1
p
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa kelas IV sd Negeri 12 Sragen tahun pelajaran 2009/2010
Oleh : Siti Mukminatun Nim. X.8806518
PROGRAM PJJ S-1 PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2
TAHUN 2009 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1
Judul Penelitian
2
a. Mata Pelajaran b. Bidang Kajian Peneliti : a. Nama Lengkap dan Gelar b. Jenis Kelamin c. NIM d. Program Studi/Jurusan e. Fakultas f. Institut / Universitas g. Alamat Rumah
3
4 5 6
h. No. HP Nama Anggota Peneliti Lama Penelitian
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 12 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 IPA Desain dan Strategi Pembelajaran di Kelas SITI MUKMINATUN, A.Ma Perempuan X. 8806518 PJJ S-1 PGSD / Ilmu Pendidikan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Gerdu Rt. 01 Rw. V Sragen Tengah, Sragen 081 56758571 1. Mursito, S.Pd 2. Hj. Anik Aningsih 6 bulan dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009
Biaya yang diperlukan : a. Sumber dari Ditjen Dikti Rp. 600.000 b. Sumber lain, sebutkan dana Rp. 777.500 + pribadi c. Jumlah Rp. 1.377.500 (Satu juta tiga ratus tujuh puluh tujuh ribu lima ratus rupiah) Mengetahui Kepala Seklah
Surakarta, Desember 2009 Peneliti
Mursito, S.Pd NIP.19610703 198201 1 007
Siti Mukminatun NIM. X8806518
Mengetahui a.n. Dekan Pembantu Dekan I
3
Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
4
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Laporan
Penelitian
Tindakan
Kelas
dengan
judul
“UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 12 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Guru Pendamping/Supervisor
Dr. Riyadi, M.Si NIP. 19670116 199402 1 001
Mursito, S.Pd NIP. 19610703 198201 1 007
5
ABSTRAK Siti Mukminatun, X8806518. “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SRAGEN 12 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan siklus perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Masalah utama dalam penelitian ini adalah rendahnya ketrampilan menulis siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen mata pelajaran IPA Penelitian tindakan kelas ini secara umum untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran di SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dan secara khusus bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya tim ahli . Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw selain melatih membiasakan siswa berinteraksi sosial juga melatih siswa bertanggung jawab kepada suatu masalah dan penilaian baik individu maupun kelompok. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dua siklus dengan materi pokok konsep Struktur Organ Tubuh Manusia dengan Fungsinya alat pengumpul data yang digunakan terdiri instrumen pembelajaran, evaluasi (tes dan non tes) serta observasi untuk mengetahui validasi data. Subyek yang diteliti guru dan siswa kelas IV di IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan tersebut dari yang tadinya
6
kurang baik menjadi lebih baik. Secara berturut-turut (berdasarkan siklus I dan II) hasil belajar IPA materi pokok konsep Struktur Organ Tubuh Manusia dengan Fungsinya siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen adalah aspek kognitif siklus I sebesar 72, siklus II sebesar 75, aspek afektif siklus I sebesar 67,5, siklus II sebesar 76, aspek psikomotor siklus I sebesar 68, siklus II sebesar 75, ketuntasan belajar 60 % siklus 1 dan 82 % siklus 2, APKG 1 dari 71 % menjadi 82,6 dan APKG 2 dari 81,2 % menjadi 94,2 %. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen.
7
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SRAGEN 12 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010.” Tujuan yang terkandung dalam penulisan ini adalah untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran dan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memnberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. 3. Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd selaku ketua Program PJJ S-1 PGSD yang selalu memberikan petunjuk dan arahan. 4. Dr. Riyadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengorbankan segala tenaga dan waktu guna memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas. 5. Bapak Mursito, S.Pd, Kepala Sekolah sekaligus pembina dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. 6. Teman-teman Guru SD Negeri Sragen 12 yang telah membantu dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. 7. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah membantu memberikan
semangat, dukungan dan doa selama pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini hingga selesainya penyusunan laporan ini.
8
8. Penerintah yang telah memberikan bantuan beasiswa kepada penulis untuk menempuh program studi S-1 PGSD. 9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerja sama kepada penulis demi terselesaikannya Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Surakarta, Desember 2009 Penulis
9
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................
1
B. Perumusan Masalah .......................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .........................................................................................
