LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL PEKAN ILMIAH DAN KREATIVITAS (PIKIR IV) 2014
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH STANDARISASI PRODUK PANGAN UMKM TOFU MEATBALL GO INTERNASIONAL (Studi Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang)
SUB TEMA: Kebijakan Pengembangan UMKM dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
Diusulkan oleh: Faiz Balya Marwan
(NIM 14010412130105/ Angkatan 2012)
Mega Ariyanti
(NIM 13010112130052/ Angkatan 2012)
Muhammad Subhan (NIM 14010412130109/ Angkatan 2012)
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia dengan Al Qur’an dan Sunnah. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Tingkat Mahasiswa PIKIR IV 2014 yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA) Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional (Studi Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang)”. PIKIR merupakan agenda rutinitas dari salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran atau disingkat LKIM-PENA Universitas Muhammadiyah Makassar, kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa keingin tahuan para generasi bangsa dalam memecahkan problematika yang terjadi baik di lingkungan sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara, harapan kami semoga dengan adanya kegiatan ini kami mampu menghimpun para generasi muda yang senang akan perkembangan ilmu pengetahuan dan bakal calon peneliti muda masa depan. Ucapan terima kasih penyusun kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa saran dan kritik maupun doa. Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Semarang, 14 Agustus 2014
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................................................ i Lembar Pengesahan ...................................................................................................... ii Lembar Pernyataan Orisinalitas Karya ........................................................................ iii Kata Pengantar ............................................................................................................ iv Daftar Isi ....................................................................................................................... v Daftar Gambar ............................................................................................................. vii Daftar Tabel ............................................................................................................... viii Daftar Lampiran ........................................................................................................... ix Ringkasan ...................................................................................................................... x BAB I: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2 1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ................................................................................................................... 3 BAB II: Tinjauan Pustaka 2.1 UMKM Sektor Pangan dan Potensi Ekonomi ........................................................ 4 2.2 ASEAN Economic Community 2015 ...................................................................... 5 2.3 Standar Produk Pangan Skala ASEAN ................................................................... 7 2.4 Solusi Terdahulu ..................................................................................................... 8 2.5 Gambaran Umum Solusi yang Ditawarkan........................................................... 10 BAB III: Metode Penulisan 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................... 12 3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ........................................................... 12 3.3 Metode Analisis Data ............................................................................................ 14 BAB IV: Hasil dan Pembahasan 4.1 UMKM Sebagai Penopang Perekonomian ........................................................... 16 4.2 Permasalahan Ekspor Produk UMKM Sektor Pangan dan Kaitannya dengan Produk UMKM Tahu Bakso (Tofu Meatball)............................................................. 17 4.3 Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional ................ 20 4.4 Sinergitas Peran Pengusaha, Pemerintah, dan Peneliti ......................................... 23 v
BAB V: Penutup 5.1 Simpulan ............................................................................................................... 28 5.2 Saran...................................................................................................................... 29 Daftar Pustaka ............................................................................................................. 30 Daftar Riwayat Hidup Peserta..................................................................................... 32 Lampiran ..................................................................................................................... 38
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Hubungan Sinergisitas Triple Helix Concept ................................ 23 Gambar 2. Implementasi Konsep Triple Helix dalam Pengembangan UMKM Tofu Meatball ...................................................................................................................... 25
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah .................................................. 4 Tabel 2. Komposisi PDB Menurut Skala Usaha pada Tahun 1977 dan 2003 ............. 5
viii
DAFTAR LAMPIRAN Scan Bukti Pembayaran .............................................................................................. 39 Scan KTM ................................................................................................................... 39 Dokumentasi ............................................................................................................... 40
ix
RINGKASAN Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah penopang perekonomian hampir di seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia (57,94% pembentukan nilai PDB tahun 2011). UMKM perlu mendapat dukungan dari pemerintah agar tidak kalah dalam arus liberalisasi perdagangan, salah satunya dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015. Ketika AEC 2015 diberlakukan, perekonomian negara-negara anggota ASEAN akan semakin terintegrasi melalui lalu lintas perdagangan yang semakin padat. UMKM tumbuh pesat tiap tahun dan menyerap lebih dari 90% dari total tenaga kerja Indonesia, didominasi anak muda dan wanita (indagkop.kaltimprov.go.id). Namun, UMKM di Indonesia memiliki beberapa kendala terutama tentang ekspansi pasar ke luar negeri (ekspor). UMKM hanya mampu menyumbang sebesar 16,44% dari total nilai ekspor non-migas. Jumlah tersebut masih di bawah negara-negara Asia lainnya. Salah satu UMKM yang potensial dan terkenal di kota Semarang yang bergerak di bidang makanan, yaitu tahu bakso (tofu meatball). Banyak industri skala rumah tangga yang bergerak di bidang tersebut, namun selama ini pemasaran tahu bakso hanya di Kota Semarang dan sekitarnya, sulit menembus pasar yang lebih luas. Salah satu penyebabnya karena olahan tahu bakso tidak dapat bertahan lama, sekitar 2-3 hari saja. Oleh karena itu, penulis melakukan studi kasus UMKM tahu bakso sebagai lahan potensial pemasaran produk UMKM Indonesia hingga pasar ASEAN. Konsep ini memadukan kinerja antara pengusaha, pemerintah, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI diharapkan mampu menemukan solusi agar produk makanan basah ini dapat tahan lama sehingga dapat menembus pasar internasional. Pemerintah diharapkan dapat membuat standar baku (sesuai standar pangan internasional) produk-produk UMKM agar diterima di pasar internasional. Kata kunci : ASEAN, liberalisasi perdagangan, standar pangan internasional, tahu bakso, UMKM.
x
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah penopang perekonomian hampir di seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia (57,94% pembentukan nilai PDB tahun 2011). UMKM perlu mendapat dukungan dari pemerintah agar tidak kalah dalam arus liberalisasi perdagangan, salah satunya dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015. Ketika
AEC
2015
diberlakukan,
perekonomian
negara-negara
anggota
Association of South East Asia Nations (ASEAN) akan semakin terintegrasi melalui lalu lintas perdagangan yang semakin padat. UMKM tumbuh pesat tiap tahun dan menyerap lebih dari 90% dari total tenaga kerja Indonesia, didominasi anak muda dan wanita (indagkop.kaltimprov.go.id). Namun, UMKM di Indonesia memiliki beberapa kendala terutama tentang ekspansi pasar ke luar negeri (ekspor). UMKM hanya mampu menyumbang sebesar 16,44% dari total nilai ekspor non-migas. Jumlah tersebut masih di bawah negara-negara Asia lainnya. Pada tahun 2010 tercatat jumlah UMKM 25.496 unit dan sebanyak 5.973 menjadi binaan Dinas Koperasi dan UMKM Semarang. Angka itu meningkat dibandingkan tahun 2009 yang tercatat sebanyak 21.675 unit dan 4.640 unit merupakan binaan Dinas Koperasi (Diskop) UMKM. Jenis produk yang diusahakan UMKM itu hingga April 2011 tercatat sebanyak 28, salah satunya tahu
bakso
dengan
pusat
produksi
di
Ungaran
Timur,
Semarang.
(www.semarangkab.go.id). UMKM tahu bakso merupakan salah satu produk pangan yang mempunyai pangsa pasar yang potensial di Indonesia hingga pasar ASEAN. Dengan mengemas produk sesuai dengan standar produk yang telah diuji kelayakan, produk tahu bakso dapat terjamin kualitasnya. Dengan demikian, tahu bakso ini bisa dipasarkan lebih luas lagi. Menurut Adhi S. Lukman Mutual recognition agreement (MRA) sektor makanan dan minuman antara negara-negara ASEAN terus dilakukan menjelang pemberlakuan AEC 2015. Hal tersebut untuk mempermudah dan mempercepat
2
proses perizinan serta menghemat biaya produksi, khususnya untuk bagian kemasan. (22/12/2013, m.koran-sindo.com). Konsep standarisasi yang diterapkan ini memadukan kinerja antara pengusaha, pemerintah, dan Peneliti seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui konsep Triple-Helix untuk mewujudkan produk UMKM sektor pangan yang dapat diterima oleh masyarakat ASEAN. Produk pangan yang kami jadikan pilot project adalah produk Tofu Meatball yang menjadi oleh-oleh khas Semarang sehingga karya ilmiah ini berjudul “Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional (Studi Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang)”.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1.2.1
Bagaimana UMKM sebagai penopang utama perekonomian di Indonesia?
