UPAYA PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR PAI POKOK BAHASAN HUKUM TAKLIFI MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DAN CARD SORT (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS X-6 SMA NEGERI 1 BABADAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010)
SKRIPSI
Oleh: RIKO PRATIWI NIM: 24.3.06.2.124
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2010
UPAYA PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR PAI POKOK BAHASAN HUKUM TAKLIFI MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DAN CARD SORT (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS X-6 SMA NEGERI 1 BABADAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010)
SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: RIKO PRATIWI NIM: 24.3.06.2.124
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2010
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi atas nama saudara: Nama
: RIKO PRATIWI
NIM
: 24.3.06.2.124
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI POKOK BAHASAN HUKUM TAKLIFI MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DAN CARD SORT (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS X-6 SMA NEGERI 1 BABADAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010) Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqasah. Pembimbing I
Tanggal, 2 Juni 2010
Drs. KASNUN, M. A NIP. 19620218 199203 1 001 Pembimbing II
Tanggal, 10 Juni 2010
Drs. MOH. MUKHKLAS, M. Pd. NIP. 19670115 200501 1 003 Mengetahui, Kaprodi Pendidikan Agama Islam
BASUKI AS’ADIE, M. Ag. NIP. 19721010 200312 1 003
iii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang munaqasah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, pada: Hari
: Selasa
Tanggal
: 06 Juli 2010
Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Agama dalam bidang Pendidikan Agama Islam, pada: Hari
: Selasa
Tanggal
: 13 Juli 2010 Ponorogo, Agustus 2010 Mengesahkan Ketua
Drs. H. A. Rodli Makmun, M. Ag. NIP. 19611115 198903 1 001 Tim Penguji: 1. Ketua Sidang
: Dr. H. A. Mun’im, M. Ag
(
)
2. Penguji I
: Elfi Yuliani Rochmah, M. Pd
(
)
3. Penguji II
: Drs. Kasnun, M. A.
(
)
4. Sekretaris
: Drs. Moh. Mukhlas, M. Pd
(
)
iv
MOTTO
… 3 ôMt6|¡tFø.$# $tΒ $pκön=tãuρ ôMt6|¡x. $tΒ $yγs9 4 $yγyèó™ãρ āωÎ) $²¡øtΡ ª!$# ß#Ïk=s3ムŸω “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (Q. S. Al-Baqarah: 286)1
1
Al-Qur’an, 1: 286.
v
ABSTRAK
Pratiwi, Riko. 2010. Upaya Peningkatan Kegiatan Belajar PAI Pokok Bahasan Hukum Taklifi Melalui Strategi Guided Teaching dan Card Sort (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing: (I) Drs. Kasnun, M. A; (II) Drs. Moh. Mukhlas, M. Pd. Kata Kunci: Kegiatan Belajar, Strategi Guided Teaching, Strategi card sort Ketika timbul permasalahan dalam proses pembelajaran, seperti tidak adanya intrapersonal skill peserta didik (kurang memperhatikan pelajaran), bosan dengan strategi yang monoton, penerapan strategi yang kurang tepat, serta tidak menguasai bahan yang telah disampaikan oleh guru, maka melihat kenyataan di lapangan yang demikian, seorang guru harus mencari jalan pemecahannya. Dengan memperhatikan bagaimana pembelajaran PAI di kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan agar kegiatan belajar peserta didik meningkat sebagai salah satu alternatifnya adalah pemilihan strategi pembelajaran aktif (active learning), yaitu strategi guided teaching dan card sort. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Peningkatan partisipasi aktif peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort. (2) Peningkatan intrapersonal skill peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI dengan strategi guided teaching dan card sort. (3) Peningkatan prestasi belajar dengan strategi guided teaching dan card sort dalam pembelajaran PAI peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan. Dalam mengungkap masalah di atas, peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan setting di kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan mencakup 2 (dua) siklus. Dalam setiap siklusnya melalui daur PTK yang terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Dari hasil analisis data ditemukan bahwa strategi guided teaching dan card sort yang diterapkan guru dalam mata pelajaran PAI pokok bahasan Hukum Taklifi dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas X-6, yang dapat dilihat dari hasil pembelajaran berupa meningkatnya nilai tes, partisipasi aktif, intrapersonal skill peserta didik dari siklus pertama menuju siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, disarankan agar seorang guru PAI menggunakan strategi pembelajaran aktif (active learning) yang sesuai dengan materi terkait supaya tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi ajar meningkat.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................
v
MOTTO ................................................................................................................
vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1 B. Fokus Penelitian …………………………………………… 5 C. Rumusan Masalah …………………………………………
6
D. Tujuan Penelitian………………… ……………………….
6
E. Hipotesis Tindakan Kelas ……………………………….… 7 F. Manfaat Hasil Penelitian…………………………………… 8 G. Metode Penelitian………………………………………….. 10 1. Objek Tindakan Kelas…………………………………. 10 2. Setting/Subjek Penelitian………………………………. 11 3. Prosedur Pelaksanaan PTK……………………………. 11
vii
4. Metode Pengumpulan Data…………………………….. 15 5. Analisis Data …………………………………………... 17 H. Sistematika Pembahasan …………………………………... 20
BAB II
: KEGIATAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
STRATEGI
PEMBELAJARAN
AKTIF
(ACTIVE
LEARNING) A. Kegiatan Belajar PAI………………………………………
22
1. Keaktifan Peserta Didik………………………………..
22
2. Intrapersonal Skill.................................................……
27
B. Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) …………….. 32 1. Strategi Guided Teaching ……………………………… 33 2. Strategi Card Sort………………………………………. 34
BAB III
: UPAYA PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR PAI POKOK
BAHASAN
HUKUM
TAKLIFI
MELALUI
STRATEGI GUIDED TEACHING DAN CARD SORT DI KELAS X-6 SMA NEGERI 1 BABADAN A. Gambaran Setting Penelitian ………………………………. 36 B. Penjelasan Per-Siklus ……………………………………… 38
BAB IV
: ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR PAI
POKOK BAHASAN HUKUM TAKLIFI
MELALUI
STRATEGI GUIDED TEACHING DAN CARD SORT DI KELAS X-6 SMA NEGERI 1 BABADAN A. Proses Analisis Data Per-Siklus ……………………………. 57 B. Pembahasan ………………..…………….. ………………… 60
viii
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………. 63 B. Saran ………………………………………………………... 64
DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ix
DAFTAR TABEL
No.
Tabel
Halaman
1.1
Lembar Observasi Terstruktur
43
3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
46
3.2
Siklus I
48
3.3
Siklus II
49
3.4
Data Nilai Tes Kelompok dan Tes Individu Siklus I
54
3.5
Data Nilai Tes Kelompok dan Tes Individu Siklus II
62
4.1
Hasil Penelitian Siklus I
64
4.2
Hasil Penelitian Siklus II
66
4.3
Profil Hasil Penelitian
69
x
DAFTAR GAMBAR
No.
Gambar
Halaman
1.1
Prosedur PTK Model Kurt Lewin
39
1.2
Prosedur Pelaksanaan PTK
42
1.3
Langkah-langkah Analisis Data
45
3.1
Alur PTK
48
3.2
Guru menjelaskan skenario pembelajaran
51
3.3
Guru membagi soal kepada peserta didik
52
3.4
Peserta didik sedang berdiskusi mengerjakan soal TTS
52
3.5
Peserta didik mengerjakan soal tes individu
53
3.6
Guru mengantarkan materi awal
58
3.7
Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik
58
3.8
Guru mengajar dengan strategi guided teaching
59
3.9
Peserta didik mencari kawan dengan kategori kartu yang
59
cocok (penerapan strategi card sort). 3.10 Peserta didik mempresentasikan bagiannya dan guru terus
59
melakukan observasi 3.11 Peserta didik mendiskusikan pertanyaan dari kelompok lain
60
3.12 Peserta didik mengerjakan soal tes individu
61
4.1
70
Diagram Profil Hasil Penelitian
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Lampiran 1
RPP dan Lampiran RPP Siklus I
Lampiran 2
RPP dan Lampiran RPP Siklus II
Lampiran 3
Jadwal Pelaksanaan Observasi
Lampiran 4
Jadwal Pelaksanaan Dokumentasi
Lampiran 5
Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 6
Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7
Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 8
Surat Pengajuan Perubahan Judul Skripsi
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 10
Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah pada umumnya masih menghadapi berbagai masalah. Di antaranya adalah kurangnya penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Guru merupakan faktor terpenting dalam menciptakan lingkungan belajar.2 Keberhasilan belajar ditentukan dan dipengaruhi oleh beberapa aspek yang salah satunya adalah guru. Setengah abad yang lalu, John Dewey sebagaimana yang dikutip oleh Sanapiah Faisal, melontarkan pertanyaannya, “Mengapa dalam praktiknya masih berurai akar pengajaran dengan pemaksaan dan belajar dengan menyerap secara pasif, walaupun kenyataannya hal itu secara universal dapat diterima?” Hubungan guru dengan peserta didik yang dimaksud merupakan hubungan tak seimbang (asimetris) yang mana guru memonopoli peranan aktif dan membiarkan anak-anak bersabar terhadap tindakan guru sebagai agent.3 Penggunaan metode ceramah oleh guru agama Islam dalam mengantarkan materi hanya akan menjadikan peserta didik sebagai pendengar. Metode pembelajaran
2
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
3
Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, t.t.), 167-168.