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
6
A. Kajian Teori ...................................................................................................
6
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 13 C. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 14 D. Hipotesis Tindakan ........................................................................................ 16 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................... 17
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 17 B. Subjek Penelitian ............................................................................................ 17 C. Prosedur Penelitian ........................................................................................ 17 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 24
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 24 B. Pembahasan .................................................................................................... 31 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 35
A. Kesimpulan .................................................................................................... 35 B. Saran................................................................................................................ 36 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38
10
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1
Sintak Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 11
Tabel 2
Perolehan Hasil Evaluasi Siklus 1 ........................................................ 26
Tabel 3
Perolehan Hasil Evaluasi Siklus II ....................................................... 29
Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Evaluasi Siklus II .................................................... 33
11
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw .............................................. 13 Gambar 2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 16 Gambar 3 Spiral Penelitian Tindakan Kelas ......................................................... 18 Gambar 4 Gambar Alur Perbaikan dengan Dua Siklus ......................................... 23 Gambar 5 Grafik Histogram Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor ......................... 33 Gambar 6 Grafik Histogram Ketuntasan, Aktifitas Kegiatan Guru ...................... 33
12
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
RPP Siklus 1 dan 2
Lampiran 2
Daftar Hadir Mahasiswa
Lampiran 3
Daftar Hadir Siswa
Lampiran 4
Rekapitulasi Penilaian
Lampiran 5
Daftar Nilai Formatif Siswa
Lampiran 6
Angket Pendapat Siswa
Lampiran 7
Rekapitulasi Penilaian Guru 1(APKG 1)
Lampiran 8
Rekapitulasi Penilaian Guru 2(APKG 2)
Lampiran 9
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 10 Curiculum Vitae Peneliti Lampiran 11 Foto-foto
13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan
pembelajaran
ditunjukan
oleh
dikuasainya
tujuan
pembelajaran oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Permasalahan yang masih penulis hadapi sebagai guru kelas IV SD N Sragen 12 Kabupaten Sragen adalah rendahnya hasil belajar IPA. Dari pengalaman penulis beberapa kali ulangan tentang konsep Struktur Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsinya dari 40 siswa hanya berkisar 15 (37,5 %) siswa yang tuntas (pada tes penjajagan) dengan nilai rata – rata kelas 5,6 padahal ketuntasan minimal adalah 6,8. Gejala yang nampak adalah siswa kurang bergairah dalam menerima pembelajaran dan kecenderungan bersikap pasif dan suka mencontoh. Siswa hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep. Hasil diskusi penulis dengan teman sejawat dan kepala sekolah diindikasikan bahwa rendahnya hasil belajar tersebut antara lain disebabkan tidak tepatnya guru dalam pembelajaran. Dimana pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran secara konvensional yang mana hanya dipergunakan metode ceramah dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, 1
14
kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran sangat verbal. Dengan ceramah sebagai alternatif utama secara otomatis pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga pembelajaran kurang melibatkan siswa, dan komunikasi antar siswa dengan siswa atau guru dengan siswa kurang terbangun, kebermaknaan dalam belajarpun sangat kurang dan cenderung siswa tidak menyenangi ketrampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti pada Wina Sanjaya (2006 : 147) ”Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada didalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana – mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru yang tidak menarik.” Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Sehingga tidaklah tepat jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan metode ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa.Seperti dalam (Depdiknas 2003 : 2): “Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.” Memperhatikan pentingnya pembelajaran IPA materi pokok Struktur Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsinya di kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen pada khususnya dan di SD–SD pada umumnya, berdasar hasil diskusi dengan teman sejawat perlu adanya Penelitian Tindakan Kelas guna meningkatkan hasil belajar, membangkitkan kreatifitas dan ide-ide siswa, menyenangkan bagi siswa, melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw.
15
Dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw selain untuk membangun tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk merubah pembelajaran yang selama ini banyak dilaksanakan oleh para guru. Dimana guru tidak merupakan satu–satunya sumber belajar (teacher centered) bagi siswa, sebab rekan sebaya (peer teaching) juga sebagai sumber pengatahuan bagi dirinya. Tehnik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Seperti dalam Anita lie (2002: 56 ): ”Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya mereka kepada orang lain.” Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12 Sragen.”