1.2.2
Apa saja permasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di Indonesia?
1.2.3
Bagaimana standarisasi produk sebagai solusi alternatif dalam menangani permasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di Indonesia?
1.2.4
Bagaimana menyinergikan antara peran pengusaha, pemerintah, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggunakan konsep Triple-Helix dalam mewujudkan produk UMKM sektor pangan Tofu Meatball yang dapat diterima oleh masyarakat ASEAN?
1.3 Tujuan Tujuan penyusunan karya ilmiah ini adalah: 1.3.1
Menjelaskan UMKM sebagai penopang utama perekonomian di Indonesia.
1.3.2
Mengetahui peramasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di Indonesia.
1.3.3
Menjelaskan
standarisasi
produk
sebagai
solusi
alternatif
dalam
menangani permasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di Indonesia.
3
1.3.4
Menjelaskan sinergisitas antara peran pengusaha, pemerintah, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggunakan konsep Triple-Helix dalam mewujudkan produk UMKM sektor pangan Tofu Meatball yang dapat diterima oleh masyarakat ASEAN.
1.4 Manfaat Manfaat penyusunan karya ilmiah ini adalah: 1.4.1
Menambah
wawasan
bagi
pembaca
sekaligus
penulis
mengenai
perkembangan UMKM di Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. 1.4.2
Menambah wawasan bagi pembaca sekaligus penulis mengenai potensi UMKM sektor pangan di Indonesia yang belum dimaksimalkan dan menjadikan sebagai peluang dalam memenangkan AEC 2015.
1.4.3
Memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi baik bagi masyarakat akademis maupun nonakademis.
1.4.4
Memberikan sumbangsih terhadap kebijakan standarisasi produk pangan sebagai komoditi ekspor Indonesia tingkat ASEAN.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 UMKM Sektor Pangan dan Potensi Ekonomi UMKM terdiri dari usaha mikro, kecil, dan menengah. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Berikut kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah berdasarkan UU N0. 20 tahun 2008:
Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Ukuran Usaha
Kriteria
Asset per tahun
Omset per tahun
Usaha Mikro
Maksimal 50 juta
Maksimal 300 juta
Usaha Kecil
> 50 juta – 500 juta
Maksimal 300 juta
Usaha Menengah
> 500 juta – 10 milyar
> 2,5 – 50 milyar
Sumber : UU No. 20 tahun 2008 UMKM merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per Juni 2013, jumlah UMKM sebanyak 55,2 juta UMKM atau 99,98 persen dari jumlah unit usaha yang ada di Indonesia. Data tahun 2003 menunjukkan bahwa UMKM menyumbang 56,72 % produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih banyak dibanding usaha besar yang menyumbang 43,28%. Nilai investasi UMKM mencapai Rp. 640,4 triliun atau 52,9 persen dari total investasi. Menghasilkan devisa sebesar Rp. 183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa Indonesia. Selain itu, UMKM juga dapat menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 % dari total tenaga kerja Indonesia.
5
Tabel 2. Komposisi PDB Menurut Skala Usaha pada Tahun 1997 dan 2003 (Milyar Rupiah)
No
Skala Usaha
1997
2003
Pertumbuhan
1
Usaha Mikro dan
171.048
183.125
+7,06%
(40,45)
(41,11)
78.524
75.975
(17,41)
(15,61)
183.673
185.352
(42,17)
(43,28)
433.245
444.453
(100)
(100)
Kecil
2
3
Usaha Menengah
Usaha Besar
Jumlah PDB
-3,25%
+0,91%
+2,59%
Sumber : BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM (beberapa tahun) Berdasarkan data statistik, UMKM sektor pangan dan pertanian sebesar 53%. Artinya, UMKM dibidang pangan dan pertanian perlu perhatian. Jika UMKM ini dibenahi, maka pertumbuhan ekonomi kita akan berkualitas.
2.2 ASEAN Economic Community 2015 ASEAN adalah asosiasi negara-negara Asia Tenggara yang beranggotakan 10 negara ASEAN yang didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. 10 negara tersebut antara lain, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Brunei Darussalam. Tujuan dibentuknya
6
ASEAN sendiri ada tiga, yaitu mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya Asia Tenggara. Untuk mencapai tujuan ASEAN, maka pada tahun 1997 negara-negara ASEAN mencanangkan ASEAN Vision 2020. Visi ASEAN 2020 adalah menciptakan keamanan, stabilitas dan kemakmuran di kawasan ASEAN. Pada tahun 2003, tercapai kesepakatan untuk mempercepat ASEAN Vision dari 2020 menjadi 2015 atau ASEAN Community 2015. Ada tiga pilar ASEAN Community 2015, yaitu ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN Political-Security Community, dan ASEAN Sosio-Cultural Community. Salah satu pilar penting yang akan dihadapi Indonesia adalah AEC. Tujuan AEC ada lima, yaitu menciptakan kawasan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, menciptakan kawasan ekonomi yang kompetitif, menciptakan kawasan ASEAN sebagai wilayah pembangunan ekonomi yang merata, dan kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global. Tujuan tersebut direalisasikan dengan menciptakan integrasi ekonomi kawasan, dalam bentuk arus bebas keluar masuk barang, arus jasa, arus investasi, modal, dan tenaga kerja terampil antar negara-negara ASEAN. Setelah AEC pada 2015 nanti resmi diberlakukan, maka akan ada serbuan barang, jasa, modal, investasi dan tenaga kerja yang akan bebas masuk ke Indonesia. Penduduk dari negara-negara ASEAN lainnya akan bersaing dengan penduduk Indonesia. Demikian halnya dengan Indonesia. Penduduk Indonesia juga akan bersaing di negara-negara ASEAN lainnya. AEC bisa menjadi sebuah peluang dan bisa menjadi ancaman bagi Indonesia. AEC bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar produksi dalam negeri Indonesia ke negara-negara ASEAN, baik barang maupun jasa. Namun, AEC bisa menjadi ancaman serius bagi Indonesia, jika Indonesia tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada. Hal itu bisa terjadi apabila sektor produksi Indonesia lemah dan tenaga terampil Indonesia sedikit. Indonesia akan kebanjiran produk dari negara asing, tanpa bisa membanjiri negara asing dengan produk dalam negeri Indonesia. Indonesia hanya akan menjadi penonton tanpa bisa berperan maksimal dalam AEC tersebut.
7
Dampak dari ketidakmampuan Indonesia berperan dalam AEC sangat besar
bagi
perekonomian
Indonesia.
Sektor
produksi
Indonesia
akan
memunculkan banyak pengangguran penduduknya sendiri. Hal itu bisa terjadi apabila industri Indonesia kalah bersaing dengan industri negara lain. Sektor produksi Indonesia harus mampu bertahan dan bahkan bisa memperluas pemasarannya hingga ke negara lain di kawasan ASEAN.
2.3 Standar Produk Pangan Skala ASEAN Seiring semakin terbukanya aliran produk dalam pasar bebas AEC, perlu adanya proteksi agar Indonesia tidak kebanjiran produk dari luar negeri. Salah satu instrument yang dapat dilakukan adalah dengan membuat suatu standar produk. Standar produk adalah ukuran tertentu yang dapat dipakai sebagai patokan dalam pembuatan suatu produk. Standarisasi adalah penyesuaian bentuk, ukuran, maupun kualitas dengan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan atau dibakukan. Di mana standarisasi produk ini akan membuat produk dalam negeri mempunyai kualitas yang dapat bersaing dengan produk dari luar negeri. Sedangkan, menurut UU No. 18 Tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman. Jadi standar produk pangan adalah suatu ukuran tertentu yang bisa dijadikan patokan atau pedoman dalam pembuatan maupun pengolahan produk yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman. Standar berskala nasional yang berlaku di Indonesia adalah Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN. BSN merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Tujuan standardisasi adalah menjadi salah satu instrumen dalam rangka untuk meningkatkan daya saing dalam pasar bebas melalui: 1. Perlindungan kepentingan publik dan lingkungan. 2. Peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional di pasar domestik. 3. Fasilitasi akses produk nasional ke pasar global.
