id
o.
.g
ps
.b
ta
ko
un
di
ma
Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015
: 35770.1610 : 3101001.3577
Naskah oleh Seksi Statistik Sosial
:
Gambar Kulit oleh Seksi Statistik Sosial
:
ma
di
un
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
Nomor Publikasi Katalog BPS
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Madiun
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Dengan memanjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan hidayahNya semata maka Badan Pusat Statistik Kota Madiun dapat menerbitkan Statistik Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kota Madiun Tahun 2015.
id
Laporan ini memuat informasi tentang beberapa indikator kesejahteraan rakyat meliputi Kependudukan, Pendidikan, Kesehatan, Perumahan, Pengeluaran per Kapita dan Sosial Ekonomi Rumahtangga. Sumber data berasal dari SUSENAS tahun 20132015. Untuk memudahkan interpretasi, publikasi ini disajikan dalam bentuk ulasan ringkas yang dilengkapi dengan tabel dan grafik, dengan harapan para pengguna data secara cepat dan mudah dapat memahaminya.
ta
.b
ps
.g
o.
Akhirnya, ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak hingga terwujudnya buku ini. Saran dan kritik dari pemakai data sangat diharapkan untuk perbaikan penulisan yang akan datang
ma
di
un
ko
Wasalamu’aikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Madiun, Agustus 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MADIUN KEPALA
FIRMAN BASTIAN NIP.: 19670607 199212 1 001
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………..…………. DAFTAR ISI …………………………………………………………………
1
i ii
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang …………………………….……………………. 1.2. Tujuan Penulisan ………………………………………..………. 1.3. Metodologi ……………………………………………….……...
2
KEPENDUDUKAN
3
KESEHATAN
Pertumbuhan Penduduk dan Sex Ratio …………………………... Struktur Umur ………………………………………..………….. Penduduk Menurut Status Perkawinan …….…………….……… Umur Perkawinan Pertama .………………………….………….. 2.5. Keluarga Berencana …………………………………….………..
id
2.1. 2.2. 2.3. 2.4.
2 2 3 3 3
4 5 5 5
ko
PENDIDIKAN
4.1. Angka Melek Huruf ……………………………………..……… 4.2. Partisipasi Sekolah ………………………………………………. 4.3. Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ……………………………………………….....……
6 6
ma
di
un
4
ta
.b
ps
.g
o.
3.1. Keluhan Utama Kesehatan dan Upaya Pengobatan ………….….. 3.2. Kesehatan Balita ………………………………………………… 3.2.1. Penolong Kelahiran ………………………………….…… 3.2.2. Pemberian ASI ……………………………………………
1 1 1
5
7
PERUMAHAN 5.1. Kualitas Bangunan Tempat Tinggal …………….............……….. 5.2. Fasilitas Tempat Tinggal ……………………………............…....
8 8
6
PENGELUARAN PERKAPITA
7
SOSIAL EKONOMI RUMAHTANGGA 7.1. Pelayanan Kesehatan Gratis …………………………………......… 7.2. Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin) ………………….……… 7.3. Kredit Usaha .……........................................................................…
11 11 12
8
PENUTUP ………………………........…………………………..
13
6.1. Distribusi Pengeluaran ……………………............……………… 6.2. Pola Pengeluaran ……………………………….............…………
ii
10 10
PENDAHULUAN
1
alam rangka memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi, maka
D
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun berupaya
menerbitkan indikator sosial ekonomi yang bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015 yang mencakup data Kependudukan,
Pendidikan,
Ketenagakerjaan,
Perumahan
dan
Pengeluaran per Kapita. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Kesra) ini disajikan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai data terutama pemerintah agar dengan mudah mengetahui kondisi sosial ekonomi
o.
id
wilayahnya secara cepat untuk pengambilan keputusan dan perencanaan
K
ta
Latar Belakang
ko
1.1
.b
ps
.g
pembangunan.
1.2
ma
di
un
ebutuhan data sosial ekonomi di suatu daerah sangatlah diperlukan. Dengan demikian dapat diketahui dengan cepat tingkat keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah khususnya Pemerintah Kota Madiun. Salah satu data series yang mencakup keadaan sosial ekonomi adalah data Susenas karena dilaksanakan secara tahunan oleh Badan Pusat Statistik di seluruh Indonesia, yang meliputi aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan dan pengeluaran per kapita.
