Layanan Fisioterapi Pada .... (Nida Ulaiqoh) 9
LAYANAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB G DAYA ANANDA, KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA PHYSIOTHERAPY SERVICE FOR CHILDREN WITH CEREBRAL PALSY IN SLB G DAYA ANANDA KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh: nida ulaiqoh, pendidikan luar biasa
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris dan mendeskripsikan pelaksanaan layanan fisioterapi pada anak cerebral palsy di SLB Ganda Daya Ananda. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah, dua orang fisioterapis dan tiga anak cerebral palsy. Teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu: reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan layanan fisioterapi sudah dapat meningkatkan kemampuan fisik anak cerebral palsy, sesuai dengan tujuan fisioterapi. Tetapi ada beberapa faktor yang menghambat sehingga pelaksanaan fisioterapi kurang maksimal. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1) fisioterapis belum melakukan asesmen secara keseluruhan karena fisioterapis mengacu pada hasil asesmen sebelumnya. 2) minat anak cerebral palsy dalam mengikuti layanan fisioterapi ini kurang, karena efek samping dari pemberian fisioterapi yang menimbulkan rasa sakit, membuat anak lebih bersikap menolak untuk mengikuti fisioterapi. 3) kurangnya koordinasi antara fisioterapis dengan orangtua dan guru. Kata kunci: layanan fisioterapi, fisioterapis, anak cerebral palsy Abstract
This research aimed to get empirical data and describing the implementation of physiotherapy services for children with cerebral palsy in SLB G Daya Ananda. This research was a qualitative research approach descriptive research. The subjects of research was two physiotherapists and three children’s with cerebral palsy. The data collection techniques metods was observation, interviews and documentation. Analysis of the data used data reduction, data display and conclusion. The results showed that physiotherapy services can improve the physical capability of children with cerebral palsy accordant with the purpose of physiotherapy. But there are some factors that obstruct the physiotherapy who make deficient. These factors include: 1) the physiotherapysts has not made an assessment overall, because the physiotherapysts referring the previous assessment. 2) the interest of children’s with cerebral palsy in joining physiotheraphy service is low because of the pain as the side effect of physiotheraphy, so children’s refuse to join physiotheraphy. 3) the lack of coordination among physiotherapysts, parents and teachers. Keywords: physiotherapy services, physiotherapysts, children with cerebral palsy
PENDAHULUAN Tunadaksa adalah seseorang atau anak yang
Academy of Cerebral Palsy dalam A. Salim
memiliki kelainan fisik, tubuh, dan atau cacat
perubahan yang abnormal pada organ gerak atau
ortopedi.
fungsi
Menurut
Hermanto
(2006:
187)
(1994: 13), cerebral Palsy adalah berbagai
motor
sebagai
akibat
dari
adanya
Cerebral Palsy merupakan komunitas terbesar
kerusakan/cacat, luka atau penyakit pada jaringan
dalam kategori tunadaksa. Menurut American
yang ada di dalam rongga tengkorak. Menurut
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Juni Tahun 2016
American Academy of Cerebral Palsy dalam A.
kelainan fungsi tubuh tanpa menggunakan obat-
Salim (1994: 13), bahwa Cerebral Palsy adalah
obatan kimia ataupun pembedahan akan tetapi
berbagai perubahan yang abnormal pada organ
menggunakan tenaga alam yang ada di sekitar.
gerak atau fungsi motor sebagai akibat dari
Ditambahkan oleh Novita Intan Arovah (2010: 1),
kondisi tonus otot yang mengalami hipertoni.
fisioterapi memiliki tujuan utama kuratif dan
Cerebral Palsy ditandai oleh adanya kelainan
rehabilitatif gangguan kesehatan.
gerak, sikap atau bentuk tubuh gangguan
Fisioterapi ini memiliki tujuan utama untuk
koordinasi, terkadang juga disertai gangguan
mengurangi
hambatan
yang
dimiliki
anak
psikologis dan sensoris.
tunadaksa dalam hal kemampuan alat geraknya
Salah satu tipe cerebral palsy yang paling
(tulang ,otot dan sendi), untuk meningkatkan
sering dijumpai saat ini adalah cerebral palsy tipe
kemampuan motorik yang sangat berfungsi dalam
spastik. Menurut Misbach D. (2012: 18), letak
kehidupan sehari-hari terutama untuk menunjang
kelainannya terdapat pada cerebral cortex, yang
pendidikannya. Beberapa modalitas fisik yang
berfungsi untuk mengendalikan tonus otot agar
dapat dipergunakan antara lain: Listrik, suara,
tetap normal. Karena terjadi kerusakan pada
panas, dingin, magnet, tenaga gerak dan air.
bagian
otot
Adanya berbagai modalitas dan alat yang telah
berfungsi tidak normal, dan tonus menjadi
semakin canggih ini, dalam hal pelaksanaan
hipertoni. Kondisi tonus otot yang mengalami
fisioterapi juga menjadi semakin mudah untuk
hipertoni ini, menyebabkan otot mengalami
dilakukan kepada setiap pasien dalam hal ini anak
kekakuan ketika digerakkan, atau mengalami
cerebral palsy.
tersebut,
menyebabkan
tonus
spastik.