25.
xiii
semacam ini kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pemahaman, penemuan, dan penerapan sehingga peserta didik cenderung pasif di dalam kelas yang berdampak pada Pendidikan Agama Islam (PAI) kurang dapat memberi pengaruh yang berarti pada kehidupan sehari-hari peserta didik.4 Seorang guru akan memperoleh kepuasan apabila telah melaksanakan tugas pembelajaran dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan materi yang disampaikan kepada peserta didik dapat diterima dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai. Belajar akan lebih berhasil jika berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan peserta didik.5 Selayaknya peserta didik dengan sukarela mampu menerima resiko dan menghadapi konflik serta pertentangan dengan keinginannya sebagai konsekuensi atas pilihannya sehingga peserta didik ini menyadari betul bahwa tanpa kerelaan menerima resiko dan konflik kepentingan, maka perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan dirinya akan menjadi terhambat. Kerelaan menerima resiko ini akan terlihat ketika peserta didik memilih belajar dan mengurangi jamnya bermain walaupun tidak ada tekanan dari guru.6 Belajar juga tergantung pada kemauan. Belajar yang dilakukan dengan setengah perhatian, belajar tanpa semangat, dan belajar tanpa dorongan tidak akan pernah mencapai hasil maksimal. Agar kegiatan
4
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2005), 37. 5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 10. 6 John P. Miller, Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian, terj. Abdul Munir Mulkhan (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002), 20.
xiv
pembelajaran dapat memberikan hasil yang baik sesuai dengan yang diharapkan, maka secara mutlak harus dibangkitkan dan digerakkan kemauan peserta didik untuk belajar.7 Selanjutnya, sejalan dengan minat dan motivasi peserta didik, intrapersonal skill menjadi bagian yang merupakan keterampilan yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Intrapersonal skill merupakan kemampuan individu dalam mengenali, mengelola, dan memotivasi diri sendiri.8 Oleh karena itu, guru yang berhasil harus memiliki sikap dan keterampilan yang mendorong peserta didik aktif untuk berpikir dan mampu memecahkan masalah, serta menguasai sejumlah keterampilan di dunia pendidikan. Masalah penting yang mendasar bagi guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas adalah bagaimana upaya untuk memperbaiki pembelajarannya sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik dengan mudah. Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut Lembaga Pendidikan Administrasi Negara sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis,9 bahwasanya batasan mengenai evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut: a. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditemukan.
7
James L. Mursell, Pengajaran Berhasil, terj. Simandjuntak dan Soeitoe (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975), 72. 8 Adrianus Nugroho, http://adrianusnugroho.blogspot.com/2010/02/soft-skill.html, diakses tanggal 10 Maret 2010. 9 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 222.
xv
b. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feedback) bagi penyempurnaan pendidikan. Bertitik tolak dari kedua hal di atas, evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana dan apa sebabnya. SMA Negeri 1 Babadan adalah salah satu dari sekian banyak lembaga pendidikan formal di Ponorogo yang merupakan tempat para peserta didik untuk meningkatkan pembelajaran
kognitif, yang
afektif
berlangsung.
dan
psikomotoriknya
Akan
tetapi,
melalui
fenomena
yang
kegiatan terjadi
memperlihatkan bahwa banyak hal yang mesti diperbaiki dalam kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Babadan terutama di kelas X-6.10 Seperti pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung terdapat peserta didik yang mengantuk, sering keluar masuk kelas, malu untuk bertanya, tidak ada kesadaran (intrapersonal skill) untuk belajar di kelas yang nampak dari peserta didik tidak memperhatikan penjelasan guru (ramai sendiri), bermain-main dengan temannya, kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran, dan sebagainya yang semua itu berdampak pada menurunnya prestasi belajar peserta didik. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, jarang peserta didik yang mengajukan pertanyaan meskipun mereka belum menguasai materi. Peserta didik
10
Lihat Transkrip Observasi Kode 03/O/F-3/13-XI/2009 di lampiran skripsi.
xvi
tampak masih pasif, hal ini terlihat dari jarangnya peserta didik memberi tanggapan terhadap penjelasan guru.11 Berangkat dari masalah di atas, peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas mengambil judul “Upaya Peningkatan Kegiatan Belajar PAI Pokok Bahasan Hukum Taklifi Melalui Strategi Guided Teaching dan Card Sort (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X6 SMA Negeri 1 Babadan Tahun Pelajaran 2009/2010)”.
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah partisipasi aktif peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort, intrapersonal skill peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1Babadan dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort, dan strategi guided teaching dan card sort untuk meningkatkan prestasi belajar PAI peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan.
11
Lihat Transkrip Observasi Kode 03/O/F-3/13-XI/2009 di lampiran skripsi.
xvii
C. Rumusan Masalah Berawal dari latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana partisipasi aktif peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort? 2. Bagaimana intrapersonal skill peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1Babadan dapat muncul dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort? 3. Apakah strategi guided teaching dan card sort dapat meningkatkan prestasi belajar PAI peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan partisipasi aktif peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort . 2. Mengetahui intrapersonal skill peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort.
xviii
3. Mengetahui peningkatan prestasi belajar dengan strategi guided teaching dan card sort dalam pembelajaran PAI peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan.
E. Hipotesis Tindakan Kelas Hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah: 1. Partisipasi aktif peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI akan meningkat melalui strategi guided teaching dan card sort. 2. Intrapersonal skill peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dapat muncul dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort. 3. Strategi guided teaching dan card sort dapat meningkatkan prestasi belajar PAI peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan.
xix
F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil Penelitian akan memberikan manfaat bagi kegiatan pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis antara lain sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai kontribusi bagi khasanah ilmiah dalam bidang pendidikan, khususnya pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. 2. Secara Praktis a. Bagi Guru 1) Memberikan pengalaman bagi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama yang berkaitan dengan ketidaktuntasan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). 2) Membantu guru untuk berkembang menjadi guru yang profesional. 3) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi guru tentang strategi pembelajaran yang aktif dan efektif, khususnya pada mata pelajaran PAI. 4) Menyempurnakan sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi dan pemahaman peserta didik. 5) Mendapatkan informasi kemajuan peserta didik.
xx
6) Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar, membimbing dan mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. b. Bagi Peserta Didik 1) Meningkatkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik. 2) Meningkatkan intrapersonal skill peserta didik. 3) Mengatasi kejenuhan peserta didik. 4) Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 5) Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi. 6) Malatih peserta didik untuk saling menghargai sesamanya. 7) Dapat mengaplikasikan materi pelajaran dalam persoalan kehidupan sehari-hari. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan prestasi akademik peserta didik yang mana akan berpengaruh juga terhadap mutu pembelajaran di lembaga pendidikan atau sekolah yang bersangkutan. 2) Sebagai sumbangan pemikiran dan untuk menambah referensi perpustakaan berupa hasil penelitian. 3) Meningkatkan mutu pendidikan sekolah. 4) Sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kerjasama kreatifitas guru.
xxi
d. Bagi Masyarakat Dapat dijadikan pengetahuan dalam bidang pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih lembaga yang berkualitas. e. Bagi Peneliti Sarana belajar atau pengalaman dalam menyelesaikan suatu masalah dalam kegiatan pembelajaran.