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas dan hasil diskusi peneliti, teman sejawat dan Kepala Sekolah diketahui permasalahan yang masih dihadapi siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen bahwa faktor penyebabnya antara lain adalah: a. Dengan menggunakan metode ceramah, pembelajaran didominasi oleh guru ( teacher centered ) sehingga kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif sangat kecil, komunikasi yang terjadi hanya komunikasi satu arah. b. Dengan metode ceramah kebermaknaan belajar sangat rendah karena keterlibatan siswa secara langsung tidak ada. c. Dengan metode ceramah guru merupakan satu – satunya sumber belajar siswa, sehingga teman sebaya ( peer teaching ) yang juga sumber belajar siswa terabekan.
16
Berdasar identifikasi masalah, analisa dan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010? Sedangkan upaya menjawab permasalahan diatas agar indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini tercapai dilakukan berbagai upaya yang antara lain adalah: a. Dipergunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan segala prinsip dan unsurnya yaitu: saling ketergantungan positif; interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, evaluasi proses kelompok, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. b. Ditingkatkannya keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga terwujud pembelajaran yang student centered. c. Dimaksimalkannya penggunaan media pembelajaran sehingga selain meminimalisir
verbalisme
juga
meningkatkan
kebermaknaan
dan
keterlibatan siswa, yang akan membentuk long term memory seperti yang kita harapkan. d. Dilaksanakan penilaian yang komprehensif dan dapat mengukur ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: untuk mengetahui bahwa Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 atau tidak.
17
D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil Penelitian Tidakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan informasi, pada peningkatan kualitas pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen secara nyata seperti ditunjukkan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut: 1) Sekurang-kurangnya 75 % siswa mendapat nilai prestasi belajar IPA ≥ 68 (enam puluh delapan). 2) Sekurang-kurangnya 75 % nilai rata – rata kelas dalam pembelajaran IPA Indonesia ≥ 68 (enam puluh delapan). b. Memperkaya kasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses pembelajaran IPA. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat: a. Untuk Peserta Didik Sebagai masukan bagi siswa untuk lebih berminat dalam belajar IPA agar prestasi belajar meningkat. b. Untuk Guru Sebagai masukan bagi guru dapat mengetahui variasi dari beberapa model pembelajaran, menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. c. Bagi Sekolah Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi SD Negeri 12 Sragen dalam rangka memperbaiki pembelajaran IPA khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Mata Pelajaran IPA Pengertian: Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan
untuk
“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. (Depdiknas, 2003 : 2). Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran Sains di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) seperti pada Depdiknas (2004:2) berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta bertujuan: a. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positip terhadap sains dan teknologi. c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. d. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. e. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
6
19
f. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Ruang lingkup mata pelajaran Sains Depdiknas (2004:2) meliputi dua aspek: a. Kerja ilmiah yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. b. Pemahaman konsep dan penerapannya, yang mencakup: 1). Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2). Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya; 5) Sains,
Lingkungan,
Teknologi, dan Masyarakat
(salingtemas)
merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat. Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan diatas dapat disimpulkan: Prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor yang digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor stimuli belajar, faktor metode belajar dan faktor individual (Wasty Sumanto, 1998 : 3). 2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) “Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistim pengelompokan / tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan
20
semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok” (Wina Sanjaya, 2006 : 240). Sedangkan Johnson (Lie, 2003:17) “cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman kegiatan belajar yang optimal, baik secara individu maupun kelompok”. Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004:112) adalah “pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar” Nur (2005: 1) “Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa,memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab.” Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak membeda-bedakan antar ras dan intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan kreatif. Dari
beberapa
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar akademik, menerima terhadap keragaman dan pengembangan terhadap ketrampilan sosial. Banyak guru telah melaksanakan metode belajar kelompok, dengan membagi para siswa dan memberikan tugas kelompok. Namun hasil kegiatannya tidak seperti yang diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik dan kreatif untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Para siswa tidak dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, duduk diam, bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu yang sama ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya. Seperti
dikatakan Roger dan David Johnson
“tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning.” Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong
21
harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok Pendapat tersebut di atas adalah yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok tradisional. Adapun unsur-unsur atau elemen tersebut seperti yang dinyatakan Abdurrahman & Bintoro (Nurhadi ,2004:112) adalah sebagai berikut: a. Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah. b. Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. c. Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam
belajar
kelompok.