Tujuan Penulisan
A
dapun penulisan buku ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai data
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
terutama pemerintah daerah agar dengan mudah mengetahui kondisi sosial ekonomi di wilayah Kota Madiun sehingga diharapkan dapat mengambil kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
1.3
Metodologi
S
ampel Susenas 2015 di Kota Madiun tersebar di seluruh kecamatan dalam wilayah Kota
Madiun. Pelaksanaan lapangan dilakukan dengan wawancara langsung antara petugas survei dengan responden terpilih. Sebelum pelaksanaan Susenas diadakan Pelatihan petugas dan saat pendataan petugas pencacah dan pengawas bersamasama turun kelapangan untuk mempercepat pelaksanaan dan menjaga kualitas serta keakuratan data yang dikumpulkan.
1
2
S
KEPENDUDUKAN alah satu masalah mendasar dalam pembangunan yang perlu mendapat perhatian adalah kependudukan. Jumlah penduduk
yang besar merupakan sumber daya manusia yang menguntungkan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Sex Ratio
Tabel 2.2.1. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013-2015
Jenis Kelamin
2013
2014
2015
Laki-laki
48,41 51,59 93,84
48,36 51,64 93,65
48,35 51,65 93,60
Perempuan Sex Ratio
2.2.
Struktur Umur
S
truktur umur penduduk Kota Madiun menggambarkan bahwa dari tahun 2013 sampai 2015, persentase penduduk berusia produktif 15-64 tahun lebih besar dibanding kelompok umur lainnya yaitu 67,52 persen pada tahun 2013, 69,12 persen pada tahun 2014 dan 69,98 persen pada tahun 2015. Jika dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan terdapat pola yang sama sehingga relatif tidak ada perbedaan persentase kelompok umur berdasarkan jenis kelaminnya.
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
15-64
65+
L P L+P 2014 L P L+P 2015 L P L+P
26,40 23,74 25,03
66,94 68,08 67,52
6,67 5,81 7,45
24,33 21,61 22,92
68,95 69,28 69,12
6,72 9,11 7,95
23,39 20,85 22,07
70,07 69,88 69,98
6,54 9,27 7,59
id
0-14
.g ps
.b
ta
ko
un
di
ma
TABEL 2.1: Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2015
2013
o.
J
umlah penduduk perempuan sedikit lebih besar dibanding penduduk laki-laki. Persentase penduduk lakilaki tahun 2015 sebesar 48,35 persen dan perempuan 51,65 persen. Nilai sex ratio tahun 2015 sebesar 93,60, tahun 2014 sebesar 93,65 dan tahun 2013 sebesar 93,84. Nilai sex rasio ini menunjukkan perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Di tahun 2015 nilai sex ratio menunjukkan bahwa setiap 100 orang perempuan ada 93 orang laki-laki.
Angka ketergantungan (Depedency Ratio) di Kota Madiun sebesar 48,10 tahun 2013, 44,66 tahun 2014 dan 42,91 tahun 2015. Nilai ini menunjukkan perbandingan jumlah penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65+) terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun). Semakin rendahnya angka ketergantungan ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat karena beban yang ditanggung relatif semakin berkurang. Sedangkan rasio ketergantungan anak (Child Depedency Ratio) tahun 2015 sebesar 31,55 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya (33,16 di tahun 2014). Hal ini berbanding lurus dengan menurunnya nilai rasio ketergantungan lanjut usia (Old Depedency Ratio) pada tahun 2015 sebesar 11,36 sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 11,50.
2
Angka Depedency Ratio ini dapat diartikan setiap 100 orang usia produktif menanggung 31 anak dan 11 orang lanjut usia.
Sedangkan umur perkawinan pertama dibawah 16 tahun mengalami penurunan dari tahun ketahun, pada tahun 2013 sebesar 10,03 persen menjadi 9,19 persen pada tahun 2014 dan 1,60 persen pada tahun 2015. Hal tersebut mencerminkan sudah cukup tingginya kesadaran masyarakat untuk menunda perkawinan dan mendukung program pemerintah yaitu program wajib belajar.