G. Metode Penelitian 1. Objek Tindakan Kelas Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Babadan, dengan mengambil kelas eksperimen di kelas X-6. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memfokuskan pada pengembangan kemampuan peserta didik. Begitu kompleksnya fenomena yang terjadi di kelas X-6 SMA N 1 Babadan, tindakan yang diteliti adalah sebagai berikut: a. Partisipasi aktif peserta didik di dalam kelas selama mengikuti pembelajaran PAI. b. Intrapersonal skill peserta didik dalam proses pembelajaran PAI. c. Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI.
xxii
2. Setting/Lokasi/Subjek Penelitian a. Setting/ Lokasi PTK Penelitian ini bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil dalam pembelajaran PAI di SMA N 1 Babadan yang berada di jalan Perikanan no. 56 Desa Pondok Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, yaitu di kelas X-6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan Hukum Taklifi semester gasal tahun pelajaran 2009/2010. Peneliti melakukan PTK di SMA Negeri 1 Babadan karena peneliti menemukan permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI di sekolah tersebut khususnya di kelas X-6. b. Subjek PTK Subjek pelaku PTK ini adalah mahasiswa PPLK II, sedangkan subjek penerima PTK adalah 34 peserta didik kelas X-6 terdiri dari 21 peserta didik perempuan dan 13 peserta didik laki-laki. 3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan untuk memecahkan masalah di atas adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun PTK yang digunakan adalah PTK model Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan (planning),
tindakan
(acting),
observasi
xxiii
(observing)
dan
refleksi
(reflecting).12 Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:13 Identifikasi Masalah
Perencanaan (Planning) Refleksi (Reflecting)
Tindakan (Acting)
Siklus I
Observasi (Observing)
Perencanaan Ulang
Siklus II
Gambar 1.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua dilaksanakan jika 12 13
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), 49. Basuki As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Ponorogo: STAIN Po Press, 2009), 5-6.
xxiv
masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya. Sebelum melakukan pembelajaran berbasis PTK, peneliti melakukan observasi awal untuk: a. Menemukan masalah. b. Melakukan identifikasi masalah. c. Menentukan batasan masalah. d. Menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah. e. Merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai pemecahan. f. Menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah. g. Merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK. Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK dirumuskan, langkah berikutnya adalah: a. Menyusun perencanaan (planning). Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilaksanakan adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, dan mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
xxv
b. Melaksanakan tindakan (acting). Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilaksanakan adalah melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. c. Melaksanakan pengamatan (observing). Pada tahap ini, yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, memantau kegiatan diskusi atau kerjasama antar peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan mengamati pemahaman
masing-masing
anak
terhadap
penguasaan
materi
pembelajaran. d. Melakukan refleksi (reflecting). Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah
mencatat
hasil
observasi,
mengevaluasi
hasil
observasi,
menganalisis hasil pembelajaran, dan mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan memperbaiki siklus berikutnya. Empat langkah tersebut ketika diterapkan di kelas akan berubah menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah perencanaan. Tahap kedua adalah melakukan tindakan dan pengamatan secara bersamaan. Tahap ketiga adalah refleksi, sebagaimana pada gambar 1.2 berikut:14
14
Ibid., 7.
xxvi
SIKLUS (1) Perencanaan (1)
Tindakan dan Observasi (1)
Refleksi (1)
SIKLUS (2) Refleksi (2)
Tindakan dan Observasi (2)
Perencanaan (2)
SIKLUS 3, dst
SELESAI Gambar 1.2 Prosedur Pelaksanaan PTK
4. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya satu, tetapi menggunakan multi teknik atau multi instrumen.
15
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam pembelajaran berbasis PTK, guru tidak hanya mengajar saja melainkan juga harus meneliti. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 151.
xxvii
a. Teknik Observasi Observasi adalah pangamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
16
Dalam penelitian ini,
observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur. Observasi terstruktur ini digunakan untuk mengetahui keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran, intrapersonal skill peserta didik dalam kelas, dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI serta kendala yang dihadapi saat diterapkannya strategi guided teaching dan card sort dalam kegiatan pembelajaran PAI. Adapun tabel observasi terstruktur yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Lembar Observasi Terstruktur No 1
2
3
4
16
Komponen yang
Nomor Siswa
Diamati
1 2 3 4 5 6 --- 32 33 34
Peserta didik
--
memperhatikan
--
penjelasan guru
--
Peserta didik
--
mengerjakan tugas
-
Kerjasama antar
--
peserta didik
-
Keaktifan peserta didik
--
Jml
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 158.
xxviii
%
b. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen ini bisa berbentuk tulisan dan gambar, seperti catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, foto, gambar hidup, sketsa dan lainlain.17 Teknik dokumentasi yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penyimpanan dokumen berupa nilai ulangan harian peserta didik, foto, serta dokumen lain yang relevan yang dapat dijadikan sebagai data. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh terhindar dari rekayasa dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, intrapersonal skill peserta didik dalam kelas, dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI serta kendala yang dihadapi saat diterapkannya strategi guided teaching dan card sort dalam kegiatan pembelajaran. 5. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 91.
xxix
lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.18 Menurut Patton sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.19 Sedangkan menurut Sukidin, dkk., analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, dan menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok, yaitu tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini dan seberapa jauh data-data ini dapat mendukung tema tersebut.20 Data yang dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi dianalisis sejak penelitian dimulai, dan dikembangkan selama proses refleksi sampai penelitian selesai. Data yang telah terkumpul diedit, dipilih, dan dikategorikan untuk menjawab permasalahan penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model alir. Menurut Milles dan Huberman sebagaimana dikutip Zainal Aqib disebutkan bahwa teknik analisis data model alir meliputi reduksi data,
18
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), 334. 19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 103. 20 Sukidin, dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Insan Cendekia, 2002), 111.
xxx
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.21 Adapun langkah-langkah analisis dapat dilihat pada gambar 1.3 di bawah ini:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulankesimpulan: Penarikan/verivikasi
Gambar 1.3 Langkah-langkah Analisis Data Keterangan:22 a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan membuat kategori. Dengan demikian, data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan grafik, 21
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru (Bandung: Yrama Widya, 2008), 106. Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syariah, Tarbiyah, Ushuludin STAIN Ponorogo, 2008, 54. 22
xxxi
matrik, network, dan chart. Apabila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku dan selanjutnya akan disajikan pada laporan akhir penelitian. c. Langkah ketiga dalam analisis data dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
H. Sistematika Pembahasan Dalam penelitian ini ada lima batang tubuh, yaitu 5 bab. Pada BAB 1 Pendahuluan, setiap penelitian pasti berangkat dari fenomena/kejadian/masalah. Oleh karena itu, bab pendahuluan memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan kelas, manfaat hasil penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II menguraikan landasan teoritik tentang kegiatan belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan strategi pembelajaran aktif (active learning) antara lain guided teaching dan card sort. BAB III berisi tentang upaya peningkatan kegiatan belajar PAI pokok bahasan Hukum Taklifi melalui strategi guided teaching dan card sort di kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan yang mencakup gambaran setting penelitian dan penjelasan per-siklus.
xxxii
BAB IV menguraikan tentang analisis upaya peningkatan kegiatan belajar PAI pokok bahasan Hukum Taklifi melalui strategi guided teaching dan card sort di kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan yang meliputi proses analisis data per-siklus dan pembahasan. BAB V, bab terakhir yaitu penutup. Bab ini merupakan bab yang di dalamnya menguraikan kesimpulan sebagai jawaban dari pokok-pokok permasalahan dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian sebagai masukan-masukan untuk berbagai pihak terkait.
xxxiii
BAB II KEGIATAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING)
A. Kegiatan Belajar PAI 1. Keaktifan Peserta Didik Seiring dengan kemajuan yang terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep pembelajaran juga mengalami perubahan dari yang semula berpusat pada guru menjadi lebih berpusat pada peserta didik (student centris).23 Dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus memperhatikan halhal yang dapat mendorong peserta didik belajar dengan baik. Dengan kata lain memperhatikan apa yang membuat peserta didik memiliki motivasi berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas belajar.24 Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan objek, karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar dan mangajar, inti pembelajaran tidak lain adalah peserta didik dapat mancapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika peserta didik aktif. Disini keaktifan anak dituntut baik dari segi fisik maupun kejiwaan
23
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik,dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum (Yogyakarta: Teras, 2007), 35. 24 Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 29.
xxxiv
agar peserta didik merasakan perubahan didalam dirinya.25 Karena hakikat belajar adalah perubahan didalam dirinya setelah berakhirnya aktifitas pembelajaran. Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Kedua, asumsi
tentang
peserta
didik
sebagai
subjek
pendidikan
yang
menggambarkan bahwa peserta didik bukanlah objek yang harus diberi informasi terus-menerus, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi di mana kegiatan belajar PAI seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik itu. Ketiga, asumsi tentang guru di mana memiliki peran sebagai sumber belajar dan pengontrol dalam kegiatan belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi peserta didik dalam
belajar.
