A. Kajian Teori........................................................................................... 8 1. Hakikat Semiotik .............................................................................. 8 a. Ikonisitas atau Tanda-tanda Ikonis .............................................
11
b. Hakikat Semiotik Menurut C. S. Peirce (1839-1914) .................
11
c. Hakikat Semiotik Menurut Charles Morris ................................. 14 d. Hakikat Semiotik Menurut Ferdinan De Saussure (1857-1913) .................................................................................
15
e. Hakikat Semiotik menurut Riffaterre .......................................... 17 f. Karya Sastra sebagai Gejala Semiotik ......................................... 20 2. Hakikat Puisi ...................................................................................
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Ciri-ciri Kabahasaan Puisi ..........................................................
25
b. Struktur Pembangun Puisi ..........................................................
29
1) 6WUXNWXU)LVLN3XLVL««««««««««««««««
31
2) Struktur Batin Puisi ................................................................
50
3. Analisis Semiotik Puisi ...................................................................
53
a. .DMLDQ6HPLRWLN3XLVL³7DPX´ Karya Subagio Sastrowardoyo .................................................... 54 1) Analisis Heuristik ...................................................................
56
2) Analisis Hermeneutik .............................................................
59
3) Tema dan Amanat Puisi .......................................................... 60 B. Penelitian yang Relevan .......................................................................
60
C. Kerangka Berpikir ................................................................................
61
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 63 A.
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
63
B.
Bentuk Penelitian.............................................................................
63
C.
Sumber Data.....................................................................................
64
D.
Teknik Sampling..............................................................................
64
E.
Teknik Pengumpulan Data...............................................................
64
F.
Validitas Data...................................................................................
65
G.
Teknik Analisis Data........................................................................
66
H.
Prosedur Penelitian...........................................................................
68
%$%,9+$6,/3(1(/,7,$1'$13(0%$+$6$1««««««
69
A.
Deskripsi Data .................................................................................
69
B.
Analisis Tema dan Amanat Puisi ....................................................
70
C.
Analisis Semiotik Puisi ...................................................................
111
BAB V PENUTUP .................................................................................... 246 A.
Kesimpulan ......................................................................................
246
B.
Implikasi ..........................................................................................
249
C.
Saran ................................................................................................
252
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 254 LAMPIRAN ..............................................................................................
commit to user
257
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GEMBAR Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Analisis Semiotik Puisi....................... 62 Gambar 2. Model Analisis Mengalir ......................................................... 68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ...............................
63
Tabel 2. Tema Puisi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X SMA dari Erlangga dan Yudhistira ........................................................... 246
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISTILAH KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia SKKD : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas X SMAN 1 Gemolong ....................................................................... 258 Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Lima Orang Siswa Kelas X SMAN 1 Gemolong ........................................................................ 260
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karya sastra merupakan suatu bentuk refleksi masyarakat tempat karya sastra tersebut ada. Seorang pengarang atau penyair secara otomatis akan melibatkan kondisi sosial budaya yang ada di sekitarnya ketika menciptakan sebuah karya sastra. Karya sastra juga merupakan ungkapan terselubung yang diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol yang memiliki makna kias. Sebuah karya sastra harus dipahami secara menyeluruh, bukan hanya sekadar struktur fisik. Karya sastra diciptakan dengan bahasa figuratif dengan makna kias yang begitu dalam sehingga membutuhkan suatu analisis atau kajian yang mendalam pula. Salah satu karya sastra yang memiliki makna kias yang padat adalah puisi. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk tulisan dan merupakan kristalisasi kata-kata ungkapan hati penyair atas imajinasi, pikiran, dan perasaannya. Ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh B. P. Situmorang (1983: PHQJDWDNDQEDKZDNDWD³SXLVL´EHUDVDOGDULEDKDVD<XQDQL\DQJMXJDGDODP EDKDVD/DWLQGLVHEXW³poietes´/DWLQ³poeta´ 'DODPSXLVLXQWXNPHQLPEXONDQ kesan yang mendalam dan kuat, pemakaian diksi harus memperhatikan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, yaitu makna denotasi dan konotasi, aliterasi (pengulangan konsonan) dan asonansi (pengulangan vokal). Penyair memiliki otoritas untuk memilih diksi dan memaknai setiap diksi dalam puisi. Dengan otoritas yang dimiliki oleh penyair, maka dia bebas pula menentukan bahasa figuratif bagi puisinya (lisensisa puitika). Oleh sebab itu, banyak pembaca yang mengalami kesulitan untuk memahami maksud puisi. Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan (Herman J. Waluyo, 2003: 1).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Puisi sebagai karya sastra tidak cukup hanya dikaji secara fisik. Puisi dapat dikaji sampai ke ranah makna yang tersembunyi di balik bahasa yang digunakan penyair. Banyak makna puisi yang belum terkuak ketika seorang peneliti hanya mengkaji strukturnya. Analisis semiotik puisi memungkinkan peneliti mengkaji bahasa simbol yang diwujudkan dalam puisi. Dengan analisis semiotik, makna terdalam dari sebuah puisi akan terkuak sebab semiotik mengkaji makna suatu karya sastra. Makna yang terbentuk dalam karya sastra tadi kemudian dihubungkan dengan penafsiran masyarakat terhadap makna karya tersebut (Dick dalam Puji Santosa, 1993:4). Puisi sebagai bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia merupakan pilihan materi ajar yang variatif agar pembelajaran bahasa dan sastra
menarik dan tidak
membosankan. Seorang guru ketika memilih bahan ajar harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga materi ajar tersebut sesuai dengan perkembangan peserta didik. Namun, terkadang dalam penjabaran materi ajar yang tertera di silabus kurang jelas dan hanya menyebutkan pokok-pokok materi ajarnya. Guru dalam hal ini harus kreatif dan aktif dalam mencari dan menentukan bahan ajar yang sesuai. Berikut adalah Kompetensi Dasar di kelas X SMA yang relevan dengan penelitian ini: SKKD Semester 1 kelas X SMA 1. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung a. mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman; b. mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. SKKD Semester 2 kelas X SMA 2. Mengungkapkan
pendapat terhadap puisi melalui diskusi
a. membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi; b. menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, peneliti hendak mengakji puisi-puisi yang ada di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA. Buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA banyak macamnya. Buku teks tersebut antara lain dari penerbit Erlangga, Yudhistira, Tiga Serangkai, dan BSE. Dari keempat penerbit buku tersebut, peneliti memilih 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Peneliti memilih kedua penerbit tersebut dengan alasan buku teks dari Erlangga dan Yudhistira memiliki kualitas yang baik. Kualitas yang baik ini dibuktikan pada sampul depan buku tertulis sesuai KTSP dan Standar Isi 2006. Buku teks dari penerbit Erlangga dan Yudhistira disepakai oleh MGMP Bahasa Indonesia kabupaten Sragen sebagai buku pegangan guru dan siswa sebagai materi ajar Bahasa Indonesia. Bila dilihat dari kualitas materi, kedua penerbit tersebut sistematika
penyusunannya
sudah
sesuai
dengan
KTSP,
SKKD,
dan
dikelompokkan sesuai empat keterampilan dasar berbahasa. Empat keterampilan berbahasa yang peneliti maksud adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Alasan lain yang melatarbelakangi penelitian ini adalah guru bahasa indonesia mengaku kurang suka terhadap sastra. Menurut guru tersebut sastra adalah materi yang sulit dan karena ketidaksukaanaanya tersebut, guru kurang menguasai materi sastra. Guru hanya menyampaikan teori tentang puisi dan menjelaskan struktur fisik puisi seperti tema, diksi, persajakan, aliterasi, asisonansi, dan lain-lain tanpa mengkaji secara mendalam mengenai makna dari tanda-tanda yang digunakan penyair dalam bahasa puisi tersebut. Dengan menguak bahasa simbol atau tanda-tanda dalam sebuah puisi, maka peserta didik dapat memahami puisi secara heuristik, yaitu cara menginterpretasi teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Analisis secara heuristik dapat pula dilakukan dengan analisis struktural, artinya pembaca dapat menemukan arti teks sastra secara linguitik (Rachmat Djoko Pradopo, 2009:7). Hermeneutik merupakan kelanjutan dari metode heuristik dalam mencari dan menemukan makna suatu teks sastra dengan cara membaca teks sastra secara terus-menerus, berulang-ulang dan menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam karya sastra sebagai suatu kesatuan yang utuh. Hermeneutik memaknai dan menghubungkannya dengan realitas atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti memilih menganalisis puisi yang ada di buku teks sebab buku teks adalah buku pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran. Meskipun buku teks bukan satu-satunya materi ajar, namun buku teks penulisannya dan pemilihan materi ajarnya sudah sesuai dengan perkembangan peserta didik. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa peserta didik di sebuah SMA mengenai puisi-puisi yang ada di dalam buku teks. Mereka mengaku mengalamai kesulitan saat menganalisis beberapa puisi yang ada di dalam buku teks. Peneliti berharap dengan penelitian yang peneliti laksanakan dapat membantu guru dalam memilih bahan ajar yang tepat untuk pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra yang ideal adalah yang sesuai KTSP yang menuntut peserta didik aktif dan menguasai setiap kompetensi dasar yang tersedia. Peneliti juga berharap peserta didik dapat lebih menguasai dan memahami makna puisi yang ada di buku teks. Peneliti menggunakan teknik analisis semiotik untuk menemukan makna yang terdapat dalam puisi-puisi yang ada di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA. Culler (dalam
Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 135) mengatakan bahwa
analisis sastra atau mengkritik karya sastra (puisi) adalah usaha menangkap makna dan memberi makna kepada teks karya sastra (Puisi). Irzanti Susanto (dalam http://staff.ui.ac.id) menjelaskan bahwa pada tahun 1956, Roland Barthes yang membaca karya Saussure: Cours de Linguistique Générale melihat adanya kemungkinan menerapkan semiotik ke bidang-bidang lain. Ia mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan Saussure mengenai kedudukan linguistik sebagai bagian dari semiotik. Menurut Roland Barthes sebaliknya, semiotik merupakan bagian dari linguistik karena tanda-tanda dalam bidang lain tersebut dapat dipandang sebagai bahasa, yang mengungkapkan gagasan. Tanda merupakan unsur yang terbentuk dari penanda-petanda, dan terdapat di dalam sebuah struktur.
Pada dasarnya di dalam melakukan suatu penelitian, pendekatanlah yang terlebih dahulu dipertimbangkan dibandingkan teori dan metode. Maka, pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan lebih dulu, kemudian diikuti dengan penentuan masalah, teori, metode, dan tekniknya. Pendekatan yang diselaraskan dengan model situasi kesastraan Abrams (dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nyoman Kutha Ratna, 2009:53), bahwa pendekatan yang benar-benar ingin menjadi utuh setidaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: b. mempunyai suatu cara pemahaman dan pengetahuan yang memadai tentang apakah yang disebut semesta dan juga keterhubungannya secara logis dengan karya sastra; c. mempunyai suatu pengertian yang jelas mengenai pencipta seni, khususnya pengarang dan kepengarangan; d. mempunyai
metode
dan
perangkat
konseptual
yang
mampu
mengidentifikasikan efek-efek karya sastra terhadap pembaca dan penerimaan serta tanggapan balik mereka sebagai sasaran dalam komunikasi sastra; e. mampu mengidentifikasikan dan memerikan secara jelas pengertian karya sastra sebagai entitas tersendiri. Berdasarkan empat pendapat Abrams di atas, peneliti memilih pendekatan semiotik sebab semiotik memenuhi keempat syarat pendekatan yang disebutkan Abrams. Karya sastra adalah sebuah fenomena bahasa yang memiliki sistem tanda. Lotmann (dalam sebuah artikel milik Betta Anugrah Setiani dalam http://betta-a-setia.blogspot.com), menyatakan bahwa sastra dalam bentuk karya atau naskah juga mengandung makna tanda-tanda nonverbal. Teks sastra pun memiliki ciri-ciri qualisigns, sinsigns, legisigns. Qualisigns adalah citra, ide, dunia kemungkinan, dan akan menjadi nyata apabila dimasukkan ke dalam sinsigns. Sinsigns adalah tampilan dalam kenyataan, tanda tak terlembagakan, tanda tanpa kode. Legisigns adalah tanda yang sudah terlembagakan, tanda atas dasar peraturan yang berlaku umum. Pendekatan semiotik merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan mengontrol karya-karya yang dibuat karena karya seni merupakan suatu tanda yang diciptakan seniman yang dapat dibaca oleh penonton atau penerima tanda. Dengan demikian, analisis semiotik dapat membantu guru dan siswa memahami makna puisi yang diajarkan. Puisi tidak hanya di analisis secara fisik saja, tetapi juga kata-kata kias yang merupakan tanda yang mewakili pikiran penyair. Analisis struktural memang merupakan prioritas pertama sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan analisis lainnya (A. Teeuw, dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003). Selanjutnya analisis struktural tadi disempurnakan dengan menganalisis bahasabahasa simbol yang digunakan penyair dalam puisinya. Hasil analisis bahasa simbol dengan pendekatan semiotik dapat membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar apresiasi puisi dengan maksimal. Dengan melihat variasi struktur yang ada dalam karya sastra, maka akan dihasilkan berbagai macam arti. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini peneliti harapkan dapat membantu para guru bahasa Indonesia untuk memahami unsur-unsur karya sastra baik itu unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Selain kedua unsur tersebut, makna semiotik dari puisi-puisi yang disajikan dalam buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA juga dapat dipahami secara utuh. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran apresiasi sastra dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran apresiasi sastra di kelas X SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti dapat merumuskan dua permasalahan sebagai berikut: 1. bagaimanakah tema dan amanat dalam puisi-puisi yang terdapat di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira yang digunakan di wilayah Sragen? 2. bagaimanakah makna yang tersirat dalam puisi-puisi di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira yang digunakan di wilayah Sragen? C. Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka peneliti dapat menentukan tujuan penelitian sebagai berikut: 1.
menjelaskan tema dan amanat puisi-puisi di buku teks bahasa Indonesia dari penerbit Erlangga dan Yudhistira sehingga cocok digunakan sebagai materi ajar apresiasi puisi di kelas X SMA yang digunakan di wilayah Sragen.
2.
menjelaskan makna yang tersirat dalam puisi-puisi di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira yang digunakan di wilayah Sragen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini secara teoretis dapat menambah khazanah keilmuan
mengenai telaah karya sastra khususnya tinjauan semiotik. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan analisis tema dan amanat yang terdapat dalam puisi-puisi yang terdapat di buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA. 2.
Manfaat Praktis
a. Bagi guru Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan memperkaya wawasan dalam pengajaran sastra terutama semiotik dalam puisi. Guru juga dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai variasi bahan ajar pembelajaran apresiasi puisi untuk siswa kelas X SMA. b. Bagi Peserta didik Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik memahami makna secara lebih mendalam puisi-puisi yang ada dalam buku teks bahasa Indonesia, khususnya peserta didik kelas X SMA. Hasil penelitian ini dapat pula meningkatkan kemampuan apresiasi sastra peserta didik kelas X SMA. c. Pembaca Hasil penelitian ini, peneliti harapakan dapat memberikan informasi kepada pembaca yang membutuhkan referensi tentang pendekatan semiotik puisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. 1.
Kajian Teori
Hakikat Semiotik Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang
berarti tanda. Tanda itu sendiri membentang di kehidupan, seperti halnya pada gerak isyarat, lampu lalu lintas, sesaji dalam upacara pernikahan, dan lain-lain. Puji Santosa (1993: 2) menyatakan bahwa semiotik berasal dari bahasa inggris semiotes. Kemudian menurut Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
dan Pedoman Pembentukan Istilah (Pusat Bahasa) kata
semiotes berubah menjadi semiotik atau semiotika. Semiotik adalah ilmu yang mencoba menjawab pertanyaan apakah yang dimaksud dengan X? X dapat berupa apapun baik berupa kata maupun isyarat, hingga keseluruhan komposisi musik atau film (Marcel Denesi, 2010: 5). Semiotik dapat dikatakan ilmu yang merepresentasikan makna dari X yang diwujudkan dalam bentuk Y, maka analisis semiotik akan menjadi jembatan yang mengungkap hubungan bahwa X sama dengan Y. Goebel mendefinisikan semiotik sebagai ³D FDWHJRU\ RI VLJQV WKDW LQFOXGHV both linguistic and non-linguistic signs, such as personas, affective stances, place, VSDFH HWF´ (Goebel dalam Debbie Cole, 2010). Pernyataan Goebel tersebut maksudnya, semiotik register adalah kategori tanda-tanda yang meliputi tandatanda linguistik dan non-linguistik, seperti personal, sikap afektif, tempat, ruang, dan lain-lain. Sejalan dengan pernyataan Goebel, Umberto Eco dalam Yasreaf Amir Piliang (2003: 44) menyatakan bahwa semiotik pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Maksud dari pernyataan Eco tersebut adalah apabila manusia menggunakan suatu tanda untuk mengungkapkan sesuatu, artinya manusia itu berdusta. Terkadang antara tanda, makna dan realitas tidak relevan sehingga terjadi kedustaan atau kebohongan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Budi Irawanto (dalam Haris Firdaus, 2009) menekankan bahwa semiotika membuka pandangan baru bahwa teks tidak bisa ditafsirkan atau dimaknai dengan cara pandang tunggal. Semiotik di bidang iklan, film, maupun sastra, sama-sama memiliki pluralitas pemaknaan yang tidak mengizinkan kehadiran otoritas SHQDIVLU \DQJ WXQJJDO 0DOFROP %RZLH GDODP 1X¶PDQ $QJJDUD GDODP http://terpelanting.wordpress.com/) menjelaskan bahwa studi ilmiah tentang tanda cenderung menghilangkan fungsi tanda sebagai bentuk yang kurang menjelaskan sesuatu, memiliki tujuan untuk menempatkan tanda menjadi semacam representasi kongkret seperti kata, bunyi, virtualiatas dan berbagai konstruk semiotis lain. Klasifikasi yang diberikan analisis semiotik menghilangkan arti dasar (mise au pase) tanda sebagai transfigurasi perennial yang menjelaskan asal-usul keberadaannya dari kemungkinan yang ada di semesta. Secara sederhana semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda dan sistem tanda. Aart van Zoest (dalam Panuti Sudjiman, 1996: 5) menyebutkan bahwa semiotik adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda dan cara berfungsinya. Semiotic juga merupakan studi tentang hubungan antartanda, pengiriman dan penerimaan tanda oleh mereka yang mempergunakannya. Fahri Firdusi (dalam artikelnya Semiotik: Tanda dan Makna) menyatakan bahwa semua kenyataan yang menjadi wujud kebudayaan adalah tanda. Manusia memang hidup di dunia yang penuh dengan tanda dan manusia pun bagian dari tanda. Tanda-tanda tersebut kemudian berfungsi sebagai wujud dalam memahami kehidupan.
Manusia
melalui
kemampuan
akalnya
berinteraksi
dengan
menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan. Dalam artikelnya tentang semiotik, Fahri Firdusi juga menuliskan bahwa semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi oleh Ferdinand de Saussure). Fahri Firdusi menambahkan bahwa dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra manusia, tanda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengacu pada sesuatu di luar tanda itu, dan tergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya; mangacungkan jempol kepada seseorang yang berprestasi (http://fahri99.wordpress.com). Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai pujian dari seseorang dan ini diakui seperti itu baik oleh pemberi pujian maupun orang yang berprestasi tadi. Makna disampaikan dari seseorang kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung. Daniel Chandler dalam bukunya Semiotik: The Basics (2002: 2) memberikan pendapatnya sebagai berikut: Semiotiks involves the study not only of what we refer to as signin HYHU\GD\VSHHFKEXWRIDQ\WKLQJZKLWFK³VWDQGIRU´VRPHWKLQJHOVH,QD semiotik sense, sign take teh form of words, images, sounds, gestures, and objcts. Contenporrary semiotik study signs not in iso;ation but as part of VHPLRWLNV ³VLJQ V\VWHP´ VXFK DV D PHGLXP RU JHQUH 7HK\ VWXG\ KRZ meaning are made and how reality is represented. Berdasarkan pendapat Daniel Chandler di atas, dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa semiotik tidak hanya mempelajari mengenai makna suatu tanda bahasa yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Semiotik mempelajari tentang bentuk tanda yang berupa kata, gambar, suara, gesture, dan objek-objek tertentu. Semiotik juga mempelajari proses sebuah makna bisa terbentuk dan suatu kejadian itu bisa terjadi. Semiotik adalah ilmu yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda, lambang-lambang dan proses perlambangan. Keir Elam, seorang ahli teater (dalam sebuah artikel milik Gusti Ngurah Putu Wijaya yang berjudul Semiotika Teater: dari Semiotika Sastra ke Semiotika Teater) mendefinisikan bahwa semiotika sebagai ilmu yang dikhususkan ke studi produksi makna dalam masyarakat. Lebih jauh Keir Elam menambahkan bahwa objek-objek semiotik adalah kode-kode dan sistem-sistem tanda yang ada di masyarakat, pesan-pesan yang aktual dan teks-teks yang diproduksi. Roland Barthes dalam sebuah resum buku yang ditulis Sumaryono (dalam Semiotika Negativa pada laman http://www.sastrajawa.com/) menyatakan, ³7KHDLPRIVHPLRORJLFDOUHVHDUFKLVWRUHFRQVWLWXWHWKHIXQFWLRQLQJRIWKH systems of signification other than language in accordance with the process
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
typical of any structuralist activity, which is to build a simulacrum of the objects under REVHUYDWLRQ´ . Maksud penjelasan Roland Barthes di bahwa semiotika mencakup linguistik, ilmu tanda, filsafat, seperti sudah disebut di atas. Semiotik menandai lahirnya linguistik modern, yaitu ilmu yang mempelajari bahasa. Barthes tertarik pada semiotik bukan sebagai bagian dari linguistik, melainkan karena semiotik juga bisa memberikan pengetahuan tentang sesuatu yang sifatnya lebih dari sekedar V\VWHPEDKDVD³other than language´KWWSZZZVDVWUDMDZDFRP Khusus dalam bidang sastra dan pakar sastra sepeti A. Teeuw (1984: 6) memberikan batasan terhadap semiotik. Menurut A. Teeuw, semiotik adalah model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat manapun. Sejalan dengan A. Teeuw, Dick (dalam Panji Santosa, 1993: 3) memaparkan bahwa semiotik adalah suatu studi tentang sebuah karya itu ditafsirkan oleh pengamat sastra atau penikmat sastra lewat tanda-tanda atau pun lambang-lambang. a. Ikonisitas atau Tanda-tanda Ikonis Aart Van Zoest (dalam Panuti Soedjiman, 1996: 7-23) menyatakan bahwa ikon memegang peranan penting dalam sastra. Selanjutnya Aart Van Zoest menyatakan bahwa ada tiga macam ikon, yaitu: 1) Ikon Tipografi, ikon ini didasarkan pada hubungan yang berkenaan dengan ruang dan tempat. Untuk mendeskripsikan hal ini harus menggunakan kata-kata yang termasuk dalam bidang semantis, yaitu bentuk dan tempat. 2) Ikon diagramatis, ikon ini didasarkan pada persamaan struktur relasional. Ikon metaforis, ciri ikon ini, yaitu tidak ada kemiripan antara tanda dan acuannya. Jadi ikon ini mengharuskan dipakainya metafora sebagai istilah, maka di dalamnya terdapat ikon metaforis. b. Hakikat Semiotik Menurut C. S. Peirce (1839-1914) Bagi Peirce, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pemikiran Peirce, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat ditetapkan pada segala macam tanda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semiotik yang pada awalnya memiliki istilah semiologi ini sekarang lebih populer dengan semiotik. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi tanda. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Aart Van Zoest (dalam Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, 1993: 18) memaparkan bahwa segala sesuatu yang dapat diamati disebut tanda. Oleh sebab itu, tanda tidak terbatas pada benda. Peristiwa, kebiasaan, adat istiadat, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheninganm kebiasaan makan, gejala mode, peristiwa memerahnya wajah, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, sikap diam membisu, berjalan sempoyongan, warna putih, warna merah, semua itu disebut tanda. 7HRUL 3HLUFH GLVHEXW ´Teori Pan Semiotik´ DUWLQ\D NHVHOXUXKDQ VHPHVWD sebenarnya terbangun dari tanda. Peirce menambahkan bahwa seluruh pengetahuan yang ada di semesta ini, pikiran manusia, dan manusia itu sendiri sebenarnya bersifat semiotik. Pikiran dapat dikatakan sebagai semiotik karena mengacu pada hal-hal atau sesuatu yang lain. Peirce dalam sebuah jurnal tentang semiotik, Signs (vol. 3: pp.162 -178, 2010) menyatakan bahwa semesta di bagi menjadi tiga dimensi. 3HLUFH¶V FDWHJRULHV )LUVtness, Secondness, Thirdness) are logically conceived as a system of irreducible classes of relations (monadic, dyadic, triadic). This system is the foundation of his philosophy and of his model of semiosis (see Murphey 1993: 303-306). Ontologically the categories are rudiments of the world. Firstness is the mode of being in which something is as it positively is, with no regard to anything else (MS 460: 5-21, 1903; MS 575,1886; W 5.299). It can be characterized as lacking determination: it is what it is without regard or relation to anything else (cf. also MS 277,1908). Therefore, Firstness as a mode of being is related to the modality of possibility. Secondness is the mode of being that is what it is with respect to some Second, irrespective of any Third. It is a kind of reaction with some otehr (CP 6.200). Like Firstness, Secondness can be related to a modality, namely the modality of actuality. Lebih jelas keterangan Peirce di atas dapat dijelaskan oleh Kris Budiman 2005:
53-60) semesta dibagi menjadi 3 dimensi, yaitu: 1) Firstness, 2) secondness, 3) Thirdness).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kepertamaan (Firstness) disebut Trikotomi Pertama adalah mode ada sebagaimana adanya dan tidak mengacu pada sesuatu yang lain. Firstness adalah perasaan yang tidak dapat direfleksikan dan bersifat bebas. Firstness apabila dilihat dari sudut pemikiran logis menurut definisi tanda itu sendiri, Peirce membedakan tanda menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. 2) Kekeduaan (secondness) disebut juga trikotomi kedua. Secondness merupakan metode yang mencakup hubungan antara semesta pertama dan kedua. Secondness adalah kategori perbandingan, tindakan, realitas, dan pengalaman yang terjadi dalam ruang dan waktu. 3) Keketigaan (Thirdness) disebut juga trikotomi ketiga yang mengatur hubungan trikotomi kedua dan trikotomi ketiga itu sendiri. Trikotomi ketiga adalah kategori mediasi, kebiasaan, ingatan, kontinuitas, komunikasi representasi, dan tanda-tanda. Pada trikotomi ketiga ini, Peirce membagi tanda menjadi tiga, yaitu Rheme, Decisign dan Argument. Menurut Teori Peirce dalam Puji Santosa (1993:10), dalam pengkajian semiotik, objek yang dikaji akan dianalisis dengan tiga jalur logika. Ketiga jalur tersebut, yaitu: 1) hubungan penalaran dengan jenis tandanya; 2) hubungan kenyataan dengan jenis tandanya; 3) hubungan pikiran dengan jenis petandanya. 1) Hubungan penalaran dengan jenis tandanya a) Qualisign, penanda yang berhubungan dengan kualitasnya; b) Sinsign. Penanda yang berkaitan dengan kenyataan; c) Legisign, penanda yang berkaitan dengan kaidah atau aturan. 2) Hubungan kenyataan dengan jenis tandanya a) Ikon, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengsiyaratkan sesuatu yang serupa dengan bentuk objek; b) Indeks, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya; c) Symbol, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai petanda yang oleh kaidah secara konversi telah banyak digunakan oleh masyarakat. 3) Hubungan pikiran dengan jenis petandanya a) Rheme penanda yang berkaitan dengan terpahaminya objek petanda oleh penafsir; b) Dicisign atau pheme, penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya; c) Argument, penanda yang tanda akhirnya berupa kaidah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Hakikat Semiotik Menurut Charles Morris Morris (dalam A. Teew, 1984:55) membedakan semiotik menjadi tiga dimensi dalam proses semiotis yang dilambangkan dengan segitiga. Ketiga dimensi tersebut adalah 1) dimensi sintaksis; 2) dimensi pragmatik; 3) dimensi semantik. 1) Dimensi yang pertama adalah dimensi sintaktik, yaitu hubungan antara tanda satu dengan tanda lain dalam proses komunikasi. Oleh Morris, dimensi ini disamakan dengan poetic fungtion yang dikemukakan oleh Jacobson dan pendekatan objektif milik Abrams. Bila dibandingkan dengan pendekatan objektif milik Abrams, dimensi sintaktik menekankan bahwa struktur intrinsik karya sastra merupakan sistem tanda. 2) Dimensi yang kedua adalah dimensi pragmatik yang terdiri dari pengirim dan penerima pesan. Contohnya, dalam kehidupan sehari-hari, peran pengirim dan penerima pesan dapat saling bergantian secara terus-menerus. Penerima pesan dapat menjadi pengirim pesan, begitupun sebaliknya pada situasi komunikasi biasa. Tetapi dalam ranah sastra, pergantian tersebut tidak dapat terjadi, antara penulis dan pembaca, antara seniman dan penikmat memiliki kedudukan yang tidak sejajar bahkan bertentangan sehingga dalam ilmu sastra aspek ekspresif dan pragmatik perlu ada penjelasan agar jelas perbedaannya. 3) Dimensi yang ketiga adalah dimensi semantik yang memiliki kesamaan dengan fungsi mimetik atau referensial. Klaus membedakan dimensi ketiga ini dengan istilah sigmantik dan semantik. Semantik diartikan sebagai makna konseptual yang dicetuskan oleh Saussure bahwa tanda sebagai dwi tunggal. yaitu signifiant dan signifie, yang artinya dimiliki oleh pemakai bahasa lepas dari situasi komunikasi yang konkrit. Sigmantik menurut Klaus diartikan sebagai aspek referensial, acuan tanda dalam penerapannya pada sesuatu dalam kenyataan. Puji Santosa (1993 : 3-4) menyatakan bahwa secara khusus semiotik menurut Charles Morris dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) sintaksis semiotik; 2) semantik semiotik; 3) pragmatik semiotik. Sintaksis Semiotik adalah studi tentang tanda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang berpusat pada hubungan tanda dengan tanda-tanda lain. Semantik Semiotik merupakan studi tentang tanda yang memusatkan perhatian pada hubungan tanda dengan acuannya dan dengan interpretasi yang dihasilkan. Pragmatik Semiotik, uaitu studi tentang tanda yang mementingkan hubungan antara pengirim dan penerima tanda. Berdasarkan penjelasan Puji Santosa di atas, peneliti dapat menarik satu kesimpulan, semiotik merupakan suatu kajian yang tidak dapat dipisahkan dengan ketiga kajian sintaksis, semantik, dan pragmatik. Untuk menganalisis teks dan kode visual, metode semiotik bersifat kualitatif-interpretatif. Teori semiotik dikelompokkan atas teori yang dikotomis dan yang trikotomis. d. Hakikat Semiotik Menurut Ferdinan De Saussure (1857-1913) Saussure memiliki pandangan tersendiri terhadap semiotik. Saussure memandang bahwa semiotik merupakan suatu sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa yang mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna (http://ummikulsum.Blogspot.com). Saussure menekankan pada aspek sosial pada penandaan yang dibangun oleh pakar linguistik sebelumnya. Saussure memperkenalkan konsep semiotik melalui dua dikotomi sistem tanda, yaitu signifier atau signifie dan significant yang bersifat otomatis (A. Teeuw, 1984: 46). Konsep ini memiliki maksud bahwa makna muncul ketika terjadi hubungan antara yang ditandai (signified) dan yang menandai (signifier). Saussure dalam A. Teeuw (1984:46) menjelaskan bahwa tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifer) dengan suatu ide atau petanda (signified). Dapat peneliti jelaskan bahwa penanda adalah aspek bahasa yang dapat didengar, dilihat, dibaca, dan ditulis, sedangkan petanda adalah gambaran dalam pikiran, masih berupa konsep ide, atau masih berupa angan-angan. Petanda dan penanda mempunyai hubungan kesalingan. Petanda harus diungkapkan oleh penanda, sedangkan penanda tidak mempunyai makna apapun tanpa petanda. Semiotik atau Semiologi bagi Saussure didasarkan pada anggapan bahwa setiap perbuatan atau tingkah laku manusia mempunyai makna dan tanda. Bagi Saussure tanda dan penanda tidak dapat dipisahkan. Dimana ada tanda bahasa di sana ada sistem. Petanda menempati tempat sebagai isi atau gagasan dari apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diungkapkan oleh penanda (Aart Van Zoest, 1993:42-43). Lebih jelas, perhatikan contoh berikut! Lampu merah mengacu pada berhenti berjalan Lampu hijau mengacu pada terus berjalan. Apabila tanda dan yang diacu terjadi hubungan yang bermakna dan apabila hal tersebut terjadi pada manusia, maka akan menimbulkan saling pengertian di antara manusia yang berkomunikasi dengan menggunakan suatu tanda. Puji Santosa menyebutkan ada tiga komponen dasar semiotik menurut Saussure, yaitu tanda, lambang, dan isyarat. 1) Tanda Puji Santosa memberikan pengertian tentang tanda, yaitu bagian dari ilmu semiotika yang menandai sesuatu hal atau keadaan untuk menerangkan dan memberitahukan suatu objek kepada subjek (1993: 4). Sementara Aart Van Zoest (dalam Panuti Sudjiman, 1996: 15). mendefinisikan tanda sebagai suatu gejala struktural, baik yang muncul dalam bentuk teks dalam wujud kalimat maupun wacana. Tentu saja tanda yang dimaksud kedua pakar tersebut bukan hanya tanda dalam wujud tulisan. Tanda dapat berupa benda, warna, suara, kejadian, bahasa, tidakan, peristiwa, dan bentuk-bentuk tanda lain. Contoh konkret antara lain petir. Petir datang setelah kilat. Kilat dan petir adalah tanda alam. Keduanya saling berhubungan. Apabila ada kilat berarti akan ada petir. Jadi ada beberapa tanda yang saling berhubungan. Kemudian ada tanda lalu lintas berupa lampu nerah, dan artinya semua kendaraan harus berhenti. Dari dua contoh yang peneliti sebutkan di atas, dapat peneliti tarik satu kesimpulan bahwa tanda adalah sesuattu yang statis, tetap, umum, lugas, dan objektif. Semua orang memiliki acuan dan makna yang sama terhadap yang ditandai. 2) Lambang Lambang merupakan suatu hal atau keadaan yang menuntun si subjek untuk memahami objek. Puji Santosa (1993: 5) menyatakan bahwa suatu lambang telah diartikan berdasarkan kultur, situasi tertentu, dan kondisikondisi tertentu. Misalnya warna bendera Indonesia adalah merah dan putih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang merupakan lambang negara Indonesia. Merah dan putih memiliki makna kultural yang telah disepakai oleh bangsa Indonesia. Misalnya warna merah berati gagah, berani, dan penuh semangat. Pemberian arti merah tersebut tergantung pada kultur dan situasi bangsa Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lambang adalah tanda yang bermakna dinamis, khusus, subjektif, dan kias atau majas. Kemudian karya sastra, baik puisi, prosa, maupun drama memiliki lambang-lambang yang bermakna kias dan bermajas. Selain itu di dalam sastra juga terdapat bermacam-macam lambang, seperti yang diungkapkan Puji Santosa (1993: 5) lambang warna, lambang bunyi, nada, dan lambang visual, yaitu tipografi. Lambang dalam karya sastra hanya terbatas pada struktur fisiknya saja. Struktur fisik yang berbentuk lambang tadi sebenarnya menyembunyikan makna karya sastra. Penyair menyembunyikan makna dengan menggunakan lambang yang dapat berwujud struktur fisik. 3) Isyarat Isyarat adalah suatu hal yang diberikan oleh subjek kepada objek pada saat itu juga. Isyarat bersifat temporal karena diberikan pada saat sunjek bertemu objek. e. Hakikat Semiotik menurut Riffaterre Mugiyatna
dalam
makalahnya
yang
diseminarkan
saat
Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX / HISKI di Batu dengan berjudul Teori Semiotika Puisi Riffaterre dan Ideologi Penyair, Riffaterre (1978) menjelaskan teorinya tentang semiotika puisi. Dalam makalahnya, Mugiyatna teori Semiotik Riffaterre dijelaskan ke dalam lima bagian: 7KH3RHP¶V6LJQLILFDQFH, Sign Production, Text Production , Interpretant , Textual Semiotics dan Conclusion. Namun peneliti hanya akan menjelaskan bagian WKH 3RHP¶V 6LJQLILFDQFH dan Interpretant sebab bagian inilah yang relevan dengan penelitian ini. 1) Makna Puisi Riffaterre membedakan antara meaning (arti) dan significance (makna). Ciriciri puisi adalah kepaduannya, secara formal dan semantik. Dia menyebut kepaduan formal dan semantik ini sebagai significance. Reffateree mengatakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam makalah Mugiyatno bahwa ´)URPWKHVWDQGSRLQWRIVignificance text is one semantic unit. From the standpoint of meaning text conveys a string of successive information units, the language is referential´. Pernyataan Reffateree apabila diterjemahkan kurang lebih dia menjelaskan bahwa arti adalah yang dirujuk oleh teks pada tataran mimetik. Ciri dasar mimesis adalah bahwa ia menghasilkan urutan semantik yang terus-menerus berubah. Sejalan dengan pembedaan antara arti dan makna itu, Riffaterre membedakan dua jenis analisis, yaitu analisis heuristik dan analisis retroaktive (hermeneutik). Analisis heuristik adalah analisis pada tahap pertama. Pada analisis ini input pembaca adalah kompetensi linguistik, termasuk asumsi bahasa bersifat referential, kemampuannya mencermati ketidaksesuaian (incompatibility) antara kata-kata bahwa ada kata atau frasa yang tidak dapat diartikan secara literal sehingga membutuhkan pemahaman secara kiasan, dan bahwa kompetensi linguistik bukan satu-satunya faktor yang terlibat. Pada tahap analisis ini mimesis dipahami secara penuh. Analisis hermeneutik adalah analisis tahap kedua. Pada tahap ini pembaca meninjau, merevisi, dan membandingkan ke belakang apa yang baru saja dibacanya. Analisis hermeneutik menguak makna dibalik tanda yang dibuat penyair dalam puisinya. Analisis hermeneutik membutuhkan kepekaan hari untuk dapat memahami maksud penyair. 2) Intepretasi Tanda Riffaterre menjelaskan interpretant (dalam kaitannya dengan tanda) sebagai ³A sign stands for something to the idea which it produces . For which it stands is called its object, its meaning7KHLGHDWRZKLFKLWJLYHVLVLWVLQWHUSUHWDQW´. Tanda menggantikan sesuatu merujuk ke gagasan yang dihasilkann. Tanda yang digantikan disebut obyek, arti tanda itu. Gagasan yang dikeluarkannya disebut interpretant. Riffaterre membuat pembedaan antara lexematic interpretant dan textual interpretant. Lexematic interpretant adalah kata-kata mediasi, disebut juga sebagai dual signs, karena kata-kata itu melahirkan dua teks sekaligus dalam satu puisi (atau satu teks yang harus dipahami dalam dua cara), atau kata-kata itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengandaikan dua hipogram sekaligus. Dual sign (tanda ganda) adalah kata ekivokal yang terletak pada titik di mana dua rangkaian asosiasi semantik atau formal berinteraksi. Dalam sastra Indonesia, contoh dari lexematic interpretant adalah judul kumpulan puisi oleh tiga penyair: Chairil Anwar, Rivai Apin, dan Asrul Sani: Tiga Menguak Takdir. Menguak dapat berarti membuka/menyingkap, dapat pula berarti meneriaki (seperti sapi menguak). Takdir dapat berarti ketentuan Tuhan dapat pula berarti Sutan Takdir Alisyahbana. Dengan demikian judul tersebut dapat berarti tiga penyair menyingkap takdir (ketentuan Tuhan) , dapat pula berarti tiga penyari meneriaki Takdir (STA). Dengan demikian dapat diandaikan bahwa puisi tersebut merupakan derivasi dua hipogram. Analisis retroaktif (hermeneutic) dengan demikian tampak sebagai metode untuk decoding dual signs: pertama karena tanda itu merujuk ke paradigma, dan sebuah paradigma hanya dapat dikenali setelah tanda itu dikembangkan secara mencukupi dalam ruang sehingga konstan tertentu dapat diamati. Kedua, karena penghalang akan membuat pembaca bergegas kembali ke belakang untuk mencari kunci, bergegas ke belakang adalah satu-satunya tempat kembali. Ketiga, karena koreksi yang dilakukan ke belakang melalui homologue yang berdekatan menciptakan jiwa (ghost) atau kesejajaran teks yang di dalamnya tugas (allegiance) semantik yang kedua dari tanda dapat diamati. Textual interpretant adalah teks mediasi, baik kutipan atau sindiran dalam puisi: textual interpretant itu sendiri mengandung model ekivalen dan transferal dari satu kode ke kode lain, dan textual interpretant itu menurunkan aturan idolect puisi, menjamin, dengan otoritas tatabahsa normatif, sebuah tradisi, atau yang akan dimiliki sebuah konvensi, praktek semiotik yang khas puisi tertentu. (81). Textual intepretant bisa berupa kalimat persembahan, seperti kalimat buat sri ayati pada Senja di Pelabuhan Kecil oleh Khairil Anwar, yang terdapat di luar larik-larik puisi (biasanya di bawah judul). Textual interpretant memandu pembaca ke dua cara. Pertama ia membantu memfokuskan pada konflik interteks di mana dua kode yang berkonflik hadir di pinggirannya. Kedua, textual interperetant berfungsi sebagai model derivasi hipogramatik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa textual interpretant menyajikan kunci-kunci untuk melakukan hubungan paradigmatik dengan teks-teks lain. Teks di sini merujuk bukan hanya ke bahan-bahan tertulis, tetapi juga ke kehidupan. Kalimat persembahan buat Sri Ayati pada Senja di Pelabuhan Kecil oleh Chairil Anwar itu jelas merujuk ke kehidupan, hubungan Cahiril Anwar dengan seseorang yang bernama Sri Ayati, tidak merujuk ke teks. Juga larik dalam sebuah lagu Koes Plus Ke Jakarta, Pernah kualami, hidupku sendiri, temanku pergi dan menjauhi, merupakan textual interpretant yang merujuk ke pengalaman hidup Koes bersaudara, atau Koes yang menulis syair lagu itu. Syair lagu itu merupakan derivasi hipogramatik penglaman hidup mereka tersebut. Berdasarkan pendapat para pakar di atas, peneliti dapat menarik satu kesimpulan tenatng semiotik, yaitu ilmu yang mepelajari tentang tanda, proses makna itu terbentuk, dan cara tanda dimaknai oleh manusia. f. Karya Sastra sebagai Gejala Semiotik Saussure dalam A. Teeuw (1984:143) menyatakan bahwa karya sastra merupakan gejala semiotik, karya sastra merupakan sistem tanda yang bertugas sebagai alat komunikasi antar manusia. Sejalan dengan Saussure, Suyitno ()2009: 228). Mengungkapkan bahwa karya sastra merupakan sistem tanda tingkat kedua, sedangkan bahasa merupakan sistem tanda tingkat pertama. Secara hierarki, karya sastra dalam semiotik memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan bahasa. Namun demikian, sastra tidak dapat lepas dari bahasa sebagai alat penyampainya karena bahasa sudah menjadi sistem tanda yang mempunyai arti berdasarkan konvensi tertentu. Kemudian dijelaskan oleh Rachmat Djoko Pradopo (2009:122123) bahwa bahasa dikatakan memiliki kesepakatan dengan masyarakat pemakainya dan karya sastra tidak dapat lepas darinya karena apabila seorang sastrawan meninggalkan bahasa sebagai sistem tanda primer, maka karya sastra tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca. Rachmat Djoko Pradopo menyatakan dalam bukunya Pengkajian Puisi bahwa yang dimaksud makna sajak (karya sastra) bukanlah arti bahasanya, melainkan arti bahasa dan suasana, perasaan intensitas arti, arti tambahan (konotasi), daya liris, tipografi, enjabemen, persajakan, baris sajak, repetisi, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagainya (2009: 122). Puji Santosa juga memberikan pendapatnya tentang semioti sastra. Puji Santosa dalam Junaedi (http://junaedi2008.blogspot.com) menyatakan bahwa dalam lapangan sastra, karya sastra dengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk tanda, karya sastra secara tulis akan memiliki sifat kerungan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menandai. Sifat tanda menandai dalam cerita rekaan menyiratkan makna semiotika. Aminudin dalam Junaedi
(http://junaedi2008.blogspot.com/)
menyebutkan
bahwa
wawasan
semiotik sastra dalam studi sastra memiliki tiga asumsi: 1) karya sastra merupakan gejala komunikasi yang berkaitan dengan pengarang, wujud sastra sebagai sistem tanda, dan pembaca; 2) karya sastra merupakan salah satu bentuk penggunaan sistem tanda (system of signs) yang memiliki struktur dalam tata tingkat tertentu; 3) karya sastra merupakan fakta yang harus direkonstruksikan pembaca sejalan dengan dunia pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya; Sasaran kajian sastra secara ilmiah bukan pada wujud konkret wacananya, melainkan pada metadiscourse atau bentuk dan ciri kewacanaan yang tidak teramati secara konkret. Junus dalam (Racmat Djoko Pradopo, 2009) menyampaiakan
bahwa
penelitian
sastra
dengan
pendekatan
semiotika
sesungguhnya merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme. Strukturalisme tidak dapat dipisahkan dengan semiotik karena karya sastra merupakan struktur tanda±tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda dan maknanya, serta kesepakatan tanda, struktur karya sastra atau karya sastra tidak dapat dimengerti secara optimal. Dalam penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan semiotika, tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari, yaitu berupa tanda±tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Preminger dalam Junaedi (http://junaedi2008.blogspot.com/) memaparkan tentang studi semiotik sastra. Studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sistem tanda±tanda. Oleh karena itu, peneliti harus menentukan konvensi±konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Analisis semiotik sastra bertujuan untuk mengungkap makna atau gagasan di balik tanda, dalam penelitian ini adalah teks puisi. Umar Khalid menyatakan bahwa dalam memahami puisi dengan menggunakan kajian semiotik melalui tahap-tahap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di antaranya: 1) analisis heuristik, yaitu analisis yang didasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat mimetik atau tiruan alam yang membangun arti. Kajian ini didasarkan pada pemahaman yang lugas berdasarkan makna denotatif. 2) Selanjutnya, yaitu tahap analisis hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh. Dalam analisis hermeneustik yang dikaji adalah bahasa kias yang ada dalam teks puisi (Umar Khalid dalam http://umarkhalid33sastra.blogspot.com). Dengan demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa apabila ingin menganalisis karya sastra sebagai pendekatan semiotik, maka tidak boleh meninggalkan aspek kebahasaannya sebagai pembentuk karya sastra dan pencipta maknanya. Untuk lebih memahami kajian semiotik dengan menggunakan teori Riffaterre. 2. Hakikat Puisi Ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh B. P. Situmorang (1983: 10), kata ³SXLVL´EHUDVDOGDULEDKDVD<XQDQL \DQJMXJDGDODPEDKDVD/DWLQ poietes (Latin poeta). Puisi pada awalnya berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Atri yang masih luas ini kemudian semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata-kata kiasan. Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan (Herman J. Waluyo, 2003: 1). Sejalan dengan Herman J. Waluyo, peneliti mengutip pengertian puisi dari arikel di Internet yang menyatakan bahwa puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau dialaminya. Cetusan ide yang berasal dari peristiwa atau keadaan itu dikemas oleh seorang penyair ke dalam bahasa yang padat dan indah. (http://gozaimatsubayu.blogspot.com. 20 November 2009). Dalam sebuah Jurnal internasional, seorang ahli sastra Damico (dalam Janette Hughes, 2008: 155) menjelaskan tentang puisi sebagai berikut,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Poetry evokes feelings and provokes thoughts about complex social issues. Poetry is more than a vehicle for expression; it is also a way of knowingPoetry both requires and facilitates a concentration of mind or sustained attention to which our hectic lives have unaccustomed us. The linking of the strange with the familiar through the image, or even through well-placed line breaks, is perhaps what makes poetry so powerful. Poetry transforms the way we see the commonplace through new and fresh perspectives. Damico (dalam Janette Hughes, 2008: 155) menyatakan bahwa puisi dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan pikiran tentang isu-isu sosial yang kompleks. Puisi tidak hanya sebagai sarana untuk ekspresi, tetapi juga merupakan cara untuk mengetahui. Puisi yang baik membutuhkan konsentrasi pikiran dan perhatian yang penuh saat menulisnya. Puisi juga dapat menghubungkan sesuatu yang umum dengan sesuatu yang aneh. Puisi mengubah cara pandang seseorang terhadap suatu hal menjadi perspektif yang baru dan segar. Puisi adalah ragam karya sastra yang dianggap paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu mungkin saja berupa keindahan, kegelisahan atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau kepada sang khalik. Oleh karena itu, bahasa dalam puisi terasa sangat ekspresif, lebih padat, kental dan langsung. Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua. Sejak kelahirannya, puisi memang sudah menunjukkan cirri-ciri khas seperti yang dikenal sekarang, meskipun puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan tahun demi tahun. Puisi merupakan penghayatan kehidupan manusia totalitas yang dipantulkan oleh penciptanya dengan segala pribadinya, pikiran, perasaan, kemauannya dan lain-lain (B. P. Situmorang (1983: 7). Reeves (dalam Herman J. Waluyo, 1995: 22) menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Stuktur fisik dan struktur batin puisi juga padat. Keduanya bergabung secara padu. Hal senada juga diungkapkan oleh Herman J. Waluyo (1995: 25)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Pendapat Arnold yang dikutip oleh B. P. Situmorang (1983: 7) menjelaskan ³Poetry is the highly organized form of intellectual activity´-DGLVHPDNLQMHODV bahwa aktivitas berpikir mempunyai tingkat intensitas yang tinggi bagi penciptaan puisi. Lebih lanjut, Arnold mengatakan bahwa puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif, dan yang paling efektif mendendangkan sesuatu. Demikian pula yang dinyatakan oleh John Dryen dan Isaac Newton (dalam B. P. Situmorang, 1983: 8-9) puisi adalah musik yang tersusun rapi. Puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan. Selanjutnya Shahnon Ahmad (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 7) menyatakan bahwa garis-garis besar tentang pengertian puisi adalah: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Definisi puisi menurut para pakar di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada tiga unsur pokok yang ada dalam sebuah puisi, pertama adalah hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi, kedua bentuk, dan ketiga ialah kesan. Rachmat Djoko Pradopo membuat kesimpulan bahwa puisi adalah ekspresi pikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (2009:7). Suminto A. Sayuti dalam bukunmya Berkenalan dengan Puisi Indonesia memberikan pendapatnya tentang puisi. Beliau mengatakan bahwa puisi adalah suatu bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan bunyi-bunyi di dalamnya. Tambahanya, puisi mengungkapkan pengalaman individu penyair yang diungkapkan dengan pilihan kata tertentu, sehingga puisi tersebut mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula bagi penikmatnya (2002: 3-4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bedasarkan beberapa pendapat para pakar di atas dapat peneliti simpulkan bahwa puisi secara garis besar dapat diartikan sebagai karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif) yang merupakan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi adalah satu
jenis
karangan
kesusastraan
yang
mengungkapkan
pikiran
dan
mengekspresikan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama secara imajinatif, dengan menggunakan musikal yang rapi, padu dan harmonis sehingga terwujud keindahan. Marjorie dalam M. Antar Semi membagi anatomi puisi atas dua bagian, yaitu bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik puisi mencakup penampilan di atas kertas dalam bentuk nada dan larik puisi; termasuk irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lain. Bentuk mental terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua bentuk ini merupakan kejalinan yang utuh sehingga menghasilkan sebuah puisi yang total, penuh makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya (1993:107). a.
Ciri-ciri Kabahasaan Puisi Puisi adalah salah satu karya sastra yang padat bahasa dan maknanya. Dengan
bahasa yang cenderung singkat, tersirat makna yang dalam. Salah satu cirri puisi adalah bahasanya yang padat. Herman J. Waluyo (2003: 2-13) menyebutkan ada enam cirri-ciri puisi, yaitu pemadatan bahasa, pemilihan kata kias, kata konkret, pengimajian, irama (ritme), dan tata wajah. 1) Pemadatan Bahasa Bahasa yang digunakan untuk menciptakan puisi adalah bahasa yang padat, sebab dengan bahasa yang padat akan menciptakan puisi yang berkekuatan gaib. Susunan bahasa yang padat akan tampak lebih menarik daripada susunan kalimat yang utuh. Hal tersebut terjadi karena susunan bahasa yang padat akan menghasilkan makna yang luas dan susunan sajak yang berima. Rima yang runtut akan menciptakan puisi yang indah dan harmonis. Puisi lama dan pujangga baru masih memegang teguh prinsip persajakan atau rima yang runtut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pemilihan kata kias Kata yang dipilih penyair untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan harus dipertimbangkan dari berbagai aspek dan dampak pengucapannya. Pemilihan kata dapat dipengaruhi tiga faktor, yaitu makna kias, lambang dan persamaan bunyi (rima). ketiga faktor tersebut saling mendukung. Lewat pemilihan kata pula, penyair dapat menentukan ciri khas puisi. Ketiga faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci pada penjelasan di bawah ini. a) Makna Kias Puisi merupakan genre sastra yang banyak menggunakan makna kias. Lihatlah pada contoh baris puisi di bawah ini! Aku lengah di hari pagi Beta lali di masa muda Dalam puisi di atas, makna kias sangat mudah dipahami. Misalnya pada NDWD³SDJL´PDNQDGDULNDWD³SDJLDGDODKPDVDPXGDVXGDKGLMHODVNDQGLEDULV berikutnya. b) Lambang Penggunaan lambang dalam puisi sangat wajar. Lambang digunakan untuk mengganti hal/benda denga hal/benda lain. Tujuannya adalah memperindah bahasa. (Herman J. Waluyo, 2003:4). Menurut Herman J. Waluyo (2003:4) ada beberapa jenis lambang, antara lain lambang yang bersifat lokal, kedaerahan, nasional, dan unversal (berlaku bagi semua manusia). Lebih jelas, lihatlah pada kutipan puisi Rendra Surat Kepada Bunda Tentang Calon Menantunya Burung dara jantan yang nakal ... ... Ia telah meninggalkan kandang yang Kau buatkan Kata-NDWD \DQJ GLJDULV EDZDK PHUXSDNDQ SHUODPEDQJDQ ´EXUXQJ GDUD MDQWDQ´DGDODKODPEDQJGDULVHRUDQJSULD\DQJVHWLD/DPEDQJ\DQJDGDGDODP puisi meliputi lambang benda, lambang warna, lambang suasana, dan lambang bunyi. Lambang warna digunakan untuk menguatkan makna warna yang digunakan dan memperjelas makna denotasi. Misalnya warna hitam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melambangkan kesedihan, kedukaan, putih melambangkan kesucian, warna kuning untuk kesetiaan, dan lain-lain. Lambang bunyi memiliki arti bahwa ada makna yang dapat ditimbulkan oleh perpaduan bunyi-bunyian. Misalnya perpaduan alunan seruling yang mengantarkan pembaca pada suasana pedesaan di Jawa Barat. Bunyi gamelan akan mengingatkan pembaca pada suasana di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lambang suasana artinya keadaan atau peristiwa yang tidak digambarkan seperti
apa
adanya,
tetapi
diganti
dengan
keadaan
lain
atau
perlambangan.misalnya suasana sedih dilambangkan dengan hujan gerimis, susana ceria dilambangkan dengan sinar matahari yang indah, c) Persamaan Bunyi atau Rima Persamaan bunyi yang harmonis dan berulang menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata seperti pada mantra (Herman J. Waluyo, 2003: 7). 3) Kata Konkret Penyair banyak yang menggunakan kata konkret dalam puisinya untuk memudahkan pembaca memahami makna puisi. Namun yang terjadi justru dengan kata konkret tersebut pembaca kesulitan menafsirkan makna kata-kata yang digunakan (Herman J. Waluyo, 2003: 9). Misalnya pada puisi Rendra ´%DODGD7HUEXQXKQ\D$WPR.DUSR´ Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat. Gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para Mengepit kuat-kuat. ... ´.DNLNXGD´\DQJEHUVHSDWXEHVLGLVHEXWSHQ\DLUVHEDJDLNXNXEHVL0DNVXG kuda pada baris puisi di atas adalah jalan yang tidak beraspal. Yang disebut kulit bumi. Kulit bumi memiliki makna jalanan yang masih berupa tanah belum diaspal, becek setelah hujan turun, dan penuh batu dan lumpur. Biasanya jalan seperti ini ditemukan di daerah pedesaan yang terpencil 4) Pengimajian Pengimajian atau lebih sering dikenal sebagai pencitraan adalah susunan katakata yang digunakan penyair dalam puisinya untuk memperkuat dan memperjelas suasana dan makna puisi. Pemakaian citraan juga dimaksudkan agar apa yang ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di dalam puisi seolah-olah dapat didengar (imaji auditif), didilihat (visual), atau dirasa (taktil). 5) Irama (Ritme) Irama atau ritme merupakan pengulangan kata, frase, dan kalimat dalam puisi. Puisi lama banyak yang mengandung irama atau pengulangan bunyi yang teratur sehingga tercipta puisi yang indah. Irama juga berarti pergantian keras lembut, panjang pendek, tinggi rendah kata yang menciptakan gelombang yang memperindah puisi. Puisi masa pujangga baru misalnya, memiliki keteraturan EXQ\LFRQWRKSXLVL´0HQ\HVDO´NDUya Ali Hasyim, berikut: Pagiku hilang/ sudah melayang Hari mudaku/ telah pergi Kini petang/ datang membayang Batang usiaku/ sudah tinggi Keteraturan bunyi dapat dilihat pada bunyi suku kata terakhir di tiap barisnya, PLVDOQ\D NDWD ´PHOD\DQJ´ GDQ ´PHPED\DQJ´ NHGXD NDWD WHUVHEXW VDPD-sama GLDNKLULVXNXNDWD\DQJEHUEXQ\L´\DQJ´ 6) Tata Wajah Puisi yang ditulis pada tahun 1976 merupakan puisi yang mementingkan tata wajah. Puisi yang menampilkan tata wajah tertentu dianggap mewakili penyair yang ingin mengungkapkan maksud tertentu pula. Puisi yang memiliki kekuatan tata wajah yang kuat adalah puisi-puisi karya Sutardji Colzum Bachri. Berikut salah satu puisi Sutardji yang menampilkan tata wajah yang kuat maknanya: Tragedi Winka Sihka Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Ka Win Ka Win ...
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tata wajah puisi Sutardji Colzum Bachri di atas mempunyai makna tersendiri. Pasti Sutardji memiliki tujuan saat membuat tata wajah pusi yang seperti terlihat di atas. Bentuk tata wajah yang zig-zag menandakan bahwa kehidupan rumah tangagga atau perkawinan penuh liku dan tantangan. ada kebahagiaan, kadang juga ada kesedihan, konflik yang sering mendominasi dalam kehidupan pernikahan atau percintaan. Tata wajah tidak hanya seperti contoh di atas. Ada pula puisi dengan tata wajah yang biasa saja, yaitu berupa bait yang teratur. b.
Struktur Pembangun Puisi Sebuah puisi tidak dengan tiba-tiba tampil dihadapan masyarakat pembaca.
Secara totalitas sebetulnya puisi mengalami proses penciptaan. Di dalam proses penciptaannya dibutuhkan unsur-unsur yang dapat membangun puisi. Struktur pembangun tersebut bersifat padu karena tidak dapat berdiri sendiri tanpa mengaitkan struktur yang satu dengan lainnya. struktur dalam sebuah puisi bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur lainnya (Herman J. Waluyo, 1995: 25). Struktur yang membangun puisi terdiri dari dua, yaitu struktur fisik dan batin. Apa yang dilihat melalui bahasanya yang nampak, disebut struktur fisik puisi yang secara tradisional disebut bentuk atau bahasa atau unsur bunyi. Struktur fisik sering kali disebut juga struktur sintaktik puisi. Makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati, disebut struktur batin atau struktur makna. Struktur batin sering kali disebut struktur tematik atau struktur semantik (Herman J. Waluyo, 1995: 26-27). Struktur puisi yang berupa struktur fisik dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar puisi. Struktur-struktur pembangun puisi dapat ditelaah satu persatu, tetapi struktur-struktur itu tetap merupakan kesatuan makna yang utuh. Struktur fisik puisi yang membangun puisi terdiri dari berbagai macam unsur. Unsur-unsur itu adalah 1) diksi; 2) pengimajinasian; 3) kata konkret; 4) bahasa figurative (majas); 5) verifikasi, dan 6) tipografi puisi. Majas terdiri atas lambang dan kiasan, kemudian verifikasi terdiri dari rima, ritma, dan metrum. Sementara itu, struktur batin yang terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam puisi adalah 1) tema; 2) nada; 3) perasaan; 4) gagasan; 5) amanat; 6) bunyi dan 7) nada (Herman J. Waluyo, 1995: 28). Struktur puisi merupakan kesatuan makna yang padu antara struktur fisik dan struktur batin. Dalam hal struktur fisik dan struktur batin, penciptaan puisi menggunakan prinsip pemadatan atau pengonsentrasian pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi pancaindra dalam suasana yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting yang menandai makna dalam nilai-nilai yang bersifat afektif kontemplaif dari diri dan interpretasi pengalaman penyair yang digubah dalam suatu kesatuan wujud dan kesatuan makna yang berkesan (Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 5). Menurut M. Atar Semi (1993: 107) bentuk fisik dan mental sebuah puisi pada dasarnya dapat pula dilihat sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu: 1) lapisan bunyi, 2) lapisan arti, 3) lapisan tema. 1) Lapisan bunyi, yakni lapisan lambang-lambang bahasa sastra. Lapisan pertama inilah yang disebut sebagai bentuk fisik puisi. 2) Lapisan arti, yakni sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa. 3) /DSLVDQWHPD\DNQLVXDWX³GXQLD´SHQJXFDSDQNDU\DVDVWUDVHVXDWX\DQJPHQMDGL tujuan penyair, atau sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair. Lapisan inilah yang dianggap sebagai bentuk mental sebuah puisi. Menurut Suminto A. Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan Puisi menyebutkan bahwa puisi mempunyai bentuk mental yang dipengaruhi oleh pengalaman jiwa yang berlapis-lapis. Ada lima lapis pengalaman jiwa, antara lain: 1) pengalaman lapis kebendaan; 2) pengalaman lapis tetumbuhan, 3) pengalaman lapis kehewanan, 4) pengalaman lapis kemanusiaan dan 5) pengalaman lapis kefalsafahan. Pengalaman lapis kebendaan
merupakan lapisan pengalaman jiwa yang
paling rendah. Sifat lapisan pengalaman kebendaan sama seperti benda mati. Dia memiliki ukuran panjang, pendek, tinggi, rendah, dapat didengar, dapat disentuh, dan seterusnya. Dalam puisi, wujud pengalaman lapis kebendaan ini berupa persajakan, irama, bait, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, dan tipografi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengalaman lapis tetumbuhan merupakan pengalaman jiwa penyair yang sifatnya sama seperti kehidupan tumbuhan. Penyair mengalami musim semi, musim gugur, musim panas, musim dingin, musim berbunga, sama seperi tumbuhan. Apabila sedang berbunga, maka suasana puisi akan bahagia, romantis, dan indah. Namun bila musim gugur, maka suasana puisi akan terasa sedih, penuh haru, dan ratapan. Pengalaman lapis kehewanan merupakan lapisan jiwa seperti yang ada pada kehidupan binatang. Penyair mulai merasakan kehidupan, gerak, insting, naluri, hasrat. Penyair mulai merasakan ingin makan, minum, seksual, membunuh, beradaptasi, dan mempertahankan diri. Wujud lapisan jiwa ini adalah efek terhadap pancaindera sehingga pembaca benar-benar merasakan kalau puisi itu hidup. Pengalaman lapis kemanusiaan merupakan lapisan jiwa yang hanya dapat dicapai manusia, seperti sikap simpati, empati, dan solider. Wujud dari lapisan jiwa jenis ini adalah efek rasa cinta kasih dari puisi yang ditulis penyair. Cinta kasih yang dimaksud bias terhadap ayah, ibu, lawan jenis, sahabat, dan lain-lain. Pengalaman lapis ini hanya bisa dirasakan oleh manusia apabila dia mau berkontemplasi, bersembahyang, berdoa, dan memahami hakikat kehidupan. Lapisan ini apabila diekspresikan lewat puisi, maka mengisahkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, renungan-renungan, pujian-puian, doa-doa, dan hakikat hidup. Jadi, apabila semua pengalaman lapis jiwa tersebut terpenuhi semua dalam suatu karya puisi, maka puisi tersebut dapat menjadi sebuah karya yang mampu memberi efek positif bagi penikmatnya. 1)
Struktur Fisik Puisi
a)
Kata Ketika menciptakan sebuah puisi, penyair mempunyai tujuan yang hendak
disampaikan kepada pembaca melalui puisinya. Penyair ingin mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang sedang dirasakan oleh hatinya. Untuk itulah, harus dipilih kata-kata yang setepat-tepatnya. Penyair harus cermat memilih kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi, dalam rima dan irama serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Selain itu, penyair juga harus mempertimbangkan urutan kata dan kekuatan daya magis. Kata-kata diberi makna baru dan yang tidak bermakna
diberi
makna
menurut
kehendak
penyair,
sehingga
dapat
menyampaikan maksud penyair. Oleh karena begitu pentingnya kata-kata dalam puisi, maka bunyi kata juga dipertimbangkan secara cermat dalam pemilihannya (Herman J. Waluyo, 1995: 72). Begitu pentingnya kata-kata dalam puisi, bahkan untuk jenis puisi. Seperti yang diungkapkan Sapardi Djoko Damono (dalam Suminto A. Sayuti, 2002: 143) bahwa kata-kata tidak sekadar berperan sebagai sarana penghubung gagasan penyair dengan pembaca, seperti peran kata dalam bahasa sehari-hari. Dalam puisi imajis, kata-kata juga berperan sebagai alat pendukung dan penghubung antara pembaca dan dunia intuisi penyair. Sama halnya dengan Sapardi Djoko Damono, Suminto A. Sayuti pun mempunyai pandangan tersendiri tentang pentingnya kata dalam puisi. Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa kata adalah dasar bangunan setiap puisi sehingga diksi atau pilihan kata merupakan faktor penentu kualitas daya cipta penyair (2009:144). Apabila dilihat sepintas kata-kata yang terdapat dalam puisi pada umumnya sama dengan kata-kata yang digunakan dalam khidupan sehari-hari. Artinya, kata-kata dalam puisi dan dalam kehidupan sehari-hari mewakili makna yang sama. Bahkan bunyi ucapan pun tidak ada bedanya (Henry Guntur Tarigan, 1984: 29). Dalam memilih kata-kata yang tepat dan untuk menimbulkan makna serta gambaran yang jelas, penyair harus mengerti denotasi dan konotasi sebuah kata (Rachmat Djoko Pradopo, 1993: 58). Selain itu, diksi juga merupakan ciri khas seorang penyair. Antara penyair yng satu dengan penyair yang lain berbeda dalam pemilihan diksinya, maka jelas bahwa diksi itu sudah menjadi satu dengan penyair. Penggunaan diksi dalam puisi bisa mengenalkan pembaca pada penyairnya. Kecakapan seorang penyair dalam menggunakan diksi akan membangkitkan imaji pada pembacanya (B. P. Situmorang, 1983: 19). Saat memilih kata-kata, seorang penyair akan mempertimbangkan (1) kosa kata, (2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilihan kata, (3) denotasi dan konotasi, (4) bahasa kias, (5) Citraan (Gambarangambaran Angan), (6) Gaya Bahasa dan Retorika. (1)
Kosa Kata Penyair dalam memilih kata untuk mengungkapkan idenya ke dalam puisi
tidak boleh sembarangan. W. S. Rendra dalam Rachmat Djoko Pradopo ( 2009: 51) menyarankan agar para penyair melihat ke kamus bahasa Indonesia untuk menemukan arti yang setepat-tepatnya. Menurut Rendra, puisi yang baik bukanlah puisi yang menggunakan kata-kata kias yang banyak, namun sulit dipahami. Puisi yang baik adalah puisi yang diciptakan oleh penyair dengan bahasa sehari-hari yang lazim digunakan masyarakat sehingga amanatnya dapat tersampaikan sepenuhnya. Slamet Mulyana dalam Rachmat Djoko Pradopo (2009: 51) menyatakan bahwa penyair juga dapat menggunakan kata-kata kuno yang telah mati. Penyair harus berhasil menghidupkan kembali kata itu. Penyair yang mampu menghidupkan kembali kata-kata kuno yang telah mati adalah Amir Hamzah, PLVDOQ\DSDGDSXLVLQ\D´%HUGLUL$NX´ Benang raja mencelup ujung Naik marak menyerak corak Elang leka sayap tergulung Dimabuk warna berarak-arak Kata marak
dan leka adalah kata-kata yang sudah mati dan jarang
terdengar di kehidupan sehari-hari. Kata marak berarti cahaya dan leka berarti lena atau lalai. (2)
Pemilihan kata Rachmat Djoko Pradopo mengutip pendapat Barfield yang menyatakan
´DSDELOD VHRUDQJ SHQ\DLU PHPLOLK NDWD GDQ PHQ\XVXVQQ\D VHGHPLDQ UXSD sehingga tercipta imajinasi yang estetis maka kata-kata yang dipilih itu adalah GLNVL SXLWLV´ 6HRUDQJ SHQ\DLU \DQJ FHUPDW DNDQ PHQJJDQWL NDWDkata yang telah digunakan untuk mendapatkan ketepatan makna dan kepadatan isi, bahkan penggantian tersebut dilakukan meskipun puisi tersebut telah dipublikasikan. Seperti puisi Chairil Anwar yang pada Kerikil Tajam diberi judul Semangat sedangkan pada Deru Campur Debu diganti judulnya menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aku. Selain penggantian judul, penyair juga mengganti kata-kata pada baris pertama pada bait pertama. Lihatlah perbandingan kedua puisi di bawah ini! Semangat Kalau sampai waktuku Ku tahu tak seorang kan merayu Tidak juga kau ... Bandingkan dengan puisi berikut: Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau ... Penggantian kata tersebut tentunya menimbulkan arti baru. Pada puisi Semangat kata ku tahu memiliki arti bahwa si aku selalu bersemangat dan berani menghadapi kerasnya hidup walau seorang diri. Kata ku mau menandakan bahwa si aku telah menyerah, pasrah dan tidak ada orang yang mempedulikan dia. (3)
Denotasi dan Konotasi Sebuah kata mempunyai dua aspek arti, yaitu denotasi dan konotasi.