Sarana dan prasarana fisioterapi di SLB G
Terkait pencegahan terjadinya permasalahan
Daya Ananda ini sudah cukup lengkap, tetapi
baru akibat hambatan yang dimiliki anak serta
penggunaan sarana dan prasarana tersebut masih
untuk mengoptimalkan fungsi anggota gerak
minim. Hanya ada beberapa peralatan saja yang
tubuh serta melatih kembali syaraf, otot dan sendi
sering digunakan, seperti Peralatan-peralatan
pada anak Cerebral Palsy, maka anak cerebral
penunjang fisioterapi di sekolah ini juga cukup
palsy perlu diberikan berbagai macam bantuan.
memadai, antara lain: kolam renang, paralel bar,
Salah satu jenis layanan bantuan yang bisa
treadmill, dan papan titian, bantal bobath, guling
digunakan untuk mengurangi hambatan dalam
bobath, walker, trampolin dan ruang snozelen.
kondisi fisik anak Cerebral Palsy, yaitu dengan pemberian fisioterapi. Fisioterapi sendiri menurut Sayarti Sutopo
Sarana dan prasarana layanan fisioterapi ini digunakan untuk menunjang proses pelaksanaan layananan
fisioterapi,
menurut
Mumpuniarti
dan kawan-kawan. dalam Asep karyana, (2013:
(2001: 134) sarana dan prasarana pendidikan
64) adalah suatu usaha penyembuhan suatu
anak tundaksa dalam hal ini di spesifikasikan
Layanan Fisioterapi Pada .... (Nida Ulaiqoh) 11
pada anak cerebral palsy, meliputi peralatan dan
informasi bahwa layanan fisioterapi ini diberikan
fasilitas belajar yang diperlukan dalam
proses
kepada seluruh siswa yang mengalami hambatan
yang
fisik. Layanan fisioterapi ini dilaksanakan satu
digunakan pada ruang fisioterapi bagi anak
minggu sebanyak dua kali, yaitu setiap hari kamis
cerebral
dan hari senin.
pendidikan
dan
palsy
layanan.
dapat
Peralatan
digunakan
sebagai
modifikasi dari pelajaran olahraga atau pelajaran
Berdasarkan hasil observasi di SLB G Daya
ketrampilan. Ruangan tersebut perlu dilengkapi
Ananda layanan fisioterapi ini memiliki beberapa
dengan peralatan antara lain: cermin besar pada
masalah di antaranya yaitu: Masih kurangnya
tempat yang terang untuk memberi kesempatan
minat anak cerebral palsy dalam mengikuti
pada anak untuk mengontrol sikap tubuhnya,
fisioterapi. Kerjasama antara fisioterapis dan
ruang bermain bebas yang cukup lapang dan
orangtua yang belum optimal, sehingga orangtua
dilengkapi rel pegangan serta alat-alat bermain,
belum mengetahui tindak lanjut yang harus
agar mereka dapat bergerak bebas. alat-alat untuk
dilakukan di rumah setelah anak diberikan
latihan sensomotoris seperti: latihan mengenal
fisioterapi di sekolah. Belum adanya jadwal
warna, mengenal bentuk, latihan koordinasi
pelaksanaan layanan fisioterapi secara rutin,
motorik kasar maupun koordinasi motorik halus.
sehingga proses pelaksanaannya belum maksimal.
Pelaksanaan layanan fisioterapi dilakukan
Dan belum diketahuinya secara detail tentang
melalui beberapa tahapan. Menurut Elizabeth
tahapan-tahapan
Ellis (1994: 1) menyebutkan bahwa tahapan yang
Fisioterapi pada Anak Cerebral Palsy di SLB G
harus dilakukan sebelum dilaksanakannya proses
Daya Ananda Kalasan”.
fisioterapi yang meliputi asesmen, analisis, perencanaan,
intervensi,
evaluasi
dan
Mengingat keterbatasan
pada
pelaksanaan
luasnya waktu,
cakupan dan
layanan
masalah,
macam
anak
rekomendasi, harus dilaksanakan agar layanan
berkebutuhan khusus yang memperoleh layanan
fisioterapi yang diberikan dapat sesuai dengan
fisioterapi,
kebutuhan
atau
masalah pada penelitian ini yaitu tahapan-tahapan
oleh
dalam pelaksanaan layanan fisioterapi pada anak
dan
mengurangi
dapat
hambatan
meningkatkan yang
dimiliki
penyandang cerebral palsy.
maka
penulis
akan
membatasi
Cerebral Palsy di SLB G Daya Ananda Kalasan
Berdasarkan observasi yang dilakukan di 2
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang didalamnya
data empiris dan untuk mendeskripsikan tentang
terdapat
sudah
layanan fisioterapi yang ada, bagi anak Cerebral
siswa
Tunadaksa,
memiliki
layanan fisioterapi ini. Salah satu sekolah tersebut yaitu SLB G Daya Ananda. Hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti pada layanan fisioterapi di SLB G Daya Ananda, diperoleh
Palsy di SLB G Daya Ananda.