Keempat,
asumsi
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
pembelajaran yaitu inti dari kegiatan pembelajaran adalah adanya kegiatan
25
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 44.
xxxv
belajar peserta didik secara optimal.26 Dalam pandangan psikologi modern, belajar bukan hanya sekadar menghafal sejumlah fakta atau informasi akan tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman.27 Oleh karena itu, setiap kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional peserta
didik
melalui
asimilasi
dan
akomodasi
kognitif
untuk
mengembangkan pengetahuan, tindakan, dan pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Pada hakikatnya peserta didik belajar sambil melakukan aktivitas. Melakukan aktivitas adalah bentuk dari pernyataan diri peserta didik. Karena itu peserta didik perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri jalan pemecahan suatu kasus/masalah yang menjadi tema materi yang akan dipelajari di dalam kelas. Belajar dengan melakukan aktivitas fisik perlu ditekankan karena setiap peserta didik belajar hanya 10 % dari yang dibaca, 20 % dari yang didengar, 30 % dari yang dilihat, 50 % dari yang dilihat dan didengar, 70 % dari yang dikatakan, dan 90 % dari yang dikatakan dan dilakukan.28
26
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), 135-136. 27 Ibid. 28 Futiati Romlah, Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam (Madiun: Al-Wafa Press, 2006), 44-45.
xxxvi
Indikator yang paling utama yang menandai peserta didik aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran adalah bila peserta didik selalu mengikuti kegiatan pembelajaran langkah demi langkah secara psikis. Isi pembelajaran setiap langkah dapat dipahami oleh peserta didik. Apabila seorang peserta didik mengalami sedikit saja kekaburan di tengah-tengah kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, ia segera mengintrupsi kegiatan agar diulangi. Dan apabila peserta didik dapat terus mengikuti kegiatan pembelajaran maka ia akan diam saja sebagai indikator bahwa tidak ada masalah dengan kegiatan pembelajaran yang sedang dijalani. Mungkin tidak ada peserta didik yang bergerak secara fisik. Mereka diam dan tidak bersuara tetapi mereka aktif dalam kegiatan pembelajaran yang tengah berlangsung. Akhir indikator ini adalah peserta didik menguasai apa yang diajarkan secara sempurna sehingga prestasi belajarnya juga akan mengalami peningkatan.29 Adapun indikator fisik yang kelihatan secara lahiriah sebagai tanda peserta didik cukup aktif dalam kegiatan pembelajaran cukup banyak. Dari segi peserta didik antara lain keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapinya; keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar; penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil; dan kemandirian 29
Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), 113.
xxxvii
belajar.30 Peserta didik dipandang sebagai mahkluk Tuhan dengan fitrah yang dimiliki yaitu sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial. Setiap peserta didik memiliki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Peserta didik tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan membaca, peserta didik lain dengan cara melihat, dan peserta didik yang lain lagi dengan cara melakukan langsung (learning by doing).31 Ada peserta didik yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru dan hanya mempelajari apa yang ditunjukkan atau hanya mempelajari hal-hal yang disuruhkan kepadanya. Di lain pihak ada peserta didik yang selalu ingin tahu banyak hal. Peserta didik yang demikian ini di dalam kelas sering kali mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan.32 Kegiatan pembelajaran haruslah memberi kesempatan pada setiap peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kapasitasnya. Interaksi dinamis antara guru dan peserta didik merupakan sarana yang tepat untuk
mengembangkan
pembelajaran
yang
berhasil
dengan
tidak
mengesampingkan adanya perbedaan individual dalam kemampuan dan minatnya.33 Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan dengan
30
Ibid., 114. Sutrisno, Revolusi Pendidikan..., 63. 32 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran…, 80. 33 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 43. 31
xxxviii
karakteristik peserta didik. Kegiatan pembelajaran perlu menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar dan mendorong mereka untuk mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara optimal. Dengan demikian keaktifan peserta didik di dalam kelas akan mengantarkannya pada tingkat keberhasilan belajar setelah menempuh kegiatan pembelajaran tentang materi tertentu, yaitu tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku. 2. Intrapersonal Skill Kemampuan dasar atau kemampuan potensial (inteligensi dan bakat) peserta didik berbeda-beda satu dengan yang lain. Tidak ada individu yang mempunyai inteligensi atau bakat sama dengan individu lainnya dalam berbagai bidang yang ada. Meskipun diterima pengelompokan peserta didik berdasarkan kategorisasi prestasi tinggi, sedang atau rendah, itu hanyalah suatu pendekatan saja. Hakikatnya setiap peserta didik berbeda secara individual
baik
dalam
hal
prestasi
belajar
maupun
kemampuan
potensialnya.34 Dalam hal ini tugas guru yang utama bukan lagi menyampaikan pengetahuan semata, melainkan memupuk pengertian dan membimbing peserta didik untuk belajar atas kesadaran sendiri.35 Selanjutnya, sejalan dengan minat dan motivasi peserta didik, intrapersonal 34
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), 94. 35 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 21.
xxxix
skill menjadi bagian yang merupakan keterampilan yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Kemampuan ini menyangkut: berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, merancang tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri, menulis, instropeksi dan sebagainya.36 Teori pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri mengenal istilah intrapersonal skill
yang kerap digunakan untuk
menjelaskan apa itu pengetahuan diri (self knowledge). Disebut skill berarti adalah hasil yang diperoleh berdasarkan pencapaian individu (achieved). Meskipun ada juga yang menyebutnya dengan intrapersonal intelligence, namun maksud intelligence di situ bukan kecerdasan bawaan, melainkan hasil pemberdayaan (new construct). Ada yang menyebutnya juga sebagai cara belajar yang paling pas untuk peserta didik.37 Intrapersonal skill (‘intra’ berarti di dalam, sebagai lawan dari ‘inter’ yang berarti di antara) berhubungan dengan masalah mengenali apa yang dirasakan peserta didik dan bagaimana bertindak bijaksana terhadap pengetahuan diri tersebut. Peserta didik yang mempunyai skor tinggi dalam faktor-faktor intrapersonal skill akan digambarkan sebagai individu yang selalu berhubungan dengan perasaan-perasaan mereka. Peserta didik merasa 36
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai (Bandung: Alfabeta, 2008), 118. 37 Ubaydillah, Kategori Organisasi Industri, AN Jakarta, 18 April 2008, (online), (http://www.epsikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=494TahuDiri) diakses 10 Maret 2010.
xl
nyaman akan diri mereka sendiri. Mereka percaya terhadap diri mereka sendiri, gagasan-gagasan, dan kemampuan mereka untuk disampaikan kepada orang lain. Mereka tahu apa yang mereka inginkan dan apa yang penting bagi mereka.38 Adapun dalam konteks ini, intrapersonal skill sama maknanya dengan inteligensi intrapersonal. Menurut
Howard
Gardner,
intrapersonal
skill/intrapersonal
intelligence adalah sensitivitas individu terhadap perasaannya, keinginannya, pengalaman hidupnya atau sensitivitasnya terhadap hal-hal yang mengancam dirinya. Sensitivitas di sini maksudnya lebih dekat pada pengertian sejauh mana individu itu mengetahui, menyadari, dan bisa menggunakan hal-hal tersebut sebagai bahan pembelajaran diri. Termasuk dalam pengertian ini adalah kesadaran seseorang terhadap kekuatan, kelemahan, rencana, dan tujuannya. Semakin bagus skill seseorang di beberapa hal akan semakin akurat pula pengetahuannya.39 Sedangkan menurut Udin S. Winataputra, dkk., intrapersonal skill adalah kemampuan berpikir untuk memahami dirisendiri, melakukan refleksi untuk bermetakognisi. Intrapersonal skill menjadikan peserta didik memiliki kemampuan menggunakan kehidupan emosional untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Individu dengan kecerdasan ini biasanya suka mencatat apapun yang dipikirkan dan dirasakan, 38
Harry Alder, Boost Your Intelligence: Pacu EQ dan IQ Anda, terj. Christina Prianingsih (Jakarta: Erlangga, 2001), 79. 39 Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences): Teori dan Praktek, terj. Alexander Sindoro (Jakarta: Interaksara, 2003), 49.