Tabel 2.2.2 Dependency Ratio menurut Kelompok Umur Tahun 2013-2015
2013
2014
2015
Dependency Ratio
48,10
44,66
42,91
Child Dependency Ratio Old Dependency Ratio
37,07
33,16
31,55
11,03
11,50
11,36
Tabel 2.4.1. Persentase Perempuan Menurut Umur Perkawinan Pertama Tahun 2013-2015 Kel. Umur
2013
S
ta
ko
ma
di
un
Tabel. 2.3.1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Tahun 2015 Jenis Belum Kawin Cerai Cerai Kelamin Kawin Hidup Mati L 33,95 60,76 1,88 3,41 P
26,43
57,21
2,64
13,73
L+P
30,03
58,91
2,27
8,79
2.4. Umur Perkawinan Pertama
S
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
1,60
≤16
10,03
9,67
17-18
14,98
10,52
9,19
19-24
46,87
52,25
69,14
25+
28,12
27,56
20,06
Keluarga Berencana
D
ps
engan adanya pengaturan jumlah anak diharapkan penundaan usia perkawinan pertama, penurunan dan penjarangan tingkat kelahiran dapat dirasakan. Dalam penulisan ini yang akan dibahas adalah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan alat/cara KB yang sedang digunakan. Tabel. 2.4. Persentase PUS menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan Tahun 2013-2015 Alat/Cara KB
alah satu komponen yang ber pengaruh besar dalam pertumbuhan penduduk adalah kelahiran. Sedangkan jumlah kelahiran dipengaruhi beberapa faktor antara lain umur perkawinan pertama, penerapan cara pengaturan kelahiran, kondisi lingkungan, pendidikan dan ekonomi keluarga. Umur perkawinan pertama perempuan di Kota Madiun sebagian besar pada usia 1924 tahun yaitu 69,14 persen, hal tersebut sudah sesuai dengan anjuran pemerintah agar menikah pada usia yang cukup dewasa sehingga akan mengurangi resiko kematian bayi.
2015
.g
2.5
.b
tatus perkawinan sebagian besar penduduk Kota Madiun adalah berstatus kawin yaitu 52,64 persen, untuk penduduk laki-laki sebesar 52,72 persen dan perempuan 52,56 persen. Sedangkan perbedaan yang significant terdapat antara penduduk laki-laki dan perempuan yang berstatus cerai mati, laki-laki sebesar 2,07 persen sedangkan perempuan mencapai 11,05 persen.
2014
id
2.3. Penduduk Menurut Status Perkawinan
o.
Keterangan
2013
2014
2015
MOW/Tubektomi
15,59
11,43
MOP/Vasektomi
-
1,49
14,68 -
IUD/Spiral
22,95
21,37
20,67
Suntikan KB
42,35
44,41
43,14
Susuk KB
0,47
7,27
1,86
Pil KB
5,16
10,57
13,06
Kondom
2,63
2,72
4,49
Tradisional
8,80
0,58
2,89
Pasangan usia subur (15-49 tahun) di Kota Madiun terbesar menggunakan suntikan KB sebagai alat kontrasepsi diikuti IUD/spiral dan pil KB, sedangkan yang paling sedikit digunakan adalah MOP/Vasektomi. Penggunaan susuk KB dan pil KB mengalami kenaikan significant.
3
KESEHATAN
3
S
arana dan prasarana kesehatan perlu dikembangkan dalam upaya
perbaikan
derajat
kesehatan
masyarakat
yang
pelaksanaannya memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Sasaran utama pelayanan kesehatan adalah golongan berpenghasilan rendah. Hal ini akan dapat terwujud apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti tersedianya fasilitas kesehatan dan tenaga medis terlatih serta mudahnya akses terhadap prasarana kesehatan tersebut oleh masyarakat.
2015
42,82
2014
49,9
2013
37,51
50,91
47,02
58,9
54,71
ma
di
un
ko
ta
.b
eluhan kesehatan yang dialami peduduk Kota Madiun relatif tidak sedikit. Di tahun 2015 sejumlah 37,57 penduduk mempunyai keluhan kesehatan. Jika dibandingkan tahun sebelumnya ada sedikit peningkatan. Tidak ada perbedaan yang cukup significant antara penduduk laki-laki dan perempuan yang mengalami keluhan kesehatan.
.g
o.