12 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Juni Tahun 2016
METODE PENELITIAN
dalam pengumpulan data ini berupa observasi,
Jenis Penelitian
wawancara dan dokumentasi. Jenis observasi
Jenis penelitian
penelitian ini
yang
adalah
digunakan deskriptif
dalam
yang digunakan yaitu observasi partisipatif yaitu
dengan
dengan cara peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan yang diteliti yaitu tentang layanan
menggunakan pendekatan kualitatif.
fisioterapi yang ada di SLB G Daya Ananda. Dengan terlibat secara langsung, peneliti juga
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
dapat melihat setting lingkungan yang ada
2016. Penelitian ini memerlukan waktu kurang
dimana terjadinya kegiatan sehingga pemahaman
lebih satu bulan yaitu dari tanggal 1 Maret sampai
akan situasi akan lebih komprehensif (Uhar
30 Maret 2016. Penelitian ini dilaksanakan di
Suharsaputra, 2014: 211).
Selanjutnya yaitu
SLB G Daya Ananda, yang beralamat di
dengan wawancara.
wawancara
Kadirojo,
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
No.153,
Purwomartani,
Kalasan,
Sleman, Yogyakarta.
Jenis
yang
mendalam (depth interview). Karena dengan menggunakan wawancara mendalam ini, peneliti akan lebih memahami persepsi dan perasaan dari
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-
subjek penelitian. Terakhir yaitu dokumentasi.
siswi yang mengalami cerebral palsy tipe spastik
Teknik
yang berjumlah tiga anak, yaitu DA, AG dan AL,
digunakan
serta dua orang fisioterapis yaitu terapis LP dan
dokumen seperti dokumen proses layanan, data
SB. Cara menentukan subjek dalam penelitian ini
subyek, dokumen perkembangan kemampuan
dengan berpedoman sebagai berikut:
anak, yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan
1. Fisioterapis yang bekerja di SLB G daya
dokumentasi untuk
dalam
penelitian
mendapatkan
ini
dokumen-
fisioterapi.
Ananda. 2. Anak
Cerebral
Palsy
dengan
kriteria
sebagai berikut:
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini
a. Anak mengalami hambatan fisik
menggunakan teknik yaitu: pengelompokkan
b. Anak
data,
mendapatkan
layanan
fisioterapi. c. Mampu untuk berkomunikasi.
reduksi,
kesimpulan. termasuk
data
display dan
Pengelompokkan rekaman
audio,
data
penarikan mentah
ingatan-ingatan
(memory), ringkasan-ringkasan kecil, diubah Teknik Pengumpulan Data
dalam bentuk tertulis atau transkrip agar lebih
Teknik pengumpulan data merupakan langkah
mudah untuk dibaca. Setelah semua diubah
yang paling utama dalam penelitian. Teknik
menjadi tertulis atau traskrip, langkah selanjutnya
Layanan Fisioterapi Pada .... (Nida Ulaiqoh) 13
adalah mengelompokkan data-data tersebut sesuai dengan topik yang di butuhkan dalam penelitian yaitu berkaitan dengan pelayanan fisioterapi di
1. Persiapan Pelaksanaan Layanan Fisioterapi Pada Anak Cerebral Palsy Berdasarkan
hasil
wawancara
dan
SLB G Daya Ananda. Reduksi data merupakan
observasi yang telah dilakukan, tahapan
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
persiapan dalam layanan fisioterapi pada anak
penyederhanaan,
cerebral palsy di SLB G Daya Ananda
pengabstrakan,
transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan
meliputi:
lapangan Miles dan Huberman (1992:16). Data
a. Asesmen Fisik Anak Cerebral Palsy.
yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai
Asesmen yang dilakukan adalah asesmen
layanan fisioterapi di SLB G Daya Ananda.Data
fisik. Berdasarkan hasil wawancara yang
yang di reduksi akan memberikan gambaran yang
dilakukan dengan fisioterapis, asesmen sudah
lebih
dilaksanakan
spesifik
dan
mempermudah
peneliti
oleh
fisioterapis
sebelum
melakukan pengumpulan data selanjutnya serta
diberikannya layanan fisioterapi pada siswa
mencari data tambahan jika diperlukan berkaitan
cerebral
dengan layanan fisioterapi yang ada di SLB G
melakukan asesmen secara keseluruhan,
Daya Ananda. Data display yang digunakan
karena terapis sudah memperoleh data hasil
dalam penelitian ini bentuknya berupa uraian
asesmen dari fisioterapis yang sebelumnya
singkat atau teks yang bersifst naratif yang
bekerja
tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah
berdasarkan dokumentasi yang diperoleh,
untuk dipahami. Kesimpulan dalam penelitian
data hasil asesmen belum terisi secara
kualitatif
lengkap.
merupakan
temuan
baru
yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
palsy.
di
Tetapi
sekolah
terapis
tersebut.