Penilaian
ditujukan
untuk
mengetahui
penguasaaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
22
mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar
pribadi
(interpersonal
relationship)
tidak
hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa. Dari pendapat diatas pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keuntungan antara lain: dapat meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa saling percaya, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik, membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. Selain
beberapa
keuntungan
diatas
pembelajaran
kooperatif
memposisikan siswa sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat pengalaman hidupnya, sehingga dalam menerima informasi tidak hanya dari guru melainkan lingkungan yang memiliki suatu peran besar dalam membentuk kepribadian siswa. Siswa akan menggali kepedulian khususnya terhadap lingkungan, jika pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran kooperatif ini berorientasi lingkungan. Lingkungan sekeliling sebagai pusat kegiatan. Guru sebagai fasilitator yang membimbing kegiatan pembelajaran siap melayani pertanyaan atau perdebatan. Dalam pembelajaran ini diharapkan guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari kegiatan yang telah mereka lakukan dan amati melalui pembelajaran. Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses daripada hasil dengan asumsi mengembangkan kompetensi dan potensi siswa melalui pendidikan.
23
Tabel 1. Sintak Pembelajaran Kooperati Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 2. Menyajikan informasi 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kelompok belajar 4.Membimbing kelompok bekerja dan belajar 5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
Tingkah laku guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif langkah (fase) dapat bervariasi disesuaikan dengan pendekatan (model) yang digunakan. Adapun salah satu contoh langkah langkah (sintak) model pembelajaran kooperatif dari Muslimin Ibrahim dkk (2000: 10) adalah sebagai berikut: 3. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Ada berbagai model pembelajaran kooperatif seperti diutarakan oleh Mohamad Nur (2005 : 5): “Lima model Pembelajaran Tim Siswa telah dikembangkan dan diteliti secara luas. Terdapat tiga model pembelajaran yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas: Students Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II. Dua yang lain merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan pada mata pelajaran tertentu :Cooperative Reading ad Composition (CIRC) untuk pengajaran membaca dan menulis di Kelas II-VIII dan Team Accelerated Instruktion (TAI) untuk Matematika pada kelas III-VI.” Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson di Universitas Texas dan kemudian di adopsi Slavin.
24
Dalam penerapannya siswa dibagi menjadi kelompok dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya dan selanjutnya mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Anggota dari kelompok-kelompok yang mendapat tanggung jawab sama berkumpul untuk mempelajari materi pembelajaran, kelompok ini disebut Tim Ahli. Adapun langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebagai berikut : a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4–5); b. Materi pelajaran dibagi kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagibagi menjadi beberapa sub bab; c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, yang dipelajari “memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari struktur akar dan fungsinya”. Kelompok satunya mempelajari tentang struktur batang dan fungsinya, siswa yang lainnya tentang struktur daun dan fungsinya dan lainnya lagi struktur bunga dan fungsinya; d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya; e. Setelah anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya secara bergilir; f. Setelah seluruh siswa selesai melaporkan guru menunjukkan satu kelompok untuk menyampaikan hasilnya, kelompok lain menanggapi dan guru mengklarifikasi; g. Membuat kesimpulan Tiap-tiap siswa dikenai tagihan secara individu.
25
Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw (Diadopsi Muslimin Ibrahim, 2001 : 22)
Kelompok Ahli (Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni yang ditulis oleh: Agus Muji Widodo (2004) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri Pilangsari 1, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun 2004. Dalam penelitian tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa meningkat dibanding dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, dan guru dalam proses pembelajaran dikatagorikan baik dilihat dari hasil persentase pengamatan penampilan guru. Agus Muji Widodo (2005) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas III SD N Pilangsari 1, Ngrampal, Sragen. Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT pada siswa kelas III dari hasil antar siklus meningkat dengan cukup signifikan. Siswa dapat mengungkapkan suatu hasil pikirannya dengan kalimat yang cukup panjang dibanding sebelum menggunakan model
26
pembelajaran
kooperatif.