Altenberd (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009:58) menyebutkan bahwa denotasi sebuah kata adalah definisi kamusnya atau pengertian yang menunjuk benda atau hal yang diberi nama dengan kata itu disebutkan atau diceritakan. Denotasi adalah bahasa yang menunjuk sebuah kata dengan satu arti saja. Bahasa ilmiah harus menggunakan kata denotatif, namun pada karya sastra khususnya puisi, sebuah kata tidak hanya mengandung aspek denotatif, tetapi juga mengandung aspek konotatif atau masih ada arti tambahannya. Konotatif adalah kata yang mempunyai aspek arti tambahan (Altenberd dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 59). Rene Wellek menyatakan bahwa bahasa sastra mempunyai arti ganda, penuh homonim, kategori-kategori, arbitraire, atau irrasional, menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah di dalamnya. Dengan kata lain bahasa sastra mengandung arti konotatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
(4)
digilib.uns.ac.id
Bahasa Kias Bahasa kiasan menjelaskan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran
terhadap benda atau hal tersebut menjadi lebih jelas, lebih menarik, dan hidup. Menurut pandangan Suminto A. Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan Puisi, bahasa kias adalah sarana untuk mencapai efek puitis. Bahasa kias adalah bahasa yang memiliki makna lain selain makna harfiahnya (2002: 195) Ada
bermacam-macam
bahasa
kias,
antara
lain:
simile,
metafora,
perumpamaan epos, metonimi, alegori, simbol, dan sinekdok. (a)
Perbandingan (simile)
Perbandingan atau perumpamaan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding, yaitu: seperti, bagai, bak, semisal, seumpama, laksana, dan lain-lain. (b)
Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan yang hampir sama dengan perbandingan, yaitu membandingkan satu hal dengan hal lain, tetapi tidak menggunakan kata pembanding. Becker (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009:66) menyebutkan bahwa metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain. Metafora terdiri dari dua bagian atau Term, term pokok atau term tenor dan term kedua atau term vehicle. Term pokok menyebutkan hal yang dibandingkan dan term vehicle DGDODKKDO\DQJEHUIXQJVLVHEDJDLSHPEDQGLQJ0LVDOQ\D´%XPLDGDODK SHUHPSXDQ MDODQJ´ ´%XPL´ VHEDJDL WHUP SRNRN GDQ ´SHUHPSXDQ MDODQJ´ adalah term vehicle. Rachmat Djoko Pradopo (2009: 66) menyatakan bahwa seringkali penyair langsung menggunakan term kedua untuk membandingkan VXDWX KDO 0HWDIRUD MHQLV LQL GLVHEXW PHWDIRUD LPSOLVLW 0LVDOQ\D ´+LGXS LQL PHQJLNDWGDQPHQJXUXQJ´ Sejalan dengan Rachmat Djoko Pradopo, Suminto A. Sayuti juga menyebutkan bahwa bahasa kias terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu perbandingan, penggantian, dan personifikasi. Namun bagi Suminto A. Sayuti, antara Simile dan metafora dijadikan satu jenis, yaitu metafora-simile (2002: 200). Metafora dan simile adalah bahasa kias dasar yang mutlak ada dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
puisi. Setiap penyair pasti menggunakan kedua bahasa kias tersebut untuk mengungkapkan gagasannya. (c)
Perumpamaan Epos
Perumpamaan epos adalah perbandingan yang diperpanjang atau dilanjutkan, yaitu dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase yang berturut-turt (Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 69). Contohnya sebagai berikut! Rustan Efendi Di Tengah Sunyi Di tengah sunyi menderu rinduku Seperti topan, meranggutkan dahan Mencabutkan akar, meninggalkan kembang kalbuku (d)
Alegori
Alegori ialah cerita kiasan atau pun lukisan kiasan yang mengisahkan hal lain atau kejadian lain. Alegori banyak ditemukan di sajak-sajak Puajngga %DUX VHSHUWL SDGD VDMDN ´0HQXMX NH /DXW´ NDU\D 6XWDQ 7DNGLU $OLV\DKEDQD Sajak itu melambangkan seseorang yang baru berjuang untuk maju. Seseorang atau orang-orang di jaman itu dilambangkan sebagai air danau yang mengalir ke laut yang harus melewati berbagai rintangan sebelum sampai ke laut. Laut yang penuh ombak dan gelombang besar, mengiaskan bahwa hidup ini penuh dinamika, dan perjuangan yang harus mampu dilewati kaum muda (Rachmat 'MRNR3UDGRSR 3HUKDWLNDQNXWLSDQSXLVL´0HQXMXNH/DXW´GLEDZDK ini! Kami telah meninggalkan engkau, Tasik yang tenang tiada beriak Diteduhi gunung yang rimbun Dari angin dan topan, Sebab sekali kami terbangun, Dari mimpi yang nikmat: Ombak itu berkejar-kejar Di gelanggang biru bertepi langit. .... (e)
Personifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Personifikasi mengiaskan benda mati dapat bertindak, berpikir, dan merasakan seperti manusia. Personifikasi digunakan oleh para penyair dari angkatan 1920-an hingga sekarang. Bentuk personifikasi hampir sama dengan metafora dan simile, hanya saja kalau pada personifikasi perbandingan terjadi langsung dan tertentu, yaitu pemberian sifat-sifat atau ciri-ciri manusia pada suatu benda mati. Perhatikan puisi di bawah ini yang menggunakan personifikasi. Rustan Efendi Anak Molek V Malas dan malu nyala pelita Seperti meratap mencucuri mata Seisi kamar berduka cita Seperti takut, gentar berkata. (f)
Metonimia
Metonimia merupakan bahasa kias yang biasa digunakan untuk mengganti nama. Altenbernd (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 77) memaparkan bahwa metonimia adalah sebuah bahasa kias yang menggunakan sebuah atribut, sebuah objek, atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengan sesuatu yang digantikannya. Penggunaan metonimia ini dampaknya adalah menciptakan karya yang lebih hidup dengan menunjukkan hal yang konkret sehingga menghasilkan imaji-imaji yang nyata. Sejalan dengan Altenbernd, Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa metonimia adalah pemanfaatan suatu ciri atau sifat suatu hal yang erat hubungannya dengan hal tersebut. Dapat pula dikatakan metonimia adalah bahasa kias yang menggunakan ungkapan lain untuk mewakili suatu hal (2002: 224). Suminto A. Sayuti juga menambahkan bahwa antara metonimia dan sinekdok mempunyai persamaan, yaitu sama-sama menggunakan suatu ciri-ciri tertentu dari suatu hal untuk mewakili suatu hal lain. Hanya saja sinekdok menyebutkan bagianbagian dari hal yang diwakilinya. Contoh penggunaan metonimia dalam puisi Di Kota Itu, Kata Orang, Gerimis Telah Jadi Logam Di kota itu, kata orang, gerimis telah jadi logam. Di bawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cahaya Haripun bercadar, tapi aku tahu, kita akan sampai ke sana. Dan kita bercinta tanpa batuk yang tersimpan, membiarkan Gumpal dara di gelas itu menghijau. Dan engaku bertanya Mengapa udara berserbuk di antara kita? ... Misalnya kata cahaya pada baris pertama mewakili sinar secara keseluruhannya. Frase hari pun bercadar mewakili suatu keadaan yang belum pasti, mungkin kekelaman, mungkin juga ketenangan. (g)
Sinekdok
Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu benda atau hal. Sinekdok ada dua macam. Altenberd menjelaskannya sebagai berikut: Sinekdok pars pra toto (menyebutkan sebagian untuk mewakili keseluran). Misalnya sudah lama ia tidak menampakkan batang hidungnya. Sinekdok totum pro parte (menyebutkan keseluruahn, tetapi yang dimaksud hanya sebagian.). Indonesia kalah 3-0 dari Malaysia. (h)
Simbol.
Suminto A. Sayuti menambahkan satu jenis bahasa kiasan, yaitu simbol. Simbol atau lebih dikenal dengan l;ambang merupakan bahasa kiasan yang paling dasar. Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa simbol merupakan sesuatu yang mempunyai makna lebih banyak daripada ungkapan simbolik itu sendiri (2002: 237). Simbol dalam puisi dapat berupa kata, frase, kalimat, bahkan keseluruhan puisi. Berikut contoh puisi yang banyak menggunakan bahasa simbol: Burung Hitam Burung hitam manis dari hatiku Betapa cekatan dan rindu sebagai syahdu Burung hitam adalah buah pohonan Burung hitam di dada adalah kebungaan Ia minum pada kali yang disayang Ia tidur di daunan bergoyang Ia bukanlah dari duka meski ia burung hitam. Burung hitam adalah cintaku padamu yang terpendam.
commit to user
(W. S. Rendra)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Burung hitam yang disimbolkan Rendra pada baris-baris sebelumnya, DNKLUQ\D WHUXQJNDS SDGD EDULV WHUDNKLU \DLWX ³FLQWDNX SDGDPX \DQJ WHUSHQGDP´6XPLnto A. Sayuti menambahkan bahwa pemakaian simbol dalam puisi dikatakan benar apabila kata yang digunakan mempunyai relevansi tertentu, yaitu jika ikut menciptakan suatu imaji sebagai bagian dari komunikasi puitik antara penyair dengan pembaca (2002: 241). Imaji yang tepat akan menimbulkan reaksi emosional dan intelektual pada diri pembaca. Kemampuan komunikasi imaji dalam diri setiap pembaca berbeda-beda. Oleh sebab itu, arti lambang warna hitam pada puisi Rendra bisa berarti lain bagi tiap pembacanya. Penyair yang juga mempunyai keahlian menggunakan bahasa simbol adalah Sutardji Colzum Bachri. Suminto A. Sayuti mengungkapkan bahwa secara garis besar, simbol yang terdapat dalam puisi Sutardji ada tiga jenis, yaitu simbol keresahan, kreativitas, dan simbol maut (2002: 243). (5)
Citraan (Gambaran-gambaran Angan) Citraan atau gambaran adalah alat yang digunakan oleh seorang penyair
untuk menghidupkan suasana dari puisi yang ia buat sehingga pembaca dapat memahami pikiran penyair, selain alat kepuitisan yang lain. (Altenbernd dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 89) Sejalan dengan Rachmat Djoko Pradopo, Suminto A. Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan Puisi Indonesia menyatakan bahwa ada dua cara untuk memahami suatu citraan dalam puisi. Cara yang pertama adalah dengan pemahaman reseptif atau pemahaman dari sisi pembaca. Dalam pemahaman reseptif, citraan merupakan pengalaman indera yang terbnentuk dalam imajinasi pembaca akibat kata-kata yang digunakan penyair dalam puisinya. Kedua, pemahaman citraan secara ekspresif, yang dilakukan oleh penyair. Pemahaman ekspresif terjadi ketika citraan merupakan bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang digunakan penyair untuk menciptakan komunikasi estetis atau untuk menyampaikan pengalaman penyair. (a)
Jenis-jenis Citraan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Citraan ada beberapa macam. Seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo dalam bukunya Pengkajian Puisi (2009: 93) dan Suminto A. Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan puisi (2002 :174-177) berikut ini: Citraan penglihatan Citraan penglihatan (Visual Imagery). Citraan ini sering digunakan penyair dibandingkan citraan yang lain. Citraan yang timbul oleh penglihatan yang memberi rangsangan pada inderaan penglihatan hingga hal-hal yang tidak bisa terlihat seolah-olah terlihat. Penyair yang banyak menggunakan citraan penglihatan disebut penyair visual, misalnya W. S. Rendra. Contohnya dapat dilihat pada puisi W. S. Rendra berikut: Ruang diributi jerit dada Sambal tomat pada mata Meleleh air racun dosa Citraan pendengaran (Auditory imagery) Citraan pendengaran juga sering digunakan oleh para penyair. Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraiakn bunyi atau suara (Altenbernd, dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 82). Penyair yang sering menggunakan citraan ini disebut penyair auditif. Misalnya Toto Sudarto Bachtiar. Citraan pendengaran juga bisa berupa onomatope. Contoh citraan pendengaran sebagai berikut: Sebab Dikau Oleh Amir Hamzah Aku boneka engkau boneka Penghibur dalang mengatur tembang Di layar kembang bertukar pandang Hanya selagu, sepanjang dendang Kata-kata dalam puisi di atas yang mengandung citraan pendengaran DGDODK´WHPEDQJ´´KDQ\DVHODJX´GDQ´VHSDQMDQJGHQGDQJ´ Citraan perabaan Citraan perabaan atau Thermal Imagery banyak digunakan oleh penyair Subagyo Sastrowardoyo dan W. S. Rendra. Contohnya sebagai berikut: W. S. Rendra Blues untuk Bonnie
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maka dalam blingsatan Ia bertingkah bagai gorilla Gorilla tua yang bongkok Meraung-raung Sembari jari-jari galak di gitarnya Mencakar dan mencakar Menggaruki rasa gatal di sukmanya &LWUDDQ SHUDEDDQ SDGD SXLVL 5HQGUD GL DWDV DGDODK ´ jari-jari galak di gitarnya´ ´mencakar dan mencakar´ dan ´menggaruki rasa gatal di VXNPDQ\D´ Citraan penciuman dan pencecapan Kedua citraan tersebut sangat jarang digunakan. Rachmat Djoko Pradopo mencontohkan penyait Subagyo Sastrowardoyo dan W. S. Rendra adalah penyair yang mampu menggunakan kedua citraan tersebut W. S. Rendra Nyanyian Suto Untuk Fatima Dua puluh tiga matahari Bangkit dari pundakmu Tubuhmya mengucapkan bau tanah (Citraan penciuman) Subagyo Sastrowardoyo Pembicaraan Hari mekar dan bercahaya Yang ada hanya sorga. Neraka Adalah rasa pahit di mulut. Waktu bangun pagi Citraan gerak Citraan gerak (movement imagery) menggambarkan sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan dapat bergerak. Citraan gerak membuat gambaran pada puisi menjadi hidup dan dinamis (Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 87). Contoh citraan gerak sebagai berikut: Chairil Anwar Senja Di Pelabuhan Kecil ... Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang Menyinggung muram, desir hari lari berenang (citraan gerak)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menemu bujuk pangkal; akanan. Tidak bergerak Dan kini, tanah, air, tidur, hilang, ombak. (6)
Gaya Bahasa dan Retorika. Gaya bahasa adalah cara seorang penyair mengungkapkan pikiran dan
perasaannya dengan sebuah karya sastra. Slamet Mulyana (dalam Rachmat Djoko Pradopo 2009:93) memaparkan bahwa gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang hidup dalam hati penyair, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan keistimewaan atau kekhasan yang dimiliki penyair (Moddleton Mary dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 93). Bahasa retorika adalah sarana kepuitisan yang berupa kata-kata yang dapat menarik perhatian pembaca dan mengajak pembaca berkontemplasi atas hal yang diungkapkan penyair lewat karyanya. Kalau dalam prosa ada klimaks yang merupakan puncak ketegangan, maka dalam puisi ada sarana retorika yang mampu menciptakan ketegangan puitis dalam diri pembaca. Hal ini terjadi karena pembaca harus memikirkan efek yang ditimbulkan oleh puisi dan maksud yang diinginkan penyairnya. Sejalan dengan Suminto A. Sayuti, sarana retorika merupakan tipu muslihat yang mempergunakan susunan bahasa yang khas, sehingga pembaca dan pendengar merasa dituntut untuk berpikir mengenai makna puisi yang dibaca atau didengarnya (2002: 253). Gaya retorika tiap periode berbeda-beda, tergantung corak sajaknya, aliran, paham, serta konvensi dan konsepsi estetikanya (Rachmat Djoko Pradopo, 2009:94). Misalnya sarana retorika Pujangga Baru menghendaki retorika yang seimbang dan simetris dengan aliran romatis yang penuh perasaan. Sarana Retorika yang banyak digunakan pada masa Pujangga Baru adalah jenis tautologi, pleonasme, retorik retisene, pararelisme, dan SHQMXPODKDQ HQXPHUDVL $QJNDWDQ ¶ PHPLOLNL DOLUDQ UHDOLVPH GDQ ekspresionisme sehingga sarana retorika yang digunakan adalah hiperbola, litotes, dan penjumlahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sajak-sajak yang bergaya mantra banyak menggunakan sarana retorika pengulangan atau repetisi. Puisi mantra banyak ditulis oleh Sutardji Colzum Bachri. Sedangkan puisi yang mengandung pemikiran filsafat banyak menggunakan sarana retorika paradoks. b)
Pengimajian Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil). Imaji visual menampilkan kata atau kata-kata yang menyebabkan apa yang digambarkan penyair lebih jelas seperti dapat dilihat oleh pembaca. Imaji auditif adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair. Imaji taktil adalah penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaannya (Herman J. Waluyo, 2003; 10-11). Pilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia dan energi tersebut dapat mendorong imajinasi atau daya bayang pembaca untuk mewujudkan gambaran yang nyata. Dengan menarik perhatian pembaca pada beberapa perasaan jasmani, sang penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga mereka menganggap bahwa merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa jasmaniah tersebut (Henry Guntur Tarigan, 1984: 30). Hal yang dilukiskan dalam imaji dapat dihayati secara nyata selama pembaca membaca dengan sungguh-sungguh dan memahami isi dan makna sebuah puisi (Herman J. Waluyo, 1995: 79). Sementara itu, Rachmat Djoko Pradopo (1993: 79)
menyatakan
imaji
adalah
gambaran
pikiran
dan
bahasa
yang
menggambarkannya. c)
Kata Konkret Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, diperlukan kata-kata
yang konkret. Artinya, bahwa kata-kata itu dapat mengarah pada arti secara keseluruhan. Seperti halnya pengimajian, kata konkret erat kaitannya dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggunaan bahasa kiasan dan lambang. Bila seorang penyair mahir dalam memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah dapat melihat, mendengar, atau merasakan seperti apa yang dilukiskan oleh penyair ( Herman J. Waluyo, 1995: 81). Melalui kata-kata konkret, penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya (Herman J. Waluyo, 2003: 9) Kata konkret adalah kata yang bila dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif tidak sama karena disesuaikan dengan kondisi dan situasi pemakainya. Misalnya pemakaian kata-NDWD ³VHQMD´ ³VHQ\DS´ ³FDPDU´ ³EDNDX´ ³WHOXN EHQDQJ UDMD´ GDODP VDMDN $PLU +DP]DK ³%HUGLUL $NX´ PHUXSDNDQ NDWD \DQJ sesuai untuk mendukung makna dari puisinya (Situmorang, 1983: 20). Berdasakan uraian di atas jelasalah bahwa yang dimaksud dengan kata konkret adalah kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Dengan pengkonkretan kata tersebut, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa, keadaan, maupun sesuatu yang digambarkan penyair sehingga pembaca dapat memahami arti puisi. d)
Bahasa Figuratif Bahasa figuratif ialah bahasa yang bersusun atau berpigura. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa ini digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
dengan
cara
yang tidak
biasa,
yakni
secara
tidak
langsung
mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang (Herman J. Waluyo, 1995: 83). Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Rachmat Djoko Pradopo (1993: 80) bahwa bahasa kias dapat menciptakan gambaran angan atau citraan (imagery) dalam diri pembaca yang menyerupai gambar yang dihasilkan oleh pengungkapan penyair terhadap objek yang dilihat mata, syaraf penglihatan, atau daerah otak yang bersangkutan. Hal senada juga diungkapkan oleh Situmorang (1983: 22) yang dimaksud dengan figurative language atau bahasa figurative ialah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imagery dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempergunakan gaya bahasa, gaya perbandingan, gaya kiasan, gaya pelambang sehingga makin jelas makna atau lukisan yang hendak dikemukakannya. Bahasa figuratif dipandang lebih efektif menyatakan apa yang dimaksud penyair karena mampu: (1) menghasilkan kesenangan imajinatif; (2) menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan puisi lebih nikmat dibaca; (3) menambah intensitas; (mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat. Untuk dapat memahami bahasa figurative, pembaca harus
menafsirkan
kiasan
dan
lambang
yang
konvensional
maupun
nonkonvensional (Herman J. Waluyo, 1995: 83). e)
Verifikasi Verifikasi terdiri dari tiga hal yaitu rima, ritme, dan metrum. (1)
Rima Rima yaitu pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi
atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca. Dengan pengulangan bunyi, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Herman J. Waluyo, 1995: 90). Menurut pandangan Suminto A. Sayuti, rima atau persajakan secara luas dapat diartikan sebagai kesamaan atau kemiripan bunyi tertentu di dalam dua kata atau lebih, baik yang kedudukannya di akhir kata, maupun yang berupa perulangan bunyi yang sama, kemudian disusun pada jarak tertentu secara teratur (2002: 104-105). Suminto A. Sayuti juga menyatakan bahwa pada puisi indonesia modern, persajakan didominasi oleh jenis persajakan anafora, yaitu suatu ulangan pola bunyi di awal baris. Contohnya pada puisi Subagyo berikut: ... Ah sajak ini Mengingatkan aku kepada langit dan mega Sajak ini mengingatkan kepada kisah dan keabadian Sajak ini melupakan aku pada pisau dan tali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sajak ini melupakan pada bunuh diri Selain persamaan anafora, sajak tengah, sajak dalam dan sajak akhir, ada pula persamaan bunyi konsonan dan vokal. Jika persamaan bunyi tersebut berupa pengulangan vokal, maka disebut asonansi, sedangkan yang berupa konsonan disebut aliterasi. Contoh pengulangan asonansi, dapat dilihat pada puisi Sapardi Djoko Damono yang peneliti ambil dari buku Berkenalan dengan Puisi (2009: 119), Pada Suatu Pagi Hari Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil, berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja dan sambil menagis dan tak ada orang bertanya kenapa. ... Bentuk asonansi yang mendominasi puisi Sapardi Djoko Damono di atas adalah vokal /i/ dan /a/. Bunyi aliterasi juga tampak pada puisi Sapardi Djoko Damano berikut ini: Hutan Kelabu dalam Hujan Hutan kelabu dalam hujan Lalu kembali kusebut kau pun kekasihku Langit di mana berakhir setiap pandangan Bermula keperihan rindu itu. Temaram temasa padaku semata Memutih dari seribu warna Hujan senandung dalam hutan Lalu kelabu, menyabut nyanyian. Berdasarkan puisi Sapardi Djoko Damono di atas, terdapat banyak variasi aliterasi. Pada bait pertama baris pertama, didominasi konsonan /m/ dan /n/. Pada baris kedua didominasi konsonan /k/. Pun pada bait kedua, pada baris pertama didominasi konsonan /t/, baris ketiga didominasi konsonan /n/. Tampak indah memang puisi yang persajakannya menggunakan pengulangan asosnansi dan aliterasi. Hal senada juga diutarakan oleh M. Atar Semi (1993: 121) bahwa pengaruh irama dalam puisi sangat besar, ia menyebabkan terjadinya rasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keindahan, timbulnya imajinasi, munculnya daya pukau, dan lebih dari itu ia dapat memperkuat pengertian. Pengaruh besar semacam itu akan muncul tentunya bila irama itu terjalin secara padu dengan unsur-unsur lain. Abdurrosyid berpendapat, rima mencakup: (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya (Herman J. Waluyo,
187:92)
dan
(3)
pengulangan
kata
atau
ungkapan
(http://abdurrosyid.wordpress.com, 20 November 2009). (2)
Ritme Ritme yaitu pertentangan bunyi, tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Situmorang (1983: 22) juga mengatakan bahwa irama atau ritme merupakan totalitas dari tinggi rendah suara, panjang pendek suara, cepat lambatnya suara waktu membaca atau mendeklamasikan sanjak. Ritme terdiri dari tiga macam: (1) andane, yaitu kata yang terdiri dari dua vocal, yang menimbulkan irama lambat; (2) allegro, yaitu kata bervokal tiga, menimbulkan irama sedang; (3) motto allegro, yaitu kata yang bervokal empat yang menyebabkan irama cepat. (3)
Metrum Metrum, yaitu perulangan kata yang tetap bersifat statis (Herman J.
Waluyo, 1995: 94). Pengertian metrum menurut Rachmat Djoko Pradopo (1993: 40) adalah irama yang tetap, pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Rachmat Djoko Pradopo juga menambahkan bahwa penggantian yang sudah tetap itu terjadi karena jumlah suku kata dan tekanannya sudah tetap, sehingga alun suara yang terbentuk naik turun juga tetap. f)
Tipografi Salah satu ciri yang membedakan puisi dengan karya sastra lain adalah pada
bentuk tulisannya atau penampilan fisiknya. Jabrohim menambahkan bahwa tipografi merupakan pembeda yang paling mudah dilihat dalam membedakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
puisi dengan prosa fiksi dan drama (http://www.pro-ibid.com/content/view/90/1/, diunduh 20 November 2009). Tipografi bagi Herman J. Waluyo disebut sebagai tata wajah puisi. Menurut Herman J. Waluyo (2003: 13), puisi yang menampilkan tata wajah tertentu dianggap mewakili penyair yang ingin mengungkapkan maksud tertentu pula. Wujud visual puisi seringkali dapat memberikan petunjuk cara membacakan atau mendeklamasikan puisi. Wujud visual atau tipografi (tata wajah puisi) memiliki makna tersendiri dan juga merupakan sarana komunikasi penyair yang diungkapkan gagasan penyair lewat puisinya. Tipografi merupakan aspek visual puisi yang berupa tata hubungan dan tata baris. Oleh sebab itu ada yang menyebutnya susunan baris dan ada pula yang menyebutnya ukiran bentuk (Suminto A. Sayuti, 2002 :329). Tipografi juga dapat dipertimbangkan sebagai simbol pikiran dan perasaan penyair. Suminto A. Sayuti dalam bukunya Berkenalan dengan Puisi menyatakan bahwa secara internasional, penyusunan tipografi yang beraneka ragam itu memiliki dua tujuan, yaitu pertama untuk keindahan inderawi atau agar puisi itu indah dipandang. Kedua untuk mendukung pengedepanan makna, rasa, atau suasana puisi (2002: 330). Melalui indra mata tampak bahwa puisi tersusun atas kata-kata yang membentuk larik-larik puisi. Larik-larik itu disusun ke bawah dan terkait dalam bait-bait. Namun dalam kaitannya sebagai karya sastra, yang mempunyai wujud visual yang terikat jumlah baris dan bait, ada beberapa penyair yang menginginkan bentuk bebas pada puisinya. Akan tetapi banyak pula penyair yang menyukai bentuk terikat (Suminto A. Sayuti, 2002: 285). Pernyataan Suminto A. Sayuti tersebut, tidak mempengaruhi kualitas hasil suatu karya kreatif. Sebab sebuah karya dikatakan bagus, tidak hanya dilihat dari wujud visual yang bebas/terikat saja, tetapi juga kualitas pemilihan diksi, gaya bahasa, sarana retorika, dan harmonisasi bunyi. Selain wujud visual yang bebas/terikat, ada pula puisi tanpa pembaitan.puisi tanpa pembaitan mampu manrik dan menciptakan efek segar. Puisi yang ditulis tanpa wujud pembaitan, akan membuat pembaca merasa bahwa gagasan yang diungkapkan penyair tidak putus. Suasana yang tampil dalam puisi akan terus ada sampai puisi itu berakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut adalah contoh puisi dengan wujud visual tanpa pembaitan, karya Subagyo: Salju Asal mula adalah salju Sebelum tercipta waktu Sentuhan perawan seringan kenangan Adalah semua yang diesbut bumi Dan udara terus bicara Sebab bicara tak pernah berhenti Dan salju jatuh seperti mimpi Angin kutub memanjang selalu Dan meraba tanpa jari Dan di ambang anjing belang menggonggong Sia-sia membuka pagi. Hanya geliat bayi sudah terasa Pada dinding tua dekat musim binasa Dan salju melebati hati ... (Dari Daerah Perbatasan dalam Suminto A. Sayuti, 2002 :292-293) Puisi yang dihadirkan penyair dalam bentuk terikat bait, jumlah baris dalam tiap baitnya pun belum tentu sama. Kadang-kadang bait dalam puisi menunjukkan kesatuan gagasan atau perasaan tertentu yang ingin dikomunikasikan penyair kepada pembaca. g)
Pungtuasi Pungtuasi merupakan bagian dari wujud visual puisi yang berkaitan dengan
ejaan dan tanda baca. Demi kepentingan kejelasan arti, maka banyak penyair yang menggunakan ejaan sesuai aturan baku. Suminto A. Sayuti (2002: 309) menyatakan bahwa masalah ejaan yang menjadi sorotan adalah penggunaan huruf kapital yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan aturan baku. Selain masalah huruf kapital, maslah tanda baca juga sering muncul dalam puisi. Tanda baca yang sering muncul adalah tanda baca kurung, titik dua, dan tanda penghubung yang memeiliki makna tertentu. Penyimpangan ejaan atau disebut deviasi grafologis. Hal ini perlu dijelaskan karena genre sastra khususnya puisi memang berbeda dengan yang lain. Yang PHPEHGDNDQDGDODKDGDQ\D³SHQJHGHSDQQDQ´ \DQJWHWDSGDQVLVWHPDWLV 1DPXQ adanya pengedepanan ini bersifat fungsional dan memabawa berbagai motivasi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik yang muncul dari penyair maupun pembaca. Berdasarkan pendapat Suminto A. Sayuti, penyimpangan, baik penggunaan huruf kapital yang tidak biasa maupun pemakaian tanda baca akan tetap bermakna selama penyimpanganpenyimpangan tersebut memilik tiga kriteria sebagai berikut: (1) (2) (3)
penyimpangan tersebut berfungsi sebagai penghubung dengan faktor lain; penyimpangan itu masih bisa mewakili gagasan yang disampaikan penyair; penyimpangan tersebut dapat membantu pembaca menemukan nilai estetis dan makna tertentu dari suatu puisi.
Perhatikan puisi Sapardi Djoko Damono berikut ini ditemukan penyimpangan penggunaan huruf kapital. Sajak Putih Beribu saat dalam kenangan Surut perlahan Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh Sewaktu detik pun jatuh Kita dengar bumi yang tua dalam setia Kasih tanpa suara Sewaktu bayang-bayang kita memanjang Mengabur batas ruang Kita pun bisu tersekat dalam pesona Sewaktu ia pun memanggil-manggil Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil Di luar cuaca Dalam puisi Sapardi Djoko Damono tersebut, ditemukan huruf kapital pada NDWD ´.DVLK´ GDQ NDWD ³.DWD´ .HGXD NDWD WHUVHEXW dapat dikatakan mengalami SHQ\LPSDQJDQSHQXOLVDQKXUXINDSLWDOPHVNLSXQNDWD³.DLV´WHUOHWDNGLDZDOEDULV GDQNDWD³.DWD´WHUOHWDNGLWHQJDKNDOLPDW6XPLQWR$6D\XWL 2)
Struktur Batin Puisi Setelah struktur fisik puisi dibahasa secara mendadalam, selanjutnya yang
akan dibahasa adalah struktur batin puisi. Struktur batin puisi atau struktur makna mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya (Herman J. Waluyo, 1995: 102). Makna dalam puisi tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat terbuka dalam arti kata itu, tetapi berupa suatu hal sebagai implikasi tersembunyi dari sesuatu. Tanpa penghayatan unsur-unsur puisi yang dibangun dari dalam, mustahil dapat memahami puisi secara benar. Struktur batin puisi merupakan isi atau makna yang sesungguhnya ingin diekspresikan penyair melalui puisinya karena truktur batin itu merupakan sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat. Oleh karena itu, pembaca harus terlibat secara mendalam, baik fisik, mental maupun pikiran untuk mengetahui atau memahami hakikat makna sebuah puisi yang sesungguhnya. Menurut Richards sebagaimana yang dikutip Herman J. Waluyo (1995: 106) menyatakan bahwa struktur batin puisi ada empat yaitu tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention). a)
Tema
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas bukan makna kias yang diambil dari konotasinya (Herman J. Waluyo, 2003: 17) Hal tersebut senada dengan pendapat Situmorang (1983: 12) bahwa setiap puisi pasti mengandung suatu pokok persoalan (subject matter) yang hendak dikemukakannya. Walaupun sering penyair menutup-nutupi atau menyelubungi maksud ciptaannya, hingga pembaca harus bekerja keras untuk menafsirkannya. Tapi pasti ada sesuatu yang hendak dikemukakannya. Jadi, jelas bahwa dengan puisinya, penyair ingin mengemukakan sesuatu bagi pembaca. Sang penyair melihat, mengalami beberapa kejadian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dia ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal itu dengan caranya sendiri. Dengan kata lain, penyair ingin mengemukakan pengalaman pribadinya kepada para pembaca melalui puisinya (Henry Guntur Tarigan, 1984: 10).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b)
digilib.uns.ac.id
Perasaan (feeling)
Perasaan (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkannya. Perasaan penyair dapat dikenal melalui penggunaan ungkapanungkapan dalam puisinya. Ungkapan-ungkapan itu menggambarkan suasana hati penyair yang diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pambaca (Herman. J. Waluto, 1995: 121). Hal tersebut sejalan dengan kenyataan bahwa setiap manusia mempunyai sikap dan pandangan tertentu dalam menghadapi setiap pokok permasalahan. Sikap-sikap itu mungkin saja bisa berupa kemarahan, kasihan, simpati, acuh tak acuh, rindu, sedih, gelisah, dan lain sebagainya. Perasaanperasaan itulah yang dituangkan oleh penyair dalam puisinya dengan menggunakan ungkapan-ungkapan tertentu. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja. Kedalaman pengungkapan tema lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk
oleh
latar
belakang
sosiologis
dan
psikologis
penyair.
(http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/puisi-definisi-dan-unsur-unsurnya/, 20 November 2009). Jadi, perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkan dalam puisinya, yang merupakan gambaran perasaan yang dialami penyair pada saat menciptakan puisi. Perasaan penyair bisa pengungkapan perasaan sedih, bahagia, malu, marah, takut, dan lain sebagainya. Perasaan dalam puisi yang diungkapkan penyair, biasanya diungkapkan dengan bahasa simbol. Tugas pembaca adalah memberikan makna pada bahasa simbol yang digunakan penyair. c)
Nada dan Suasana
Nada berhubungan dengan suasana, karena nada menimbulkan suasana tertentu pada pembacanya. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca, sikap pembaca setelah membaca atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca (Herman J. Waluyo, 1995: 125). Hal senada, diungkapkan oleh Henry Guntur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tarigan (1984: 13) bahwa nada adalah sikap penyair terhadap pembaca puisi yang berkenaan dengan pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Mengenai bentuk bahasa atau pengungkapannya Herman J. Waluyo (1995: 125) menjelaskan dalam menulis puisi, penyair memiliki sikap tertentu yang ditujukan kepada pembacanya, apakah penyair itu bersikap menggurui, angkuh, membodohkan, rendah hati, mengejek, menyindir atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. d)
Amanat (pesan)
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah pembaca memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Meskipun penyair tidak secara khusus dan jenaka mencantumkan amanat dalam puisinya. Amanat tersirat di balik kata dan tema yang diungkapkan penyair Herman J. Waluyo (1995: 130) amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau imbauan, pesan, tujuan yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya. B. P. Situmorang (1983: 16) juga menambahkan bahwa tujuan atau amanat yang hendak dikemukakan oleh penyair banyak bergantung kepada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup dan keyakinan yang dianut oleh penyair. Sehingga timbullah sanjak-sanjak yang bersifat didaktis, religius, filosofis dan lain-lain. 3.
Analisis Semiotik Puisi Hadirnya pendekatan struktural semiotik karena adanya ketidakpuasan di
kalangan kritikus sastra terhadap keterbatasan pendekatan struktural yang mutlak dan statis (A. Teeuw, 1984:103). Analisis struktural yang statis dan mutlak biasa disebut pendekatan struktural murni. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2009: 124) analisis struktural puisi hanya mengkaji unsur intrinsik puisi saja, tanpa mengaitkan dengan hal-hal nyata di luar karya sastra. Munculnya pendekatan strukturalisme dinamis yang berdasar pada semiotik (A. Teeuw, 1984) karena ketidakpuasan para kritikus sastra pada pendekatan struturalisme murni. Adalah Jan Mukarovsky dan Felix Vodicka yang mencoba memahami karya sastra secara utuh dengan pendekatan strukturalisme dinamis yang berdasar pada analisis semiotik. Suyitno menyatakan bahwa konsep semiotik yang mendasari pendekatan strukturalisme dinamis tersebut adalah teori C. Sander
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peirce dan Ferdinad De Saussure. Seperti yang dikutip Suyitno dari Pierce bahwa ada tiga kelas konsep tanda dalam hubungannya antara arti dan yang memberi arti suatu hal. Ketiga kelas tersebut antara lain: ikon, indeks, dan simbol. a. Fungsi ikon, yaitu tanda yang menunjuk dengan hal yang ditandai ada hubungan persamaan. b. Indeks, yaitu tanda yang mempunyai hubungan sebab akibat. c. Simbol, yaitu tanda yang bersifat arbitrer (Suyitno, 2009: 226). Suyitno (2009: 226) pun mengutip penyataan dari Sausure yang menyebut studi tentang tanda sebagai semiologi atau ilmu tanda. Tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, yaitu antara signifiant (Penanda atau yang memberi tanda) dan signifie (konsep kemaknaan atau aspek yang ditandai atau diartikan). Namun, antara kedua pakar semiotik tersebut juga ditemukan persamaan konsep. Saussure juga menambahkan bahwa konsep semiotik bersifat arbitrer sama dengan yang diungkapkan Peirce dengan istilah simbol. Saussure dalam Suyitno (2009: 226) juga menambahakan bahwa tanda juga bersifat sistematis dan konvesional. Rachmat Djoko Pradopo (2009: 118) memaparkan bahwa strukturalisem semiotik adalah pendekatan karya sastra yang merupakan gabungan dari pendekatan struktural dan semiotik. Apabila pendekatan
strukturalis
menganalisis
unsur-unsur
dalam
sajak
saling
berhubungan, maka analisis semiotik meliha karya sastra sebagai struktur tanda yang mempunyai makna dan bersistem. Analisis semiotik adalah cara memahami suatu karya sastra (dalam hal ini puisi) dengan memberi makna kepada teks puisi dengan menggunakan sistem tanda yang menggunakan bahasa sebagai media penyampai ide/gagasan penyair (Rachmat Djoko Pradopo, 2009: 118-121). Berdasarkan pendapat para pakar di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan atas dasar teori Peirce, bahwa
yang terpenting dari analisis semiotik adalah
pengertian tanda itu sendiri, fungsi tanda, dan dan bahasa yang terdapat dalam puisi. Kajian SemiRWLN3XLVL³7DPX´.DU\D6XEDJLR6DVWURZDUGR\R Oleh: Umar Khalid. Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sudah duduk di ruang tamu. Aku baru bangun. Tapi rupanya ia tidak merasa tersinggung waktu aku belum mandi dan menemui dia. Rambutku masih kusut dan pakaianku hanya baju kumal dan sarung lusuh. ³$NXPDXPHQMHPSXW´NDWDQ\DSDVWL seolah-olah aku sudah berjanji sebelumnya dan tahu apa rencananya. ³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´WDQ\DNXUDJX ³'LDVXGDKPHQXQJJX´,DQDPSDNWDNVDEDU dan tak senang dibantah. Aku belum tahu VLDSD\DQJLDPDNVXGNDQGHQJDQ³GLD´ tetapi sudah bisa kuduga siapa. ³7HWDSLDNXSHUOXZDNWXXQWXNEHUSLVDK dengan keluarga. Terlalu kejam untuk meninggalkan mereka begitu saja. Mereka DNDQPHQFDUL´ Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti. Siapa dapat lolos dari tuntutannya. Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya ODULHQWDKNHPDQDNHVRUJDDWDXNHQHUDND"´ $QDOLVLV VHPLRWLND SXLVL ³7DPX´ EHUWXMXDQ XQWXN PHQJXQJkap makna atau JDJDVDQGLEDOLNWDQGD\DLWXWHNVSXLVL 'DODPPHPDKDPLSXLVL³7DPX´GHQJDQ menggunakan kajian semiotik melalui tahap-tahap diantaranya: 1) analisis heuristik yaitu analisis yang didasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat mimetik atau tiruan alam yang membangun arti yang berserakan. Kajian ini didasarkan pada pemahaman yang lugas berdasarkan denotatif. 2) Selanjutnya, yaitu tahap analisis hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh. JuGXO SXLVL ³7DPX´ PHQLPEXONDQ VXDWX SHPLNLUDQ DGD PDNQD \DQJ tersembunyi di balik judul yang tentunya sang pengarang tidak sia-sia memberikan judul tersebut. Dilihat dari kata yang lugas itu, dapat diketahui bahwa µWDPX¶ PHPSXQ\DL DUWL RUDQJ \ang datang berkunjung (melawat dan sebagainya) ke tempat orang lain atau ke perjamuan; 2) orang yang datang untuk menginap (di hotel), untuk membeli-beli (di toko).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
$QDOLVLV SXLVL ³7DPX´ GLODNXNDQ WLDS-tiap narasi karena pengarang menggunakan bentuk kalimat-kalimat yang sempurna maupun hampir sempurna secara gramatikal. Maka analisisnya menurut kalimat-kalimat berikut ini: (1)
Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari sudah duduk di ruang tamu.
(2)
Aku baru bangun.
(3)
Tapi rupanya ia tidak merasa tersinggung waktu aku belum mandi dan menemui dia.
(4)
Rambutku masih kusut dan pakaianku hanya baju kumal dan sarung lusuh.
(5)
³$NX PDX PHQMHPSXW´ NDWDQ\D SDVWL VHRODK-olah aku sudah berjanji sebelumnya dan tahu apa rencananya.
(6)
³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´WDQ\DNXUDJX
(7)
³'LDVXGDKPHQXQJJX´
(8)
Ia nampak tak sabar dan tak senang dibantah.
(9)
$NX EHOXP WDKX VLDSD \DQJ LD PDNVXGNDQ GHQJDQ ³GLD´ WHWDSL VXGDK ELVD kuduga siapa.
(10) ³7HWDSL DNX SHUOX ZDNWX XQWXN EHUSLVDK GHQJDQ NHOXDUJD Terlalu kejam untuk meninggalkan mereka begitu saja. Mereka akan mHQFDUL´ (11) Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti. (12) Siapa dapat lolos dari tuntutannya. (13) Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya lari entah ke mana. (14) NHVRUJDDWDXNHQHUDND"´ a. Berikut LQL$QDOLVLV+HXULVWLN3XLVL³7DPX´ 1)
³/HODNL\DQJPHQJHWXNSLQWXSDJLKDULVXGDKGXGXNGLUXDQJWDPX´ Lelaki yang mengetuk pintu, berarti seorang laki-laki yang bertamu dengan mengetuk pintu. Pagi hari menunjukkan waktu tamu itu datang. Sudah duduk di ruang tamu berarti tamu tersebut sudah masuk rumah dan duduk di ruang tamu.
2)
´$NXEDUXEDQJXQ´ .DOLPDWLWXPHQXQMXNNDQEDKZDWRNRK³DNX´EDUXEDQJXQWLGXUNDUHQD hari waktu itu masih pagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3)
digilib.uns.ac.id
³7DSLUXSDQ\DLDWLGDNPHUDVDWHUVLQJJXQJZDNWXDNXEHOum mandi dan PHQHPXLGLD´ Kata-kata yang diucapkan tuan rumah itu menandakan bahwa dari gelagatnya tamu itu tidak merasa tersinggung ketika tuan rumah menemuinya dalam keadaan belum mandi. Dalam norma masyarakat, menemui tamu dalam keadaan belum mandi adalah hal yang tidak sopan dan dianggap tidak menghormati tamu.
4)
³5DPEXWNX PDVLK NXVXW GDQ SDNDLDQNX KDQ\D EDMX NXPDO GDQ VDUXQJ OXVXK´ Tuan rumah seperti menyampikan alasan bahwa ia belum siap kedatangan tamu. Keadaan tuan rumah digambarkan baru saja bangun tidur dan belum sempat mandi terlihat rambutnya kusut dan masih memakai pakaian tidurnya yaitu baju kumal dan sarung lusuh.
5)
³$NX PDX PHQMHPSXW´ NDWDQ\D SDVWL VHRODK-olah aku sudah berjanji sebelumnya dan tahu apa rencananya. Si tamu mengatakan bahwa ia akan menjemput tuan rumah seolah-olah tuan rumah sudah mempunyai janji dan mengetahui rencananya, padahal tuan rumah tidak mengetahui bahwa tamu itu akan datang dan mau menjemputnya.
6)
³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´WDQ\DNXUDJX Tuan rumah menyatakan bahwa kedatangan tamu tersebut msih terlalu pagi. Tuan rumah tidak menyangka akan kedatangan tamu di waktu pagi.
7)
³'LDVXGDKPHQXQJJX´ ³'LDVXGDKPHQXQJJX´PHUXSDNDQMDZDEDQGDULWDPXDWDVSHUWDQ\DDQ tuan rumah. Jawaban itu menunjukkan bahwa ada seseorang yang sudah menunggu tuan rumah.
8)
Ia nampak tak sabar dan tak senang dibantah. Dari kata-kata tamu Dia sudah menunggu!, dan dari gelagatnya menunjukkan bahwa si tamu kelihatan tidak sabar dan tidak senang dibantah. Hal itu merupakan reaksi atas alasan yang dilontarkan tuan rumah ³%XNDQNDKLQLWHUODOXSDJL"´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
$NXEHOXPWDKXVLDSD\DQJLDPDNVXGNDQGHQJDQ³GLD´WHWDSLVXGDKELVD
9)
kuduga siapa. Ketika tamu menyatakan Dia sudah menunggu!, tuan rumah merasa bahwa ia belum tDKXVLDSD³GLD´\DQJGLPDNVXGNDQROHKWDPX7HWDSLWXDQ UXPDKVXGDKPHQGXJDVLDSD³GLD´ 10)
³7HWDSLDNXSHUOXZDNWXXQWXNEHUSLVDKGHQJDQNHOXDUJD7HUODOXNHMDP XQWXNPHQLQJJDONDQPHUHNDEHJLWXVDMD0HUHNDDNDQPHQFDUL´ Tuan rumah menyadari bahwa ia akan pergi dengan tamu untuk
EHUWHPX GHQJDQ ³GLD´ 2OHK NDUHQD LWX WXDQ UXPDK PHQJDWDNDQ EDKZD LD perlu waktu untuk berpisah dengan keluarganya agar keluarganya tidak mencarinya. Tuan rumah merasa dirinya kejam apabila tidak berpamitan dahulu kepada keluarganya. 11)
Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti. Menanggapi permintaan tuan rumah untuk berpamitan dengan
keluarganya dahulu, tamu itu merasa tidak mau tahu karena mereka harus pergi saat itu juga. Tamu itu terlihat angkuh dan seakan-akan memaksa tuan rumah utntuk segera pergi dengannya. 12)
Siapa dapat lolos dari tuntutannya. Menyadari sikap tamu, tuan rumah merasa bahwa ia tidak bisa menolak
ajakan tamu untuk pergi saat itu juga tanpa ia sempat berpamitan kepada keluarganya. 13)
Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya lari entah ke mana. Sebelum tuan rumah sempat untuk bersiap-siap, tamu itu sudah
menyeretnya, berarti tamu itu memaksa tuan rumah untuk pergi dengannya. Tuan rumah diajak tamu ke kendaraannya dan ia tidak tahu akan di bawa kemana. 14)
´NHVRUJDDWDXNHQHUDND"´ Pernyataan terakhir ini merupakan penutup narasi, kata-kata dari tuan
rumah berbentuk pertanyaan, akan dibawa ia oleh tamu itu. Dibawa ke sorga atau ke neraka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tahap Analisis Hermeneutik. 0HPDNQDL SXLVL ³7DPX´ GL DWDV MXVWUX GDSDW GLODNXNDQ GHQJDQ OHELK PXGDK GHQJDQ PHOLKDW SDGD EDULV WHUDNKLU \DLWX NH VRUJD DWDX NH QHUDND"´ 'HQJDQ mengetahui arti lugas sorga dan neraka dapat diungkapkDQ EDKZD WRNRK ³DNX´ GLMHPSXWROHKWDPXXQWXNGDWDQJNHVRUJDDWDXQHUDND+DOLQLEHUDUWLWRNRK³DNX´ harus meninggalkan dunia untuk kemudian menuju akhirat melalui kematian. Lelaki yang mengetuk pintu dapat diartikan sebagai utusan Tuhan, yakni malaikat yang akan menjemput setiap manusia. Waktu kedatangannya yang pagi hari menunjukkan bahwa malaikat datang dengan tiba-tiba, tanpa diketahui PDQXVLD /HELK ODQMXW ODJL PHODOXLSHQFHULWDDQ ³$NXEDUXEDQJXQ´PHQDQGDNDQ bahwa setiap manusia tidak pernah siap untuk menghadapi kedatangan malaikat (menghadapi kematian). Malaikat sendiri tidak peduli apa kegiatan manusia ketika malaikat harus mencabut nyawanya. Malaikat juga tidak peduli apakah manusia siap menghadapi kematian atau tidak. Hal ini tergambar dalam kata-NDWD ³7DSL UXSDQ\DLDWLGDNPHUDVDWHUVLQJJXQJZDNWXDNXEHOXPPDQGLGDQPHQHPXLGLD´ Sesungguhnya kematian dapat menjemput manusia kapan saja dan dimana saja. Sesungguhnya setiap manusia menyadari bahwa ia akan menghadapi kematian kemudian menghadap kepada Tuhan. Meskipun seringkali manusia melalaikan perihal kematian yang sewaktu-waktu bisa menjemputnya dikarenakan ia disibukkan oleh urusan dunia. Kematian bisa menjemput tiba-tiba, sehingga tidak ada waktu sedikitpun untuk sekedar berpamitan kepada keluarga. Kematian juga tidak bisa dimajukan atau ditangguhkan. Hal ini tergambar dalam bait: Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti tak mau dikecilkan arti. Setiap manusia juga tidak mungkin bisa lolos dari kematian, karena tiap jiwa pasti akan mengalami kematian (Siapa dapat lolos dari tuntutannya). Kematian akan menjemput setiap manusia baik manusia itu senang atau tidak. %DKNDQ GHQJDQ EDKDVD NLDVDQ NHPDWLDQ LWX ³PHPDNVD´ PDQXVLD XQWXN LNXW dengannya. Kelanjutan setelah kematian adalah akhirat yang hanya ada dua pilihan yaitu sorga atau neraka. Semua manusia tentu akan mengalami mati. Manusia tinggal menunggu giliran saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Tema dan Amanat Puisi Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa penulis ingin menyampaikan sebuah amanat penting terkait dengan kematian. Penulis ingin mengingatkan semua orang bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya mempersiapkan bekal menuju akhirat. 3HQXOLV PHQXOLV SXLVL ³7DPX´ LQL GLPXQJNLQNDQ NDUHQD DGDQ\D keprihatinan terhadap masyarakat yang terlalu sibuk dengan urusan dunia, bergaya hidup hedonisme, materialisme, dan melalaikan urusan akhirat. B. PENELITIAN RELEVAN Kajian semiotik merupakan kajian di berbagai bidang disiplin ilmu, salah satu disiplin ilmu tersebut adalah sastra. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti laksanakan adalah penelitian yang dilakukan oleh Indah Sri Rahayu yang berjudul Syair Burung: Suntingan Teks dan Analisis Semiotik Riffaterre. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang peneliti laksanakan karena peneliti menggunakan pendekatan yang sama, yaitu semiotik Riffaterre. Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Sri Sulastri mahasiswa SI jurusan Pendidikan
Bahasa, Sastra
Indonesia, dan
Daerah
Universitas
Muhamadiyah Surakarta. Sri Sulastri menganalisis karya sastra dengan pendekatan semiotik. Judul penelitian tersebut adalah Aspek Moral dalam Kumpulan Cerpen In Memoriam X
Karya A. R. Loebis: Tinjauan Semiotik
Analisis data yang digunakan oleh Sri Sulastri adalah analisis semiotik dengan menggunakan 2 tahapan, yaitu heuristik dan hermeneutik. Analisis heuristik adalah analisis berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Analisis hermeneutik adalah analisis karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya. Analisis hermeneutik adalah analisis ulang (retroaktif) sesudah analisis heuristik dengan memberi konvensi sastranya (Riffaterre dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 135). Penelitian relevan yang ketiga adalah 0DNQD GDODP 3XLVL ´0EHOLQJ´ Karya Remy Sylado: Kajian Semiotika yang dilakukan oleh Santi Titik Lestari. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik dengan mengkaji tanda dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
puisi Mbeling karya Remy Sylado untuk menemukan makna yang terkadung dalam 13 puisi tersebut. C. KERANGKA BERPIKIR Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang dipergunakan dalam penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah mempelajari teori yang mendukung. Karya sastra memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik serta nilai pendidikan yang bermanfaat bagi manusia. Namun tak hanya itu, karya sastra adalah sebuah tanda yang memiliki makna yang dilambangkan dengan simbol, ikon, dan indeks. Unsur intrinsik yang terkandung dalam karya sastra dapat dikatakan baik apabila antarunsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, persajakan, bahasa yang figuratif, dan lain-lain dapat saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Untuk memperoleh makna keseluruhan dari
karya
sastra,
unsur-unsur
pembentuknya
harus
berhubungan
dan
berkesinambungan. Pendekatan semiotik dapat menjadi salah satu cara menganalisis unsur-unsur intrinsik pada karya sastra dan mendeskripsikan makna semiotik dari tiap kata yang digunakan penyair dalam menulis karyanya. Setelah menganalisis unsur intrinsik suatu karya sastra yang berupa tema dan amanat, maka untuk memperoleh makna karya tersebut secara utuh, peneliti juga menganalisis puisi dengan teori Riffaterre, yaitu menggunakan analisis secara heuristik dan analisis retroaktiif (hermeneutik) Analisis heuristic adalah analisis pada tahap pertama. Pada analisis ini input pembaca adalah kompetensi linguistik, termasuk asumsi bahasa bersifat referential, kemampuannya mencermati ketidaksesuaian (incompatibility) antara kata-kata bahwa ada kata atau frase yang tidak dapat diartikan secara literal sehingga membutuhkan pemahaman secara kiasan, dan bahwa kompetensi linguistik bukan satu-satunya faktor yang terlibat. Pada tahap analisis ini mimesis dipahami secara penuh. Analisis hermeneutik adalah analisis tahap kedua. Pada tahap ini pembaca meninjau, merevisi, dan membandingkan ke belakang apa yang baru saja dibacanya. Mugiyatno. 2008 menyatakan ´NHWLGDNJUDPDWLNDODQ\DQJDGDGDODPWHNVVHVXQJJXKQ\DHNXLYDOHQYDULDQ dari matriks strutkural yang sama. Teks dengan demikian merupakan efek dari variasi atau modulasi satu strutkur tematik, simbolik, atau apapun dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan yang dipertahankan significance´
ke
satu
struktur
ini
membentuk
Setelah analisis heuristik dan hermeneutik selesai dan pemaknaan utuh puisi telah terbentuk, maka penelitian ini selesai. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru bahasa Indonesia sebagai salah satu bahan pembelajaran apresiasi sastra di kelas X SMA. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru SMAN 1 Gemolong, pendekatan semiotik diharapkan mampu meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap karya sastra. Kerangka berpikir yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Puisi-puisi dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira
Analisis (Struktur batin puisi) amanat dan tema puisi
Analisis makna puisi dengan Pendekatan semiotik Riffaterre
Analisis heuristik puisi
Struktur fisik puisi: diksi, bahasa figuratif, aliterasi, asonansi, tipografi, rima, kata konkret, dan verifikasi
Analisis hermeneutik puisi
Makna utuh puisi-puisi dalam buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir Analisis Semiotik Puisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan dengan studi pustaka, sehingga tidak terikat oleh tempat dan waktu penelitian. Objek yang dikaji adalah naskah puisi, yaitu puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 dan berakhir pada bulan Mei 2011, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan No
1.
2.
3
4 5
Waktu Jenis Kegiatan Pengajuan Proposal penelitian Pengurusan surat izin penelitian Persiapan instrumen dan alat penelitian Pengumpulan data Analisis Data Penyusunan laporan penelitian
Januari Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
3 4
x x x x x x
x x
x x
x x x x
x x x x x x x x x
x x
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Bnrtuk dan strategi penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, akurat, dan mengenal fakta-fakta dan hubungan sebab akibat dengan objek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika sastra untuk menganalisis puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dengan mempertimbangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
unsur tema, amanat Dengan pendekatan semiotika, peneliti dapat mengetahui makna dari puisi-puisi dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dan membantu guru menyediakan materi ajar yang berkualitas baik dan variatif. C. Sumber Data Dokumen, yaitu puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Puisi dari buku penerbit Erlangga ada sebelas puisi dan tujuhbelas puisi dari buku penerbit Yudhistira. D. Teknik Sampling (Cuplikan) Teknik sampling yang digunakan adalah Purpossive Sampling, yaitu sampel yang pemilihannya didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut-paut yang erat dengan tujuan penelitian. Purpossive Sampling adalah pengambilan data yang dilakukan dengan cara memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (H. B. Sutopo, 2006 : 56). Peneliti menggunakan teknik ini dengan tujuan dapat memperoleh data yang tepat dan akurat, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Sampel dalam penelitian ini adalah puisi-puisi dalam buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA. sebelas puisi dari buku teks karangan Mafrukhi, dkk yang berjudul Kompeten Berbahasa Indonesia Kelas X SMA, penerbit Erlangga dan tujuhbelas puisi dari buku teks bahasa Indonesia karangan Paulus Tukan, yaitu Mahir Berbahasa Indonesia Kelas X SMA dari penerbit Yudhistira. Alasan peneliti memilih dua penerbit tersebut karena buku teks dari Yudhistira dan Erlangga memiliki kualitas yang baik, materi di dalam buku tersebut sudah sesuai dengan KTSP terbukti dengan SKKD yang sesuai aturan BSNP. Kedua buku tersebut juga sesuai dengan standar ISI 2006, dan banyak digunakan sebagai buku pegangan siswa dan guru di sekolah. E. Teknik Pengumpulan Data Edi Subroto (1992 : 42) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang berkualitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, dokumen, arsip, dan benda-benda lain. Dalam penelitian ini sumber data pokok adalah sebelas puisi dari buku teks karangan Mafrukhi, dkk yang berjudul Kompeten Berbahasa Indonesia Kelas X SMA, penerbit Erlangga dan tujuhbelas puisi dari buku teks bahasa Indonesia karangan Paulus Tukan, yaitu Mahir Berbahasa Indonesia Kelas X SMA, dari penerbit Yudhistira. Sebagai dasar teoretis, peneliti menggunakan buku-buku teori semiotika dan pengkajian puisi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dengan teknik analisis dokumen yang berupa puisi-puisi di buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA
dari
2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Langkah-langkah
pengumpulan data sebagai berikut: 1.
membaca puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira;
2.
Memahami maksud puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira baik dari unsur intrinsik, yang meliputi tema dan amanat;
3.
mencatat unsur-unsur intrinsik, hasil analisis unsur intrinsik, yang meliputi tema dan amanat yang telah dipahami dan ditangkap dari puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA
dari 2 penerbit
tersebut. 4.
menganalisis makna semiotik yang terkandung dalam puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dengan analisis heuristik sampai analisis hermeneutik kemudian mencatatnya;
5.
terakhir menyusun laporan hasil penelitian. F. Validitas Data Menurut H. B. Sutopo (2006: 92) validitas data merupakan jaminan bagi
kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian.terdapat beberapa cara yang biasanya dipilih untuk mengembangkan validitas (kesahihan) data penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik validitas data triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap hal tersebut (Moleong, 2004: 330). Peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis triangulasi sebagai berikut: 1. triangulasi teori, yaitu melakukan penelitian terhadap topik yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan teori yang berbeda. 2. review informan digunakan untuk membandingkan data hasil pengamatan pada puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira dengan data hasil konsultasi dengan ahli sastra. H. B. Sutopo (2006: 99) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan review informan diperlukan suatu diskusi agar kesamaan pemahaman dari peneliti dan informannya dapat dicapai. Saat peneliti dan informannya berdiskusi, peneliti tidak boleh menguasai atau mengarahkan pola pikir informannya untuk mengikuti pemahaman peneliti. Peniliti juga tidak boleh begitu saja mengikuti pola pikir informnannya. Diskusi mengenai analisis data harus benar-benar jujur dan natural Peneliti mendiskusikan dan mengonsultasikan hasil analisis yang telah peneliti selesaikan kepada Bandung Mawardi (Pakar Semiotik) untuk menguji ketepatan hasil analisis puisi. G. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang terdiri atas analisis heuristik dan hermeneutik. Analisis heuristik adalah analisis berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Riffatere dalam Racmat Djoko Pradopo, 2003: 135). Analisis ini mengacu pada konvensi kebahasaan.
