MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH DKI JAKARTA
HIMBAUAN KEAGAMAAN No. 01/B/2/2017
Terkait dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) pada Februari 2017, yang sudah dimulai tahapan-tahapannya, ada dinamika keagamaan – di Jakarta khususnya dan di Indonesia umumnya – yang telah menjadi perhatian Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta. Mencermati dinamika tersebut, MTT PWM DKI Jakarta merasa perlu menyampaikan beberapa pikiran dan himbauan keagamaan kepada warga Persyarikatan Muhammadiyah. 1. Setiap muslim sudah sepatutnya mengedepankan akhlak mulia di segala ruang kehidupan, termasuk kehidupan berdemokrasi, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, dalam interaksi dan komunikasi menjelang, selama, dan seusai pilkada, setiap muslim, dan bahkan setiap warga negara, hendaknya mengedepankan sikap saling menghormati, menghargai perbedaan pandangan, bertenggang rasa, bertasamuh, dan menunjukkan segala sifat yang mencerminkan kepribadian mulia – dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan. 2. Kehidupan muslim, dalam segala aspek, haruslah didasarkan pada tauhid. Demikian halnya dalam aspek muamalah, tauhid juga harus menjadi prinsip penuntun. Oleh karena itu, dalam memberikan dukungan politik, memilih pemimpin politik, dan melakukan kerjakerja politik (siyasah), setiap muslim hendaknya mendasarkan pada iman tauhidnya. Misalnya, mempertimbangkan apakah pilihan atau keputusannya selaras dengan ketaatan dan ketundukannya kepada Allah, dan apakah pilihan atau keputusannya itu berdampak pada menguat atau melemahnya ketauhidan umat. Pada prinsipnya, memilih pemimpin yang muslim, sekaligus adil, terampil memimpin, berakhlak mulia, mencintai dan dicintai rakyat, serta memiliki semangat nasionalisme keindonesiaan, adalah lebih dekat dan lebih selaras dengan nilai tauhid dan semangat kehidupan kebangsaan.
1
3. Islam mengajarkan persatuan dan persaudaraan. Apa pun pandangan dan pilihan politiknya, setiap muslim hendaknya mengutamakan persatuan, persaudaraan, kerukunan, keharmonisan dan perdamaian di antara sesama muslim dan sesama warga bangsa. Bila ada pilihan-pilihan yang berbeda dan dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Islam, hendaknya direspon dengan edukasi dan saling menasihati (tawashi), dan bukan dengan aksi menghina, menghujat, memaki, memusuhi dan memprovokasi. Umat Islam hendaknya fokus pada hal-hal yang bisa menyatukan, dan bukan pada hal-hal yang dapat membuat umat terpecah belah. Informasi-informasi yang terverifikasi dan dapat menyatukan umat hendaknya didahulukan dan disebarluaskan, dan informasi-informasi yang belum tentu benar dan dapat memecah-belah hendaknya dikesampingkan dan disingkirkan. 4. Edukasi adalah salah satu pilihan terbaik untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Oleh karena itu, setiap muslim yang berilmu luas (ulama, kiai, habib, ustadz, ilmuwan, cendekiawan dsb.) sebaiknya berusaha mencari cara untuk memberikan edukasi dan pencerahan yang baik, yang penuh kejujuran, kesantunan dan keteladanan, sesuai kapasitasnya masing-masing terkait opsi-opsi yang dimiliki umat dalam kehidupan politik yang disinari pengetahuan wahyu. Seiring dengan itu, setiap muslim hendaknya mencari cara untuk bisa mendapatkan edukasi keagamaan yang baik terkait kehidupan bermuamalah, terutama kehidupan ber-Indonesia, yang merupakan negara Pancasila, sebagai darul-‘ahdi wasy-syahadah (negeri konsensus dan kesaksian). 5. Dalam rangka mewujudkan baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, yaitu Indonesia yang berkemajuan, masyarakat perlu bahu-membahu melakukan kerja nyata di berbagai lini. Karena itu, masyarakat sebaiknya tidak menghabiskan terlalu banyak energi untuk memikirkan satu masalah, bahkan untuk satu masalah di satu wilayah saja, dengan mengabaikan perhatian pada masalah-masalah besar lainnya, terutama kemungkarankemungkaran sosial seperti korupsi dan ketidakadilan kepada kaum lemah, dalam kehidupan di Tanah Air secara keseluruhan. Himbauan keagamaan ini, yang didasarkan pada pemahaman terhadap dalil-dalil agama sebagaimana terlampir, dimaksudkan untuk menjadi bagian dari upaya menciptakan kehidupan sosial-keagamaan yang sehat. Oleh karenanya, himbauan ini tidak semestinya dimanfaatkan, dengan cara apa pun, untuk kepentingan politik sesaat suatu kelompok yang ingin memperkeruh suasana. Nashrun minallah wa fathun qarib.