tidak
Tetapi
b. Analisis hasil asesmen
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
Analisis hasil asesmen digunakan untuk
sebelumnya masih remang-remang atau bahkan
membuat diagnosa hambatan pada anak
gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
cerebral palsy. Keberlanjutan dari diagnosa ini dapat digunakan untuk menentukan jenis-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
jenis terapi yang harus diberikan kepada anak
Layanan fisioterapi yang di laksanakan untuk
cerebral palsy. Fisioterapis menganalisis
siswa di sekolah, diberikan kepada seluruh siswa
hasil asesmen dengan cara menggabungkan
yang membutuhkan layanan fisioterapi untuk
hasil asesmen dari fisioterapis lama dengan
mengurangi hambatan yang dimiliki. Terapis
hasil
yang memberikan fisioterapis di sekolah ini ada 2
fisioterapis, kemudian dibuat suatu diagnosa
orang yaitu terapis SB dan LP.
tentang kondisi fisik anak cerebral palsy,
asesmen
yang
dilakukan
oleh
yang selanjutnya digunakan untuk menyusun
14 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Juni Tahun 2016
tindak lanjut pemberian layanan. Fisioterapis
(terlentang, duduk atau miring). Terapis
dalam menyusun tindak lanjut ini lebih
memposisikan diri senyaman mungkin untuk
mengacu pada hasil asesmen di aspek
memberikan treatment pada anak. Kegiatan
impairment,
participation
inti layanan fisioterapi yang diberikan pada
restriction yang terdapat pada instrumen
anak cerebral palsy pada hari senin yaitu
asesmen
terapi
c. Perencanaan layanan fisioterapi
dan exercise terapi yang tidak menggunakan
disability,
massage,terapi
neurodevelopmental
Perencanaan dalam layanan fisioterapi di
alat. Tujuan dari pemberian massage ini
SLB G Data Ananda tidak dibuat secara
adalah untuk membuat anak cerebral palsy
tertulis.
yang
menjadi lebih rileks dalam pelaksanaan terapi.
akan
Setelah
Hanya
mengetahui
fisioterapis
perencanaan
saja yang
diberikan
terapi
massage
ini
dilakukan pada anak cerebral palsy. Jenis
kemudian fisioterapis memberikan terapi
terapi yang sering diberikan pada anak
latihan. Terapi latihan yang diberikan oleh
cerebral palsy di SLB G Daya Ananda antara
fisioterapis ini bertahap. Mulai dari yang
lain: terapi neurodevelopment meliputi brain
ringan ke yang lebih berat. Biasanya dimulai
gym dan patterning, terapi latihan yang
dari anggota gerak atas baru kemudian
meliputi terapi latihan aktif dan pasif,
anggota gerak bawah. Terapi latihan ini
bridging,
stretching,
diberikan pada ketiga subjek DA, AL dan
strengthning, massase yang meliputi masase
AG yang masih memiliki tingkat spastisitas
release, massase tendon guard, dan masase
yang tinggi pada anggota geraknya. pada saat
ekspresi serta, terapi neurostructure.
pelaksanaan terapi, subjek AG terlihat sangat
play
therapy,
malas, bahkan sempat tidak mau untuk 2. Pelaksanaan Layanan Fisioterapi pada Anak
melanjutkan terapi dan lebih memilih untuk berbaring saja tanpa melakukan kegiatan
Cerebral Palsy Pelaksanaan fisioterapi yang dilakukan
apapun. Namun terapis SB yang merupakan
oleh fisioterapis di SLB G Daya Ananda
terapis yang menangani AG membujuknya
meliputi beberapa tahapan yaitu kegiatan awal
dengan berbagai cara. Hasilnya AG mau
kemudian kegiatan inti layanan fisioterapi.
untuk melanjutkan terapi tetapi masih dengan
Kegiatan awal pelaksanaan layanan fisioterapi
tidak semangat.
ini meliputi: persiapan ruangan dengan
Pelaksanaan fisioterapi pada hari kamis,
membersihkan ruang fisioterapi, agar selama
berdasarkan hasil observasi pada hari kamis
fisioterapi anak merasa nyaman berada dalam
tanggal 10, 17 dan 24 Maret 2016, jenis
ruangan fisioterapi. Anak diposisikan sesuai
fisioterapi yang diberikan pada hari ini adalah
dengan
lebih ke terapi latihan dengan bermain.
treatment
yang
akan
dilakukan
Layanan Fisioterapi Pada .... (Nida Ulaiqoh) 15
Subjek DA dan AG memperoleh terapi yang
tetapi karena fisioterapis terus membujuk AG
berguna
koordinasi
agar mau untuk melakukan terapi, akhirnya
antara mata dan tangannya, serta untuk
AG mau untuk melakukan kegiatan terapi,
merangsang kemampuan pada motorik jari-
meskipun terlihat terpaksa.
untuk
meningkatkan
jarinya yang masih memiliki hambatan yang
Subjek AL memperoleh terapi yang
disebabkan karena spastisitas pada tangannya.
berbeda
Sebelum diberikan terapi latihan dengan play
kemampuan fisik AL lebih baik dari DA dan
therapy, subjek DA dan AG ini diberikan
AG. Bentuk terapi bermain yang diberikan
latihan gerakan pasif terlebih dahulu dengan
kepada AL lebih tinggi tingkatnya. Sebelum
cara
kedua
melakukan terapi bermain, AL juga diberikan
tangannya yang berguna untuk mengurangi
pemanasan berupa stretching oleh terapis LP.