Grafik 3.1.1 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Tahun 2013-2015
ps
K
id
3.1. Keluhan Utama Kesehatan dan Upaya Pengobatan
Tabel 3.1.1 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Tahun 2013-2015
2013
2014
2015
Laki-laki
Keluhan Kesehatan
31,33
27,59
37,35
Perempuan
36,46
29,55
37,78
Total
33,98
30,92
37,57
Dari hasil Susenas diketahui bahwa penduduk Kota Madiun jika mempunyai keluhan kesehatan akan berobat jalan sebesar 47,02 persen. Jika dibanding tahun sebelumnya sedikit mengalami penurunan.
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
Lk
37,99
37,96
Pr
Lk+Pr
Masyarakat Kota Madiun jika berobat jalan sebagian besar ke praktek dokter yaitu sebesar 43,82 persen, ini terutama untuk segmen masyarakat menengah keatas. Sedangkan untuk segmen masyarakat menengah kebawah jika berobat jalan mereka pergi ke Puskesmas yaitu sebesar 39,39 persen. Tabel 3.1.2. Persentase Penderita menurut Cara Berobat Jalan Tahun 2013-2015 2013
2014
2015
RS Pemerintah
Fasilitas Kesehatan
15,57
19,08
14,26
RS Swasta
5,03
3,17
3,23
Praktek Dokter
34,59
34,76
43,82
Puskesmas
41,11
28,77
39,39
4
3.2.2. Pemberian ASI
3.2. Kesehatan Balita
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik bagi bayi terutama bagi bayi di bawah 6 bulan. Program pemerintah dengan ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja bagi bayi di bawah 6 bulan, hal ini terbukti efektif untuk mengurangi terjadinya berbagai penyakit pada bayi karena dalam ASI sudah mengandung zat imun untuk mencegah berkembangnya penyakit bagi bayi.
A
nak sejak dalam kandungan sampai usia 5 tahun (balita) perlu mendapatkan perhatian khusus agar mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Balita sangat mudah terjangkit oleh penyakit dan sangat rawan terhadap kekurangan gizi. Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah penolong kelahiran dan lamanya pemberian ASI (Air Susu Ibu).
Tabel 3.2.2. Persentase Balita Menurut Lamanya Diberi ASI Tahun 2012-2014
3.2.1. Penolong Kelahiran Di Kota Madiun proses persalinan yang ditolong oleh bidan sangat dominan yaitu diatas 50 persen baik pada penolong persalinan pertama maupun terakhir.
2014
18,92
22,2
2015
6 -11
27,25
22,91
59,68
12-17
13,51
23,09
23,09
18-23
8,93
8,91
8,91
≥ 24
31,39
22,88
22,88
Bayi di Kota Madiun pada tahun 2014 sebagian besar yang telah diberi ASI selama lebih dari 24 bulan (2 tahun) yaitu 22,88 persen. Tapi untuk bayi yang hanya diberi ASI kurang dari 5 bulan pada tahun 2014 mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut sangat mungkin semakin banyaknya bayi yang diberi makanan lain selain ASI sebelum 5 bulan semisal pisang maupun susu formula karena semakin banyaknya ibu muda yang dituntut untuk bekerja sehingga tidak bisa sepenuhnya memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.
37,08
39,80
47,33
Bidan
60,72
60,20
52,67
2,2
-
-
o.
2015
.g
2014
ps
2013
ko
ta
.b
Tenaga Penolong Kelahiran Dokter Lainnya
2013
≤5
id
Tabel 3.2.1. Persentase Balita Menurut Penolong Terakhir Kelahiran Tahun 2013-2015
Bulan
ma
di
un
Untuk penolong kelahiran terakhir terbesar di tahun 2015 adalah bidan yaitu sebesar 52,67 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya terjadi peningkatan untuk kelahiran yang ditolong oleh dokter, hal ini bisa disebabkan semakin banyaknya persalinan secara operasi sehingga butuh tenaga ahli dokter untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi.