2
Scanned by CamScanner
LAMPIRAN HIMBAUAN KEAGAMAAN Poin 1: Akhlak Mulia dan Saling Menghormati “Setiap muslim sudah sepatutnya mengedepankan akhlak mulia di segala ruang kehidupan, termasuk kehidupan berdemokrasi, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, dalam interaksi dan komunikasi menjelang, selama, dan seusai pilkada, setiap muslim, dan bahkan setiap warga negara, hendaknya mengedepankan sikap saling menghormati, menghargai perbedaan pandangan, bertenggang rasa, bertasamuh, dan menunjukkan segala sifat yang mencerminkan kepribadian mulia – dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan.” Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin pertama adalah sebagai berikut: Dalil Pertama: Akhlak Mulia Nabi Muhammad sebagai Contoh bagi Umat Q.S. al-Ahzab [33]: 21
ِ ِ لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِفي رس سنَةٌ لِ َم ْن َكا َن يَ ْر ُجو اللَّوَ َوالْيَ ْوَم ْاْل ِخ َر َوذَ َك َر اللَّوَ َكثِ ًيرا ْ ول اللَّو أ َُ ْ َ ُس َوةٌ َح Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak menyebut Allah.
Dalil Kedua: Larangan Merendahkan Orang Lain Q.S. al-Hujurat [49]: 11
ٍ ِّيا أَيُّها الَّ ِذين آمنوا ََل يسخر قَ وم ِّمن قَ وٍم عسى أَن ي ُكونُوا خي را ِّم ْن هم وََل نِساء ِّمن ن س ٰى أَن يَ ُك َّن ٌ ْ ْ َ ْ َ َُ َ َ َ َ ََٰ ْ ٌ َ َ ْ ُ ً َْ َ ساء َع َ ِ اب ۖ بِْئ ِ اْليم ِ َخ ْي را ِّم ْن ُه َّن ۖ َوََل تَ ل ِْم ُزوا أَن ُفس ُك ْم َوََل تَنَابَ ُزوا بِ ْاْلَلْ َق ان ۖ َوَمن لَّ ْم َ ِْ سو ُق بَ ْع َد ً ُ س اَل ْس ُم الْ ُف َ َ ك ُى ُم الظَّالِ ُمو َن َ ِب فَأُولَٰئ ْ ُيَت Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan
4
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Dalil Ketiga: Tidak Memaksakan Kehendak, Pandangan atau Keyakinan Q.S. Yunus [10]: 99
ِِ ِ ك َْل َم َن َم ْن فِي ْاْل َْر ين َ ُّاء َرب َ ْض ُكلُّ ُه ْم َج ِم ًيعا أَفَأَن َ َّاس َحتَّى يَ ُكونُوا ُم ْؤمن َ َولَ ْو َش َ ت تُ ْك ِرهُ الن Artinya: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?
Dalil Keempat: Tidak Memaksakan Agama atau Keyakinan
Artinya:
ََل إِ ْك َر َاه فِي الدِّي ِن
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).