kekakuan dan untuk merelaksasi kedua tangan
subjek AL memperoleh terapi bermain yaitu
subjek sebelum diberikan treatment terapi.
berjalan secara zig-zag di atas matras puzzle
memberikan
massage
pada
dengan
DA
dan
AG,
karena
menggunakan
yang menurut fisioterapis bertujuan untuk
terapi bermain pada subjek DA dan AG
melatihkan koordinasi jalan antara tangan dan
dimulai dengan latihan menggerakkan jari-jari
kaki dan untuk melatihkan pola berjalan yang
secara bergantian yang berfungsi untuk
benar. Selain itu juga berfungsi untuk
meningkatkan
kedua
meningkatkan
subjek ini memiliki hambatan yang sama
latihan postur.
Terapi
latihan
dengan
koordinasi,
karena
yaitu pada kemampuan motoriknya. Latihan
keseimbangan
dan
untuk
Alokasi yang dibutuhkan untuk satu kali
dengan
pemberian terapi kepada siswa tergantung
menggunakan alat permainan. Berdasarkan
pada jenis fisioterapi yang diberikan pada
hasil
siswa.
selanjutnya
yaitu
wawancara
latihan
dan
inti
observasi
yang
Namun
rata-rata
waktu
yang
dilakukan dengan fisioterapis, alat permainan
dibutuhkan untuk melakukan terapi yaitu
yang digunakan dalam terapi bermain ini
kurang lebih 30-60 menit per anak. Namun
adalah semacam puzzle yang berlubang dan
fisioterapis sering memakan waktu cukup
cara
lama untuk memanggil dan membawa anak
memainkannya
yaitu
dengan
memasukkan benda ke dalam lubang tersebut.
cerebral
Subjek AG juga memperoleh jenis terapi
menyebabkan waktu pelaksanaan semakin
bermain yang sama dengan subjek DA.
berkurang.
Dalam melakukan terapi, subjek AG terlihat malas seperti biasanya. Awalnya AG tidak mau untuk mengikuti instruksi dari terapis untuk memindahkan benda ke dalam lubang,
palsy
ke
ruang
terapi
yang
16 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Juni Tahun 2016
3. Evaluasi Pelaksanaan layanan Fisioterapi
fisioterapi dalam bentuk home program. Home program tersebut biasanya tidak hanya
pada Anak Cerebral Palsy Pelaksanaan evaluasi layanan fisioterapi
disampaikan pada anak cerebral palsy nya
dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Karena
saja, tetapi juga langsung disampaikan kepada
menurut fisioterapis, kita tidak dapat melihat
orangtua agar dilaksanakan di rumah. Namun,
peningkatan atau perkembangan fisik anak
berdasarkan hasil wawancara yang telah
cerebral palsy yang diberikan fisioterapi
dilakukan oleh orangtua dan juga fisioterapis
dalam waktu yang singkat. Cara melakukan
pada hari kamis 24 maret 2016, anak jarang
evaluasinya
melakukan home program dari fisioterapis.
yaitu
dengan
melakukan dengan
Hal ini disebabkan karena anak malas ketika
menggunakan instrumen yang sama ketika
diminta untuk melakukan home program
sebelum diberikan terapi. Sehingga akan
yang diberikan oleh fisioterapis di rumah.
terlihat ketika anak cerebral palsy tersebut
Dan motivasi dari orangtua kepada anak
menunjukkan
cerebral palsy juga kurang.
perbandingan
kemampuan
fisik
peningkatan,
karena
perbandingan yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan fisioterapi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dalam hal fisik anak cerebral palsy.
5. Sikap Dan Minat Siswa Dalam Layanan Fisioterapi Layanan fisioterapi ini diberikan untuk seluruh anak yang mengalami hambatan fisik di SLB G Daya Ananda. Namun seperti anak
4. Rekomendasi Layanan Fisioterapi Rekomendasi layanan fisioterapi sudah dilakukan
oleh
fisioterapis.
pada umumnya, anak cerebral palsy juga
Bentuk
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari
rekomendasinya yaitu antara lain, menurut
segi sikap dan minat siswa dalam layanan
diagnosa dari fisioterapis subjek AG tidak
fisioterapi.
dapat berjalan jika tidak dilakukan tindakan
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
operasi ortopedi pada bagian kakinya yaitu
wawancara
dengan cara pemanjangan otot pada bagian
fisioterapis dan anak cerebral palsy, diketahui
muscular hamstring di paha dan bagian
bahwa minat anak cerebral palsy dalam
abduktor kaki. Berdasarkan diagnosa tersebut,
mengikuti layanan fisioterapi ini kurang
fisioterapis
disebabkan
merekomendasikan
kepada
yang
karena
dilakukan
efek
dengan
samping
dari
orangtua AG agar AG diberikan tindakan
pemberian fisioterapi ini menimbulkan rasa
operasi ortopedi, agar AG dapat berjalan.
sakit, yang membuat anak lebih bersikap
Fisioterapis rekomendasi
juga setiap
akhir
memberikan
menolak
pelaksanaan
Berdasarkan hasil observasi, subjek AG yang
untuk
mengikuti
fisioterapi.