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
5
4
PENDIDIKAN
P
endidikan pada hakekatnya adalah pengembangan pribadi baik dengan pendidikan formal maupun non formal dan
berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pola pikir logis akan semakin berkembang, selanjutnya kreatifitas dan produktifitas akan semakin meningkat. 4.1. Angka Melek Huruf
4.2. Partisipasi Sekolah
A
A
ko
ta 2013
ma
di
un
Tabel 4.1. Persentase Penduduk 10 tahun keatas menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan Baca Tulis Tahun 2013-2015 2014
2015
- Laki-laki
99,21
97,38
99,76
- Perempuan
95,66
95,37
97,39
97,32
96,05
98,52
Angka Melek Huruf
Total Angka Buta Huruf - Laki-laki
0,79
2,62
0,24
- Perempuan
4,35
4,63
2,61
Total
2,69
3,95
1,48
Masyarakat Kota Madiun sebagian besar dapat membaca dan menulis yaitu ditunjukkan dengan besarnya Angka Melek Huruf (AMH) sebesar 98,52 pada tahun 2015. Nilai AMH dibandingkan tahun 2014 mengalami kenaikan dimana nilai AMH sebesar 96,05.
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
.g
o.
id
ngka Partisipasi Sekolah (APS) adalah angka perbandingan antara banyak nya penduduk yang masih sekolah dalam kelompok usia tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada kelompok usia yang sama. Jika APS bernilai 100 menunjukkan bahwa seluruh anak dalam kelompok usia sekolah tertentu masih bersekolah seluruhnya.
ps
.b
ngka Melek Huruf (AMH) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang mempunyai kemampuan baca tulis dengan jumlah penduduk seluruhnya. AMH ini merupakan salah satu gambaran kualitas pendidikan masyarakat di suatu daerah.
Tabel 4.2. Angka Partisipasi Sekolah menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah Tahun 2013-2015 APS SD (7-12 th)
2013
2014
2015
Laki-laki
100
100
100
Perempuan
100
100
100
Total
100
100
100
Laki-laki
100
100
100
Perempuan
100
100
100
Total
100
100
100
Laki-laki
88,47
88,54
86,79
Perempuan
66,78
75,05
88,91
Total
78,70
81,73
87,77
Laki-laki
23,53
27,21
43,37
Perempuan
25,66
26,18
32,97
Total
24,74
26,67
38,10
APS SMP (13-15 th)
APS SMA (16-18 th)
APS PT (19-24 th)
6
Dari tabel 4.2 diatas diketahui pada tahun 2015 untuk kelompok umur 7-12 tahun atau setingkat SD dan umur 13-15 tahun atau setingkat SMP nilai APS masing-masing sebesar 100 dan untuk SMA sebesar 87,77. Sedangkan untuk nilai APS PT cenderung masih rendah yaitu 38,10. Ada perbedaan yang cukup significant untuk APS PT laki-laki dan perempuan, hal ini perlu diperhatikan untuk kesetaraan gender yang masih perlu ditingkatkan lagi.
Sedangkan penduduk yang memiliki pendidikan tertinggi di perguruan tinggi sebanyak 19,07 persen, antara penduduk laki-laki dan perempuan yang memiliki pendidikan tertinggi Perguruan tinggi relative sama. Tabel 4.3. Persentase Penduduk 10 tahun keatas menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2013-2015 Laki-laki
4.3. Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2015*)
Tidak punya SD SMP SMA PT Perempuan
8,06 15,63 16,62 43,74 15.95
10,44 17,87 15,09 39,72 16,87
1,89 11,26 21,33 46,39 19,13
Tidak punya SD SMP SMA PT Total
15,75 16,28 15,34 35,45 17,18
13,64 20,20 16,10 31,61 18,45
6,46 16,31 18,39 39,83 19,01
.b
ps
.g
o.
Tidak punya 12,07 12,11 4,28 SD 15,97 19,08 13,90 SMP 15,95 15,62 19,80 SMA 39,42 35,49 42,96 PT 16,59 17,70 19,07 Ket : *) Untuk tahun 2015 penduduk 15 tahun keatas.
ma
di
un
ko
ta
2014
id
S
uatu daerah dapat dikatakan maju pendidikannya bila tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh sebagian besar penduduk cukup tinggi. Pada tahun 2015, penduduk dengan jenjang pendidikan tertinggi SMA sebesar 42,96 persen. Bila dilihat dari jenis kelamin, maka penduduk laki-laki sebesar 46,39 persen dan penduduk perempuan 39,83 persen.
2013
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
7
PERUMAHAN
5
erumahan adalah kebutuhan pokok manusia setelah pangan dan
P
sandang, oleh karena itu ketiga kebutuhan tersebut tidak dapat
dipisahkan. Rumah yang baik tidak sekedar berfungsi sebagai tempat berteduh, tetapi lebih dari itu rumah harus memberikan rasa aman, nyaman dan memenuhi standart kesehatan. 5.1.