Dalil Kelima: Bertauhid secara Tegas dan Toleransi Q.S. Al-Kafirun [109] 1-6
) َوََل أَنَا َعابِ ٌد َما َعبَ ْدتُ ْم3( ) َوََل أَنْ تُ ْم َعابِ ُدو َن َما أَ ْعبُ ُد2( ) ََل أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدو َن1( قُ ْل يَا أَيُّ َها الْ َكافِ ُرو َن )6( ) لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِن5( ) َوََل أَنْ تُ ْم َعابِ ُدو َن َما أَ ْعبُ ُد4( Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
5
penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Dalil Keenam: Berlaku Adil terhadap Non-Muslim Q.S. al-Mumtahanah [60]: 8-9
ِ ِ َّ ِ ِ وى ْم َوتُ ْق ِسطُوا إِلَْي ِه ْم إِ َّن ُ ين لَ ْم يُ َقاتِلُوُك ْم في الدِّي ِن َولَ ْم يُ ْخ ِر ُجوُك ْم م ْن ديَا ِرُك ْم أَ ْن تَبَ ُّر َ ََل يَ ْن َها ُك ُم اللَّوُ َع ِن الذ ِِ ِ ِ َّ ِ ِ اى ُروا ُّ اللَّوَ يُ ِح َ َين قَاتَلُوُك ْم في الدِّي ِن َوأَ ْخ َر ُجوُك ْم م ْن ديَا ِرُك ْم َوظ َ ) إِنَّ َما يَ ْن َها ُك ُم اللَّوُ َع ِن الذ8( ين َ ب ال ُْم ْقسط ِ َعلَى إِ ْخر )9( ك ُى ُم الظَّالِ ُمو َن َ ِاج ُك ْم أَ ْن تَ َولَّ ْو ُى ْم َوَم ْن يَتَ َولَّ ُه ْم فَأُولَئ َ Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (8) Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (9)
Dalil Ketujuh: Persamaan Derajat di antara Manusia yang Majemuk Q.S. Al-Hujurat [49]: 13
َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنْ ثَى َو َج َعلْنَا ُك ْم ُش ُعوبًا َوقَ بَائِ َل لِتَ َع َارفُوا إِ َّن أَ ْك َرَم ُك ْم ِع ْن َد اللَّ ِو أَتْ َقا ُك ْم ُ يَا أَيُّ َها الن ِ يم َخبِ ٌير ٌ إِ َّن اللَّ َو َعل Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
6
Poin 2: Tauhid dan Memilih Pemimpin “Kehidupan muslim, dalam segala aspek, haruslah didasarkan pada tauhid. Demikian halnya dalam aspek muamalah, tauhid juga harus menjadi prinsip penuntun. Oleh karena itu, dalam memberikan dukungan politik, memilih pemimpin politik, dan melakukan kerjakerja politik (siyasah), setiap muslim hendaknya mendasarkan pada iman tauhidnya. Misalnya, mempertimbangkan apakah pilihan atau keputusannya selaras dengan ketaatan dan ketundukannya kepada Allah, dan apakah pilihan atau keputusannya itu berdampak pada menguat atau melemahnya ketauhidan umat. Pada prinsipnya, memilih pemimpin yang muslim, sekaligus adil, terampil memimpin, berakhlak mulia, mencintai dan dicintai rakyat, serta memiliki semangat nasionalisme keindonesiaan, adalah lebih dekat dan lebih selaras dengan nilai tauhid.” Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin kedua adalah sebagai berikut: Dalil Pertama: Perintah Bertauhid kepada Umat Q.S. Al-Anbiya’ *21+: 92
ِ إ َّن ى ِذ ِه أ َُّمت ُكم أ َُّمةً و ِ اح َد ًة وأَنَا ربُّ ُكم فَا ْعب ُد ون َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
Dalil Kedua: Larangan Menjadikan Orang-Orang Kafir sebagai Awliya’ Q.S. Ali Imran [3]: 28
ِ َّخ ِذ الْم ْؤِمنو َن الْ َكافِ ِرين أَولِي ِ ِِ س ِم َن اللَّ ِو فِي َش ْي ٍء إََِّل أَ ْن َ ِين َوَم ْن يَ ْف َع ْل َذل ُ ُ ِ َل يَت َ اء م ْن ُدون ال ُْم ْؤمن ََْ َ َ ك فَ لَْي ِ تَتَّ ُقوا ِم ْن هم تُ َقا ًة ويح ِّذرُكم اللَّوُ نَ ْفسوُ وإِلَى اللَّ ِو الْم ص ُير ُْ َ َ َ ُ ُ َ َُ Artinya: Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti
7
dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).