Layanan Fisioterapi Pada .... (Nida Ulaiqoh) 17
memiliki minat paling rendah diantara teman-
keseluruhan,
temannya, hal ini terlihat pada saat AG
digunakan untuk melengkapi data hasil asesmen
mengikuti
tidak
yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini
bersemangat dan terkadang malas untuk
menyebabkan data hasil asesmen masih banyak
mengikuti
yang belum terisi secara lengkap. Tujuan dari
terapi,
AG
instruksi
terlihat
dari
terapis
untuk
tetapi
asesmen
yang
hanya
asesmen fisik ini juga bisa dikatakan belum
melakukan terapi.
sesuai dengan pendapat menurut Sumardi & Sunaryo (2006) tentang tujuan asesmen yaitu
PEMBAHASAN Pelaksanaan fisioterapi di SLB G Daya
untuk Memperoleh data yang relevan, objektif,
Ananda Kalasan telah sesuai dengan tujuan
akurat dan komprehensif tentang kondisi anak
pendidikan bagi anak tunadaksa khususnya
saat ini.
cerebral
palsy,
yaitu
untuk
membantu
Analisis
hasil
asesmen
digunakan
perkembangan atau peningkatan kemampuan
menentukan diagnosa berkaitan dengan hambatan
fisik. Dan memiliki tujuan utama kuratif dan
fisik yang dimiliki oleh anak cerebral palsy yang
rehabilitasi gangguan kesehatan sesuai pendapat
akan diberikan fisioterapi tersebut. Hal ini sejalan
Novita
dengan
Intan
Arovah
(2010:
80).
Karena
pendapat
yang
dikeluarkan
oleh
pelaksanaan layanan fisioteraPi di SLB G Daya
KEPMENKES (2008: 13) bahwa diagnosis
Ananda sudah dilaksanakan dengan tujuan untuk
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dan
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan fisik
evaluasi,
pada anak cerebral palsy.
pertimbangan
Sebelum layanan fisioterapi di berikan kepada
menyatakan klinis
hasil yang
kelemahan,
tahapan-tahapan
kemampuan/ketidakmampuan,
yang
dilakukan
proses
dapat
berupa
pernyataan keadaan disfungsi gerak, meliputi
anak cerebral palsy, fisioterapis juga melakukan persiapan
dari
limitasi
dan
atau
individu
dengan pendapat Elizabeth Ellis (1994: 1)
layanan
mengenai tahapan-tahapan layanan yang meliputi
pelaksanaannya di SLB G Daya Ananda,
asesmen, analisis, perencanaan, intervensi dan
diagnosis ini diperoleh dari data hasil asesmen
evaluasi. Asesmen yang dilakukan yaitu asesmen
terutama pada bagian Impairment, Disability,
fisik. Sejalan dengan pendapat KEPMENKES
participation Restriction yang ada pada instrumen
(2008: 13) Asesmen fisik ini digunakan untuk
asesmen yang berupa status klinis.
akan
untuk
sindrom
sebelum pelaksanaan fisioterapi, hal ini sejalan
yang
kelompok
fungsi,
menentukan
diberikan.
Dalam
mengetahui kemampuan fisik anak berkaitan
Tahapan yang selanjutnya dilakukan adalah
dengan ROM (Range Of Motion), dan jangkauan
perencanaan terapi yang akan diberikan kepada
gerak anak. Dalam pelaksanaannya, asesmen
anak cerebral palsy. Sejalan dengan pendapat
yang
KEPMENKES (2008: 13) perencanaan dimulai
dilakukan
bukan
asesmen
secara
18 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Juni Tahun 2016
dengan mempertimbangkan kebutuhan intervensi
treatment terapi dari ruang kelas atau halaman
dan mengarah kepada pengembangan rencana
sekolah menuju ruang terapi.
intervensi. Perencanaan fisioterapi dibuat setelah
Kegiatan kedua yaitu kegiatan inti, kegiatan
diagnosis hambatan fisik anak diketahui dan jenis
inti ini diisi dengan pemberian treatment terapi
layanan fisioterapi yang akan diberikan juga
pada anak cerebral palsy. kegiatan inti atau
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak
intervensi ini diawali dengan pemberian manual
cerebral palsy. Jenis fisioterapi yang diberikan
terapi dalam bentuk masssage kepada anak
pada anak cerebral ini sudah disesuaikan dengan
cerebral palsy yang akan memperoleh treatment
kondisi fisik anak cerebral palsy sendiri, baik
terapi. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat
dari
lebih
KEPMENKES (2008: 14) bahwa intervensi
ditingkatkan dan ketidakmampuan yang masih
adalah implementasi dan modifikasi teknologi
bisa dikurangi melalui pemberian treatment
fisioterapi antara lain terdiri dari manual terapi.