Pembaca melakukan penafsiran
struktur
kebahasaan
(tanda
linguistik) secara referensial. Bahasa yang digunakan merupakan penanda yang dihubungkan dengan referennya, yaitu hal-hal nyata. Realisasi dari analisis heuristik adalah parafrase puisi, analisis tanda secara referensial dan gaya bahasa yang digunakan. Dengan demikian analisis heuristik menghasilkan arti (meaning).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis hermeneutik adalah analisis ulang dengan memberikan intepretasi yang disebut sebagai sistem analisis semiotik tingkat kedua yakni berdasarkan konvensi sastra. Penafsiran hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh. Dalam analisis hermeneustik yang dikaji
adalah
bahasa
kias
yang
ada
dalam
teks
puisi
(dalam
http://umarkhalid33sastra.blogspot.com). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalinan atau mengalir (Flow model of analysis) yang meliputi tiga komponen, yaitu: 1. Reduksi data (data reduction), yaitu kegiatan memilih data yang sesuai dengan objek kajian penelitian. Pada bagian ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah mencatat semua data yang diperoleh dalam bentuk uraian yang terperinci. Data yang diamati berupa baris-baris puisi yang trecantum daalm buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Mendeskripsokan maksud dari puisi-puisis tersebut, baik dari unsur tema, amanat, serta makna semiotik pada setiap kata. 2. Penyajian Data (Data Display), yaitu menyusun informasi secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami dan dianalisis. Kegiatan analisis data yang dilakukan adalah: a. menganalisis data yang berupa teks puisi dari buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. Setelah analisis data diperoleh, maka akan diperoleh deskripsi tentang tema, amanat, dan makna semiotik di tiap kata yang terkandung dalam puisi-puisi yang ada dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira. b. Selanjutnya peneliti menyumbangkan hasil penelitian ini sebagai bahan ajar untuk siswa kelas X SMA. 3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan, yaitu dengan menyusun kesimpulan dari data yang sudah diperoleh sejak awal penelitian. Simpulan ini masih bersifat sementara, untuk itu perlu adanya verifikasi( penelitian kembali tentang kebenaran laporan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal sampai akhir, ketiga komponen di atas saling berkaitan. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar analisis data model mengalir menurut Milles Matthew, B. dan Huberman, A. Michael (1994: 10) berikut!
MASA PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
SEBELUM
SELAMA
SESUDAH
DISPLAY DATA SELAMA
Analisis Data
SESUDAH
Penarikan Kesimpulan/ verifikasi SELAMA
SESUDAH
Gambar 2. Model Analisis Mengalir
H. Prosedur Penelitian 1.
Pengumpulan data yang berupa teks puisi dari buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira, menyeleksi serta memilah data yang berupa naskah puisi yang telah dikumpulkan berdasarkan objek yang akan Dianalisis, yaitu tentang unsur unsur tema dan amanat, serta makna semiotik yang terkandung dalam puisi-puisi di buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA dari 2 penerbit, yaitu Erlangga dan Yudhistira.
2.
Menganalisis data yang telah diperoleh.
3.
Menarik kesimpulan.
4.
membuat laporan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
Data yang menjadi objek penelitian ini adalah semua puisi yang ada di dalam buku teks bahasa Indonesia kelas X SMA dari penerbit Erlangga dan Yudhistira. Jumlah puisi yang ada di buku teks bahasa Indonesia penerbit Erlangga adalah sebelas puisi dengan penyair yang berbeda dan tema yang beragam. Puisi yang ada di buku teks bahasa Indonesia penerbit Yudhistira berjumlah tujuhbelas dengan pengarang dan tema yang juga berbeda. Berikut adalah judul-judul puisi beserta pengarangnya: 1.
sebelas puisi dari buku teks bahasa Indonesia penerbit Erlangga a. Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda b. Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A. c. Tanah Kelahiran 1 karya Ramadhan K. H. d. Perahu Layar karya Darmanto Jatman e. Stasiun Tugu karya Taufik Ismail f. Senja di Pelabuhan Kecil (buat: Sri Ajati) Karya Chairil Anwar g. Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta h. Matahari-matahari! Karya Muchtar Lubis i. Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya j. Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi k. Surat dari Ibu karya Asrul Sani
2.
tujuh belas puisi dari buku teks bahasa Indonesia penerbit Yudhistira a. Candi Muara Jambi Karya Dimas Arika Miharja b. Bantimurung Karya Ras Agaffar c. Malam Mulai Bercerita oleh Isna d. Bagaimana karya Oc. Mandank e. Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie f. Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M. g. Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
h. Menyesal karya Ali Hasjimi i. Perkabungan di Laut Timur karya Hamdy Salad j. Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars Mattola k. Ibu karya K. H. A. Mustofa Bisri l. Narkotik karya Siti Rohaya m. Gaun Burung Gagak karya Dorothea Rosa Herliany n. Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin o. Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa p. Insyaf karya Amir Hamzah q. Rindu di Malam Takbiran karya Isna B. 1.
Analisis Tema dan Amanat Puisi
Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda kehilangan ladang di kampung mereka anak-anak indonesia merangkak di lorong-lorong gelap kota berjejal mereka di gerbong-gerbong kereta api senja terimpit dalam bus-bus kota tanpa jendela anak-anak Indonesia akan digiring ke manakah mereka bagai berjuta bebek mereka bersuara menyanyi lagu tanpa syair dan nada sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-gedung berkaca yang selalu tertutup pintu-pintunya dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja anak-anak Indonesia akan dibawa kemanakah ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa yang bisa menolong nasib mereka (Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 78)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tema Tema puisi Anak-anak Indonesia di atas adalah kritik sosial, yaitu tentang perampasan hak asasi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Tema kritik sosial tersebut didukung oleh baris puisi yang menyebutkan bahwa anakanak Indonesia mendapat perlakuan buruk di tanah kelahiran mereka. Mereka justru diusi dari kampung tempat mereka tinggal yang masih sah menjadi miliki mereka. Berikut baris puisi yang mendukung tema kritik sosial puisi Anak-anak Indonesia. terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja .... .DWD ³NDNL-NDNL KRWHO´ PHQ\LPERONDQ NDODX anak-anak Indonesia yang memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai tetap saja kehidupannya di bawah garis kemiskinan atau hidup menggelandang. Kemudian baris yang EHUEXQ\L ³GDQ ELUR-ELUR HNVSRU WHQDJD NHUMD´ PHQDQGDNDQ EDKZD DQDN-anak Indonesia tadi lebih memilih menjadi TKI ke luar negeri daripada di Indonesia hanya menganggur. Tema kritik sosial juga didukung oleh pernyataan Bandung Mawardi yang menyatakan bahwa kritik sosial terkadang dapat diungkapkan dengan puisi. Bandung Mawardi juga mengatakan bahwa puisi ini merupakan refleksi kesenjangan antara kaum borjuis dengan kaum buruh. Yang mempunyai uang dan kecerdasan tentu akan masuk kaum borjuis. Kaum buruh adalah golongan orang-orang terbelakang secara kualitas pendidikan dan lemah secara ekonomi. b. Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat baris-baris puisi Anak-anak Indonesia di atas, yaitu agar pemerintah daerah mampu mengembangkan daerah mereka sehingga anak-anak muda yang tinggal di daerah/kota kecil dapat mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Namun perlu diingat pula bahwa mencari penghidupan yang layak tidak harus di kota kelahiran mereka, dalam puisi tersebut adalah daerah pinggiran kota. Justru anak-anak muda dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daerah/kota kecil harus mampu mengembangkan dan membangun daerah-daerah tertinggal di luar pulau Jawa. Pemerintah sudah benar bila menerapkan sistem transmigrasi untuk mewujudkan hal tersebut. Pemerintah juga harus tetap memperhatikan dan mengontrol aktivitas usaha/bisnis para pengusaha yang hendak membangun daerah-daerah terpencil sehingga kegiatan usaha mereka tidak mengganggu kehidupan penduduk setempat. Di bawah ini adalah baris yang mendukung pernyataan bahwa sebaiknya para pemuda yang datang dari kota-kota kecil itu ditransmigrasi ke luar Jawa ... dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi Baris di atas juga menjelaskan bahwa mencari pekerjaan di Jakarta sangat sulit sehingga leboh baik mereka ditransmigrasi ke luar Jawa sambil membangun daerah-daerah lain di Indonesia yang masih tertinggal. Pernyataan peneliti tersebut sejalan dengan pernyataan Bandung Mawardi yang menjadi informan penelitian ini. Bandung Mawardi mengatakan bahwa puisi ini memiliki pesan bahwa jangan takhluk dengan modernisasi. Banyak orang yang diperbudak oleh pabrik-pabrik. Puisi ini menyiratkan agar kaum muda yang masih produktif lebih baik menciptakan lapangan pekerjaan bukan mengemis pekerjaan. 2. Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A. 2 jam sepekan sekolah disuapi English Grammar. . . tetek begek subbahasan present tense! Past! Future! Perfect . . . plus beberapa formula kalimat positif, negatif, juga interogatif . . . semua harus dihafal sampai pemakaian to be dan auxiliry-nya 2 jam berikutnya masih sepekan sekolah Dijejali English vocabulary serba sulit pelafalannya mulai adjective! Noun! Verb! Preposition! Hingga conjunction! Belum lagi idiomatic, exprestion, dan adverb yang bercabang menjadi adverb of time, frequency, manner cuma adverb of palce yang mudah semua harus diingat tanpa kecuali memegang kamus panduan Oxford Learner Pocket Dictionary 2 jam selanjutnya masih sepekan sekolah Praktik English conversation dengan teman sebangku . . . kadang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Discussion dan debate yang melibatkan otak, hati, dan liur Itulah . . . 6 jam sepekan sekolah. Bahasa Inggris selalu masuk agenda XWDPD´'HPLPDVDGHSDQJHQHUDVLPXGD´NDWDQ\D Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung Tinggi bahasa Inggris dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . . Siapa yang salah???? (Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 82). a. Tema Puisi Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A. Bertema keprihatinan terhadap keberadaan bahasa Indonesia makin dinomorduakan oleh bangsa Indonesia. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan 3 baris terakhir berikut ini .... Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung Tinggi bahasa Inggris dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . . Siapa yang salah???? Tiga baris terakhir puisi di atas menggambarkan keberadaan bahasa Indonesia yang mulai tergusur oleh bahasa asing, khsusnya bahasa Inggris. Belajar bahasa Inggris memang dapat menunjang masa depan sehingga lebih berkualitas. Akan tetapi, dengan jam pelajaran bahasa Inggris yang melebihi jam pelajaran bahasa Indonesia menyebabkan kedudukan bahasa Indonesia sedikit tergeser. Peserta didik lebih bangga apabila berbicara menggunakan bahasa Inggris meskipun bahasanya sulit dipelajari. Bukan salah peserta didik apabila mereka lebih bangga dengan bahasa Inggris dan bukan salah guru juga karena mereka hanya menjalankan kurikulum yang telah diatur pemerintah. Di satu sisi, bahasa Inggris penting untuk dipelajari, di sisi lain akibat mempelajari bahasa Inggris, kedudukan bahasa Indonesia menjadi tergeser. b. Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi yang berjudul Terjebak Dilema di atas adalah agar para siswa yang mendapat pelajaran bahasa Inggris lebih banyak dibandingkan bahasa Indonesia, tidak melupakan kedudukan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan bahasa pengantar. Bahasa Indonesia tetap menjadi kebanggaan meskipun bahasa asing kini banyak mendominasi istilahistilah di berbagai bidang kehidupan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Puisi Terjebak Dilema ini sangat relevan dengan keseharian siswa SMA. Puisi ini menggambarkan kesulitan para siswa ketika mempelajarai seluk-beluk bahasa Inggris, muali dari grammar sampai conversation. Kesluitan itu menimbulkan dilema tersendiri di hati para siswa, antara menguasai bahasa Inggris dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Puisi ini dapat dijadikan materi pembelajaran apresiasi puisi sebab temanya sangat relevan dengan keseharian siswa SMA, tidak hanya siswa kelas X SMA saja, siswa kelas XI dan XII pun dapat menggunakan puisi ini sebagai bahan belajar mereka. 3. Tanah Kelahiran 1 karya Ramadhan K. H Seruling di pasir ipis, merdu antara gundukan pohon pina tembang menggema di dua kaki. Burangrang-Tangkubanprahu Jamrut di pucuk-pucuk, Jamrut di air tipis menurun. Membelit tangga di tanah merah, dikenal gadis-gadis dari bukit. Nyanyian kentang sudah digali, Kenakan kebaya ke pewayangan Jamrut di pucuk-pucuk, jamrut di hati gadis menurun. (Dikutip dari Herman J. Waluyo dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 15-16) a. Tema Tema puisi yang berjudul Tanah Kelahiran 1 ini adalah tentang keindahan alam pegunungan dan perayaan pascapanen. Puisi tersebut mengeksplorasi keindahan alam pegunungan Tangkubanprahu. Berikut baris yang mendukung pernyataan tersebut. Seruling di pasir ipis, merdu antara gundukan pohon pina tembang menggema di dua kaki. Burangrang-Tangkubanprahu Puisi ini juga menceritakan tentang perayaan pascapanen. Dalam perayaan panen tersebut para gadis mengenakan pakaian kebaya dan mereka menari-nari sambil diringi alunan suara seruling. Tarian yang mereka mainkan adalah tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kisah para wanita pemetik teh dan buruh pemanen kentang. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris-baris berikut, Jamrut di pucuk-pucuk, Jamrut di air tipis menurun. Membelit tangga di tanah merah, dikenal gadis-gadis dari bukit. Nyanyian kentang sudah digali, Kenakan kebaya ke pewayangan Bandung Mawardi pun sepakat dengan pernyataan peneliti. Beliau menambahkan bahwa suara seruling menggambarkan kesederhanaan para penduduk desa di bawah bukit Burangrang dan Tangkubanprahu. Seruling dengan alunan yang merdu menggambarkan keharmonisan tatanan sosial manyarakat desa yang selalu menjaga dan berterima kasih pada alam. b. Amanat Puisi Tanah kelahiran 1 ini menggambarkan suaana pegunungan yang sejuk dan penuh hamparan kebun teh yang luas dengan gadis-gadis pemetik teh. Puisi ini mengisyaratkan agar manusia senantiasa menjaga keindahan dan kelestarian alam sebab dari sanalah sumber kehidupan manusia. Baris yang mendukung pernyataan tersebut adalah: .... Nyanyian kentang sudah digali, Kenakan kebaya ke pewayangan Jamrut di pucuk-pucuk, jamrut di hati gadis menurun. Para petani kentang mulai memanen kentang. Bagi para petani di daerah pegunungan, kentang dan kebun teh adalah hasil pertanian yang menjadi sumber SHQJKDVLODQ PHUHND 0HQXUXW %DQGXQJ 0DZDUGL ´MDPUXW´ DGDODK ODPEDQJ pucuk-pucuk dau teh yang menjadi sumber pengahsilan bagi para wanta pemetik teh. 4. Perahu Layar karya Darmanto Jatman Kembang layar kembang sibak air, ukir wajah laut. Kembang layar kembang tabur langit, remangi langit pada nelayan aku berteriak lantang:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ai, Abang, Abang pasang layar, Abang, pasang layar lalu hati meronta berdoa kepada Tuhan: o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan biar hati beriak menyusuri kehidupan lalu dengan alun aku pun menembang: kembang layar kembang laju ke ujung bumi, batas langit dan laut. (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 16-17) a. Tema Puisi Perahu Layar karya Darmanto Jatman di atas memiliki tema tentang kehidupan para nelayan. Baris yang mendukung pernyataan tersebut adalah, lalu hati meronta berdoa kepada Tuhan: o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan biar hati beriak menyusuri kehidupan Bila dianalisis secara hermeneutik, baris tersebut menyiratkan doa yang dipanjatkan oleh seseorang kepada para nelayan yang sedang melaut. Kehidupan nelayan memang keras, mereka harus berjuang menjelajah laut untuk mencari ikan sebagai sumber penghasilan mereka. b. Amanat Puisi tersebut ditulis untuk para nelayan yang gigih mempertahankan hidupnya. Sang penyair ingin menyampaikan pesan kepada para nelayan bahwa meskipun hidup mereka sulit dan keras karena selalu berhadapan dengan ganasnya laut, tetapi para nelayan itu harus terus berjuang sebab di tangan para nelayan itulah kehidupan keluarga mereka bergantung. Puisi ini dapat menginspirasi orang untuk berusaha secara maksimal. Seorang nelayan pun berani mempertarukan nyawa bergulat dengan ganasnya ombak demi anak dan istri, mengapa yang diberi kehidupan lebih nyaman dan aman tanpa harus bergulat dengan bahasa tidak pernah bersyukur. Belajar dari profesi nelayan, itulah amanat dari Darmanto Jatman. Pernyataan Bandung Mawardi pun sama bahwa pekerjaan sebagai nelayan sama saja mempertaruhkan nyawa demi rupiah yang tidak seberapa. Perjuangan para nelayan ini patut dicontoh oleh peserta didik peserta didik jadi lebih bersyukur dan terdorong keinginannya meraih puncak kehidupan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Stasiun Tugu karya Taufik Ismail Tahun empat puluh tujuh, suatu malam di bulan Mei Ketika kota menderai dalam gerimis yang renyai Di tiang barat lentera merah mengerjap dalam basah Menunggu perlahan naiknya tanda penghabisan Keleneng andong terputus di jalan berlinangan Suram ruang stasiun berada dan tempat menunggu Truk menunggu dan laskar berlagu-lagu perjuangan Di Tugu seorang ibu menunggu, dua anak dipangku. Berhentilah waktu di stasiun Tugu, malam ini Di suatu malam yang renyai, tahun empat puluh tujuh Para penjemput kereta Jakarta yang penghabisan Hujan pun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh Di tiang barat lentera mengerjap dalam basah Anak perempuan itu dua tahun, melengkap dalam pangkuan Malam makin lembab, kuning gemetar lampu stasiun $QDNQ\DPDVLKPHQ\DQ\L´6DWX7XMXK'HODSDQ7DKXQ´ Udara telah larut ketika tanda naik pelan-pelan Seluruh penjemput sama tegak, memandang ke arah barat Ibu menjaga anaknya yang kantuk dalam lena Berkata: lambaikan tanganmu dan panggillah Bapa Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 104-105) a. Tema Puisi Taufik Ismail ini bertema tentang tragedi kemanusian atau peperangan. Peperangan yang telah menyebabkan banyak pahlawan yang gugur. Baris puisi yang menandakan bahwa tema puisi ini peperangan, yaitu: Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kutipan bait terakhir tersebut menggambarkan kedukaan yang dialami seluruh bangsa Indonesia karena peperangan belum juga usai. Peperangan justru menambah korban jiwa yang tidak berdosa. Banyak ibu kehilangan anak, istri-istri kehilangan suami, dan anak-anak yang kehilangan ayah. Baris terakhir di atas juga menjelaskan maksud dari puisi Stasiun Tugu bahwa puisi tersebut merupakan kesimpulan atas peristiwa yang terjadi di Stasiun Tugu. Seorang ibu dan anaknya sedang menunggu sebuah kereta. Awalnya peneliti mengira bahwa kereta yang dimaksud adalah kereta penumpang biasa. Namun setelah membaca bait terakhir, peneliti menyimpulkan bahwa kereta yang dimaksud adalah kereta jenazah para pahalawan yang gugur dalam peperangan di Klender Jakarta siang itu. Pernyataan peneliti diperkuat oleh pendpat Bandung Mawardi yang menyatakan bahwa tema puisi ini bertema tragedi kemanusia yang disebabkan konflik antara bangsa Indonesia dengan pemerintah Jepang tentang kemerdekaan RI. Penyair hendak menggambarkan kedukaan keluarga para pahlawan yang gugur dalam peperangan di Klender Jakarta. b. Amanat Puisi Stasiun Tugu ini ditulis oleh Taufik Ismail untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam medan perang di Klender, Jakarta. Taufik Ismail ingin memberikan penghormatan terakhir untuk para pahlawan bangsa itu. Penyair juga berpesan kepada seluruh bangsa Indonesia agar turut berduka cita untuk para pahlawan, mengenang jasa-jasa mereka, dan meneruskan perjuangan mereka meskipun Indonesia telah merdeka. Merdeka dari penjajahan memang sudah didapat sejak tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi kemerdekaan dari pemerintahan yang korup dan merdeka dari kemiskinan belum dinikmati bangsa Indonesia. Lewat puisi inilah, Taufik Ismail ingin seluruh bangsa Indonesia menengok ke masa lalu, betapa keras dan berat perjuangan para pahlawan. Bangsa Indonesia saat ini, cukup meneruskan saja. Puisi Stasiun Tugu ini menurut peneliti cocok digunakan sebagai materi ajar apresiasi puisi kelas SMA sebab dapat meningkatkan rasa nasionalisme para peserta didik. Puisi ini membantu peserta didik mempelajarai sejarah. Biasanya pelajaran sejarah sangat membosankan, maka apabila puisi dijadikan materi ajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk sejarah akan membuat peserta didik menyukai pelajaran ini. Begitu pun untuk pelajaran bahasa Indonesia, puisi ini dapat melatih kepekaan hati peserta didik sebab banyak bahasa simbol yang digunakan penyair. Bahasa simbol itu contihnya, gerimis, lentera merah, uap ungu, keleneng andong, dan lain-lain. 6. Senja di Pelabuhan Kecil (buat: Sri Ajati) Karya Chairil Anwar Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 105-106) a. Tema Puisi berjudul Senja di Pelabuhan Kecil LQL EHUWHPD ´NHSXWXVDVDDQ GDQ NHSDVUDKDQEXQXKGLUL´GLEXNWLNDQGHQJDQNXWLSDQEDULVVHEDJDLEHULNXW Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Kata kuncinya adalah pantai. Pantai adalah batas antara hidup dan mati. Si aku sudah mempunyai firasat bahwa dia akan segera mati meinggalkan Sri Ayati kekasihnya. Bandung Mawardi menambahkan puisi ini juga menandakan bahwa akhir dari sesuatu itu adalah sebuah takdir. Takdir disimbolkan oleh kata ´JHULPLV´7XKDQEHUMKDNPHQXUXQNDQJHULPLV LWXGL PDQDSXQ'LDPDX%HJLWX pula dengan takdir. Setiap manusia telah diberikan takdirnya. b. Amanat Puisi berjudul Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar ini menyiratkan suatu kegalauan, keputusasaan dan rasa ingin mati. Si aku merasa kalau dia sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diambang batas antara hidup dan mati. Dia hendak berpamitan dengan sang kekasih (Sri Ajati). Perhatikan kutipan bait di bawah ini! Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. NDOLPDW´*HULPLVPHPSHUFHSDWNHODP´DGDODKNDWDNXQFLXQWXNPHQJXQJNDS pesan yang ingin disampaikan Chairil. Kata gerimis melambangkan takdir yang tidak dapat ditolak manusia. Gerimis datangnya dari langit. Tidak seorang pun yang mampu menolak gerimis. Gerimis bebas saja memilih tempat dia turun. Seperti itulah takdir Tuhan. Apabila saatnya mati maka manusia tidak bisa menolak takdir itu. 7. Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta Dengan perut lapar dan harapan kosong Aku menelanmu, Jakarta Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua Onggokan sampah telah jadi menu utamaku Roda gerobak adalah sendok dan garpu Tuhan, jangan beri aku uang Baunya lebih kecut ketimbang sampahku Mendingan di bayang-bayang pohon mangga Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu Untukmu, Jakarta Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng Dan pedagang kaki lima Jakarta, seribu tahun genap sudah Engkau masih compang-camping, luka-luka Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana Bianglala di atas perkampungan Bikin cinta terbakar dalam perut lapar (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 106) a. Tema Puisi Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta ini bertema kritik sosial dan pembunuhan terhadap diri sendiri. Pembunuhan terhadap diri sendiri maksudnya banyak orang yang pergi ke kota. Namun setelah sampai di kota mereka hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi gelandangan karena tidak memiliki keahlian apapun. Kritik sosial terhadap pemerintah kota Jakarta yang belum maksimal mengelola kota Jakarta sehingga banyak warganya yang hidup miskin. Pernyataan peneliti tersebut didasari oleh kutipan bait terakhir puisi tersebut, yaitu. Jakarta, seribu tahun genap sudah Engkau masih compang-camping, luka-luka Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana Bianglala di atas perkampungan Bikin cinta terbakar dalam perut lapar Berdasarkan bait terakhir di atas, dapat pula peneliti jelaskan bahwa meskipun usia Jakarta sudah tua, namun kondiri fisik kotanya belum rapi. Masih ada perkampungan kumuh tempat tinggal para warga miskin. Warga miskin yang yang tinggal di perkampungan kumuh itu adalah warga dari desa-desa berurbanisasi ke Jakarta untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Bandung Mawardi mengatakan bahwa seseorang apabila sudah urbanisasi ke kota dia juga harus siap hidup keras. Kesempatan menjadi kaya sebenarnya tidak hanya terdapat di kota, tetapi juga kembangkan daerah asal sehingga mampu membuat daya tarik bagi wisatawan. b. Amanat Puisi yang berjudul Potret Tukang Sampah ini menyiratkan bahwa sang penyair ingin pembaca puisi ini sadar bahwa masih banyak manusia yang hidup kekurangan dan miskin. Si tukang sampah merasa kecewa dengan kondisi Jakarta yang masih kacau baik dari aspek soaial maupun ekonomi. Bahkan si tukang sampah menolak diberi uang. Dia menolak bukan karena ia tidak mau diberi rizki oleh Tuhan. Dia menolak uang yang bukan dari hasil kerjanya memungut sampah.si tukang sampah mementingkan kehalaln dalam mendapatkan uang. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan berikut, Tuhan, jangan beri aku uang Baunya lebih kecut ketimbang sampahku Mendingan di bayang-bayang pohon mangga Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu Berdasarkan kutipan di atas, peneliti dapat menjelaskan pula bahwa si tukang sampah setelah bekerja memungut sampah, lebih baik dia menulis cerita untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anak cucunya tentang Jakarta. Dia ingin anak cucunya di masa yang akan datang tidak mengalami hal yang dia alami. Dia ingin anak cucunya dapat hidup lebih baik di kota Jakarta di masa yang akan datang. Penyair ingin membuat pembaca puisi ini agar lebih peduli dengan orang-orang yang hidup dalam garis kemiskinan. Penyair juga hendak menyampaikan pesan kepada manusia agar manusia tidak mempunya keahlian apapun jangan sekali-sekali pindah ke kota untuk hidup di sana. Bandung Mawardi mrnambahkan bahwa Hjrah ke kota. Kota adalah pembunuh. Kota adalah barang konsumtif. Kota adalah penyakit. Pernyataan Bandung Mawardi tersebut sesuai dengan bait terakhir puisi tersebu. 8. Matahari-matahari! Karya Muchtar Lubis Engkau yang tiap hari Menyinari bumi kami Dan mengatur siang dan malam kami Engkau bersinar pada saat ini Ketika kami berkumpul mencari Apa yang harus kami lakukan Untuk masa kini dan masa depan Bangsa indonesia, anak-anak kami anak-anak cucu kami dan cucu-cucu mereka sinarilah hati kami dan pikiran kami agar menjadi terang benderang hingga kami dapat melakukan yang perlu kami lakukan agar generasi sesudah kami, anak-anak dan cucu-cucu kami dapat meneruskan langkah bangsa kami ke masa depan yang sudah menunggu di balik pintu waktu Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa kami (Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 106-107) a. Tema Puisi yang berjudul Matahari-matahari ini bertema tentang doa/permohonan kepada Tuhan. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan kutipan baris ´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kutipan baris di atas, umumnya adalah kalimat penutup yang diucapkan setelah berdoa kepada Tuhan. Permintaan/ doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba kepada Tuhannya yang meminta kepada Tuhan selalu memberikan kasih sayangnya kepada bangsa Indonesia, memberikan kemakmuran, kesejahteraan. Pernyataan peneliti tersebut didasarkan pada kutipan di bawah ini,. agar menjadi terang benderang hingga kami dapat melakukan yang perlu kami lakukan agar generasi sesudah kami, anak-anak dan cucu-cucu kami dapat meneruskan langkah bangsa kami ke masa depan yang sudah menunggu di balik pintu waktu. b. Amanat Amanat yang ingin disampaiakan penyair lewat puisinya adalah sebagai bangsa Indonesia dan sebagai hamba Allah yang beriman, hendaknya harus selalu ingat pada Tuhan dan memohon ampun pada Allah, Tuhan umat islam. Yang mengatur waktu dan yang memberi rizki bukanlah matahari melainkan Tuhan. Siang hari adalah simbol waktu untuk manusia mencari dunia dan saat malam saat kembali mencari Tuhan. 9. Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta Dari manakah mereka Ke satsiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa Sebelum peluit kereta pagi terjaga Sebelum hari bermula dalam pesta kerja Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta Ke manakah mereka Di atas roda-roda baja mereka berkendara Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota Merebut hidup di pasar-pasar kota Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta Siapakah mereka Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 216)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tema Puisi Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya ini bertema kehidupan wanita-wanita desa. Pernyataan tersebut peneliti dasarkan pada kutipan bait puisi di bawah ini. Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta Dari manakah mereka Ke satsiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa Sebelum peluit kereta pagi terjaga Sebelum hari bermula dalam pesta kerja Berdasarkan kutipan bait pertama di atas, peneliti dapat menjelaskan bahwa penyair menceritakan kehidupan wanita-wanita desa yang perkasa yang setiap pagi buta berjalan menuruni bukit, membawa bakul-bakul berisi hasil pertanian, menuju ke kota untuk dijual di pasar. Perempuan-perempuan perkasa tersebut sudah mulai bekerja sejak sebelum matahari terbit, ketika orang-orang masih terlelap tidur. Permepuan-perempuan itu berjuang demi keluarga mereka dan kehidupan seluruh masyarakat di desanya. Perempuan-perempuan itulah yang menjual kebutuhan-kebutuhan hidup para warga kota dan para warga desa lain. Pernyataan tersebut peneliti temukan pada kutipan berikut. .... Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa Menghidupi desa demi desa maksudnya adalah menjual hasil pertanian yang merupakan kebutuhan hidup para warga masyarakat. Puisi ini mengingatkan manusia atas jasa-jasa permepuan-perempuan yang erjualan di pasar. Mereka berjuang sejak matahari belum terbit, ketika pada umumnya semua orang masih terlelap. Ibu-ibu perkasa itu selalu ikhlas menjalankan perannya sebagai ibu-ibu yang berjualan sayur di pasar demi tercukupinya kebutuhan warga kota. b. Amanat Lewat puisi Perempuan-perempuan Perkasa tersebut, penyair ingin mengingatkan manusia agar selalu mengharagi perjuangan perempuan-perempuan pembawa bakul yang berjualan di pasar-pasar kota. Sebenarnya mereka memiliki kehidupan yang berat. Mereka harus bangun pagi-pagi sekali setiap hari. Turun dari bukit membawa bakul-bakul berisi hasil pertanian untuk dijual di pasar kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penyair ingin supaya pembaca tidak meremehkan peran perempuan dalam setiap aspek kehidupan. Terkadang perempuan memiliki kekuatan yang lebih dibanding laki-laki. 10.
Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi Perempuan tua itu senantiasa bernama: Duka derita dan senyum yang abadi Tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi Dari ujung rambut sampai telapak kaki Perempuan tua itu senantiasa bernama: Korban, terima kasih, restu, dan ampunan Dengan tulus setia telah melahirkan Berpuluh lakon, nasib sejarah manusia Perempuan tua itu senantiasa bernama: Cinta kasih sayang, tiga patah kata purba Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 218)
a. Tema Puisi karangan Umbu Landu Paranggi di atas bertema kekaguman kepada Ibu. Dari judulnya, yaitu Ibunda Tercinta sudah menandakan bahwa sang penyair sangat kagum pada sosok bernama ibu. Selain dari judul ayng sudah menggambarkan tema puisi, dari baris-baris puisinya pun juga menyebutkan kekaguman pada sosok ibu. Kutipan baris puisi yang mendukung pernyataan peneliti tersebut salah satunya adalah, Perempuan tua itu senantiasa bernama: Duka derita dan senyum yang abadi Tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi Dari ujung rambut sampai telapak kaki Baris di atas menyebutkan bahwa sosok seorang ibu memiliki semua hal yang dibutuhkan seorang anak, yaitu tempat sang anak menumpahkan dukanya, tempat anak mencari senyum kebahagiaan yang abadi. Karena begitu kagum, si penyair menyebut sosok fisik seorang ibu bagaikan baris-baris puisi yang paling indah. Seolah-olah di tubunya tertulis bait-bait puisi yang memiliki bahasa yang merdu. Ibu adalah makhluk yang indah dengan kasih sayang dan kelembutannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Amanat Penyair lewat puisi ini ingin menyampaikan bahwa jasa, kasih sayang, dan semua hal yang dilakukan dan diberikan oleh seorang ibu hanya dapat diwakili dengan satu kata, yaitu ikhlas. Sudah suatu keharusan seorang anak berterima kasih kepada ibu, menyayangi ibu seperti dia menyayangi anak-anaknya. Namun hal yang telah anak lakukan kepada ibu, sebanyak apapun materi yang telah dikorbankan, seberapa besar dan keras usaha seorang anak untuk membuat ibu bahagia, belum cukup untuk membayar hal-hal yang telah ibu berikan, terutama ketika ibu mengandung, melahirkan dan mendidik anak-anaknya hingga menjadi manusia sejati. Ibu tidak akan pernah meminta imbalan apapun dari anakanaknya. Kasih sayang ibu sama seperti matahari yang menyinari dunia sesuai lagu Kasih Ibu. Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa dan dia hanya mengharap dan mendoakan anaknya supaya hidup bahagia. 11.
Surat Dari Ibu karya Asrul Sani Pergi ke dunia luas, anakku sayang Pergi ke laut bebas! Selama angin masih angin buritan Dan matahari menyinari daun-daunan Dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang Pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang Dan warna senja belum kemerah-merahan Menutup pintu waktu lampau Jika bayang telah pudar Dan elang laut pulang ke sarang Angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri Dan nakhoda sudah tau pedoman Boleh engkau datang padaku Kembali pulang, anakku sayang Kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita Tentang cinta dan kehidupanmu pagi hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 218-219) a. Tema Puisi yang berjudul Surat dari Ibu tersebut bertema perjuangan seorang pemuda untuk meraih puncak kehidupan. Puisi ini juga berlatar kebudayaan Minang (Sumatra Barat). Kehidupan yang dimaksud pada puisi ini adalah kehidupan di dunia luar. Kehidupan seorang pemuda Minang yang saat usianya sudah dewasa, maka ia harus merantau untuk mencari kehidupan sendiri dan meraih cita-citanya. Kutipan baris puisi yang mendukung pernyataan peneliti adalah, Pergi ke laut lepas, anakku sayang Pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang Dan warna senja belum kemerah-merahan Menutup pintu waktu lampau Sang ibu berpesan kepada sang anak selama sang anak masih muda dan masih banyak kesempatan terbuka lebar, maka sang anak segera meninggalkan kampung halaman dan pergi ke kota untuk mengadu nasib dan memperbaiki kehidupannya. Dunia lepas dan luas yang dimaskud adalah daerah rantau yang akan didatangi oleh para orang Minang. Orang Minang banyak yang menjadi saudagar atau pedagang. Merekja merantau ke kota di luar pulau sumatra, misalnya Jakarta, Surabaya, kota-kota di kalimantan, bahkan sampai ada yang merantau ke Denpasar, Bali. b. Amanat Penyair lewat puisi ini ingin menyampaikan pesan bahwa bagi para pemuda Minang khususnya dan pemuda Indonesia pada umumnya untuk bekerja keras menata hidup, meujudkan cita-cita selama masih muda dan masih banyak kesempatan. Bait puisi yang mendukung pernyataan peneliti tersebut adalah, Pergi ke dunia luas, anakku sayang Pergi ke laut bebas! Selama angin masih angin buritan Dan matahari menyinari daun-daunan Dalam rimba dan padang hijau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun, setelah sang anak sudah meraih kesuksesan, maka dia boleh kembali ke daerah asalnya. Sang anak tidak boleh melupakan jasa sang ibu yang selalu berdoa untuk kesuksesan sang anak. Pernyataan terbut didukung oleh bait puisi berikut. Jika bayang telah pudar Dan elang laut pulang ke sarang Angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri Dan nakhoda sudah tau pedoman Boleh engkau datang padaku Sudah menjadi kewajiban bagi sang anak untuk merawat dan membahagiakan sang ibu. Betapa pun jauhnya sang anak merantau dia harus tetap kembali ke kampung halamannya. Dia harus tetap berbakti kepada orang tuanya dan mengembangkan kampung halamannya. Begitulah pesan yang ingin disampaikan Asrul Sani melalui puisinya ini. 12.
Candi Muara Jambi Karya Dimas Arika Miharja Aku dengar keluh batu-batu runtuh berpeluh Tak ada arca atau stupa hanya ilalang Bergoyang terpanggang matahari Sebuah situs tak terurus menggerus hati Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri Mengaca pada bayang batanghari Yang tiada henti merangkum tragedi Aku sendiri membangun candi Dalam mimpi yang sulit diurai Di kedalaman hati: kau tegar abadi 'LNXWLS GDUL ´$QJNDWDQ GDODP 6DVWUD ,QGRQHVLD´ GDODP Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 13).
a.
Tema Tema puisi Candi Muara Jambi
adalah kritik sosial. Kritik sosial yang
dimaksud adalah keperihatinan penyair melihat situs candi Muara Jambi yang tidak terurus dan hampir rusak. Bandung Mawaedi juga sependapat dengan SHUQ\DWDDQSHQHOLWL%DQGXQJ0DZDUGLPHQJDWDNDQEDKZDEDULV³6HEXDKVLWXVWDN WHUXUXVPHQJJHUXVKDWL´PHUXSDNDQEDULV\DQJPHQMDGLWRORNXNXUSHQHQWXDn tema
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
puisi ini. Situs bersejarah ini tidak diperhatikan oleh pemerintah Jambi sehingga terbengkalai dan rusak. Pernyataan tersebut didukung oleh kutipan berikut, Sebuah situs tak terurus menggerus hati Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri Berdasarkan penggambaran penyair lewat puisinya, Candi Muara Jambi keadaannya sangat memprihatinkan. Arca-arca dan supa-stupa banyak yang runtuh. Bahkan pemerintah setempat pun tidak peduli dengan kondisi situs candi tersebut. Pernyataan peneliti tersebut berdasar pada kutipan berikut, Aku dengar keluh batu-batu runtuh berpeluh Tak ada arca atau stupa hanya ilalang Bergoyang terpanggang matahari ... ... Aku sendiri membangun candi Dalam mimpi yang sulit diurai Di kedalaman hati: kau tegar abadi Kutipan tiga baris terakhir di atas, merupakan ungkapan hati penyair, bahwa dia masih peduli dengan keberadaan situs candi Muara Jambi. Penyair tidak dapat berbuat apa pun untuk melestarikan keberadaan candi tersebut. Si penyair hanya bisa mengaggumi candi tersebut meskipun keadaannya sudah rusak. b. Amanat Puisi Candi Muara Jambi ditulis penyair dengan maksud memberikan teguran pada masyarakat dan pemerintah Jambi agar peduli dengan keberadaan dan kelestarian situs candi Muara Jambi. Ketidakpedulian pemerintah Jambi disimbolkan penyair lewat kytipan baris di bawah ini. Aku sendiri membangun candi Dalam mimpi yang sulit diurai ... Penyair bermaksud menyindir pemerintah yang tidak peduli dengan kondisi candi Muara Jambi yang telah rusak. Seharusnya pemerintah lebih peka. Kalimat ³PLPSL \DQJ VXOLW GLXUDO´ PHQ\LPERONDQ EDKZD VL DNX KDQ\D GDSDW membayangkan kemegahan candi Muara Jambi hanya di dalam hayalnya tanpa tahu kapan dapat terwujud menjadi nyata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13.
digilib.uns.ac.id
Bantimurung Karya Ras Agaffar Gemericik airnya meneteskan puisi alam yang panjang Mengalirkan mata air kerinduan, memelahkan duka kecemasan Di celah-celah bebatuan Di pucuk ranting pepohonan Di ujung mentari kepagian Di lereng bukit kedamaian Di bibir sungai kebeningan Di cakrawala langit kebebasan Di rentang siang kecerahan Di sejuk udara kenikmatan Bantimurung Gemuruh airnya menerjang sepanjang musim Mengalir ke kota, kesawah, ke ladang-ladang kehidupan Menumbuhkan gairah, harapan masa depan Bantimurung Bumi yang dihuni sang kupu-kupu Hinggap dan bertebaran Di antara serangga satwa lindung anugerah Ilahi Menipukan pesona lagu-simponi kelestarian alami. (Dikutip dari Ombak Losari ´6ajak-VDMDN GDUL 0DNDVDU´ GDODP Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 15).
a.
Tema Tema puisi Bantimurung karya Ras Agaffar adalah keindahan alam dan
kebermanfaatan alam bagi kehidupan makhluk hidup. Keindahan alam yang dimnaksud dalam puisi tersebut adalah air terjun Bantimurung dengan airnya yang deras menjadi sumber kehiupan bagi ekosistem di sekitarnya. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut. Bantimurung Bumi yang dihuni sang kupu-kupu Hinggap dan bertebaran Di antara serangga satwa lindung anugerah Ilahi Menipukan pesona lagu-simponi kelestarian alami b. Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Bantimurung adalah agar manusia tetap menjaga kelestarian Taman Nasional Bantimurung. Bantimurung adalah sebuah Taman Nasional yang di dalamnya terdapat tempat pembudidayaan berbagai jenis kupu-kupu. Selain itu, kejernihan air adalah sumber air bersih bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat sekitar sebab airnya selalu mengalir sepanjang musim bahkan di musim kemarau. Amanat tersebut dapat dilihat dengan memaknai kutipan baris berikut. Gemuruh airnya menerjang sepanjang musim Mengalir ke kota, kesawah, ke ladang-ladang kehidupan Menumbuhkan gairah, harapan masa depan 14.
Malam Mulai Bercerita oleh Isna Malam mulai bercerita Ketika bintang-bintang berlomba menampakkan sinarnya Ketika rembulan tersenyum pada bumi dengan manja Atau, ketika suara sunyi beradu dengan temaramnya senja Malam mulai bercerita Tentang kayu yang rapuh dimakan rayap Tentang daun yang gugur di batas musim Dan tentang perputaran waktu yang tak pernah berhenti Malam mulai bercerita Bagaimana kehidupan dijadikan panggung pertunjukan Atau, bagaimana manusia saling berlomba mencari kepuasan Dan tak tahu akhir dari perjalanan Ketika malam mulai bercerita Bersama gelap, sunyi, dan kekosongan Terselip satu pijar yang menusuk jiwa Dan menggetarkan segala keangkuhan Meruntuhkan segala yang nyata di depan mata Tahukah kau? Ketika malam mulai bercerita Sebenarnya dia mengajak kita untuk kembali... Pada satu tujuan. (Domumentasi Isna dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 22).
a.
Tema Puisi berjudul Malam Mulai Bercerita karya Isna ini bertema ketuhanan.
Pembaca diajak melakukan perenungan tentang ketuhanan. Saat malam yang sunyi banyak dimanfaatkan orang yang beriman untuk mengingat Tuhan dan akhirat. Namun tidak sedikit orang yang memanfaatkan kegelapan malam untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbuat dosa. Pernyataan peneliti tersebut dibuktikan dengan kutipan baris berikut ini, Tahukah kau? Ketika malam mulai bercerita Sebenarnya dia mengajak kita untuk kembali... Pada satu tujuan. Penyair melambanagkan keindahan malam sebagai wujud keagungan Tuhan. .DOLPDW³3DGDVDWXWXMXDQ´Pengacu pada Tuhan sebab hidup di dunia ini hanya memeiliki satu tujuan yaitu kembali pada Tuhan yang Esa. b.
Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Malam Mulai Bercerita
ini ditulis oleh Isna dengan tujuan menggambarkan keagungan Tuhan lewat penggambaran malam yang indah. Pernyataan peneliti tersebut atas dasar tema puisi yang telah peneliti jelaskan di atas. Penyair secara implisit ingin menyadarkan manusia bahwa semua yang terjadi saat malam hari ada yang mengatur, yaitu Tuhan. Penyair bermaksud menyampaikan bahwa satu-satunya tujuan manusia hidup di dunia ini adalah kembali pada satu tujuan, yaitu Tuhan yang Esa. 15.
Bagaimana karya Oc. Mandank Kadang-kadang aku benci Bahkan sampai aku maki ..... diriku sendiri Seperti aku Menjadi seteru .....diriku sendiri Waktu itu Aku...... Seperti seorang lain dari diriku Aku tak puas Sebab itu aku menjadi buas Menjadi buas dan panas (Dikutip dari Intisari Sastra Indonesia dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 43)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Tema Tema puisi Bagaimana karya Oc. Mandank ini adalah kemarahan dan
kebimbangan, penghinaan terhadap diri sendiri.. Kemarahan yang dimaksud adalah kemarahan pada diri sendiri. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi berikut, Kadang-kadang aku benci Bahkan sampai aku maki ..... diriku sendiri Bentuk tipografi yang zig-zag menandakan suatu perosalan yang pelik. Si aku sedang mengalami konflik batin yang amat rumit. Liku kehidupan yang dihadapi si aku tergambar jelas. Sampai persoalan itu menimbulkan konflik dalam dirinya sendiri. b.
Amanat Lewat puisi Bagaimana penyair ingin menyampaikan kegalauan dan
kemarahan yang dia alami. Kemarahan dan kekecewaan kepada dirinya sendiri. Judul Bagaimana menunjukkan bahwa penyair merasa bingung tentang dirinya sendiri. Dia merasa bersalah dan belum puas atas hal yang terjadi pada dirirnya. Penyair merasa kecewa pada dirinya sendiri. Pernyataan peneiliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi berikut. Aku tak puas Sebab itu aku menjadi buas Menjadi buas dan panas Kata buas dan panas menandakan kalau si aku sangat marah dan emosinya tidak terkendali. penyair dengan tipografi yang zig-zag bermaksud menyampaikan bahwa masalah yang dia hadapi sangat rumit. 16.
Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie Senja ini, matahari turun ke dalam jurang-jurangmu Aku datang kembali Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan Dan aku terima kau dalam keberadaanmu Seperti kau diterima aku Aku cinta padamu. Pangrango yang dingin dan sepi Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hutanmu adalah misteri segala Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali Dan bicara padaku tentang kehampaan semua Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar Terimalah dan hadapilah Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang Membara Aku terima ini semua Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas Jurangmu Aku cinta padamu, Pangrango Karena aku cinta pada keberanian hidup (Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA . udhistira, 2006: 56) a.
Tema 7HPD SXLVL NDU\D 6RH +RN *LH LQL DGDODK NHNDJXPDQ VL ´DNX´ DWDX SHQ\DLU
pada keindahan alam sekaligus kemisteriusan alam Pangrango. Si aku adalah seorang pendaki gunung yang berjiwa pemberani. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi berikut, Aku cinta padamu, Pangrango Karena aku cinta pada keberanian hidup. Penyair menceritakan keindahan alam di Gunung Pangrango dan taman wisata Mandalawangi sekaligus menyebutkan bahaya yang mengancam bila hendak mendaki ke Pangrango. Keindahan digambarkan dengan alunan sungai yang bening, kesepian digambarkan dengan hutan yang misterius, dan bahaya yang diwakili oleh jurang yang mengelilibgi Pangrango. Berikut adalah kutipan baris puisi yang menjadi dasar pernyataan peneliti. ... Aku cinta padamu. Pangrango yang dingin dan sepi Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada Hutanmu adalah misteri segala ... ... Aku terima ini semua Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jurangmu. . . b.
Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair adalah agar manusia selalu berani
menjalani hidup. Hidup mempunyai tiga hal yang harus dijalani manusia, yaitu keindahan atau kebahagiaan, misteri, dan bahaya. Ketiga hal tersebut masingmasing diwakili oleh sungai sebagai lambang keindahan, kebeningan airnya mewakili hidup yang damai. Misteri diwakili oleh hutan yang sepi, dan bahaya yang digambarkan dengan hutan yang mengelilingi Pangrango. Pangrango merupakan lambang kehidupan yang penuh dengan tiga hal tadi. Seorang pendaki gunung seperti penyair adalah simbol manusia yang berani menantang kehidupan. Meski berat, namun setelah sampai di puncak, artinya dia sudah menemukan kebahagiaan. 17.
Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang Saudara Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian Telah mereka hancurkan rumah harapan kita Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi Tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik Ketentraman ke tepi Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini Yang bisa menghanguskan kota ini lagi Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak Tertahankan lagi Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan Dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita.... (ikutip dari Pembawa Matahari dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA. Yudhistira, 2006: 58)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Tema Tema puisi Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M ini bertema kritik sosial.
Kritik sosial terhadap pemerintah Indonesia. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi berikut, Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita.... Kondisi politik Indonesia yang bergejolak membuat rakyat menderita. Perang saudara terjadi di berbagai daerah. Pemerintah tidak berusaha menyelesaikan konflik tersebut. Mereka justru sibuk mengurus kepentingan masing-masing. Rakyat terluka, terlantar, dan sengsara tidak ada yang peduli. Banyak pemimpin yang cerdas. Namun kecerdasannya hany digunakan untuk memakmurkan dirinya sendiri. b.
Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi ini adalah kritik kepada
pemimpin negeri ini bahwa para pemimpin tidak mampu memimpin republik ini. Penyair menggambaraka keadaan rakyat indonesia yang hidup sengsara, kelaparan dan hanya dapat bermimpi ketika ingin menikmati kesejahateraan dan kemakmuran. Pernyataan peneliti ini didasarkan pada kutipan baris berikut ini. Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak Tertahankan lagi Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan Dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi Berdasarkan kutipan baris puisi di atas, peneliti juga menyimpulkan bahwa pemimpin-pemimpin negeri ini hanya dapat berjanji tanpa bisa mewujudkan. Penduduk Indonesia telah dirampas hak dan kesempatan untuk sejahtera. 18.
Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle Gugur daun-daun kering Bagai mataku yang menetes Satu per Satu : siapakah yang kan peduli Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dan air mataku takkan berhenti meratapi : siapakah yang kan peduli Andai pohon itu jadi tumbang? andai harapanku jadi lengang? Dikutip dari Apresiasi Puisi Remaja dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 62) a.
Tema Puisi karya Ary Andreas Toelle di atas bertema kesedihan. Kesedihan karena
tidak ada yang peduli dengan si aku (penyair). Pernyataan tersebut peneliti dasarkan pada kutipan baris puisi berikut, Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan Dan air mataku takkan berhenti meratapi : siapakah yang kan peduli Air mata dan kesedihannya dia gambarkan seperti daun kering yang berguguran. Dau kering ketika jatuh ke tanah berarti telah menjadi sampah. Seperti itulah perasaan si penyair saat menulis puisi Daun dan Ai Mata. b.
Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya ini adalah ia ingin
mengungkapkan kesedihannya. Dia ingin ada orang yang peduli dan memperhatikannya. Dia merasa kesepian karena tidak satupun orang yang memperhatikan. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi berikut. Andai pohon itu jadi tumbang? andai harapanku jadi lengang? Si penyair merasa putus asa dan seperti pohon tua yang telah tumbang, begitulah semua harapan yang dia miliki saat itu: harapannya tumbang. 19.
Menyesal karya Ali Hasjimi Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ah, apa guna ku sesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang bakti. Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 72-73) a.
Tema Tema puisi yang berjudul Menyesal adalah penyesalan yang terlambat atas
kesalahan dan perbuatan si aku di masa mudanya. Peneliti sudah dapat menentukan tema puisi tersebut berdasarkan judulnya. Selain itu peneliti juga mengambil kesimpulan yang demikian juga berdasarkan kutipan baris puisi berikut. Ah, apa guna ku sesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma Sampai kapan pun penyesalan, maka semua hanya sia-sia. Oleh sebab itu sebelum terlambat, berbuatlah secara maksimal dan jangan pernah menyianyiakan kesempatan dan waktu yang dimiliki. b.
Amanat Penyair ingin menyampaikan kepada kaum muda untuk memanfaatkan masa
muda dengan bekerja keras dan menuntut ilmu. Bekerja keras dan menuntut ilmu di masa muda memiliki maksud agar di usia tua tidak menyesal dan dapat menikmati usia dengan sejahtera, kaya lahir dan batin. Pernyataan peneliti tersebut peneliti dasarkan pada kutipan baris puisi berikut. Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang bakti. 20.
Perkabungan di Laut Timur karya Hamdy Salad Burung-burung berkalung hampa Melipat bendera di laut Timor Anyir ombak berkejaran sepanjang musim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Merangkai buih dalam perkabungan Ikan-ikan menggelembungkan rasa perih Mendorong bangkai ke tepi pantai Lambang sengketa dan pertikaian Kapal-kapal berlayar dalam gelap Menebar dusta para perampok Badai dan topan saling bertandang Ke empat penjuru darah langit membeku Mengurung duka di relung cakrawala Orang-orang putih bertubuh kaku Menabuh genderang di pelabuhan waktu Membangun barak dan kemah persekutuan Memperanakkan tahta dunia sebagai hantu Segunduk pulau telah tenggelam Diremuk gelombang angin samudra Kain kafan beterbangan di udara fana Meninggalkan masa lampau dan kematian Dalam perang: Matahari mengambang! Rajah negeri terbakar amunisi perbatasan Dikutip dari Gelas Esai dan Ombak Sajak Anno dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 73-74) a.
Tema Puisi yang berjudul Perkabungan di Laut Timor tersebut bertema pertikaian
atau sengketa di pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Sengketa tersebut adalah saat Jajak Pendapat provinsi Timor-Timor ingin melepaskan diri dari NKRI Peneliti dapat mengatakan demikian berdasarkan kutipan baris berikut. Ikan-ikan menggelembungkan rasa perih Mendorong bangkai ke tepi pantai Lambang sengketa dan pertikaian Dari kutipan di atas, peneliti dapat menjelaskan akibat pertikaian di laut Timor, banyak korban jiwa. Bangkai yang dimaksud di dalam kutipan di atas adalah bangkai manusia yang mengambang dan hanyut hingga ke tepi pntai. Selain kutipan di atas, kutipan baris puisi yang mendukung pernyataan peneliti yaitu, Kain kafan beterbangan di udara fana Meninggalkan masa lampau dan kematian Dalam perang: Matahari mengambang!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rajah negeri terbakar amunisi perbatasan Bangkai-bangkai yang mengapung di laut itu adalah korban dari kekejaman amunisis aktivis militer. Banyak manusia tidak berdosa yang ikut menjadi korban. Puisi ini mengingatkan kepada manusia bahwa kedamaian adalah sesuatu yang sangat mahal. b.
Amanat Ananat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi ini, yaitu jangan lagi ada
perang atau pertikaian. Perang hanya menciptakan kesengsaraan, kedukaan, dan korban jiwa yang tidak sedikit. Perang justru akan melukai lahir dan batin penduduk sipil yang tidak terlibat sama sekali dengan perang tersebut. Banyak keluarga yang kehilangan ayahnya, anak laki-lakinya yang dipaksa untuk masuk barisan militer demi membela negara. Membela negara atau membela kepentingan suatu golongan. Itulah pesan yang ingin disampaikan penyair, 21.
Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars
Mattola Dua rangkai bunga krisan terbuai-buai Ditiup angin semilir, pagi-pagi sejuk. Keduanya merasa terganggu ketika Serombongan kaki-kaki manusia satu-satu Lewat amat dekat menepis-nepis Batu-batu gunung yang besar-besar Menimpa mereka dengan tajamnya, selalu ´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa Manusia-manusia itu banyak-banyak yang Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sedikit Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ Muda-muda yang berputik Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan. ´PHUHNDSHPDQMDW-pemanjat gunung, Ingin dipuja-SXMLGDQ´WLED-tiba Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan Menderam-deram tiba-tiba, dan Mengalir-alirkan air-airnya dan Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap Lelawa beterbangan, hari telah sore. Terdengar hiruk pikuk suara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDitu DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan menutup telinga tidak tega mendengar mereka membantu yang jatuh. ´NDXGHQJDUODKVDWXODJLWHUSHURVRN´ Ujar krisan tua. Krisan berputik Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya Kelam, seperti hari yang menyungkup. Tampak air mata duka mengalir di Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun Berangkat setia. Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 87) a.
Tema Tema puisi Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung di atas adalah
dongeng serangakai Krisan tentang kisah para pemanjat gunung. Kisah para pemanjat gunung yang diceritakan oleh para bunga krisan. Bunga krisan adalah bunga semak yang banyak tumbuh di daerah gunung atau pegunungan. Penyair mengilustrasikan seolah bunga0bunga krisan itu dapat berbicara dan mereka sedang berbincang tentang para pendaki gunung yang sering mendaki gunung tempat krisan-krisan itu tumbuh. Berikut ini adalah kutipan baris puisi yng mendukung pernyataan peneliti, ´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa Manusia-manusia itu banyak-banyak yang Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sedikit Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ Muda-muda yang berputik Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan. ´PHUHNDSHPDQMDW-pemanjat gunung, Ingin dipuja-SXMLGDQ´WLED-tiba Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan Menderam-deram tiba-tiba, dan ... Dialog antara krisan tua dan muda adalah simbol sekelompok warga kampung yang tinggal di pegunungan yang sering didaki para pemanjat tersebut. Para warga sedang memperbincangkan keberanian para pemanjat itu padahal banyak di antara pemanjat yang terjatuh ke jurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Bunga Krisan tentang
Pemanjat-pemanjat Gunung, yaitu penyair ingin menceritakan hal-hal yang dialami oleh para pemanjat gunung. Penyair juga ingin menyampaikan kalau kegiatan memanjat gunung sangat berbahaya. Oleh sebab itu, penyair ingin para pemanjat itu berhati-hati saat mendaki gunung. Namun, penyair juga menyiratkan sesuatu bahwa para pemanjat itu adalah simbol manusia-manusia yang berani menantang kehidupan. Puisi ini juga memberi teguran agar manusia pun berani menantang hidup untuk memperoleh puncak kebahagiaan dalam hidup. Para pemanjat yang berhasil mencapai puncak gunung adalah simbol manusia yang memperleh kebahagiaan sejati karena tidak pernah takut berjuang. 22.
Ibu karya K. H. A. Mustofa Bisri Ibu Kaulah gua teduh Tempatku bertapa bersamamu Sekian lama Kaulah kawah Dari mana aku meluncur perkasa Kaulah bumi Yang tergelar lembut bagiku Melepas lelah dan nestapa Gunung yang menjaga mimpiku Siang dan malam Mata air yang tak berhenti mengalir Membasahi dahagaku Telaga tempatku bermain Berenang dan menyelam Kaulah ibu, laut dan langit Yang menjaga lurus horizonku Kaulah ibu, mentari dan rembulan Yang mengawal perjalananku Mencari jejak sorga Di telapak kakimu (Tuhan Aku bersaksi Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu Maka kasihilah ibuku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti Kau mengasihi Kekasih-keasih-Mu Amin) Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 88). a.
Tema Puisi berjudul Ibu karya Mustofa Bisri di atas bertema cinta kasih kepada ibu.
Si penyair sangat kagum pada sosok ibu. Penyair menggambarkan sosok ibu dalam berbagai versi mulai dari gua yang teduh, kawah, bumi yang lembut permukaannya, gunung, telaga, sampai matahari dan bulan. Rasa cinta kasih terhadap ibu oleh penyair diwujudkan dalam bentuk doa kepada Tuhan. Berikut ini kutipan baris puisi yang mendukung pendapat peneliti, (Tuhan Aku bersaksi Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu Maka kasihilah ibuku Seperti Kau mengasihi Kekasih-keasih-Mu Amin) Ibu tidak elalu digambarkan sebagai sook yang memiliki sifat baik. Ibu juga bisa menjadi sosok yang negatif ketika ibu memaksakan kehendaknya pada sang anak. Ibu yang membuang anaknya yang maih bayi, ibu yang membunuh bayinya, dan Namun, seburuk apapun perbuatan yang dilakukan ibu, dia tetap wanita yang melahirkan dan harus dihormati. b.
Amanat K. H. A. Mustofa Bisri ingin menyampaikan amanat puisinya tersebut, bahwa
seorang ibu adalah segalanya. Ibu adalah sumber kehidupan, sosok yang selalu merawat dan melindungi anak-anaknya. Kasih sayang ibu selalu tercurah kepada anak-anaknya. Ibu adalah seseorang yang dapat mengantarkan anak menuju Surga. Jadi kasihilah dan cintailah ibu. Hormati ibu. Ibu mungkin memiliki sifat positif. Namun eorang ibu juga dapat menjadi orang yang akan merampas hidup hak hidup anaknya. Saat menelantarkan anak yang masih bayi, menjual anak untuk biaya hidup. Fenomena-fenomena seperti itu adalah nyata dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat. Tidak semua ibu adalah sosok yang penuh cinta kaish dan berbudi baik. 23.
Narkotik karya Siti Rohaya Dia memang membuat kita melayang Melayang seperti di surga Yang membuat kita hanyut Dalam kenikmatan .... Tapi sadarlah kawan Dia hanya memperbudak kita Dia akan menghancurkan hidupmu Menghancurkan masa depanmu Setelah kau hancur Kau akan diejek dan ditertawakan Negeri ini akan hancur Bila semua pemuda diperbudak olehnya Ingatlah kawan Masih banyak yang harus kau lakukan Selain diperbudak olehnya. Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 111).
a.
Tema Puisi yang berjudul Narkotik di atas bertema Kritik sosial. Kritik sosial yang
yang dimaksud adalah anjuran agar tidak menggunakan narkotika. Peneliti menyatakan demikian atas dasar kuti[an baris puisi di bawah ini, Tapi sadarlah kawan Dia hanya memperbudak kita Dia akan menghancurkan hidupmu Menghancurkan masa depanmu Narkotik adalah simbol nyata pemberontakan kaum muda terhadap kondisi sosial yang ada di mayarakat. Kaum muda merasa tidak puas dengan keadaan ekonomi mereka terpuruk, keluarga berantakan, pergaulan bebas, dan pendidikan agama yang kurang. Itulah yang menyebabkan banyak generasi muda yang terjebak dan diperbudak narkotika. Awalnya narkotika diibaratkan kawan yang dapat membantu melupakan sterss. Namun, kenikmatan narkotik itu adalah tipu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daya. Narkotika secara perlahan akan membunuh raga manusia. Oleh sebab itu, hindarilah narkotika. b.
Amanat Penyair puisi tersebut ingin menyampaikan pesan agar bangsa Indonesia tidak
memakai narkotika sebab narkotika akan menghancurkan masa depan bangsa Indonesia. Cara menghindari narkotika adalah dengan menanamkan pendidikan agama yang kuat bagi generasi muda terutama. Penyair juga berpesan untuk menghindari narkotika. Narkotika adalah racun yang awalnya memang dapat membawa kenikmatan. Namun, itu adalah kenikmatan semu. Setelahnya, narkotika akan membunuh badan, hati, dan masa depan. 24.
Gaun Burung Gagak karya Dorothea Rosa Herliany Akhirnya kubaca Baris-baris sajak yang kau tulis pada sayap-sayap burung gagak hanya kehitaman dan kekeh kelaparan yang mengerikan, bukit-bukit, padang rumput, dan perkampungan tanpa penghuni tanah siapakah ini? Pada penantian yang tak pernah pasti (aku atau satwa liar itu?) dan sajak-sajak, bagai sungai, terus mengalir tapi, lihatlah! Burung-burung gagak itu menggugurkan Bulu-bulu sayapnya untuk mengganti Gaunmu yang telah tua. (Dikutip dari Angakatan 2000 dalam Sastra Indonesia dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 140-141).
a Tema Tema puisi Gaun Burung Gagak adalah ketidakmampuan seseorang untuk PHPSHUMXDQJNDQ VHVXDWX \DLWX WDNGLUQ\D 3HQ\DLU PHQJJXQDNDQ LVWLODK ´EXUXQJ JDJDN´ \DQJ EXOXQ\D EHUZDUQD KLWDP VHEDJDL PDODLNDW SHQFDEXW Q\DZD %DULV puisi yang mendukung pernyataan peneliti tersebut, yaitu Burung-burung gagak itu menggugurkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bulu-bulu sayapnya untuk mengganti Gaunmu yang telah tua. %DULV WHUDNKLU ´JDXQPX \DQJ VXGDK WXD´ PDNVXGQ\D DGDODK XVLD RDUDQJ LWX sudah tua dan kematian akan datang kepadanya. Dan burung gagak yang PHQJJDQWLNDQ´JDXQ´ \DQJVXGDKWXDPDNVXGQ\D´EXUXQJJDJDN´LWXPHQJJDQWL raga si tua dengan bulunya yang hitam yang artinya adalah kematian. a Amanat Amanat yang ingin disampaikan penyair lewat puisi Gaun Burung Gagak di atas, yaitu mengingatkan bahwa manusia pasti mengalami mati. Tidak peduli dia masih muda atau sudah tua. Kematian akan dialamai manusia tanpa ada yang tahu kapan dan dalam keadaan apa pun. 25.
Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin Setelah mengucap selamat tinggal pada semua Yang mungkin bernama pertemuan, kita kemudian berpelukan. Kau Menyodorkan selembar potretmu Untuk apa? ´VHQ\XPNXDEDGLGLVLWX´WHULDNPXGDULMHQGHODNHUHWDGLSHURQ Orang-orang bising bercakap. Pernah ku bangun sebuah rumah di batinku untukmu, di situ Kubayangkan kau tersenyum menyiram bunga di halaman Cinta, memang pernah membuatku menginginkan kau Jadi bagian dari keseluruhan nasibku, di luar dari kesedihan Ini tentunya. Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ. (Dikutip dari Angakatan 2000 dalam Sastra Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 148-149)
a.