Dalil Ketiga: Larangan Menjadikan Orang-Orang Kafir sebagai Awliya’ Q.S. An-Nisa [4]: 144
ِ َّخ ُذوا الْ َكافِ ِرين أَولِي ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ََل تَ ت ِِ ِ ين أَتُ ِري ُدو َن أَ ْن تَ ْج َعلُوا لِلَّ ِو َعلَْي ُك ْم ُس ْلطَانًا َ َ َ َ َ اء م ْن ُدون ال ُْم ْؤمن ََْ َ ُمبِينًا Artinya: Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).
Dalil Keempat: Larangan Menjadikan Orang-Orang Yahudi dan Nasrani sebagai Awliya’ Q.S. Al-Maidah [5]: 51
ِ ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ََل تَ ت ٍ ض ُه ْم أ َْولِيَاءُ بَ ْع ض َوَم ْن يَتَ َولَّ ُه ْم ِم ْن ُك ْم فَِإنَّوُ ِم ْن ُه ْم ُ اء بَ ْع َ َّخ ُذوا الْيَ ُه َ َ َ ود َوالن َ َ َ ََّص َارى أ َْولي ِ ِِ ين َ إِ َّن اللَّ َو ََل يَ ْهدي الْ َق ْوَم الظَّالم Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Dalil Kelima: Larangan Menjadikan Orang-Orang yang Melecehkan Islam sebagai Awliya’
ِ ِ َّ ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ اب ِمن قَ ْبلِ ُك ْم َ َين أُوتُوا الْكت َ ين َ ين اتَّ َخ ُذوا دينَ ُك ْم ُى ُزًوا َولَعبًا ِّم َن الذ َ آمنُوا ََل تَ تَّخ ُذوا الذ َ يَا أَيُّ َها الذ ِ ِِ ين َ اء ۖ َواتَّ ُقوا اللَّ وَ إِن ُكنتُم ُّم ْؤمن َ ََوالْ ُك َّف َار أ َْولي 8
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.
Dalil Keenam: Larangan Menjadikan Musuh Allah sebagai Awliya’ Q.S. Al-Mumtahanah [60]: 1
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ اء ُك ْم ِم َن َ ين َ يَا أَيُّ َها الذ َ َآمنُوا ََل تَ تَّخ ُذوا َع ُد ِّوي َو َع ُد َّوُك ْم أ َْولي َ اء تُ ْل ُقو َن إلَْي ِه ْم بال َْم َودَّة َوقَ ْد َك َف ُروا ب َما َج ِ ِ ِ ِ ً ول وإِيَّا ُكم أَ ْن تُ ْؤِمنُوا بِاللَّ ِو ربِّ ُكم إِ ْن ُك ْنتُم َخر ْجتُم ِج َه َاتِي َّ ْح ِّق يُ ْخ ِر ُجو َن َ اء َم ْر َ ال ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ الر ُس َ ََادا في َسبيلي َوابْت ِ تُ ِس ُّرو َن إِلَي ِهم بِالْمود ِ ِالسب يل َّ اء َ َّة َوأَنَا أَ ْعلَ ُم بِ َما أَ ْخ َف ْيتُ ْم َوَما أَ ْعلَْنتُ ْم َوَم ْن يَ ْف َعلْوُ ِم ْن ُك ْم فَ َق ْد َ َ َّل َس َو ََ ْ ْ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Dalil Ketujuh: Karakteristik Imam (Pemimpin) Q.S. AL-Anbiya’ *21+: 73
ِ َّ الص ََل ِة وإِيتاء ِِ ِ َ اىم أَئِ َّمةً ي ْه ُدو َن بِأَم ِرنَا وأَوح ْي نَا إِلَْي ِهم ِف ْعل ال ين َ َْخ ْي َرات َوإِق ََْ ْ َ ْ ُ ََو َج َعلْن َ الزَكاة َوَكانُوا لَنَا َعابد َ َ َ َّ ام َ ْ Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.