fisioterapi. hal ini sejalan dengan pendapat
Dalam
Elizabeth (1994: 2) yang menyebutkan bahwa
melakukan massage pada alat gerak anak untuk
dalam menentukan jenis intervensi yang akan
merelaksasi sebelum diberikan fisioterapi. ketika
diberikan harus sesuai dengan letak hambatan
diberikan massage ini anak terlihat kesakitan,
yang dimiliki anak agar resiko yang akan
karena memang massage sedikit menimbulkan
diperoleh dapat diminimalisir. Agar hasil dari
rasa sakit. Tahapan selanjutnya yaitu dengan
fisioterapi ini juga dapat sesuai dengan tujuan
latihan untuk peningkatan gerak. Dalam latihan
awal diberikannya fisioterapi pada anak.
peningkatan gerak ini ada yang menggunakan
segi
kemampuan
yang
bisa
Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan meliputi: persiapan awal kemudian pelaksanaan.
memberikan
massage
fisioterapis
peralatan terapi, dan ada juga yang menggunakan fisik dari fisioterapis sendiri.
Persiapan awal meliputi persiapan ruangan,
Latihan peningkatan gerak dalam bentuk
persiapan anak cerebral palsy untuk diberikan
fisioterapi yang menggunakan tenaga fisik dari
fisioterapis
dan
fisioterapis
Kegiatan
pembuka
persiapan
antara
lain
adalah
terapi
dari
fisioterapis.
meliputi
persiapan
Neurodevelopmental yang meliputi brain gym
pelaksanaan yang meliputi persiapan alat dan
dan patterning, kemudian terapi latihan yang
ruang yang akan digunakan untuk melaksanakan
meliputi terapi latihan aktif dan pasif, bridging,
fisioterapi. Hal ini sejalan dengan pendapat
stretching dan strengthening, massage. Hal ini
KEPMENKES (2008: 14) tentang intervensi
sudah sejalan dengan pendapat Novita Intan A.
fisioterapi yaitu berupa penyediaan dan persiapan
(2010: 2) yang menyebutkan bahwa fisioterapi
alat bantu. Selain mempersiapkan peralatan
merupakan
fisioterapis juga mempersiapkan anak dengan
menggunakan modalitas fisik berupa listrik,
cara menjemput anak yang akan diberikan
suara, panas, dingin, magnet, tenaga gerak dan
teknik
pengobatan
dengan
Layanan Fisioterapi Pada .... (Nida Ulaiqoh) 19
air. Dalam pelaksanaannya, modalitas fisik yang
pelaksanaan layanan secara tertulis. Hal ini
sering digunakan dalam pelaksanaan layanan
disebabkan karena masa kerja kedua fisioterapis
fisioterapi di SLB G Daya Ananda hanya tenaga
belum mencapai 6 bulan.
gerak dari fisioterapis dan peralatan permainan.
Rekomendasi
layanan
fisioterapi
sudah
Meskipun modalitas fisik yang lain juga tersedia
dilakukan oleh fisioterapis setelah dilaksanakan
di sekolah. Anak cerebral palsy yang diberikan
evaluasi dari pelaksanaan layanan fisioterapi. Hal
fisioterapi ada yang memiliki minat yang tinggi
ini sejalan dengan pendapat elizabeth (1994: 3)
untuk mengikuti fisioterapi tetapi juga ada yang
Rekomendasi ini dibuat setelah dilakukannya
kurang memiliki minat dan motivasi dalam
evaluasi dari efektifitas pemberian intervensi.
mengikuti fisioterapi.
Rekomendasi berisi pilihan-pilihan layanan yang
Dalam
melakukan
fisioterapis
diajukan untuk anak sesuai evaluasi yang telah
melakukan evaluasi hanya setiap akhir semester
dilakukan sebelumnya, yang bertujuan untuk
atau 6 bulan sekali. Hal ini sejalan dengan
meningkatkan pemberian layanan fisioterapi pada
KEPMENKES
anak
(2008:
evaluasi,
19)
tentang
standar
cerebral
palsy.
Fisioterapis
juga
layanan fisioterapi perihal evaluasi pelayanan dan
memberikan home program pada anak, untuk
pengembangan mutu yang menyebutkan bahwa
dilaksanakan
mekanismen evaluasi harus dilaksanakan secara
pelaksanaannya,
teratur dan terukur. Karena dengan keteraturan
kendala yaitu ketika rekomendasi disampaikan
fisioterapis
fisioterapis,
oleh guru kelas, terkadang rekomendasi tersebut
evaluasi pelaksanaan layanan juga dapat optimal
tidak langsung disampaikan kepada orangtua.
memberikan dampak terhadap perkembangan
Jadi
fisik anak cerebral palsy.
mengkomunikasikan
dalam
melakukan
Cara melakukan evaluasinya yaitu dengan melakukan
perbandingan
kemampuan
fisik
di
rumah.