Tema Tema puisi Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin adalah
tentang cinta. Lebih tepatnya perpisahan dua manusia yang saling mencintai. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris puisi di bawah ini. Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ. Sepasang kekaih itu memang telah memutuskan untuk berpisah dan tidak menjalin hubungan cinta. Mereka memang masih saling mencintai, namun mereka tidak bisa bersatu. Penyebab perpisahan mereka secara eksplisit adalah jarak. Akan tetapi penyair memiliki alasan implisit yang tidak peneliti temukan secara tekstual pada puisi di atas. Bisa jadi jarak yang membuat mereka berpisah dan memutuskan untuk tidak menjalin hubungan asmara. b.
Amanat Aslan A. Abidin lewat puisinya yang berjudul Kuantar Kau sampai Stasiun
Senen ingin menyampaikan bahwa ketika seseorang mencintai dengan sangat dalam, tidak harus memiliki orang yang dicintai. Tidak bisa memiliki orang yang dicintai bukan berarti juga harus membenci dia. Kedua orang tersebut bisa berteman. Penyair mengumpamakan hubungan sepasang kekasih itu seperti rel yang selalu beriringan, namun tidak pernah bertemu pada satu titik. Beriringan dapat menjadi sahabat atau saudara. Kereta adalah simbol masalah yang menyebabkan hubungan mereka berakhir. Meski berakhir, rel kereta api tetap membawa mereka untuk saling menyayangi dengan cara yang lain. 26.
Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa Alangkah ramah pohon-pohon Trembesi Mengusap galauku kala matahari Yang kutunggu di ubun waktu Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu Kupetik langit-langit kesadaranku Dengan jemari gerimis saat kuketuk Pintu masa silam anak-anak Langti biru laut pun biru Amboi kapal-kapal zaman dulu Kau tambatkan di hati pelangi Kini melayarkan selaksa naluri Ke dermaga rindu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Dikutip dari Horizon (dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 171). a.
Tema Tema puisi Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa tersebut adalah
kerinduan pada seseorang atau sesuatu di masa lalu. Kutipan baris puisi yang mendukung pernyataan peneliti adalah sebagai berikut. Amboi kapal-kapal zaman dulu Kau tambatkan di hati pelangi Kini melayarkan selaksa naluri Ke dermaga rindu. Kapal-kapal yang dimaksud penyair adalah kenangan-kenangan yang mengingatkan penyair pada masa lalu. Kalau kapal merupakan simbol kenangankenangan di masa lalau, maka hati pelangi adalah simbol hati yang bahagia, penuh warna karena banyak kenangan masa lalu yang berwarna-warni eperti pelangi. b.
Amanat Moh. Hamzah Arsa lewat puisinya tersebut ingin menyampaiak rasa rindunya
pada seseorang atau sesuatu di masa lalunya. Dia ingin kembali ke masa lalunya dan mengulang kisah dengan seseorang sebab saat ini si aku merasa kesepian. Pernyatan peneliti tersebut peneliti dasarakan pada kutipan baris beriky. Yang kutunggu di ubun waktu Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu Kupetik langit-langit kesadaranku Pennyair juga ingin mengungkapkan bahwa masa lalunya sangat indah dan berwarna. Oleh sebab itu, dia berpesan kepada pembaca agar tidak melupakan masa lalu. Masa lalu dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani langkah hidup berikutnya. 27.
Insyaf karya Amir Hamzah Segala kupinta tiada Kauberi Segala kutanya tiada Kausahuri Butalah aku terdiri sendiri Penuntun tiada menuntun jari Maju mundur tiada berdaya Sempit bumi dunia raya Runtuh ripuk astana cuaca Kureka gembira di lapangan dada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Buta tuli bisu kelu Tertahan aku di muka dewata Tertegun aku di jalan buntu Tertebas putus sutera sempana Besar benar salah anakku Hampir terbatas tumpah berkahmu Hampir tertutup pintu restu Gapura rahasia jalan bertemu Insyaf diriku dera durhaka Gugur tersungkur merenang mata: Samar terdengar suwara suwarni Sapur melipur merindu temu Dikutip dari Rachmat Djoko Pradopo dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA,Yudhistira, 2006: 184) a.
Tema Puisi Insyaf karya Amir Hamzah tersebut bertema keputusasaan dan kesia-
siaan. Si Aku merasa kalau dia putus asa menghadapi tingkah laku anaknya yang penuh dosa. Si aku insyaf demi anaknya. Namun dia tidak yakin kalau Tuhan akan memeaafkan dosa-dosa anaknya. Pernyataan peneliti tersebut didasarkan pada kutipan di bawah ini. Maju mundur tiada berdaya Sempit bumi dunia raya ... Besar benar salah anakku Hampir terbatas tumpah berkahmu Hampir tertutup pintu restu Gapura rahasia jalan bertemu Si aku sudah melakukan segala cara, namun Tuhanlah yang memutuskan. Si aku merasa kalau Tuhan tidak akan mengampuni anaknya. b.
Amanat Lewat puisi Insyaf, Amir Hamzah ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa
sebagai manusia wajib bertaubat atau insyaf karena Tuhan akan selalu mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Namun satu dosa yg tidak dapat diampuni, yaitu syirik. Manusia juga tidak boleh berputus asa meminta ampunan dari Allah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28.
digilib.uns.ac.id
Rindu di Malam Takbiran karya Isna Di malam takbiran Saat senja telah berlalu sepi Ketika burung-burung pun telah kembali ke sarangnya Dan mentari telah menghilang bersama senyumnya Ada satu rasa terselip pada batas waktu Yang terus menggores dalam cahaya-Mu Hanya santun terucap Tatkala baru melandas pada kisi-kisi pujian-Mu Betapa sebenarnya Kerinduan ini telah lama mendera Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu Yang nyata tak pernah tersadari Dan saat gema itu kembali mengalun Terlintas betapa jauh kata yang telah terangkai Sekadar untuk mengucap Betapa sebenarnya, kerinduan ini begitu menyiksa kalbu Yang haru biru bersama kalbu ( Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 193).
a.
Tema Puisi Rindu di Malam Takbiran karya Isna ini bertema kerinduan. Secara
eksplisit tema dapat diketahui dari judulnya. Kerinduan yang penyair maksud adalah kerinduan kepada suatu malam takniran yang akan mengantarkan seluruh umat Islam pada hari yang suci. Kerinduan pada hari raya idul fitri. Hari ketika Allah mengampuni dosa hamba-Nya. Berikut adalah kutipan baris puisi yang mendasari pendapat peneliti. Tatkala baru melandas pada kisi-kisi pujian-Mu Betapa sebenarnya Kerinduan ini telah lama mendera Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu Yang nyata tak pernah tersadari Penyair menulikan kalau dia selama ini belum menyadari rasa rindu itu telah ada di hatinya. Baru ketika menjelang malam takbiran, rasa rindu semakin terasa. b.
Amanat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Isna sebagai penyair, dia ingin menyampaikan kerinduannya pada hari paling suci bagi seluruh umat islam di seluruh dunia. Penyair juga ingin agar umat islam bersuka cita dengan bertakbir menyambut hari yang suci ini. Isna juga ingin menyampaikan kepada pembaca, meskipun tidak berada di bulan Ramadhan, jangan pernah melupakan bulan indah ini. Sebagai umat islam, merindukan malam takbiran adalah keharusan sebab saat itulah umat islam menyambut hari kemenangan setelah satu bulan berperang dengan hawa Nafsu. C.
Analisis Semiotik Puisi
Buku mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X yang peneliti gunakan sebagai sumber data adalah dari penerbit Erlangga dan Yudhistira. Dari dua buku ini peneliti mengambil puisi-puisi yang ada di buku tersebut untuk peneliti analisis secara semiotik. Puisi-puisi tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda kehilangan ladang di kampung mereka anak-anak indonesia merangkak di lorong-lorong gelap kota berjejal mereka di gerbong-gerbong kereta api senja terimpit dalam bus-bus kota tanpa jendela anak-anak Indonesia akan digiring ke manakah mereka bagai berjuta bebek mereka besuara menyanyi lagu tanpa syair dan nada sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-gedung berkaca yang selalu tertutup pintu-pintunya dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja anak-anak Indonesia akan dibawa kemanakah ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa yang bisa menolong nasib mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2007: 78) a.
Analisis heuristik 7DKDS SHUWDPD SXLVL ´$QDN-DQDN ,QGRQHVLD´ GLEDFD VHFDUD EHUXUXWDQ
sehingga membentuk narasi teks dengan menambah kata-kata penjelas agar kalimatnya sempurna secara gramatikal sehingga mudah dipahami. Selain penambahan kata juga dilakukan pembalikan susunan kata (frase, kalimat) ±bila diperlukan± agar kalimat mudah dipahami. Hasil analisis heruistik puisi tersebut adalah sebagai berikut: 1)
´NHKLODQJDQODGDQJGLNDPSXQJPHUHND´ ´.HKLODQDJDQODGDQJGLNDPSXQJPHUHND´PDksudnya adalah bahwa anak-
anak Indonesia telah kehilangan ladang di kampung atau desa tempat tinggal PHUHND´/DGDQJ´VHFDUDOHNVLNDOGDODP.%%, EHUDUWL´WDQDK\DQJ GLXVDKDNDQ GDQ GLWDQDPL XEL MDJXQJ GVE GHQJDQ WLGDN GLDLUL WHJDO´ /DOX ´NDPSXQJ´VHFDUDKDUILDKGDODP.%%, EHUDUWL´GHVDDWDXGXVXQ´ Dengan demikian, baris pertama ini bila diartikan menurut referennya, maka berarti anak-anak Indonesia kehilangan desa tempat tinggal mereka dan ladang tempat bercocok tanam sekaligus tempat mereka mencari nafkah. 2)
³DQDN-anak Indonesia merangkak di lorong-ORURQJJHODSNRWD´ Kalimat tersebut berarti bahwa anak-anak Indonesia merangkak seperti
bayi yang sedang tertatih merangkak di lantai. .DWD ´PHUDQJNDN´ VHFDUD OHNVLNDO GDODP .%%, EHUDUWL ´EHUJHUDN PDMX GHQJDQ EHUWXPSX SDGD WDQJDQ GDQ OXWXW´ .HPXGLDQ NDWD ´ORURQJ´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ´jalan yang penuh rumDK GL NLUL GDQ NDQDQ´ (KBBI, 2008: 945). .DOLPDW ³GL ORURQJ-ORURQJ JHODS NRWD´ PHQMHODVNDQ EDKZD DQDN-anak Indonesia sedang berada di kota dan mereka tinggal d bawah lorong-lorong kota atau di bawah jembatan, berjejalan, tinggal di permukiman padat SHQGXGXN JHODS GDQ NXPXK ´0HUDQJNDN´ GDSDW SXOD SHQHOLWL DUWLNDQ DQDNanak Indonesia mencari penghasilan di daerah pinggiran kota, masuk ganggang kumuh dan gelap. Berkeliling dari satu pemukiman kumuh ke pemukiman lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
³EHUMHMDOPHUHNDGLJHUERQJ-gerbong NHUHWDDSLVHQMD´
3)
Maksud kalimat di atas, secara denotatif mengandung makna bahwa anakanak
Indonesia
yang
berasal
dari
kampung,
hidup
berjejalan
dan
menggelandang di gerbong-gerbong kereta. Kereta api senja acuannya adalah kereta api yang tiba di stasiun tiap sore KDUL .DWD ³NHUHWD´ PHPLOLNL DUWL ³kereta api; kendaraan yang ditarik oleh lokomotif atau lok, berjalan di atas rel´ .%%, 3HUOX SHQHOLWL MHODVNDQ SXOD PDNQD NDWD ³VHQMD´ VHFDUD KDUILDK GDODP .%%, memiliki makna waktu (hari) setengah gelap sesudah matahari terbenam. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa anak-anak Indonesia itu juga menggantungkan hidupnya pada kereta api yang beroperasi pada sore dan petang hari. Kereta api senja, adalah transportasi yang mengembalikan mereka ke kampung halaman, setelah seharian mereka PHQFDUL SHQJKDVLODQ \DQJ GLJDPEDUNDQ SDGD EDULV NHGXD ³DQDN-anak indonesia merangkak di lorong-ORURQJJHODSNRWD´ 4)
´WHULPSLWGDODPEXV-bus kota tanpa jendHOD´ ´7HUKLPSLWGDODPEXV-EXVNRWD´PHQ\LPERONDQEDKZDGLPDQDSXQDQDN-
anak Indonesia selalu hidup berkelompok, berjejalan, dan berhimpitan bahkan di bus-bus kota sekalipun. Secara harfiah dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ´impit, EHULPSLW´ EHUDUL ³rapat, berdesakan; bersesakan; berimpitan, dan saling berimpit.³ %HULPSLWDQGLGDODP´EXV´NDWD´EXV´PHQJDFXSDGD ´kendaraan bermotor angkutan umum yang besar yang dapat memuat SHQXPSDQJEDQ\DN´.%%, %XV-bus itulah yang membawa anakDQDN ,QGRQHVLD PHQFDUL SHNHUMDDQ ´%HUMHMDODQ´ PDNVXGQ\D DQDN-anak ,QGRQHVLD ´EHUKLPSLWDQ EHUGHVDN-GHVDNDQ GDQ EHUHEXW´ PHQFDUL SHNHUMDDQ ´%HULPSLWDQ WDQSD MHQGHOD´ PDNVXGQ\D DQDN-anak Indonesia di dalam bus DNDQ EHUHEXW ´XGDUD VHJDU´ ´8GDUD VHJDU´ \DQJ SHQHOLWL PDNVXG DGDODK SHNHUMDDQ'LLEDUDWNDQVHSHUWL´XGDUDVHJDU´NDUHQDXGDUDVHJDUDDGDODKXGDUD yang paling baik untuk kehidupan manusia, yang membuat manusia hidup. Begitu pun pekerjaan dan penghasilan, mampu menopang hidup manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5)
digilib.uns.ac.id
³DQDN-DQDN,QGRQHVLDDNDQGLJLULQJ´ ³'LJLULQJ´ VHFDUD OHNVLNDO GDODP .%%, DUWLQ\D DGDODK ³PHQJKDODX
ELQDWDQJNHVXDWX WHPSDWPHQJDQWDUNDQPHPEDZD NHVXDWXWHPSDW´ 490). Anak-anak Indonesia akan digiring menuju ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapa pun. Secara tidak langsung pula anak-anak Indonesia diibaratkan seperti binatang. 6)
³NHPDQDNDKPHUHND" ´ Kalimat di atas melengkapi kalimat nomor 5, yaitu menanyakan tempat di
manakah anak-anak Indoneis akan digiring. Tanda tanya dalam kurung merupakan tanda tanya yang peneliti tambahkan untuk menjelaskan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tanya. 7)
³EDJDL EHUMXWD EHEHN PHUHND EHVXDUD PHQ\DQ\L ODJX WDQSD V\DLU GDQ QDGD´ Anak-anak Indonesia diibaratkan seperti bebek-bebek yang berisik dan
VXNDEHUVXDUDNHUDV³%HEHN´VHFDUDOHNVLNDO GDODP .%%,EHUDUWLLWLN embik. ³PHQ\DQ\L´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ³mengeluarkan suara bernada, berlagu GHQJDQOLULNDWDXWLGDN ´ Kalimat nomor tujuh memiliki makna bahwa bebek memang ketika bersuara tidak ada nada atau syair yang memiliki arti seperi kata-kata yang diucapkan manusia. kata-kata bagi Seno Gumira Aji Darma sudah kehilangan makna. Apa pun yang diucapkan anak-anak Indonesia tidak akan dipedulikan oleh orang-orang yang merampas ladang anak-anak Indonesia. Semua pembelaan, penjelasan, dan rintihan anak-anak Indonesia yang mencari penghasilan untuk mempertahankan hidup dianggap tidak bermakna/omong kosong. 8)
´VHEHOXPPDWDKDULWHUELWDQDN-anak Indonesia berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-gedung berkaca yang selalu tertutup pintu-pintunya dari pagi hingga sore mereka antre ORZRQJDQNHUMD´ a) ³VHEHOXP PDWDKDUL WHUELW´ PHQJDFX SDGD NDWD ³VXEXK´ DWDX ³KDUL PDVLK JHODS´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) ³EHUGHUHW GL WHSL MDODQ´ PHQJDFX SDGD PDNQD ³EHUGLUL EHUMHMHU GDQ EHUEDULVGLWHSLMDODQUD\D´ c) ³PHQJJDSDL-JDSDLNDQ WDQJDQ PHUHND´ VHFDUD KDUILDK DFXDQQ\D DGDODK ³menggapai-gapai, mengulur-ulurkan tangan ke atas hendak mencapai, memegang, berpaut, mencari sesuDWX´.%%, Kutipan baris puisi pada nomor delapan di atas menjelaskan bahwa anakanak Indonesia sudah mulai mencari pekerjaan sejak matahari belum terbit. Mereka menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-gedung yang selalu tertutup kacanya maksudnya mereka selalu mengalami penolakan ketika akan melamar pekerjaan. Secara nyata gedung-gedung bertingkat yang ada di kotakota besar memang selalu tertutup baik pintu maupun jendelanya. Keadaan gedung-gedung yang selalu tertutup, membuat anak-anak indonesia yang mencari pekerjaan di gedung-gedung itu merasa ragu untuk masuk dan melamar pekerjaan ke sana. Kadang mereka menitipkan surat lamaran pada satpam yang berjaga di pintu masuk gedung-gedung itu. 9)
´tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi³ ´'LEXDQJ´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDUWL GLFDPSDNNDQ GLOHPSDUNDQ VHVXDWX
NDUHQD WLGDN EHUJXQD ODJL ´7UDQVPLJUDVL´ DGDODK SHUSLQGDKDQ SHQGXGXN GDUL satu daerah (pulau) yang berpenduduk padat ke daerah (pulau) lain yang berpenduduk jarang (KBBI, 2008: 1729). Secara harfiah makna kalimat nomor sembilan di atas yaitu, anak-anak Indonesia justru dibuang atau dipindahkan ke daerah transmigrasi di luar kotakota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lain-lain. Anak-anak Indonesia disingkirkan ke kota-kota kecil. Alasan para perebut ladang anakanak Indonesia adalah mencari kualitas yang baik untuk dijadikan pekerja di perusahaan mereka. 10)
´WHUXVLU GDUL WDQDK NHODKLUDQ GHPL EHQGXQJDQ GDQ ODSDQJDQ JROI NDWDQ\D ´ ´7HUXVLU´ PHPLOLNL PDNQD KDUILDK ´GLVXUXK SHUJL GHQJDQ SDNVD GLVXUXK
VXSD\D PHQLQJJDONDQ WHPSDW´ .%%, 6HPHQWDUD LWX ³WDQDK NHODKLUDQ´ PHPLOLNL PDNQD KDUILDK WDQDK WHPSDW VHVHRUDQJ GLODKLUNDQ GDUL rahim ibunya. Anak-anak Indonesia yang memliki hak penuh untuk tinggal di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kampungnya, tetapi justru diusir karena tanah tempat tinggal mereka akan dijadikan lapangan golf dan bendungan oleh pemerintah dan pengusaha. 11)
³DQDN-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-ELURHNVSRUWHQDJDNHUMD´ ´7HUFHFHU´ PHPLOLNL PDNQD GHQRWDVL ´7HUWXPSDK EHUFHFHUDQ MDWXK
(hilang) dalam perjalanan; tertinggal jauh, ketinggalan (dari teman-temannya GVE ´.%%, ´3DVDU-SDVDU NRWD´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDWWL ´tempat orang berjual beli; pekan; tempat penjual dan pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang; (KBBI, 2008: 1129)´ ´.DNL-NDNL KRWHO´ GDODP NDPXV EDKDVD ,QGRQHVLD ´NDNL´EHUDUWL a) anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah); b) bagian tungkai (kaki) yang di bawah sekali; c) bagian suatu benda yang jadi penopang (penyangga) yang berfungsi sebagai kaki; c) bagian yang di bawah; 6) kata bantu bilangan bagi payung; 6) ukuran panjang ada 12 inci (dim), ± 0,304 m; ³%LUR´ GDODP .%%, DUWLQ\D ³1 kantor; 2 bagian yang menangani urusan tertentu; 3 SHUXVDKDDQ MDVD´ .%%, 2OHK SHPHULQWDK DQDN-anak Indonesia dikirim ke luar negeri untuk dijadika TKI. Mereka mengantri di perusahan jasa tenaga kerja dan banyak pula yang hanya menjadi pegawai rendah di hotel-hotel. Beberapa dari mereka masih mengantri untuk melamar pekerjaan di biro-biro tenaga kerja. 12)
´DQDN-DQDN,QGRQHVLDDNDQGLEDZDNHPDQDNDK´ Penyair masih bertanya akan dibawa kemanakah anak-anak Indonesia.
Pada baris ini penyair menanyakan nasib anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan. 13)
´NHWLND EDQJNX-bangku sekolah bukan lagi dewa yang bisa menolong QDVLEPHUHND´ ´%DQJNX´ GDODP .%%, EHUDWL ´SDSDQ \DQJ WHUEXDW GDUL ND\X ELDVDQ\D
paQMDQJ EHUNDNLXQWXNWHPSDWGXGXN´ ³6HNRODK´VHFDUDKDUILDK EHUDUWL ³a) bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada); b) waktu atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertemuan ketika murid diberi pelajaran; c) usaha menuntut kepandaian (ilmu SHQJHWDKXDQ SHODMDUDQ´.%%, ³'HZD´ GDODP .%%, EHUDUWL ³a) makhluk Tuhan yang berasal dari sinar yang ditugasi mengendalikan kekuatan alam; b) orang atau sesuatu yang sangat dipuja-SXMD´ ´1DVLE´ VHFDUD KDUILDK GDODP .%%, PHPLOLNL SHQJHUWLDQ´VHVXDWX\DQJVXGDKGLWHQWXNDQROHK7XKDQDWDVGLULVHVHRUDQJ´ Penyait bertanya bagaimana nasib anak-anak Indonesia yang seharusnya mendapat penghidupan yang layak di negerinya sendiri. Kini mereka seolah tidak ada gunanya sebab pendidikan pun tidak lagi bisa membantu memperbaiki nasib anak-anak Indonesia. b.
Analisis Hermeneutik
1)
´NHKLODQJDQODGDQJGLNDPSXQJPHUHND´ $UWL NDWD ´ODGDQJ´ VHFDUD OHNVLNDO VXGDK SHQHOLWL VHEXWNDQ SDGD Dnalisis heuristik di atas, dan berdasarkan makna denotatif tersebut, ladang adalah WHPSDW EHUFRFRN WDQDP VDZDK DWDX WHJDO .DWD ´ODGDQJ´ DSDELOD GLNDWDNDQ sebagai sebuah tanda, maka ia memiliki makna sesuatu yang dapat memberikan kehidupan bagi manusia, manusia yang dimaksud dalam puisi ini adalah anak-anak Indonesia. Sesuatu yang dimaksud penyair yang dapat memberi kehidupan itu dapat berwujud lapangan pekerjaan, modal usaha, kesempatan untuk mendirikan usaha. Pada baris nomor satu ini, anak-anak Indonesia
telah
kehilangan
kesempatan
untuk
mencari
penghasilan,
mendirikan tempat usaha, kehilangan modal usaha, dan bahkan kehilangan tempat tinggal. Semua itu terjadi karena ladang dan kampung halaman mereka diubah menjadi bendungan, lapangan golf, gedung-gedung bertingkt, dan simbol-simbol kapitalis lainnya. Pernyataan peneliti ini merujuk pada kutipan baris nomor delapan belas dan sembilan belas, yaitu: terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia Namun, peneliti menemukan kerancuan pada baris pertama ini. Apabila peneliti merujuk pada baris nomor delapan belas dan sembilan belas, maka seharusnya anak-anak Indonesia tidak kehilangan ladang mereka. Justru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lapangan golf bisa mereka jadikan ladang baru. Anak-anak Indonesia harusnya tidak mengandalkan ladang lama yang sudah ada sebagai sumber penghasilan mereka. Mereka harus mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya lapangan golf dan bendungan justru membantu peningkatan taraf hidup mereka. Lewat lapangan golf mereka dapat menciptakan lahan usaha seperti toko-toko yang menyediakan peralatan golf, membuka rumah makan, dan fasilitas penunjang lain. 2)
´DQDN-DQDNLQGRQHVLDPHUDQJNDN´
3)
´GLORURQJ-ORURQJJHODSNRWD´ %DULVQRPRUGXDGDQWLJDDGDNDWD³PHUDQJNDN´ yang merupakan sebuah lambang
ketidakmampuan
anak-anak
Indonesia
untuk
berdiri
tegak
menghadapi kemajuan zaman. Anak-anak Indonesia merangkak seperti bayi yang baru lahir, tidak tahu apa pun, tidak punya kekuatan untuk bertahan hidup dan bergantung pada orang lain. Bahkan untuk berdiri mereka membutuhkan benda-benda atau orang lain di sekitarnya. Peneliti mengaitkan pernyataan peneliti ini pada baris nomor satu sehingga tidak heran apabila anak-anak Indonesia kehilangan ladang di kampung mereka. Lorong gelap kota merupakan lambang kehidupan di kota-kota besar yang jauh dari keadaan sejahtera. Lorong melambangkan penghasilan, mata pencaharian, dapat pula berarti jalan yang menghubungkan satu bagian ke bagian lain, jalan yang menghubungkan anak-anak Indonesia pada kehidupan yang lebih baik. Namun, lorong yang disebutkan penyair adalah lorong gelap. Gelap tidak selalu berarti kematian, kejahatan, atau keburukan. Gelap padat SXOD EHUDUWL NHPLVNLQDQ NHVHQJVDUDDQ SHQGHULWDDQ ³/RURQJ JHODS´ JHODS dapat pula berarti penghasilan yang sedikit yang menyebabkan anak-anak Indonesia hidup dalam kesengsaraan. berjejal mereka di gerbong-gerbong kereta api senja .DWD³NHUHWDDSLVHQMD´PHUXSDNDQVHEXDKODPEDQJGDULNHKLGXSDQNDXP EDZDK6HFDUDGHQRWDWLI³NHUHWDDSLVHQMD´PHPLOLNLDUWLDODWWUDQVSRUWDVL\DQJ ditarik oleh lokomotif, berjalan di rel, dan kereta ini beroperasi saat senja atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sore. Namun, yang dimaksud penyair dengan kereta api senja bukan sekadar itu. Kereta api senja adalah alat transportasi yang akan membawa mereka kembali ke kampung halaman mereka, kembali ke ladang-ladang mereka yang WHODK KLODQJ WDGL .HPEDOL VHWHODK VHKDULDQ PHUHND ³PHUDQJNDN GL ORURQJORURQJJHODSNRWD´0HUHNDPHQMHMDOLNHUHWDDSLVHQMDNDUHQDNHUHWDLWXDGDODK rasa puas mereka setelah seharian mencari uang. terimpit dalam bus-bus kota tanpa jendela ´%XV NRWD´ DGDODK DODW WUDQVSRUWDVL \DQJ PHPEDZD GDUL VDWX WHPSDW NH WHPSDW ODLQ ´%XV NRWD´ GDSDW SXOD EHUDUWL WHPSDW PHQFDUL XDQJ EDJL SDUD pengamen, para pedagang DVRQJDQ ´%XV NRWD´ ELVD PHQMDGL VLPERO kesewenang-wenangan kebijakan yang salah. Bus Way adalah contoh nyata NHJDJDODQ SHPHULQWDK PHZXMXGNDQ NHELMDNDQQ\D 0DNQD ´EXV NRWD´ XQWXN puisi ini adalah tempat mencari uang, bagi para pengamen, pedagang asongan, GDQ ´NHQHN´ EXV NRWD 0HUHND VDOLQJ EHULPSLWDQ SHQXK SHOXK 1DPXQ ELOD PHUXMXNSDGDNXWLSDQ´WDQJDQPHUHNDNHJHGXQJ-JHGXQJEHUNDFD´PDNDEXV kota adalah simbol bursa kerja yang didatangi anak-anak Indonesia melamar kerja. Di bus kota, mereka berimpitan, berebut tempat duduk. Antre menunggu giliran duduk. Di bursa kerja pun seperti itu. Mereka antre giliran, dan tempat duduk artinya pekerjaan yang ditawarkan bursa kerja. %HULPSLWDQGLEXVNRWDWDQSDDGDMHQGHOD´MHQGHOD´DGDODKOXEDQJNHOXDU masuknya udara segar. Udara segar adalah sumber kehidupan yang sehat. Jadi kalau tidak ada jendela bagaimana anak-anak Indonesia dapat hidup sehat? Itu pengertian heuristiknya. Tetapi, jendela yang dmaksud penyair adalah celah untuk melihat sesuatu. Apabila di bus kota tidak ada jendela, maka anak-anak Indonesia tidak dapat melihat peluang/kesempatan untuk bekerja. Mereka akan terus berimpitan di dalam bus, berebut kursi-kursi yang ada di dalam bus. Padahal di luar bus masih banyak kendaraan lain yang menawarkan kursi yang nyaman. Kendaraan yang peneliti maksud adalah tempat lain untuk mencari pekerjaan. anak-anak Indonesia akan digiring ke manakah mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NDWD ´GLJLULQJ´ ELDVDQ\D GLWXMXNDQ XQWXN ELQDWDQJ $QDN-anak indonesia akan dituntut ke suatu tempat atau keadaan yang tidak menguntungkan mereka. Bus-bus itu akan menggiring mereka pada kehidupan yang lebih buruk. Di dalam bus kota saja sudah berimpitan, apalagi setelah turun di tempat yang tidak jelas. Peneliti dapat mengatakan kalau mereka akan digiring NH WHPSDW \DQJ WLGDN MHODV GDUL NXWLSDQ EDULV QRPRU VHPELODQ ´NH PDQDNDK PHUHND´ bagai berjuta bebek mereka besuara .DWD ´EHEHN´ PHZDNLOL VRVRN DQDN-anak Indonesia. Bebek adalah binatang yang mudah sekali dikendalikan, penurut, tapi berisik. Bebek juga binatang petelur dan pedaging. Kualitas telurnya lebih baik daripada telur ayam. Dengan demikian anak-anak Indonesia dianggap sebagai bebek-bebek yang penurut yang mudah dikendalikan. Mereka berteriak-terika pun orang tidak peduli. menyanyi lagu tanpa syair dan nada Anak-DQDN ,QGRQHVLD PHQ\DQ\L WDQSD QDGD GDQ V\DLU ³1DGD´ DGDODK WLQJJLUHQGDKQ\DVXDUDGDQ³V\DLU´DGDODKSXLVLODPDV\DLUDGDODKVDMDNGDSDW pula diartikan susunan kata-kata. Maksud kalimat nomor sebelas di atas adalah anak-anak Indonesia mencoba memberontak, melawan dengan kata-katanya, tapi kata-kata mereka tidak didengar. Perkataan mereka dianggap omong kosong (Syair tanpa nada) sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia ´6HEHOXPPDWDKDULWHUELW´PHPLOLNLPDNQDsaat subuh, dini hari, pagi-pagi buta, saat matahari belum terbit. Saat orang-orang masih terlelap tidur. Saat itulah perjuangan anak-anak Indonesia di mulai. Mereka harus lebih rajin dari matahari kalau ingin mendapat penghasilan yang banyak hari ini. berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-gedung berkaca yang selalu tertutup pintu-pintunya ´%HUGHUHW´DUWLQ\DEHUEDULVGHQJDQUDSLEHUMHMHUGHQJDQWHUDWXUGLSLQJJLU jalan. Di pinggir jalan anak-anak indonesia menunggu kedatangan bus kota. ´PHQJJDSDL-JDSDLNDQ WDQJDQ´ PDNVXGQ\D VDDW DGD EXV NRWD PHUHND
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberhentikan bus itu. Lalu naik bus itu. Bus itu adalah bursa kerja. Lalu EHUGHUHW DUWLQ\D DQWHDQ VDDW PHODPDU NHUMD ´*HGXQJ-gedung berkaca yang selalu tertutup pintu-SLQWXQ\D´ DGDODK VLPERO NHDQJNXKDQ SDUD SHPLOLN perusahan. Pemilik perusahaan menerapkan seleksi ketat ketika memilih karyawan. Yang berkualitas baik diterima dan yang memiliki kualitas standar dibuang ke daerah transmigrasi. dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi .DWD ³SDJL³ PHPLOLNL DUWL NHVHPSDWDQ EDUX EDJL DQDN-anak Indonesia XQWXN PHQFDUL SHNHUMDDQ ³VRUH³ SXQ PDVLK PHQMDGL NHVHPSDWDQ EDJL DQDNanak Indonesia untuk mengais rizki. Jadi, sepanjang hari bagi anak-anak Indonesia adalah kesempatan mencari pekerjaan. Daerah transmigrasi, memiliki acuan daerah di luar kota besar yang masih belum terjamah pembangunan. Daerah transmigrasi tidak selalu di luar pulau Jawa. Daerah transmigrasi bisa juga berarti lahan baru untuk usaha. Anak-anak Indonesia yang antre melamar pekerjaan dibawa ke daerah transmigrasi dengan tujuan mendapatkan kesempatan di daerah transmigrasi tersebut. Mencari pekerjaan tidak harus di kota besar, di daerah transmigrasi justru mereka dapat mengembangkan potensi mereka dan daerah-daerah yang belum terjamah pembangunan. terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja .DWD ³WDQDK NHODKLUDQ³ PHQJDFX SDGD NDPSXQJ KDODPDQ UXPDK DWDX WHPSDW WLQJJDO ´WDQDK NHODKLUDQ´ GDSDW SXOD PHQ\LPERONDQ VHEXDK SLNLUDQ yang kolot. Sebab anak-anak Indonesia tidak mau pergi dari tanah kelahirannya, kampung halamannya. Padahal di luar tanah kelahiran banyak WHUGDSDW NHVHPSDWDQ PHQGDSDW SHNHUMDDQ ³%HQGXQJDQ³ GDQ ³ODSDQJDQ JROI³ adalah simbol kemajuan pola pikir. Para pengusaha membangun bendungan dan lapangn gokf di daerah pinggiran tentu dengan alasan meratakan pembangunan. Kalau para investor itu tidak membangun fasilitas di daerah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pinggiran (tanah kelahiran anak-anak Indonesia), maka pembangunan tidak PHUDWD )UDVH ³SDVDU-SDVDU NRWD³ PHPLOLNL DFXDQ WHPSDW EHUWHPXQ\D SHQMXDO dan pembeli, tempat tawar-menawar, tempat bertemunya kaum borjuis dengan kaum bawah, tempat kampanye karena di sana biasanya para calon pejabat menyebarkan janji-janjinya, pasar adalah cermin kemiskinan karena di sana banyak pengemis, kuli angkut, pedagang-pedagang modal kecil, tukang parkir, semua mengair rizki id tempat ini. Pasar dapat pula menjadi simbol kebohongan. Kebohongan karena di sana banyak penjual yang menipu pembeli dengan harga yang tidak terkendali dan berbuat curang dengan memberikan barang dagangan yang berkualitas jelek, tetapi diharagi tinggi. Pasar juga merupakan sumber penghasilan. 1DPXQ SHQHOLWL PHPLOLK PDNQD ³SDVDU³ VHEDJDL WHPSDW \DQJ menyediakan lapangan kerja, seperti bursa kerja. Pernyataan peneliti tersebut GLGXNXQJEDULVEHULNXWQ\D \DLWX³GDQELUR-biURHNVSRUWHQDJDNHUMD³³NDNLNDNLKRWHO³PHQ\LPERONDQNDODXDQDN-anak Indonesia tidak bisa memperoleh pekerjaan yang layak, maka mereka hanya akan tinggal di kaki-kai hotel. ³NDNL-NDL KRWHO³ GDSDW SXOD PHQ\LPERONDQ NHKLGXSDQ EDZDK JHODQGDQJDQ kumuh, dan miskin. anak-anak Indonesia akan dibawa kemanakah ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa yang bisa menolong nasib mereka. ´%DQJNX-EDQJNX VHNRODK´ PHQ\LPERONDQ SHQGLGLNDQ \DQJ VXGDK ditempuh anak-anak Indonesia. Namun pendidikan ternyata tidak dapat membantu semua anak-anak Indonesia mendapatkan pekerjan yang layak. Beberapa dari mereka tercecer di jalan, menjadi tukang parkir, tukang becak, bahkan ada yang menjadi gelandangan (disimbolkan dengan di bawah kaki-kai hotel), Bait pertama menceritakan bahwa banyak anak muda yang datang dari desa ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Namun mereka tidak dapat apa-apa di kota. Mereka sudah berusaha dengan sekuat tenaga, namun perusahaan-perusahaan yang mereka datangi enggan menerima pekerja dari desa. Mereka justru dipindah ke daerah transmigrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada bait 1 ini, penyair tidak terlalu banyak menggunakan bahasa kias sehingga memudahkan pembaca memahami makna puisi ini. Penyair lebih banyak menggunakan bahasa konkret. Peneliti menambahkan tanda titik yang ditulis dalam tanda kurung untuk membentuk kalimat yang mempunyai arti. Penyair menggambarkan dengan jelas keadaan ibu kota yang berlaku kejam pada para pendatang. Ada majas perumpamaan yang digunakan oleh penyair, contohnya dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: ³EDJDLEHUMXWDEHEHNPHUHNDEHVXDUD´ Anak-anak Indonesia yang adalah pendatang dari kampung diumpakan seperti bebek yang berbaris dan suka berkotek-kotek saar mencari makan. Bebek adalah gambaran binatang yang berisik dan bodoh. Seperti itulah gambaran anak-anak Indonesia di mata para pengusaha itu, saat melamar pekerjaan. Berdasarkan analisis heuristik bait kedua di atas, makna puisi pada bait kedua sangat jelas. Penyair juga tidak menggunakan bahasa kias yang sulit dipahami. Penyair lebih banyak menggunakan kata konkret, seperti pada kutipan di bawah ini: terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja Bait 2 ini menggambarkan anak-anak Indonesia tidak diperlakukan secara manusaiwi oleh para pengusaha. Para pengusaha ini telah merampas tempat tinggal anak-anak Indonesia. Mereka mengubah lahan-lahan permukiman menjadi lahan usaha yang hanya menguntungkan bagi pengusaha-pengusaha tersebut. Para pengusaha mempunyai cukup alasan menolak anak-anak Indonesia yang berasal dari kampung itu. Para pengusaha lebih memilih tenaga kerja yang memiliki kualitas tinggi. Itu juga yang menjadi alasan anakanak Indonesia dipindahkan ke daerah transmigrasi. Daerah transmigrasi yang dimaksud bukan hanya derah dterpencil di luar pulau Jawa. Namun, daerah terpencil di sekitar kota-kota besar. Tujuan pemerintah mengirim anak-anak Indonesia ke daerah transmigrasi adalah untuk pemerataan pembangunan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada bait 2, peneliti juga menemukan baris yang menngunakan majas perumpamaan, yaitu, ... anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel .DWD´WHUFHFHU´PHUXSDNDQNDWDkias yang akan memiliki makna berbeda bila penggunaanya dirangkai dengan kalimat yang lengkap seperti kalimat ´DQDN-anak Indonesia tercecer di pasar-SDVDU NRWD´ 7HUFHFHU SDGD NDOLPDW tersebut memiliki makna bahwa anak-anak Indonesia mendatangi pasar-pasar. Pasar-pasar yang dimaksud adalah pasar bursa kerja. Anak-anak berusaha mencari pekerjaan di bursa-bursa kerja yang dibuka oleh perusahaanperusahaan di kota.selain itu mereka berusaha mencari pekerjaan apa pun asal dapat menghasilkan uang. Mulai dari buruh angkut sayur, tukang becak, tukang parkir, tukang bersih-EHUVLK .HPXGLDQ IUDVH ´NDNL-NDL KRWHO´ MXJD mengandung makna kias. Kaki-kaki yang dimaksud pada frase tersebut tentu saja bukan kaki dalam makna yang sebenarnya. Kaki yang dimaksud adalah emperan-emperan hotel. Maksudnya adalah anak-anak Indonesia tersebut tidak mampu mengelola keuangan mereka ketika masih berpenghasilan tetap. .DWD ´KRWHO´ GL VLQL PHPLOLNL PDNQD NHKLGXSDQ \DQJ PDSDQ 1DPXQ NDUHQD anak-anak Indonesia tersebut kurang pandai mengelola penghasilan mereka, mereka justru kembali menjadi melarat/miskin yang diibaratkan seperti tinggal di kaki-kai hotel.. Kemudian perhatikan kutipan kalimat di bawah ini! ´NHWLNDEDQJNX-EDQJNXVHNRODKEXNDQODJLGHZD´ Baris di atas mempunyai maksud bahwa penyair ingin mengibaratkan bangku sekolah atau pendidikan adalah hal penting yang dapat dijadikan bekal oleh anak-anak Indonesia untuk memperbaiki taraf hidup. Namun ternyata pendidikan kini tidak ada kontribusi apapun dalam menjamin kualitas hidup anak-anak Indonesia. Analisis hermeneutik sangat mudah dilakukan, apalagi penyair banyak menggunakan bahasa konkret. Maksud penyair yang diungkapkan lewat puisi tersebut adalah bahwa anak-anak Indonesia yang seharusnya dapat menikmati hidup layak di tanah kelahirannya. Anak-anak justru terusir dan dikalahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh kepentingan perusahan-perusahaan yang merampas hak anak-anak Indonesia. Bahkan anak-anak Indonesia yang berpendidikan tinggi pun tidak dapat menikmati kekayaan tanah airnya. Bukan karena tidak mampu bekerja, namun tidak memiliki tempat tinggal dan kesempatan berkerja. Ketika mereka mengadu nasib ke kota-kota besar, mereka juga disepelekan. Tunas-tunas bangsa itu justru dibuang ke daerah-daerah terpencil di luar pulau Jawa. Kebijakan pemerintah tersebut justru mematikan kreativitas dan produksivitas anak-anak bangsa. Seharusnya yang dipindah ke daerah transmigrasi adalah perusahaan-perusahaan itu sehingga pembangunan menjadi rata. Puisi yang berjudul Anak-anak Indonesia karya Ahmadun Yosi Herfanda ini menurut peneliti mudah dipahami dan cocok sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas X SMA. Penyair tidak banyak menggunakan bahasa kias dan figuratif. Penyair lebih banyak menggunakana kata konkret yang dekat kehidupan para siswa. 2.
Terjebak Dilema karya Silvia Rianti A. 2 jam sepekan sekolah disuapi English Grammar. . . tetek begek subbahasam present tense! Past! Future! Prefect . . . plus beberapa formula kalimat positif, negatif, juga interogatif . . . semua harus dihafal sampai pemakaian to be dan auxiliry-nya 2 jam berikutnya masih sepekan sekolah Dijejali English vocabulary serba sulit pelafalannya mulai adjective! Noun! Verb! Preposition! Hingga conjunction! Belum lagi idiomatic, exprestion, dan adverb yang bercabang menjadi adverb of time, frequency, manner cuma adverb of palce yang mudah semua harus diingat tanpa kecuali memegang kamus panduan Oxford Learner Pocket Dictionary 2 jam selanjutnya masih sepekan sekolah Praktik English conversation dengan teman sebangku . . . kadang Discussion dan debate yang melibatkan otak, hati, dan liur Itulah . . . 6 jam sepekan sekolah. Bahasa Inggris selalu masuk agenda XWDPD´'HPLPDVDGHSDQJHQHUDVLPXGD´NDWDQ\D Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung Tinggi bahasa Inggris dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . . Siapa yang salah????
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 82) a.
Analisis Heuristik Untuk memudahkan dalam analisis heuristik, maka peneliti memilih
memparafrase puisi Terjebak Dilema. Parafrase bait 1 2 jam sepekan (belajar bahasa Inggris di) sekolah. (para siswa) disuapi English Grammar ... tetek begek subbahasam. (Ada pula) present tense! Past! Future! Prefect ... plus beberapa(,) formula kalimat positif, negatif, juga interogatif ... (.) Semua harus dihafal sampai pemakaian to be dan auxiliry-nya(.) Bait 1 ini, penyair ingin menjelaskan tentang pelajaran bahasa Inggris yang harus dialami siswa selama 2 jam pelajaran setiap pekan. Materi tentang grammar yang membuat para siswa kesulitan untuk mempelajarinya. Penyair sengaja menyebutkan secara detail submateri yang dipelajari dalam grammar untuk menggambarkan banyaknya jumlah materi dan kesulitan menghafal teori-teori WHUVHEXW 7DQGD ´WLWLN´ GDODP NXUXQJ VHQJDMD SHQHOLWL WDPEDKNDQ VXSD\D NDOLPDW menjadi utuh dan jelas unsur-unsurnya (subjek, predikat, objek, dan keterangan). 3HQJJXQDDQWDQGD´WLWLN-WLWLN´\DQJSHQXOLVDQQ\DGLOHWDNNDQVHWHODKLVWLODK-istilah bahasa Inggris merupakan penanda bahwa masih banyak istilah bahasa Inggris yang belum disebutkan. Parafrase Bait 2 2 jam berikutnya masih sepekan sekolah(.) Para siswa masih dijejali English vocabulary yang serba sulit pelafalannya(,) mulai adjective(!) Noun(!) Verb(!) Preposition(!) Hingga conjunction(!) Belum lagi idiomatic, exprestion, dan adverb yang bercabang menjadi adverb of time, frequency, manner cuma adverb of palce yang mudah semua harus diingat tanpa kecuali(.) (Semua siswa wajib) memegang kamus panduan Oxford Learner Pocket Dictionary(.) Parafrase bait kedua sudah cukup memperjelas maksud puisi tersebut. Bait kedua ini memberi penekanan bahwa siswa harus mengahafal semua teroi bahasa Inggris. Siswa harus mampu melafalkan kosakata bahasa Inggris dengan tepat. Parafrase bait 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 jam selanjutnya masih sepekan sekolah(.) (Para siswa harus) praktik English conversation dengan teman sebangku . . . kadang Discussion dan debate yang melibatkan otak, hati, dan liur. Itulah . . . 6 jam sepekan sekolah. Bahasa ,QJJULVVHODOXPDVXNDJHQGDXWDPD´'HPLPDVDGHSDQJHQHUDVLPXGD´NDWDQ\D Tapi, nampaknya semua terjebak dilema. Siswa menjunjung Tinggi bahasa Inggris dan menginjak-injak bahasa Indonesia . . . Siapa yang salah???? Secara leksikal, bahasa yang digunakan penyair sangat mudah dipahami. Puisi ini benyak menggunakan tanda titik-titik, maksudnya ada bagian dari istilah bahasa Inggris yang belum disebutkan. Bait ketiga ini, penyair ingin mengungkapkan kebingungannya mengapa para siswa wajib belajar bahasa Inggris. Padahal keberadaan bahasa Indonesia masih sangat memperihatinkan. b.
Analisis Hermeneutik Puisi Pengunaan kata kias juga peneliti temukan pada bait pertama, meskipun
KDQ\D VDWX \DLWX ´GLVXDSL´ .DWD ´GLVXDSL´ SDGD SXLVL ini maknanya bukanlah suap dalam arti diberi makan, namun maknanya adalah diberi submateri bahasa Inggris yang banyak dan sulit. Penggunaan tanda titik-titik yang terletak di belakang kata-NDWD VHSHUWL ´Grammar, perfect WHPDQ VHEDQJNX GDQ LWXODK´ mengandung makna bahwa penyair hendak menggambarkan banyaknya jumlah istilah atau teori bahasa Inggris dipelajari. Makna tanda tanya yang banyak GLJXQDNDQ GL EHODNDQJ NDWD ´VDODK´ PHPLOLNL PDNQD EDKZD SHQ\DLU LQJLQ WDKX siapa yang harus brtanggung jawab bahwa kenyataannya bahasa Indonesia menjadi tersisih akibat keberadaan bahasa Inggris. Puisi yang berjudul Terjebak Dilema ini memiliki relevansi yang erat dengan kehidupan para siswa. Sebab puisi ini membahas mata pelajaran yang paling ditakuti para siswa. Puisi ini cocok digunakan sebagai materi ajar apresiasi puisi klarena bahasa yang mudah dipahami dan temanya sangat dekat dengan siswa. Puisi ini juga membawa pesan bahwa bangsa Indonesia harus tetap mengharagi, menghormati, dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia, serta menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. 3.
Tanah Kelahiran 1 karya Ramadhan K. H Seruling di pasir ipis, merdu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antara gundukan pohon pina tembang menggema di dua kaki. Burangrang±Tangkubanprahu Jamrut di pucuk-pucuk, Jamrut di air tipis menurun. Membelit tangga di tanah merah, dikenal gadis-gadis dari bukit. Nyanyian kentang sudah digali, Kenakan kebaya ke pewayangan Jamrut di pucuk-pucuk, jamrut di hati gadis menurun. (Dikutip dari Herman J. Waluyo dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 15-16) a.
Analisis Heuristik
1)
´6HUXOLQJGLSDVLULSLVPHUGXDQWDUDJXQGXNDQSRKRQSLQD´ Kalimat di atas secara leksikal mengandung arti bahwa ada sebuah seruling yang tergeletak di pasir ipis memiliki suara yang merdu/seruling itu tergeletak di antara gunduhukan pohon pina. ´VHUXOLQJ´EHUDUWL´DODWPXVLNWLXS\DQJWHUEXDWGDULEXOXKEDPEXORJDP VXOLQJ´.%%,
2)
³WHPEDQJPHQJJHPDGLGXDNDNL´ Terdengar suara tembang/lagu tradisional yang berasal dari dua kaki gunung, yaitu Burangrang±Tangkubanprahu. Tembang itu dinyanyikan oleh VHQLPDQGDULGHVD \DQJDGDGLEXNLW³WHPEDQJ´ VHFDUDKDUILDKEHUDUWL ³V\DLU yang diberi berlagu (untuk dinyanyikan); nyanyian; 2 SXLVL´ ³NDNL´ PDNQD GHQRWDVLQ\D DGDODK ³a) anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah); b) bagian tungkai (kaki) yang di bawah sekali; c) bagian suatu benda yang jadi penopang (penyangga) yang berfungsi sebagai kaki; d) bagian yang di bawah; e) kata bantu bilangan bagi payung; f) XNXUDQSDQMDQJDGDLQFLGLP P´
3)
³-DPUXWGLSXFXN-SXFXN-DPUXWGLDLUWLSLVPHQXUXQ´ Jamrut secara leksikal berarti intan berwarna hijau. Namun jamrut yang dimaksud dalam puisi ini adalah hamparan perkebunan teh. Dedauanan teh hijau yang masih muda sedang tumbuh subur di pucuk-pucuk pohon teh dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DGD SXOD VHPDN GDQ UHUXPSXWDQ GL VHNLWDU DLU PHQXUXQ DLU WHUMXQ ´SXFXN´ DUWLQ\D´GDXQPXGDGLSXQFDNSRKRQDWDXGLXMXQJUDQWLQJ ´´$LUPHQXUXQ´ maksudnya air yang mengalir turun dari suatu tempat yang tinggi. 4)
³0HPEHOLWWDQJJDGLWDQDKPHUDKGLNHQDOJDGLV-JDGLVGDULEXNLW´ ´0HPEHOLW´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ´PHOLOLW PHOLQJNDU-lingkar; mengikat (membalut) berlilit-lilit:, melibat; menyangkutkDQ NH GDODP SHUNDUD GVE´ .%%, ´7DQDK PHUDK´ DGDODK WDQDK \DQJ EHUZDUQD PHUDK ´*DGLV´ GDODP NDPXV EDKDVD ,QGRQHVLD EHUDUWL ´a) perempuan yang sudah akil balig; dara; b) perempuan yang belum kawin; perawan; c) belum beranak atau bertelur (biQDWDQJ ´ ODOX ´EXNLW´ EHUDWL ´WXPSXNDQ WDQDK \DQJ OHELK WLQJJL GDUL WHPSDW VHNHOLOLQJQ\D OHELK UHQGDK GDUL JXQXQJ´ (KBBI, 2008: 228). Kebun teh itu menurun dari atas bukit ke bawah. Lalu di antara kebun teh itu ada jalan setapal menurun yang dipenuhi rumput. Rerumputan itu menjalar dari tangga-tangga yang terbentuk secara alami dari tanah merah. Biasanya di sekitar air terjun ada anak tangga yang terbuat dari tanah dan di sekitarnya tumbuh semak dan rumput. Bila diliha dari atas bukit tampak seperti jamrut. Terlihat pula gadis-gadis pemetik teh yang sedang memetik pucuk daun teh.
5)
´1\DQ\LDQNHQWDQJVXGDKGLJDOL´ ³1\DQ\LDQ´ GDODP .%%, DUWLQ\D ³\DQJ GLQ\DQ\LNDQ DWDX ODJX´NHPXGLDQ³NHQWDQJ´EHDUWLtumbuhan sayuran yang menghasilkan umbi \DQJEDQ\DNPHQJDQGXQJSDWL´.%%, Maksud kalimat tersebut adalah kentang-kentang yang dulu ditanam, kini bernyanyi kepada para gadis-gadis desa supaya cepat digali dan dipanen. Kalimat ini juga mengandung arti perayaan panen kentang yang dilakukan oleh para petani dan gadis-gadis pemanen kentang.
6)
´.HQDNDQNHED\DNHSHZD\DQJDQ´ ³.HED\D´GDODP.%%, DUWLQ\D³baju perempuan bagian atas, berlengan panjang, dan dipakai dengan kain panjang´ 3HQ\air menyebutkan SDUD JDGXV PHPDNDL NHED\D NH SHZD\DQJDQ ³SHZD\DQJDQ´ DWDX ³ZD\DQJ´ secara harfiah berarti,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
³a) boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukkan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh dalang; b) pertunjukan wayang (selengkapnya); c) orang suruhan yang harus bertindak sesuai dengan perintah orang lain; d) bayang-ED\DQJ´ .%%, 2008: 1812). Para gadis desa yang memanen kentangdan memetik teh tadi mengenakan kebaya tradisional, sehingga terlihat manis.. 7)
³-DPUXWGLSXFXN-SXFXNMDPUXWGLKDWLJDGLVPHQXUXQ´ Pucuk-pucuk daun di pepohonan teh sudah dipetik sehingga kini hamparan pohon teh itu tampak tidak indah lagi. Setelah analisis secara heuristik, puisi akan mudah dipahami lagi jika dipatafrasekan. Sebelum analisis secara hermeneutik, berikut parafrase puisi Tanah Kelahiran 1: Seorang seniman desa sedang meniup seruling di pasir ipis. (Seruling itu berbunyi) merdu. (Di) antara gundukan pohon pina. (Seseorang menyanyikan) tembang
yang
menggema
di
dua
kaki
(gunung)
Burangrang±
Tangkubanprahu. Jamrut di pucuk-pucuk (pepohonan teh mulai menghijau), Jamrut di air tipis menurun, (menghiasi air terjun yang mengalir bening). Membelit tangga di tanah merah. (Tangga dari tanah merah itu sering dilewati dan) dikenal gadis-gadis dari bukit. Nyanyian kentang sudah digali (sudah siap dipanen), (Para gadis dari bukit) mengenakan kebaya ke pewayangan. Jamrut di pucuk-pucuk, jamrut di hati gadis menurun. b.
Analisis Hermeneutik
1)
Seruling di pasir ipis, merdu antara gundukan pohon pina tembang menggema di dua kaki. Burangrang ± Tangkubanprahu Bait pertama di atas menceritakan suasana di gunung Tangkubanprahu dan Burangrang. Ada seorang penggembala yang sedang meniup seruling dan menyanyikan sebuah lagu daerah Sunda. Dua kaki yang dimaksud
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah gunung Tangkubanprahu dan Burangrang, sudah disebutkan di baris keempat. 2)
Jamrut di pucuk-pucuk, Jamrut di air tipis menurun. Jamrut yang penyair maksud dalam puisinya tersebut adalah daun-daun teh yang tumbuh di pucuk pohon, bisa juga hamparan kebun teh. Kebun the apabila dilihat dari atas bukit/gunung Tangkubanprahu dan Burangrang tampak seperti jamrut/intan berwana hijau. Jamrut yang ada di air tipis menurun maksudnya adalah rerumputan yang tumbuh di sekitar aliran air sungai yang mengalir menuruni bukit. Apabila dilihat dari puncak bukit pun terlihat seperti jamrut atau intan berwarna hijau. ³-DPUXW´GDODPSXLVLLQLDGDODKNHEXQWKHPHUXSDNDQSHPDQGDQJDQOD]LP di pegunungan. Lalu ada sungai yang mengalir menuruni bukit, dan kadang ada pemandangan penggembala ternak yang menggembala ternak di kaki bukit.
3)
4)
Membelit tangga di tanah merah dikenal gadis-gadis dari bukit. Nyanyian kentang sudah digali, Kenakan kebaya ke pewayangan. Jamrut di pucuk-pucuk, jamrut di hati gadis menurun. Bait ketiga dan keempat, pada bait ini penyair ingin menceritakan bahwa para petani kentang di kedua bukit tersebut, yaitu Tangkubanprahu dan Burangrang sedang merayakan panen kentang. Panen kentang dirayakan dengan nyanyian gadis-gadis yang menyanyikan tembang-tembang dari daerah Sunda. Gadis-gadis itu bernyanyi sambil mengenakan kebaya yang biasa digunakan para gadis ke pertubjukan wayang. Pada bait ketiga ini, peneliti menemukan satu kesimpulan yang berhubungan dengan bait pertama, yang dimaksud peniup seruling adalah para seniman desa yang mengiringi gadis-gadis berkebaya tadi menyanyi. 0HPDNQDLSXLVL³7DQDK.HODKLUDQ´DNDQOHELKPXGDKELODPHOLKDWSDGD simbol-simbol alam yang digunakan penyair.simbol-simbol alam seperti tanah, air, kebuh teh, kentang, gunung Tangkubanprahu dan Burangrang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan simbol pedesaan yang asri. Sebuah tanah kelahiran yang sejuk, nyDPDQ GHQJDQ DODP SHGHVDDQ \DQJ PDVLK DVOL .DWD ³MDPUXW´ PHPLOLNL PDNQD ³SHUNHEXQDQ WHK´ $GD JDGLV-gadis pemetik teh dan buruh pemanen kentang yang turun dari bukit untuk memetik teh. Puisi tersebut meenggambarkan suasana perayaan panen kentang yang diisi dengan tarian dan nyanyian gadis-gadis desa. Dengan mengenakan kebaya yang biasa dipakai saat pentas wayang, gadis-gadis tadi menari dan menyanyi dengan diiringi alunan seruling khas Sunda yang ditiup seniman setempat. Kebaya ke pewayangan melambangkan kesedehanaan para gadis desa itu EHUSDNDLDQ QDPXQ WHWDS WHUOLKDW FDQWLN ³-DPUXW GL SXFXN-SXFXN´ melambangkan dedaunan teh yang tumbuh menghijau di pucuk-pucuk pohon yang menandakan bahwa tanah kelahiran sang pengair sangat subur. Kenyataannya gubung Tangkubanprahu dan Burangrang memang subur. Hamparan kebuh teh yang disimbolkan dengan jamrut dan memang benar menjadi intan hijau bagi penduduk setempat. kebun teh itu adalah tempat bagi para penduduk setempat mendapatkan uang. Kesimpulannya, puisi Tanah Kelahiran 1 ini menceritakan pesta panen para pemetik teh dan petani kentang di daerah gunung Tangkubanprahu dan Burangrang. 4.
Perahu Layar karya Darmanto Jatman Kembang layar kembang sibak air, ukir wajah laut. Kembang layar kembang tabur langi, remangi langit pada nelayan aku berteriak lantang: ai, Abang, Abang pasang layar, Abang, pasang layar lalu hati meronta berdoa kepada Tuhan: o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan biar hati beriak menyusuri kehidupan lalu dengan alun aku pun menembang: kembang layar kembang laju ke ujung bumi, batas langit dan laut. (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 16-17)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Analisis Heuristik Analisis heuristik bisa dilakukan dengan menambahkan kata tugas atau tanda baca agar kalimat dalam puisi menjadi kalimat sempurna dan mudah dipahami. Bisa juga dilakukan dengan memparafrase puisi tersebut menjadi karangan bebas. Berikut adalah parafrase puisi Perahu Layar. Parafrase (Angin) kembang(kan) layar (perahu) (sehingga) mengembang dan pucuk perahu menyibak air, dan mengukir wajah laut. (Angin) kembang(kan) layar (perahu) (sehingga) mengembang (dan) (ber)tabur(an) (di) langit, (lalu layar itu) (me)remangi langit. Pada nelayan aku berteriak lantang: ai, Abang, Abang pasang layar, Abang, pasang layar lalu hati(ku) meronta berdoa kepada Tuhan: o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan biar hati (mereka) beriak menyusuri kehidupan. Lalu dengan (meng)alun aku pun menembang: kembang layar kembang, laju ke ujung bumi, batas langit dan laut. Setelah parafrase, peneliti akan melakukan analisis secara heuristik pada tiap baris dalam puisi tersebut. Berikut analisis secara heuristik, 1)
´.HPEDQJOD\DUNHPEDQJVLEDNDLUXNLUZDMDKODXW´ ´.HPEDQJ´ PHQJHPEDQJ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL ´a) mekar terbuka atau
membentang (barang yang berlipat atau kuncup), b) menjadi besar (luas, banyak, dsb); memuai: c) menjadi bertambah sempurna (pribadi, pikiran, pengetahuan, dsb); 4 menjadi banyak (merata, meluas, dsb):´ .%%, 2008: .DWD ´OD\DU´ DUWLQ\D ´D kain tebal yang dibentangkan untuk menadah angin agar perahu (kapal) dapat berjalan (laju), b) tabir (tirai) penutup jendela (pintu); c) tirai; kelir (dipakai pada pertunjukan gambar hidup, drama, wayang kulit, dsb);´KBBI, 2008: 892). .HPXGLDQ NDWD ´6LEDN´ GDODP .%%, PHPLOLNL DUWL ´cerai; pisah (ke kanan dan ke kiri) belah (sisiran rambut dsb);´ 0DNQD GHQRWDVL ´XNLU´ EHUDUWL ´menggores (menoreh, memahat, dsb)´ .%%, %HULNXWNQ\D DUWL ´:DMDK´ GDODP .%%, DGDODK ´roman muka; muka;´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
'DQ´ODXW´DUWLQ\D´kumpulan air asin (dl jumlah yang banyak dan luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau-pulau:´ .HVLPSXODQQ\DPDNQDNDOLPDW´.HPEDQJOD\DUNHPEDQg, sibak air, ukir ZDMDKODXW´DGDODKDJDUSDUDQHOD\DQVHJHUDPHQJHPEDQJNDQOD\DUNDSDO/DOX ujung perahu akan menyibak laut dan membuat ukiran di laut atau membelah ombak. 2)
´.HPEDQJOD\DUNHPEDQJWDEXUODQJLWUHPDQJLODQJLW´ Apabila diterjemahkaQ VHFDUD KDUILDK .DWD ´WDEXU´ EHUDUWL VHEDU
menghamburkan; menyiarkan (kabar dsb); menabur (benih dsb); 2 membagiEDJLNDQPHQJLULPNDQ.%%, .HPXGLDQNDWD´ODQJLW´PHQJDFX SDGD ´UXDQJ OXDV \DQJ WHUEHQWDQJ GL DWDV EXPL WHPSDW EHUDGDQ\D bulan, ELQWDQJPDWDKDULGDQSODQHWODLQ´.%%, .DWD´UHPDQJL´VHFDUD denotatif berarti, a) remang n bulu halus di tubuh; bulu roma; meremang v seram; tegak (bulu badan): b) meremangkan v menjadikan meremang; menyeramkan: c) remang ark, meremang v meleleh (air mata); bersimbah (peluh) d) remang, remang-remang a agak gelap (kelam); keremangan n kesamaran; keredupan; kekelaman remang, remang-remang a agak gelap atau kelam: (KBBI, 2008: 1287). .DOLPDW´.HPEDQJOD\DUNHPEDQJWDEXUODQJLWUHPDQJLODQJLW´EHUPDNQD supaya nelayan segera mengembangkan layar kapal sehingga seolah layar itu bertaburan di langit dan membuat langit yang tadinya terang oleh cahaya matahari, menjadi remang-remang karena sinar matahari tertutup leyar-layar yang terkembang. 3)
´SDGD QHOD\DQ DNX EHUWHULDN ODQWDQJ ai, Abang, Abang pasang layar, $EDQJSDVDQJOD\DU³ $SDELOD GLWHUMHPDKNDQ VHVXDL .%%, NDWD ´QHOD\DQ´ EHUDUWL ´RUDQJ \DQJ
PDWDSHQFDKDULDQXWDPDQ\DGDULXVDKDPHQDQJNDSLNDQGLODXW´ .HPXGLDQ NDWD ´WHULDN´ DWDX ´EHUWHULDN´ EHUDUWL ´VHUXDQ \DQJ NHUDV SHNLN berteriak, EHUVHUX EHUNDWD PHPDQJJLO GVE GHQJDQ VXDUD NHUDV PHPHNLN´ .%%, ´3DVDQJ´GDODP.%%, EHUDUWL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l)
digilib.uns.ac.id
memakaikan; mengenakan; memberi (berpakaian, berbaju, dsb); menempatkan; memuatkan; mencantumkan (tentang tulisan, gambar, iklan, dsb); menyematkan; melekatkan; mengibarkan; menentukan (harga); menahan (jerat, bubu, dsb); menyediakan (membuat, mengatur): ~ jembata; menyalakan; membakar; menghidupkan (radio, televisi); memertaruhkan uang (pada undian, perjudian); Menyetel (menjodoh-jodohkan peralatan, mesin, dsb); mengait-ngaitkan yang utuh (bersistem dsb). Kalimat nomor 3 ini secara harfiah mengacu pada makna si aku berteriak
memberi semangat kepada para nelayan agar para nelayan segera mengembangkan layar dan segera berlayar mencari ikan. 4)
´ODOXKDWLPHURQWDEHUGRDNHSDGD7XKDQR7XKDQEDZDODKPDQXVLDLQL NHWHPSDWWDEXUDQLNDQELDUKDWLEHULDNPHQ\XVXULNHKLGXSDQ´ Apabiila diterjemahkan beUGDVDUNDQ .%%, NDWD ´PHURQWD´ EHUDUWL
´EHUJHUDNVHNXDW-NXDWQ\DKHQGDNPHOHSDVNDQGLULGDULLNDWDQSHJDQJDQGVE´ .HPXGLDQNDWD´EHUGRD´EHUDUWL´permohonan (harapan, pujian) kepada Tuhan;´ .DWD´WDEXUDQ´ DSDELODGLDUWLNDQVHFDUa harfiah EHUDUWL´VHVXDWX \DQJGLWDEXUNDQ´ ´+DWLEHULDN´EHULDNDUWLQ\D PHQJDFXSDGD´JHUDNDQPHQJRPEDNGLSHUPXNDDQDLURPEDNNHFLOJHUDNDQ air yang merupakan lingkaran (seperti apabila batu dijatuhkan NHDLU´.%%, 2008: 1303). Kalimat nomor empat secara harfiah mengacu pada makna bahwa GDODP KDWL VL ´DNX´ PHQGRDNDQ DJDU SDUD QHOD\DQ LWX ELVD VDPSDL GL WHPSDW yang bertaburan ikan, tempat ikan-ikan melimpah. 5)
´ODOXGHQJDQDOXQDNXSXQPHQHPEDQJNHPEDQJOD\DUNHPEDQJODMXNH ujung bumiEDWDVODQJLWGDQODXW´ .DWD ´DOXQ´ DSDELOD GLWHUMHPDKNDQ EHUGDVDUNDQ .%%, DUWLQ\D DGDODK
´JHORPEDQJ \DQJ SDQMDQJ GDQ EHUJXOXQJ- gulung, biasanya lebih rendah dari RPEDN WHWDSL OHELK EHVDU GDULSDGD ULDN´ ´0HQHPEDQJ´ VHFDUD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harfiah berarti menyanyikan sebuah lagu, tentang lau nelayan. Si aku lalu menembang dengan pelan untuk para nelayan yang sedang melaut. b.