9
Dalil Kedelapan: Pentingnya Berlaku Adil Q.S. Al-Maidah [5]: 8
ِ َِّ يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ُكونُوا قَ َّو ِام اء بِال ِْق ْس ِط َوََل يَ ْج ِرَمنَّ ُك ْم َشنَآ ُن قَ ْوٍم َعلَى أ َََّل تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا ُى َو َ َ َ َ َ َ ين للو ُش َه َد ب لِلتَّ ْق َوى َواتَّ ُقوا اللَّ َو إِ َّن اللَّوَ َخبِ ٌير بِ َما تَ ْع َملُو َن ُ أَق َْر Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalil Kesembilan: Kelemahlembutan dan Sikap-Mengayomi dari Pemimpin Q.S. Ali Imran [3]: 159
ِ ِ ِ ظ الْ َقل استَ َْ ِف ْر لَ ُه ْم َ ت فَظِّا غَ ِلي ُ ك فَا ْع َ ْب ََلنْ َفضُّوا ِم ْن َح ْول َ ت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْن َ فَبِ َما َر ْح َم ٍة م َن اللَّ ِو لِْن ْ ف َع ْن ُه ْم َو ِ ين ُّ ت فَ تَ َوَّك ْل َعلَى اللَّ ِو إِ َّن اللَّوَ يُ ِح َ َو َشا ِوْرُى ْم فِي ْاْل َْم ِر فَِإذَا َع َزْم َ ب ال ُْمتَ َوِّكل Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Dalil Kesepuluh: Pentingnya Pemimpin Mencintai Rakyat Q.S. Al-Taubah [9]: 128
ِ ٌ ول ِمن أَنْ ُف ِس ُكم ع ِزيز علَي ِو ما عنِتُّم ح ِريص علَي ُكم بِالْم ْؤِمنِين رء يم ْ ٌ اء ُك ْم َر ُس ٌ وف َرح َُ َ ُ ْ ْ َ ٌ َ ْ َ َ ْ َ ٌ َ ْ َ لََق ْد َج 10
Artinya: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
11
Poin 3: Persatuan dan Waspada terhadap Informasi
“Islam mengajarkan persatuan dan persaudaraan. Apa pun pandangan dan pilihan politiknya, setiap muslim hendaknya mengutamakan persatuan, persaudaraan, kerukunan, keharmonisan dan perdamaian di antara sesama muslim dan sesama warga bangsa. Bila ada pilihan-pilihan yang berbeda dan dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Islam, hendaknya direspon dengan edukasi dan saling menasihati (tawashi), dan bukan dengan aksi menghina, menghujat, memaki, memusuhi dan memprovokasi. Umat Islam hendaknya fokus pada hal-hal yang bisa menyatukan, dan bukan pada hal-hal yang dapat membuat umat terpecah belah. Informasi-informasi yang terverifikasi dan dapat menyatukan umat hendaknya didahulukan dan disebarluaskan, dan informasi-informasi yang belum tentu benar dan dapat memecah-belah hendaknya dikesampingkan dan disingkirkan.” Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin ketiga adalah sebagai berikut: Dalil Pertama: Persaudaraan Orang Beriman dan Pentingnya Mendamaikan Q.S. Al-Hujurat [49]: 10
ِ َخ َويْ ُك ْم َواتَّ ُقوا اللَّ َو لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْر َح ُمو َن َ َصلِ ُحوا بَ ْي َن أ ْ إِنَّ َما ال ُْم ْؤمنُو َن إِ ْخ َوةٌ فَأ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Dalil Kedua: Larangan Berpecah-Belah Q.S. Ali Imran [3]: 103
12
ِ َّ َ صموا بِحب ِل اللَّ ِو ج ِميعا وََل تَ َف َّرقُوا واذْ ُكروا نِعم ِ ف بَ ْي َن قُلُوبِ ُك ْم َ َّاء فَأَل ْ َ ُ ِ ََوا ْعت َْ ُ َ َ ً َ ً ت اللو َعلَْي ُك ْم إ ْذ ُك ْنتُ ْم أَ ْع َد ك يُبَ يِّ ُن اللَّوُ لَ ُك ْم آيَاتِِو لَ َعلَّ ُك ْم َ َِصبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِو إِ ْخ َوانًا َوُك ْنتُ ْم َعلَى َش َفا ُح ْف َرٍة ِم َن النَّا ِر فَأَنْ َق َذ ُك ْم ِم ْن َها َك َذل ْ فَأ
تَ ْهتَ ُدو َن
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (103) Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (104)