xli
mampu menentukan dan memutuskan sendiri langkah yang akan dipilih, menyadari kelebihan dan keterbatasannya, gemar menikmati rekreasi sendirian seperti menyendiri di kamar sambil mendengarkan musik. Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam kecerdasan intrapersonal antara lain sebagai berikut:40 a. Mampu menilai diri sendiri/instropeksi diri, bermeditasi. b. Mudah mengelola dan menguasai perasaannya. c. Sering mengamati dan mendengarkan. d. Bisa bekerja sendirian dengan baik. e. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita, dan rencana hidup yang jelas. f. Berjiwa independen/bebas. g. Mudah berkonsentrasi. h. Keseimbangan diri. i. Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda. j. Sadar akan realitas spiritual. Adapun menurut Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, 40
Udin S. Winataputra, dkk., Teori belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 58.
xlii
keinginan, berdisiplin diri, dan kemampuan menghargai diri dengan ciri-ciri sebagai berikut:41 a. Memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat. b. Bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahannya. c. Memberikan reaksi keras terhadap topik-topik kontroversial dengan dirinya. d. Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri. e. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi. f. Kecenderungan mempunyai pandangan yang lain dari pandangan umum. g. Banyak belajar dari kesalahan masa lalu. h. Dengan tepat mengekspres ikan perasaannya. i. Berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan. j. Banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, intrapersonal skill merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian karena peserta didik adalah individu yang unik dan berbeda karakteristiknya antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.
41
Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligenci (MI) untuk Pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, Ed. Robinson Situmorang (Jakarta: Kencana, 2004), 65.
xliii
B. Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh metode ceramah kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pemahaman, penemuan, dan penerapan. Akibatnya Pendidikan Agama Islam kurang memberikan pengaruh yang berarti pada kehidupan para peserta didiknya sehari-hari.42 Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.43 Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.44 Adapun pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.45 Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua kegiatan pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan 42
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia…, 22. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar dan Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 11. 44 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, 126. 45 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002), xii-xiii. 43
xliv
suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar akan dapat dimaksimalkan. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata pernyataan salah seorang filosof kenamaan dari Cina, Confucius. Dia mengatakan: “What I hear, I forget (Apa yang saya dengar, saya lupa), What I see, I remember (Apa yang saya lihat, saya ingat), What I do, I understand (Apa yang saya lakukan, saya paham)”.46 Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting belajar aktif. Ada banyak strategi pembelajaran aktif (active learning) untuk meningkatkan prestasi, keaktifan dan intrapersonal skill peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi dalam hal ini hanya dibahas dua macam strategi yaitu guided teaching (pembelajaran terbimbing) dan card sort (sortir kartu). 1. Strategi Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing) Dalam teknik ini, guru menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan mereka dan kemudian memilahnya ke dalam kategori-kategori. Metode pembelajaran terbimbing merupakan suatu perubahan menarik dari ceramah secara langsung dan memungkinkan guru mempelajari apa yang 46
Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif , terj. Sarjuli dkk. (Yogyakarta: Yappendis, t.t.), 1.
xlv
telah diketahui dan dipahami peserta didik sebelum membuat poin-poin pembelajaran. Metode ini sangat berguna ketika mengajarkan konsep-konsep abstrak. 47 Adapun langkah-langkah strategi guided teaching ini adalah: a. Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban. b. Memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Menganjurkan kepada peserta didik untuk bekerja berdua atau dengan kelompok kecil. c. Meminta kepada peserta didik untuk menyampaikan hasil jawaban mereka dan guru mencatat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. d. Menyampaikan poin-poin utama dari materi pelajaran dengan ceramah interaktif. e. Meminta kepada peserta didik untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang telah disampaikan guru. Mencatat poin-poin yang dapat memperluas bahasan materi yang disampaikan.48 2. Strategi Card Sort (Sortir Kartu) Ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau
47
Hisyam Zaini, dkk., Strategi…, 110-111. Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 121. 48
xlvi
mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih. Langkah-langkah dalam strategi ini adalah sebagai berikut: 49 a. Memberi masing-masing peserta didik kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih kategori. b. Meminta peserta didik untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama. c. Membiarkan peserta didik dengan kartu kategori yang sama menyajikan sendiri
kepada
yang
lain.
Dan
selagi
masing-masing
kategori
dipresentasikan, guru membuat beberapa poin mengajar yang dianggap penting. Proses dalam kegiatan pembelajaran harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Kegiatan pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor.
49
Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi…, 157-158.
xlvii
BAB III UPAYA PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR PAI POKOK BAHASAN HUKUM TAKLIFI MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DAN CARD SORT DI KELAS X-6 SMA NEGERI 1 BABADAN
A. Gambaran Setting Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Based Action Research) dengan peningkatan pada unsur desain untuk memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan. 1. Perencanaan Materi pelajaran PAI dengan alokasi waktu 13-20 Nopember 2009 (Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010). Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran setiap siklus dapat dilihat dari tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran No
Hari/Tanggal
Mata Pelajaran
Kelas
Ket.
1.
Jum’at, 13 Nopember 2009
PAI
X-6
Siklus I
2.
Jum’at, 20 Nopember 2009
PAI
X-6
Siklus II
xlviii
2. Tindakan Peningkatan partisipasi aktif, intrapersonal skill, dan prestasi belajar peserta didik melalui strategi guided teaching dan card sort. 3. Observasi Dilaksanakan bersamaan proses dalam kegiatan pembelajaran meliputi: peserta didik memperhatikan penjelasan guru, peserta didik mengerjakan tugas, kerjasama antar peserta didik, keaktifan peserta didik, serta hasil belajar (tes individu dan kelompok). 4. Refleksi Kegiatan pembelajaran dianalisis dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas secara terusmenerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan pembelajaran berikutnya.
xlix
B. Penjelasan Per-Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi disajikan dalam 2 (dua) siklus dapat dilihat seperti pada gambar 3.1 berikut:
Refleksi I
Observasi
Rencana Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi II
Observasi
Rencana Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Gambar 3.1 Alur PTK Keterangan:50 1. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan perencanaan awal. 2. Melakukan observasi selama tindakan berlangsung sesuai dengan instrumen penelitian.
50
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan…, 56-57.
l
3. Melakukan refleksi untuk mengkaji dan menganalisis proses dalam kegiatan pembelajaran sampai ditemukannya berbagai kelemahan tindakan. Adapun perincian dari penjelasan 2 (dua) siklus tersebut jika disajikan dalam bentuk tabel dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 berikut: Tabel 3.2 SIKLUS I PERENCANAAN TINDAKAN 1. Menyiapkan 1. Menjelaskan rencana skenario tindakan. pembelajaran dan 2. Mengatur mengantarkan waktu. sedikit materi 3. Menyiapkan sebagai gambaran soal/masalah awal. 4. Menyiapkan 2. Menerangkan lembar materi yang akan rekaman data dipelajari. (observasi 3. Membagi TTS dan dan lembar jawab dokumentasi). kepada tiap 5. Menyiapkan kelompok (tiap lembar kelompok 2 peserta evaluasi. didik). 4. Diskusi kelompok. 5. Membahas hasil diskusi bersamasama. 6. Memberi klarifikasi atas pertanyaanpertanyaan dan pernyataanpernyataan yang telah dikerjakan peserta didik.
li
OBSERVASI 1. Mengamati perilaku dan aktifitas peserta didik terhadap penggunaan strategi belajar. 2. Mengamati dan memantau diskusi kelompok. 3. Mengamati kerjasama antar peserta didik. 4. Mengamati peserta didik yang mau mengerjakan tugas dan yang tidak mau mengerjakan tugas dari guru.
REFLEKSI 1. Mencatat hasil observasi. 2. Mengevaluasi hasil observasi. 3. Menganalisis hasil pembelajaran 4. Memperbaiki kelemahan siklus I pada kegiatan pembelajaran siklus II.