99,3 persen berdinding tembok dan 98,05 persen beratap beton/genting.
Kualitas Bangunan Tempat Tinggal
Grafik. 5.1. Persentase Banyaknya Rumah Tangga menurut Luas Lantai Tahun 2013-2015
o.
id
D
ko
Tabel. 5.1. Persentase Banyaknya Rumah Tangga menurut Luas Lantai Tahun 2013-2015
2013
2014
< 20
1,86
3,73
3,84
20-49
18,00
17,08
18,74
50-99
37,17
38,49
35,16
100-149
17,87
22,10
20,26
150+
25,09
18,60
21,99
ma
di
Luas lantai (m )
96,51
98,05
Dinding tembok
94,32
95,89
99,3
Lantai bukan tanah
99,68
99,06
99,11
Luas lantai 50+
2015
Luas lantai rumah di Kota Madiun terbesar adalah 50-99 meter persegi, yaitu sebesar 35,16 persen di tahun 2015. Rumah dikatakan memenuhi standart jika mempunyai luas lantai lebih dari 50 meter persegi, dengan lantai bukan tanah/bambu, dinding terluas tembok dan atap layak (beton/genting/seng/asbes). Di Kota Madiun lebih dari 70 persen perumahan mempunyai luas lantai lebih dari 50 m2 sedangkan untuk lantai bukan tanah/bambu, dinding tembok dan beratap layak lebih dari 90 persen sudah memenuhi standart. Pada tahun 2015 sebesar 99,11 persen rumah memiliki lantai bukan tanah/bambu,
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
97,43
un
2
Atap beton/dinding
.g ps
ta
.b
alam membuat rumah hendaknya diperhatikan kualitas bangunan karena akan berpengaruh pada keamanan, kenyamanan dan kesehatan seluruh anggota rumahtangga.
2013
5.2.
80,14 79,19 77,41
2014
2015
Fasilitas Tempat Tinggal
R
umah yang lengkap jika terdapat fasilitas perumahan seperti halnya sarana penerangan, sumber air minum dan MCK yang memadai. Di Kota Madiun sudah semua rumah yang ada menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan pada tahun 2015. Sedangkan rumah yang sudah mempunyai fasilitas air bersih mencapai 99,54 persen. Untuk rumah yang saluran pembuangannya menggunakan tangki septik sebesar 97,13 persen. Dengan data yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah-rumah di Kota Madiun sebagian besar telah mempunyai fasilitas yang layak.
8
Tabel 6.2. Persentase Rumahtangga menurut Fasilitas Tempat Tinggalnya Tahun 2013-2015 Fasilitas
2013
2014
Jumlah rumahtangga yang memiliki telepon rumah dari tahun ke tahun cenderung menurun dan berbanding terbalik dengan persentase rumahtangga yang memiliki handphone atau telepon genggam. Di tahun 2015 rumahtangga yang memiliki telepon sebesar 16,81 persen, sedangkan rumahtangga yang memiliki handphone sebesar 95,20 persen.
2015
98,32
100
100
Air bersih
99,99
99,54
99,54
Tangki Septik
96,77
99,52
97,13
Telepon
24,30
16,19
16,81
Handphone
93,10
94,87
95,20
ma
di
un
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
Listrik PLN
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
9
PENGELUARAN PERKAPITA
6
ari segi ekonomi, kesejahteraan masyarakat dapat diukur
D
dengan pengeluaran per kapita. Pendekatan ini digunakan
karena pada umumnya untuk memperoleh data tentang pendapatan atau penerimaan penduduk masih mengalami kesulitan. 6.1. Distribusi Pengeluaran
6.2. Pola Pengeluaran
P
P
ola pengeluaran untuk konsumsi makanan dan non makanan dapat menunjukkan seberapa majunya masyarakat di suatu wilayah. Jika konsumsi untuk non makanan cenderung lebih besar daripada konsumsi makanan maka daerah tersebut dikatakan tipekal perkotaan dan relatif lebih maju. Pengeluaran perkapita per bulan penduduk Kota Madiun tahun 2015 sebesar Rp. 1.385.327,-, mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2014 Rp. 961.010,-.
ps
.g
o.
id
ada dasarnya pendapatan penduduk dikatakan cukup jika telah dapat mencukupi kebutuhan pokok makan dan sandang. Tetapi di masa sekarang kebutuhan tersebut tidaklah cukup karena ada kebutuhan lain seperti kesehatan dan pendidikan.