Dalil Ketiga: Perlunya Klarifikasi Berita Q.S. Al-Hujurat [49]: 6
ِِ ِ َيا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا إِ ْن جاء ُكم ف ِ ُاس ٌق بِنَبٍإ فَ تَب يَّ نُوا أَ ْن ت ِ ْ ُصيبُوا قَ ْوًما بِ َج َهالَ ٍة فَ ت ين َ َ َ َ َ َ ْ ََ َ صب ُحوا َعلَى َما فَ َعلْتُ ْم نَادم Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Dalil Keempat: Hati-Hati Menebar Berita Q.S. An-Nur [24]: 15
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ يم ٌ سبُونَوُ َىيِّ نًا َو ُى َو ع ْن َد اللَّو َعظ ٌ س لَ ُك ْم بو عل َ ْم َوتَ ْح َ إ ْذ تَ لَق ْونَوُ بأَلْسنَت ُك ْم َوتَ ُقولُو َن بأَفْ َواى ُك ْم َما لَْي Artinya: (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
13
Dalil Kelima: Sesama Muslim Bersaudara dan Saling Menolong
ومن كان في حاجة،قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم "المسلم أخو المسلم َل يظلمو وَل يسلِ ُمو ومن فرج عن مسلم كربة من كرب الدنيا فرج اهلل عنو كربة من كرب يوم،أخيو كان اهلل في حاجتو . متفق عليو. ومن ستر على مسلم ستره اهلل في الدنيا واْلخرة،القيامة
Artinya: Rasulullah Saw bersabda, Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil Keenam: Mukmin Harus Saling Menguatkan
. متفق عليو."بعضا ً قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم "المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضو Artinya: Rasulullah Saw bersabda, “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah laksana bangunan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil Ketujuh: Muslim Bersikap Baik terhadap Sesama
والمهاجر من ىجر ما، المسلم من سلم المسلمون من لسانو ويده:عن النبي صلى اهلل عليو وسلم قال . رواه البخاري.نهى اهلل عنو Artinya: Bahwa Nabi Saw bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang menyelamatkan orang muslim dari lidah dan tangannya, sedang orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah Saw.” (HR. Bukhari)
Dalil Kedelapan: Larangan Membunuh dan Mencela Sesama Muslim
14
. رواه مسلم."قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم "سباب المسلم فسوق وقتالو كفر Artinya: Rasulullah Saw bersabda, “Membunuh orang muslim adalah kekafiran dan mencelanya adalah kefasikan.” (HR. Muslim)
Artinya: Rasulullah Saw bersabda, “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang “Ruwaibidhah” berbicara. Ada yang bertanya, “Siapa Ruwaibidhah itu?” Nabi menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum.” (HR. Ibn Majah)
Dalil Kesembilan: Perintah Berkata Baik dan Memuliakan Orang Lain
، فليقل خيرا أو ليصمت، من كان يؤمن باهلل واليوم اْلخر: عن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قال . فليكرم َيفو، ومن كان يؤمن باهلل واليوم اْلخر، فليكرم جاره، ومن كان يؤمن باهلل واليوم اْلخر .ُمتَ َف ٌق َعلَْي ِو Artinya: Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”. (HR al-Bukhari dan Muslim). Dalil Kesepuluh: Hati-Hati terhadap Zaman Penuh Kebohongan
قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم سيأتي على الناس سنوات خداعات يصدق فيها الكاذب ويكذب فيها الصادق ويؤتمن فيها الخائن ويخون فيها اْلمين وينطق فيها الرويبضة قيل وما الرويبضة قال الرجل . رواه ابن ماجو.التافو في أمر العامة
15