Tabel 3.3 SIKLUS II PERENCANAAN 1. Menyiapkan rencana tindakan. 2. Mengatur waktu. 3. Menyiapkan soal/masalah. 4. Menyiapkan lembar rekaman data (observasi dan dokumentasi). 5. Menyiapkan lembar evaluasi. 6. Menyiapkan potonganpotongan kertas untuk penerapan strategi card sort.
TINDAKAN
1. 2. 3.
4.
5.
6.
7.
OBSERVAS I Menjelaskan skenario 1. Mengamapembelajaran. ti perilaku Mengantarkan materi. dan Menyampaikan aktifitas beberapa pertanyaan peserta kepada peserta didik. didik Meminta peserta didik terhadap menyampaikan hasil penggunajawabannya dan guru an strategi mencatatnya sesuai belajar. dengan kategori2. Mengamakategori yang akan ti dan dibahas lebih lanjut. memantau Membagi potongankerjasama potongan kertas berisi antar materi dan meminta peserta peserta didik untuk didik. berkeliling kelas 3. Mengamamencari kawannya ti jalannya yang memiliki kategori presentasi yang cocok dengan dan susunan kartu diskusi kemudian ditempel di peserta papan tulis. didik. Meminta peserta didik berkumpul sesuai dengan kategori kartu dan mempresentasikan (anggota tiap kelompok disesuaikan dengan kategori masing-masing). Memberi pertanyaan kepada peserta didik dan meminta anggota kelompok lain untuk menyampaikan
lii
REFLEKSI 1. Mencatat hasil observasi. 2. Mengevaluasi hasil observasi. 3. Menganalisis hasil pembelajaran 4. Menyusun laporan selama proses PTK.
pertanyaan. 8. Peserta didik menjawab pertanyaan. 9. Menarik kesimpulan.
1. Siklus I a. Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil analisis dan perumusan masalah pada bab sebelumnya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan sebagai upaya guru untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pokok
bahasan
hukum taklifi. Adapun untuk perbaikan
pembelajaran terdiri dari 2 (dua) siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Adapun skenario PTK siklus I menekankan pada Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) I sebagaimana terdapat pada lampiran 1. b. Tindakan (Acting) Langkah-langkah yang ditempuh dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal a) Membuka pelajaran dan memimpin berdoa. b) Mengabsen peserta didik di dalam kelas.
liii
c) Melakukan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang mengarah pada materi yang akan diajarkan, yaitu mengenai hukum taklifi. 2) Kegiatan Inti a) Menjelaskan skenario pembelajaran serta mengantarkan sedikit materi sebagai gambaran awal bagi peserta didik.
Gambar 3.2 Guru menjelaskan skenario pembelajaran b) Guru menerangkan materi yang akan dipelajari, yaitu tentang pengertian, kedudukan, fungsi, dan macam-macam hukum taklifi. c) Membagi teka-teki dan lembar jawab kepada peserta didik, satu soal untuk 2 peserta didik agar mereka saling bekerjasama.
Gambar 3.3 Guru membagi soal kepada peserta didik
liv
d) Memberi batasan waktu siswa untuk mengerjakan TTS.
Gambar 3.4 Peserta didik sedang berdiskusi mengerjakan soal TTS e) Membahas hasil pekerjaan peserta didik bersama-sama. f) Memberi klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan dan pernyataanpernyataan yang telah dikerjakan peserta didik. 3) Kegiatan Penutup a) Melakukan refleksi dari materi yang telah dipelajari. b) Mengevaluasi peserta didik dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban serta meminta peserta didik menjawab.
Gambar 3.5 Peserta didik mengerjakan soal tes individu c) Meminta peserta didik mengumpulkan lembar jawaban.
lv
d) Memberi motivasi peserta didik. e) Menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup. c. Observasi (Observing) Teknik observasi dilakukan secara terus menerus dalam kegiatan pembelajaran maupun pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari penerapan strategi crossword puzzle selama kegiatan pembelajaran berlangsung terhadap hasil belajar dan peningkatan prestasi belajar. Data pengamatan partisipasi aktif peserta didik dan intrapersonal skill peserta didik dapat dilihat di lembar observasi terstruktur
siklus I
(terlampir). Adapun data nilai hasil belajar untuk tes kelompok dan tes individu dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:
lvi
Tabel 3.4 Data Nilai Tes Kelompok dan Tes Individu Siklus I51 KKM: 75 No Nama 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
51
Aisah Windasari Amalia Nurrohma Deby Rejeki P. Dewi Wahyuni Dimas Agus P. Dini Trihandayani Elsa Risdiana Ermawati Eva Mayananda Fransisca Ayu R. Ilham Musavidin Indra Basuki W. Ira Nurkawati IrmaNovitasari Jemi Uasri B. Karsella Linda K. Khustantini Kristin Oktavia S.P. Lukito Agung W. Mega Astuti Mei Tri N. Meta Dwi Aprilia S. Nur Wakhid K. Onky Mahendra P Ridwan Agus H. Saptiyarini Septa Harianti P. Sigit Pangestu Tri Cahyaningrum
Aspek Penilaian 1 2 90 83.33 90 66.67 77.5 30 90 56.67 90 56.67 90 56.67
Jumlah 173.33 156.67 107.5 146.67 146.67 146.67
Ratarata 86.67 78.34 53.75 73.34 73.34 73.34
Ket Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
90 77.5 90 77.5 90 77.5 90 77.5 90 90 90 90
46.67 56.67 43.33 83.33 70 76.67 56.67 90 83.33 66.67 76.67 90
136.67 134.17 133.33 160.83 160 154.17 146.67 167.5 173.33 173.33 166.67 180
68.34 67.09 66.67 80.42 80 77.09 73.34 83.75 86.67 86.67 83.34 90
Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
90 90 90 90
30 56.67 53.33 96.67
120 146.67 143.33 186.67
60 73.34 71.67 93.34
Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
90 Sakit 90 77.5 90 90 Sakit
56.67 Sakit 70 93.33 36.67 30 Sakit
146.67 160 170.83 126.67 120 -
73.34 80 85.42 63.34 60 -
Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas -
Hasil Observasi Terstruktur tanggal 13 Nopember 2009 di kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan.
lvii
30. Wahyu Haryansyah 31. Wulandari 32. Yurika Chendy R. 33. Zulfa Nidaul F. 34. Zulfan Wahyu S. Jumlah Rata-rata
90
36.67
126.67
63.34
Tidak Tuntas
90 90 77.5 90 2792.5 87.27
63.33 36.67 76.67 63.33 1990.03 62.19
153.33 126.67 154.17 153.33 4799.19 149.97
76.67 63.34 77.09 76.67 2399.72 74.99
Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Keterangan: 1. Hasil pengerjaan tugas kelompok (TTS) 2. Hasil pengerjaan tes individu Dari tabel 4.2 dapat diketahui: Rata-rata = 2399.72 = 74.99 32 Sedangkan prosentase ketuntasan belajar: Ketuntasan = 16 x 100% = 50% 32 d. Refleksi (Reflecting) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tindakan (acting) dan observasi (observing) dalam pelaksanaan PTK mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pokok bahasan hukum taklifi dengan menggunakan strategi crossword puzzle, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan dikarenakan:
lviii
1) Masih banyak peserta didik yang pasif, hal ini terlihat ketika pelaksanaan diskusi kelompok dengan teman satu bangku. Diskusi tidak berjalan, akan tetapi peserta didik satu menggantungkan pekerjaan pada temannya. 2) Nilai akhir pada tes individu yang diperoleh peserta didik masih banyak yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Meskipun pada tes kelompok telah mencapai KKM tapi ini bukan hasil kerjasama (diskusi) secara keseluruhan. 3) Guru kurang tepat menerapkan strategi yang cocok dengan materi pelajaran dan yang bisa membuat peserta didik semangat dalam belajar. 4) Penjelasan guru terlalu abstrak tanpa menyentuh dengan contoh konkrit dalam keseharian.
2. Siklus II a. Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I, maka pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus II ini, dilaksanakan sebagai upaya guru untuk lebih meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam rangka perbaikan pembelajaran. Pada siklus sebelumnya guru hanya menggunakan strategi tunggal, yaitu lecturing yang merupakan metode
lix
konvensional dan crossword puzzle saja sebagai strategi pembelajaran aktifnya, namun pada siklus II ini guru mengambil inisiatif dengan menggabungkan dua strategi sekaligus, yaitu guided teaching dan card sort agar penguasaan peserta didik terhadap materi lebih meningkat. Adapun skenario PTK siklus II menekankan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II sebagaimana terdapat pada lampiran II. b. Tindakan (Acting) Langkah-langkah yang ditempuh dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal a) Membuka pelajaran dan memimpin berdoa. b) Mengabsen peserta didik di dalam kelas. c) Melakukan apersepsi materi sebelumnya. 2) Kegiatan Inti a) Menjelaskan skenario pembelajaran serta mengantarkan materi sholat sebagai gambaran awal bagi peserta didik.
lx
Gambar 3.6 Guru mengantarkan materi awal52 b) Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban.