8
4. Dukungan bagi platform sistem inovasi nasional. 5. Dukungan terhadap keunggulan kompetitif bagi produk. Setiap Negara mempunyai standar produk yang berbeda. Di tingkat ASEAN Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura dan Malaysia dalam bidang penerapan standar pangan. Negara anggota ASEAN yang tertinggi levelnya adalah Malaysia dan Singapura. Sedangkan Indonesia, Thailand, Filipina, Brunei satu level bawahnya. Kemudian Laos, Myanmar, dan Kamboja. Menurut Prof Muhammad Firdaus, Guru Besar Argribisnis IPB, kesiapan Indonesia menghadapi berlakunya AEC atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 masih rendah. Indonesia masih masuk katergori rendah atau di bawah 80 %. Jika dibandingkan Thailand dan Malaysia, yang sudah di skala 80-90 %. Tantangan dunia pertanian terutama dalam bidang pangan ke depan sangat komplek yang membutuhkan kajian serius, sedangkan kesiapan kita masih rendah.
2.4 Solusi Terdahulu UMKM adalah tulang punggung perekonomian negara berkembang. Demikian halnya dengan UMKM bagi Indonesia. UMKM menyumbang 57,94% bagi PDB indonesia dan menyerap 90% dari total tenaga kerja Indonesia. Oleh sebab itu, sektor yang harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia dalam menghadapi AEC ini adalah sektor UMKM. Namun, banyak kendala yang selama ini ditemui pada sektor UMKM di Indonesia. Salah satunya adalah pemasaran. UMKM di Indonesia banyak bergerak di bidang produksi makanan tradisional atau khas tiap daerah di Indonesia. Laporan Suara Pembaruan (2008) yang menunjukkan bahwa UMKM pangan memiliki kontribusi 39,72 % atau Rp 439,86 triliun dari total produksi UMKM di Indonesia yang mencapai Rp1.107,54 triliun. Di Magelang ada industri rumahan pembuatan getuk, dan di Jogjakarta ada Industri bakpia, dan masih banyak makanan tradisional tiap-tiap daerah di Indonesia yang dijadikan industri rumahan. Kesamaan dari industri-industri tersebut adalah sama-sama bergerak di bidang makanan tradional, tetapi selain itu juga mempunyai permasalahan yang sama. Banyak makanan tradisional yang kebanyakan diproduksi, tidak bisa bertahan lama. Jangankan bisa diekspor hingga ke mancanegara, pemasaran
9
hingga antar kota atau pulau yang memakan waktu berhari-hari, akan menyebabkan produksi makanan tersebut menjadi basi. Perlu bantuan dari pemerintah secara langsung untuk membantu pelaku industri makanan tradisional agar bisa mengembangkan bisnis mereka hingga ke wilayah yang lebih luas bahkan ke mancanegara. Salah satu contoh atau upaya yang pernah ditawarkan pemerintah, melalui LIPI adalah meningkatkan standar olahan makanan tradisional. Dari segi kualitas bahan baku, hingga meningkatkan kualitas produksi sehingga tercipta produk yang berstandar. Dengan telah tercapainya standar, maka upaya untuk memperluas pasar dapat tercapai. Sebagai contoh adalah gudeg kaleng dari Jogjakarta. Gudeg kaleng Bu Tjitro adalah salah satu gudeg kaleng yang saat ini sudah begitu banyak di Jogjakarta. UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul menemukan cara mengawetkan makanan tradisional. Konsep mengawetkan gudeg pertama kali muncul, ketika pada 2009 pengusaha gudeg asal jogjakarta, Dtaju Dwi Kumalasari yang merupakan pengelola gudeg Bu Tjitro Jogjakarta. Djatu menggandeng UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul untuk menemukan cara bagaimana mengalengkan gudeg. Maklum saja, olahan gudeg biasa hanya bertahan 48 jam, hal itulah yang menjadi alasan Djatu mencoba menemukan solusi bagaimana olahan gudeg bisa bertahan lama. BPPTK juga sebenarnya sejak 2006 telah mengembangkan proses pengalengan gudeg. Pada tahun 2011, setelah melalui proses penelitian yang cukup panjang, akhirnya gudeg kaleng mulai dipasarkan. Dalam sebulan, Djatu bisa menjual gudeg kaleng Bu Tjitro hingga 500 kaleng dengan harga 20 ribu hingga 27 ribu per kaleng. Kesuksesan Djatu dengan gudeg Bu Tjitronya disusul oleh gudeg kaleng lainnya yang sekarang banyak bermunculan. Selain gudeg, sebenarnya sejak 2002 LIPI Gunung Kidul juga telah melakukan penelitian pengalengan makanan tradisoanal seperti mangut lele, sayur lombok ijo, sari tempe kental manis, tempe steak, jagung manis, kari tempe, dan tempe bacem. Dalam hal inilah peran pemerintah melalui lembaga penelitiannya, membantu industri rumahan yang masih bergerak di dalam produksi makanan
10
olahan berskala kecil untuk menemukan solusi bagaimana menambah nilai produksi menjadi lebih bernilai tinggi.
2.5 Gambaran Umum Solusi yang Ditawarkan Triple-Helix adalah konsep sinergi antara aktor-aktor yang mempengaruhi keberhasilan inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berupa bangun geometri yang terdiri dari tiga buah jalinan menyerupai susunan rantai DNA (Harjanto Sri, 2004). Aktor-aktor tersebut adalah kalangan Academicians (akademisi/lembaga penelitian), Business (bisnis/pengusaha), dan Governments (pemerintah) (ABG). Diharapkan ketiga aktor tersebut dapat bersinergi untuk menghasilkan produk yang mempunyai inovasi. Secara garis besar, komitmen Triple-Helix ABG meliputi lima hal, antara lain (Dipta Wayan I, 2008) : 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM). 2. Menumbuhan iklim usaha yang kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha, diantaranya sistem administrasi negara, kebijakan dan peraturan, serta infrastruktur yang memadai bagi perkembangan usaha. 3. Apresiasi terhadap SDM kreatif dan karya kreatif yang dihasilkan, terutama yang berperan menumbuhkan stimulus (rangsangan) untuk berkarya lebih kreatif lagi. Stimulus ini berbentuk dukungan finansial maupun nonfinansial. 4. Mendorong percepatan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi yang erat kaitannya dengan akses masyarakat untuk mendapat informasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman, sekaligus akses pasar. 5. Pengembangan lembaga pembiayaan yang mendukung usaha, mengingat lemahnya dukungan lembaga pembiayaan konvensional seperti bank dan masih sulitnya akses pengusaha untuk mendapatkan sumber dana alternatif, seperti modal ventura atau dana corporate social responsibility (CSR). Dari sudut pandang ekonomi kreatif, sistem “Triple-Helix” menjadi payung yang menghubungkan antara akademisi maupun peneliti (Intellectuals), Bisnis (Business), dan Pemerintah (Government) dalam kerangka bangunan ekonomi kreatif. Ketiga helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya
11
kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif di Indonesia. Hubungan yang erat, saling menunjang, dan bersimbiosis mutualisme antara ketiga aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasan dan pilar-pilar model ekonomi kreatif akan menentukan pengembangan ekonomi kreatif yang kokoh dan berkesinambungan.
12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian dalam penyusunan karya ilmiah ini dilakukan dengan kegiatan studi literatur yang mendalam dan observasi ke lapangan. Studi literatur, yakni dengan menggunakan penulisan deskriptif dan data yang digunakan merupakan data pendekatan kualitatif. Observasi, yakni melakukan pengamatan langsung terhadap UMKM tahu bakso di wilayah Tembalang Semarang.
Pendekatan
kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif, yang meliputi kata-kata tertulis atas objek penulisan yang sedang dilakukan yang didukung oleh studi literatur berdasaran pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Di samping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data adalah segala informasi mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225). Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian di perpustakaan.