Kel.Pengeluaran Perkapita(Rp)
2013
2014
< 200.000
0,73
0,50
200.000-299.999
4,13
ma
ko
ta
.b
Tabel. 6.1. Persentase Rumah Tangga menurut Kelompok Pengeluaran per Kapita per Bulan Tahun 2013-2015
4,00
1,40
300.000-499.999
22,10
23,92
13,36
500.000-749.999
28,13
19,54
19,94
750.000-999.999
16,88
17,91
16,07
>=1.000.000
28,02
di
un
2015
34,12
0,00
49,23
Grafik 6.2. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga menurut Jenis Pengeluaran per Kapita per Bulan Tahun 2013-2015 70 60 40 30 20
Distribusi pengeluaran perkapita Kota Madiun tahun 2015 terbesar pada kelompok pengeluaran diatas Rp. 1.000.000,- sebesar 49,23 persen diikuti kelompok pengeluaran Rp. 500.000,- s/d Rp. 749.999,- sebesar 19,94 persen. Untuk kelompok pengeluaran dibawah Rp. 200.000,- tidak ada. Perubahan yang cukup significant dari tahun 2013 sampai 2015 adalah adanya perubahan kelompok pengeluaran perkapita diatas Rp. 1.000.000,- perbulan dari 28,02 persen di tahun 2013 menjadi 49,23 di tahun 2015. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran perkapita yang cukup significant.
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
60,25 56,03 64,34
50 43,97 39,75
35,66
10 0 Makanan
2013
Non Makanan
2014
2015
Di Kota Madiun pada tahun 2015, pengeluaran perkapita untuk makanan sebesar 35,66 persen), sedangkan untuk konsumsi non makanan sebesar 64,34 persen. Jika dibandingkan keadaan tahun sebelumnya konsumsi makanan mengalami penurunan dan sebaliknya untuk konsumsi non makanan mengalami peningkatan.
10
SOSIAL EKONOMI RUMAHTANGGA
7
ari segi sosial ekonomi rumahtangga, ada beberapa variabel
D
yang dipakai antara lain mengenai program pengentasan
kemiskinan, aset dan jaminan yang dimiliki rumahtangga, teknologi komunikasi dan informasi yang dikuasai rumahtangga.
rata bantuan yang diterima adalah Rp. 444.708,-. 7.2. Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin)
7.1. Pelayanan Kesehatan Gratis
o.
.g
ps
.b
ta
ko
un
di
ma
Tabel. 7.1 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Jaminan Pembiayaan/Asuransi Kesehatan Tahun 2013-2015 Jenis Kartu
2013
2014
2015
BPJS Kesehatan
-
-
15,96
Jamkesmas
21,12
15,55
10,82
Jamkesda
28,62
11,23
39,89
JPK PNS
29,18
33,73
17,80
BPJS Ketenagakerjaan
11,43
10,82
2,06
Tahun 2015 ada 6,60 persen masyarakat Kota Madiun yang menerima bantuan tunai terkait pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah. Sedangkan rata-
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
J
umlah keluarga yang mendapatkan beras untuk masyarakat miskin (raskin) dalam 3 bulan terkhir juga meningkat dalam setahun terakhir, di tahun 2015 jumlah rumahtangga yang pernah membeli raskin sebesar 27,39 persen dengan rata-rata yang dibeli 11,40 kg seharga Rp. 2.099,- per kg. Jika dicermati dari harga rata-rata beras raskin per kilogram yang dibeli oleh masyarakat ada kenaikan harga dari Rp. 1.785,- di tahun 2013 menjadi Rp. 1.862,di tahun 2014. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata jumlah beras raskin yang dibeli oleh masyarakat dari 5,11 kg di tahun 2013 menjadi 11,40 di tahun 2015.
id
P
rogram pelayanan kesehatan gratis yang dicakup adalah pemeriksaan kesehatan/berobat, pemeriksaan KB, pemasangan alat KB, melahirkan, terwasuk rawat inap yang tidak dikenakan pungutan biaya atau hanya dikenakan biaya administrasi saja. Tahun 2015 ada penambahan jenis jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan yaitu BPJS Kesehatan. Di Kota Madiun tahun 2015 masyarakat terbanyak mempunyai jaminan kesehatan berupa Jamkesmasda, hal ini merupakan salah satu program Pemerintah Kota Madiun yang menjamin kesehatan seluruh warga Kota Madiun yang belum punya jaminan kesehatan.