Gambar 3.7 Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. c) Meminta peserta didik untuk menyampaikan hasil jawaban dan guru mencatatnya sesuai dengan kategori-kategori yang akan dibahas lebih lanjut.
52
Lihat Transkrip Observasi Kode 04/O/F-4/20-XI/2009 di lampiran skripsi.
lxi
Gambar 3.8 Guru mengajar dengan strategi guided teaching d) Membagi potongan-potongan kertas berisi materi sholat kepada peserta didik dan meminta peserta didik untuk berkeliling kelas mencari kawannya yang memiliki kategori yang cocok dengan susunan kartu, kemudian ditempel di papan tulis.
Gambar 3.9 Peserta didik mencari kawan dengan kategori kartu yang cocok (penerapan strategi card sort). e) Meminta peserta didik berkumpul sesuai dengan kategori kartu dan mempresentasikan masing-masing di depan kelas.
lxii
Gambar 3.10 Peserta didik mempresentasikan bagiannya dan guru terus melakukan observasi f) Memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang dimiliki mereka terkait dengan materi sholat dan mempersilakan anggota kelompok lain untuk memberikan pertanyaan. g) Memberi waktu beberapa menit kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Dianjurkan untuk bekerja sama dengan kelompoknya.
Gambar 3.11 Peserta didik mendiskusikan pertanyaan dari kelompok lain h) Memberi
penekanan
poin-poin
penting
berkaitan
dengan
pengertian, dasar wajib, syarat wajib, syarat sah, rukun-rukun, hal-
lxiii
hal yang membatalkan, hal-hal yang makruh, hal-hal yang boleh, macam-macam serta hikmah dari sholat 3) Kegiatan Penutup a) Melakukan refleksi dari materi sholat yang telah dipelajari. b) Mengevaluasi peserta didik dengan membagikan lembar soal dan meminta siswa menjawab.
Gambar 3.12 Peserta didik mengerjakan soal tes individu c) Meminta peserta didik mengumpulkan lembar jawaban. d) Memberi motivasi peserta didik. e) Menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
Guru memberikan tindak lanjut: Remidi Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan untuk mengerjakan diberikan.
lxiv
kembali soal yang telah
Pengayaan Bagi peserta didik yang telah mencapai KKM yang telah ditetapkan diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Observasi (Observing) Teknik observasi dilakukan secara terus menerus dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari penerapan strategi guided teaching dan card sort selama proses belajar mengajar terhadap hasil belajar dan peningkatan prestasi belajar. Data pengamatan partisipasi aktif peserta didik dan intrapersonal skill peserta didik dapat dilihat di lembar observasi terstruktur
siklus II
(terlampir). Adapun data nilai hasil belajar untuk tes kelompok dan tes individu dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini:
lxv
Tabel 3.5 Data Nilai Tes Kelompok dan Tes Individu Siklus II53 KKM: 75 No. Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 53
Aisah Windasari Amalia Nurrohma Deby Rejeki Pratama Dewi Wahyuni Dimas Agus Permadi Dini Trihandayani Elsa Risdiana Ermawati Eva Mayananda Fransisca Ayu Rismayanti Ilham Musavidin Indra Basuki Wardono Ira Nurkawati Irma Novitasari Jemi Uasri Bagiyo Karsella Linda Krisnawati Khustantini Kristin Oktavia Sintia Putri Lukito Agung Waskito Mega Astuti Mei Tri Nurpirasari Meta Dwi Aprilia Sari Nur Wakhid Khuswiyanto Onky Mahendra Putra Ridwan Agus Herdiarto Saptiyarini Septa Harianti Putri Sigit Pangestu
Aspek Penilaian 1 2 80 90 80 100 80 90 80 90 80 100 80 90 80 90 80 100 80 90 80 90
Jumlah
Ratarata
Ket.
170 180 170 170 180 170 170 180 170 170
85 90 85 85 90 85 85 90 85 85
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
80 80 80 80 80 80
90 90 100 90 100 90
170 170 180 170 180 170
85 85 90 85 90 85
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
80 80
90 90
170 170
85 85
Tuntas Tuntas
80 80 80 80 80
90 80 90 100 90
170 160 170 180 170
85 80 85 90 85
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
80 80 80 80 80
90 80 90 90 90
170 160 170 170 170
85 80 85 85 85
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Hasil Observasi Terstruktur tanggal 20 Nopember 2009 di kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan.
lxvi
29. 30. 31. 32. 33. 34.
Tri Cahyaningrum Wahyu Haryansyah Wulandari Yurika Chendy Rusianto Zulfa Nidaul Fadlilah Zulfan Wahyu Saputra Jumlah Rata-rata
80 80 80 80
100 90 90 90
180 170 170 170
990 85 85 85
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
80 80 2720 80
90 90 3110 91.47
170 170 5660 166.47
85 85 2915 85.74
Tuntas Tuntas
Keterangan: 1. Hasil pengerjaan tugas kelompok 2. Hasil pengerjaan tes individu Dari tabel tiga dapat diketahui: Rata-rata =
2915 = 85.74 34
Sedangkan prosentase ketuntasan belajar: Ketuntasan = 34 x 100 % = 100 % 34
d. Refleksi (Reflecting) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tindakan (acting) dan observasi (observing) dalam pelaksanaan PTK siklus II mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pokok bahasan hukum taklifi dengan menggunakan strategi
guided teaching dan card sort, peneliti
menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran siklus II sudah mencapai
lxvii
hasil yang diharapkan/mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini ditunjukkan dari: 1) Peserta didik sudah terlihat aktif dalam menyelesaikan tugasnya dimana hal ini menunjukkan intrapersonal skill peserta didik mulai tumbuh. 2) Nilai tes skhir yang diperoleh peserta didik sudah menunjukkan peningkatan dibanding dengan siklus sebelumnya. 3) Nilai rata-rata sudah menunjukkan peningkatan dibanding pada tes sebelumnya. 4) Seluruh peserta didik dalam kelas berpartisipasi langsung dalam penyelesaian tugas yang diberikan.
lxviii
BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR PAI POKOK BAHASAN HUKUM TAKLIFI MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DAN CARD SORT DI KELAS X-6 SMA NEGERI 1 BABADAN
A. Proses Analisis Data Per-Siklus Proses analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan keaktifan, intrapersonal skill, dan prestasi hasil belajarnya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pokok bahasan Hukum Taklifi, disajikan dalam dua siklus berikut ini: 1. Siklus I Dalam kegiatan pembelajaran siklus pertama, kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah diperoleh dua jenis data, yaitu data hasil pengamatan selama diskusi kelompok dan data nilai tes akhir PAI pokok bahasan hukum taklifi. Strategi yang dipilih adalah crossword puzzle guna pengenalan materi. Hasil penelitian siklus I dapat dilihat sebagaimana pada tabel 4.1 sebagai berikut:
lxix
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Siklus I54 Aspek yang Diamati
Jumlah Pencapaian
Prosentase
Memperhatikan penjelasan guru
14 peserta didik
43.75 %
Mengerjakan tugas
11 peserta didik
34.38 %
Kerjasama antar peserta didik
3 peserta didik
9.38 %
Keaktifan
1 peserta didik
3.13 %
Ketuntasan hasil belajar
16 peserta didik
50 %
Interpretasi: Dalam kegiatan pembelajaran PAI pada siklus pertama ini, peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru, hanya 34.38 % yang mengerjakan tugas, kerjasama dengan teman hampir tidak tampak, dan kurang aktif (mendekati tidak aktif) sehingga penguasaan dan pemahaman terhadap materi yang disampaikan tidak maksimal. Karena hasil belajar yang belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75, maka kegiatan pembelajaran harus diulang pada siklus berikutnya. 2. Siklus II Dalam kegiatan pembelajaran siklus kedua, kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah diperoleh dua jenis data, yaitu 54
Lihat Transkrip Observasi Terstruktur di Lampiran Skripsi pada RPP siklus 1.