13
2. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini (Sugiyono, 2012:137). Data Sekunder ialah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh di luar diri peneliti sendiri, meskipun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. (Winarno, 1985). Data sekunder merupakan data yang dilakukan dengan cara membaca literatur kepustakaan, internet, media cetak yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data ini digunakan oleh peneliti sebagai data pelengkap dari data primer. (dalam Laili dkk, 2014:10). Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah dengan metode: ‐ Kepustakaan/ Studi Literatur
Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. (Nazir, 1998:111). ‐ Observasi
Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63), observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, terutama penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
14
‐ Wawancara
Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. ‐ Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang datanya diperoleh dari buku, internet, atau dokumen lain yang menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan catatan mengenai peristiwa yang sudah berlalu. Peneliti mengumpulkan dokumen yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012:240).
3.3 Metode Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat selama proses penelitian. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:246) mengungkapkan bahwa dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting kemudian dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2012:247). Pada tahap ini peneliti memilah informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut, semakin sedikit dan mengarah ke inti permasalahan sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek penelitian. 2. Penyajian Data Setelah dilakukan direduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan yang bersifat deskriptif.
15
3. Penarikan Kesimpulan Tahap akhir pengolahan data adalah penarikan kesimpulan. Setelah semua data tersaji permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami dan kemudian ditarik kesimpulan yang merupaan hasil dari penelitian ini Selain itu, proses analisis data juga dilakukan dengan mengutip data langsung, yaitu data angka sebagai data kuantitatif, berdasarkan pengkajian data perekonomian di Indonesia yang diperoleh dari berbagai sumber.
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 UMKM Sebagai Penopang Perekonomian UMKM atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah tulang punggung perekonomian negara-negara berkembang. Di Indonesia UMKM diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Menurut UU tersebut bahwa sebuah perusahaan digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu Dengan rincian sebagai berikut: •
Usaha Mikro adalah usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan pendapatan sampai 300 juta rupiah per tahun.
•
Usaha Kecil adalah saha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan total penghasilan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun, dan
•
Usaha Menengah adalah usaha produktif yang memiliki kekayaan 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah pendapatan pertahun berkisar 2,5 – 50 milyar rupiah. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per
Juni 2013, jumlah UMKM sebanyak 55,2 juta UMKM atau 99,98 persen dari jumlah unit usaha yang ada di Indonesia. Data tahun 2003 menunjukkan bahwa UMKM menyumbang 56,72 % produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih banyak dibanding usaha besar yang menyumbang 43,28%. Nilai investasi UMKM mencapai Rp. 640,4 triliun atau 52,9 persen dari total investasi. Menghasilkan devisa sebesar Rp. 183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa Indonesia. Selain itu, UMKM juga dapat menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 % dari total tenaga kerja Indonesia. Dari data-data yang didapatkan di atas, terbukti bahwa UMKM merupakan penopang perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2015, ASEAN akan memulai ASEAN Economic Community (AEC), yaitu integrasi perekonomian negaranegara Asia Tenggara. Arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil dari negara-negara anggota ASEAN akan bebas masuk bersaing ke setiap
17
negara anggota ASEAN tersebut. Sehingga, Indonesia sebagai negara anggota ASEAN juga ikut andil di dalamnya. Dengan melihat potensi UMKM di Indonesia seharusnya mampu memenangkan Indonesia dalam persaingan AEC 2015. Indonesia
yang
perekonomiannya
ditopang
oleh
UMKM,
harus
mempersiapkan strategi agar perekonomiannya tetap bisa bertahan dan bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. UMKM di Indonesia yang banyak bergerak di bidang kerajinan, pertanian, dan makanan sejauh ini hanya bergerak di pasar domestik. Sementara dengan akan dimulainya AEC 2015, UMKM Indonesia harus bisa menembus pasar mancanegara, terutama ASEAN. Sejauh ini UMKM hanya mampu menyumbang sebesar 16,44% dari total nilai ekspor nonmigas. Jumlah tersebut masih di bawah negara-negara Asia lainnya. Ekspor itupun hanya didominasi produk kerajinan tangan seperti anyaman dan ukiran yang mampu menembus pasar mancanegara. 4.2 Permasalahan Ekspor Produk UMKM Sektor Pangan dan Kaitannya dengan Produk UMKM Tahu Bakso (Tofu Meatball) Menurut data dari Kementerian Negera Koperasi dan UKM (2007) bahwa 57.6% (tahun 2004) dan 53,6% (tahun 2006) total jumlah unit usaha nasional bergerak di sektor berbasis agribisnis; termasuk pangan. Demikian halnya dengan laporan Suara Pembaruan (2008) yang menunjukkan bahwa UMKM pangan memiliki kontribusi 39,72 % atau Rp 439,86 triliun dari total produksi UMKM di Indonesia yang mencapai Rp1.107,54 triliun. Kedua data tersebut menunjukkan bahwa UMKM pangan mempunyai peran yang sangat besar bagi kelangsungan perekonomian Indonesia yang ditopang oleh UMKM. Oleh karena pada 2015 nanti Indonesia sudah akan menghadapi AEC, maka UMKM sektor pangan perlu mendapatkan pembinaan, perhatian, dan pengembangan lebih lanjut agar selain tetap mampu menyediakan bahan pangan bagi domestik, juga mampu mengangkat perekonomian Indonesia dalam AEC tersebut. Di berbagai daerah di Indonesia, banyak industri rumah tangga yang mengembangkan usaha makanan tradisional atau khas daerah. Di Jogjakarta, banyak industri rumah tangga yang memproduksi bakpia, kemudian di Solo ada produksi makanan serabi, di Magelang ada industri getuk, dan masih banyak lagi
18
di daerah lain yang mengembangkan usaha makanan tradisional. Sayangnya, dari berbagai jenis usaha makanan tradisional, keseemuanya hampir memimilik masalah yang sama, yaitu daya tahan. Makanan tradisional di Indonesia cenderung berbahan dasar alami dengan berbagai macam resep atau bumbu khas. Di satu sisi, makanan tradisional di Indonesia memiliki varian rasa yang yang khas dan enak. Tapi di sisi lain, makanan tradisional dengan berbagai varian rasa khas tersebut memiliki daya tahan yang tidak begitu lama. Makanan seperti bakpia, getuk, dan serabi tidak bisa bertahan lama, hanya berkisar antara 3-7 hari. Kondisi tersebut juga banyak ditemui pada berbagai makanan tradisional lainnya di berbagai daerah. Daya tahan makanan di Indonesia yang tidak begitu lama tentu saja tidak menguntungkan bagi sebagian besar pengusaha. Pemasaran hasil produk makanan tidak bisa keluar dari daerah penghasil makanan tersebut. Hanya berpusat di daerah penghasil dan sebagian wilayah sekitar. Dalam menghadapi AEC 2015, kondisi tersebut sangat mengancam kelangsungan usaha makanan tradisional di Indonesia. Sebab, sebagian besar perekonomian Indonesia berada pada sektor UMKM. Tidak hanya itu, UMKM di Indonesia mayoritas bergerak pada usaha pertanian dan makanan tradisional. Dengan dibukanya AEC 2015, maka Indonesia akan kebanjiran berbagai produk dari berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk produk makanan. Produk makanan Indonesia, sebagian besar produk makanan Indonesia tidak bisa bertahan lama. Maka jangkauan produk UMKM di Indonesia akan semakin sempit. Seharusnya dengan dibukanya AEC pada 2015 nanti, menjadi momen untuk memperluas pasar hasil produk Indonesia ke mancanegara, termasuk UMKM makanan tradisional. Usaha strategis yang mampu mengembangkan UMKM makanan tradisional Indonesia adalah dengan meningkatkan nilai tambah atau kualitas produk. Konkretnya adalah dengan membuat makanan tradisional Indonesia mampu bertahan lama dan berstandar, sehingga produk Indonesia bisa menjangkau pasar mancanegara, khususnya kawasan ASEAN. Contoh inovasi terhadap makanan tradisional di Indonesia adalah gudeg kaleng di Jogjakarta. Konsep mengawetkan gudeg pertama kali muncul, ketika pada 2009 pengusaha gudeg asal jogjakarta, Dtaju Dwi Kumalasari, pengelola