Poin 4: Edukasi sebagai Amar Makruf Nahi Mungkar dan Belajar Tuntunan Hidup “Edukasi adalah salah satu pilihan terbaik untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Oleh karena itu, setiap muslim yang berilmu luas (ulama, kiai, habib, ustadz, ilmuwan, cendekiawan dsb.) sebaiknya berusaha mencari cara untuk memberikan edukasi dan pencerahan yang baik, yang penuh kejujuran, kesantunan dan keteladanan, sesuai kapasitasnya masing-masing terkait opsi-opsi yang dimiliki umat dalam kehidupan politik yang disinari pengetahuan wahyu. Seiring dengan itu, setiap muslim hendaknya mencari cara untuk bisa mendapatkan edukasi keagamaan yang baik terkait kehidupan bermuamalah, terutama kehidupan ber-Indonesia, yang merupakan negara Pancasila, sebagai darul-‘ahdi wasy-syahadah (negeri konsensus dan kesaksian).” Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin keempat adalah sebagai berikut: Dalil Pertama: Perintah Beramar Makruf Nahi Mungkar Q.S. Ali Imran [3]: 104
ِ ِ ْخي ِر ويأْمرو َن بِالْمعر ِ ْم ْفلِ ُحو َن َ ِوف َويَ ْن َه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر َوأُولَئ ُ ك ُى ُم ال ُْ َ ُ ُ َ َ ْ َ َولْتَ ُك ْن م ْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْد ُعو َن إلَى ال Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (103) Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Dalil Kedua: Perintah Berdakwah dengan Cara yang Baik Q.S. Al-Nahl [16]: 125
ِ ِ َ ِّيل رب ِ ِ ْحكْم ِة والْمو ِعظَ ِة الْح ِ َ َّل َ ك ُى َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن َ َّس ُن إِ َّن َرب ْ سنَة َو َجادل ُْه ْم بِالَّتِي ى َي أ ْ َ َ َ ك بِال َ ِ ا ْدعُ إِلَى َسب َ َح ََ ِ ِ ِِ ِ ين َ َع ْن َسبيلو َو ُى َو أَ ْعلَ ُم بال ُْم ْهتَد Artinya:
16
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalil Ketiga: Dakwah dengan Kata yang Lembut Q.S. Taa Haa [20]: 43-44
)44( شى َ ) فَ ُق43( ا ْذ َىبَا إِلَى ِف ْر َع ْو َن إِنَّوُ طَََى َ وَل لَوُ قَ ْوًَل لَيِّ نًا لَ َعلَّوُ يَتَ َذ َّك ُر أ َْو يَ ْخ Artinya: Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; (43) maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudahmudahan ia ingat atau takut. (44)
Dalil Keempat: Muslim Menjadi Umat Pertengahan yang Memberi Syahadah Q.S. Al-Baqarah [2]: 143
ِ ِ اء َعلَى الن ُ الر ُس َول َعلَْي ُك ْم َش ِهي ًدا َوَما َج َعلْنَا ال ِْق ْب لَة َّ َّاس َويَ ُكو َن َ َِوَك َذل َ ك َج َعلْنَا ُك ْم أ َُّمةً َو َسطًا لتَ ُكونُوا ُش َه َد ِ َّ ِ ْ َول ِم َّم ْن يَ ْن َقلِب َعلَى َع ِقبَ ْي ِو وإِ ْن َكان ين َ الر ُس َّ ت َعلَْي َها إََِّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن يَتَّبِ ُع َ الَّتِي ُك ْن َ ت لَ َكب َيرةً إََِّل َعلَى الذ َ ُ ِ ٌ س لَرء ِ ِ ِ َّ ِ يم َ َى َدى اللَّوُ َوَما َكا َن اللَّوُ ليُض ٌ وف َرح َ ِيع إ ُ َ ِ يمانَ ُك ْم إ َّن اللوَ بالنَّا Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyianyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Dalil Kelima: Perlunya Peran Ulama
17
ِ ِ ِ ِ ِ َ ال رس ِ ِ ْم ً ْم انْتِ َز ُ ِاعا يَ ْنتَ ِز ُعوُ م ْن الْعبَاد َولَك ْن يَ ْقب ُ ِإِ َّن اللَّوَ ََل يَ ْقب: ول اللَّو صلى اهلل عليو وسلم ُ َ َ َق َ ض الْعل َ ض الْعل ِ ِ ِ ِ بَِق ْب . ََلُّوا ً وسا ُجه َ ضلُّوا َوأ َ َسئِلُوا فَأَفْ تَ ْوا بََِْي ِر ِعل ٍْم ف ً َُّاس ُرء ُ ض ال ُْعلَ َماء َحتَّى إ َذا لَ ْم يُ ْب ِق َعال ًما اتَّ َخ َذ الن ُ ََّاَل ف رواه البخاري
Artinya: Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan".