lxx
data hasil pengamatan selama diskusi kelompok dan data nilai tes akhir Pendidikan Agama Islam (PAI) pokok bahasan hukum taklifi. Strategi yang dipilih adalah guided teaching dan card sort guna pengenalan dan penguasaan materi. Hasil penelitian siklus II dapat dilihat sebagaimana pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Penelitian Siklus II55 Aspek yang Diamati
Jumlah Pencapaian
Prosentase
Memperhatikan penjelasan guru
27 peserta didik
79.41 %
Mengerjakan tugas
32 peserta didik
94.12 %
Kerjasama antar peserta didik
33 peserta didik
97.06 %
Keaktifan
33 peserta didik
97.06 %
Ketuntasan hasil belajar
34 peserta didik
100 %
Interpretasi: Pada siklus II ini, proses pembelajaran sudah memenuhi semua aspek. Penggunaan strategi pembelajaran aktif (active learning) dengan penerapan yang tepat, yaitu guided teaching dan card sort sangat efektif dalam upaya peningkatan prestasi belajar peserta didik. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas, bekerja sama, dan aktif. Kondisi kelas
55
Lihat Transkrip Observasi Terstruktur di Lampiran Skripsi pada RPP siklus 2.
lxxi
cukup kondusif dan indikator yang ingin dicapai sudah dikuasai peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran dapat dinyatakan maksimal.
B. Pembahasan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terjadi pada kegiatan pembelajaran siklus I adalah dalam menjelaskan materi pelajaran guru tidak menggunakan strategi mengajar yang tepat dengan kondisi peserta didik. Hal tersebut berakibat pada kemampuan peserta didik dalam menguasai materi yang disampaikan akan menjadi sulit dipahami atau diserap, sehingga nilai tes akhir yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Masih banyak peserta didik yang pasif, hal ini terlihat ketika pelaksanaan diskusi kelompok dengan teman satu bangku. Diskusi tidak berjalan, akan tetapi peserta didik satu menggantungkan pekerjaan pada temannya. Nilai akhir pada tes individu yang diperoleh peserta didik masih banyak yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Meskipun pada tes kelompok telah mencapai KKM tapi ini bukan hasil kerjasama (diskusi) secara keseluruhan. Penjelasan guru terlalu abstrak tanpa menyentuh dengan contoh konkrit dalam keseharian. Perbaikan yang terjadi pada pembelajaran siklus II adalah dalam menjelaskan materi pelajaran, guru telah menggunakan strategi yang tepat dan sesuai dengan materi yang disampaikan dalam pembelajaran. Peserta
lxxii
didik lebih aktif dan bergerak dengan leluasa untuk mengekspresikan diri dan kemampuannya, serta menyadari sepenuhnya bahwa peserta didik sedang belajar di dalam kelas. Dengan menggunakan strategi guided teaching dan card sort yang sesuai dalam pembelajaran, berakibat pada kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran menjadi lebih mudah sehingga nilai tes akhir yang diperoleh peserta didik juga meningkat. Hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dalam memahami materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan strategi guided teaching dan card sort memperlihatkan hasil yang memuaskan. Data perbandingan kedua siklus dapat dicermati pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Profil Hasil Penelitian Memperhatikan penjelasan guru Mengerjakan tugas Kerjasama antar peserta didik Keaktifan Ketuntasan hasil belajar
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
lxxiii
14 27 11 32 3 33 1 33 16 34
43.75 % 79.41 % 34.38 % 94.12 % 9.38 % 97.06 % 3.13 % 97.06 % 50 % 100 %
Jika disajikan dalam bentuk diagram, maka profil hasil penelitian pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Memperhatikan penjelasan guru Mengerjakan tugas Kerjasama antar peserta didik Keaktifan Ketuntasan hasil belajar Siklus I Siklus II
Gambar 4.1 Diagram Profil Hasil Penelitian Semua aspek menunjukkan adanya peningkatan, baik pada partisipasi aktif peserta didik, intrapersonal skill peserta didik, dan juga prestasi belajar peserta didik. Partisipasi aktif peserta didik dapat dilihat dari hasil pengamatan kerjasama antar peserta didik dan keaktifan peserta didik. Intrapersonal skill peserta didik dapat dilihat dari hasil pengamatan peserta didik memperhatikan penjelasan guru dan peserta didik mengerjakan tugas. Sedangkan prestasi belajar peserta didik dapat dilihat dari hasil pengamatan ketuntasan hasil belajar.
lxxiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Partisipasi aktif peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dalam pembelajaran PAI melalui strategi guided teaching dan card sort dapat meningkat. Adanya penerapan strategi yang menuntut peserta didik untuk bertanya kepada guru terkait materi yang belum dipahami atau kurang jelas, bekerja sama secara maksimal dengan peserta didik lain di dalam kelas X-6, serta peserta didik yang dapat bergerak dan berpindah dari tempat duduknya membuat mereka aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Intrapersonal skill peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan dapat muncul dalam pembelajaran PAI dengan strategi guided teaching dan card sort. Kesadaran peserta didik akan pentingnya memahami materi pelajaran dapat dilihat dari peserta didik bergerak dari tempat duduknya mencari pasangan kategori-kategori yang telah didapatkan oleh masing-masing peserta didik, peserta didik memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas dari guru, dan tidak bermain-main dengan peserta didik yang lain yang kesemuanya mulai tampak ketika diterapkan kedua strategi ini. 3. Dengan menggunakan strategi guided teaching dan card sort pada pembelajaran PAI di kelas X-6 SMA Negeri 1 Babadan, menunjukkan bahwa
lxxv
prestasi belajar peserta didik meningkat dari ketuntasan belajar yang hanya 50 % menjadi 100 % tuntas. Ini sangat menggembirakan karena kejenuhan di dalam kelas akan menghasilkan kebosanan yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik. Strategi guided teaching dan card sort dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
B. Saran 1. Bagi guru PAI SMA, SMK, MA dan yang sederajat, hendaknya menggunakan strategi guided teaching dan card sort dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada materi-materi yang tepat dan sesuai dengan strategi tersebut untuk meningkatkan partisipasi aktif peserta didik, intrapersonal skill peserta didik, dan prestasi belajar peserta didik. 2. Bagi peneliti yang berminat di bidang yang sama, dengan segala kendala dan keterbatasannya, hasil penelitian ini merupakan informasi awal yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, diharapkan sekiranya peneliti menguji aspek yang lain sehingga dapat melengkapi khazanah keilmuan, khususnya di bidang Penelitian Pendidikan Agama Islam.
lxxvi
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Alder, Harry. Boost Your Intelligence: Pacu EQ dan IQ Anda, terj. Christina Prianingsih. Jakarta: Erlangga, 2001. Ali, Muhammad. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008. Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya, 2008. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. As’adie, Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis PTK. Ponorogo: STAIN Po Press, 2009. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Karya Toha Putra, 2009. Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Elmubarok, Zaim. Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung: Alfabeta, 2008. Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, t.t. Gardner, Howard. Kecerdasan Majemuk (Multiplle Intelligences): Teori dalam Praktek. Jakarta: Interaksara, 2003. Hadis, Abdul. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
lxxvii
Miller, John P. Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian, terj. Abdul Munir Mulkhan. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002. Moleong, Lexy Z. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Mursell, James L. Pengajaran Berhasil, terj. Simandjuntak dan Soeitoe. Jakarta: Yayasan Penerbit UI, 1975. Nasution, S. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Nazarudin, dkk. Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras, 2007. Nugroho, Adrianus. http://adrianusnugroho.blogspot.com/2010/02/soft-skill.html diakses 10 Maret 2010. Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligenci (MI) untuk Pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, Ed. Robinson Situmorang. Jakarta: Kencana, 2004. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Romlah, Futiati. Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam. Madiun: Al-Wafa Press, 2006. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching, 2005. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2008. ---------. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2009. Silberman, Mel. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terj. Sarjuli, dkk. Yogyakarta: Yappendis, t.t. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
lxxviii
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005. ---------. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2007. Sukidin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia, 2002. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Sutrisno. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2005. Tafsir, Ahmad. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. Ubaydillah. Kategori Organisasi Industri, AN Jakarta, 18 April 2008, (online), (http://www.e-psikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=494TahuDiri) diakses 10 Maret 2010. Winataputra, Udin S. dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007. Zaini, Hisyam, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
lxxix