19
gudeg Bu Tjitro Jogjakarta menggandeng UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul untuk menemukan cara bagaimana mengalengkan gudeg. Kini, dalam sebulan, gudeg kaleng Bu Tjitro terjual hingga 500 kaleng dengan harga 20 ribu hingga 27 ribu. Kesuksesan Djatu dengan gudeg Bu Tjitro nya disusul oleh gudeg kaleng lainnya yang sekarang banyak bermunculan. Tidak hanya itu, gudeg kaleng Bu Tjitro juga sudah merambah pasar mancanegara, yaitu Belanda dan Timur Tengah. Pengalengan gudeg di atas adalah sebuah inovasi yang penting bagi kelangsungan makanan tradisional nusantara. Inovasi tersebut mampu menambah nilai ekonomi dan citra makanan tradisional menjadi lebih tinggi. Contoh di ataslah yang mendasari penulis untuk mengangkat salah satu makanan tradisional di Semarang, Jawa Tengah, yang saat ini banyak diangkat oleh UMKM yang ada di Semarang untuk dijadikan usaha tahu bakso. Tahu bakso adalah makanan khas yang berasal dari daerah Semarang, tepatnya di kecamatan Ungaran. Jika biasanya tahu dan bakso adalah dua jenis makanan yang berbeda, tidak halnya dengan tahu bakso. Inovasi dari masyarakat Ungaran dengan menjadikan tahu dikombinasikan dengan tahu menjadi satu jenis makanan. Tahu pilihan yang telah digoreng dengan diberi lubang di tengahnya, kemudian bagian yang telah dilubangi tersebut dimasukkan adonan bakso yang telah diberi bumbu tertentu. Proses selanjutnya direbus pada suhu tertentu. Tahu bakso bisa langsung dikonsumsi dan bisa digoreng. Namun sayangnya, seperti kebanyakan makanan tradisional dari daerah lainnya, tahu bakso tidak memiliki daya tahan lama. Tahu bakso hanya bertahan 1x24 jam, dan bisa tahan hingga seminggu jika dimasukkan dalam freezer. Tentu saja kondisi tersebut berpengaruh terhadap pemasaran tahu bakso. Salah satu pengusaha UMKM pangan tahu bakso di daerah Semarang, Ibu Laras, juga mengalami kendala yang sama yang juga dialami oleh para pelaku usaha kecil. Pemasaran yang terbatas akibat daya tahan tahu bakso yang hanya bertahan 1x24 jam. Selain itu, pelaku UMKM seperti Ibu Laras juga belum mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal pemerintah dan lembaga penelitian seperti LIPI sudah melakukan berbagai penelitian pengembangan makanan tradisional agar dapat meningkatkan nilai ekonomi tahu usahanya tersebut. Tetapi belum menyentuh penerapannya kepada para pengusaha kecil seperti Ibu Laras.
20
Ketidaktahuan para pelaku usaha kecil terhadap inovasi yang terus berkembang terhadap produk makanan tradisional, membuat mereka skeptis dan tidak tahu bagaimana meningkatkan usaha mereka. Sehingga sulit untuk berkembang. 4.3 Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional Tahu bakso atau Tofu Meatball merupakan produk UMKM khas Semarang akan melakukan terobosan terbaru sebagai lahan potensial pemasaran produk UMKM Indonesia hingga pasar ASEAN. Standarisasi produk pangan UMKM Tofu Meatball, masyarakat Semarang biasa menyebut dengan nama tahu bakso, sangat dibutuhkan guna menjaga kualitas yang terjamin hingga sampai kepada konsumen. Namun, selama ini produk tersebut hanya mampu dipasarkan pada lingkup Semarang dan sekitarnya karena sifat produk yang mudah basi. Ketika basah/ rebusan (setengah jadi) tahan 1x24 jam, sedangkan ketika sudah matang (digoreng) tahan 2-3 hari (suhu kamar). Mutual recognition agreement (MRA) sektor makanan dan minuman dilakukan menjelang pemberlakuan AEC 2015 untuk mempermudah dan mempercepat proses perizinan serta menghemat biaya produksi, khususnya untuk bagian kemasan. Dalam melakukan pengemasan makanan yang terjamin kualitasnya dan dapat makanan dapat bertahan lama maka harus dilakukan sebuah penelitian yang mendalam. Setelah dilakukan penelitian tersebut dan telah diuji coba, dibuatlah hasil penelitian tersebut sebagai standar pengemasan makanan untuk diekspor. Sebanyak 7 (tujuh) MRA yang sudah disepakati / ditandatangani pada waktu yang berbeda-beda, dan satu-satunya MRA yang sudah diimplementasikan antara lain: 1 1. ASEAN MRA on Engineering Services, tanggal 9 December 2005 di Kuala Lumpur. 2. ASEAN MRA on Nursing Services, tanggal 8 Des 2006 di Cebu, Filipina. 3. ASEAN MRA on Architectural Services, 19 November 2007 di Singapura. 4. ASEAN Framework Arrangement for the Mutual Recognition of Surveying
21
Qualifications, tanggal 19 November 2007 di Singapura, ASEAN MRA on Medical Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand. 5. ASEAN MRA on Dental Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand. 6. ASEAN MRA Framework on Accountancy Services, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand. 7. ASEAN Sectoral MRA for Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of Manufacturers of Medicinal Products, tanggal 10 April 2009 di Pattaya, Thailand. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman (2013), sektor UMKM memiliki jumlah mencapai 99% dari seluruh perusahaan makanan dan minuman serta menyumbang 15% dari pendapatan sektor ini. Ia menuturkan, selama ini sektor UMKM terkendala masalah food safety yang belum sesuai standar di ASEAN dan pemetaan besaran perusahaan dari skala kecil hingga besar. Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto (2013) mengatakan, dalam mendukung AEC, pemerintah telah mengambil langkah terkait standart and conformance melalui pembentukan Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI). Selain itu, pemerintah juga membentuk Jejaring Keamanan Pangan Nasional serta peningkatan kemampuan UMKM terkait pemahaman good manufacturing product (GMP) dan keamanan pangan. Tercatat, industri makanan dan minuman menyumbang 36% kontribusi PDB sektor nonmigas. Mengatasi masalah produk makanan basah seperti tahu bakso yang tidak dapat tahan lama, LIPI memiliki solusi tentang pengawetan makanan basah tanpa bahan pengawet. Menurut peneliti LIPI, Mukhamad Angwar, sejauh ini ada beberapa teknik mengawetkan produk pangan secara alami atau tanpa menggunakan bahan pengawet yang dapat merugikan kesehatan. Beberapa teknik pengawetan itu seperti penggaraman, pendinginan, pengeringan, iradiasi, dan pengalengan. LIPI melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan aneka makanan kaleng sejak 1980. Sejauh ini, LIPI fokus mengalengkan makanan makanan
22
tradisional khas suatu daerah, seperti gudeg, lombok hijau, mangut lele kaleng, rendang, tempe kari, dan lain-lain. Produk pangan dalam kaleng bisa awet karena adanya proses pengeluaran udara, steriliasi pada suhu 12 derajat Celsius dengan tekanan 2 atmosfir. Kaleng yang rapat dapat melindungi produk dari kontaminasi selama penyimpanan. Dengan proses pengawetan makanan kaleng yang sempurna bisa memperpanjang umur masakan hingga 4 tahun. (bpptk.lipi.go.id). Produk tahu bakso kaleng dengan standar yang telah diberikan oleh LIPI memungkinkan produk UMKM tahu bakso untuk dipasarkan secara luas skala internasional, namun diutamakan dalam lingkup ASEAN karena untuk cita rasa masakan negara-negara anggota ASEAN tidak jauh berbeda. Hal tersebut menjadi peluang yang bagus bagi pengusaha tahu bakso di Semarang untuk mengenalkan kuliner khas Semarang di kancah internasional. Namun, pentingnya standar tersebut dilakukan sesuai prosedur untuk menjaga kualitas suatu produk hingga sampai kepada konsumen dan makanan dapat bertahan lama. Misalnya saja pada produk makanan basah gudeg Jogja, LIPI menggunakan langkah-langkah sesuai prinsip fisika dalam proses pengalengan ini. Proses ini dimulai dengan menimbang dan memasukkan gudeg yang sudah masak kedalam kaleng kosong yang terlebih dulu disterilkan. Selanjutnya, dilakukan penghampaan udara di permukaan gudeg menggunakan uap panas pada suhu 90°C - 95°C. Gudeg itu kemudian ditutup dengan menggunakan mesin penutup kaleng dan dilanjutkan dengan sterilisasi. Gudeg yang sudah dikemas dalam kaleng tertutup itu kemudian dimasukkan kedalam alat sterilisasi dengan suhu 121°C selama 15 menit. Setelah itu, kaleng-kaleng berisi gudeg dimasukkan kedalam air dingin yang sudah steril. Tujuannya supaya mikroba jenis spora yang tahan panas pecah, sehingga semua mikroba dalam gudeg itu mati. Setelah selesai, kaleng dikeringkan dan dikarantina 15 hari untuk memastikan apakah masih ada mikroba yang tersisa. Sebab, bila masih ada mikroba, gudeg akan mengalami proses fermentasi dan kaleng akan mengembung. Bila hal itu terjadi, artinya pengalengan gudeg gagal. Namun, bila selama 15 hari kaleng tetap normal, gudeg itu layak dikonsumsi setiap hari. (www.pusatgudegkaleng.info).