Analisis Hermeneutik Penyair tidak banyak menggunakan bahasa simbol dalam puisi Perahu Layar ini. Bahasa kias yang digunakan penyair menandakan bahwa si aku sangat mengagumi sosok nelayan. Dibuktikan dengan cara si aku memberi semangat pada nelayan untuk mengembangkan layar dan pergi melaut, kemudian si aku juga mendoakan para nelayan agar mendapat ikan yang banyak demi kehidupan nelayan yang lebih baik. o, Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikan biar hati beriak menyusuri kehidupan .XWLSDQ GL DWDV PHPSXQ\DL PDNQD EDKZD ´WHPSDW WDEXUDQ LNDQ´ DGDODK ODXW\DQJSHQXKGHQJDQLNDQ´+DWLEHULDN´PDNVXGQ\DKDWLSDUD nelayan tetap semangat menjalani kehidupan yang berat ini. lalu dengan alun aku pun menembang: kembang layar kembang Tembang yang dinyanyikan si aku itu merupakan doa untuk para nelayan, agar nelayan-nelayan itu tetap berlayar mencari ikan sampai ke ujung bumi, maksudnya sampai laut lepas yang jauh. Sebab tempat ikan-ukan yang nelayan-nelayan itu cari banyak ditemukan di laut lepas. Puisi ini secara garis besar menggambarkan kekuatan maritim bangsa Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia adalah seorang pelaut yang andal. Penyair juga mengagumi nelayan-nelayan sekarang, dibuktikan dengan kalimat berikut, ³ODMXNHXMXQJEXPLEDWDVODQJLWGDQODXW³ Para pelaut ulung ini tidak pernah takut melawan keganasan ombak lautan demi hidup dan demi kelangsungan matapencaharian nenek moyang bangsa Indonesia sebagai pelaut.
5.
Stasiun Tugu karya Taufik Ismail Tahun empat puluh tujuh, suatu malam di bulan Mei Ketika kota menderai dalam gerimis yang renyai Di tiang barat lentera merah mengerjap dalam basah Menunggu perlahan naiknya tanda penghabisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keleneng andong terputus di jalan berlinangan Suram ruang stasiun berada dan tempat menunggu Truk menunggu dan laskar berlagu-lagu perjuangan Di Tugu seorang ibu menunggu, dua anak dipangku. Berhentilah waktu di stasiun Tugu, malam ini Di suatu malam yang renyai, tahun empat puluh tujuh Para penjemput kereta Jakarta yang penghabisan Hujan pun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh Di tiang barat lentera mengerjap dalam basah Anak perempuan itu dua tahun, melengkap dalam pangkuan Malam makin lembab, kuning gemetar lampu stasiun $QDNQ\DPDVLKPHQ\DQ\L´6DWX7XMXK'HODSDQ7DKXQ´ Udara telah larut ketika tanda naik pelan-pelan Seluruh penjemput sama tegak, memandang ke arah barat Ibu menjaga anaknya yang kantuk dalam lena Berkata: lambaikan tanganmu dan panggillah Bapa Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 104-105) a.
Analisis heuristik 1)
´7DKXQHPSDWSXOXKWXMXKVXDWXPDODPGLEXODQ0HL $SDELOD GLWHUMHPDKNDQ ´WDKXQ HPSDW SXOXK WXMXK´ VHFDUD KDUILDK DUWLQ\D
adalah tahun masehi \DQJ EHUDQJND NHPXGLDQ NDWD ´PDODP GL EXODQ 0HL´DUWLQ\DZDNWXVHWHODKVRUHODQJLWKLWDPJHODSDGDEXODQGDQELQWDQJVDDW bulan Mei. 2)
´.HWLNDNRWDPHQGHUDLGDODPJHULPLV\DQJUHQ\DL´ ´.RWD´GDODP.%%, PHQJDFXSDGD´a) dinding (tembok) yang
mengeliingi benteng (tempat pertahanan); b) benteng (tempat pertahanan) yang dikeliingi dinding tembok; c) daerah perkampungan yang terdiri dari bangunan rumah yang rnerupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan PDV\DUDNDW´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
´PHQGHUD´ GDUL NDWD ´GHUDL´ DSDELOD GLWHUMHPDKNDQ VHFDUD KDIULDK DGDODK ´EXQ\L VHSHUWL EXQ\L WLWLN-titik air hujan jatuh di kaca dsb; ODOX ´EHUGHUDL´ PHQJDFXSDGDPDNQD´berbunyi tik-tik seperti bunyi titik-titik air hujan jatuh GLNDFDGVE´.%%,3). ´*HULPLV´ GDODP .%%, PHPSXQ\DL UHIHUHQ ´hujan yang turunnya tidak terlalu lebat; hujan rintik-ULQWLN´ GDQ ´UHQ\DL´ MXJD PHPLOLNL PDNDQ GHQRWDVL \DQJ SHQHOLWL NXWLS GDUL .%%, \DLWX ´WLWLN-titik kecil; tetes-tetes (hujan SHOXK GVE ´ 3HQHOLWL GDSDW PHQ\LPSXODNDQ DUWL NDOLDPW ´.HWLND NRWD PHQGHUDL GDODP JHULPLV \DQJ UHQ\DL´ \DLWX GL VHEXDK tempat atau daerah perkampungan yang penuh rumah sedang turun hujan yang rintik-rintik. 3)
´'LWLDQJEDUDWOHQWHUDPHUDKPHQJHUMDSGDODPEDVDK´ .DWD´WLDQJ´DSDELODGLDUWLNDQVHFDUDKDUILDKEHUDUWL ´(1) tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dsb) yang dipancangkan untuk suatu keperluan; (2) tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal untuk memasang layar dsb; (3) tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga (atap, lantai, jembatan, dsb); pilar; (4) sesuatu yang menjadi pokok kekuatan, SHQJKLGXSDQGVE´.%%, ´%DUDW´GDODPEDULVDSDELODGLWHUMHPDKNDQVHFDUDKDUILDKEHUDUWL´(1) nama
mata angin, arah tempat matahari terbenam; (2) (URSD .%%, ´ .HPGLDQ SHQHOLWL MXJD PHQHUMHPDKNDQ NDWD ´OHQWHUD PHUDK´ DWDX ´OHQWHUD´ VHFFDUD KDUILDK GDODP .%%, PHPLOLNL DFXDQ ´OpQWpUDODPSX SHQHUDQJ \DQJ EHUWXWXSGHQJDQNDFDGHQJDQEDKDQEDNDUPLQ\DNWDQDK´008: 915). Jadi, lentera merah artinya lampu penerang yang berbahan bakar minyak WDQDK\DQJFDKD\DQ\DEHUZDUQDPHUDK´0HQJHUMDS´GDULNDWD´NHUMDS´GDODP NDPXV %DKDVD ,QGRQHVLD EHUDUWL ´mengerjap(-ngerjap)kan
mengejap(-
ngejap)kan; mengerdip-ngerdipkan PDWD ´ .DWD PHQJHUMDS GLLNXWL NHWHUDQJDQ ´GDODP EDVDK´ \DQJ VHFDUD GHQRWDWLI EHUDUWL ´D berair; mengandung air; b) EHOXP GLNHULQJNDQ´ .%%, 3HQHOLWL GDSDW PHQ\LPSXONDQNDOLPDW´'LWLDQJEDUDWOHQWHUDPHUDKPHQJHUMDSGDODPEDVDK´ secara heuristik memiliki maksud bahwa lampu yang berbahan bakar minyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanah itu bersinar kemerahan, berkedip-kedip karena sumbunya basan terkena rintihan gerimis. 4)
´0HQXQJJXSHUODKDQQDLNQ\DWDQGDSHQJKDELVDQ´ Kalimat nomor empat di atas, kata demi kata akan peneliti terjemahkan
VHFDUDKDUILDK.DWD´PHQXQJJX´VHFDUDKDUILDKPHPSXQ\DLUHIHUHQ ´Tunggu, menunggu, (1) tinggal beberapa saat di suatu tempat dan mengharap sesuatu akan terjadi (datang); (2) tinggal sementara untuk merawat, menjaga (barang-barang, rumah, orang sakit, dsb); menunggui: (3) menantikan (sesuatu yang mesti datang atau terjadi); menunggukan; (4) mengharap: (5) PHQGLDPLPHQJKXQLPHQXQJJXL.%%, ´ ´SHUODKDQ´ GDODP .%%, PHPLOLNL DUWL ´perlahan (-lahan) lambat-lambat; tidak tergesa-JHVDWLGDNFHSDWOHPEXWWLGDNQ\DULQJ ´6HPHWDUD LWXNDWD´QDLN´SHQHOLWLWHUMHPDKNDQVHVXDLUHIHUHQGLNDPXVEDKDVD,QGRQHVLD NDWD´QDLN´PHQJDFXSDGD ´a) bergerak dari bawah ke atas; b) timbul (matahari); c) mendaki; menanjak; memanjat: d) masuk rumah (dengan melalui tangga); masuk kendaraan atau mulai menumpang; e) mengendarai; menumpang (kapal, pesawat, dsb); f) bertambah tinggi (mahal, besar, banyak, dsb); PHQLQJNDW´ 3DGDIUDVH´WDQGDSHQJKDELVDQ´DSDELODGLWHUMHPDKNDQVHFDUDKDUILDKNDWD ´WDQGD´PHPLOLNLDUWL´(1) yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu; (2) gejala; (3) bukti: (4) pengenal; lambang: (5) SHWXQMXN´.%%, /DOX NDWD ´SHQJKDELVDQ´ GDUL NDWD ´KDELV´ GDODP .%%, PHPLOLNL DFXDQ ´(1) tidak ada yang tinggal lagi (karena sudah digunakan, dibagikan, dimakan, dsb); tidak; (2) selesai: (3) tamat: (4) sesudah; setelah: (5) sudah sampai pada batas waktu yang ditentukan: (6) keluar biaya: (7) DNKLU´ .DOLPDW ´0HQXQJJX SHUODKDQ QDLNQ\D WDQGD SHQJKDELVDQ´ PHPSXQ\L makna bahwa ada seseorang sedang menunggu sebuah tanda yang akan naik secara pelan. Tanda yang ditunggu itu berupa tanda yang memberi petunjuk bahwa sesuatu akan segera selesai atau berakhir. Tanda yang naik secara perlahan tersebut dapat pula diartikan sebagai peluit panjang kereta api saat akan tiba di stasiun. 5)
´.HOHQHQJDQGRQJWHUSXWXVGLMDODQEHUOLQDQJDQ³
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
³.HOHQHQJ DQGRQJ³ DSDELOD GLWHUMHPDKNDQ VHFDUD KDUILDK PHQXUXW NDPXV bDKDVD,QGRQHVLDNDWD³NHOHQHQJ³DUWLQ\D³a) bunyi genta dsb; b) giring-giring JHQWDNHFLO SDGDOHPEXGVE³ (KBBI, 2008: 715). Lalu andong mengacu pada ³NHUHWDNXGDVHZDDQVHMHQLVGRNDUDWDXVDGREHUDGDHPSDWGL
tempat untuk lalu lintas orang (kendaraan) perlintasan (dari suatu tempat ke tempat lain) sesuatu yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk lintasan; orbit (tt benda-benda angkasa) gerak maju atau mundur (kendaraan) putaran jarum perkembangan atau berlangsungnya (perundingan, rapat, cerita,) cara (akal, syarat, ikhtiar) untuk melakukan (mengerjakan, mencapai, mencari) sesuatu: i) kesempatan (untuk mengerjakan sesuatu) j) lantaran; perantara (sesuatu yang menjadi alat atau jalan penghubung) (KBBI, 2008: 609-610)
³EHUOLQDQJDQ³GDULNDWD´OLQDQJ´GDODP.%%,8: 931) memiliki makna harfiah (1) berkilat seperti kaca; berkilau-kilau; (2) meleleh atau berkilauan seperti kaca ( titik air, air mata, dsb.). Berdasarkan makna harfiah di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan EDKZDPDNQDNDOLPDW´.HOHQHQJDQGRQJWHUSXWXVGLMDODQEHUOLQDQJDQ³DGDODK bunyi lonceng dari kereta tradisonal khas Solo dan Yogyakarta berhenti di sebuah jalan yang berlinangan atau basah karena titik-titik air hujan. Jalan berlinangan berarti jalan yang banyak digenangi air hujan. 6)
³6XUDPUXDQJVWDVLXQEHUDGDGDQWHPSDWPHQXQJJX´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7HUMHPDKDQ NDWD ´VXUDP´ PHQXUXW .%%, -1565) mengacu pada, (1) kurang terang (cahaya); (2) redup, berawan, mendung (cuaca); (3) kusam atau kuyu (mata); (4) muram tidak berseri-seri (muka); (5) tidak bening (kaca, intan, dsb.); tidak berkilauan (emas, perak, dsb.); buram; (6) susah (kehidupan); tidak tentu (nasib, masa depan, dsb); (7) tidak nyata dalam ingatan atau pikiran: NHPXGLDQ NDWD ´UXDQJ VWDVLXQ´ PHQJDFX SDGD ´WHPSDW PHQXQJJX EDJL calon penumpang kereta api dsb; tempat perhentian kereta api. Ruang staiun juga dapat diartikan bangunan yang dilengkapi peralatan secara khusus untuk PHODNVDQDNDQIXQJVLWHUWHQWX´.%%, . Berdasarkan pemaknaan secara harfiah di atas, peneliti menyimpulkan PDNDQNDOLPDW³6XUDPUXDQJVWDVLXQEHUDGDGDQWHPSDWPHQXQJJX´DGDODKGL sebuah stasiun ada tempat untuk menunggu kereta datang dan ruang tunggu itu tampak tidak terang cahaya lampu. 7)
´7UXNPHQXQJJXGDQODVNDUEHUODJX-ODJXSHUMXDQJDQ´ Kalimat nomor tujuh cukup lugas makna pilihan katanya, namun apabila
diterjemahkan menurut KBBI akan lebih valid. .DWD ´7UXN´ GDODP .%%, PHQJDFXSDGD´truk, mobil besar dengan bak besar di belakang ELDVDQ\DXQWXNPHQJDQJNXWEDUDQJ ´/DOXNDWD´ODVNDU´VHFDUDKDUILDKGDODP .%%, EHUDUWL ´WHQWDUD NHORPSRN VHUGDGX SDVXNDQ´ .DWD XODQJ ´EHUODgu-ODJX SHUMXDQJDQ´ PHPLOLNL PDNQD PHQ\DQ\LNDQ ODJX-lagu perjuangan. Kalimat nomor tujuh ini memiliki makna bahwa beberapa truk yang berisi tentara sedang menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Para tentara itu menunggu kedatangan kereta dari Jakarta. 8)
´'L7XJXVHRUDQJLEXPHQXQJJXGXDDQDNGLSDQJNX´ .DWD´WXJX´SDGDNDOLPDWQRPRUGHODSDQGLDWDVGDSDWEHUDUWLQDPDVHEXDK
VWDVLXQ GL NRWD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9)
digilib.uns.ac.id
´%HUKHQWLODKZDNWXGLVWDVLXQ 7XJXPDODPLQL´ ³%HUKHQWL´GDULNDWDGDVDU³KHQWL´VHFDUDKDUILDKPHQJDFXSDGD´(1) tidak
bergerak (berjalan, bekerja, dsb.); tidak meneruskan lagi; (2) berakhir; selesai; tamat: (3) VLQJJDK PDPSLU EHULVWLUDKDW EHUMHGD GVE´ (KBBI, 2008: 536). Kemudian ³ZDNWX´SDGDNDOLPDWGLDWDVVHFDUDKDUILDKEHUDUWL (1) seluruh rangkaian saat ketika proses; perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung; (2) lamanya (saat yang tertentu); (3) saat yang tertentu untuk melakukan sesuatu; (4) kesempatan, tempo, peluang; (5) ketika, saat; (6) hari (keadaan hari); (7) saat yang ditentukan berdasarkan SHPEDJLDQERODGXQLD´.%%, -DGL VHFDUD KDUILDK NDOLPDW ´%HUKHQWLODK ZDNWX GL VWDVLXQ 7XJX PDODP LQL´ DGDODK -DP \DQJ DGD GL VWDVLXQ 7XJX berhenti berputar pada malam itu, malam di bulan Mei tahun 1947. 10)
´'LVXDWXPDODP\DQJUHQ\DLWDKXQHPSDWSXOXKWXMXK´ ´5HQ\DL´ PHPLOLNL PDNQD GHQRWDVL \DQJ SHQHOLWL NXWLS GDUL .%%,
\DLWX ´WLWLN-titik kecil; tetes-tetes (hujan, peluK GVE ´ -DGL ´PDODP UHQ\DL´DUWLQ\DVDDWPDODPKXMDQWXUXQULQWLN-rintik pada tahun 1947. 11)
´Para penjemput keretD-DNDUWD\DQJSHQJKDELVDQ´ .DWD´SHQMHPSXW´GDULNDWD´MHPSXW´GLWDPEDKDZDODQSH- EHUDUWL´RUDQJ
\DQJPHODNXNDQSHNHUMDDQ´MHPSXW berarti ´(1) pergi mendapatkan orang akan dibawa (diajak pergi); (2) PHQ\DPEXW PHQ\RQJVRQJ NHGDWDQJDQ RUDQJ ´ .%%, -DGL SHQMHPSXW DGDODK ´RUDQJ \DQJ SHUJL PHQJDPELO PHQ\PEXWGDQPHQ\RQJVRQJPHQMHPSXW ´´.HUHWD-DNDUWD´PHQJDFXSDGD kereta penumpang yang mempunyai jalur perjalanan ke Jakarta. 12)
´+XMDQSXQDQHKGLEXODQ0HLWDNNXQMXQJWHGXK´ .DWD´KXMDQ´SDGDNDOLPDWQRPRUPHQJDFXSDGD´(1) titik-titik air yang
berjatuhan dari udara karena proses pengembunan; (2). ada titik-titik air yang berjatuhan dari udara; (3) mendapat (datang, dsb. ´ .%%, 'LVHEXWNDQSXODNDODXKXMDQWDPSDN´DQHK´NDWD´DQHK´PHQJDFXSDGD´tidak VHSHUWL \DQJ ELDVD PHQLPEXONDQ NHKHUDQDQ DMDLE JDQMLO´ .%%, Kemudian disebutkan SXOD NDODX KXMDQ WLGDN NXQMXQJ ´WHGXK´ GDODP NXWLSDQ EDULV SXLVL LQL NDWD ´WHGXK´ PHQJDFX SDGD ´). reda (angin ribut, ombak);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhenti (hujan); (2). terlindung atau tidak kena panas matahari; lindap: (3) tidak turun hujan (hari); redup atau tidak memancarkan sinar yang terik (matahari): (4) WHQDQJ DPDQ´ .%%, Jadi, kesimpulan dari definisi di atas, yaitu hujan di bulan Mei tahun 1947 tidak juga reda dan itu membuat orang-orang heran. 13)
´'LWLDQJEDUDWOHQWHUDPHQJHUMDSGDODPEDVDK´ Kalimat nomor 13 yang ada di bait ke-3 ini merupakan pengulangan dari
NDOLPDW QRPRU \DQJ WHUGDSDW SDGD EDLW SHUWDPD .DWD ´WLDQJ´ DSDELOD diartikan secara harfiah berarti ´(1) tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dsb) yang dipancangkan untuk suatu keperluan; (2) tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal untuk memasang layar dsb; (3) tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga (atap, lantai, jembatan, dsb.); pilar; (4) ki sesuatu yang PHQMDGLSRNRNNHNXDWDQSHQJKLGXSDQGVE´.%%,08: 1700) ´%DUDW´GDODPEDULVDSDELODGLWHUMHPDKNDQVHFDUDKDUILDKEHUDUWL´a) nama mata angin, arah tempat matahari terbenam; b) (URSD .%%, ´ .HPXGLDQ SHQHOLWL MXJD PHQHUMHPDKNDQ NDWD ´OHQWHUD PHUDK´ DWDX ´OHQWHUD´ seccara harfiah dalDP .%%, PHPLOLNL DFXDQ ´ODPSX SHQHUDQJ \DQJ EHUWXWXS GHQJDQNDFDGHQJDQEDKDQEDNDUPLQ\DNWDQDK´ Jadi,
lentera
merah artinya lampu penerang yang berbahan bakar minyak tanah yang cahayanya berwarna merah. ´0HQJHUMDS´ GDUL NDWD ´NHUMDS´ GDODP NDPXV %HVDU Bahasa Indonesia berarti´
mengerjap(-ngerjap)kan,
mengejap
(-ngejap)kan;
mengerdip-
ngerdipkan PDWD ´ .DWD PHQJHUMDS GLLNXWL NHWHUDQJDQ ´GDODP EDVDK´ \DQJ VHFDUD GHQRWDWLI EHUDUWL ´D berair; mengandung air; b) belum dikeULQJNDQ´ .%%, 3HQHOLWL GDSDW PHQ\LPSXONDQ NDOLPDW ´'L WLDQJ EDUDW OHQWHUD PHUDK PHQJHUMDS GDODP EDVDK´ VHFDUD KHXULVWLN PHPLOLNL maksud bahwa lampu yang berbahan bakar minak tanah itu bersinar kemerahan, berkedip-kedip karena sumbunya basan terkena rintihan gerimis. 14)
´$QDNSHUHPSXDQLWXGXDWDKXQPHOHQJNDSGDODPSDQJNXDQ´ 7HUMHPDKDQ VHFDUD KDUILDK NDWD ´DQDN´ PHQXUXW .%%, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a) b) c) d) e) f) g) h)
digilib.uns.ac.id
keturunan yang kedua: manusia yang masih kecil: binatang yg masih kecil; pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-tumbuhan yang besar; orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah, dsb orang yang termasuk dalam suatu golongan pekerjaan (keluarga dsb): bagian yang kecil (pada suatu benda); sesuatu yang lebih kecil daripada yang lain:
NHPXGLDQNDWD´SHUHPSXDQ´PHQJDFXSDGD´(1) wanita; b) bini:´.%%, 2008: 1159). 15)
´0DODPPDNLQOHPEDENXQLQJJHPHWDUODPSXVWDVLXQ´ .DWD´OHPEDE´VHFDUDKDUILDKEHUDUWL´WLGDNNHULQJEHQDUPHQJDQGXQJDLU´
(.%%, 6HODQMXWQ\D NDWD ´NXQLQJ´ PHQJDFX SDGD ZDUQD NXQLQJ ´ODPSX´ PHQJDFX SDGD ´DODW XQWXN PHQHUDQJL SHOLWD´ .%%, 7HUDNKLU NDWD ´JHPHWDU´ PHQJDFX SDGD ´JHPHWDU EHUJHUDN-gerak anggota badannya karena ketakutan dsb; menggigil karHQD NHWDNXWDQ´ .%%, 3HQHOLWLPHQ\LPSXONDQNDOLPDW´0DODP PDNLQOHPEDENXQLQJ JHPHWDU ODPSXVWDVLXQ´VHFDUDKDUILDKPDNQDQ\DPHQJDFXSDGDODPSXGLVWDVLXQ\DQJ bercahaya kuning tampak berkedip-kedip seolah-olah akan mati karena udara lembab di malam itu. 16)
´$QDNQ\DPDVLKPHQ\DQ\L´6DWX7XMXK'HODSDQ7DKXQ´ Lentera merah yang ada di tiang sebelah barat stasiun masih berkedap-
kedip karena diguyur hujan yang tak kunjung berhenti. Seorang ibu dan seorang anaknya yang berusia dua tahun duduk di peron stasiun. Si anak tertidur di pangkuan sang ibu. Malam semakin dingin, lampu-lampu di stasiun mulai meredup dan sebagian dimatikan. Si anak tetap tertidur sambil menyanyikan sebuah lagu Satu Tujuh Delapan Tahun. 17)
´8GDUD WHODK ODUXW NHWLND WDQGD QDLN pelan-pelan. Seluruh penjemput sama tegak, memandang ke arah barat. Ibu menjaga anaknya yang kantuk GDODPOHQD%HUNDWDODPEDLNDQWDQJDQPXGDQSDQJJLOODK%DSD´ Udara tambah dingin karena malam semakin larut. Tanda bahwa kereta
akan segera tiba di stasiun sudah dibunyikan pelan-pelan. Semua penjemput sudah bersiap-siap menyambut kedatangan para pahlawan bangsa. Sang ibu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masih mendekap anaknya yang mulai terkantuk-kantuk. Sang ibu meminta sang anak melambaikan tangan ke arah kereta datang dan meneriakkan kata ´D\DK´ 18)
´:DKDL LEX PXGD VHKDULDQ DWDS-atap kota untukmu berbasah. Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender. Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah. Uap ungu berdesir menyeret JHUERQJMHQD]DKWHUDNKLU´ Pada biat terakhir ini merupakan bait yang menjadi kesimpulan atas apa
yang terjadi di stasiun Tugu. Ternyata suasana lembab, lampu stasiun yang gemetar, dan tanda merah yang mengerjap adalah tanda berkabung. Seluruh kota Yogyakarta berduka akibat kekejaman militer tang terjadi di Klender. Seluruh rakyat Indoneisa berduka. Telah jatuh korban jiwa. Dan kereta yang ditunggu di stasiun Tugu adalah kereta yang membawa jenasah para pahlawan nasional. b.
Analisis Hermeneutik Analisis secara hermeneutik puisi ini akan mudah dilakukan bila melihat pada bait terakhir yang berbunyi sebagai berikut: Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir Puisi ini bercerita tentang seorang ibu muda dan seorang anak perempuannya yang berusia dua tahun. Mereka menunggu kedatangan jenazah ayahnya yang pada bulan Mei 1947 saat itu ikut berperang di Klender. SXDVDQDGLVWDVLXQ7XJXVDQJDW´VXUDP´\DQJPHQDQGDNDQNHVHGLKDQ6HPXD orang yang menunggu kedatangan kereta uap berwarna ungu itu membawa gerbong-gerbong yang berisi jenazah para pahlawan bangsa. Uap warna ungu melambangkan kedukaan. Seorang ibu sedang berduka, seluruh kota Yogyakarta malam itu diguyur hujan. Hujan menandakan seluruh penduduk kota Yogyakarta dirundung kedukaan, begitu juga seluruh rakyat di republik ini, semua ikut berduka. Militer atau perang telah membuat sedih para ibu, istri, dan anak-anak. Hujan diibaratkan sebagi air mata kesedihan. Lampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merah yang berkedip-kedip adalah simbol sirine ambulance telah siap membawa jenazah yang akan diturunkan dari kereta jenazah dari Jakarta itu. Stasiun tugu adalah simbol penjemputan duka lara anak dan istri para pahlawan yang gugur karena kebijakan militer. 6.
Senja Di Pelabuhan Kecil (buat: Sri Ajati) Karya Chairil Anwar Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 105-106)
a.
Analisis Heuristik 1) ´,QL NDOLWidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada FHULWDWLDQJVHUWDWHPDOL´ ´JXGDQJ UXPDK WXD´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDUWL ´ UXPDK DWDX EDQJVDO WHPSDW menyimpan barang-EDUDQJ´ .%%, . Kalimat tersebut secara harfiah memiliki makna bahwa saat itu sudah tidak ada lagi seseorang yang mencari cinta di gudang rumah tua yang menjadi latar cerita antara tiang dan temali yang seharusnya saling berpaut. 2) ´.DSDO SHUDKX WLDGD EHUODXW PHQJKHPEXs diri dalam mempercaya mau EHUSDXW´ Kapal yang ada di pelabuhan tidak pergi ke tengah laut karena tidak mau EHUSDXW GHQJDQ KHPEXVDQ DQJLQ ´.DSDO´ VHFDUD OHNVLNDO EHUDUWL ´kendaraan SHQJDQJNXWSHQXPSDQJGDQEDUDQJGLODXWVXQJDLGVE ´.%%, .HPXGLDQ NDWD ´EHUSDXW´ PHQJDFX SDGD ´terikat erat-erat, melekat (melilit) erat-erat, berpegang kuat-kuat´.%%,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) ´*HULPLV PHPSHUFHSDW NHODP $GD MXJD NHOHSDN HODQJ PHQ\LQJJXQJ muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur KLODQJRPEDN´ Gerimis yang turun membuat saat senja di pelabuhan itu semakin kelam. Ada burung elang yang sedang terbang melintas seolah tak tahu kalau si sku sedang muram. Tanah, air, dan ombak yang ada di pantai tak mau menepi menjadi satu. 4) ´7LDda lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap KDUDS´ Semenanjung secara harfiah berarti bagian daratan yang menjorok ke laut (KBBI, 2008: 1402). Si aku kini sendiri, tidak ada lagi yang mencintainya. Lalu dia sendiri berjalan menyusuri semenanjung dan dia sudah kehilangan harapan. 5) ´6HNDOLWLEDGLXMXQJGDQVHNDOLDQVHODPDWMDODQGDULSDQWDLNHHPSDWVHGX SHQJKDELVDQELVDWHUGHNDS´ Setelah si aku sampai di ujung semenanjung, dia mengucapkan selamat tinggal dari pinggir pantai. Kata selamat tinggalnya yang sedih itu telah dia tumpahkan pada laut dan pantai. b.
Analisis Hermeneuistik Kekuatan dari puisi Senja di Pelabuhan Kecil milik Chairil Anwar ini terletak pada bait terakhir yang berbunyi sebagai berikut, Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap Berdasarkan bait terakhir di atas, peneliti dapat menemukan makna dan maksud penyair dengan puisinya tersebut. Sang penyair merasa diambang batas antara hidup dan mati yang disimbolkan dengan kata pantai. Kalimat ´,QLNDOLWLGDNDGD\DQJPHQFDULFLQWDGLDQWDUDJXGDQJUXPDKWXDSDGDFHULWD WLDQJVHUWDWHPDOL´. Maksud yang tersirat dari kutipan baris puisi tersebut adalah tidak ada lagi cinta di hati Sri Ajati, saat pertemuan terakhirnya dengan Sri Ajati di sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
pelabuhan
digilib.uns.ac.id
kecil
yang
digambarkan
dengan
sebuah
pantai
dengan
semenanjung. Di semenanjung itu banyak kapal-kapal yang tidak melaut. Kapal-kapal yang tidak melaut ini maksudnya sudah tidak ada lagi haparan untuk melanjutkan hubungan penyair dengan kekasihnya, bahkan apabila hubungan tersbut dipaksakan untuk bertahan tetap tidak bisa yang GLVLPERONDQ GHQJDQ ´.DSDO perahu tiada berlaut menghembus diri dalam PHPSHUFD\D PDX EHUSDXW ´ Keputusasaan telah menguasai hati penyair. Di laut dan diujung semenanjung dia harus merelakan semua. Takdir telah di depan mata. Dia tidak bisa menolak bahwa dia telah berpisah dengan Sri Ajati. Tiba di ujung semenanjung tadi, si penyair mengucapkan selamat tinggal dan si penyair ingin memeluk kekasihnya untuk yang terakhir kalinya. Makna ´senja di pelabuhan kecil´ bahwa senja menandakan waktu akan segera berakhir karena senja merupakan penutup hari. Pelabuhan kecil berarti perumpamaan tempat awal mula penyair dan kekasihnya memulai kisah cinta. Lalu dari pelabuhan itu mereka berlayar mengarungi laut. Laut dalam puisi ini berarti kisah cinta mereka. Ombak adalah hambatan-hambatan yang harus di hadapi oleh sepasang kekasih itu. Dengan demikian senja di pelabuhan kecil adalah saat perpisahan antara penyair dan Sri Ajati di suatu tempat yang mereka sebut pelabuhan kecil. 7.
Potret Tukang Sampah karya Eka Budianta Dengan perut lapar dan harapan kosong Aku menelanmu, Jakarta Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua Onggokan sampah telah jadi menu utamaku Roda gerobak adalah sendok dan garpu Tuhan, jangan beri aku uang Baunya lebih kecut ketimbang sampahku Mendingan di bayang-bayang pohon mangga Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu Untukmu, Jakarta Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng Dan pedagang kaki lima Jakarta, seribu tahun genap sudah Engkau masih compang-camping, luka-luka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana Bianglala di atas perkampungan Bikin cinta terbakar dalam perut lapar (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 106) Analisis Heuristik 1) ´'HQJDQSHUXWODSDUGDQKDUDSDQNRVRQJDNXPHQHODQPX-DNDUWD´ Si aku dalam keadaan perut lapar dan putus asa ia memakan dan menelan NRWD -DNDUWD ´0HQHODQPX -DNDUWD´ GDODP DQDOLVLV KHXULVWLN LQL PHPLOLNL makna sama seperti menelan makanan 2) ´.XNXQ\DK-kunyah sebuah mikrolet tua, onggokan sampah telah jadi PHQXXWDPDNXURGDJHUREDNDGDODKVHQGRNGDQJDUSX´ Si aku mengunyah mikrolet/angkutan kota yang sudah tua dan usang. Onggokan sampah menjadi menu makan siangnya dan dia menggunakan roda gerobak untuk menyendoki sampah-VDPSDKLWX ´.XNXQ\DK-kunyah mikrolet WXD´ GL VLQL PDNQDQ\D VDPD GHQJDQ PHQJXQ\DK PDNDQDQ Dan onggokan sampah yang terdiri dari berbagai jenis sampah merupakan deretan daftar menu yang bisa dipilih oleh si Aku. Roda gerobak si aku gunakan untuk menciduk sampah-sampah itu lalu dia makan sampah-sampah itu. 3) ´7XKDQMDQJDQEHULDNXXDQJEDXQ\DOHELKNHFXWNHWLPEDQJVDPSDKNX´ Si aku tidak ingin Tuhan memberinya uang karena menurutnya uang itu sangat bau. Si aku menganggap sampahnya lebih berharga daripada uang. 4) ´0HQGLQJDQ GL ED\DQJ-bayang pohon mangga, aku menyiapkan cerita untuk anak cucu, untukmu, Jakarta untuk pengemudi bajaj, penyalur JHQWHQJGDQSHGDJDQJNDNLOLPD´ Si aku lebih memilih duduk di bawah bayangan pohon mangga daripada menerima uang yang bau. Sambil duduk dia menyiapkan cerita yang akan dia ceritakan pada anaknya, cucunya, untuk kota Jakarta, untuk para sopir dan pedagang kaki lima. 5) ´-DNDUWD VHULEX WDKXQ JHQDS VXGDK (QJNDX PDVLK FRPSDQJ-camping, luka-OXND´ Kini usia Jakarta sudah seribu tahun. Namun Jakarta tetap compangFDPSLQJ SHQXK OXND ´&RPSDQJ-camping´ PHQJDFX SDGD PDNQD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
´NXUDQJ UDSL WLGDN WHUDWXU MRURN GDQ NXPXK´ 7LGDN DGD SHUXEDKDQ VHMDN zaman penjajahan belanda hingga masa reformasi ini. 6) ³7DQJLVED\LGDQMHULWZDQLWDGLPDQD-PDQD´ Si aku sedang berbicara pada kota yang ia tinggali ini. Dia mengatakan bahwa sejak dulu di Jakarrta masih saja terdengar suara tangis bayi dan wanita yang menjerit-jerit di berbagai sudut kota Jakarta. 7) ´%LDQJODODGLDWDVSHUNDPSXQJDQELNLQFLQWDWHUEDNDUGDODPSHUXWODSDU´ Bianglala atau pelangi nampat terlihat di atas sebuah perkampungan. Sebuah perkampunyan yang membuat sebuah crita cinta terbakar dalam perut penduduknya yang kelaparan. b.
Analisis Hermeneuistik Puisi berjudul Potret Tukang Sampah ini berkisah tentang kehidupan seorang tukang sampah di kota Jakarta yang penuh dengan sampah. Hari-hari tukang sampah yang berkutat dengan pengapnya kota Jakarta. Bahkan sampah adalah menu makannya setiap hari, maksudnya adalah setiap saat dia harus memungut sampah dari pagi, siang sampai malam. Eka Budianta, penyair puisi ini banyak menggunakan bahasa kias. Pada bait pertama penyair menggambarkan bahwa si aku dalam keadaan lapar tetap berkutat dengan VDPSDK 3DGD NDOLPDW ´DNX PHQHODQPX -DNDUWD´ PDNQDQ\D EXNDQ VL DNX memakan lalu menelan kota Jakarta, melainkan menelusuri kota jakarta untuk mengumpulkan sampah yang menjadi tugasnya dengan harapan kosong atau SXWXV DVD .DOLPDW ´.XNXQ\DK-NXQ\DK VHEXDK PLNUROHW WXD´ DGDODK VLPERO bahwa si aku juga naik turun dari satu mikrolet atau angkutan kota ke angkutan kota yang lain sebagai alat transportasinya untuk mencari sampah. Lalu penyair mengatakan bahwa roda gerobak dia jadikan sebagai sendok dan garpu untuk memakan sampahnya. Kalimat ini tidak semata bermakna memakan dalam arti sama dengan memakan makanan, tetapi si aku menggunakan gerobak untuk mengangkut sampah-sampah. Bait kedua menceritakan bahwa si aku sangat bangga dengan pekerjaannya sebagai tukang sampah. Si aku bahkan berkata pada tuhan seperti ini,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tuhan, jangan beri aku uang Baunya lebih kecut ketimbang sampahku Si aku menganggap bahwa meskipun penghasilan dari menjadi tukang sampah tidak banyak, tetapi dia lebih memilih uang dari bekerja memungut sampah tersebut daripada uang hasil dari pekerjaan lain. Dia bukannya menolak rizki lain yang diberikan tuhan. Si aku hanya ingin mensyukuri penghasilannya dari menjadi tukang sampah. Si aku mementingkan hasil yang halal dari memungut sampah karena dia tidak mempunyai keahlian lain untuk bekerja selain sebagai tukang sampah. Di sela-sela pekerjaannya mengangkut sampah, si aku lebih baik membuat sebuah cerita tentang keadaan kota Jakarta untuk anak cucunya dan para pedagang kaki lima, dan para pekerja kasar lain yang sama-sama mengais rizki di Jakarta seperti sopir-sopir bajaj. Bait ketiga di atas mengisahkan kota Jakarta masih belum tertata rapi dari berbagai aspek kehidupan, baik itu kehidupan sosial, ekonomi. Kata compangcamping dan luka-luka menandakan bahwa kota Jakarta masih perlu banyak pembenahan, perbaikan, dan perawatan di berbagai aspek kehidupan baik keadaan fisik tata kotanya maupun mental penduduknyam yang digambarkan dengan kalimat berikut, Jakarta, seribu tahun genap sudah Engkau masih compang-camping, luka-luka Di bait ke tiga sekaligus bait terakhir ini juga digambarkan kehidupan sosial di perkampungan kumuh. Di sana banyak bayi dan wanita yang hidup dalam kesengsaraan dan kelaparan. Pernyatan tersebut dapat peneliti buktikan pada kutipan baris puisi di bawah ini, Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana Bianglala di atas perkampungan Bikin cinta terbakar dalam perut lapar .DOLDPW ³ELDQJODOD GL DWDV SHUNDPSXQJDQ´ PHPLOLNL PDNQD \DQJ GDODP Bianglala berarti pelangi, pelangi itu berwarna-warni, jadi kalimat tersebut menandakan bahwa meskipun perkampungan itu kumuh, di sana tetap ada warna-warni kehidupan penuh cinta, meskipun para penghuninya kelaparan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesimpulannya, puisi ini secara keseluruhan menggambarkan kota Jakarta lengkap dengan semua masalah di berbagai aspek kehidupan, dan salah satunya potret seorang tukang sampah. Seorang tukang sampah yang masih mempunyai hati nurani di tengah kerasnya hidup di kota jakarta. Kebaikan dan ketegaran hati si tukang sampah ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini, Tuhan, jangan beri aku uang Baunya lebih kecut ketimbang sampahku Mendingan di bayang-bayang pohon mangga Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu ... Seorang yang masih peduli dengan kehidupan sekitarnya, bahkan dia sangat mengharagai pekerjaannya, meskipun penghasilannya sedikit. Si tukang sampah hanya mementingkan kehalalan penghasilnnya bukan banyaknya jumlah penghasilan. Selain makna puisi yang dalam, puisi ini juga mengandung nilai kehidupan yang dapat menjadi contoh. Puisi ini sebenarnya menyimpan amanat dari penyair bahwa untuk mendapat hidup yang layak tidak harus merantau ke kota. Kota hanya akan membuat hidup semakin terpuruk apabila tidak punya keterampilan hidup. 8.
Matahari-matahari! Karya Muchtar Lubis Engkau yang tiap hari Menyinari bumi kami Dan mengatur siang dan malam kami Engkau bersinar pada saat ini Ketika kami berkumpul mencari Apa yang harus kami lakukan Untuk masa kini dan masa depan Bangsa indonesia, anak-anak kami anak-anak cucu kami dan cucu-cucu mereka sinarilah hati kami dan pikiran kami agar menjadi terang benderang hingga kami dapat melakukan yang perlu kami lakukan agar generasi sesudah kami, anak-anak dan cucu-cucu kami dapat meneruskan langkah bangsa kami ke masa depan yang sudah menunggu di balik pintu waktu Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa kami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Dikutip dari Horizon dalam Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 106-107). a.
Analisis Heuristik 1) ´(QJNDX \DQJ WLDS KDUL PHQ\LQDUL EXPL NDPL GDQ PHQJDWXU VLDQJ GDQ PDODPNDPL´ Engkau pada baris pertama dan kedua ini yang dimaksud adalah matahari. MatDKDUL PHQ\LQDUL EXPL QDPXQ VHWHODK VDPSDL SDGD EDULV NHWLJD ´GDQ PHQJDWXU VLDQJ GDQ PDODP NDPL´ PDNQD HQJNDX EHUXEDK PHQMDGL 7XKDQ sebab yang mengatur siang dan malam adalah Tuhan bukan matahari. 2) ´(QJNDXEHUVLQDUSDGDVDDWLQLNHWLNDNDPLEHUNXPSXOPHQFDUL´ 3DGDNDOLPDWGLDWDV´HQJNDX´EHUDUWLPDWDKDUL\DQJEHUVLQDUVDDW´NDPL´ PDQXVLD ´PHQFDUL´ .DWD ´PHQFDUL´ PHPLOLNL PDNQD PDQXVLD EHUNXPSXO untuk mancari kehidupan dalam hal ini penghasilan 3) ´$SD \DQJ KDUXV NDPL ODNXNDQ XQWXN PDVD NLQL GDQ PDVa depan bangsa indonesia, anak-anak kami, anak-anak cucu kami dan cucu-FXFXPHUHND´ Kalimat di atas secara leksikal berarti sebuah pertanyaan yang diajukan kepada matahari tentang hal yang harus dilakukan untuk saat ini dan masa depan bangsa Indonesia dan generasi berikutnya. 4) ´VLQDULODKKDWLNDPLGDQSLNLUDQNDPLDJDUPHQMDGLWHUDQJEHQGHUDQJ´ Si aku mewakili seluruh bangsa Indonesia meminta agar matahari selalu menyinari hati dan pikiran mereka dengan sinar yang hangat agar pikiran dan hati mereka terang. 5) ´KLQJJDNDPLGDSDWPHODNXNDQ\DQJSHUOXNDPLODNXNDQ´ Sehingga si aku dan bangsa Indonesia dapat melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan, seperti merawat dan melestarikan alam, menjaga keutuhan bangsa Indonesia, dan bertaubat. 6) ´DJDU JHQHUDVL VHVXGDK NDPL DQDN-anak dan cucu-cucu kami dapat meneruskan langkah bangsa kami ke masa depan yang sudah menunggu di EDOLNSLQWXZDNWX´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Agar generasi muda dapat terus meneruskan langkah para generasi sekarang dalam menjaga kelestarian alam dan keutuhan bangsa. Mereka berdoa agar generasi yang akan datang dapat menghadapi tantangan yang lebih berat di masa depan yang telah menunggu mereka di balik pintu. Kata ´SLQWX´ PHQJDFX SDGD ´WHPSDW XQWXN PDVXN GDQ NHOXDU papan untuk PHQXWXS´.%BI, 2008: 1188). 7) ³
Analisis Hermeneuitik Analisis heuristik di atas telah mengantarkan peneliti pada pemahaman yang lebih dalam tentang makna puisi Matahari-matahari! Karya Muchtar Lubis ini. Selanjutnya, bila dibaca secara hermeneuitik, puisi ini merupakan suatu puisi yang berisi doa yang dipanjatkan kepada Tuhan, dibuktikan GHQJDQ EXQ\L EDULV WHUDNKLU \DLWX ³
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Engkau bersinar pada saat ini Ketika kami berkumpul mencari Dua baris dari bait pertama di atas, penyair menjelaskan bahwa manusia selalu mencari harta dunia tanpa mereka sadari pasti malam akan datang dibalik pintu waktu. Malam hari seharusnya mereka isi dengan beibadah pada Tuhan. Namun dalam puisi ini manusia siang dan malam tetap saja bekerja PHQFDULQDINDKGXQLDNODXVD´GLEDOLNSLQWXZDNWX´PHQJDFXSDGDNDWDEDWDV antara siang dan malam, yaitu maghrib. Namun dapat pula diartikan batas antara dunia dan akhirat, yaitu kematian. Pintu waktu dapat pula dimaknai batas antara siang dan malam, yaitu maghrib. Maksudnya saat maghrib manusia selayaknya merenungi dosa-dosa yang telah manusia buat selama sehari tadi. Pintu waktu bisa juga dimaknai untuk ubuh. Saat inilah saat manusia meminta rizki pada Tuhan selama sehari ini. %DULV WHUDNKLU \DQJ EHUEXQ\L ´
Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta Dari manakah mereka Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa Sebelum peluit kereta pagi terjaga Sebelum hari bermula dalam pesta kerja Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta Ke manakah mereka Di atas roda-roda baja mereka berkendara Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota Merebut hidup di pasar-pasar kota Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta Siapakah mereka Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 216)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Analisis Heuristik 1) ³3HUHPSXDQ-SHUHPSXDQ\DQJPHPEDZDEDNXOGLSDJLEXWD´ Baris pertama di atas menyebutkan bahwa ada perempuan-perempuan yang sedang membawa bakul saat pagi masih buta. Saat pagi orang-orang tidak bisa melihat apa pun karena gelap. Oleh sebab itulah disebut pagi buta. Pagi buta adalah pagi saat matahari belum terbit, langit maih gelap dan kira-kira waktu maih menunjukkan pukul 3 atau 4 pagi. 2) ³'DUL PDQDNDK PHUHND .H VWDVLXQ NHUHWD 0HUDN GDWDQJ GDUL EXNLW-bukit GHVD´ Perempuan-perempuan itu datang dari bukit-bukit desa menuju ke stasiun kereta Merak. 3) ³6HEHOXP SHOXLW NHUHWD SDJL WHUMDga, Sebelum hari bermula dalam pesta NHUMD´ Mereka datang sebelum peluit kereta api pagi terjaga (bangun) dan sebelum pesta orang-orang yang bekerja dimulai. 4) ³3HUHPSXDQ-perempuan yang membawa bakul dalam kereta. Ke manakah PHUHND´ Perempuan-perempuan yang membawa bakul itu naik kereta pagi dan akan pergi kemanakah mereka. 5) ³'L DWDV URGD-roda baja mereka berkendara, mereka berlomba dengan VXU\DPHQXMXJHUEDQJNRWD´ Perempuan-perempuan pembawa bakul itu di atas roda-roda yang terbuat dari baja berlomba dengan matahari menuju ke pintu gerbang kota. Naik di atas roda baja secara harfiah maksudnya roda yang terbuat dari besi baja yang menggelinding di rel. Berlomba dengan surya maksudnya mengejar matahari yang terbit di timur. Jangan sampai matahari terbit lebih dahulu sebelum perempuan-perempuan pembawa bakul itu sampai di pasar kota 6) ³0HUHEXWKLGXSGLpasar-SDVDUNRWD´ Secara harfiah kalimat nomor enam ini mengacu pada makna bahwa perempuan-perempuan pembawa bakul itu berangkat menuju pasar-pasar untuk berebut hidup yang dijual di pasar-pasar kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) ´3HUHPSXDQ-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta Siapakah mereka. Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuanSHUHPSXDQSHUNDVD´ Perempuan-perempuan pembawa bakul itu hanyalah ibu-ibu yang memiliki hati yang terbuat dari baja dan perempuan-perempuan berwatak perkasa. Berhati baja artinya memiliki hati yang keras, seperti baja. 8) ´$NDU-DNDU\DQJPHODWDGDULWDQDKSHUEXNLWDQWXUXQNHNRWD´ Akar-akar yang dimaksud dalam puisi ini secara harfiah mengacu pada bagian tumbuh-tumbuhan yang masuk ke tanah sebagai alat penguat dan pengisap air dan zat makanan (KBBI, 2008: 25). Jadi, akar-akar pohon yang tumbuh di tanah perbukitan itu turun lewat bukit-bukit di bawahnya dan menjalar sampai ke kota. 9) ´0HUHNDFLQWDNDVLK\DQJEHUJHUDNPHQJKLGXSLGHVDGHPLGHVD´ Mereka (akar-akar pohon) adalah cinta kasih yang bergerak turun dari atas bukit ke kota untuk menghidupi desa milik perempuan-perempuan perkasa tadi. b.
Analisis Hermeneuistik Puisi yang berjudul Perempuan-perenpuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya ini, menurut peneliti dari bahasa simbol yang digunakan seperti pada kutipan bait terakhir melambangkan bahwa perempuan-perempuan perkasa pembawa bakul itu adalah akar-akar kehidupan yang menopang kehidupan di desa mereka. Mereka mencari nafkah ke kota. Mereka berangkat saat pagi masih gelap, saat matahari belum terbit dan saat mata masih mengantuk. Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta Siapakah mereka Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa Pada bait terakhir di atas, penyair banyak menggunakan bahasa simbol VHSHUWL³DNDU-akDU\DQJPHODWD´\DQJPHPLOLNLPDNQDSHUHPSXDQ-perempuan perkasa yag turun dari bukit menuju kota untuk mencari nafkah. Merekalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang membawa kehidupan di desa yang terletak di bukit itu. Sama seperti pada bait terakhir, di bait kedua, penyair menggambarkan ibu-ibu pembawa bakul itu sebagai wanita yang berhati baja yang berebut kehidupan di pasarpasar kota. Berebut kehidupan maksudnya adalah mencari dan bersaing mencari nafkah di pasar-pasar kota. Perhatikan kutipan di bawah ini! Di atas roda-roda baja mereka berkendara Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota Merebut hidup di pasar-pasar kota. 3DGD EDULV ´PHUHND EHUORPED GHQJDQ VXU\D PHQXMX JHUEDQJ NRWD´ memilki makna bahwa perempuan-merempuan pembawa bakul itu harus sampai di kota sebelum matahari terbit, sebelum siang tiba sebab bila siang telah tiba, mereka akan kehilangan pelanggan yang menunggu mereka di pasar. Bakul-bakul yang mereka bawa adalah simbol dari hasil pertanian yang akan mereka jual di pasar kota. Puisi ini secara garis besar menggambarkan kehidupan perempuanperempuan desa yang berjuang mencari nafkah ke kota. Mereka menjual hasil pertanian ke kota. Justru perempuanlah yang memberi kehidupan di desa itu. Mereka bagaikan akar-akar pohon di atas bukit yang menyerap sari-sari kehidupan dari bawah tanah (kota). Puisi Perempuan-perempuan perkasa ini menyiratkan amanat bahwa meskipun perempuan itu kelihatan lemah, tapi justru merekalah akar kehidupan, sumber kehidupan di bumi ini. Wanita sebenarnya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang perkasa, yang lebih kuat dari lelaki. Puisi ini salah satu bukti bahwa wanita adalah makhluk yang kuat. 10.
Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi Perempuan tua itu senantiasa bernama: Duka derita dan senyum yang abadi Tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi Dari ujung rambut sampai telapak kaki Perempuan tua itu senantiasa bernama: Korban, terima kasih, restu, dan ampunan Dengan tulus setia telah melahirkan Berpuluh lakon, nasib sejarah manusia Perempuan tua itu senantiasa bernama:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cinta kasih sayang, tiga patah kata purba Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 218). a. Analisis Heuristik Analisis heuristik puisi Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi ini dapat diuraikan berdasarkan bait-baitnya. Dalam satu bait puisi adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berikut uraian tiap bait puisi Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi. 1) ´3HUHPSXDQ WXD LWX VHQDQWLDsa bernama: duka derita dan senyum yang DEDGL´ Bila dimaknai secara leksikal, perempuan yang dimaksud di kalimat ini adalah seorang perempuan yang mempunyai nama duka derita dan senyum yang abadi. 2) ´7HUWXOLV GDQ WHUEDFD MHODV NDWD-kata puisi dari ujung rambut sampai WHODSDNNDNL´ Analisis heuristik adalah memaknai puisi dari sudut pandang makna leksikal. Kalimat di atas secara leksikal memiliki makna bahwa di sekujur tubuh perempuan yang bernama duka derita dan senyum yang abadi itu tertulis berbaris-baris puisi dari ujung rampat sampai telapak kaki. 3) ´3HUHPSXDQ WXD LWX VHQDQWLDVD EHUQDPD .RUEDQ WHULPD NDVLK UHVWX GDQ DPSXQDQ´ Makna leksikal dari kalimat di atas adalah bahwa perempuan tua itu memiliki nama korban, terima kasih, restu, dan ampunan. Jadi perempuan WXD LWX PHPLOLNL EDQ\DN QDPD 1DPD GDODP DUWL OHNVLNDO ´QDPD´ EHUGDVDUNDQGHILQLVGDUL.%%, DGDODK´NDWDXQWXNPHQ\HEXW DWDXPHPDQJJLORUDQJWHPSDWEDUDQJGVE ´ 4) ´'HQJDQ WXOXV VHWLD WHODK PHODKLUNDQ EHUSXOXK Oakon nasib sejarah PDQXVLD´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Makna leksikal kalimat di atas adalah bahwa perempuan tadi dengan tulus hati dan selalu setia telah mampu melahirkan banyak lakon yang PHPDLQNDQWHQWDQJQDVLEGDQVHMDUDKNHKLGXSDQPDQXVLD0DNQD´ODNRQ´ berdasarkan KBBI (2008: 860 ) ´D cerita yg dimainkan dalam wayang (sandiwara, film, dsb.), b) SHUDQXWDPD´GDQ´QDVLE´PHQXUXW.%%, DGDODK ´nasib sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri VHVHRUDQJ´ 5) ´3HUHPSXDQ WXD LWX VHQDQWLDVD EHUQDPD &LQWD NDsih, sayang, tiga patah NDWDSXUED´ Perempuan tua itu juga memiliki nama cinta, kasih, dan sayang. Ketiga kata itu adalah kata-kata yang sudah menjadi benda purba atau VHFDUDOHNVLNDONDWDSXUEDEHUDUWL´dahulu (zaman yang ribuan atau jutaan tahun \JODOX ´ (KBBI, 2008: 1232). 6) ´'LDWDVSXQGDNQ\DVHWLDSDQDNWHJDNEHUGLULPHQMDQJNDXELQWDQJ-bintang GHQJDQKDWLQ\DGDQMDQMLQ\D´ Makna leksikal kalimat di atas adalah, di pundak perempuan tua itu setiap anak yang dia lahirkan berdiri. Anak-anak itu berdiri tegak dan berusaha meggapai bintang dengan hati dan janjinya. Pundak berarti ´EDKX´ .%%, KDWL EHUDUWL ´EDJLDQ SHUXW \DQJ PHUDK kehitam-hitaman warnanya, terletak di sebelah kanan perut besar, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan HPSHGX´ .%%, -DQML \DQJ EHUDUWL ´a) perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu): b) persetujuan antara dua pihak (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat DWDX WLGDN EHUEXDW VHVXDWX ´ .%%, -DQML LEX DGDODK XQWXN selalu merawat dan menjaga anaknya sampai kematian datang padanya. b. Analisis Hermeneuitik Analisis hermeneuistik puisi yang berjudul Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi ini dapat dilakukan dengan mengungkap makna yang tersirat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada bahasa simbol yang digunakan penyair. Analisis hermeneutik puisi tersebut adalah sebagai berikut. 0DNDQ´3HUHPSXDQWXDLWXVHQDQWLDVDEHUQDma: Duka derita dan senyum \DQJ DEDGL´ DGDODK SHUHPSXDQ WXD LWX VHODOX GLWLPSD GXND GDQ GHULWD Perempuan yang dimaksud adalah ibu. Duka, derita dan senyum abadi adalah simbol seorang ibu. Meskipun sering ditimpa duka dan derita sang ibu selalu tersenyum untuk anak-anaknya. Seorang ibu tidak pernah bersedih di depan anak-anaknya. Seorang ibu adalah simbol kekuatan dan ketegaran seorang ZDQLWD \DQJ VHPSXUQD .HPXGLDQ PDNQD NDOLPDW ´7HUWXOLV GDQ WHUEDFD MHODV kata-kata puisi, dari ujung rambut sampai telapak NDNL´ EXNDQODK GL VHNXMXU tubuh sang ibu tertulis bait-bait puisi. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa seluruh bagian tubuh sang ibu adalah sesuatu yang indah, keindahannya diibaratkan seperti puisi. Selain itu, keindahan dan kesucian tubuh sang ibu dapat dijadikan inspirasi menulis puisi yang indah bahasanya. Ibu osok yang inspiratif. Kelembutan, ketegaran, dan ketangguhannya bagaikan bait-bait puisi yang indah yang ditulis oleh penyair sekelas Jalaludin Rumi dan Gibran. Begitu memesona sosoknya hingga penyair kualahan mengibaratkan sosok ibu. Bait kedua puisi karya Umbu Landu Paranggi ini, seorang ibu disimbolkan sebagai seorang perempuan tua yang rela berkorban, tidak mengharap kata terima kasih, tempat meminta restu dan ampunan. Restu ibu adalah rida Allah. Jadi, apa pun yang dilakukan oleh seorang anak harus atas restu dari ibunya. Ibu adalah seorang perempuan yang dengan tulus dan setia melahirkan lakon-lakon nasib sejarah manusia. Lakon yang dimaksud adalah anak-anak yang akan menjalani nasibnya dan menciptakan sejarah manusia. Pada bait ketiga atau bait terakhir, seorang ibu dibiratakan sebagai seorang perempuan yang selalu penuh kasih sayang dan cinta sejak dari dulu hingga sekarang. Kasih sayang seorang ibu sepanjang masa. Pernyataan peneiliti tersebut didukung oleh kutipan baris berikut Perempuan tua itu senantiasa bernama: Cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seorang ibu juga merupakan tempat anak-anaknya menggangtungkan harapan dan cita-cita. Seorang ibu akan berjanji untuk terus mendukung harapan dan cita-cita anaknya. Seorang ibu akan dengan sepenuh hati menjadi tempat anak-anaknya
berdiri dan berjuang. Pernyataan peneiti tersebut
peneliti dasarkan pada dua baris terakhir puisi Umbu Landu Paranggi ini, yaitu; Di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri Menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya Puisi Ibunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi ini bertema kekaguman kepada sosok ibu. Seorang ibu digambarkan sebagai sosok yang kuat yang menjadi
tempat
seorang
anak
meminta
restu,
meminta
dukungan,
menggantungkan cita-cita, bahkan tempat berkeluh kesah dan meminta ampun. Puisi ini cocok bila dijadikan materi ajar pembelajaran apresiasi puisi. Penyair puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol yang perlu analisis semiotik agar pesan yang tersirat dapat tersampaikna dengan baik kepada pembvaca. 11.
Surat dari Ibu karya Asrul Sani Pergi ke dunia luas, anakku sayang Pergi ke laut bebas! Selama angin masih angin buritan Dan matahari menyinari daun-daunan Dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang Pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang Dan warna senja belum kemerah-merahan Menutup pintu waktu lampau Jika bayang telah pudar Dan elang laut pulang ke sarang Angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri Dan nakhoda sudah tau pedoman Boleh engkau datang padaku Kembali pulang, anakku sayang Kembali ke balik malam!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita Tentang cinta dan kehidupanmu pagi hari (Dikutip dari Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X SMA, 2006: 218-219) Analisis Heuristik
a.
Memaknai puisi secara heuristik adalah menemukan makna bahasa simbol dengan memaknai secara leksikal. Untuk mempermudah analisis secara heuristik, baris-baris puisi yang masih merupakan baris-baris yang terpisah, maka dapat dirangkai menjadi kalimat yang lebih sempurna. 1)
´3HUJLNHGXQLDOXDVDQDNNXVD\DQJ3HUJLNHODXWEHEDV´ Baris puisi di atas secara leksikal mempunyai makna bahwa seorang ibu
meminta anaknya untuk pergi ke dunia luas, pergi ke laut. Laut dalam baris ini EHUDUWL ´NXPSXODQ DLU DVLQ GDODP MXPODK \DQJ EDQ\DN GDQ OXDV \DQJ menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau-SXODX´ .%%, 2008: 888). Laut adalah tempat seseorang mempertaruhkan hidupnya. Apabila dia sanggup bertahan, dia akan sampai pada pulau kebahagiaan. Apabila dia gagal, maka dia akan terpuruk ke dasar samudra yang artinya bisa kesengsaraan atauh bahkan kematian. 2)
´6HODPDDQJLQPDVLKDQJLQEXULWDQGDQPDWDKDULPHQ\LQDULGDXQ-daunan dalam rimba dan padDQJKLMDX´ Sang ibu menasihati anaknya agar segera pergi ke laut sebab selagi angin
masih berupa angin buritan (bagian belakang kapal atau perahu). Angin masih bertiup di belakang kapal dan matahari masih menyinari dedaunan. Angin buritan itu mendorong kapal sehingga kapal bisa bergerak menuju ke laut. dedaunan bila secara leksikal berarti bagian tumbuhan yang berwarna hijau sedangkan rimba adalah hutan yang lebat. Kemudia pada hijau yang dimaksud adalah tanah lapang yang ditumbuhi rumput dan semak belukar. 3)
´3HUJLNHODXWOHSDVDQDNNXVD\DQJ3HUJLNHDODPEHEDV´ Sekali lagi, pada baris ini, sang ibu menyuruh anaknya untuk pergi ke laut
lepas, menuju alam bebas. Alam bebas berarti alam liar, misalnya hutan, laut, gunung, dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4)
digilib.uns.ac.id
´6HODma hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan PHQXWXSSLQWXZDNWXODPSDX´ Sang ibu menasihati anaknya agar segera pergi ke alam bebas sebelum
hari matahari terbenam, sebelum senja tiba dan sebelum pintu tertutup. 5)
´-LNDED\DQJWHODKSXdar dan elang laut pulang ke sarang, angin bertiup NHEHQXD´ Kata sang ibu, si anak baru boleh pulang ke rumah apabila sudah tidak
ada bayangan, bila elang juga sudah pulang ke sarang karena elang sudah kenyang, dan angin buritan tadi bertiup menuju benua. Elang yang dimaksud apabila dibaca secara leksikal berarti sejenis burung pemakan daging. Angin bertiup ke benua maksudnya angin (udara yang bergerak dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah). 6)
´7LDQJ-tiang akan kering sendiri dan nahkoda sudah tahu pedoman. %ROHKHQJNDXGDWDQJSDGDNX´ Tiang-tiang yang dimaksud adalah tiang-tiang untuk mengembangkan
layar. Apabila tiang-tiang yang basah karena hembusan obak sudah kering, lalu nahkoda juga sudah menemukan jalan pulang. Sang anak juga boleh ikut pulang. Pulang kembali ke darat menemui sang ibu. 7)
³.HPEDOLSXODQJDQDNNXVD\DQJNHPEDOLNHEDOLNPDODP´ Sang ibu memperbolehkan si anak pulang ke balik malam. Malam di puisi
ini berarti salah satu fenomena alam saat matahari tidak menyinari salah satu bagian bumi sehingga menjadi gelap. Saat malam biasanya ada bulan dan bintang. Malam dapat pula berarti saat perenungan semua manusia yang mmengimani-Nya. 8)
´-LNDNDSDOPXWHODKUDSDWNHWHSL Kita akan bercerita tentang cinta dan kehidupanmu SDJLKDUL´ Sang ibu mengharapkan anaknya segera pulang setelah kapal yang dia
tumpangi merapat di pelabuhan. Kemudian ibu dan anak itu saling berbagi cerita saat anaknya pergi di pagi hari tadi. Ibu tidak selalu berarti sosok perempuan yang melahirkan dan merawat anak. Ibu dapat dimaknai sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kampung halaman. Tempat semua manusia kembali setelah sekian lama merantau ke dunia luas. b.