Tabel. 7.2 Persentase Penerima Raskin, Rata-rata Raskin yang Dibeli dan Rata-rata Harga per Kg Tahun 2013-2015
Uraian Rtmg pernah membeli Raskin (%) Rata2 raskin yang dibeli (Kg) Rata2 harga per Kg (Rp)
2013
2014
2015
28,03
34,53
27,39
5,11
5,19
11,40
1.785
1.862
2.099
11
Salah satu program Pemerintah Kota Madiun adalah penambahan penerima raskin yang disebut Raskinda, sehingga tidak terlalu timbul gejolak dimasyarakat yang merasa layak mendapat raskin tetapi tidak mendapat raskin karena ada raskinda yang mereka terima hampir bersamaan dengan penerimaan raskin dari pemerintah pusat.
Kredit usaha yang banyak diterima masyarakat di tahun 2015 adalah dari Koperasi, kemudian dari program Bank selain KUR. Grafik 7.1 Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha Tahun 2013-2015
27,88
7.3. Kredit Usaha 12,57
13,80
32,42 24,21 13,93
K
ma
di
un
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
redit usaha yang diterima rumahtangga diharapkan bisa mendukung program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan pemerintah. Pada tahun 2015 ada sejumlah 16,06 persen rumahtangga di Kota Madiun yang menerima kredit usaha dalam setahun terakhir. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, dimana rumahtangga yang menerima kredit usaha sebesar 15,35 persen.
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
12
PENUTUP
8
ari informasi yang disajikan dalam publikasi ini, didapatkan
D
suatu gambaran tentang kondisi Kesejahteraan Rakyat (Kesra)
di wilayah Kota Madiun yang meliputi aspek Kependudukan, Pendidikan, Perumahan, Pengeluaran per Kapita dan Sosial Ekonomi Rumahtangga. Hal-hal yang dapat dirangkum diantaranya sebagai berikut :
ma
di
un
ko
ta
Statistik Kesra Kota Madiun Tahun 2015
.g
o.
id
7. Di Kota Madiun lebih dari 70 persen rumah mempunyai luas lebih dari 50 m2, pada tahun 2015 sebesar 99,11 persen rumah memiliki lantai bukan tanah, 99,3 persen berdinding tembok dan 98,05 persen sudah beratap layak (beton/genting) 8. Rumahtangga di Kota Madiun pengeluaran terbanyak pada kelompok diatas Rp. 1.000.000,- per bulan. Sedangkan pengeluaran untuk konsumsi non makanan lebih besar dibandingkan untuk konsumsi makanan. 9. Jaminan kesehatan terbanyak yang dimiliki warga Kota Madiun di tahun 2015 adalah Jamkesda atau di Kota diistilahkan Jamkesmasta yaitu sejumlah 39,89 persen. Rumah
ps
.b
1. Persentase penduduk laki-laki sebesar 48,356 persen dan perempuan 51,65 persen sedangkan nilai sex ratio 93,60 pada tahun 2015. 2. Alat Kontrasepsi yang banyak digunakan oleh PUS (Pasangan Usia Subur) berturut-turut adalah suntikan KB, IUD dan MOW/Tubektomi. 3. Penduduk yang berobat jalan sejumlah 47,02 persen, dan sejumlah 43,82 berobat ke praktek dokter dan 39,39 persen berobat jalan ke puskesmas. 4. Penolong kelahiran terbanyak adalah bidan, dan balita diberi ASI terbanyak selama kurang dari dari 12 bulan. 5. Angka Melek Huruf tahun 2015 sebesar 98,52 dengan AMH laki-laki sedikit lebih besar dibanding perempuan. 6. Angka Partisipasi Sekolah SD dan SMP sebesar 100, SMA sebesar 87,77 dan PT sebesar 38,10.
tangga yang mendapatkan beras untuk rakyat miskin (Raskin) di tahun 2015 sebesar 27,39 persen, sedangkan yang menerima kredit usaha sebesar 16,06 persen.
13
id
o.
.g
ps
.b
ta
ko
un
di
ma