23
4.4 Sinergisitas Peran Pengusaha, Pemerintah, dan Peneliti Tahun 2015, ASEAN memasuki babak baru yakni diberlakukannya AEC yang akan membuat pasar semakin bebas. Sebagai pemain yang cerdas dalam permainan ekonomi setelah terbentuknya AEC 2015, Indonesia memiliki peluang yang sama besar dengan negara-negara lain di ASEAN. Potensi Indonesia yang telah dijelaskan di bagian atas sebelumnya adalah kelebihan khusus yang dimiliki oleh Indonesia dalam bidang UMKM produk pangan. Namun, apabila Indonesia tidak bertindak secara bijak maka potensi tersebut tidak akan berkembang secara optimal bahkan dapat dikuasai oleh negara-negara lain. Dalam pengembangan potensi Indonesia, perlu adanya standarisasi yang bagus, sehingga pada akhirnya produk pangan Indonesia tidak kalah bersaing dalam percaturan pasar ASEAN dan diharapkan dapat mendominasi pasar ASEAN. Pada karya tulis ilmiah ini dijelaskan konsep Triple-helix dengan menggunakan studi kasus UMKM produk pangan yang memproduksi Tahu Bakso Tembalang di Semarang.
Gambar 1. Model Hubungan Sinergisitas Triple-Helix Concept
Triple-Helix adalah konsep sinergi antara aktor-aktor yang mempengaruhi keberhasilan inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berupa bangun geometri yang terdiri dari tiga buah jalinan menyerupai susunan rantai DNA (Harjanto Sri, 2004). Aktor-aktor tersebut adalah kalangan Academicians (akademisi/lembaga penelitian), Business (bisnis/pengusaha), dan Governments
24
(pemerintah) (ABG). Diharapkan ketiga aktor tersebut dapat bersinergi untuk menghasilkan produk yang mempunyai inovasi. Berikut gambaran sinergisitas model Triple-Helix ABG, Dari sudut pandang ekonomi kreatif, sistem “Triple-Helix” menjadi payung yang menghubungkan antara Peneliti-LIPI (Academicans), pengusaha UMKM (Business), dan pemerintah (Government). Di mana ketiga helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif di Indonesia. Hubungan yang erat, saling menunjang, dan bersimbiosis mutualisme antara ketiga aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasan ekonomi kreatif akan menentukan pengembangan ekonomi kreatif yang kokoh dan berkesinambungan. Penerapan konsep Triple-Helix dalam pengembangan UMKM Tofu Meatball di Semarang sangat diperlukan. Dalam konsep Triple-helix ini, peneliti, pengusaha, dan pemerintah mempunyai peran yang berbeda-beda sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Ketika peran ketiga aktor tersebut sinergis, maka upaya untuk mengelola potensi yang ada di Indonesia akan lebih menguntungkan bersama. Permasalahan pada pengembangan UMKM produk pangan adalah sempitnya mangsa pasar dan daya saing yang lemah, terutama jika dihadapkan pada produk pangan dari luar negeri. Bagi pengusaha UMKM, kendala tersebut diakibatkan minimnya pengetahuan dan teknologi pangan. Sehingga hasil olahan produk pangan mereka terkadang tidak memenuhi standar Negara asing dan dianggap kurang berkualitas. Oleh karena itu, perlu adanya peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan peneliti baik dari akademisi maupun lembaga profesional guna menemukan standar dan teknologi yang tepat. Pemerintah berperan sebagai regulator untuk mendukung terciptanya standar baku berskala internasional, lebih dari itu pemerintah dapat ikut serta dengan berinvestasi melalui proyek riset yang dilakukan pengusaha UMKM dan peneliti tersebut. Intervensi pemerintah tidaklah banyak seperti apa yang dikatakan oleh Schumpeter, hanya sebatas menjalankan regulasi-regulasi yang tercantum dalam cetak biru AEC 2015.
25
Pemerintah: Political Will
TRIPLE‐HELIX CONCEPT
Pengusaha UMM: Produk Pangan
Peneliti: Riset
‐ Mutu ‐ Teknologi ‐ Strategi pemasaran
Standarisasi Produk Pangan
Tofu Meatball
Daya Saing, Kepercayaan Konsumen
Mengentaskan Kemiskinan
Pendapatan Ekspor
EKSPANSI PASAR ASEAN
Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Membendung Impor
Bersaing dalam Asean Economic Community 2015 Gambar 2. Implementasi Konsep Triple-Helix dalam Pengembangan UMKM Tofu Meatball
26
Peneliti maupun lembaga penelitian seperti LIPI mempunyai peran membantu pengusaha UMKM dalam menemukan formula baru dalam produk pangan yang mempunyai kualitas lebih baik, baik gizi maupun keamanan pangan. Produk pangan harus mempunyai kualifikasi yang memungkinkan untuk menembus pasar ASEAN seperti dapat bertahan lama, sehingga tidak basi saat sebelum produk diterima konsumen luar negeri. Selain itu, kerjasama antara penguasaha UMKM dan peneliti harus menjamin bahwa cita rasa produk pangan tersebut tidak berubah walaupun dapat bertahan lama. Dalam studi kasus Tofu Meatball, pengusaha mempunyai kendala dalam menemukan produk yang dapat bertahan lama tanpa bahan pengawet. Selama ini, mereka memproduksi tahu bakso dengan daya tahan maksimal 1x24 jam tanpa pengawet. Tahu bakso dapat bertahan lebih lama jika dimasukkan dalam freezer (almari pendingin), bertahan hampir 7 hari. Produk sulit untuk dibawa ke luar kota yang jarak tempuhnya memakan waktu melebihi 1x24 jam, apalagi dibawa ke luar negeri. Kendala inilah yang menyebabkan sulit ekspansi pasar ke luar negeri. Kendala daya tahan yang terbatas perlu dicarikan solusi, perlu adanya peran LIPI dan pemerintah. LIPI bersama pengusaha tahu bakso melakukan eksperimen dalam rangka mencari formula yang menghasilkan tahu bakso daya tahan lama. Alternatif kedua adalah mencari kemasan yang memungkinkan tahu bakso dapat bertahan lama, misal melalui pengalengan. Dengan menggunakan kaleng steril, tahu bakso dapat dikirim dan dinikmati konsumen luar negeri tanpa takut basi. Namun, lembaga penelitian perlu bantuan pemerintah dalam bentuk suntikan dana mendukung riset dalam pengembangan tahu bakso ini. Manfaat yang dapat didapat dari sinergisitas ini dapat dinikmati oleh ketiga aktor. Pengusaha tahu bakso akan mendapatkan produk yang dapat bertahan lama dan dapat menembus pasar luar negeri. Ini memungkinkan naiknya permintaan pasar dan akhirnya berujung pada naiknya pendapatan. Peneliti dapat menerapkan hasil penelitiannya bagi kemajuan negara, ini sesuai dengan tujuan lembaga penelitian. Selain itu, peneliti juga akan mendapatkan dana tambahan dari pemerintah melalui suntikan dana guna pengembangan penelitian yang mereka lakukan. Sedangkan pemerintah akan mendapatkan manfaat dari
27
berkembangnya UMKM ini. Berkembangnya jumlah produk UMKM yang dapat menembus pasar luar negeri (ASEAN) secara otomatis akan meningkatkan pendapatan yang berasal dari pajak ekspor (devisa) sekaligus membendung banyaknya produk impor dari luar negeri. Selain itu, UMKM akan menciptakan lebih besar lapangan pekerjaan sehingga membantu mengentaskan kemiskinan.