Analisis Hermeneuitik Analisis hermeneuistik memudahkan pengungkapan makna yang tersirat
dalam syair puisi. Perhatikan analisis hermeneuitik tiap-tiap baris puisi di bawah ini! 1)
Pergi ke dunia luas, anakku sayang. Dunia luas maksudnya adalah dunia yang lebih luas, daerah yang lebih luas daripada kampung halamannya di Sumatra Barat. Dunia luas dimaknai sebagai tantangan sekaligus kesempatan memperoleh kehidupan yang lebih baik.
2)
³3HUJLNHODXWEHEDV´ Laut bebas berarti ke kehidupan yang bebas, yang lebih luas dan pebuh tantangan. Laut dapat dimaknai sebagai hal misterius dalam hidup manusia. Laut dapat menjadi kawan apabila tahu ilmu untuk mengakrabinya. Dengan paham seluk beluk laut bahkan sampai sifat dan cara mengendalikannya, Manusia akan memperoleh kebahagiaan sejati. Namun apabila manusia takut, tidak mempunyai ilmu, dan enggan mengakrabinya, manusia akan tenggelam dan mati.
3)
´6HODPDDQJLQPDVLKDQJLQEXULWDQ´ Angin buritan dalam puisi ini berarti semangat dan kesempatan yang mendorong si anak untuk mencari kehidupan yang lebih baik di dunia luas.
4)
´'DQPDWDKDULPHQ\LQDULGDXQ-daunan dalam riPEDGDQSDGDQJKLMDX´ Kalimat ini memiliki makna bahwa hari masih pagi dan si anak masih muda, masih banyak waktu untuk mengejar mimpi dan cita-citanya. Pagi adalah simbol hari baru, harapan dan semangat baru.
5)
´3HUJLNHODXWOHSDVDQDNNXVD\DQJ3HUJLNHDODPEHEDV´ Sang ibu masih menyuruh sang anak untuk berjuang mencari kehidupan baru di tempat lain. Berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Alam bebas dapat dimaknai sebagai lahan pekerjaan yang penuh tantangan dan bahata yang mengancam layaknya alam bebas seperti hutan, padang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rumput, laut, dan sungai, ada pemangsa tingkat paling atas. Pemangsa paling atas inilah yang dapat mengancam kehidupan. 6)
´6HODPD KDUL EHOXP SHWDQJ GDQ ZDUQD VHQMD EHOXP NHPHUDK-merahan, PHQXWXSSLQWXZDNWXODPSDX´ Sang ibu menambahkan selama usia masih muda, selama masih banyak kesempatan, dan sebelum jalan menuju kesuksesan tertutup sang anak harus tetap berjuang.
7)
´Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang, sngin bertiup NHEHQXD³ Makna kalimat di atas adalah ketika sang anak sudah meraih cita-cita, ketika dia sudah sukses, dan ketika dia ingin kembali ke pangkuan sang ibu. Angin bertiup ke benua maksudnya adalah ada keinginan dari sang anak untuk kembali kepada ibunya. Lalu elang pulang ke sarang artinya sang anak telah menemukan apa yang ia cari, sudah menemukan bekal hidup yang cukup. Secara logika elang akan pulang ketika sudah kenyang.
8)
´7LDQJ-tiang akan kering sendiri dan nahkoda sudah tahu pedoman. %ROHKHQJNDXGDWDQJSDGDNX³ Tiang-tiang akan kering sendiri maksudnya adalah ketika cobaan yang menimpa sang anak sudah mulai reda, dan dia sudah menemukan jalan dan alasan untuk kembali kepada sang ibu, maka anak itu boleh kembali pulang ke rumah, ke kampung halaman.
9)
³.HPEDOL SXODQg, anakku sayang. Kembali ke balik malam! Jika NDSDOPXWHODKUDSDWNHWHSL´ Sang ibu meminta sang anak segera pulang, bila sang anak sudah mulai lelah dan dia sampai dipuncak kebahagiaan hidup.
10) ³.LWDDNDQEHUFHULWDWHQWDQJFLQWDGDQNHKLGXSDQPXSDJL KDUL³ Lalu sang ibu dan anak akan hidup berdua bersama sang anak dengan akhir yang bahagia sambil mengenan masa perjuangan hidup saat sang anak masih muda. Budaya Minangkabau atau Sumatra Barat sangat kental dan memengaruhi puisi karya Asrul Sani ini. Asrul sani adalah seorang penyair dari Padang. Puisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini secara hermeneutik mengandung banyak bahasa kias. Puisi ini bercerita tentang kehidupan pemuda Minang yang hendak pergi merantau, mencari kehidupan yang lebih baik. Sang ibu lalu menulis surat kepada sang anak yang diwujudkan lewat puisi oleh Asrul Sani. Ibu yang dimaksud penyair bukanlah ibu yang berarti seorang wanita yang telah melahirkan anak-anaknya. Ibu yang dimaksud dalam puisi ini adalah kampung halaman, yaitu daerah Minangkabau atau umatra Barat. Elang pulang ke sarang artinya sang anak telah cukup memiliki bekal hidup. Laut lepas dan alam bebas memiliki kesamaan makna. Alam bebas itu misalnya laut. Seoramg pemuda Minang ketika merantau keluar dari daerah Minangkabau, maka diibaratkan dia edang menyusuri laut lepa dan alam bebas yang penuh tantangan. Setelah sang pemuda Minangkabau berhasil menakhlukkan laut dan alam bebas tadi, maka kebahagiaan abadi harus dia bawa pulang dan dia bagi dengan ibu (kampung halaman). 12.
Candi Muara Jambi Karya Dimas Arika Miharja Aku dengar keluh batu-batu runtuh berpeluh Tak ada arca atau stupa hanya ilalang Bergoyang terpanggang matahari Sebuah situs tak terurus menggerus hati Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri Mengaca pada bayang batanghari Yang tiada henti merangkum tragedi Aku sendiri membangun candi Dalam mimpi yang sulit diurai Di kedalaman hati: kau tegar abadi ('LNXWLS GDUL ´$QJNDWDQ GDODP 6DVWUD ,QGRQHVLD´ GDODP Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 13)
a.
Analisis Heuristik 1)
³$NXGHQJDUNHOXKEDWX-EDWXUXQWXKEHUSHOXK´ 6HFDUD KDUILDK NDWD ³NHOXK´ PHPLOLNL DUWL ³WHUODKLUQ\D SHUDVDDQ VXVDK
NDUHQD PHQGHULWD VHVXDWX \DQJ EHUDW NHVDNLWDQ GVE ´ .%%, NHPXGLDQ NDWD XODQJ ³EDWX-EDWX´ PHPLONL DUWL ³EHnda keras dan padat yang berasal dari bumi atau planet lain, tetapi bukan ORJDP´.%%,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disebutkan oleh penyair kalau batu-EDWX LWX UXQWXK EHUSHOXK ³UXQWXK´ dalam KBBI memiliki makna, a) roboh karena rusak (bangunan); jatuh ke bawah atau terbang karena rusak (barang yang berat-berat); b) jatuh; gugur (buah); c) gugur atau longsor (timah; lereng gunung); d) rusak atau hancur sama sekali (kekuasaan; pertahanan). (2008: 1329). ´%HUSHOXK´ \DQJ OD]LPQ\D GLJXQDNDQ XQWXN PDQXVLD SHQ\DLr menggunakannya pada batu-EDWX´EHUSHOXK´GDULNDWDSHOXKPHPLOLNLPDNQD ´DLU\DQJNHOXDUGDULOXEDQJ-lubang (pori-SRUL NXOLWWXEXKNHULQJDW´.%%, 2008: 1145). Kesmpulannya, secara harfiah, baris pertama ini memiliki makna si aku mendengar batu-batu candi mengeluh kesakitan, lalu roboh dan dari pori-pori batu-batu itu keluar keringat. Peluh bebatuan itu adalah simbol bahwa candi Muara Jambi sudah lelah menghadapi waktu yang menggerus keindahannya. 2)
³7DNDGDDUFDDWDXVWXSDKDQ\DLODODQJ´ Penyair menyebutkan tidak ada stupa dan arca di candi Muara Jambi itu,
\DQJ DGD KDQ\D LODODQJ ³VWXSD´ DGDODK EDQJXQDQ GDUL EDWX \DQJ EHQWXNQ\D seperti genta, biasanya merupakan bangunan suci agama Buddha (tempat menyimpan relik atau benda-benda suci sang Buddha) (KBBI, 2008: 1530). .HPXGLDQ ³DUFD´ DGDODK patung (terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk sesuatu) (KBBI, 2008: 86). Penyair menjelaskan di candi WHUVHEXW KDQ\D DGD ³LODODQJ´ ³LODODQJ´ DWDX DODQJ-alang adalah rumput yang tingginya mencapai 20--50 cm, daunnya agak lebar seperti daun padi, berguna sebagai makanan ternak, penahan erosi, akarnya banyak dan keras, mengganggu tanaman lain, berkhasiat untuk menurunkan panas (KBBI, 2008: 35). Baris kedua ini bila diartikan secara harfiah, maka artinya candi ini tidak memiliki patung dan bangunan tempat sesaji, candi itu tertutup ilalang, atau rumput-rumput tinggi, setinggi 20-30 cm. 3)
³%HUJR\DQJWHUSDQJJDQJPDWDKDUL´ %DULV NHWLJD LQL PHUXSDNDQ NHODQMXWDQ EDULV NHGXD ³LODODQJ EHUJR\DQJ
WHUSDQJJDQJ PDWDKDUL´ .DWD ³EHUJR\DQJ´ GDUL NDWD GDVDU ³JR\DQJ´ DUWLQ\D
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah berayun-D\XQ .%%, )UDVH ³WHUSDQJJDQJ PDWDKDUL´ artinya dipanaskan (dimasak) di atas bara api: (KBBI, 2008: 1117). Pada baris ini ilalang bukan terpanggang di atas bara api, melainkan di bawah terik matahari. 4)
´6HEXDKVLWXVWDNWHUXUXVPHQJJHUXVKDWL´ Baris keempat ini penyair menjelaskan kalau situs candi Muara Jambi
DGDODK ´VHEXDK VLWXV WDN WHUXUXV PHQJJHUXV KDWL´ .DWD ³VLWXV´ GDODP .%%, memiliki arti daerah temuan benda-benda purbakala. Dalam bidang Komputer, situs adalah tempat yang tersedia untuk lambang suatu inskrips atau tempat pada suatu papan yang dapat atau tidak dapat dilubangi (2008: 1479). Situs tersebut tidak terurus sampai menggerus hati. FraVH ³PHQJJHUXV KDWL´ WHUGLUL GDULNDWD´PHQJJHUXV´GDULNDWD´JHUXV´\DQJDUWLQ\DPHQJJRVRNPHOLFLQNDQ kain (dsb) dengam gerus atau dengan tengkuyung (KBBI, 2008: 483). Secara harfiah baris keempat ini berarti situs candi Muara Jambi ini menggosok hati yang melihat situs tersebut. 5)
´3HUMDODQDQVXQ\LVHQGLULPHPLNXOOXNDGLUL´ Baris kelima ini, penyair ingin menyampaikan kalau situs candi Muara Jambi tersebut menempuh perjalanan sendiri dengan membawa luka hati. Luka hati yang ditimbulkan oleh ketidakpedulian orang-orang terhadap situs candi Muara Jambi.
6)
´0HQJDFDSDGDED\DQJEDWDQJKDUL´ ´0HQJDFD´ GDUL NDWD ´NDFD´ \DQJ DUWLQ\D EHQGD \DQJ NHUDV ELDVDQ\D
bening dan mudah pecah (untuk jendela, gelas, botol, dsb); cermin; kaca muka; contoh; teladan; (KBBI, 2008: 652) sehingga mengaca artinya melihat kaca atau cermin. Kata bayang dalam KBBI memiliki arti, a) ruang yang tidak kena sinar karena terlindung suatu benda; b) wujud hitam yang tampak di balik benda yang kena sinar; c) gambar pada cermin, air, dsb; d) rupa (wujud) yang kurang jelas dalamgelap; e) gambar dalam pikiran; angan-angan; khayal; f) tanda-tanda akan terjadi sesuatu; g) sesuatu yang seakan ada, tetapi sebenarnya tidak ada (2008: 150). Berdasarkan definisi masing-masing kata dalam KBBI, baris keenam ini secara harfiah memiliki arti kalau candi Muara Jambi ini bayangannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memantul di sungai Batanghari. Jadi candi ini dapat dilihat dengan melihat pantulan di permukaan air sungai Btanghari. 7)
´
VHODOXPHUDQJMXPVHPXDWUDJHGL \DQJWHUMDGL´WUDJHGL´VHFDUDKDUILDKEHUDUWL sandiwara sedih (pelaku utamanya menderita kesengsaraan lahir dan batin yang luar biasa atau sampai meninggal); peristiwa yang menyedihkan; (KBBI, 2008: 1727) 8)
´$NXVHQGLULPHPEDQJXQFDQGL´ Si aku karena prihatin dengan kondisi candi yang tidak terurus, maka dia
membangun candi itu sendiri. 9)
´'DODPPLPSL\DQJVXOLWGLXUDL´
Dia bekerja keras membangun candi itu di dalam mimpinya. 10) ´'LNHGDODPDQKDWLNDXWHJDUDEDGL Di dalam hati si aku, candi itu kokoh berdiri. Jadi di dalam hati si aku ada bangunan candi Muara Jambi. b.
Analisis Hermeneutik Puisi yang berjudul Candi Muara Jambi ini secara hermeneutik menceritakan kondisi fisik candi Muara Jambi yang terletak di Propinsi Jambi. Penyair menggambarkan kalau candi ini tidak terurus, sudah hampir hancur. Stupa dan arca-arca sudah banyak yang rusak. Bangunan candi tertutup ilalang. Batu-batu yang menjadi tembok candi juga banyak yang runtuh. Si aku merasa prihatin dengan kondisi candi Muara Jambi ini. Namun, dia tidak dapat berbuat banyak. Dia hanya bisa membayangkan kalau dia sedang melihat candi Muara Jambi kembali kokoh berdiri. Pemerintah provinsi Jambi juga tidak peduli dengan kondiri candi yang memprihatinkan. Kutipan baris candi yang mendasari pernyataan peneliti tersebut, yaitu: ... Perjalanan sunyi, sendiri memikul luka diri Mengaca pada bayang batanghari Yang tiada henti merangkum tragedi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
.DOLPDW ´3HUMDODQDQ VXQ\L VHQGLUL PHPLNXO OXND GLUL´ PDNVXG \DQJ terkadung dalam baris tersebut adalah candi Muara Jambi dari waktu ke waktu tidak ada yang peduli. Bahkan sampai arca-arca dan stupanya runtuh masih WLGDN DGD \DQJ SHGXOL .DOLPDW ´PHQJDFD SDGD ED\DQJ %DWDQJKDUL´ maksudnya, candi ini terletak di dekat sungai Batanghari dan menjadi saksi bisu semua kejadian menyedihkan di sekitar candi dan sungai Batanghari. Candi Muara Jambi ini seharusnya menjadi kebanggan warga Jambi, menjadi saksi keceriaan warga Jambi yang mengunjungi Candi. Aku sendiri membangun candi Dalam mimpi yang sulit diurai Di kedalaman hati: kau tegar abadi Berdasarkan tiga baris terakhir di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa keberadaan candi Muara Jambi hanya angan-angan. 13.
Bantimurung Karya Ras Agaffar Gemericik airnya meneteskan puisi alam yang panjang Mengalirkan mata air kerinduan, melelahkan duka kecemasan Di celah-celah bebatuan Di pucuk ranting pepohonan Di ujung mentari kepagian Di lereng bukit kedamaian Di bibir sungai kebeningan Di cakrawala langit kebebasan Di rentang siang kecerahan Di sejuk udara kenikmatan Bantimurung Gemuruh airnya menerjang sepanjang musim Mengalir ke kota, ke sawah, ke ladang-ladang kehidupan Menumbuhkan gairah, harapan masa depan Bantimurung Bumi yang dihuni sang kupu-kupu Hinggap dan bertebaran Di antara serangga satwa lindung anugerah Ilahi Meniupkan pesona lagu-simponi kelestarian alami. ('LNXWLS GDUL 2PEDN /RVDUL ´6DMDN-VDMDN GDUL 0DNDVDU´ GDODP Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA, Yudhistira, 2006: 15)
a.
Analisis Heuristik 1)
´*HPHULFLNDLUQ\DPHQHWHVNDQSXLVLDODP\DQJSDQMDQJ´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
´*HPHULFLN DLUQ\D´ NDWD ´Q\D´ PHQJDFX SDGD DLU WHUMXQ %DQWLPXUXQJ Sungai Bantimurung menggemericikkan airnya dan airnya meneteskan puisi DODP \DQJ SDQMDQJ VHSDQMDQJ DOLUDQ DLUQ\D .DWD ´SXLVL´ VHFDUD OHNVLNDO mengacu pada karangan terikat (berbentuk sajak, pantun, dan syair) (KBBI, 2008: 1223). 2)
´0HQJDOLUNDQPDWDDLUNHULQGXDQPHOHODKNDQGXNDNHFHPDVDQ´ .DWD ´NHULQGXDQ´ DSDELOa diartikan secara leksikal berarti perihal rindu;
keinginan dan harapan (akan bertemu dsb) (KBBI, 2008: 1307). Penyair menyebutkan kalau air terjun Bantimurung mampu melelahkan duka NHFHPDVDQ.DWD´PHOHODKNDQ´PHQJDFXSDGDSHQJHUWLDQPHQ\HEDENDQOHODK yaitu duka dan kecemasan yang menjadi lelah karena aliran air terjun Bantimurung. Di baris ketiga sampai kesepuluh, penyair ingin menyampaikan tempat duka dan kecemasan itu akan hanyut dan hilang. Kecemasan, duka, dan kerinduan itu akan hancur terhantam celah bebatuan yang tersebar sepanjang sungai, lalu tersangkut di ranting pepohonan. Kerinduan dan kecemasan itu akan digantikan oleh cahaya matahari yang memberi kehangatan. Selain dapat menghapus kedukaan dan kecemasan, air terjun Bantimurung juga menyediakan pemandangan yang indah seperti lereng bukit yang damai. Kata ´GDPDL´PHQJDFXSDGDPDNQD´WLGDNDGDSHUDQJDPDQWLGDNDGDNHUXVXKDQ WHQWHUDPWHQDQJNHDGDDQWLGDNEHUPXVXKDQUXNXQ´.%%, %DULV NHWXMXK ´GL ELELU VXQJDL NHEHQLQJDQ´ PHPLOLNL PDNQD EDKZD GL bibir sungai yang airnya bening, kerinduan itu akan berubah menjadi air yang EHQLQJ ´ELELU VXQJDL´ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD PDNQD ´WHSL SLQJJLU tepi sesuatu atau bagian barang yang menyerupai bibir, mulut atau lidah GDODPDUWLSHUNDWDDQGVE ´.%%, %LELUVXQJDLEHDUWLWHSLVXQJDL ´'LFDNUDZDODODQJLWNHEHEDVDQ´NDWD´&DNUDZDOD´VHFDUDKDUILDKEHUDUWL ´OHQJNXQJ ODQJLW langit (tempat bintang-bintang), peredaran bola-bola di langit (kerap pula berarti sebagai bola-bola di langit), kaki langit; tepi langit; batas pandangan, jangkauan pandangan, NKD]DQDK NHND\DDQ´ .%%,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
251). Dengan demikian, makna baris kedelapan ini memiliki makna leksikal bahwa langit memberikan kebebasan pada manusia. Penyair, pada baris kesebelas sampai keempat belas menyebutkan kalau sair terjun Bantimurung merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang tinggal di sekitar air terjun, taman nasuinal Bantimurung dan sekitarnya. ´$LU WHUMXQ %DQWLPXUXQJ PHQHUMDQJ PXVLP´ VHFDUD OHNVLNDO NDWD ´PHQHUMDQJ´GDULNDWDGDVDU´WHUMDQJ´PHQJDFXSDGD´PHQHQGDQJPHQ\HSDN (ke bawah atau ke depan); menyerang; menyerbu; melanggar; menubruk; PHQ\HUXGXN PHOHZDWL WHUXV´ .%%, GDQ ´PXVLP´ PHPLOLNL makna musim hujan, musim kemarau, musim gugur, musim dingin, panas, GDQ VHPL 'L ,QGRQHVLD KDQ\D DGD GXD PXVLP MDGL ´PXVLP´ \DQJ GLPDNVXG SHQ\DLU GDODP SXLVL LQL PHQJDFX SDGD PXVLP ´NHPDUDX GDQ KXMDQ´ Kesimpulan peneliti mengenai makna baris ke sebelas sampai ke empat belas adalah air terjun Bantimurung airnya menyerang, menyerbu, melanggar, menubruk, menyeruduk, melewati terus di musim hujan dan musim kemarau. Baris kelima belas, sampai kesembilan belas, penyair menggambarkan kalau kawasan wisata air terjun Bantimurung adalah sebuah bumi yang dihuni kupu-kupu. Kawasan wisata Air Terjun Bantimurung merupakan habitat berbagai spesies kupu-kupu yang langka. Tidak hanya kupu-kupu, seranggaserangga langka juga ada. Di Bantimurung juga ada satwa yang dilindungi. Satwa-satwa yang ada di kawasan wisata Bantimurung suaranya seperti sedang menyanyikan sebuah lagu tentang alam yang lestari. b.
Analisis Hermeneutik Penyair lewat puisi Bantimurung ini menceritakan keindahan alam Bantimurung. Bantimurung adalah sebuah kawasan wisata air terjun di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Air terjunnya yang deras sebagai sumber kehidupan bagi para satwa yang hidup di sungai maupun hutan di kawasan wisata Bantimurung. Bantimurung dengan kesejukan udaranya, kecerahan sinar matahari yang menyinari, kebeningan airnya, dan luas langit yang membentang di atasnya dapat memberikan sensasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedamaian dalam jiwa para pengunjungnya. Luas langitnya mampu memberikan kebebasan, karena orang bebas melihat ke segala penjuru. Bantimurung juga menjadi tempat pelestarian kupu-kupu spesies langka. Tidak hanya kupu-kupu, serangga-serangga langka juga berkembang biak di sana. Kawasan wisata air terjun Bantimurung ini bagaikan surga bagi para wisatawan karena keindahan alam, langit, bebatuan, dan udara yang sejuk. 3HQMDMDK %HODQGD SHUQDK PHQMXOXNL WHPSDW LQL VHEDJDL ³Kingdom of Butterfly´ %DKNDQ VHRUDQJ QDWXUDOLV DVDO ,QJJULV $OIUHG 5DVVHO :DOODVH pernah tinggal di kawasan ini selama kurang lebih satu tahun (1856-1857) untuk meneliti 150 spesies kupu-kupu yang tergolong langka itu. Kawasan wisata Bantimurung seolah seperti serangkaian nyanyian simponi alam yang merdu karena kesempurnaan dan keindahan alam dan satwanya. Sebuah kawasan wisata yang memesona yang berada di kawasan Indonesia Timur. Membaca puisi ini, seolah pembaca berada di Bantimurung. Sorga bagi kupu-kupu. 14.
Malam Mulai Bercerita oleh Isna Malam mulai bercerita Ketika bintang-bintang berlomba menampakkan sinarnya Ketika rembulan tersenyum pada bumi dengan manja Atau, ketika suara sunyi beradu dengan temaramnya senja Malam mulai bercerita Tentang kayu yang rapuh dimakan rayap Tentang daun yang gugur di batas musim Dan tentang perputaran waktu yang tak pernah berhenti Malam mulai bercerita Bagaimana kehidupan dijadikan panggung perteunjukan Atau, bagaimana manusia saling berlomba mencari kepuasan Dan tak tahu akhir dari perjalanan Ketika malam mulai bercerita Bersama gelap, sunyi, dan kekosongan Terselip satu pijar yang menusuk jiwa Dan menggetarkan segala keangkuhan Meruntuhkan segala yang nyata di depan mata Tahukah kau?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketika malam mulai bercerita Sebenarnya dia mengajak kita untuk kembali... Pada satu tujuan. (Domumentasi Isna dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 22) a.
Analisis Heuristik 1)
³0DODPPXODLEHUFHULWD´ Baris pertama, penyair menyebutkan kalau malam sedang bercerita.
Malam secara harfiah berarti fenomena alam saat matahari tidak menyinari sebagian bumi, sehingga menjadi gelap. Saat malam, bulan dan bintang bisa WHUOLKDW MHODV 0DODP GLLEDUDWNDQ VHGDQJ EHUFHULWD ³EHUFHULWD´ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD ³PHQXWXUNDQ FHULWD´ ³&HULWD´ \DLWX WXWXUDQ \DQJ membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (KBBI, 2008: 280). Jadi seolah malam dapat berbicara dan membuat cerita tentang sesuatu. 2)
³.HWLNDELQWDQJ-ELQWDQJEHUORPEDPHQDPSDNNDQVLQDUQ\D´ ´%LQWDQJ-ELQWDQJ EHUORPED´ ´%HUORPED´ PHQJDFX SDGD PDNQD ´$GX
NHFHSDWDQ DGX NHWHUDPSLODQ NHWDQJNDVDQ NHNXDWDQ GVE ´ .%%, 941). Jadi secara lugas makna batis kedua ini maknanya, yaitu pada malam hari bintang-bintang beradu kemampuan menampakkan sinarnya. 3)
³.HWLNDUHPEXODQWHUVHQ\XPSDGDEXPLGHQJDQPDQMD´ Pada baris ketiga, dijelaskan bahwa saat malam, bulan juga ikut
tersenyum manja pada EXPL ´%XODQ´ GDODP EDULV LQL PHQJDFX SDGD ´EHQGD langit yang mengitari bumi dalam satu bulan, bersinar pada malam hari karena SDQWXODQVLQDUPDWDKDUL´.%%, %XNDQGLLEDUDWNDQPDQXVLDGLD ´WHUVHQ\XP SDGD EXPL GHQJDQ PDQMD´ ´WHUVHQ\XP´ VHFDUa harfiah mengacu SDGD PDNQD ³JHUDN WDZD HNVSUHVLI \DQJ WLGDN EHUVXDUD XQWXN PHQXQMXNNDQ rasa senang, gembira, dengan mengembangkan bibir sedikit, tersenyum PHPEHULNDQ VHQ\XP WHUWDZD GHQJDQ WLGDN EHUVXDUD´ .%%, 1419). Cara bulan tersenyum padD EXPL SXQ GHQJDQ PDQMD NDWD ´EXPL´ memiliki acuan planet tempat kita hidup, dunia, jagat, tanah, permukaan dunia (KBBI, 2008: 233). Kesimpulannya, bulan menunjukkan rasa senang dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengembangkan bibirnya dengan manja kepada planet tempat manusia hidup, yaitu bumi. 4)
´$WDXNHWLNDVXDUDVXQ\LEHUDGXGHQJDQWHPDUDPQ\DVHQMD´ Baris nomor empat ini makna secara harfiah, yaitu malam akan bercerita
ketika ada suara sunyi yang bersaut-sautan dengan senja yang makin gelap karena matahari telah tenggelam di ufuk barat. 5)
´0DODPPXODLEHUFHULWD´ Baris kelima ini merupakan repetisi dari baris pertama. Baris kelima ini
juga memiliki makna harfiah yang sama dengan baris pertama, yaitu malam seolah-olah dapat berbicara dan bercerita tentang sesuatu. 6)
´7HQWDQJND\X\DQJUDSXKGLPDNDQUD\DS´ Penyair menyebutkan kalau saat malam tiba, malam itu akan bercerita ada
kayu yang menjadi rapuh karena dimakan rayap. Kayu secara harfiah dalam KBBI mengacu pada ³SRNRN SRKRQ), pohon yang batang-batangnya keras, bagian batang (cabang, dahan, dsb) pohon yang keras (yang biasa dipakai XQWXN EDKDQ EDQJXQDQ ´ .DWD ND\X ´UDSXK´ PHQJDFX SDGD ³VXGDK UXVDN SDWDK SHFDK VREHN SXWXV´ .%%, GDQ NDWD ´UD\DS´PHQJDFXSDGD³VHUDQJJDVHSHUWLVHPXWEHrwarna putih tidak bersayap, memakan dan merusak kayu, anai-DQDLGDQLQVHN´.%%, Kesimpulan peneliti berdasarkan acuan KBBI di atas, yaitu malam mulai bercerita ada batang pohon dan kayu-kayu yang menjadi bahan bangunan sudah rusak karena dimakan serangga seperti semut berwarna putih dan tidak bersayap, yang kerap disebut rayap. 7)
´7HQWDQJGDXQ\DQJJXJXUGLEDWDVPXVLP´ Makna harfiah baris nomor tujuh di atas adalah malam akan bercerita
tentang daun yang berjatuhan dari pohon saat di batas musim. Di Indonesia hanya ada dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Jadi musim yang dimaksud pada puisi ini adalah perbatasan antara musim kemarau dan musim hujan. 8)
´'DQWHQWDQJSHUSXWDUDQZDNWX\DQJWDNSHUQDKEHUKHQWL´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemaknaan secara harfuah baris nomor delapan di atas, yaitu malam juga DNDQEHUFHULWDPHQJHQDLZDNWX\DQJVHODOXEHUSXWDU.DWD´ZDNWX´SDGDEDULV kedelapan ini mengacu pada makna-makna sebagai berikut: a) seluruh rangkaian saat ketika proses; perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung; b) ODPDQ\DVDDW\DQJWHUWHQWX ¶ c) saat yg tertentu untuk melakukan sesuatu; d) kesempatan, tempo, peluang; e) ketika, saat; f) hari (keadaan hari); g) saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia; (KBBI, 2008: 1806). 9) ´0DODPPXODLEHUFHULWD´ 3HQ\DLU PHQJXODQJ NDOLPDW ´PDODP PXODL EHUFHULWD´ ODJL 3HQJXODQJDQ ini bertujuan memulai bait yang baru. Baris kesembilan ini juga memiliki makna harfiah yang sama dengan baris pertama dan kelima, yaitu malam sedang berbicara atau bercerita tentang sesuatu. 10) ´%DJDLPDQDNHKLGXSDQGLMDGLNDQSDQJJXQJSHUWXQMXNDQ´ Baris kesepuluh merupakan kelanjutan dari baris kesembilan. Kalimat pada baris kesepuluh di atas memiliki makna harfiah, yaitu malam berbicara atau bercerita kalau hidup manusia ini dijadikan panggung sandiwara atau drama pertunjukan yang dimainkan oleh manusia. Panggung pertunjukan pada umumnya ada peran antagonis, protagonis, dan tentu saja ada penulis skenario dan sutradara yang mengarahkan manusia untuk bermain peran di panggung pertunjukan (kehidupan). Panggung pertunjukan juga ada penontonnya yang bertepuk tangan dan kadang menertawakan tingkah laku para pemain. 11) ´$WDXEDJDLPDQDPDQXVLDVDOLQJEHUORPEDPHQFDULNHSXDVDQ´ Malam pun akan berbicara tentang manusia yang beradu keterampilan dan kemampuan untuk mencari kepuasan. .DWD ´NHSXDVDQ´ PHQJDFX SDGD ´SHULKD,DWDXSHUDVDDQSXDVNHVHQDQJDQNHOHJDDQ´.%%, 12) ´'DQWDNWDKXDNKLUGDULSHUMDODQDQ´ Makna harfiah kalimat pada baris kedua belas di atas, yaitu manusia tidak pernah tahu kapan perjalanan mereka akan berakhir. Kata perjalanan pada baris ke dua belas di atas secara harfiah mengacu pada makna sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) perihal (cara, gerakan, dsb) berjalan; b) kepergian (perihal bepergian) dari suatu tempat ke tempat yang lain dsb; c) jarak (jauh) yang dicapai dengan berjalan dalam suatu waktu yang tertentu; d) perbuatan; kelakuan; tingkah laku (KBBI, 2008: 610). 13) ´.HWLNDPDODPPXODLEHUFHULWD´ Baris ketiga belas juga merupakan pengulangan baris pertama, kelima, dan kesembilan. Makna harfiahnya pun sama. Malam kembali berbicara tentang sesuatu hal. 14) ´%HUVDPDJHODSVXQ\LGDQNHNRVRQJDQ´ Makna harfiah baris keempat belas di atas adalah malam kali ini tidak bercerita sendiri. Kali ini dia bercerita bersama gelap, sunyi, dan kekosongan. Gelap, sunyi, dan kekosongan adalah teman malam. Ketiga hal tersebut memang selalu ada saat malam sebab malam adalah saat dunia menjadi gelap, sunyi dan kosong. 15) ´7HUVHOLSVDWXSLMDU\DQJPHQXVXNMLZD´ Makna harfiah baris kelima belas di atas, yaitu saat malam berbicara bersama gelap sunyi dan kekosongan, ada sesuatu yang berpijar yang PHQ\HOLS NH MLZD PDQXVLD GDQ PHQXVXN MLZD PDQXVLD .DWD ´SLMDU´ GDODP .%%, PHQJDFX SDGD PDNQD ´PHUDK NHNXQLQJ-kuningan menyala karena terbakar ORJDP DWDX SHFDKDQ ORJDP EHVL \DQJ PHQ\DOD´ Berarti saat malam berbicara ada sebatang logam yang menyala merah NHNXQLQJDQ NDUHQD WHUSDNDU \DQJ PHQXVXN MLZD .DWD ´MLZD´ PHQJDFX SDGD referen sebagai berikut: a) roh manusia (yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan hidup), nyawa; b) seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, anganangan, dsb); c) sesuatu yang utama dan menjadi sumber tenaga dan semangat; (KBBI, 2008: 639-640). Berdasarkan acauan dari KBBI, peneliti dapat menarik satu pernyataan yaitu, saat malam berbicara, roh manusia tertusuk oleh sebuah benda dari logam yang terbakar tadi karena logam yang berpijar tadi menyelip di dalam roh manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16) ´'DQPHQJJHWDUNDQVHJDODNHDQJNXKDQ´ Penyair lewat kalimat di atas ingin menunjukkan bahwa logam pijar tadi juga dapat membuat segala keangkuhan manusia betgetar. Keangkuhan PHQJDFX SDGD PDNQD KDUILDK \DLWX ³VLIDW WDELDW DQJNXK NHWLQJJLDQ KDWL NHVRPERQJDQ´.%%, 3LMDUDQORJDPWDGLGDSDWPHnggetarkan sifat VRPERQJ PDQXVLD .DWD ³PHQJJHWDUNDQ´ PHPLOLNL PDNQD ´PHQ\HEDENDQ EHUJHWDUPHQLPEXONDQUDVDWDNXWGDQJHOLVDK³.%%, 17) ´0HUXQWXKNDQVHJDOD\DQJQ\DWDGLGHSDQPDWD´ Melalui baris ketujuh belas di atas, penyair bermaksud melanjutkan NDOLPDW GL EDULV OLPDEHODV GDQ HQDP EHODV 0DNDQ NDWD ´PHUXQWXKNDQ´ mengacu pada makna-makna di bawah ini: a) merusakkan dan merobohkan; menjatuhkan; menerbangkan; b) menyebabkan runtuh (gugur, longsor); c) menjatuhkan (merusakkan, menghancurkan) kekuasaan pertahanan, pemerintahan, dsb; d) menghancurkan cita-cita (iman dsb). (KBBI, 2008: 1329). 18) ´7DKXNDKNDX"´ 19) ´.HWLNDPDODPPXODLEHUFHULWD´ Kalimat nomor delapan belas dan sembilan di atas adalah sebuah pertanyaan
yang diajukan oleh penyair
kepada manusia mengenai
pengetahuan manusia saat malam sedang berbicara. 20) ³6HEHQDUQ\DGLDPHQJDMDNNLWDXQWXNNHPEDOL´ 21) ´3DGDVDWXWXMXDQ´ Penyair pada baris dua puluh dan dua puluh satu memberikan kesimpulan mengenai isi puisi Malam Mulai Bercerita. Kesimpulan puisi ini secara harfiah bila dikaitkan dengan makna baris-baris sebelumnya mengacu pada pengertian, yaitu ketika malam mulai bercerita, pada hakikatnya malam itu sedang mengajak manusia untuk merenung dan kembali pada satu tujuan. ´7XMXDQ´ VHFDUD KDUILDh maknanya, yaitu arah; haluan (jurusan) yang dituju, maksud; tuntutan (yang dituntut) (KBBI, 2008: 1739). Setiap manusia hidup pasti mempunyai tujuan. Malam ada di dunia ini gunanya untuk mengingatkan manusia agar manusia kembali pada tujuan panggung pertunujukan dibuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Manusia harus kembali dan patuh pada skenario yang telah digariskan sang sutradara panggung pertunjukan tadi. b.
Analisis Hermeneutik Puisi Malam Mulai Bercerita secara tersirat merupakan teguran bagi kita,
manusia bahwa manusia hidup di dunia ini mempunyai satu tujuan, yaitu kembali pada Tuhan. Hanya saat malamlah manusia dapat merenung dan merasakan hakikat kehidupan. Bait pertama puisi ini menggambarkan saat malam tiba, saat itulah manusia seharusnya mengagumi keagungan Tuhan lewat ciptaan-Nya yang berupa bulan, bintang, dan langit senja. Tanpa izin Tuhan, benda-benda langit itu tidak akan menyinari malam yang gelap. Bahkan langit gelap pun adalah bentuk kegungan Tuhan. Para binatang pemangsa seperti singa, harimau, serigala, kelelawar memanfaatkan malam untuk hidup. Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Manusia sebagai makhluk-Nya wajib bersyukkur. Bait kedua, penyair mengingatkan manusia bahwa kejadian alam seperti pepohonan yang batang kayunya rapuh itu karena dimakan rayap. Manusia sekali lagi diingatkan bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Tuhan memberi kekuatan pada serangga yang sangat kecil itu untuk membuat kayu yang keras menjadi lapuk. Hal tersebut menandakan bahwa sekeras apapun pendirian dan hati manusia serta sesulit apapun masalah yang dihadapi, manusia itu lemah, tetapi telah diberi NHNXDWDQOXDUELDVDROHK7XKDQXQWXNPHQ\HOHVDLNDQQ\D.DOLPDW´7HQWDQJGDXQ \DQJJXJXUGLEDWDVPXVLP´NDWD´'DXQ\DQJJXJXU´PHQ\LUDWNDQVHVXDWX\DQJ dimiliki manusia, bisa itu harta, jabatan, teman, keluarga, dan hal-hal lain yang EHUVLIDW ILVLN 6HPHQWDUD ´PXVLP´ PHQJDFX SDGD PDVDZDNWX -DGL NDOLPDW ´7HQWDQJGDXQ\DQJJXJXUGLEDWDVPXVLP´PHPLOLNLPDNQDWHUVLUDWEDKZDSDGD akhirnya sesuatu itu akan berakhir pada waktu yang telah ditentukan. Kalimat ´'DQWHQWDQJSHUSXWDUDQZDNWX\DQJWDNSHUQDKEHUKHQWL´PHQJLQJDWNDQmanusia bahwa sebagai makhluk-Nya harus terus menjalani hidup. Selama waktu belum berhenti, manusia harus banyak berkarya dan tanpa lupa pada Tuhannya. Manusia tidak ada yang tahu kapan dunia ini berakhirYang abadi hanya akhirat. Seperti waktu yang tidak pernah berhenti berputar, selayak itulah pengabdian manusia kepada Tuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15.
digilib.uns.ac.id
Bagaimana karya Oc. Mandank Kadang-kadang aku benci Bahkan sampai aku maki ..... diriku sendiri Seperti aku Menjadi seteru .....diriku sendiri Waktu itu Aku...... Seperti seorang lain dari diriku Aku tak puas Sebab itu aku menjadi buas Menjadi buas dan panas (Dikutip dari Intisari Sastra Indonesia dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA Yudhistira, 2006: 43).
a.
Analisis Heuristik Bait pertama ini, penyair bermaksud mengungkapkan rasa benci yang GLDUDVDNDQ.DWD´EHQFL´VHFDUDKDUILDKPHQJDFXSDGD´PHUDVDVDQJDWWLGDN VXND´ .%%, 3HQ\DLU PHUDVD VDQJDW WLdak suka pada dirinya VHQGLUL3HQ\DLUEDKNDQPHPDNLGLULQ\DVHQGLUL.DWD´PDNL´PHQJDFXSDGD makna menghina dan mencemooh dirinya sendiri. Bait kedua. Penyair PHQJDQJJDS EDKZD GLD DGDODK VHWHUX EDJL GLULQ\D .DWD ´VHWHUX´ VHFDUD KDUILDK PHPLOLNL DFXDQ ´Pusuh perseorangan (orang dengan seorang); PXVXK SULEDGL´ .%%, 7LSRJUDIL \DQJ EHUEHQWXN ]LJ-zag menandakan bahwa maslah yang dihadapi sangat rumit. Bait ketiga, penyair mengungkapkan perasaannya, bahwa dia pada suatu waktu seperti menjadi orang lain. Dia bingung dan tidak mengenal dirinya. Dia kehilangan dan menghawatirkan takdirnya. Dia benci dirinya. Di bait keempat
sekaligus
bait
terakhir,
penyair
mencapai
pada
puncak
NHPDUDKDQQ\D 'LD PHUDVD WLGDN SXDV .DWD ³SXDV´ PHQJDFX SDGD PDNna ³PHUDVD VHQDQJ ,HJD JHPELUD NHQ\DQJ NDUHQD VXGDK WHUSHQXKL KDVUDW KDWLQ\D PHUDVD OHELK GDUL FXNXS GDQ MHPX´ (KBBI, 2008: 1221. Namun penyair merasa tidak puas, berarti, dia merasa tidak senang karena hasrat di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hatinya belum terpenuhi. Si aku merasa belum cukup dengan hal yang sudah GLDGDSDW6LDNXPHQMDGL³EXDV´NDWD³EXDV´PHPLOLNLPDNQDKDUILDK\DLWX ³JDODN OLDU JDQDV EHQJLV NHMDP´ .%%, GDQ NDWD ³SDQDV´ secara leksikal mengacu pada berbagai makna, yaitu: a) terasa seperti terbakar atau terasa dekat dengan api; bersuhu relatif tinggi: b) kemarau (musim) c) demam (suhu badannya lebih tinggi daripada biasa) d) sangat iri; sakit hati: e) genting sekali; berbahaya (mungkin pecah perang): f) berpengaruh buruk (uang yang mudah memperolehnya, tetapi mudah juga menghabiskannya uang pinjaman dengan bunga besar dsb) (KBBI, 2008: 1112). Berdasarkan keenam makna kata :panas: di atas, makna yang paling VHVXDLDGDODK³VDQJDWLULVDNLWKDWL´.HVLPSXODQQ\DSHQ\DLUPHQMDGLJDQDV kejam, galak, liar dan bengis, merasa sangat iri dan sakit hati karena tidak puas dengan hal sudah dia raih. b.
Analisis Hermeneutik Puisi Bagaimana karya Oc. Mandank merupakan puisi ungkapan hatinya. Dia
merasa galau dan ada konflik batin dalam dirinya (konflik dengan diri sendiri). Penyair merasa sangat benci pada dirinya sendiri karena tidak mampu memperoleh sesuatu yang dia inginkan. Pada bait pertama, penyair menunjukkan konflik batin yang sangat dalam. Si penyair bahkan sampai memaki dirinya sendiri. Dia merasa tidak berharga. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan kutipan baris sebagai berikut, ... Bahkan sampai aku maki ..... diriku sendiri Penyair menggunakan tanda titik-WLWLN GL GHSDQ NDWD ´GLULNX´ SDGD EDLW pertama di atas untuk menggambarkan kemarahan dan kegalauan hatinya. Bait kedua, penyair merasa bahwa dia punya seorang musuh. Musuh yang selalu mengikuti dia di mana pun dia ada. Dia sangat takut pada musuhnya itu. Musuh itu selalu membayangi setiap langkahnya karena musuh itu adalah dirinya sendiri. Verikut adalah kutipan yang mendukung pernyataan peneliti tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
... Menjadi seteru .....diriku sendiri Penyair pun menggunakan tanda titik-WLWLN GL GHSDQ NDWD ³GLULNX´ SDGD EDLW kedua di atas dengan tujuan menggambarkan kalau dirinya takut pada musunhya. Meskipun musuh itu adalah dirinya sendiri. Bait ketiga, penyair merasa tidak mengenal dirinya. Penyair kehilangan jati dirinya. Penyair seolah menjadi sosok lain. Dia berpenampilan dan bertingkah laku sebagai orang lain. Pada bait ketiga, penyair menggunakan lagi tanda titiktitik. Makna tanda titik-WLWLNGLEHODNDQJNDWD´DNX´SDGDEDLWWLJDLQLPHQDQGDNDQ rasa bingung dan linglung karena dia tidak tahu siapa dirinya. Di bawah ini adalah kutipan baris yang mendukung pernyataan peneliti tersebut. Waktu itu Aku...... Seperti seorang lain dari diriku Bait keempat, bait terakhir merupakan klimaks dari kegalauan hati penyair. Judul puuisi Bagaimana menandakan kegalauan dan kebingungan hati penyair. Dia tidak merasa puas pada dirinya, pada semua hal yang telah dia dapat dan miliki. Kata buas dan panas menandakan rasa amarah yang dalam kepada dirinya sendiri. Kesimpulan makna puisi secara keseluruhan berdasarkan judulnya, yaitu Bagaimana menandakan kegelisahan, kegalauan, kebingungan, dan ketidaktahuan penyair terhada dirinya. Tipografi yang berbentuk zig-zag menadakan bahwa si aku menghadapai masalah yang pelik. Hidup si aku digambarkan penuh liku dengan tipografi yang berkelok-kelok. Seperti puisi Sutardji yang berjudul Tragedi Sihka Winka juga memiliki tipografi yang serupa. Sutardji menggunakan bentu tipografi zig-zag juga untuk menggabarkan bahwa kehidupan dalam pernikahan sangat rumit dan penuh liku. 16.
Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie Senja ini, matahari turun ke dalam jurang-jurangmu Aku datang kembali Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu Seperti kau diterima aku Aku cinta padamu. Pangrango yang dingin dan sepi Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada Hutanmu adalah misteri segala Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali Dan bicara padaku tentang kehampaan semua Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar Terimalah dan hadapilah Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang Membara Aku terima ini semua Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas Jurangmu Aku cinta padamu, Pangrango Karena aku cinta pada keberanian hidup Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 56) Analisis Heuristik
a. 1)
´6HQMDLQLPDWDKDULWXUXn ke dalam jurang-MXUDQJPX´ Makna harfiah baris pertama di atas, yaitu saat sore hari, matahari turun
menuju ke jurang-jurang yang ada di taman nasional Gunung Gedhe Pangrango. 2)
Aku datang kembali Baris kedua sangat mudah ditemukan maknanya, yaitu si aku datang
kembali ke taman nasional gunung Gedhe Pangrango. 3)
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu. Baris ketiga, penyair mengungkapan bahwa si aku kembali ke ribaan, ke
suasana sepi, dan ke udara yang dingin di Pangrango. Kata ´ULEDDQ´PHQJDFX SDGDPDNQDKDUILDK´SDQJNXDQ´DUWLQ\DVHFDUDKDUILDKVLDNXNHPEDOLGDWDQJ ke gunung Gedhe Pangrango duduk di sana dan di pangku oleh gunung Gedhe Pangrango. Si aku juga kembali pada suasana sepi yang ada di gunung Gedhe Pangrango. Kata ³VHSL´PHQJDFXSDGDPDNQD³VXQ\LOHQJDQJWLGDNDGDRUDQJ (kendaraan dsb) tidak banyak tamu (pembeli dsb) tidak ada kegiatan tidak ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apa-apa, tidak UDPDL´.%%, 6LDNXMXJDNHPEDOLSDGDGLQJLQ gunung Gedhe Pangrango, maksudnya si aku akan kembali pada udara dingin yang biasa ada di daerah dataran tinggi seperti gunung dan pegunungan. 4)
³:DODXSXQVHWLDSRUDQJEHUELFDUDWHQWDQJPDQIDDWGDQJXQD´
5)
³$NXELFDUDSDGDPXWHQWDQJFLQWDGDQNHLQGDKDQ´ Makna secara denotatif baris keempat dan kelima di atas, yaitu banyak
orang yang berbicara dan berdialog dengan gunung Gedhe Pangrango tentang kegunaan dan manfaatnya. Namun, si aku lebih suka berbicara, berdialog dengani gunung Gedhe Pangrango tentang keindahan alamnya dan karena si aku mencintai gunung Gedhe Pangrango. 6)
³'DQDNXWHULPDNDXGDODPNHEHUDGDDQPX´
7)
³6HSHUWLNDXGLWHULPDDNX´ Baris keenam dan ketujuh, penyair menunjukkan bahwa si aku menerima
keadaan gunung Gedhe Pangrango apa adanya, sebab saat si aku berkunjung ke gunung Gedhe, gunung itu juga menerima si aku dalam keadaan apapun. 8)
³$NXFLQWDSDGDPX3DQJUDQJR\DQJGLQJLQGDQVHSL´ Baris kedelapan, si aku mencintai Pangrango karena gunung itu dingin
dan sepi. 9)
´6XQJDLPXDGDODKQ\DQ\LDQNHDEDGLDQWHQWDQJWLDGD´ Penyair pada baris kesembilan menyebutkan bahwa di gunung Ghedhe
Pangrango ada sungai yang bisa menyanyi, dan tidak pernah berhenti menyanyi. Lagu yang dinyanyikan sungai itu adalah lagu tentang hal-hal yang tidak terlihat. 10) ³+XWDQPXDGDODKPLVWHULVHJDOD´ Penyair dalam hal ini juga sebagai si aku menjelaskan bahwa di Pangrango, hutannya menyimpan banyak misteri. 11) ³&LQWDPXGDQFLQWDNXDGDODKNHELVXDQVHPHVWD´ Baris kesebelas, penyair menyebutkan kalau dia dan Pangrango saling PHQFLQWDL.DWD´FLQWD´mengacu pada makna suka sekali; sayang benar, kasih sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, berharap sekali, rindu (KBBI, 2008: 285). Kisah cinta antara Pangrango dan si aku adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebisuan semesta, secara harfiah mengacu pada makna semesta menjadi bisu, tidak bisa berbicara, bersuara, dan hanya diam menyaksikan si aku dan Pangrango yang saling mencintai. 12) ´0DODPLWXNHWLNDGLQJLQGDQNHELVXDQPHQ\HOLPXWL0DQGDODZDQJL´ Penyair mengungkapkan saat hari sudah gelap, saat matahari telah terbenam, suasana di Mandalawangi bisu dan dingin. Mandalawangi adalah salah satu objek wisata di dekat taman nasional Cibodas, daerah Puncak, Jawa %DUDW ´.HELVXDQ PHQ\HOXPLWL 0DQGDODZDQJL´ NHELVXDQ GDUL NDWD ´ELVX´ secara leksikal mengacu pada makna tidak dapat berkata-kata (karena tidak sempurna alat percakapannya atau karena tuli sejak kecil). (KBBI, 2008: 208). %HUGDVDUNDQ PDNQD OHNVLNDO NDWD ´ELVX´ GL DWDV EHUDUWL 3DQJUDQJR dikelilingi kesunyian dan hawa dingin ketika si aku berkunjung ke sana. Tidak ada satupun yang berbicara Di Pangrango. Semua yang ada di Pangrango kalau malam tidak dapat berkata-kata. 13) ´.DXGDWDQJNHPEDOL´ 14) ´'DQELFDUDSDGDNXWHQWDQJNHKDPSDDQVHPXD´ 6LDNX\DQJVHNDOLJXVSHQ\DLUPHQJDWDNDQ´NDXGDWDQJNHPEDOL´´NDX´ mengacu pada Pangrango. Pangrango datang kembali pada si aku. Pangrango kali ini dapat berkata-kata. Pangrango berbicara pada si aku bahwa dia merasa semua yang ada di dalam dirinya (Gunung Gedhe Pangrango), yaitu hutan, bebatuan, jurang-jurang, dan sungai yang mengalir semuanya hanya diam dan KDPSD .DWD ³KDPSD´ VHFDUD OHNVLNDO PHQJDFX SDGD PDNQD ´WLGDN EHULVL kosong, tidak bergairah; sepi:(perasaannya, hatinya), sia-VLD´ (KBBI, 2008: 520). 15)
³+LGXSDGDODKVRDONHEHUDQLDQPHQJKDGDSL\DQJWDQGDWDQ\D´ Si aku mengungkapkan bahwa hidup seperti kita menghadapi soal
NHEHUDQLDQ .DWD ³VRDO´ PHQJDFX SDGD PDNQD KDUILDK \DLWX D DSD \DQJ menuntut jawaban (pertanyaan dalam hitungan); b) hal yang harus dipecahkan; masalah; c) hal, perkara, urusan (KBBI, 2008: 1484). Kata ³NHEHUDQLDQ´ PHPLOLNL PDNQD OHNVLNDO \DLWX ´NHEHUDQLDQ´ keadaan (sifatVLIDW EHUDQL NHJDJDKDQ ´EHUDQL´ mempunyai hati yang mantap dan rasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
percaya diri yang benar dalam menghadapi kesulitan (KBBI, 2008: 1880-181). Dengan demikian, si aku berpesan agat manusia memiliki sifat keberanian GDODP KLGXSQ\D %HUDQL ³PHQJDKDGDSL \DQJ WDQGD WDQ\D´ PDNQD KDUILDKQ\D kita harus berani mengahadapi semua pertanyaan yang ada di kehidupan sebab hidup ada tentang keberanian tadi. 16) ´7DQSDNLWDPHQJHUWLWDQSDNLWDELVDPHQDZDU´ Tanda tanya dalam hidup kita tadi, tidak ada yang bisa kita pahami maknanya dan kita juga tidak bisa menawar pertanyaan-pertanyaan itu. Menawar secara leksikal mengacu pada makna a) negosiasi yang terjadi dalam transaksi jual beli; mengemukakan permintaan hendak membeli (menyewa dsb); b) meminta pengurangan harga (sewa, tuntutan ); c) menyebutkan harga ³NXUDQJ´ GDUL KDUJD VHZD GVE GDODP .%%, %HUGDVDUNDQ makna leksikal tersebut, tanda tanya dalam hidup seperti sudah menjadi harga mati, tidak bisa dinegosiasi. 17) ´7HULPDODKGDQKDGDSLODK´ Baris ketujuh belas di atas, penyair menuruh manusia agar menerima dan mengahadapi tanda tanya dalam hidup. Menerima dengan ikhlas dan hadapi dengan berani tanda tanya itu. 18) ´'DQDQWDUDUDQVHO-UDQVHONRVRQJGDQDSLXQJJXQ\DQJ´ 19) ´0HPEDUD´ Si aku mengatakan kalau dia hanya membwa ransel-ransel yang kosong. Saat si aku menemui Pangrango dia hanya membawa ransel kosong dan hanya ditemani api unggun yang membara atau menyala. 20) ³$NXWHULPDLQLVHPXD´ Si aku menerima kalau Pangrango hanya menyediakan api unggun dan ransel-ransel kosong. 21) ³0HODPSDXLEDWDV-batas hutanmu, melampaui batas-EDWDV´ 22) ³-XUDQJPX´ Si aku tidak takut ketika bertemu dengan Pangrango. Si aku berani melewati batas-batas hutan yang menyimpan misteri dan tidak takut bila terjatuh ke jurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23) ³$NXFLQWDSDGDPX3DQJUDQJR´ 24) ´.DUHQDDNXFLQWDSDGDNHEHUDQLDQKLGXS´ Si aku sangat mengagumi Pangrango, Pangrango yang sepi, dingin, dan bisu adalah simbol keberanian. b.
Analisis Hermeneutik Puisi berjudul Mandalawangi-Pangrango karya Soe Hok Gie adalah sebuah
simbol keberanian mengahadapi misteri dan tanda tanya dalam kehidupan. Pangrango yang sepi, dingin dan bisu adalah simbol dari satu sisi bagian hidup yang kejam dan misterius. Kemudian penyair juga mengatakan bahwa Pangrango juga indah. Keindahan Pangrango adalah lambang satu sisi kehidupan yang indah dan membahagiakan manusia. Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada Hutanmu adalah misteri segala Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali Dan bicara padaku tentang kehampaan semua Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar Terimalah dan hadapilah Kutipan baris di atas adalah letak klimaks puisi ini. Soe Hok Gie mengungkakan tanda tanya dalam hidup tidak dapat ditawar. Tanda tanya yang dimaksud Soe Hok Gie adalah masalah-masalah yang akan muncul, takdir yang telah ditulis Tuhan untuk manusia. Manusia tidak pernah tahu bagaimana nasibnya esok hari. Hidup bagi Soe Hok Gie seperti hutan yang penuh meisteri. Bila manusia tidak berani masuk hutan, maka kita tidak akan tahu seperti apa keadaan di dalam huta. Sejalan dengan itu, apabila manusia takut untuk menerima dan menghadapi takdir Tuhan, manusia tidak akan pernah tahu dan merasakan takdir yang telah Tuhan pilihkan untuk manusia. Ransel-ransel kosong yang dimaksud Soe Hok Gie adalah ketika dia mengahdapi kerasnya hidup yang disimbolkan dengan Pangrango, dia tidak PHPEDZDEHNDO DSDSXQ'LDKDQ\DGLWHPDQL´DSL XQJJXQ \DQJPHPEDUD´$SL unggun yang membara adalah lambang semangat seorang So Hok Gie yang membara dalam menghadapi kehidupan. Dia tidak pernah takut pada kehidupan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena hidup akan menerima dan memperlakukan manusia dengan baik apabila manusia itu juga menerima keberadaan kehidupan. Berikut pernyataan Soe Hok Gie yang mendukung pernyataan peneliti tersebut. Dan aku terima kau dalam keberadaanmu Seperti kau diterima aku Intinya, manusia harus mencintai hidup karena manusia juga berani menghadapi hidup, baik misteri hidup yang melambangkan masa depan, kesunyian dan kebisuan Pangrango yang melambangkan akhir hidup, dan dinginnya Pangrango yang melambangkan kejamnya hidup. Di gunung Gedhe Pangrango pula Soe Hok Gie tewas karena menghirup gas beracun yang muncul saat dia berada di puncak gunung. 17.
Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang Saudara Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian Telah mereka hancurkan rumah harapan kita Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi Tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik Ketentraman ke tepi Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini Yang bisa menghanguskan kota ini lagi Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak Tertahankan lagi Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan Dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita.... Dikutip dari Pembawa Matahari dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 58)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Analisis Heuristik 1)
Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang Saudara Bait pertama, penyair mengungkapkan kesedihan dan keprihatinannya
terhadap keadaan yang dipenuhi pertikaian. Pertikaian itu dilambakan seperti SDVDQJ.DWD´SDVDQJ´VHFDUDGHQRWDWLIEHUDUWLa) naik (air laut atau sungai), b) sedang baik (peruntungan), untung, c) sedang bangkit atau menyerang SHQ\DNLW .%%, ´3DVDQJ´GDODPEDLWSHUWDPDLQLDUWLPLPHWLN yang paling tepat adalah naiknya air laut atau sungai. 2)
Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian 3HQ\DLU PHQ\HEXWNDQ ´NLWD´ WHUSHODQWLQJ GDUL NHEXQWXDQ NDWD
´WHUSHODQWLQJ´ PHPLOLNL DFXDQ GHQRWDWLI \DLWX ³WHUSHQWDO GVE WHUJXOLQJ terpental jauh-MDXK´ .%%, ODOX NDWD ´NHEXQWXXDQ´ PHQJDFX SDGD´WHUWXWXSVDODKVDWXXMXQJnya (jalan, pipa, dsb); terhalang (oleh sekatan, dsb); tersekat, tersuntuk (akal, pikiran, dsb): kebuntuan, yaitu haI (keadaan) tidak dapat terus; KDONHDGDDQ EXQWX´.%%, 'HQJDQGHPLNLDQ mereka dalam keadaan tersekat, tubuh mereka terpentaOMDXK´NLWD´WHWDSVDMD membisu dan berserakan, maksudnya, mereka tidak bisa berkata-kata bahkan sampai mereka berserakan pun mereka tetap tidak bisa berkata-kata. Kata ´EHUVHUDNDQ´ PHQJDFX SDGD PDNQD GHQRWDWLI \DLWWX ´EHUDQWDNDQ SRUDN poranda, terletaN WLGDN EHUDWXUDQ´ .%%, 0HUHND KDQ\D ELVD menunggu ketidakpastian, sesuatu yang belum pasti dengan semua hal yang sudah buntu, tidak ada jalan keluar. 3)
Telah mereka hancurkan rumah harapan kita Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita ... $LU³SDVDQJ´LWXWHODKPHQJKDQFXUNDQUXPDK-rumah yang mejadi harapan
mereka dan jendela-jendela tempat mereka berkeluh kesah dan meratapi nasib. .DWD³UXPDK´PHPLOLNLDFXDQGHQRWDWLI\DLWXEDQJXQDQXQWXNWHPSDWWLQJJDO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangunan pada umumnya (seperti gedung dsb) (KBBI, 2008: 1323) dan ³MHQGHOD´ PHQJDFX SDGD ³OXEDQJ SDGD UXPDK \DQJ GDSDW GLEHUL WXWXS \DQJ berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara, OXEDQJ DQJLQ´ .%%, 629). Rumah-rumah tepat tinggal mereka telah hancur, bahkan jendela, lubang udaranya pun tidak tersisa. Tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik Ketentraman ke tepi Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini Yang bisa menghanguskan kota ini lagi Makna harfiah kutipan baris di atas adalah air laut yang pasang naik sampai ke pantai lalu menarik ketentraman yang ada di tengah laut ke tepi. Namun pasang air laut itu tidak membawa sinar matahari ke tepi. Sinar matahari itulah yang dapat membuat kota tempat tinggal para rakyat menjadi KDQJXV .DWD ³NHWHQWUDPDQ´ PHQJDFX SDGD PDNQD KDUILDK ³NHWHQDQJDQ NHQ\DPDQDQ NHGDPDLDQ´ %HUDUDWL DLU ODXW LWX PHQMDXKNDQ UDN\DW GDUL keadaan damai, tenang, dan nyaman. Serpih matahari, mempunyai sifat panas GDQ PHPEDNDU ³6HUSLK PDWDKDUL´ LWX WHODK PHQJKDQJXVNDQ NRWD WHPSat pertikaian
berlangsung
dan
membuat
rakyat
kehilangan
segalanya,
ketentraman dan kedamaian. 4)
Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api .DWD ³UDMD-UDMD´ PDNQD KDUILDKQ\D PHQJDFX SDGD EDQyak makna
denotatif, antara lain: a) penguasa tertinggi dari suatu negara (terutama yang diperoleh sebagai warisan); orang yang mengepalai dan memerintah suatu bangsa dan negara; b) sultan; kepala daerah istirnewa; kepala suku; c) sebutan untuk penguasa tertinggi dari suatu kerajaan; d) orang yang besar kuasanya (pengaruhnya dalam suatu lingkungan, perusahaan); e) orang yang mempunyai keistimewaan khusus (seperti sifat, kepandaian, kelicikan). (KBBI, 2008: 1250). $GD NDWD \DQJ DPELJX SDGD EDULV LQL \DLWX NDWD ´NHGLDPDQ´ NDWD ´NHGLDPDQ´ELVDPHQJDFXSDGDGXDPDNQD\DQJVDQJDWEHUEHGD\DLWX
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kediaman, dari kata dara diam + ke-an, yaitu mengenai sifat diam, tidak bersuara dan tidak bergerak. b) Kediaman yang mengacu pada tempat (rumah) yang ditinggali. Raja-raja
itu
digambarkan
bertangan
besi,
maksudnya
apabila
diterjemahkan secara harfiah, raja-raja itu memiliki tangan palsu yang terbuat dari besi. Raja-raja itu sering berpidato dan pidatonya disebut sebagai pidato NXPDO´NXPDO´PHPLOLNLDFXDQUHQ\XNGDQNRWRr (pakaian dsb); berkerut-kerut (seperti kertas direnyuk (KBBI, 2008: 836) pidatonya juga digambarkan berapiapi, artinya secara denotatif mengacu pada bersemangat sekali, bergelora, berkobar-kobar (semangat, gairah), dapat pula mengacu pada marah sekali (KBBI, 2008: 82). ´$QWDUDNHSHGLKDQELODNHVHQJVDUDDQGDQODSDUWDN 7HUWDKDQNDQODJL´ Kutipan baris di atas secara denotatif maknanya, yaitu pidato yang berapiapi tadi, diorasikan oleh para raja-raja di antara rasa sedih dan kesengsaraan yang dialami penduduk negeri itu. Bahkan dalam keadaan lapar, raja-raja itu masih berpidato dengan bersemangat. Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan Dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi Makna harfiah baris di atas, yaitu mereka adalah penduduk sebuah negeri yang memiliki banyak kesempatan bagi penduduknya untuk bermimpi. Namun penduduk-penduduk negeri itu tidak dapat memiliki kesempatan dan mimpi itu. Mimpi dan kesempatan itu adalah miliki negara bukan penduduknya. Kata ´PLPSL´ DWDX LPSLDQ PDNQD KDUILDKQ\D PHQJDFX SDGD ´VHVXDWX \DQJ GLLPSLNDQ´ Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita.... Kutipan baris di atas, secara harfiah maknanya, yaitu di sebuah negeri yang banyak memiliki pemimpin. Namun, para penduduk negeri itu tidak dapat menemukan pemimpin yang dapat memimpin mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Analisis Hermeneutik 1)
Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan Kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah Kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang Saudara Bait pertama di atas, pemaknaan hermeneutiknya sudah jelas. Makna kata
´SDVDQJ´ PHPLOLNL PDNQD NHVHQJVDUDDQ XMLDQ SHUWLNDLDQ SHSHUDQJDQ GDQ lain-lain. Hal tersebut sudah diperjelas pada baris ketiga yang menyebut ada pertikaian, ketakutan, dan perang saudara. Bait pertama, penyair menjelaskan ada perang saudara di suatu negeri yang menyebabkan kesengsaraan, ketakutan, dan kegalauan para rakyatnya. Rakyat negeri telah menderita bertahun-tahun karena pertikaian tersebut. Pertikaian itu mereka ibaratkan seperti air pasang yang menyapu apa pun yang ada di pantai hingga tidak bersisa. 2)
Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan yang lainnya Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian. Bait kedua menyiratkan bahwa rakyat negeri itu tidak dapat berbuat apa
pun. Nasib mereka terombang-DPELQJ´7HUSHODQWLQJGDULNHEXQWXDQ\DQJVDWX NH NHEXQWXDQ \DQJ ODLQQ\D´ PDNVXGQ\D UDN\DW WLGDN PHQHPXNDQ MDODQ NHOXDU untuk mHQJDNKLUL SHUWLNDLDQ LWX .DWD ´PHPELVX´ PDNQDQ\D PHUHND KDQ\D ELVD GLDP WLGDN EHUEXDW DSD SXQ ´0HQXQJJX NHWDNSDVWLDQ´ PHQ\LUDWNDQ mereka hanya bisa menunggu kapan pertikaian itu berakhir. Mereka juga tidak tahu kapan pertikaian itu berakhir, namun mereka tetap berharap kesengsaraan itu akan berakhir. Pertikaiann itu telah menghancurkan tempat tinggal mereka, tempat tinggal yang menjadi tempat mereka membangun masa depan dan harapan, dan pertikaian itu juga tidak pernah mempedulikan kesengsaraan yang dialami rakyat. Harta benda mereka telah hancur, harapan mereka pun hancur. Rakyat VXGDK WLGDN SXQ\D DSD SXQ XQWXN GLFHULWDNDQ $LU ´SDVDQJ´ \DQJ PHODPEDQJNDQ SHUWLNDLDQ \DQJ WHUMDGL ´7HQJDK ODXW´ PHODPEDQJNDQ WHPSDW tinggal/ kota para penduduk itu tLQJJDO .HPXGLDQDLU´SDVDQJ´PHPEDZDQ\D ke tepi, berarti, pertikaian telah menjauhkan rakyat dari ketentraman, ketenangan, dan kedamaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
´6HUSLK PDWDKDUL´ PHODPEDQJNDQ VLVD-sisa pertikaian atau kerusuhan. Matahari mempunyai sifat panas dan membakar, jadi serpih matahari melambangkan api yang berkobar-kobar di tengah laut.. Api itu telah menghanguskan tempat tinggal para pendduduk negeri itu sehingga tidak ada yang tersisa. Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak tertahankan lagi ´5DMD-UDMD´ PHQJDFX SDGD PDNQD SDUD SHPLPSLQ QHJHUL LWX 3DUD SHPLPSLQ QHJHUL LWX ´EHUWDQJDQ EHVL´ PDNVXGQ\D SDUD SHPLPSLQ LWX mempunyai sifat keras, memerintah dengan sewenang-wenang, menghukum UDN\DW GHQJDQ FDUD NHNHUDVDQ ´.HFXDOL VHJDOD EXDO GDQ SLGDWR NXPDO \DQJ berapi-DSL´ NDOLPDW WHUVHEXW PHQ\LUDWNDQ PDNQD EDKZD SDUD SHPLPSLQ LWX KDQ\DEHUVLNDSPDQLVNHWLNDEHUNDPSDQ\HVDDWDNDQGLDGDNDQ3HPLOX´Pidato kumal yang berapi-DSL´ PHODPEDQJNDQ MDQML-janji para pemimpin dulu saat maish kampanye. Para pemimpin itu berkampanye di tengah-tengah kondisi rakyat yang sedang sengsara, kelaparan, dan mara pemimpin itu menjanjikan ketentraman hidup. Namun, itu hanya sebuah omong kosong. Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan Dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi lagi Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita.... Makna yang tersirat dari kutipan baris di atas, bahwa negeri itu banyak memiliki kesempatan, mimpi, dan pemimpin bagi rakyatnya. Tetapi, rakyatnya tidak boleh memiliki kesempatan. Rakyatnya juga tidak boleh bermimpi. Semua kesempatan dan mimpi hanya milik para pemimpin bertangan besi itu dan para pengikutnya.. para rakyat itu juga merasa tidak pernah punya pemimpin meskipun negeri itu memiliki banyak pemimpin. Rakyat merasa tidak dilindungi, tidak aman dan nyaman. Rakyat selalu merasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sengsara karena pemimpin mereka tidak bisa memimpin, tidak bisa mengayomi rakyatnya, tetapi justru menindas rakyatnya. Puisi yang berjudul Dalam Pasang karya Abdul Hadi W. M ini menggambarka suasan sebuah negeri yang kacau karena pertikaian antar saudara. Rakyat menderita. Para pemimpin hanya sibuk mengurusi dirinya. Pemimpin-pemimpin itu hanya sibuk mempertahankan jabatan mereka. Rakyat kini telah kehilangan kepercayaan mereka terhadap para pemimpin itu. Bangsa Indonesia pun juga mengalami hal serupa. Tejadi kekacauan, kesengsaraan, dan kesewenag-wenangan pemimpin di Indonesia. Pemimpin hanya membenahi kursi mereka. Mencari cara dan menghalalkan berbagai cara agar kursinya tetap nyaman dan aman. Para pemimpin kita mengabaikan bahwa mereka bukan apa-apa kecuali karena ada kita yang mereka pimpin. 18.
Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle Gugur daun-daun kering Bagai mataku yang menetes Satu per Satu : siapakah yang kan peduli Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan Dan air mataku takkan berhenti meratapi : siapakah yang kan peduli Andai pohon itu jadi tumbang? andai harapanku jadi lengang? Dikutip dari Apresiasi Puisi Remaja dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 62)
a.
Analaisis Heuristik 1)
´*XJXUGDXQ-GDXQNHULQJ´ Gugur artinya berjatuhan. Daun secara leksikal mengau pada bagian
tumbuhan yang tumbuh pada ranting dan berhelai-helai (biasanya berwarna hijau) sebagai alat bemapas dan mengolah zat makanan (KBBI, 2008: 322). Pada baris pertama tersebut, yang gugur adalah daun-daun kering, artinya daun di pohon yang sudah kering secara otomatis danalami akan berguguran. Bagai mataku yang menetes Satu per Satu : siapakah yang kan peduli
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3DGDNXWLSDQEDULVGLDWDVDGDEDJLDQ\DQJGLKLODQJNDQ\DLWXNDWD´DLU´GL GHSDQNDWD´PDWDNX´6HWHODK dilengkapi, baris tersebut menjadi, Bagai (air) mataku yang menetes Satu per Satu : siapakah yang kan peduli Makna denotatif kutipan puisi di atas, yaitu, daun-daun kering yang gugur tadi diibaratkan seperti air mata si aku yang jatuh satu per satu. Saat air mata si aku jatuh, tidak ada orang lain yang peduli. 2)
Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan Dan air mataku takkan berhenti meratapi : siapakah yang kan peduli Daun-daun kering tadi tidak akan berhenti berjatuhan karena memang
jumlahnya di pohon masih banyak. Lalu air mata si aku pun diibaratkan seperti dedaunan kering yang tidak berhenti berjatuhan tadi. Air mata si aku SXQ WLGDN DNDQ EHUKHQWL PHUDWDSL .DWD ´PHUDWDSL´ PHQJDFX SDGD PDNQD ´PHQDQJLV GHQJDQ PHQJXFDSNDQ NDWD-kata yang menyedihkan; mengeluh GHQJDQPHQDQJLVPHQMHULW ´.%%, 7DQJLVDQGDQUDWDSDQPDWD si aku ini masih tidak ada yang peduli. 3)
Andai pohon itu jadi tumbang? andai harapanku jadi lengang? Si aku berandai-andai membayangkan pohon yang daunnya berguguran
LWXWXPEDQJGDQDQGDLKDUDSDQQ\DPHQMDGLOHQJDQJ.DWD´OHQJDQJ´PHQJDFX pada makna harfiah, yaitu: a) tidak ramai; tidak banyak orang (tentang dusun, pesta, dsb), b) sepi; sunyi; tidak sibuk, c) terasa sunyi (tidak ada teman, tidak ada pekerjaan, dsb). (KBBI, 2008: 911). Kata harapan lengang menandakan bahwa harapan atau keinginan si aku thanyalah sebuah kesia-siaan, kehampaan, sunyi yang menadakan tidak seorang pun yang mempedulikan keinginan si aku. b.
Analisis Hermeneutik Puisi Daun dan Air Mata karya Ary Andreas Toelle ini menggambarka
kesedihan Ary yang begitu dalam. Daun yang berguguran melambangkan air mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ary yang menetes dari matanya. Kesedihan penyair semakin dalam karena tidak DGD RUDQJ \DQJ PHPSHGXOLNDQ GLD ´'DXQ-daun kering itu takkan berhenti EHUMDWXKDQ´ PHODPEDQJNDQ NHVHGLKDQ VDQJ SHQ\DLU WDNNDQ EHUKHQWL SXOD Kesedihan penyair tidak juga berakhir, namun masih tidak ada yang peduli. ´3RKRQ WXPEDQJ´ PHODPEDQJNDQ NHSXWXDVDDQ SHQ\DLU +DUDSDQQ\D VXGDK tumbang sama seperti pohon yang tumbang dan daunnya berguguran. Gugur daun-daun kering Bagai mataku yang menetes Satu per Satu : siapakah yang kan peduli %DLWGLDWDVWHUGDSDWNDOLPDW´JXJXUGDXQ-GDXQNHULQJ´VHFDUDOXJDVSHQ\DLU telah mengibaratkan kesedihannya seperti daun kering yang gugur. Daun kering apabila gugur dan berada di tanah tentu bagi orang lain dianggap sampah yang mengotori halaman, sampah tentu tidk ada yang mempedulikan. Sampah bahkan diinjak-injak.. Seperti itulah perasaan yang dirasakan si aku. Dia merasa diacuhkan, tidak dipedulikan padahal si aku sedang bersedih. Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan Dan air mataku takkan berhenti meratapi : siapakah yang kan peduli Andai pohon itu jadi tumbang? andai harapanku jadi lengang? Kunci makna bait terakhir di atas terdapat pada baris pertama dan kedua, berikut, Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan Dan air mataku takkan berhenti meratapi Kesedihan si aku seperti daun kering yang berjatuhan di tiup angin. Merlambangkan kalau kesedihannya tidak akan berhenti, terus seperti daun yang gugur di musim kemarau. Air mata melambangkan tangis yang tidak akan berhenti pula. Si aku membayangkan apabila pohon dari daun yang berguguran tadi tumpabang, maka kesdihan si aku bukan menjadi hilang, melainkan semakin hancur hari si aku. Harapannya jadi sia-sia dan tak ada yang mempedulikan keinginannya, tidak ada seorang pun yang memahami dia. Pernyataan tersebut peneliti dasarkan pada kutipan dua baris terakhir di bawah ini: Andai pohon itu jadi tumbang?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
andai harapanku jadi lengang? 19.
Menyesal karya Ali Hasjimi Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta Oh, apa guna ku sesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang bakti. Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 72-73)
a.
Analisis Heuristik
12.
´3DJLNXKLODQJVXGDKPHOD\DQJ´ Maksud kutipan baris nomor satu adalah si aku sudah kehilangan paginya. 3DJLKDULQ\DVXGDKKLODQJPHOD\DQJ3DJLPHQJDFXSDGDPDNQD´EDgian awal dari hari antara dini hari dan siang hari, waktu setelah matahari terbit hingga PHQMHODQJVLDQJKDUL´.%%, %HUDUWLVLDNXVXGDKVDPSDLSDGD EDJLDQGDULDNKLUKDWL\DLWXSHWDQJ´+LODQJPHOD\DQJ´DUWLQ\DSDJLLWXsudah tidak dapat dicari dan dikembalikan lagi. Si aku tidak bisa kemabli kepada pagi.
13.
´+DULPXGDNXVXGDKSHUJL´ ´3HUJL´ PHQJDFX SDGD PDNQD ´EHUMDODQ EHUJHUDN PDMX meninggalkan (suatu tempat), EHUDQJNDW´.%%, 0DNVXGQ\DKDULPXGDPLOLN si aku sudah meninggalkannya, berarti si aku sudah menemui hari tua.
14.
´6HNDUDQJSHWDQJGDWDQJPHPED\DQJ´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
.DWD ´SHWDQJ´ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD PDNQD 6RUH DWDX ZDNWX sesudah tengah hari (kira-kira dari pukul tiga sampai matahari terbenarn) (KBBI, 2008: 1173). Petang telah datang membayangi kehidupan si aku. ´PHPED\DQJ´ VHFDUD GHQRWDWLI PDNQDQ\D \DLWX ³D menutupi (melindungi) dengan bayang-bayang; b) merintangi; c) mengikuti terus jejaknya sampai GDSDWGLWDQJNDS´.%%, 'HQJDQGHPLNLDQPDNVXGEDris tersebut, yaitu sore hari telah mengnutupi pandangan si aku ketika si aku ingin melihat. ´%DWDQJXVLDNXVXGDKWLQJJL´
15.
.DWD´WLQJJL´PHQJDFXSDGDEDQ\DNPDNQDDQWDUDODLQ a) b) c) d) e) f)
jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah, panjang (badan), sudah agak jauh ke atas (matahari); luhur; mulia, yang sebelah atas (tingkatan, pangkat, derajat, mutu, dsb); sudah lanjut ( umur); banyak atau mahal (harga, nilai, dsb); sudah maju (kecerdasan, peradaban, dsb); sudah jauh pada tingkatan atas (pengetahuan, pelajaran, dsb); g) sombong (perkataan, tabiat, dsb) (KBBI, 2008: 1711) Makna yang paling tepat dengan kutipan baris puisi nomor empat di atas
DGDODK´VXGDKODQMXW´8VLDODQMXW\DQJGLPDNVXGSHQ\DLUDGDODKLVWLODK\DQJLD gunakan untuk mengungkapkan hal yang dia rasakan. Penyair ingin menyampaiakan bahwa yang dibicarakan dalam puisi ini adalah tentang penyesalan yang dating di usia tua. 16.
³$NXODODLGLKDULSDJL´ .DWD ³ODODL´ VHFDUD KDUILDK PHPLOLNL DFXDQ a) lengah; kurang hati-hati; tidak mengindahkan (kewajiban, pekerjaan, dsb), b) terlupa; tidak ingat karena asyik melakukan sesuatu (KBBI, 2008: 862). Jadi, maksud kalimat nomor lima tersebut adalah si aku tidak ingat pada pagi hari karena asyik melakukan sesuatu.
17.
³%HWDOHQJDKGLPDVDPXGD´ .DWD³EHWD´PHPLOLNLPDNQD\DQJVDPDGHQJDQ³DNX´GDQNDWD³OHQJDK´ juga memiliki makna yang sama dengan lalai. Kalimat nomor enam ini memiliki makna denotasi yang sama dengan kalimat nomor lima, yaitu si aku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak berhati-hati dan tidak mengindahkan kewajiban/pekerjaan saat dia masih berusia muda. 18.
³.LQLKLGXSPHUDFXQKDWL´ %HUGDVDUNDQNDOLPDWQRPRUWXMXKGLDWDVNDWD³PHUDFXQL´VHFDUDKDUILDK PHQJDFX SDGD PDNQD ³PHPEHUL UDFXQ VXSD\D PDWL ´ SDGD KDWLQ\D .%%, ³+DWL´ \DQJ GLPDNVXG GDODP NXWLSDQ baris tersebut secara harfiah memilki acuan-acuan sebagai berikut: a) bagian perut yang merah kehitam-hitaman warnanya, terletak di sebelah kanan perut besar, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu; b) daging dari hati sebagai bahan makanan (terutama hati dari binatang sembelihan): c) jantung: d) sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian (perasaan-perasaan dsb); e) apa yang terasa dalam batin: f) sifat (tabiat) batin manusia; g) bagian yang di dalam sekali (tt buah-buahan, batang tumbuh-tumbuhan, dsb); (KBBI, 2008: 529) Jadi, maksud dari kalimat nomor tujuh tersebut adalah hidup si aku hanya DNDQPHPEHULUDFXQSDGDKDWLQ\D³KDWL´GDSDW PHQJDFXSDGD³MDQWXQJ´GDSDW SXODEHUDUWL³VHVXDWX\DQJDGDGLGDODPWXEXKPDQXVLD\DQJGLDQJJDSVHEDJDL tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian (perasaan-SHUDVDDQ ³DWDXEDKNDQ³EDJLDQSHUXW\DQJPHUDKNHKLWDP-hitaman warnanya, terletak di sebelah kanan perut besar, gunanya untuk mengambil sari-VDULPDNDQDQGLGDODPGDUDKGDQPHQJKDVLONDQHPSHGX´
19.
´0LVNLQLOPXPLVNLQKDUWD´ 6LDNXPHUDVDVDDWLQLGLDPLVNLQLOPXGDQKDUWD.DWD´PLVNLQ´PHPLOLNL DFXDQ ´WLGDN SXQ\D DSa-DSD PHODUDW´ NDWD ´LOPX´ PHPLOLNL DFXDQ pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejalagejala tertentu dl bidang (pengetahuan) itu (dalam KBBI, 2008: 574). .HPXGLDQNDWD´KDUWD´PHPLOLNLPDNQDKDUILDKVHEDJDLEDUDQJ-barang (uang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dsb) yang menjadi kekayaan; barang-barang milik seseorang;(KBBI, 2008: 527) Berdasarkan acuan-acuan di atas, kalimat nomor delapan di atas, secara harfiah memiliki makna bahwa si aku tidak mempunyai pengetahuan apapun dan tidak mempunyai barang kekayaan apapun. 20.
´0HQ\HVDOWXDWLDGDEHUJXQD´ .DWD ´PHQ\HVDO´ SDGD NDOLPDW QRPRU VHPELODQ GL DWDV PHQJDFX SDGD PDNQD ³PHUDVD WLGDN VHQDQJ DWDX WLGDN EDKDJLD VXVDK NHFHZD GVE karena WHODK PHODNXNDQ VHVXDWX \DQJ NXUDQJ EDLN GRVD NHVDODKDQ GVE ´ .%%, 2008: 1435). Si aku merasa penyesalan saat usianya sudah tua tidak ada gunanya.
21.
´+DQ\DPHQDPEDKOXNDVXNPD´ Si aku merasa kalau perasaan tidak senang atau tidak bahagia (susah, kecewa, dsb) karena (telah melakukan) sesuatu yang kurang baik hanya akan PHQDPEDK OXND GL KDWLQ\D .DWD ³VXNPD´ PHPLOLNL PDNQD ³MLZD´ GDQ ³Q\DZD´
22.
´.HSDGD\DQJPXGDNXKDUDSNDQ´
23.
³$WXUEDULVDQGLKDULSDJL´ Di baris kesebelas dan dua belas si aku menginginkan generasi muda VXSD\D VHMDN SDJL PHQJDWXU EDULVDQ ³EDULVDQ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD ³GHUHW DWDX MDMDU \DQJ PHUXSDNDQ JDULV OXUXV berbaris berderet (berjajar) GHQJDQWHUDWXU´.%%,
24.
³0HQXMXNHDUDKSDGDQJEDNWL´ KatD ´SDGDQJ´ VHFDUD KDUILDK PHPLOLNL DFXDQ WDQDK \DQJ GDWDU GDQ OXDV WLGDNGLWXPEXKLSHSRKRQDQ ODSDQJDQ.%%, GDQNDWD´EDNWL´ PHQJDFX SDGD ´WXQGXN GDQ KRUPDW setia, memperhambakan GLUL´ .%%, 2008: 122). Secara harfiah, kalimat nomor tiga blas tersebut, si aku berharap para generasi muda berjajar dengan teratur untuk berjalan ke tanah yang luas atau lapangan dengan niat untuk setia dan memperhambakan diri pada tanah yang luas itu.
b.
Analisis Hermeneutik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Puisi berjudul Menyesal karya Ali Hasyimi tersebut merupakan puisi yang berisi pelajaran yang berharga bagi generasi muda. Puisi tentang penyesalan yang WHUODPEDW 3HQ\DLU PHQ\HEXWNDQ ´SDJLNX KLODQJ VXGDK PHOD\DQJ´ NDWD ´SDJL´ PHQ\LUDWNDQPDNQDNDODXXVLDVLDNXPDVLKPXGD´SDJL´MXga dapat berarti masa GLPDQDPDVLKEDQ\DNNHVHPSDWDQGDQEHUNDU\D.DWD´SHWDQJ´SDGDEDULVNHWLJD memiliki makna kalau usia si aku sekarang sudah tua, sudah tidak mempunyai NHVHPSDWDQ XQWXN EHNHUMD NDUHQD XVLDQ\D VXGDK ´WLQJJL´ .DWD ´WLQJJL´ EHUDUWL sudah lanjut usia. Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta Kutipan bait kedua di atas, menyiratkan bahwa si aku telah lalai atau menyianyiakan kesempatan yang ada saat dia masih muda. Dia hidup berfoya-foya, tidak bekerja, tidak menuntut ilmu. Dan saat usianya sudah tua, dia tidak punya apa pun. Dia tidak punya pengetahuan apa pun sehingga dia tidak bisa bekerja. Akibatnya, dia hidup miskin, tidak mempunyai harta benda apapun, dan kemiskinannya itu kini menyiksa batinnya. ... Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma Kutipan bait ketiga di atas, menyiratkan bahwa penyesalan di usia tua tidak ada gunanya. Semua sudah terlambat. Penyesalan hanya akan menambah luka di hati. Penyesalan justru akan makin membuat kita terpuruk. Lebih baik memperbaiki hal yang masih bisa diperbaiki sebelum ajal menjemput. Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang bakti. Bait terakhir di atas, si aku mengharapkan generasi muda supaya tidak menyia-nyiakan masa mudanya untuk bersenang-senang. Generasi muda KHQGDNQ\D ´PHQDWD EDULVDQ´ VDDW PDVLK PXGD ´PHQDWD EDULVDQ´ PHQ\LUDWNDQ supaya generasi muda mempersiapkan dan menata masa depan dengan baik, menuntut ilmu, bekerja keras, dan mengambil semua kesempatan agar dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PHUDLK ´SDGDQJ EDNWL´ DWDX PDVD GHSDQ \DQJ FHUDK GDQ SHQXK NHEDKDJLDDQ GDQ pengabdian pada Tuhan. 20.
Perkabungan di Laut Timor karya Hamdy Salad Burung-burung berkalung hampa Melipat bendera di laut Timor Anyir ombak berkejaran sepanjang musim Merangkai buih dalam perkabungan Ikan-ikan menggelembungkan rasa perih Mendorong bangkai ke tepi pantai Lambang sengketa dan pertikaian Kapal-kapal berlayar dalam gelap Menebar dusta para perampok Badai dan topan saling bertandang Ke empat penjuru darah langit membeku Mengurung duka di relung cakrawala Orang-orang putih bertubuh kaku Menabuh genderang di pelabuhan waktu Membangun barak dan kemah persekutuan Memperanakkan tahta dunia sebagai hantu Segunduk pulau telah tenggelam Diremuk gelombang angin samudra Kain kafan beterbangan di udara fana Meninggalkan masa lampau dan kematian Dalam perang: Matahari mengambang! Rajah negeri terbakar amunisi Mengarak kesilsilahan ke rebing oerbatasan Dikutip dari Gelas Esai dan Ombak Sajak Anno dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 73-74).
a.
Analisis Heuristik 1)
´%XUXQJ-EXUXQJEHUNDOXQJKDPSD´
2)
´0HOLSDWEHQGHUDGLODXW7LPRU´ .DWD ´EXUXQJ´ SDGD EDULV SHUWDPD VHFDUD OHNVLNDO PHQJDFX SDGD D
binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang, b) untuk menyebut jenis unggas (yang biasanya bisa terbang) (KBBI, 2008: 241). Penyair mengatakan kalau burung-burung itu di lehernya berkalung KDPSD .DWD ´NDOXQJ´ PHQJDFX SDGD ³EDUDQJ \DQJ berupa lingkaran atau rantai terbuat dari emas, perak, dan lain-lain yang dilingkarkan pada leher
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VHEDJDL KLDVDQ´ .%%, .DWD ³KDPSD´ PHPLOLNL DFXDQ ³WLGDN berisi; kosong, tidak bergairah; sepi, sia-VLDWLGDNDGDKDVLOQ\D´.%%, 520). 'HQJDQ GHPLNLDQ PDNVXG EDULV SHUWDPD ´%XUXQJ-burung berkalung KDPSD´\DLWXDGDEHEHUDSDELQDWDQJEHUNDNLGXDEHUVD\DSGDQELVDWHUEDQJ di lehernya menggantung sebuah hiasan yang disebut kesia-siaan. ´0HOLSDWEHQGHUDGLODXW7LPRU´ Baris ke dua di atas, penyair menyampaiakan bahwa burung-burung tadi melipat bendera di laut Timor, laut di perairan bagian timur Indonesia, yaitu ODXW \DQJ PHQJHOLOLQJL SXODX 7LPRU .DWD ´PHOLSDW´ PHQJDFX SDGD PDNQDmakna berikut: a) b) c) d) e) f)
melepit menjadi rangkap; membekuk, meringkus, atau menggulung (perampok, penjahat, dsb.); menggelapkan (uang dsb.); menjual barang untuk makan; tidak mematuhi; menyikat habis (makanan) (KBBI, 2008: 936). .DWD ³EHQGHUD´ PHPLOLNL DFXDQ ³VHSRWRQJ NDLQ \DQJ EHUEHQWXN VHJL
empat atau segitiga, biasanya diikatkan pada tiang, dipergunakan sebagai lambang negara, perkumpulan, atau tanda; panji-SDQML´ .%%, Dengan demikian, secara harfiah, makna baris pertama dan kedua, yaitu burung-burung yang di lehernya menggantung kesia-siaan, sedang melipat bendera yang menjadi lambang suatu negara. 3)
´$Q\LURPEDNEHUNHMDUDQVHSDQMDQJPXVLP´
4)
´0HUDQJNDLEXLKGDODPSHUNDEXQJDQ´ Baris ketiga dan keempat di atas secara harfiah memiliki makna bahwa
ombak yang ada di laut timur baunya anyir. Ombak-umbak itu saling EHUNHMDUDQ VHODPD PXVLP NHPDUDX GDQ PXVLP KXMDQ .DWD ´DQ\LU´ PHPLOLNL acuan berbau amis seperti ikan atau darah. Ombak yang berkejaran tadi, maksudnya ombak menggulung dan menyusun buih dalam perkabungan. Kata ´SHUNDEXQJDQ´ VHFDUD Oeksikal memiliki arti pakaian (kabung dsb) yang dipakai dalam berkabung, atau dalam keadaan berkabung (berduka cita) (KBBI, 2008: 652). 5)
´,NDQ-LNDQPHQJJHOHPEXQJNDQUDVDSHULK´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ikan-ikan di laut Timor, menggelembungkan rasa perih, maksudnya, ikanikan itu membuat gelembung yang berisi rasa perih, sakit, dan sedih. Kata ´JHOHPEXQJ´PHQJDFXSDGDPDNQD´EHQWXNEROD-bola yang berisi udara; bolaEROD DLU DLU VDEXQ EXLK GVE \DQJ EHULVL XGDUD´ .%%, 3DGD baris kelima tersebut, isi bola-bola udara itu adalah rasa sakit, bukan udara. 6)
´0HQGRURQJEDQJNDLNHWHSLSDQWDL´
7)
´/DPEDQJVHQJNHWDGDQSHUWLNDLDQ´ Ikan-ikan yang membuat gelembung yang berisi rasa sakit tadi
mendorong bangkai-EDQJNDL NH WHSL SDQWDL .DWD ´EDQJNDL´ VHFDUD OHNVLNDO mePLOLNL DUWL ³WXEXK \DQJ VXGDK PDWL ELDVDQ\D XQWXN ELQDWDQJ ´ .%%, 2008: 130). Bangkai yang dimaksud pada baris keenam tentu saja bukan bangkai binatang, melainkan bangkai manusia. Bait ketujuhlah yang menandakan kalau bangkai yang dimaksud adalah bangkai manusia. Bangkaibangkai manusia itu adalah korban dari sengketa dan perang di laut Timor. 8)
´.DSDO-NDSDOEHUOD\DUGDODPJHODS´
9)
³0HQHEDUGXVWDSDUDSHUDPSRN´ Kapal-kapal, meskipun langit dalam keadaan gelap (malam) tetap berlayar
sebab kapal-kapal itu adalah kapal-kapal milik perampok. Perampok adalah ´NDZDQDQ SHQMDKDW \DQJ PHUDPSDV KDUWD GHQJDQ NHNHUDVDQ´ .%%, 1257). Kawanan penjahat itu menebar kebohongan di laut dan merampas harta EDKNDQ VDPSDL PHPEXQXK NRUEDQQ\D .DWD ´GXVWD´ PHPLOLNL PDNna kebohongan. Secara harfiah kapal-kapal tadi menyebarkan kebohongan para perampok. 10) ´%DGDLGDQWRSDQVDOLQJEHUWDQGDQJ´ 11) ´.HHPSDWSHQMXUXDUDKODQJLWPHPEHNX´ 12) ´0HQJXUXQJGXNDGLUHOXQJFDNUDZDOD³ Badai dan topan mengacu pada bencana alam yang sering terjadi di laut. .DWD ´EDGDL´ PHPLOLNL DFXDQ ´angin kencang yang menyertai cuaca buruk (yang datang dengan tiba-WLED WRSDQ´ .%%, .DWD ´WRSDQ´ PHPLOLNL DFXDQ \DQJ VDPD GHQJDQ ´EDGDL´ \DLWX ´VLNORQ WURSLV \DQJ berkecepatan sangat tinggi; aQJLQULEXWEDGDL´.%%,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Badai dan topan tadi bertandang ke empat penjuru arah langit yang PHPEHNX .DWD ´EHUWDQGDQJ´ PHQJDFX SDGD ´EHUWDPX NH NHSDGD GL berkunjung (untuk bercakap-FDNDS VLQJJDK GL VXDW WHPSDW´ GDODP .%%, 2008: 1617). Artinya badai dan topan tadi berkunjung ke empat arah langit, \DLWXXWDUDVHODWDQEDUDWGDQWLPXU´ODQJLWPHPEHNX´PHQJDFXSDGDODQJLW \DQJ EHNX PHQJHUDV GDQ GLQJLQ VHSHUWL HV ´PHQXUXQJ GXND GL UHOXQJ FDNUDZDOD´PDNVXGQ\DODQJLW\DQJNHUDVGDn dingin tadi mengurung duka di lengkung langit. Langit tadi mengurung dukanya sehingga membeku seperti es. 13) ´2UDQJ-RUDQJSXWLKEHUWXEXKNDNX´ ³2UDQJ-RUDQJSXWLKEHUWXEXKNDNX³VHFDUDOHNVLNDOPHPLOLNLDFXDQRUDQJ yang memiliki kulit putih dan badannya keras dan liat. 14) ³0HQDEXKJHQGHUDQJGLSHODEXKDQZDNWX³ Orang-orang yang berkulit putih tadi menabuh alat musik yang bernama genderang di sebuah tempat yang biasa digunakan kapal untuk merapat. Kata ³SHODEXKDQZDNWX³PHPLOLNLDUWLEDKZDJHQGHUDQJ itu ditabuh saat pergantian waktu antara siang dan malam, yaitu senja. 15) ³0HPEDQJXQEDUDNGDQNHPDKSHUVHNXWXDQ³ Kata barak mengacu pada sebuah atau sekumpulan gedung tempat tentara; asrama polisi (tentara);dapat pula mengacu pada bangsal khusus tempat merawat orang sakit (menuIar). Barak juga memiliki acuan bangunan yang EHUVLIDWVHPHQWDUDEDJLSHNHUMD.%%,.DWD³NHPDK³VHFDUDOXJDV memiliki makna tempat tinggal darurat yang menyerupai rumah sederhana dengan kerangka besi, tali, atau kayu yang ditutup kain kasar dan tebal, terpal yang didirikan langsung di atas tanah; kemah juga dapat mengacu pada istilah tenda;(KBBI, 2008: 723). .XWLSDQ NDWD ³SHUVHNXWXDQ³ PHPLOLNL DFXDQ SHUVDWXDQ SHUKLPSXQDQ ikatan (orang-orang yang sama kepentingannya); istilah persekutuan dalam bidang ekonomi mengacu perseroan dagang; kongsi; maskapai; kemudian di bidang kenegaraan persekutuan memeiliki acuan 3 perserikatan (negaraQHJDUD .%%, 'HQJDQ GHPLNLDQ PDNQD ³PHPEDQJXQ EDUDN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan kemah pHUVHNXWXDQ³ VHFDUD OXJDV DGDODK EDKZD RUDQJ-orang yang memiliki kulit putih dan bertubuh kaku tadi juga membangun bangunan sementara untuk perkumpulan yang mereka dirikan. 16) ³0HPSHUDQDNNDQWDKWDGXQLDVHEDJDLKDQWX´ Kata memperanakkan secara lugas mengacu pada melahirkan (anak) dapat pula mengacu pada makna menganggap sebagai anak,, kalau di bidang perbankan istilah mempernakkan memiliki makna membungakan uang (KBBI, 2008: 58). Orang-orang kulit putih tadi memperanakkan tahta dunia, LVWLODK´WDKWDGXQLD´VHFDUDOHNVLNDOPHPLOLNLPDNQDWHPSDWGXGXNUDMDGDSDW pula mengacu pada istilah kedudukan, jabatan di dunia. Orang-orang kulit putih tadi menganggao tahta dunia sebagai peranakan hantu. Kata hantu secara harfuah memiliki makna roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu. Dengan demuikian, baris enam belas secara harfiah berati orangorang bertub uh putih tadi menganggap kedudukan dunia seperti roh jahat yang akan melukai manusia lain. 17) ³6HJXQGXNSXODXWHODKWHQJJHODP´ Kata segunduk pulau pada baris tujuh belas secara harfiah mengacu pada satu gumpalan kecil tanah sebuah pulau, dan satu gumpalan tanah dari sebuah pulau itu telah tenggelam di dalam laut. 18) ´'LUHPXNJHORPEDQJDQJLQVDPXGUD´ Ada kata diremuk pada baris delapan belas. Kata yang diremuk adalah gundukan tanah dari pulau yang tenggelam tadi. Gelombang angin samudra tadi yang meremukkan gundukan pulau yang disebut pada baris nomor tujuh belas. 19) ´.DLQNDIDQEHWHUEDQJDQGLXGDUDIDQD´ Pada baris sembilasn belas, pHQ\DLU PHQ\HEXWNDQ ´NDLQ NDIDQ´ \DQJ secara harfiah mengacu pada kain pembungkus mayat. Digambarkan kain tadi beterbangan di udara fana. Kata beterbangan secara leksikal memiliki acuan terbang ke mana-PDQD EDQ\DN \DQJ WHUEDQJ ´.DLQ NDIDQ´ GDSDW SXOD mengacu pada berhamburan atau melayang-layang di udara. (KBBI, 2008: .DWD ´IDQD´ VHFDUD KDUILDK PHQJDFX SDGD PDNQD GDSDW UXVDN WLGDN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekal. Kesimpulannya, kain pembungkus mayat tadi beterbangan di udara yang tidak kekal. 20) ´0HQLQJJDONDQPDVDODPSDX GDQNHPDWLDQ´ Pada baris nomor dua puluh, penyair melanjutkan syairnya, bahwa kain kafan tadi beterbangan di udara yang tidak kekal lalu meninggalkan waktu yang telah berlalu dan kematian. 21) ´'DODPSHUDQJ0DWDKDULPHQJDPEDQJ´ Saat perang terjadi, cahaya matahari mengambang di langit. Kata ´PDWDKDUL´ PHPLOLNL DFXDQ EHQGD ODQJLW \DQJ EHUVLQDU FDKD\DQ\D SDQDV Matahari adalah bintang terbesar di tata surya dan merupakan pusat galaksi bimasakti. Lalu matahari itu mengambang, kata mengambang memiliki acuan bahwa matahari itu mengapung, melayang-layang tidak jelas arahnya. 22) ´5DMDKQHJHULWHUEDNDUDPXQLVL´ .DWD ´UDMDK´ PHPLOLNL DFXDQ suratan (gambaran, tanda-tanda, dsb.) yang dipakai sebagai azimat (penolakan penyakit dsb.); retak tangan (garis-garis SDGDWDSDNWDQJDQ VXUDWDQWDQJDQ´5DMDK´GDSDWSXODPHQJDFXSDGDFRUHQJcoreng (cacahan) pada tubuh yang dibuat dengan barang tajam/ tato (KBBI, 2008: 1251). Matahari yang mengambang tadi merajah sebuah negeri sehingga negeri tersebut terbakaU DPXQLVL .DWD ´DPXQLVL´ VHFDUD KDUILDK memiliki acuan segala pengisi senjata api (seperti mesiu atau peluru); amunisi dapat pula mengacu pada
segala alat peledak yang ditembakkan kepada
musuh (seperti bom, granat dan roket) (KBBI, 2008: 55). Dengan demikian, negara tersebut diserang oleh peluru dan bom-bom yng menghancurkan negara tersebut. 23) ´0HQJDUDNNHVLOVLODKDQNHWHELQJSHUEDWDVDQ´ Kata kunci pada baris dua puluh tiga ini adalah kesilsilahan yang secara harfiah mengacu pada asal-usul suatu keluarga berupa bagan dan susur galur (keturunan), bagan silsilah keluaga tersebut diarak ke tebing perbatasan. Tebing mengacu pada tepi sungai (jurang) yang tinggi dan terjal. Jadi, maksudnya, bagan silsilah keluarga itu akan dibawa ke jurang sehingga bisa hilang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Analisis Hermeneutik Analisis hermeneutik atau pemaknaan secara utuh bait pertama, yaitu telah
terjadi perikaian atau peperangan di laut Timor. Burung-burung berkalung hampa melambangkan pesawat-pesawat tempur yang digunakan untuk berperang. Pesawat-pesawat temput tersebut sia-sia saja mempertahankan NKRI. Puisi ini berlatar belakang pemberontakan Timor-Timor yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Jadi pesawat-pesawat tempur yang berkalung hampa itu melambangkan kesia-siaan yang diciptakan karena banyak korban tewas dalam pertikaian di laut Timor. Ombak yang anyir menandakan kalau di laut Timor telah tercemar darah para korban tewas. Mayat-mayat mereka banyak yang mengapung di laut karena perang itu terjadi di laut. Buih air laut yang membentuk ombak mengantarkan kapat-kapal dari pantai kelaut untuk mengambil mayat-mayat yang mengambang di laut. Ikan-ikan yang menggelembungkan rasa perih adalah simbol kapal-kapal perang yang sedang mengangkut mayat-mayat korban perang tadi menuju pantai. Kapal-kapal yang berlayar dalam gelap melambangkan bahwa kapal-kapal tersebut berlayar di laut Timor dengan tujuan jahat. Pernyataan peneliti tersebut MXJD GLGDVDUNDQ SDGD EXQ\L EDULV EHULNX\Q\D \DLWX ´PHQHEDU GXVWD SDUD SHUDPSRN´-DGLNDSDO-kapal yang berlayar di laut Timor itu memiliki misi jahat, yaitu memecah belah NKRI. Bait kedua ini berhubungan dengan bait pertama. Selanjutnya, badai dan topan yang melanda empat penjuru arah langit, melambangkan serangan kapal-kapal itu ada di seluruh laut Timor. Kalimat mengurung duka di relung cakrawala melambangkan keduakaan karena peperangan yang terjadi di laut Timor. Langit jadi gelap karena asap-asap hitam yang ditimbulkan ledakan amunisi dan bom-bom yang diledakkan. Orang-orang bertubuh putih dan kaku melambangkan bangsa lain yang menjajah NKRI. Mereka menabuh genderang, artinya mereka mengajak untuk berperang. Di pintu waktu melambangkan bahwa perang sudah di depan mata bangsa Indonesia tidak dapat menghindar. Para penjajah tadi membangun markas SHUWDKDQDQ PHUHND GL SLQJJLU SDQWDL .DOLPDW ´0HPSHUDQDNNDQ WDKWD GXQLD VHEDJDL KDQWX´ PHODPEDQJNDQ NHNXDWDQ PHUHND WLDGD WDQGLQJ GL GXQLD LQL .DWD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
´KDQWX´ DGDODK URK MDKDW PDND NHNXDWDQ GDQ NHNXDVDQ SDUD SHQMDMDK WDGL DNDQ mengahntui dan menteror kedamaian dan ketentraman masyarakat kepulauan Timor. Bait ketiga secara keseluruhan menggambarkan bahwa kekuasaan dan teror yang disebar para penjajah telah menghancurkan propinsi Timor-Timor. Kalimat \DQJEHUEXQ\L´6HJXQGXNSXODXWHODKWHQJJHODP´PHQ\Lmbolkan bahwa sebagian besar daerah Timor-Timor telah dikuasai para penjajah yang menginginkan SHUSHFDKDQ 1.5, .HPXGLDQ NDOLPDW ´GLUHPXN JHORPEDQJ DQJLQ VDPXGUD´ melambangkan bahwa propinsi Timor-Timor telah diserang gelombang samudra yang melambangkan pertikaian yang luar biasa sampai mampu memisahkan Timor-7LPRU GDUL 1.5, .DOLPDW ´NDLQ NDIDQ EHWHUEDQJDQ GL XGDUD IDQD´ melambangkan kalau akibat pertikaian itu banyak korban tewas yang mayatnya berserakan di mana-mana, udara fana melambangkan bahwa provinsi TimorTimor sudah hancur dan mayat-mayat yang berserakan tadi telah meninggalkan tanah air mereka, yaitu Timor-Timor dalam keadaan masih terjadi perang. Matahari mengambang melambangkan perang itu terjadi saat siang hari sebab saat siang hari, matahari seolah-olah mengambang di langit dan memantul di air laut. Perang dan orang-orang berkulit putih yang menjajah tanah Timor-Timor tadi merajah negeri yang terbakar amunisi, maksudnya provinsi Timor-Timor telah digempur bom-bom dan tembakan-tembakan yang menghancurkan semua. Tidak hanya bangunan gedung-gedung saja yang hancur, tetapi juga tatanan pemerintahan dan sosial masyarakat Timor-Timor. Pernyataan bahwa tatanan pemerintahan dan sosial masyarakat Timor-Timor telah hancur adalah baris terakhir yanJ EHUEXQ\L ´ 0HQJDUDN NHVLOVLODKDQ NH WHELQJ SHUEDWDVDQ´ -DMDN pendapat di pulau Timor menyebabkan luka di hati para penduduk sipil sekaligus luka lahir yang diderita seumur hidup. 21.
Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars Mattola Dua rangkai bunga krisan terbuai-buai Ditiup angin semilir, pagi-pagi sejuk. Keduanya merasa terganggu ketika Serombongan kaki-kaki manusia satu-satu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lewat amat dekat menepis-nepis Batu-batu gunung yang besar-besar Menimpa mereka dengan tajamnya, selalu ´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa Manusia-manusia itu banyak-banyak yang Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sedikit Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ Muda-muda yang berputik Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan. ´PHUHNDWSHPDQMDW-pemanjat gunung, Ingin dipuja-SXLMLGDQ´WLED-tiba Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan Menderam-deram tiba-tiba, dan Mengalir-alirkan air-airnya dan Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap Lelawa beterbangan, hari telah sore. Terdengar hiruk pikuk suara Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan menutup telinga tidak tega mendengar mereka membantu yang jatuh. ´NDXGHQJDUODKVDWXODJLWHUSHURVRN´ Ujar krisan tua. Krisan berputik Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya Kelam, seperti hari yang menyungkup. Tampak air mata duka mengalir di Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun Berangkat setia. Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 87). a.
Analisis Heuristik 1) 2)
´'XDUDQJNDLEXQJDNULVDQWHUEXDL-EXDL´ ´'LWLXSDQJLQVHPLOLUSDJL-SDJLVHMXN´ Maksud dua rangkai bunga krisan secara harfiah, yaitu ada dua rangkai
bunga krisan, satu rangkai bunga krisan terdiri dari beberapa tangkai bunga yang diikat menjadi satu. Dua rangkai bunga krisan itu terbuai-buai, atau berayun-ayun karena dihembus angin yang mengalun lembut saat pagi hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sejuk. Pagi yang sejuk artinya matahari belum bersinar begitu terik, antara pukul 06.00 sampai pukul 07.00. 3)
´.HGXDQ\DPHUDVDWHUJDQJJXNHWLND´
4)
´6HURPERQJDQNDNL-kaki manusia satu-VDWX´
5)
Lewat amat dekat menepis-nepis Dua rangkai bunga krisan itu merasa risih dan terusik saat serombongan
kaki-kaki
manusia
satu-satu
lewat
amat
dekat
dan
menepis-nepis.
Serombongan kaki-kaki manusia melambangkan bahwa ada sekelompok manusia yang berjalan ke arah bunga-bunga krisan itu. Segerombolan manusia itu mendekati bunga-bunga krisan dan menebas-nebasnya. 6)
´%DWX-batu gunung yang besar-EHVDU´
7)
´0HQLPSDPHUUHNDGHQJDQWDMDPQ\DVHODOX´ Batu-batu gunung yang berukuran besar menimpa segerombolan manusia
tadi, kata tajam melambangkan kalau batu-batu besar yang menimpa manusiamanusia tadi, jatuh dan melukai mereka. Batu adalah simbol kesulitan atau musibah ayng akan menimpa manusaia dalam hidupnya. 8) 9) 10) 11) 12) 13)
´GLSLNLU-pikir tak habis-habis, kenapa Manusia-manusia itu banyak-banyak yang Ingin ke atas. Padahal tidak sedikit-sediki Yang jatuh-MDWXK´XMDUNULVDQ\DQJ Muda-muda yang berputik Cerlang-cemerlang dengan pelan-pelan. Dua rangkai bunga krisan tadi maksudnya ada dua jenis krisan, yaitu
NULVDQ PXGD GDQ NULVDQ WXD %DULV \DQJ EHUEXQ\L ´XMDU NULVDQ \DQJ 0XGDmuda yang berputik cerlang-cemerlang dengan pelan-SHODQ´ menandakan Krisan-krisan muda saling berbisik membicarakan manusia yang mendatangi mereka tadi dan menebas-nebas mereka. Mereka membicarakan para pemanjat yang tidak pernah jera naik gunung, padahal banyak yang jatuh ke jurang. Berputik cerlang-cemerlang
melambangkan kalau krisan muda itu masih
punya masa depan yang cerah, putik melambangkan kalau krisan-krisan tadi akan berbunga lebih banyak lagi dan menghasilkan keturunan yang banyak. 14) ´´PHUHNDWSHPDQMDW-pemanjat gunung, 15) Ingin dipuja-SXLMLGDQ´ WLba-tiba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16) Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan 17) Menderam-deram tiba-WLEDGDQ´ Lalu terjadi pembicaraan krisan-krisan muda tadi di dengar oleh para krisan tua. Krisan-krisan tua mengatakan kalau para pemanjat gunung itu tetap ingin memanjat karena bagi seorang pemanjat gunung, dapat sampai ke puncak gunung adalah suatu kebanggan. Para pemanjat gunung biasanya ingin dipuji karena keberaniannya mendaki gunung. Lalu karena hujan turun menderam-deram melambangkan kalau hujan turun sangat deras 18) ´0HQJDOLr-alirkan air-airnya dan 19) Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan 20) Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-VHQ\DS´ Hujan yang deras tadi mengalirkan air yang deras pula. Aliran air tadi menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan tua maksudnya, air hujan yang menghujani krisan tua membuat krisan-krisan tua terseret derasnya air dan mereka jadi berhenti bicara karena kata-kata mereka.mereka ikut hanyut bersama air yang menerjang mereka. Lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap adalah lambang bahwa baik krisan-krisan muda maupun krisan-krisan tua tidak berdaya ketika hujan menerjang mereka dan menyeret semua kata-kata yang mereka ucapkan tadi. Semua menjadi diam. 21)
´/HODZDEHWHUEDQJDQKDULWHODKVRUH´ Lelawa yang beterbangan melambangkan kalau hari sudah mulai malam,
yaitu saat matahari mulai terbenam. 22) 23) 24) 25) 26) 27) 28) 29) 30) 31) 32) 33) 34)
Terdengar hiruk pikuk suara Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan menutup telinga tidak tega mendengar mereka membantu yang jatuh. ´NDXGHQJDUODKVDWXODJXWHUSHURVRN´ Ujar krisan tua. Krisan berputik Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya Kelam, seperti hari yang menyungkup. Tampak air mata duka mengalir di Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun Berangkat setia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bait terakhir ini secara harfiah menggambarkan kalau saat petang datang, para pemanjat ada yang terperosok ke jurang. Krisan-krisan muda dan krisan tua yang mendengar teriakan-teriakan para pemanjat itu tidak tega. Krisankrisan itu sangat sedih mendengar jeritan-jeritan para pemanjat yang terjatuh ke jurang itu. %DULV\DQJEHUEXQ\L´WDPSDNDLUPDWDGXNDPHQJDOLUGLZDMDKQ\D´DGDODK lambang kedukaan yang dialami oleh krisan muda dan krisan tua. Lelawa atau kelelawar yang terbang juga memberitahukan pada seluruh penghuni gunung bahwa para pemanjat ada yang terperosok ke jurang. Pada baris ini juga digambarkan kalau pemanjat itu memiliki jiwa setia kawan dan penolong yang tinggi. Dibuktikan pada baris berikut. Terdengar hiruk pikuk suara Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX DQELOWDOLGLVDQD´ Para pemanjat sibuk menyelamatkan teman-teman mereka yang terperosok NH MXUDQJ GDQ NDOLPDW ´DPELO WDOL GL VDQD´ PHODPEDQJNDQ EDKZD SDUD pemanjat itu sebenarnya sudah berhati-hati dan mempersiapkan peralatan yang lengkap ketika mendaki, namun kondisi alam yang terjal dan hari sudah hampir petang membuat pandangan mereka terbatas. Baris terakhir yang EHUEXQ\L´GDQVHQMDSXQEHUDQJNDWVHWLD´PDNVXGQ\DDGDODKVHQMDVHODOXVHWLD menemani perjuanagn para pemanjat gunung itu sampai mereka tiba di puncak dan walau pun banyak yang terperosok ke jurang. Senja dapat pula mewakili akhir waktu yang menjemput para pemanjat untuk kembali pada dunia yang abadi. b.
Analisis Hermeneutik Secara keseluruhan makna yang tersirat pada puisi Bunga Krisan tentang
Pemanjat-pemanjat Gunung, yaitu tentang penggambaran perjuanagan para pemanjat gunung yang berjuang menakhlukkan puncak gunung. Kalau dianalisis secara hermeneutik, krisan muda dan krisan tua melambangkan para penduduk yang tinggal di daerah pegunungan. Biasanya bunga krisan banyak tumpuh di daerah dingin dan sejuk seperti pegunungan. Terjadi percakapan antara krisan muda dan krisan tua, atau simbol dari para pendiuduk daerah pegunungan. Krisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
muda adalah simbol penduduk muda dan krisan tua simbol penduduk yang berusia senja. Mereka membicarakan tentang para pemanjat gunung yang tidak pernah jera mendaki gunung walaupun telah banyak yang terperosok ke jurang. Namun, di sisi lain, puisi bunga krisan ini juga dapat menyimbolkan tentang kehidupan orang-orang yang berjuang keras untuk mencapai puncak kehidupan. Gunung merupakan simbol kehidupan yang penuh dengan jurang dan bebatuan keras. Jurang menyimbolkan bahwa di hidup ini banyak hal-hal berbahaya yang dapat mengancam hidup kita kapan pun. Apabila kita salah melangkah dalam menjalani hidup, maka kita akan jatuh ke jurang. Jurang adalah simbol kesengsaraan, penderitaan, bahkan kematian. Bebatuan adalah simbol maslahmasalh yang akan kita hadapi dalam hidup. Apabila kita tidak berhati-hati, kita dapat tersandung batu dan jatuh ke jurang tadi. Di pegunungan juga ada hutan yang menyimbolkan misteri kehidupan. Ada bahaya namun juga ada sumber kehidupan di hutan. Kita tidak tahu ada apa di dalam hutan bila kita tidak menjelajahi hutan, begitupn misteri kehidupan, kita tidak akan tahu keunikan dan keindahan dalam hidup apabila kita takut masuk ke dalam misteri kehidupan. Dua rangkai bunga krisan adalah simbol manusia yang bijaksana. Ada krisan tua dan muda. Krisan muda yang dihiasi putik yang cerlang-cemerlang menandakan kalau krisan itu indah dan penuh kebijkasanaan yang kemduian dijadikan simbol bagi manusia yang bijaksana tadi. ´PHUHNDWSHPDQMDW-pemanjat gunung, Ingin dipuja-SXMLGDQ´tiba-tiba Ucapan krisan-krisan tua berhenti. Hujan Menderam-deram tiba-tiba, dan ... Kutipan baris di atas yang menyebutkan kalau pemanjat itu ingin dipuja-puji menandakan bahwa manusia dalam hidupnya juga ada sifat sombong, ingin dihargai semua perjuangannya. Krisan tua yang menjadi simbol orang tua yang bijaksana tidak pernah didengar kata-katanya oleh para pemanjat gunung. Mengalir-alirkan air-airnya dan Menyeret-nyeret kata-kata krisan-krisan Tua ke lembah yang tiba-tiba sunyi-senyap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kutipan baris di atas menandakan kalau ucapan bijak krisan-krisan tua tadi tidak didengar oleh para pemanjat gunung itu. Hujan yang menyeret-nyeret katakata para krisan tua itu melambangkan cobaan yang harus dihadapi para krisan tua yang selalu setia menasihati para pemanjat itu. Lembah yang sunyi senyap melambangkan kata-kata krisan tua hanyalah kata-kata yang kosong, sunyi senyap berarti di lembah itu tidak ada siapa pun dan benda apa pun. Kata-kata para krisan tua tidak ada yang didengar satu pun oleh para pemanjat gunung. 35) 36) 37) 38) 39) 40) 41) 42) 43) 44) 45) 46) 47)
Terdengar hiruk pikuk suara Pemanjat-SHPDQMDWJXQXQJ´0DQDGLDLWX DQELOWDOLGLVDQD´NULVDQ-krisan menutup telinga tidak tega mendengar mereka membantu yang jatuh. ´NDXGHQJDUODKVDWXODJLWHUSHURVRN´ Ujar krisan tua. Krisan berputik Cerlang-cemerlang tiba-tiba wajahnya Kelam, seperti hari yang menyungkup. Tampak air mata duka mengalir di Wajahnya, seperti di wajah-wajah batu-batu padas Yang diberi tahu lelawa. Dan senja pun Berangkat setia.
Kutipan bait terakhir di atas, menggambarkan kalau para pemanjat itu ada beberapa yang terperosok ke jurang, melambangkan kalau beberapa manusia terjatuh dalam suatu masalah pelik karena tidak mendengarkan nasihat para orang bijak. Wajah krisan muda yang berputik cerlang-cemerlang tiba-tiba kelam, menandakan kalau banyak anak muda yang sedih atas kejadian itu. Batu-batu padas melambangkan kerasnya hati seorang manusia. Namun ketika mendengar kabar duka, maka hati yang keras seperti batu itu pun dapat pula menangis. Kalimat dan senja pun berangkat setia melambangkan kalau para pemanjat yang jatuh terperosok ke jurang dan nyaris meninggal. Senja adalah pintu waktu antara siang dan malam. Saat siang adalah lambang kehidupan dan malam adlah simbol kematian. Dapat pula diartikan kalau para manusia yang gagah berani yang disimbolkan oleh pemanjat gunung tadi, karena salah langkah mereka terjatuh, mengalami masalah dalam hidupnya padahal belum sampai pada puncak kehidupan. Puncak yang dimaksud adalah kesejahteraan dan kenyamanan hidup yang abadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22.
digilib.uns.ac.id
Ibu karya K. H. A. Mustofa Bisri Ibu Kaulah gua teduh Tempatku bertapa bersamamu Sekian lama Kaulah kawah Dari mana aku meluncur perkasa Kaulah bumi Yang tergelar lembut bagiku Melepas lelah dan nestapa Gunung yang menjaga mimpiki Siang dan malam Mata air yang tak brenti mengalir Membasahi dahagaku Telaga tempatku bermain Berenang dan menyelam Kaulah ibu, laut dan langit Yang menjaga lurus hodizonku Kaulah ibu, mentari dan rembulan Yang mengawal perjalananku Mencari jejak sorga Di telapak kakimu (tuhan Aku bersaksi Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu Maka kasihilah ibuku Seperti Kau mengasihi Kekasih-keasih-Mu Amin) Dikutip dari Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 88).
a.
Analisis Heuristik 1)
´,EX´ Ibu adalah simbol wanita yang melahirkan kita, ibu bisa berarti kampung
halaman, ibu pun dapat berarti kasih sayang. Namun ibu dapat pula menjadi sosok antagonis ketika dia memaksakan kehendaknya pada anka-anaknya. Ibu itu sorga bagi anak-anaknya. 2)
´.DXODKJXDWHGXK´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3) 4)
digilib.uns.ac.id
´7HPSDWNXEHUWDSDEHUVDPDPX´ ´6HNLDQODPD´ Gua secara harfiah memiliki makna liang atau lubang besar pada kaki
gunung, jadi kalau ibu diibaratkan sebgai gua peneduh, artinya ibu dapat menjadi tempat kita bersembunyi atau mengasingkan diri Tempat Bertapa memiliki makna bahwa ibu adalah tempat kita merenung, mejauhkan diri dari kehidupan dunia dalam waktu yang lama. 5) 6)
´.DXODKNDZDK´ ´'DULPDQDDNXPHOXQFXUSHUNDVD´ Kawah memiliki makna kuali besar, kancah, lubang, kepundan, mulut
gunung berapi. Berarti, ibu adalah lubang tempat si aku keluar dengan gagah. Kalau dimaknai secara benar, kawah artinya adalah rahim ibu, tempat seorang bayi berada dan lalu lahir menjadi seorang manusia yang sempurna. Kawah gunung berapi kadang mengeluarkan awan panas dan lahar dingin. Jadi ibu kadang mengeluarkan amarahnya. 7) 8) 9)
´.DXODKEXPL´ ´
tempat yang paling nyaman untuk bersandar. Dikatakan dalam kutipan di atas, bahwa bumi yang tergelar lembut melambangkan bahwa ibu memiliki sifat yang lembut dan tempat yang nyaman untuk melepas lelah dan duka. 10) ´*XQXQJ\DQJPHQMDJDPLPSLNX´ 11) ´6LDQJGDQPDODP´ Ibu diibaratkan sebagai gunung. Gunung melambangkan sesuatu yang memiliki kekuatan untuk melindungi. Gunung merupakan lambang keberanian karena hanya orang-orang yang memiliki keberanian tinggi saja yang mampu menakhlukkan gunung. Gunung adalah simbol kehidupan sebab di gunung terdapat jurang yang menyimbolkan bahaya yang mengancam setiap manusia dalam menjalani hidup. Di gunung juga ada hutan lebat yang misteriu. Kita tidak akan tahu ada apa di dalam hutan itu apabila kita tidak menjelajahinya. Begitu pula misteri kehidupan, kita tidak pernah tahu misteri dan hal-hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menarik dalam hidup apabila kita tidak berani menghadapi hal yang belum terjadi. Pada kutipan baris puisi di atas, gunung dilambangkan sebagai seorang pengasuh yang selalu menjaga siang dan malam. 12) ´0DWDDLU\DQJWDNEHUKHQWLPHQJDOLU´ Mata air melambangkan cinta ksih yang tidak pernah berhenti diberikan ibu pada anak-anaknya. Mata air juga melambangkan pengabdian yang selalu abadi sampai mati. 13) ´0HPEDVDKLGDKDJDNX´ Cinta kasih seorang ibu dapat membasahi dahaga. Membasahi melambangkan menyembuhkan, dahaga melambangkan luka, Jadi membasahi dahaga artinya menyembuhkan luka, memenuhi perasaan yang membutuhkan kasih sayang. 14) ´7HODJDWHPSDWNXEHUPDLQ´ Telaga memiliki acuan genangan air yang bersunber dari berbagai aliran sungai yang membentuk kolam atau danau. Telaga juga dapat diartikan sebagai sumber air. Kaitannya dengan ibu, maka telaga adalah sumber ilmu untuk kita belajar. Namun, telaga juga dapat berati kematian sebab apabila kita tidak pandai berenang saat bermain di sana, kita bisa mati tenggelam. 15) ´%HUHQDQJGDQPHQ\HODP´ Berenang adalah simbol cara kita akrab dengan ibu yang diwakili oleh telaga dan menyelam adalah simbol cara kita memahami dalam hati sebuah telaga (ibu). 16) ´.DXODKLEXODXWGDQODQJLW´ Laut
bisa
melambangkan
kematian
ketika
kita
di
sana
kita
mempertaruhkan nyawa kita. Langit adalah simbol waktu yang membatasi semua kegiatan kita. Misalnya langit saat pagi, saatnya kita memulai hari. Langit pagi juga melambangkan kerja keras sebab saat pagi itulah geliat kaum buruh dimulai. Saat siang, langit begitu terik karena matahari, melambangkan bahwa saat itulah kita benar-benar bekerja keras. Saat langit senja adalah lambang kepuasan bagi para buruh tadi. Mereka pulang membawa hasil. Jadi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kalau ibu disimbolkan sebagai langit, maka ibu adalah pengatur semua kegiatan kita. 17) ´
(tuhan Aku bersaksi Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu Maka kasihilah ibuku Seperti Kau mengasihi Kekasih-keasih-Mu Amin) Baris ke 22 sampai 28 merupakan simbol bahwa sosok ibu adalah kekasih
Tuhan. Ibu adalah malaikat yang mengemban dan melaksanakan amanat dari Tuhan di dunia. b.