Namun
rekomendasi
ini
fisioterapis
dalam memiliki
biasanya
langsung
rekomendasinya
tersebut
kepada orangtua siswa yang berkaitan, agar cepat memperoleh tanggapan.
dengan menggunakan instrumen yang sama
Sikap dan minat anak cerebral palsy dalam
ketika sebelum diberikan terapi. Hal ini sejalan
mengikuti layanan fisioterapi yang bermacam-
dengan pendapat KEPMENKES (2008: 14)
macam juga menyebabkan hasil yang diperoleh
tentang evaluasi. Karena evaluasi memberikan
dari pemberian layanan fisioterapi mempunyai
kesempatan untuk mengevaluasi dugaan-dugaan
hasil yang bermacam-macam juga pada setiap
yang telah dibuat pada tahap analisis dan
anak. Dari ketiga subjek yaitu DA, AG dan AL,
perencanaan proses, sehingga ketika terjadi suatu
subjek AG memiliki minat dan sikap yang paling
ketidak sesuaian bisa terlihat dan akan diperbaiki
rendah. Seperti yang diungkapkan oleh Soetarno
untuk layanan selanjutnya. Tetapi fisioterapis SB
(1994)
dan LP belum pernah melakukan evaluasi
mengungkapkan
dalam
www.psychoshare.com bahwa
salah
satu
yang faktor
20 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Edisi Juni Tahun 2016
keberhasilan siswa antara lain adalah faktor intern,
minat
siswa
terhadap
1. Kepala Sekolah Hendaknya
fisioterapi
lebih
sering
melakukan
merupakan bagian dari faktor intern. Hal ini
koordinasi berkaitan dengan pelaksanaan
terbukti dengan adanya kenyataan bahwa subjek
layanan fisioterapi yang ada di sekolah, agar
AG yang memiliki minat paling rendah daripada
komunikasi antara pihak sekolah dengan
teman-temannya dalam mengikuti fisioterapi,
fisioterapis dapat terjalin dengan baik.
tidak
begitu
mengalami
peningkatan
yang
signifikan, daripada anak lainnya yang memiliki
2.
Fisioterapis a. Perlunya fisioterapis untuk melengkapi data
minat tinggi dalam mengikuti fisioterapi.
hasil
asesmen
untuk
dapat
mengetahui secara detail tentang kondisi SIMPULAN DAN SARAN
anak cerebral palsy yang diberikan
Simpulan
fisioterapi. dapat
b. Hendaknya fisioterapis juga menyusun
disimpulkan bahwa secara keseluruhan layanan
perencanaan layanan fisioterapi pada
fisioterapi sudah dapat meningkatkan kondisi
anak cerebral palsy sehingga layanan
fisik anak cerebral palsy sesuai dengan tujuan
fisioterapi,
fisioterapi. Tetapi ada beberapa faktor yang
tergambarkan dan pelaksanaan layanan
menghambat sehingga pelaksanaan fisioterapi
menjadi lebih sistematis dan terarah.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
berjalan kurang maksimal. Faktor-faktor tersebut
tujuan
c. Fisioterapis
lebih
dapat
mengoptimalkan
meliputi: 1) Dalam persiapan, fisioterapis belum
penggunaan
melakukan asesmen secara keseluruhan karena
fisioterapi dalam menunjang pelaksanaan
fisioterapis
layanan fisioterapi pada anak cerebral
mengacu
pada
hasil
asesmen
sebelumnya. 2) minat anak cerebral palsy dalam mengikuti layanan fisioterapi ini kurang, hal ini disebabkan karena efek samping dari pemberian fisioterapi
yang
menimbulkan
rasa
fasilitas
layanan
dan
peralatan
palsy. 3. Guru Kelas Guru diharapkan lebih sering berdiskusi
sakit,
dan berkoordinasi dengan fisioterapis terkait
membuat anak lebih bersikap menolak untuk
dengan pemberian layanan fisioterapi pada
mengikuti fisioterapi.
anak cerebral palsy.
3) Koordinasi antara
fisioterapis dengan orangtua dan guru belum terjalin dengan baik. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diberikan antara lain:
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Salim C. (1994). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung: Depdikbud. Asep Karyana. (2013). Pembelajaran Bina Gerak. Jakarta: Luxima.
Layanan Fisioterapi Pada .... (Nida Ulaiqoh) 21
Ellis,
E & Alison, J. Key Issues in Cardiorespiratory Physiotherapy. Oxford: Redwood Books.
Hermanto SP. (2006). Modifikasi Model Pembelajaran Bagi Anak Cerebral Palsy (Suatu Tantangan Kreatifitasi Guru). Di Unduh dari www.Journal.uny.ac.id. Pada hari kamis 2 Juni 2016. KEPMENKES. (2008). KMK No.157 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi Di Sarana Kesehatan. Diakses dari www.hukor.depkes.go.id. Pada hari Kamis 2 Juni 2016. Misbach D. (2012). Seluk-Beluk Tunadaksa & Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera. Mumpuniarti. (2001). Pendidikan Anak Tunadaksa. Yogyakarta: FIP UNY. Novita Intan Arovah. (2010). Dasar-Dasar Fisioterapi pada Cidera Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY.
Uhar Suharsaputra. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama. Zuyina
Luklukaningsih. (2014). Anatomi, Fisiologi dan Fisioterapi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Anonim. (2014). Sikap (Pengertian, Definisi dan Faktor Yang Mempengaruhi. Diakses dari http://www.psychoshare.com. Pada hari selasa 7 Juni 2016.