28
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Perekonomian di Indonesia 90% ditopang dari sektor UMKM. Pada 2011, 57,94% nilai PDB Indonesia, berasal dari sektor UMKM. UMKM tumbuh pesat tiap tahun dan menyerap lebih dari 90% dari total tenaga kerja Indonesia, didominasi anak muda dan wanita (indagkop.kaltimprov.go.id). UMKM pangan mempunyai peran yang sangat besar bagi kelangsungan perekonomian Indonesia yang ditopang oleh UMKM. Sehingga UMKM sektor pangan perlu mendapatkan pembinaan, perhatian, dan pengembangan lebih lanjut agar selain tetap mampu menyediakan
bahan
pangan
bagi
domestik,
juga
mampu
mengangkat
perekonomian Indonesia dalam AEC 2015. Banyak industri rumah tangga yang mengembangkan usaha makanan tradisional atau khas daerah namun daya tahan makanan tersebut tidak dapat bertahan lama. Selain itu, pemasarannya belum meluas hingga keluar daerah produksi. Adanya AEC 2015 menjadi momen untuk memperluas pasar hasil produk Indonesia ke mancanegara, termasuk UMKM makanan tradisional. Salah satunya tahu bakso sebagai makanan khas yang berasal dari daerah Semarang. Pemasarannya belum meluas karena daya tahan makanan tidak lama. Mengatasi masalah produk makanan basah seperti tahu bakso yang tidak dapat tahan lama, LIPI memiliki solusi tentang pengawetan makanan basah tanpa bahan pengawet salah satunya dengan proses pengalengan. Dengan demikian, produk tahu bakso kaleng dengan standar yang telah diberikan oleh LIPI memungkinkan produk UMKM tahu bakso untuk dipasarkan secara luas skala internasional, terutama di negara-negara anggota ASEAN. Menurut BPPTK LIPI, dengan proses pengawetan makanan kaleng yang sempurna bisa memperpanjang umur masakan hingga 4 tahun. Penerapan konsep Triple-Helix dalam pengembangan UMKM Tofu Meatball di Semarang sangat diperlukan. Dalam konsep Triple-helix ini, peneliti, pengusaha, dan pemerintah mempunyai peran yang berbeda-beda sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Ketika peran ketiga aktor tersebut sinergis, maka
29
upaya untuk mengelola potensi yang ada di Indonesia akan lebih menguntungkan bersama. Berkembangnya jumlah produk UMKM yang dapat menembus pasar luar negeri (ASEAN) secara otomatis akan meningkatkan pendapatan yang berasal dari pajak ekspor (devisa) sekaligus membendung banyaknya produk impor dari luar negeri. Selain itu, UMKM akan menciptakan lebih besar lapangan pekerjaan sehingga membantu mengentaskan kemiskinan.
5.2 Saran 1. Adanya sinergitas antara akademisi/peneliti, pengusaha, dan pemerintah dalam mengembangkan potensi produk pangan seperti Tofu Meatball (tahu bakso) di Semarang sebagai produk percontohan pengembangan potensi UMKM pangan di Indonesia. 2. Akademisi/peneliti, pengusaha, dan pemerintah bertanggung jawab dan mampu melaksanakan perannya masing-masing dalam melaksanakan konsep Triple-Helix sehingga mampu meningkatkan dan menguatkan perekonomian di Indonesia dalam AEC 2015. 3. Pemerintah diharapkan dapat membuat regulasi yang dapat mendukung sinergitas aktor-aktor dalam konsep Triple-Helix sehingga akan semakin banyak produk pangan Indonesia yang mampu bersaing di kancah ASEAN. 4. Pemerintah memberikan dukungan modal kepada peneliti dan pengusaha UMKM yang kekurangan modal dalam penelitian menemukan produk yang berkualitas.
5. Akademisi/peneliti diharapkan dapat bekerjasama dengan pengusaha untuk meneliti dan menemukan inovasi produk pangan yang berkualitas dan berstandar internasional, mengingat potensi produk pangan Indonesia yang sangat melimpah. 6. Pengusaha UMKM diharapkan dapat berperan aktif dalam berinovasi menciptakan produk pangan yang berstandar internasional sehingga mampu menembus pasar ASEAN.
30
DAFTAR PUSTAKA Alan dkk. 2014. Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015, karya tulis ilmiah FEB Undip. Semarang: FEB. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic Community 2015, E-book. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Diskusi ‘Tantangan Membangun Pertanian untuk Presiden Mendatang’ di Kampus IPB Barangnangsiang, Kota Bogor, Rabu (21/05) dalam http://poskotanews.com/2014/05/21/menteri-pertanian-mendatang-bisagila/ Huda Ahmad Nur. 2013. ”MRA Makanan Dipercepat”. Artikel dalam m.koransindo.com [23 Juli 2014]. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic Community 2015. Laili Ihda Nazaliatul dkk. 2014. Transliterasi dan Menguak Pesan dalam Surat K.H. Ahmad Rifa’I Kalisalak Batang Kepada Para Pengikutnya, proposal penelitian FIB Undip. Semarang: FIB. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2014. ”Pengalengan”. Artikel dalam bpptk.lipi.go.id [23 Juli 2014]. Mengenal Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam http://www.kerjausaha.com/2013/01/mengenal-usaha-mikro-kecil-danmenengah.html [23 Juli 2014] NN.
2013. Data Potensi Unggulan www.google.com [11 Maret 2014].
Daerah
Kabupaten
Semarang.
NN.
2014a. “Mengawetkan Warisan Kuliner”. www.pusatgudegkaleng.info [22 Juli 2014].
Artikel
dalam
_____.
2014b. “Proses Pengalengan Gudeg”. www.pusatgudegkaleng.info [22 Juli 2014].
Artikel
dalam
Rahayu WP., Nababan H., Hariyadi P., Novinar, dalam Keamanan Pangan dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk Penguatan Ekonomi Nasional. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan; dan Seafast Center, IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan POM RI. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. http://ristek.go.id [4 Agustus 2014]
31
http://bisnis.liputan6.com/read/741611/ri-siapkan-acuan-standarisasi-produk-buathadapi-pasar-bebas [4 Agustus 2014] http://finance.detik.com/read/2014/07/09/091928/2631998/1036/persainganmakin-ketat-standar-produk-mamin-ri-masih-rendah [4 Agustus 2014] indagkop.kaltimprov.go.id [4 Agustus 2014]
32 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.
Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap
Faiz Balya Marwan
2
Jenis Kelamin
L
3
Program Studi
Hubungan Internasional
4
NIM
14010412130105
5
Tempat dan Tanggal Lahir
Batang, 11 Januari 1994
6
E-mail
[email protected]
7
No.Telepon/ HP
085713810335
B. Riwayat Pendidikan SD Nama Institusi
SD N Jambangan 01
SMP
SMA
MTs Sunan Kalijaga Bawang
SMK Diponegoro Banyuputih
Jurusan Tahun Masuk-Lulus 2000-2006
Teknik Komputer dan Jaringan 2006-2009
2009-2012
C. Pengalaman Organisasi Lembaga
Tahun
Jabatan
Rebana Diponegoro University
2013
Anggota Divisi Public Relation
Ikatan Mahasiswa Diponegoro asal Batang
2012sekarang
Wakil Ketua 1
Forum Komunikasi Mahasiswa Batang Indonesia
2013sekarang
Anggota Departemen Perindustrian dan Pengelolaan Aset
Rebana Diponegoro University
2014
Ka. Div. Public Relation
Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Undip
2014
Reporter
Taman Pendidikan Al-Qur’an
2014
Wakil Kepala Sekolah
33
Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional
2014
Staf Divisi Keimuan dan Analisis
Kamadiksi Undip
2014
Ka. Div. Infokom
D. Penghargaan yang pernah didapat No Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi Tahun Penghargaan
1
Juara 1 Lomba GPBN SMK Tingkat Kabupaten Batang, Mata Lomba Kewirausahaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pemkab Batang
Pemkab Batang
2011
2
Juara 2 LKTIN Ganesa 2 Fordi Mapelar
Universitas Brawijaya
2013
3
Finalis LKTIN Pekanas 2
Universitas Mataram
2013
4
Lolos Pendanaan PKM-M
Dikti
2014
5
Lolos Pendanaan PKM-K
Dikti
2014
6
Juara Harapan II Paper Competition ACCOUNTS 2014
Universitas Andalas
2014
E. Karya Tulis yang pernah dibuat: (1) LKTI Ganesa 2 Fordi Mapelar UB tahun 2013 berjudul “Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia): Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Tingkat Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Terpadu”. (2) LKTI PEKANAS 2 UNRAM tahun 2013 berjudul “Charlopoly (Character Development Monopoly): Inovasi Permainan Monopoli Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar Menggunakan Metode Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi”. (3) PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “Akasia (Aktualisasi Karakter Asli Budaya Indonesia) Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui Model Pembelajaran Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam AlFattah Kelurahan Sumurboto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”. (4) PKM-K Dikti tahun 2013 berjudul “Karangan Bunga Reusable Sebagai Peluang Usaha Prospektif dan Ramah Lingkungan di Semarang”. (5) Paper competition ACCOUNTS 2014 berjudul “Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)”.
34
1.
Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap
Mega Ariyanti
2
Tempat dan Tanggal Lahir Jombang, 15 Mei 1994
3
Jurusan/ Fakultas
Sastra Indonesia/ Fakultas Ilmu Budaya
4
NIM
13010112130052
5
E-mail
[email protected]
6
Alamat (Semarang)
Rusunawa Undip
7
Alamat
Dsn. Beyan Ds. Pandanwangi Kec. Diwek Kab. Jombang, Jawa Timur
8
No. Telp./ HP
085648766681
B. Riwayat Pendidikan SD Nama Institusi
SD N Tugu Kepatihan II Jombang
SMP
SMA
SMP N 1 Jombang
SMK N 1 Jombang
Jurusan
Multimedia
Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 C. Pengalaman Organisasi Lembaga Tahun Rumah Diponegoro
Belajar 2012-2013
2006-2009
2009-2012
Jabatan Bendahara
BEM FIB Undip
2013-2014
Eksekutif Muda
R’nB Undip
2012-sekarang
Staff Public Relation
Research Club FIB 2012-2013 Undip
Anggota
Research Club FIB 2013-sekarang Undip
Wakil Ketua
Ready Undip
Staff Kominfo
2012-2013
35
ILP2MI
2012-sekarang
Anggota
D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “EDWARD (Education with Art of Digital) Metode Pembelajaran Tingkat SD Berbasis Multimedia di SDN Pesarean 1 Desa Pesarean Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal”. 2. Program Hibah MITI tahun 2013 berjudul “Pengolahan Rebung Bambu Bermutu Rendah menjadi Keripik Rebung Sambung (KRS) Guna Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Dukuh Sambung serta Mendukung Program One Village One Product”. 3. Lomba Karya Cipta Maritim Nasional (Lokarina) SAMPAN7 ITS tahun 2013 “Formulasi Limbah Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) dan Karaginan Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Dasar Pasta Gigi Ramah Lingkungan Non Sodium Lauryl Sulfate (SLS)”. 4. LKTI Ganesa 2 Fordi Mapelar UB tahun 2013 berjudul “Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia): Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Tingkat Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Terpadu”. 5. LKTI PEKANAS 2 UNRAM tahun 2013 berjudul “Charlopoly (Character Development Monopoly): Inovasi Permainan Monopoli Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar Menggunakan Metode Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi”. 6. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “Akasia (Aktualisasi Karakter Asli Budaya Indonesia) Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui Model Pembelajaran Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam Al-Fattah Kelurahan Sumurboto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”. 7. Paper competition ACCOUNTS 2014 berjudul “Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)”. 8. LKTIN Prisma 4 UB berjudul “HeAspa (Healthy Asparagus) Cookies: Optimalisasi Asaparagus Officinalis Sebagai Solusi Alternatif Peningkatan Produksi Sektor Pangan Guna Menunjang Perekonomian Masyarakat Indonesia Maju”. E. Penghargaan yang pernah didapat No Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi Tahun Penghargaan
1
Pendanaan Program Kewirausahaan
Hibah Pemkab Jombang
2
Delegasi UKM R’nB Undip dalam ILP2MI
2012 2013
36
Program Pengabdian Masyarakat Nasional REALITA III oleh ILP2MI di Dsn. Sucopengepok Ds. Lengkong, Jember-Jatim 3
Finalis Lomba Karya Cipta Institut Teknologi Maritim Nasional (LOKARINA) Sepuluh November SAMPAN7 ITS Surabaya
4
Delegasi UKM R’nB Undip Universitas Brawijaya 2013 dalam Rakernas V ILP2MI Malang
5
Juara 2 LKTIN Ganesa 2 Fordi Universitas Brawijaya Mapelar
2013
6
Finalis Pekanas 2 Unram
Universitas Mataram
2013
7
Lolos Pendanaan PKM Pengabdian Masyarakat
Dikti
2014
8
Juara Harapan II Paper Competition ACCOUNTS 2014
Universitas Andalas
2014
9
Moderator dalam Seminar Women Universitas Performance on Research Diponegoro Development di FIB Undip
2014
10
Pembicara dalam Seminar Kepenulisan Ilmiah di FIB Undip
2014
1. Biodata Anggota 2 A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap dan
Universitas Diponegoro
2013
Muhammad Subhan
2
Tempat Lahir
Tanggal Kudus, 22 Mei 1993
3
Jurusan/ Fakultas
Hubungan Internasional/ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4
NIM
14010412130109
5
E-mail
[email protected]
6
Alamat (Semarang)
Jl. Timoho Barat 02 RT 02 RW 03 Bulusan, Tembalang, Semarang
37
7
Alamat
Dsn Durenan Ds Kajar RT 02 RW 04 Kec. Dawe, Kab. Kudus
8
No. Telp./ HP
085727997005
B. Riwayat Pendidikan SD/Sederajat Nama Institusi
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
MI NU MTs NU Raden MA NU Raden Tarbiyatul Umar Said Colo Umar Said Colo Athfal Kajar
Jurusan Tahun Masuk-Lulus 1999-2006 C. Pengalaman Organisasi Lembaga Tahun
IPS 2006-2009
2009-2012
Jabatan
BEM KM Universitas 2013-2014 Diponegoro
Eksekutif Muda Scholarship
Job
Senat Mahasiswa KM 2014-2015 Universitas Diponegoro
Staff Komisi 3 Ekobis & UKM
&
D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. PKM-P Dikti 2013 dengan judul Penelitian Pragmatis Folklor Lisan Terhadap Mitos Sendang Jodo Di Kabupaten Kudus 2. PKM-K Dikti 2013 dengan judul BISTUL (Biskuit Bekatul) Sebagai Makanan Alternatif Penderita Diabetes Dan Obesitas 3. PKM-M Dikti 2013 dengan judul Sendratari Ebeg Sebagai Sarana Pemersatu Antar-umat Beragama di Kabupaten Banyuwangi 4. PKM-GT Dikti 2014 dengan judul Sosialisasi Pemilu Menggunakan Metode Sampling untuk Mengatasi Masalah Golput. 5. Program Hibah Penelitian Universitas Diponegoro 2014 dengan judul Studi Kesiapan Masyarakat Desa Kajen Margoyoso Pati terhadap Rencana Pembangunan Perpustakaan Desa.
38
LAMPIRAN
39
A. Scan Bukti Pembayaran
B. Scan KTM
40
C. Dokumentasi
Gambar 1. Toko Tahu Bakso Ibu Laras
Gambar 2. Label Kemasan Produk