18
Poin 5: Kerjasama dan Melawan Kemungkaran “Dalam rangka mewujudkan baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, yaitu Indonesia yang berkemajuan, masyarakat perlu bahu-membahu melakukan kerja nyata di berbagai lini. Karena itu, masyarakat sebaiknya tidak menghabiskan terlalu banyak energi untuk memikirkan satu masalah, bahkan untuk satu masalah di satu wilayah saja, dengan mengabaikan perhatian pada masalah-masalah besar lainnya, terutama kemungkarankemungkaran sosial seperti korupsi dan ketidakadilan kepada kaum lemah, dalam kehidupan di Tanah Air secara keseluruhan.” Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin kelima adalah sebagai berikut: Dalil Pertama: Perlunya Saling Mendukung dalam Amar Makruf Nahi Mungkar Q.S. Al-Taubah [9]: 67, 71
ِ ُ ات ب ع ِ ض يأْمرو َن بِالْم ْن َك ِر وي ْن هو َن ع ِن الْمعر ِ ِ ِ سوا ُ ِوف َويَ ْقب ْ َ ُ ال ُْمنَاف ُقو َن َوال ُْمنَاف َق ُْ َ َ ْ َ ََ ُ ُ ُ َ ٍ ض ُه ْم م ْن بَ ْع ُ َضو َن أَيْديَ ُه ْم ن ِ اللَّو فَ نَ ِسي هم إِ َّن الْمنَافِ ِقين ىم الْ َف اس ُقو َن ْ َُ َ ُُ َ ُ ِ ِ ِ ٍ ض ُه ْم أ َْولِيَاءُ بَ ْع الص ََل َة َّ يمو َن ُ ََوال ُْم ْؤِمنُو َن َوال ُْم ْؤِمن ُ ات بَ ْع ُ ض يَأ ُْم ُرو َن بال َْم ْع ُروف َويَ ْن َه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر َويُق ِ َّ َويُ ْؤتُو َن يم َ ِالزَكاةَ َويُ ِط ُيعو َن اللَّ َو َوَر ُسولَوُ أُولَئ ٌ ك َسيَ ْر َح ُم ُه ُم اللَّوُ إِ َّن اللَّ َو َع ِز ٌيز َحك Artinya: Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalil Kedua: Berbuat Maksimal Q.S. Huud [11]: 93, 121
19
ِ ِ ِ ب َو ْارتَِقبُوا َ َويَا قَ ْوِم ا ْع َملُوا َعلَى َم َكانَتِ ُك ْم إِنِّي َع ِام ٌل َس ْو ٌ اب يُ ْخ ِزيو َوَم ْن ُى َو َكاذ ٌ ف تَ ْعلَ ُمو َن َم ْن يَأْتِيو َع َذ ِ يب ٌ إِنِّي َم َع ُك ْم َرق ِِ ين ََل يُ ْؤِمنُو َن ا ْع َملُوا َعلَى َم َكانَتِ ُك ْم إِنَّا َع ِاملُو َن َ َوقُ ْل للَّذ Artinya: Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu." Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: "Berbuatlah menurut kemampuanmu; sesungguhnya Kami-pun berbuat (pula)."
Dalil Ketiga: Bekerja sesuai Keadaan atau Keahlian Q.S. Az-Zumar [39]: 39
ِ ِ ِ ِ ف تَ ْعلَ ُمو َن َ س ْو َ َقُ ْل يَا قَ ْوم ا ْع َملُوا َعلَى َم َكانَت ُك ْم إنِّي َعام ٌل ف Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui. Dalil Keempat: Bekerja Sungguh-Sungguh Q.S. AL-Taubah [9]: 105
ِ سيَ َرى اللَّوُ َع َملَ ُك ْم َوَر ُسولُوُ َوال ُْم ْؤِمنُو َن َو َستُ َردُّو َن إِلَى َعالِ ِم الََْْي َّ ب َو اد ِة فَ يُ نَبِّئُ ُك ْم بِ َما َ الش َه َ ََوقُ ِل ا ْع َملُوا ف
ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُو َن
Artinya: Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
20