Analisis Hermeneutik Ibu Kaulah gua teduh Tempatku bertapa bersamamu Sekian lama Kata kunci yang merupakan tanda adalaha gua teduh. Gua teduh merupakan
simbol tempat yang asing namun nyaman untuk menyepi dari segala masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dunia. Orang-orang zaman dahulu banyak yang menyepi atau bertapa di gua untuk mendapatkan ketenangan hidup, mendekatkan diri pada Sang pencipta, dan menghindari dari sifat materialis. Jadi ibu adalah tempat kita untuk menenangkan diri dan mendekati Tuhan. Melupakan semua masalah duniawi. Kaulah kawah Dari mana aku meluncur perkasa Kawah, biasanya terdapat di gunung-gunung berapi. Kawah adalah mulut gunung berapi, dari situlah lahar dingin keluar dan awan panas keluar. Kalau ibu diibaratkan sebagai kawah, maka kawah itu adalah harihmnya, harim orang yang melahirkan kita. Ibu sebenarnya adalah orang yang paling menyayangi dan mencintai kita dibanding siapapun. Dia rela berbagi tubuh, makanan, dan nyaris mati demi melahirkan anak-anaknya. Kaulah bumi Yang tergelar lembut bagiku Melepas lelah dan nestapa Ibu disimbolkan sebagai bumi. Bumi adalah simbol sifat rendah hati, sifat mau menerima dan sabar walaupun kadang diperlakukan kasar. bumi kalau secara harfiah adalah tempat yang mau menerima bagaimana pun perlakuan manusia terhadapnya. Manusia mengeksploitasi, mengeruk segala yang ada di dalamnya. Namun, bumi tetap sabar dan menrima perlakuan itu. Begitulah sifat ibu, rendah hati, sabar, dan ikhlas. Sifat lembut itu juga yang membuat manusia betah berada di bumi. Begitu pun seorang anak, apabila dia sudah berada di pangkuan ibunya, maka dia akan merasa teduh, dan melupakan luka dan nestapanya. Gunung yang menjaga mimpiku Siang dan malam Gunung, menyimbolkan sesuatu yang besar dan memiliki kekuatan untuk menjaga. Gunung adalah sifat yang kuat, gunung adalah sesuatu yang mengantarkan manusia pada suatu puncak kebahagiaan. Kalau ibu disimbolkan sebagai gunung, maka ibu adalah sesuatu yang akan mengantarkan anaknya pada suatu puncak kehidupan dan akan menjaga mimpinya di siang dan malam. Siang menyimbolkan saat sang anak meninggalkan ibu untuk urusan dunia dan malam adalah saat si anak kembali pada Tuhan. Kembali pada Tuhan bukan berarti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia mati. Namun manusia kembali mendekatkan diri pada-Nya. Beribadah pada-Nya. Ibu akan menjaga sang anak dalam keadaana apa pun. Bahkan saat sang anak terlelap saat malam. Mata air yang tak brenti mengalir Membasahi dahagaku Mata air melambangkan cinta kasih yang tak pernah habis.kalau dihubungkan dengan dunia nyata, mata air adalah sumber air yang jenih dan tidak pernah kering. Mata air juga sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk. Begitu pula cinta kasih seorang ibu, selalu ada dan tidak pernah habis. Membasahi dahaga melambangkan kalau ibu selalu memberi kebahagiaan untuk anaknya. Mengisi hati kita dengan kebahagian dan kebaikan. Mata air juga dapat melambangkan cermin yang jernih. Dengan cermin yang bening itu, manusia dapat merefleksi diri dan memperbaiki diri. Ibu pemberi nasihat yang baik. Telaga tempatku bermain Berenang dan menyelam Telaga adalah simbol kebijaksanaan karena di sana semua air mengalir menuju telaga, baik itu air bersih maupun air kotor, sampah, semua berkumpul di sana. Ibu mau menerima anaknya dalam keadaan apa pun. Dia baik atau nakal, sang ibu tetaplah seorang yang bijaksana. Telaga juga merupakan genangan air yang dalam dan tidak ada tahu dalamnya kalau tidak diselami. Begitu pula ibu. Seorang anak tidak bisa memahami sifat, kebiasaan, dan jalan pikiran ibu kalau dia tidak menyelami hatinya dan mengakrabinya. Kaulah ibu, laut dan langit Yang menjaga lurus hodizonku Laut adalah simbol kematian. Manusia ketika berada di laut berarti dia bertaruh dengan kematian. Apabila dia tidak bisa berenang atau mempertahan diri, maka manusia itu akan mati tenggelam. Begitu pun ibu. Apabila si anak tidak berbakti, tidak bisa memahaminya maka nerakalah tempat dia. Langit adalah atap dunia, langit itu letakknya di atas, jadi melambangkan Tuhan. Tuhan yang menjaga ibu. Akan tetapi, laut dapat pula berarti cerminan langit. Kalau langit biru, laut pun biru, kalau langit jingga maka laut pun jingga. Jadi laut dan langit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dimaksud dalam puisi ini adalah hubungan yang terjadi antara ibu dan Tuhan. Horizon, yaitu langit bagian bawah yang menjadi simbol dari sang anak. Laut dan langit akan menjaga horizon agar tetap tegak. Maksudnya apabila si anak menjaga hubungan baik dengan Ibu, maka dia akan memiliki hubungan yang baik pula dengan Tuhan. Ridha Allah ridha orang tua. ... Yang mengawal perjalananku Mencari jejak sorga Di telapak kakimu Mentari muncul saat siang dan bulan muncul saat malam. Mereka selalu bergantian menyinari bumi. Artinya, matahari dan rembulan adalah sahabat, teman kita yang selalu menemani saat siang dan malam. Siang adalah simbol kebahagiaan karena kecerahan sinar matahari dan langit yang biru. Malam adalah simbol kedukaan karena langit gelap. Saat langit gelap, rembulan datang untuk memberi cahaya pada malam sehingga kedukaan itu menjadi indah. Matahari dan bulan dapat pula diartikan sebagai penuntun saat gelap dan terang untuk mendapat sorgaa Tuhan. Sorga berada di telapak kaki ibu, apabila seorang anak berbakti, dia akan mendapat surga. Bait terakhir menandakan kalau si aku sedang mendoakan ibunya. Dia berharap Tuhan mengasihi ibunya karena sang ibu telah melaksanakan amanat Tuhan dengan baik. ... Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu Maka kasihilah ibuku Seperti Kau mengasihi Kekasih-keasih-Mu Amin) 23.
Narkotik karya Siti Rohaya Dia memang membuat kita melayang Melayang seperti di surga Yang membuat kita hanyut Dalam kenikmatan .... Tapi sadarlah kawan Dia hanya memperbudak kita Dia akan menghancurkan hidupmu Menghancurkan masa depanmu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah kau hancur Kau akan diejek dan ditertawakan Negeri ini akan hancur Bila semua pemuda diperbudak olehnya Ingatlah kawan Masih banyak yang harus kau lakukan Selain diperbudak olehnya. Dikutip dari Apresiasi Puis Remaja dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 111). a.
Analisis Heuristik ³'LDPHPDQJPHPEXDWNLWDPHOD\DQJ³
1)
Kata dia mengacu pada narkotik, yang mebuat kita melayang. Melayang dapat diartikan terbang, berimajinasi tentang hal-hal yang tidak masuk akal, berbuat melampaui batas kewajaran dan tidak peduli sekitar. ³0HOD\DQJVHSHUWLGLVXUJD³
2)
Surga memiliki makna tempat nyaman, indah dan semua yang diinginkan manusia bisa terpenuhi. Surga dapat pula tempat bidadari dan para malaikat, tempat orang-orang berbudi baik setelah ditimbang amal baiknya lebih banyak daripada amal buruknya. Surga dalah ibu sebab di telapak kakinyalah surga ada. ³
3)
Kalau narkotika dikatakan membuat kita hanyut, berarti narkotika adalah arus deras yang sangat berbahaya dan dapat merenggut nyawa kita dari jasad kita. 4)
³'DODPNHQLNPDWDQ´ Kenikmatan yang dimaksud dalam puisi ini adalah kenikmatan sesaat
akibat halusinasi yang ditimbulkan efek candu narkotika. 5) 6)
´7DSLVDGDUODKNDZDQ´ ´'LDKDQ\DPHPSHUEXGDNNLWD´ Kata memperbudak memiliki makna menjadikan kita orang suruhan yang
harus mau melakukan apa yang diperintahkan narkotika. Narkotika adalah simbol kekuasaan absolut yang berwujud benda. 7)
´'LDDNDQPHQJKDQFXUNDQKLGXSPX´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8)
digilib.uns.ac.id
´0HQJKDQFXUNDQPDVDGHSDQPX´ Narkotika adalah mesin penghancur, contohnya blemder yang mampu
menghancurkan buah dan mengubahnya menjadi jus sehingga wujud utuh dari buah itu sudah tidak terlihat. Begitu juga narkotika. Dia akan menghancurkan hidup manusia sampai tidak ada yang tersisa, 9)
´6HWHODKNDXKDQFXU´
10) ´.DXDNDQGLHMHNGDQGLWHUWDZDNDQ´ Setelah hidup kita hancur, narkotika akan menertawakan kehancuran kita. Narkotika akan menghina kita habis-habisa. 11) ´1HJHULLQLDNDQKDQFXU´ 12) ´%LODVHPXDSHPXGDGLSHUEXGDNROHKQ\D´ Suatu bangsa akan hancur apabila kaum pemudanya sudah menjadi pengikut narkotika. Narkotika seolah menjadi pemimpin di negeri ini. Narkotika adalah presiden yang mempunyai kekuasaan atas semua kebijakan di negeri yang dia pimpin. 13) ´,QJDWODKNDZDQ´ 14) ³0DVLKEDQ\DN\DQJKDUXVNDXODNXNDQ³ 15) ³6HODLQGLSHUEXGDNROHKQ\D³ Kata diperbudak memiliki makna bahwa narkotika akan mengendalikan dan menguasai penuh hidup manusia. Dia merampas hak manusia untuk hidup normal. Masih banyak hal yang bisa dilakukan selain mengabdi pada narkotika. Jangan sampai mengalah pada narkotika. b.
Analisis Hermeneutik Puisi berjudul Narkotik apabila dimaknai secara utuh memiliki makna bahwa
narkotika diibaratkan sebagai raja yang memiliki kepemimpinan absolut yang tidak bisa dilawan apabila sudah berada di wilayah kekuasaannya. Raja yang absolut akan memperbudak semua bawahan dan pengkutnya. Semua harus mematuhi perintahnya. Awalnya sang raja akan menjanjikan kehidupan yang makmur dan kesenangan abadi bagi rakyatnya. Rakyat akan terbuai janji-janji manis sang raja. Seperti para pejabat yang sedang kampanye, mereka menawarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini dan itu, menjanjikan harga kebutuhan yang murah, kesehatan terjamin, dan hidup damai dan aman. Pelan-pelan sang raja absolut akan mulai membuat kebijakan-kebijakan yang menyimpang dari hati nurani manusia. Kebijakan yang dia buat akan menyengsarakan rakyatnya. Dia mulai menggerogoti hak-hak asasi kemanusiaan yang dimiliki rakyatnya. Rakyat dipaksa mengikuti titahnya. Rakyat digiring pada suatu tempat yang penuh dengan kebahagiaan yang semu. Namun, rakyat itu tidak menyadari bahwa mereka sedang dihipnotis oleh racun sang raja. Mereka hanya menuruti karena mereka sudah kecanduan kenikmatan semu yang diberikan sang raja. Sulit bagi rakyat-rakyat itu untuk lepas dari pengaruh hipnotis sang raja. Sang raja mempunyai kebijakan yang amat ketat. Apabila rakyat berusaha melarikan diri, maka siksaan yang menyakitkan akan mereka terima. Siksaan itu akibat sang raja tidak memberikan penawar racun yang telah diam-diam dia masukkan ke dalam tubuh rakyatnya. Namun, sang raja melupakan sesuatu. Bahwa mungkin dia adalah raja dunia yang mutlak kepemimpinannya. Sang raja lupa kalau yang menciptakan dunia yang dia kuasai adalah Tuhan yang juga memiliki kekuasaan absolut. Tuhan bisa masuk dan menjadi kekuatan bagi rakyat untuk melawan sang raja. Tuhan meberikan cinta, memberikan keyakinan yang teguh, dan kekuatan semangat yang luar biasa untuk melawan tirani sang raja. 24.
Gaun Burung Gagak karya Daroteha Rosa Herliany Akhirnya kubaca Barisbaris sajak yang kau tulis pada sayapsayap burung gagak hanya kehitaman dan kekeh kelaparan yang mengerikan, bukitbukit, padang rumput, dan perkampungan tanpa penghuni tanah siapakah ini? Pada penantian yang tak pernah pasti (aku atau satwa liar itu?) dan sajaksajak, bagai sungai, terus mengalir tapi, lihatlah! Burung-burung gagak itu menggugurkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bulubulu sayapnya untuk mengganti Gaunmu yang telah tua. Dikutip dari Angakatan 2000 dalam Sastra Indonesia dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 140-141) a.
Analisis Heuristik 1)
³$NKLUQ\DNXEDFD´
2)
´%DULVEDULVVDMDN\DQJNDXWXOLV´ Kalimat nomor satu berarti kalau si aku sudah dapat membaca,
menganalisis, menyelami, dan mengakrabi baris puisi yang ditulis oleh VHVHRUDQJ \DQJ GLVLPERONDQ GHQJDQ NDWD ´NDX´ ´%DULV-EDULV VDMDN´ menunjukkan kalau puisi yang ditulis berbait-bait. Sajak dapat berarti ungkapan kesedihan, ungkapan kebahagiaan, ataupun kemarahan dan harapan yang dituangkan dalam bentuk tilisan. Sajak juga dapt berarti harapan, bahkan keputusasaan. 3)
³SDGDVD\DSVD\DSEXUXQJJDJDN´ 6DMDN \DQJ GLWLOLV ROHK ³NDX´ WDGL GLWRUHKNDQ SDGD sayap burung gagak.
Sayap-sayap burung gagak memiliki makna alat gerak burung gagak yang warnanya hitam. Burung gagak itu simbol kegelapan, kematian, dan kejahatan. Burung gagak juga dapat berarti malaikat pencabut nyawa. 4)
´KDQ\DNHKLWDPDQGDQNHNHKNHODSDUDQ´
5)
´\DQJPHQJHULNDQEXNLWEXNLWSDGDQJ´
6)
´UXPSXWGDQSHUNDPSXQJDQWDQSD´
7)
´SHQJKXQL´ Apabila melihat dan memaknai secara harfiah kutipan baris empat sampai
NH WXMXK ´NHNHK NHODSDUDQ´ GDSDW GLDUWLNDQ VHEDJDL VLPERO NHPLVNLQDQ kemelaratan. Simbol ketidakberdayaan manusia menghadapi kedatangan gagak hitam sebagai simbol malaikat pencabut nyawa atau kematian. Kekeh kelaparan itu terdengar mengerikan dari sebuah perkampungan yang kosong tidak satu pun penduduk yang mendiaminya. Padang rumput dan bukit pun mendengar jeritan gagak hitam itu. Padang rumput memiliki acuan sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lapangan yang ditumbuhi rerumputan, biasanya digunakan oleh petani untuk menggemabala ternak. 8)
³WDQDKVLDSDNDKLQL"3DGDSHQDQWLDQ´
9)
³\DQJWDNSHUQDKSDVWLDNXDWDX
10) satwa liar itX" ´ 6L DNX EHUWDQ\D SDGD VRVRN \DQJ GLVLPERONDQ GHQJDQ ´NDX´ WDGL 'LD menanti jawaban dari sosok kau siapakah yang berhak atas tanah yang diperebutkan si aku dengan burung gagak hitam itu. Penantian yang tak pasti menandakan kalau jawaban dari si kau tidak tahu kapan akan diberikan pada si aku yang bertanya. Satwa liar yang dimaksud dalam bait di atas adalah burung gagak hitam. 11) ´GDQVDMDNVDMDNEDJDLVXQJDL´ 12) ´WHUXVPHQJDOLU´ Sajak-sajak yang tertulis di sayap burung gagak tadi adalah tulisan yang terurai apa adanya seperti air sungai yang mengalir sesuai arus. Kalau arus deras maka debit airnya pun deras. Begitu pun sebaliknya. 13) 14) 15) 16)
´WDSLOLKDWODK´ ´%XUXQJ-EXUXQJJDJDNLWXPHQJJXJXUNDQ´ ´%XOXEXOXVD\DSQ\DXQWXNPHQJJDQWL´ ´*DXQPX\DQJWHODKWXD´ Secara harfiah, kutipan bait di atas dapat peneliti jelaskan, yaitu burung-
EXUXQJJDJDNWDGLPHQJJXJXUNDQ´VD\DSQ\D´XQWXNPHQJJDQWLJDXQWXD\DQJ GLSDNDL VL ´NDX´ %XOX-bulu yang terdapat di sayap burung gagak hitam tadi NLQLGLSDNDLROHKVL´NDX´ b.
Analisis Hermeneutik Akhirnya kubaca Barisbaris sajak yang kau tulis pada sayapsayap burung gagak Makna kutipan baris di atas, yaitu si aku pada akhirnya dapat memahami GDQPHQJHUWLDSD \DQJ GLLQJLQNDQVL ³NDX³³%DULVEDULVVDMDN³ DGDODKVLPERl WDNGLU\DQJVHEHQDUQ\DEXNDQGLWXOLVROHKVL³NDX³WHWDSLROHK7XKDQ6L³NDX³ hanya mencoba menerjemahkan dan menerima takdirnya. Burung gagak adalah simbol kematian, kegelapan, kejahatan pun bisa. Namun dari beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemaknaan tadi yang paling cocok adalah simbol kematian. Alasan peneliti menerjemahkan demikian dapat dilihat pada bait di bawah ini. hanya kehitaman dan kekeh kelaparan yang mengerikan, bukitbukit, padang rumput, dan perkampungan tanpa penghuni tanah siapakah ini? Pada penantian yang tak pernah pasti (aku atau satwa liar itu?) kekeh
kelaparan
adalah
simbol
kemiskinan,
ketidakpunyaanm
ketidakmampuan melawan takdir karena tidak mempunyai daya dan tenaga. Kehitaman adalah simbol kesia-siaan, kematian. Lalu pada baris yang EHUEXQ\L ´SDGD SHQDQWLDQ \DQJ WDN SHUQDK SDVWL´ PHQ\LPERONDQ EDKZD kematian dapat datang kapan pun tanpa manusia tahu kapan dia datang. Namun kematian pasti datang. Sajak yang ada di sayap burung gagak adalah simbol takdir. Takdir mengalai bagai air sungai yang mengalis sesuai arah arus. Takdir pun begitu. Tuhan telah menuliskan takdir setiap umat-Nya. Takdir itu di kehidupan manusia akan berjalan sesuai arah yang dikendalikan Tuhan. Burung gagak hitam adalah simbol kematian, malaikat pencabut nyawa. Karena si ´NDX´ VXGDK WLGDN EHUGD\D \DQJ GLVLPERONDQ GHQJDQ NDWD ´NHNHK NHODSDUDQ´ WDGL PDND7XKDQPHPHULQWDKNDQEXUXQJJDJDNXQWXNPHQJJDQWLNDQJDXQVL´NDX´ yang telah tua. Gaun yang sudah tua menyimbolkan sesosok raga yang telah tua. Menggantikan maksudnya si EXUXQJJDJDNKLWDPWDGLPHQMHPSXWVL´NDX´ untuk menemui ajalnya atau mati. 25.
Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin Setelah mengucap selamat tinggal pada semua Yang mungkin bernama pertemuan, kita kemudian berpelukan. Kau Menyodorkan selembar potretmu Untuk apa? ´VHQ\XPNXDEDGLGLVLWX´WHULDNPXGDULMHQGHODNHUHWDGLSHURQ Orang-orang bising bercakap. Pernah ku bangun sebuah rumah di batinku untukmu, di situ Kubayangkan kau tersenyum menyiram bunga di halaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cinta, memang pernah membuatku menginginkan kau Jadi bagian dari keseluruhan nasibku, di luar dari kesedihan Ini tentunya. Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ. Dikutip dari Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 149) a.
Analisis Heuristik Bait pertama di atas dapat dijelaskan bahwa si aku mengucapkan kata perpisahan pada pertemuan. Kata pertemuan memiliki makna jalinan hunungan baik antara seseorang dengan orang lain. Pertemuan dapat pula berarti perwujudan nyata keinginan dalam diri seseorang yang kuat akan suatu hal. Pertemuan dapat pula berarti perpisahan sebab keduanya selalu beriringan. Pertemuan adalah sesuatu yang tidak abadi. Si aku dan dan seseorang yang dia VHEXW ´NDX´ EHUSHOXNDQ VHEDJDL WDQGD SHUSLVDKDQ 6L ´NDX´ PHPEHULNDQ selebar kertas yang bergambar dirinya sedang tersenyum pada si aku. 1)
´VHQ\XPNXDEDGLGLVLWX´WHULDNPXGDULMHQGHODNHUHWDGLSHURQ
2)
´2UDQJ-RUDQJELVLQJEHUFDNDS´ Si kau menjawab pertanyaan si aku bahwa mengapa si kau memberikan
gambar dirinya. .DOLPDW´WHULDNPXGDULMHQGHOD NHUHWDGL SHron orang-orang ELVLQJ EHUFDNDS´ PHQDQGDNDQ NDODX VWDVLXQ VDDW LWX VDQJDW UDPDL GDQ SHQXK dengan orang-orang yang berbincang-bincang dengan suara yang keras sehingga mengharuskan si kau berteriak untuk dapat berbicara dengan si aku. 3)
´3HUQDKNXEDQJXQVHEXDKUXPDKGLEDWLQNXXQWXNPXGLVLWX´
4)
´.XED\DQJNDQNDXWHUVHQ\XPPHQ\LUDPEXQJDGLKDODPDQ´ Si aku pernah membangun sebuah rumah di hatinya untuk si kau. rumah
menandakan bahwa si aku pernah mempunyai harapan yang sangat kuat tHUKDGDSVLNDX´5umah´ dapat pula menandakan sebuah perasaan cinta yang kuat. Seseorang tidak mungkin membangun sebuah rumah tanpa ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perencanaan yang kuat baik dari segi rancangan bangunan, struktur tanah, dan biaya yang diperlukan untuk membangun rumah. 5)
´&LQWD PHPDQJ SHrnah membuatku menginginkan kau. rumah yang WHUEDQJXQNRNRKGDQWHUHQFDQDGHQJDQEDLN´ Cinta yang dimiliki oleh si aku pernah membuatnya menginginkan si
´NDX´ XQWXN PHQMDGL UXPDK EXDW VL DNX &LQWD PHQDQGDNDQ NHLQJLQDQ \DQJ kuat yang datang dari hati. Cinta dapat pula berarti rumah tempat kita berteduh, berlindung, tempat yang paling nyaman. Cinta dapat berarti pisau tajam yang dapat melukai kita bila kita tidak hati-hati menggunakannya. 6)
´-DGL EDJLDQ GDUL NHVHOXUXKDQ QDVLENX GL OXDU GDUL NHVHGLKDn Ini WHQWXQ\D´ Bagi si aku, si kau dulu adalah bagian dari nasibnya. Nasib menandakan
kalau si kau adalah takdir untuk si aku yang telah ditentukan Tuhan. Kesedihan
adalah
simbol
kekecewaan,
sakit
hati,
kesedihan
juga
menyimbolkan kalau cinta yang GLUDVDNDQ VL DNX WHUKDGDS VL ³NDX´ VDQJDW kuat. Kesedihan dapat pula berarti 7)
´7DSLNLQLNHUHWDEHUGHUDNPHQMDXKNDXPHODPEDLDNXQJXQJXQ´ Kereta dapat berarti waktu, waktu yang membatasi kegiatan manusia.
Kereta adalah orang ketiga yang merebuW VL ³NDX´ GDUL VL DNX NHUHWD melambangkan jembatan yang menghubungkan antara pertemuan dan perpisahan. Kereta juga simbol kematian. Kereta adalah pembunuh. Beberapa fenomena terbunuhnya manusia ada yang terjadi di sarana transportasi, seperti kereta, bus, pesawat terbang, bahkan kapal laut. 8)
´7HUWHJXQXQWXNDSD".LWDPXQJNLQVHSHUWLUHO\DQJPHQJJXOLUNDQ´
9)
´.HUHWDPXLWXEHULULQJDQEHUGDPSLQJDQWDSLWDNSHUQDKEHUWHPX´
10)
´'DODPVDWXWLWLN6HQ\XPNXDEDGLGLVLWX´ Rel merupakan simbol dua hal yang saling berdampingan namun tidak
dapat bersatu. rel melambangkan persaudaraan dan persahabatn yang setia. Karena terus beriringan dan berdampingan. Satu titik melambangkan sebuah pertemuan yang abadi, satu titik adalah simbol pernikahan. Satu titik artinya akhir dari semua hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Analisis Hermeneutik Puisi Kuantar Kau sampai Stasiun Senen karya Aslan A. Abidin
menggambarkan suasana yang membingungkan bagi dua orang yang sedang berada di sebuah stasiun. Ada konflik batin di hati keduanya. Si aku merasa kalau SHUWHPXDQQ\DGHQJDQVL´NDX´VDPDGHQJDQSHUWHPXDQDQWDUDVWDVLXQGDQNHUHWD Stasiun dan kereta hanya bertemu sebentar. Kereta singgah di stasiun sekitar 1520 menit saja. Apabila tiba saatnya, kereta harus segera berangkat ke tempat lain atau ke stasiun lain. Dapat peneliti katakan hunungan yang terjalin antara si aku GDQVL´NDX´DGDODKNLVDKFLQWD\DQJGDSDWGLLEDUDWNDQVHSHUWLNHUHWDGDQVWDVLXQ Si aku adalah stasiun dan si kau adalah kereta. Stasiun adalah sebuah bangunan yang kokoh, penuh emosi, saksi bisu bertemu dan berpisahnya suatu harapan, kebahagiaan. Stasiun adalah lambang kekuatan dari sebuah perasaan kehilangan. Stasiun adalah korban dari ketidaksetiaan kereta yang suka pergi dan datang sesuai kebutuhannya. Kereta hanya akan datang ke suatu stasiun jika ada yang membutuhkan kereta itu. Si aku diibaratkan sebagai stasiun sebab si aku tegar dan pasrah saat si kau pergi meninggalkannya. 6WDVLXQEDJLVLDNXDGDODKSHUSLVDKDQDQWDUDGLULQ\DGDQVL³NDX´6LNDXEDJL si aku adalah kekasihnya. Cinta antara dia dengan kekasihnya harus berakhir karena jarak yang memisahkan mereka. Mereka berdua seperti rel. Mereka mengaku tidak pernah dapat berpisah, dibuktikan dengan kutipan baris Tertegun, untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan Keretamu itu, beriringan, berdampingan, tapi tak pernah bertemu Dalam satu titik. Senyumku abadi di situ. Senyum yang diberikan secara abadi dalam potret adalah simbol rasa sayang yang abadi. Namun rasa sayang tersebut hanyalah sebuah memorial atau pengingat bahwa antara mereka pernah ada percintaan. Kalau dilogika potret adalah sebuah rekaman dalam bentuk dua dimensi dan biasanya terjadi sebelum si aku membicarakan tentang potret tadi. Potret biasanya sebagai kenang-kenang agar selalu ingat dengan masa lalu. Si pemilik potret tahu kalau dia tidak akan kembali pada masa lalu. Oleh karena itu, potretlah yang menjadi pelipur lara. Si aku menerina potret tadi lalu menjadi kenangan anatar dua orang yang saling menyayangi namun tidak dapat bersatu. Potret tadi hanyalah simbol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kenangan masa lalu hanya dapat dinikmati dan dikenang, tidak dapat diulang lagi. Dia seperti potret, benda mati yang merekam setiap kejadian di masa lalu. 26.
Dermaga Rindu karya Moh. Hamzah Arsa Alangkah ramah pohon-pohon Trembesi Mengusap galauku kala matahari Yang kutunggu di ubun waktu Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu Kupetik langit-langit kesadaranku Dengan jemari gerimis saat kuketuk Pintu masa silam anak-anak Langti biru lautpun biru Amboi kapal-kapal zaman dulu Kau tambatkan di hati pelangi Kini melayarkan selaksa naluri Ke dermaga rindu. Dikutip dari Horizon dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 171).
a.
Analisis Heuristik 1)
´$ODQJNDKUDPDKSRKRQ-pohon 7UHPEHVL´ Kata ramah memiliki acuan sifat baik hati dan menarik budi bahasanya;
manis tutur kata dan sikapnya (terhadap semua orang), suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. Pohon trembesi adalah Pohon yang mahkota daun menyerupai payung dan lebar, memiliki nama latin Pipturus incanus (KBBI, 2008: 1730). Secara harfiah kalimat nomor satu di atas dapat diartikan kalu pohon-pohon trembesi memiliki sikap yang baik hati dan menyenangkan dalam pergaulan. 2)
´0HQJXVDSJDODXNXNDODPDWDKDUL´ Keramahan pohon trembesi tadi mampu mengusap rasa galau saat
matahari datang. Kata galau memiliki makna kekacauan yang ada dalam diri seseorang. Kata matahari memiliki makna hari yang panas dan terik. 3)
´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ubun waktu memiliki makna ujung waktu, akhir penantian akan suatu hal, akhir waktu, batas waktu. 4)
³+DQ\DODKVXQ\LRUNHVWUDSLDQRPDVDODOX´ Yang terdengar hanya orkestra piano masa lalu. Orkestra secara harfiah
memiliki makna rombongan pemain musik bersama seperangkat alat musiknya atau musik yang dimainkan secara bersama. Kata piano secara denotatif memiliki makna alat musik berdawai baja, yang dibunyikan dengan memukulkan palu-paluan pada dawai itu dan dimainkan dengan menekan tutsnya. Piano biasa dimainkan untuk lagu yang lembut. Kata masa lalu apabila diartikan secara leksikal mengacu pada waktu yang telah selesai atau berlalu, kejadian di masa lampau, kejadian yang telah terjadi. 5)
´.XSHWLNODQJLW-ODQJLWNHVDGDUDQNX´ Langit-lngit kesadaran memiliki makna kesadaran yang paling atas paling
tinggi. Langit adalah simbol sesuatu yang ada di atas atau terletak di tempat yang tinggi. Letakknya yang di ketinggian, sehingga si aku harus memetiknya seperti bunga-bunga atau dedaunan yang ada di dahan yang tinggi. 6)
³'HQJDQMHPDULJHULPLVVDDWNXNHWXN´
7)
³3LQWu masa silam anak-DQDN´ Jemari gerimis secara harfiah mengacu pada air hujan yang turun tidak
begitu deras yang turun dari langit. Jemari gerimis juga dapat diartikan sebagai air mata. Si aku merasa sedih sampai dia menangis saat mengetuk pintu masa silam anak-DQDNQ\D 0DNQD ³NXNHWXN SLQWX PDVD VLODP´ DGDODK mengenang kejadian yang telah terjadi di masa lalu bersama anak-anaknya. 8)
³/DQJWLELUXODXWSXQELUX´ Langit adalah simbol Tuhan dan laut adalah simbol kehendak-Nya. Kalau
Tuhan mengatakan biri, maka jadilah biru. Biru pada baris ini adalah takdir 7XKDQ .DODX 7XKDQ PHQXOLVNDQ ³D´ PDND ³D´ WHUMDGLODK Seperti laut dan langit. Apabila langit cerah, laut pun cerah. 9)
³$PERLNDSDO-NDSDO]DPDQGXOX´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kapal melambangkan ingatan-ingatan yang membawa si aku kembali pada masa lalunya. Kapal-kapal juga dapat diartikan kejadian yang terjadi di masa lalu atau orang-orang yang terlibat dalam kejadian masa lalu. 10) ³.DXWDPEDWNDQGLKDWLSHODQJL´ Hati pelangi, melambangkan hati yang ceria. Pelangi ada setelah hujan. Pelangi berwarna-warni. Jadi warna yang beraneka ragam itulah yang melambangkan keceriaan. Menurut KBBI, pelangi memiliki definisi lengkung warna spektrum di langit sebagai akibat pembiasan sinar matahari oleh titiktitik hujan atau embun; warna yang beraneka macam. Pelangi dapat berarti kain atau selendang yang berwarna-warni (2008:1142). Pelangi juga dapat melambangkan hati yang memiliki pendirian tidak tetap. Warna-warna dalam pelangi yang beraneka ragam melambangkan keinginan dan perbedaan pemikiran. 11) ³.LQLPHOD\DUNDQVHODNVDQDOXUL´ Pada baris sebelas terdapat kata melayarkan, yang secara harfiah dapat diartikan membawa sesuatu untuk berlayar atau melaut. Kata naluri berarti dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir, insting; sederetan reaksi yang tidak bergantung pada pengalaman. (KBBI, 2008: 1064-1065). Naluri dimiliki baik oleh binatang mapun manusia. 12) ³.HGHUPDJDULQGX´ Kapal-kapal yang zaman dahaulu yang telah mengantarkan si aku pada dermaga rindu. Kata dermaga memiliki makna tembok di tepi pelabuhan (untuk pangkalan); (KBBI, 2008: 345) dapat pula berarti pangkalan tempat kapal-kapal menaikkan dan membongkar muatan (KBBI, 2008: 656). Kemudian kata rindu dapat diartikan sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu atau merasa ingin sekali hendak bertemu (KBBI, 2008: 1307). Jadi, dermaga rindu dapat diarikan pangkalan tempat rindu-rindu milik manusia berlabuh. b.
Analisis Hermeneutik Alangkah ramah pohon-pohon Trembesi Mengusap galauku kala matahari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bait pertama secara utuh dapat diarikan bahwa kegalauan si aku telah terhapus karena keramahan pohon trembesi. Pohon trembesi adalah simbol sosok manusia yang kuat dan bijaksana. Pohon trembesi memiliki perwujudan fisik yang besar kuat, berdaun rimbun dan berakar kuat ke dalam. Apabila dianalogikan seperti manusia, maka manusia tersebut memiliki sikap yang bijak sana. Daun yang rimbun menimbulkan rasa sejuk dan teduh melambangkan sifat yang melndungi dan menaungi. Akar yang kuat ke dalam menunjukkan sifat yang bijaksana dan memiliki pengetahuan yang dalam tentang kehidupan. Keramahan pohon trembesi adalah sikap mau menerima semua orang dan selalu menghibur semua orang yang sedang galau. Kegalauan yang dialami si aku terjadi saat matahari. Matahari memiliki sifat negatif, yaitu panas, membakar, dan membunuh. Matahari bersifat panas jadi membuat si aku kepanasan dan kehausan. Matahari yang dimaksud dalam puisi ini adalah rasa rindu yang tidak kunjung terpenuhi sehingga seolah-olah si aku merasa kehausan, haus akan sesuatu di masa lalunya yang membuat dia galau. Pohon-pohon trembesi tadilah yang membuat hati si aku merasa tenang. Si aku merasa orang-orang di sekitar dia saat ini seperti pohon trembesi yang memberinya kesejukan dan keteduhan. Yang kutunggu di ubun waktu Hanyalah sunyi orkestra piano masa lalu Kupetik langit-langit kesadaranku Dengan jemari gerimis saat kuketuk Pintu masa silam anak-anak Langti biru lautpun biru Bait kedua ini, si aku menceritakan bahwa dia menunggu sesuatu dari masa lalunya sampai di ubun waktu. Ubun waktu menyimbolkan bahwa si aku menunggu sesuatu itu telah lama dan kini sampai di ujung pennantiannya. Si aku sudah lelah menunggu sesuatu yang pernah ada di masa lalunya. Orekstra piano masa lalu menyimbolkan kesedihan yang terjadi di masa lalu sebab orkes piano biasanya memainkan lagu sedih. Langit-langit kesadaran menyimbolkan bahwa si aku telah sampai pada kesadaran tertinggi. dia sadar bahwa semuanya adalah takdir. Tangan gerimis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyimbolkan takdir yang telah ditulis Tuhan untuk si aku. Kalimat langit biru laut pun biru menandakan bahwa ketika Tuhan berkehendak maka manusia hanya bisa menjalankan dan menerima. Amboi kapal-kapal zaman dulu Kau tambatkan di hati pelangi Kini melayarkan selaksa naluri Ke dermaga rindu. Bait terakhir ini merupakan kunci makna dari keseluruhan puisi. Pada bait terakhir ini digambarkan bahwa si aku telah kembali pada masa lalunya meskipun hanya lewat kenangan-kenangan yang disimbolkan dengan kapal-kapal zaman dulu. Kenangan-kenangan itu telah mengingatkan si aku dan membawanya pada sebuah pergolakan batin yang dalam. Dia merindukan orang-orang di masa lalunya. Dia merindukan anak-anaknya (disebutkan pada bait kedua). 27.
Insyaf karya Amir Hamzah Segala kupinta tiada Kauberi Segala kutanya tiada Kausahuri Butalah aku terdiri sendiri Penuntun tiada menuntun jari Maju mundur tiada berdaya Sempit bumi dunia raya Runtuh ripuk astana cuaca Kureka gembira di lapangan dada Buta tuli bisu kelu Tertahan aku di muka dewata Tertegun aku di jalan buntu Tertebas putus sutera sempana Besar benar salah anakku Hampir terbatas tumpah berkahmu Hampir tertutup pintu restu Gappura rahasia jalan bertemu Insyaf diriku dera durhaka Gugur tersungkur merenang mata: Samar terdengar suwara suwarni Sapur melipur merindu temu Dikutip dari Rachmat Djoko Pradopo dalam Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA ( Yudhistira, 2006: 184).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a. 1)
digilib.uns.ac.id
Analisis Heuristik ´6HJDODNXSLQWDWLDGD.DXEHUL´ Baris pertama di atas secara harfiah dapat diartikan si aku meminta
sesuatu tetapi si Kau tidak memberi yang diminta. Kata kupinta juga dapat diartikan kalau si aku sedang memanjatkan doa pada si Kau (Tuhan). 2)
´6HJDODNXWDQ\DWLDGD.DXVDKXUL´ Si aku pada baris kedua ini bertanya pada si Kau (Tuhan), tetapi Tuhan
tidak memberi jawaban. Si aku bertanya dapat pula diartikan dia mminta sesuatu pada Tuhan. 3)
´%XWDODKDNXWHUGLULVHQGLUL´ Si aku merasa matanya buta. Dia merasa sendiri tidak ada yang menemani
karena dia bertanya tidak ada yang menjawab, dia meminta tidak ada yang memberi. Kata butalah dapat pula diartikan kalau si aku tidak tahu arah, dia tersesat karena tidak ada yang menunjukkan jalan padanya. 4)
´3HQXQWXQWLDGDPHQXQWXQMDUL´ Si aku merasa Tuhan yang seharusnya menuntunnya dan memberinya
petunjuk tidak mempedulikan dia lagi. Penuntun adalah simbol Tuhan. Kata jari merupakan simbol langkah atau keputusan yang harus dijalani si aku namun dia buta arah dan bingung karena tidak ada yang menuntun. 5)
´0DMXPXQGXUWLDGDEHUGD\D´ Si aku merasa terombang-ambing. Dia tidak punya daya dan upaya untuk
melawan penolakan si kau. Maju mundur melambangkan bahwa si aku merasa ragu-ragu dengan apa yang dia lakukan. 6)
´6HPSLWEXPLGXQLDUD\D´ Si aku merasa kalau dunia yang raya atau luas hanyalah sebuah alam
semesta yang sempit. Bumi bagi si aku hanya selebar daun kelor. 7)
´5XQWXKULSXNDVWDQDFXDFD´ $VWDQD´ VHFDUD KDUILDK EHUDUWL WHPSDW WLQJJDO ´$VWDQD FXDFD´ EHUDUWL
tempat tinggal cuaca. Tempat tinggal cuaca mengacu pada langit. Kalau langit gelap dan penuh awan, artnya cuaca mendung, dan kemungkinan besar turun hujan. Runtuh ripuk menandakan kalau cuaca saat itu buruk dan bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikatakan akan turun hujan badai. Secara harfiah kata runtuh artinya jatuh, hancur, rusak dan kata ripuk secara harfiah berarti patah; rusak; pecah-pecah (remuk). Cuaca yang runtuh ripuk dapat pula diartikan kemalangan atau kesedihan. 8)
´.XUHNDJHPELUDGLODSDQJDQGDGD´ Si aku mereka atau membuat sketsa rasa genbira di lapangan dadanya.
Lapangan dada adalah simbol hati yang penuh kesabaran dan ketabahan. Si aku mencoba tegar dan sabar meskipun kesedihan selalu mengganggu dia. 9)
´%XWDWXOLELVXNHOX´ Si aku merasa kalau dia tidak bisa melihat apa pun, tidak bisa mendengar
dan berbicara apa pun. Bibirnya terasa kelu apabila digunakan untuk berbicara. Si aku merasa sama sekali tidak punya daya apa pun. 10) ´7HUWDKDQDNXGLPXNDGHZDWD´ Si aku hanya tertahan, terdiam, tidak bisa berbuat apa pun saat dia berada di muka atau di hadapan dewata. Dewata adalah kata lain untuk Tuhan. 11) ´7HUWHJXQDNXGLMDODQEXQWX´ Tertegun secara harfiah berarti berdeiri diam sambil memandangi sesuatu. Saat dia berada di jalan buntu. 12) ´7HUWHEDVSXWXVVXWHUDVHPSDQD´ Kata sempana atau sempena dalam KBBI berarti berkah atau tuah, sempana dapat pula berarti mimpi (2008: 1404). Dengan demikian kalau sutera sempana berarti kain yang bertuah atau dapat memberi keberkahan. Si aku jadi tertebas atau terluka oleh sutera yang bertuah itu karena ia percaya pada benda dan menyekutukan Tuhan. 13) ´%HVDUEHQDUVDODKDQDNNX´ Di baris tiga belas ini, baru jelas bahwa yang membuat dosa bukanlah si aku, melainkan anaknya. Si aku merasa kalau dosa yang telah diperbuat anakknya sangat besar. 14) ³+DPSLUWHUEDWDVWXPSDKEHUNDK-0X³
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berkah yang dimaksud di puisi ini adalah kasih sayang yang diberikan Tuhan kepada umatnya. Si aku merasa berkah Tuhan tidak lagi berlimpah sebab dosa anaknya terlalu besar. 15) ³+DPSLUWHUWXWXSSLQWXUHVWX´ Terlalu besar dosa anaknya, si aku merasa kalau pintu restu Tuhan pun hampir tertutup bagi anaknya. 16) ³*DSXUDUDKDVLDMDODQEHUWHPX´ Gapura rahasia adalah simbol kematian. Kematian bersifat rahasia dan kematiannlah yang akan mempertemukan manusia dengan Penciptanya. 17) ³,QV\DIGLULNXGHUDGXUKDND´ Si aku pun ikut insyaf atau bertobat meskipun anaknya yang durhaka padanya. Dera durhaka secara harfiah berarti kalau si aku sedang didera durhaka. Durhaka dalam KBBI berarti tidak setia kepada kekuasaan yang sah (negara, Tuhan, orang tua, dsb); menentang kekuasaan (perintah dsb) (2008: 372). Kata dera secara harfiah berarti dipukul dengan cambuk rotan atau cemeti. Dengan demikian, secara harfiah baris tujuhbelas berarti kalau si aku insyaf atau bertaubat karena dia dipukul oleh pertentangan yang dilakukan anaknya pada dirinya. 18) ³*XJXUWHUVXQJNXUPHUHQDQJPDWD´ kata gugur pada baris ini mengacu pada makna jatuh, rontok, dapat pula berarti meninggal (khusus untuk para pahlawan). Kata tersungkur mengutakan kata gugur tadi. Kata tersungkur memiliki makna kalau si aku jatuh terjerembap dengan mukanya mengenai tanah atau jatuh tertiarap (KBBI, 2008: 1560). Merenang mata maksudnya si aku sedang menangis. Kalau orang menangis pasti matanya basah karena air mata. 19) ³6DPDUWHUGHQJDUVXZDUDVXZDUQL´ Si aku mendengar suara-suara yang berasal dari berbagai arah, namun terdengar samar. Kata samar menandakan kalau suara yang didengar hanya sayup-sayup. Siwara-suwani menandakan kalau suara yang didengar si aku tidak hanya satu suara, tetapi bermacam-macam suara. 20) Sapur melipur merindu temu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kata melipur secara harfiah berarti Menghilangkan, mengahpuskan, melipur dapat pula berarti menghibur (KBBI, 2008: 937). Apabila disambungkan dengan baris sembilan belas, maka suara-suara yang sayupsayup terdengar tadi dapat menghilangkan atau menghapus rasa rindu untuk bertemu. Kata temu ditujukan untuk ampunan Tuhan. Si aku sangat merindukan berkah dan ampunan Tuhan. b.
Analisis Hermeneutk Makna puisi Insyafi secara keseluruhan adalah tentang pertaubatan orang tua
karena dosa-dosa anaknya. Seorang tua yang diwakili oleh kata aku rela memintakan ampun kepada Tuhan atas perbuatan anaknya. Si aku memohon ampun dan keberkahan dari Tuhan dengan segala kernedahan hati, namun si aku belum juga mendapat jawaban dari Tuhan. Dia merasa tersesat, buta, tuli, bisu dan tidak mempunyai kekuatan apapun untuk memaksa Tuhan mengampuni anaknya. 'L KDGDSDQ 7XKDQ VL DNX EHUVLPSXK .DOLPDW ´WHUWHJXQ GL PXND GHZDWD´ menandakan kalau si aku telah menghadap Tuhan yang disimbolkan dengan nama ´GHZDWD´ 0HQJKDGDS MXJD PHPSXQ\DL PDNQD EDKZD VL DNX VHGDQJ EHUVLPSXK dan berdoa untuk ampunan anaknya.. Jalan buntu melambangkan kalau si aku sudah tidak punya pilihan apa pun ketika sudah berhadapan dengan takdir Tuhan. Mau tidak mau dia harus menerimanya. Seperti ketika dia berjalan ke suatu tempat dan tersesat di sebuah jalan yang buntu. Dia harus mau menerima kenyataan kalau dia sampai pada suatu jalan yang tidak membawanya ke mana pun. Mau kembali ke jalan yang telah dilewati sebelumnya pun tidak mungkin. Karena jalan yang telah dilaluinya, adalah simbol waktu yang tidak mungkin diulang lagi. Si aku walaupun keadaannya sudah dekat dengan Tuhan, bersimpuh dan berdoa setiap saat kepada Tuhan, namun tetap saja dia tidak dapat memintakan ampun bagi anaknya. Si aku sebagai orang tua juga harus ikut menanggung dosa anaknya. Pintu ampunan Tuhan telah tertutup sebab sang anak telah menghadap Tuhan, mengahadap artinya mati. Pernyataan peneliti tersebut berdasarkan NDOLPDW ´*DSXUD UDKDVLD MDODQ EHUWHPX´ ´*DSXUD UDKDVLD´ DGDODK SLQWX \DQJ menghubungkan antara dunia dan akhirat. Satu-satunya yang menghubungkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dunia dan akhirat adalah kematian. Disebut gapura rahasia karena hanya Tuhan yang tahu kapan manusia sampai pada gapura tersebut. Inti dari puisi ini adalah pertaubatan seorang tua atas doasa yang diperbuat anaknya. Akan tetapi tetaplah sang anak akan mendapat ganjaran dari Tuhan meskipun sang orang tua sudah mengusahakan berbagai cara agar Tuhan memberikan berkah dan ampunan. Sang anak pun tidak sempat bertaubat atau insyaf sebab dia sudah sampai pada jalan buntu dan tidak mungkin dia mengulang ZDNWX6LDQDNVXGDKVDPSDLSDGD´JDSXUDUDKDVLD´\DQJPHQJKXEXQJNDQGXQLD GDQDNKLUDW 6HWHODKPHOHZDWL´JDSXUDUDKDVLD´VDQJ DQDN DNDQPHnghadapi saat perhitungan tentang dosa-dosa dan amal baik yang pernah dia lakukan. 28.
Rindu di Malam Takbiran karya Isna Di malam takbiran Saat senja telah berlalu sepi Ketika burung-burung pun telah kembali ke sarangnya Dan mentari telah menghilang bersama senyumnya Ada satu rasa terselip pada batas waktu Yang terus menggores dalam cahaya-Mu Hanya santun terucap Tatkala baru melandas pada kisi-kisi pujian-Mu Betapa sebenarnya Kerinduan ini telah lama mendera Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu Yang nyata tak pernah tersadari Dan saat gema itu kembali mengalun Terlintas betapa jauh kata yang telah terangkai Sekadar untuk mengucap Betapa sebenarnya, kerinduan ini begitu menyiksa kalbu Yang haru biru bersama kalbu Dikutip dari Mahir Berbahasa Indonesia kelas X SMA (Yudhistira, 2006: 193)
a.
Analisis Heuristik 1) ´'LPDODPWDNELUDQ´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara harfiah, malam takbiran memiliki makna malam saat suara takbir disuarakan oleh para umat islam di seluruh dunia. Dapat pula diartikan malam sebelum esok paginya adalah hari raya Idul Fitri. 2) ´6DDWVHQMDWHODKEHUODOXVHSL´ Senja adalah batas antara siang dan malam, dapat pula berarti menjelang malam. Senja berlalu sepi maksudnya saat senja berubah menjadi malam yang benar-benar gelap tidak banyak orang yang menyadari pergantiannya. Manusia hanya khusyuk bertakbir. 3) ´.HWLNDEXUXQJ-EXUXQJSXQWHODKNHPEDOLNHVDUDQJQ\D´ Saat malam hari memang saat burung-burung pulang ke sarang untuk beristirahat setelah seharian mencari makan. 4) ´'DQPHQWDULWHODKPHQJKLODQJEHUVDPDVHQ\XPQ\D´ Mentari telah menghilang bersama senyumnya maksudnya matahari telah tenggelam, langit menjadi gelap. Matahari saat siang artinya matahari tersenyum untuk semua makhluk di bumi ini. Lalu saat malam adalah saat matahari tersenyum untuk belahan bumi yang lain. 5) ³$GDVDWXUDVDWHUVHOLSSDGDEDWDVZDNWX´ Si aku merasa ada suatu rasa yang menyelip atau menyelinap di batas waktu. Batas waktu yang dimaksud adalah batas waktu antara siang dan malam, yaitu senja. Batas waktu dapat pula mengacu pada malam takbiran yang menjadi batas waktu antara bulan Ramadhan dengan bulan Syawal. 6) ´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melandas kisi-kisi pujian-Mu memiliki makna bahwa si aku baru saja tiba di suatu tempat dan di tempat itu banyak terdengar suara-suara yang membunyikan pujian pada Allah. Tempat itu bisa berupa masjid atau mushola. 9) ´%HWDSDVHEHQDUQ\D´ 10) ´.HULQGXDQLQLWHODKODPDPHQGHUD´ Baris sembilan dan sepuluh menandakan kerinduan pada malam takbiran sebenarnya sudah lama dirasakan oleh si aku. Namun, dia hanya menahannya dan memendam rindu itu dalam hati. 11) ´%HUJHOXWGDODPNHVHSLDQGDQDOLUDQZDNWX´ ´%HUJHOXW´ GDODP NHVHSLDQ PHQDQGDNDQ NDODX UDVD ULQGX LWX MXJD WLGDN pernah dia bagi pada orang lain. Si aku atau penyair membiarkan rasa rindu itu ada sepanjang waktu berjalan sampai tiba malam takbiran yang dia rindukan itu datang. 12) ´
di
malam
takbiran.
Semua
masjid
di
seluruh
dunia
mengumandangkan suara takbir dan saling bersautan. 14) ´7HUOLQWDV EHWDSD MDXK NDWD \DQJ WHODK WHUDQJNDL´ 6L aku mulai menyadari bahwa dia telah terlalu jauh merangkai kata-kata rindunya. 15) ´6HNDGDUXQWXNPHQJXFDS´ 16) ´%HWDSDVHEHQDUQ\DNHULQGXDQLQLEHJLWXPHQ\LNVDNDOEX´ 17) ´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
simbol kesedihan. Si aku sampai sedih karena begitu merindukan malam takbiran. Namu dia jiga merasakan haru bahagia karena masih diberikan Allah kesempatan bertemu malam takbiran. Si aku pun berharap dia masih bertemu malam takbiran di malam-malam takbiran selanjutnya. b.
Analisis Hermeneutik Puisi ini sangat sederhana dalam pemilihan kata. Puisi ini menggunakan
bahasa simbol, tetapi tidak banyak. Puisi Rindu di Malam Takbiran apabila dimaknai secara keseluruhan menceritakan sebuah kerinduan yang telah lama dirasakan oleh seorang muslim akan datangnya hari kemenangan. Si aku merasa kalau selama sebelas bulan yang lalu adalah bulan-bulan yang panjang dan hampa. Pernyataan tersebut peneliti dasarkan pada kutipan kalimat berikut Betapa sebenarnya Kerinduan ini telah lama mendera Bergelut dalam kesepian dan aliran waktu %HUGDVDUNDQ NXWLSDQ EDULV GL DWDV NDOLPDW ´EHUJHOXW GDODm kesepian dan DOLUDQ ZDNWX´ PHQDQGDNDQ NDODX VL DNX VHQGLUL \DQJ PHUDVDNDQ NHULQGXDQ SDGD malam yang paling indah itu. Aliran waktu menandakan kalau si aku sudah lama PHQDQWLNDQ PDODP WDNELUDQ ´.HVHSLDQ´ MXJD PHQDQGDNDQ NDODX VL DNX menginginkan pertemuannya dengan Allah dalam kondisi yang khusyuk tanpa seorang pun mengganggu kemesraannya dengan Allah. Di saat semua orang bertakbir, si aku justru tetap menikmati kesepiannya demi kekhusyukan hubungan dengan Sang Khalik. Si aku mengungkapakan rasa rindunya dengan mengucapkan kalimat-kalimat santun dan puji-pujian kepada Allah. Namun dai tidak pernah mengatakan pada siapa pun tentang perasaan rindunya. Rasa rindu yang sanagt kuat dirasakan oleh si aku sebenarnya adalah simbol keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Allah. Si aku sampai merasa haru bahagia karena dipertemukan dengan malam paling syahdu diantara malam-malam lain. Si aku bisa bermesraan dengan Tuhannya. Dia pun berharap masih memiliki malam-malam syahdu itu di kemudian hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. 1.
Kesimpulan
Tema Puisi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X SMA
Tabel 2. Tema Puisi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X SMA dari Erlangga dan Yudhistira No
Tema Puisi
Judul Puisi Buku Erlangga a. Anak-anak Indonesia b. Potret Tukang Sampah Senja di Pelabuhan kecil Kuantar Kau sampai Stasiun Senen Dermaga Rindu Stasiun Tugu Surat dari Ibu
1
Kritik sosial
Buku Yudhistira a. Candi Muara Jambi b. Narkotik
2
Cinta/patah hati
a.
3 4
9
tragedi kemanusiaan kerinduan pada tanah kelahiran kekaguman pada sosok ibu atau perempuan kegembiraan rakyat jelata pascapanen keprihatinan terhadap keberadaan bahasa Indonesi keberaniaan seorang sosok yang menantang hidup yang keras Ketuhanan/religius
10
Peperangan
11
Keindahan Alam
12
Konfil batin
13
Kematian
5
6 7
8
b. -
Ibu
a. Ibunda Tercinta b. Perempuanperempuan Perkasa Tanah Kelahiran 1
-
Terjebak Dilema
a. Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung
Perahu Layar
a. Insyaf, b. Malam Mulai Bercerita c. Rindu di Malam Takbiran a. Dalam Pasang b. Perkabungan di Laut Timor a. Bantimurung b. Mandalawangi-Pangrango a. Bagaimana b. Daun dan Air Mata c. Menyesal Gaun Burung Gagak
Matahari-matahari!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Makna Semiotik Pusi-puisi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X SMA Makna semiotik puisi-puisi yang ada di buku teks Bahasa Indonesia kelas X
SMA baik dari penerbit Erlangga maupun Yudhistira, keduanya peneliti analisis menggunakan teori Riffaterre. Berdasarkan hasil analisis heuristik dan hermeneutikk, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: a. Makna heuristik, Makna semiotik yang digunakan di dua buku teks tersebut banyak yang diungkapkan dengan bahasa simbol. Bahasa simbol digunakan untuk menandai atau menyimbolkan suatu maksud yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Banyak penyair puisi dari kedua buku teks yang menggunakan bahasa simbol yang diperoleh dari alam. Simbol alam digunakan mulai dari judul sampai pemilihan kata pada baris-baris puisi. Berikut tujuhbelas judul puisi yang menggunakan simbol alam pada baris-baris puisi: 1)
Tanah kelahiran 1 karya Ramadhan K. H
2)
Perahu Layar karya Darmanto Jatman
3)
Stasiun Tugu karya Taufik Ismail
4)
Senja di Pelabuhan Kecil yang ditulis oleh Chairil Anwar
5)
Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya
6)
Matahari-matahari! karya Muchtar Lubis
7)
Surat dari Ibu karya Asrul Sani
8)
Bantimurung karya Ras Agaffar
9)
Malam mulai Bercerita karya Isna
10)
Mandalawangi-Pangrango yang ditulis oleh Soe Hok Gie
11)
Dalam Pasang yang dikarang oleh Abdul Hadi W. M
12)
Daun dan Air Mata oleh Ary Andreas Toelle
13)
Perkabungan di Laut Timor karya Hamdy Salad
14)
Bunga Krisan tentang Pemanjat-pemanjat Gunung karya Mars Mattola
15)
Ibu yang ditulis oleh K. H. A. Mustofa Bisri
16)
Gaun Burung Gagak karya Dorothea Rosa Herliany
17)
Rindu di Malam Takbiran karya Isna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuhbelas puisi di atas benyak menggunakan bahasa simbol yang mengandung makna semiotik yang multiintepretable. Simbol-simbol alam yang banyak digunakan anatara lain air, laut, gunung, matahari, dan langit. Laut pada beberapa judul puisi, yaitu Perkabungan di Laut Timor dan Senja di Pleabuhan Kecil adalah simbol kematian. Manusia apabila dia sudah berada di laut, maka hanya ada dua pilihan, yaitu hidup apabila dia bisa bertahan dan dia mati apabila itu sudah takdirnya. Namun, laut pada puisi Surat dari Ibu adalah simbol dunia baru yang penuh tantangan dan harapan. Laut adalah tujuan hidup bagi para nelayan, pernyataan tersebut adalah simbolisasi laut pada puisi Perahu Layar. Gunung juga merupakan simbol yang banyak digunakan oleh para penyair, antara lain pada puisi karya Soe Hok Gie dan Mars Mattola. Gunung adalah simbol kehidupan yang penuh dengan misteri yang disimbolkan dengan hutan yang gelap. Gunung adalah simbol kehidupan yang penuh tantangan bahaya yang disimbolkan dengan jurang dan kebahagiaan apabila sudah mencapai puncak. Intepretasi yang beragam bukan menjadi halanagan untuk menyajikan materi pembelajaran apresiasi puisi yang baik bagi peserta didik justru dengan keberagaman tersebut peserta didik akan lebih bebas memaknai setiap simbol yang ada pada karya sastra khususnya puisi. b. Makna Hermeneutik Secara hermeneutik pemakanaan puisi peneliti titik beratkan pada pencarian sebuah kata kunci lalu menerjemahkan kata kunci tersebut dan mengurainya sehingga mendapat uraian makna yang jelas mengenai isi puisi. Kata kunci yang peneliti temukan dari 28 puisi yang peneliti analisis banyak yang menggunakan persimbolan dari alam sama seperti pemaknaan secara heuristik di atas. Misalnya pada puisi Daun dan Air Mata, daun yang berguguran merupakan kata kunci XQWXNPHPDNQDLSXLVLWHUVHEXW´'DXQ´\DQJJXJXUGLDUWLNDQVHSHUWLDLUPDWD\DQJ jatuh. Kata matahari pada puisi Matahari-matahari! yaang merupakan simbol pengatur waktu. Langit pada puisi Ibu yang menjadi simbol bahwa ibu seolaholah penjelmaan kasih sayang Tuhan kepada umat-Nya. Pada puisi Rindu di Malam Takbiran, kata rindu adalah simbol keimanan dan ketakwaan pada Tuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kata malam pada puisi Malam Mulai Bercerita mennyimbolkan bahwa saat malamlah manusia berikan hidup sepenuhnya untuk Tuhan setelah seharian berjuang untuk dunia. Artinya siang untuk dunia dan malam untuk Tuhan bukan semata bahwa manusia melupakan Tuhan saat siang hari. Namun, hendaknya menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kesimpulannya, penggunaan bahasa simbol yang diambil dari alam akan mempermudah peserta didik menganalisis puisi. Simbol alam sangat dekat dengan dunia peserta didik, setiap hari mereka berinteraksi dengan alam sehingga pemahaman peserta didik terhadap simbol-simbol alam yang digunakan penyair akan mudah diterjemahkan. Analisis hermeneutik akan mudah dilakukan dengan menggunakan pendekatan mimetik yang dikemukakan Abrams. Pendekatan mimetik memungkinkan peserta didik menggunakan kata-kata yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari untuk menerjemahkan bahasa simbol yang ada pada puisi. B.
Implikasi
Implikasi atau keterkaitan penelitian ini adalah pada bidang pendidikan khususnya pembelajaran sastra puisi. Penelitian ini membahas anlisis puisi menggunakan teori semiotik Riffaterre melalui dua tahap analisis. Tahap pertama adalah analisis heuristik, yaitu Analisis heuristik adalah analisis berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Riffaterre dalam Racmat Djoko Pradopo, 2003: 135). Analisis ini mengacu pada konvensi kebahasaan. Pembaca melakukan penafsiran struktur kebahasaan (tanda linguistik) secara referensial. Bahasa yang digunakan merupakan penanda yang dihubungkan dengan referennya, yaitu hal-hal nyata. Tahap kedua adalah analisis hermeneutik. Cara ini dilakukan dengan menganalisis ulang dengan memberikan intepretasi yang disebut sebagai sistem
analisis semiotik tingkat kedua, yakni berdasarkan konvensi sastra.
Penafsiran hermeneutik yaitu analisis yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh. Menemukan makna puisi secara utuh memiliki keterkaitan dengan SKKD yang ada di kelas X SMA, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SKKD Semester 1 kelas X SMA a. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung b. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman c. Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. SKKD Semester 2 kelas X SMA a. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi b. Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi. c. Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi Pembelajaran apresiasi puisi yang disebutkan pada SKKD di atas dapat dilakukan dengan analisis heuristik dan hermenutik. Analisis heuristik dan hermeneutik yang peneliti lakukan ini juga memiliki keterkatian dengan pembelajaran apresiasi puisi di SMA Negeri 1 Gemolong. Pembelajaran apresiasi di sekolah tersebut kebetulan menggunakan analisis yang sama dengan yang peneliti pakai untuk analisis puisi pada penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada guru dan siswa kelas X SMA, pembelajaran apresiasi puisi di kelas X memang menggunakan analisis heuristik dan hermeneutik. Hanya saja agar peserta didik lebih mudah memahami materi analisis ini, guru tidak menyebutkan analisis heuristik dan hermeneutik secara verbal istilah heuristik diganti dengan memaknai kata-kata dalam puisi dengan penafsiran denotatif dan menghubungkannya dengan hal-hal nyata. Pada tahap analisis hermeneutik, peserta didik dimimnta mencari kata kunci dari puisi kemudian dari kata kunci yang telah ditemukan peserta didik menciptakan makna puisi seca utuh, bukan lagi penafsiran kata per kata. Penafsiran masing-masing peserta didik tentu berbeda, artinya guru akan mengalami kesulitan saat penilaian. Namun, guru yang peneliti wawancarai memaparkan bahwa penilaian terhadap hasil analisis peserta didik tidak berdasarkan penafsiran yang salah atau benar, tetapi berdasarkan kedalaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
analisis. Sastra adalah sebuah karya yang multiinterpretable sehingga setiap penafsiran adalah benar, yang membedakan tingkat kualitas analisis adalah kedalaman pemaknaan. Para peserta didik ketika peneliti wawancarai, mengaku lebih mudah menafsirkan puisi dengan analisis semiotik ini. Mereka mengatakan bahwa mereka lebih bebas memberi penafsiran pada kata-kata dalam puisi. Mereka mengaku paling menyukai pada tahap hermeneutik atau mencari kata kunci sebab analisis tahap ini mengasah kepekaan hati mereka memahami suatu karya sastra. Guru pun mengaku kalau pembelajaran apresiasi puisi dengan cara analisis heuristik dan hermeneutik ini mampu meningkatkan kemampuan apresiasi peserta didik terhadap puisi. Untuk mempermudah pembelajaran apresiasi puisi dengan pendekatan semiotik Riffaterre, berikut langkah-langkah yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dan peserta didik: a. guru meminta peserta didik membaca puisi secara berulang-ulang agar mereka dapat memaknai puisi yang dijadikan materi pelajaran; b. setelah dirasa cukup, peserta didik secara berkelompok/individu diminta untuk mencatat tema dan amanat puisi. Tujuan tahap ini adalah mempermudah peserta didik memahami maksud yang disembunyikan penyair dalam bahasa simbol di puisinya; c. peserta didik boleh secara berkelompok/individu menganalisis puisi dengan analisis heuristik. Pada tahap ini peserta didik menerjemahkan kata-kata dalam puisi berdasarkan makna denotatif. Mereka bisa menggunakan referensi KBBI sehingga diperoleh arti yang benar. Selain KBBI mereka juga boleh mengaitkan kata-kata dalam puisi dengan dunia nyata (Pendekatan mimetik milik Abrams); d. tahap berikutnya adalah analisis hermeneutik pada tahap ini peserta didik mencari kata kunci yang menjadi penentu makna utuh dari puisi. Pada tahap ini dimungkinkan penafsiran atau pemaknaan masing-masing peserta didik berbeda, e. guru juga ikut melakukan kedua analisis di atas sehingga diperoleh perbandingan yang dapat dijadikan pedoman penilaian;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. penilaian hasil analisis tidak bergantung pada benar dan salah, tetapi berdasarkan kedalaman analisis. Diutamakan pada kedalaman analisis hermenutiknya. Pada tahap analisis hermeneutik inilah makna utuh suatu karya dapat diterjemahkan. C.
Saran
Berdasarkan hasil kajian pada penilitian ini, peneliti memberi saran sebagai berikut: 1.
Kepada guru Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada semua guru
mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menggunakan analisis semiotik sebagai salah satu metode analisis dalam pembelajaran sastra. Peneliti berani menyarankan demikian karena di SMA Negeri 1 Gemolong khusunya kelas X menerapkan analisis semiotik Riffaterre ini sebagai metode untuk analisis sastra. Guru di sekolah tersebut mengaku bahwa kemampuan apresiasi peserta didik terhadap puisi lebih baik dan peserta didik pun lebih bebas mengungkapakan analisisnya. Analisis ini mewadahi analisis yang berbeda-beda karena sastra adalah karya yang multi tafsir. Guru sebaiknya jangan hanya mengajarkan struktur puisi. Analisis semiotik menekankan pada pemaknaan puisi secara utuh dan analisis ini juga memiliki keterkaitan dengan SKKD mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA. Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai materi ajar pembelajaran apresiasi puisi. Penelitian ini kebetulan menggunakan buku teks sebagai objek penelitiannya sehingga dapat membantu guru yang mengalami kesulitan menerjemahkan makna puisi dalam buku teks yang digunakan. 2.
kepada peserta didik Peneliti mengharapkan peserta didik dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai referensi materi belajar. Penelitian ini menggunakan buku teks sebagai objek kajian sehingga sangat relevan dengan materi yang mereka pelajari di kelas. Buku teks yang peneliti gunakan adalah buku teks bahasa Indonesi dari dua penerbit, yaitu Yudhistira dan Erlangga sebab kedua buku teks tersebut banyak digunakan di sekolah khususnya di wilayah Sragen. Kualitas 2 buku teks tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sudah memenuhi tuntutan KTSP dan sesuai standar ISI 2006. Selain itu, analisis semiotik dengan analisis heuristik dan hermeneutik dapat pula diterapkan pada karya satra lain seperti cerpen, novel, dan naskah drama. Hasil penelitian ini pun dapat digunakan oleh peserta didik sebagai acuan ketika menganalisis puisi-puisi yang berasal dari sumber lain, seperti majalah sastra atau antologi puisi.
commit to user