Peningkatan
tersebut
disebabkan
dengan
Pembelajaran Kooperatif selain terbangun peer teaching, masyarakat belajar juga siswa merasa senang karena karakteristik dari Pembelajaran Kooperatif model TGT belajar dengan nuansa bermain. Agus Muji Widodo (2007) dengan judul “Penerapan Kombinasi Problem Base Learning dengan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) meningkatkan ketrampilan berbicara siswa kelas III SD Negeri Pilangsari 1.” Dari hasil penelitian didapat hahwa dengan kombinasi model pembelajaran tersebut selain ketrampilan berbicara meningkat siswa dapat mengungkapkan hasil pemecahan masalah dengan bahasanya sendiri. Kelas III menggunakan Pembelajaran Tematik pembelajaran ini dapat dihubungkan dengan masalah dari mata pelajaran yang lain.dimana kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan mempertimbangkan kehiteroginannya baik prestasi, ras, status sosial dan sebagainya. Kelompok satu dengan yang lain dapat memiliki bobot yang sama, ini terjadi sebab didalam pembagian kelompok berdasarkan kehetoroginan ranking.
C. Kerangka Pikir Bahwa pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar sebagai tujuan. Terhadap proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk meningkatkan kemandirian dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari, mengusahakan dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan. Usaha peningkatan hasil belajar siswa bagi guru merupakan suatu kewajiban dan wujud keprofesionalan seorang guru. Guru menurut kodratnya sebagai agen perubahan haruslah selalu tanggap dan peka terhadap apa yang terjadi baik dilingkungannya maupun di luar lingkungannya. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw diharapkan siswa secara aktif membangun
27
pengetahuannya baik secara individu maupun dengan bantuan teman sebaya (peer teaching). Menurut pemikiran penulis, pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang mungkin dapat memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen. Sebab Pembelajaran kooperatif
model
Jigsaw
memiliki
karakteristik-karakteristik
yang
berhubungan erat dengan permasalahan yang ada. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw, selain melatih membiasakan siswa melaksanakan tanggung jawabnya secara pribadi maupun kelompok juga melatih siswa mau menerima saran, kritik, koreksi dari semua orang. Demikian pula dengan sistem pengelolaan kelas dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Hasil belajar yang mengakomodasikan kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan psikomotorik direncanakan pencapaiannya dengan pengukuran lewat instrumen penilaian yang tepat. Siswa diusahakan dapat membangun pengetahuannya secara runtut melalui demonstrasi keterampilan dan penyajian informasi tahap demi tahap dengan bimbingan dan pelatihan dari guru. Proses belajar diusahakan sedapat mungkin dihubungkan dengan lingkungan sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari hari. Penerapan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:
28
Gambar2. Kerangka Berpikir Gambar
diatas
menunjukkan
bahwa
penggunaan
Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw guru mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, yang terdiri dari kognotif, afektif dan psikomotor. Selain berpengaruh pada hasil belajar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw juga dapat meningkatkan proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika tanpa menggunakan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dimana siswa hanya datang, duduk, diam, catat dan hafal seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru saja (teacher centered), tetapi setelah menggunakan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw antara guru dan siswa sama-sama dalam kondisi aktif.
D. Hipotesis Tindakan Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, maka dapat diputuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Tahun 2009/2010.
29
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian PenelitianTindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 12 Sragen, Kabupaten Sragen pada minggu ke dua dan minggu ke tiga bulan Agustus 2009. Penelitian Tindakan Kelas
dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap
siklusnya 2 x 35 menit (1 x Pertemuan). Selama pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti dibantu oleh 2 observer teman sejawat dari SD Negeri 12 Sragen, Kabupaten Sragen. B. Subjek Penelitian Siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Kabupaten Sragen yang berjumlah 40 siswa, dan guru kelas IV sekaligus sebagai peneliti, dengan mata pelajaran IPA materi pokok konsep Struktur Organ Tubuh Manusia dengan Fungsinya. C. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan pusat penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan media pembelajaran Kooperatif model Jigsaw sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa atau meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dalam kegiatan yang berbentuk Randoms Siclus, sebanyak 2 (dua) siklus, dengan mengacu pada model yang diadaptasi dari Hopkins (1993:) dalam Supardi (2006) Setiap siklus prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri dari empat komponen kegiatan pokok, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan (observing); (d) refleksi (reflecting), yang pada pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus
17
30
dengan diselipkan modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan perencanaan. Keempat komponen kegiatan pokok ini dari sebuah siklus dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian seperti ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas.
Sumber : Suharsimi Arikunto, 2002:84 Bagan di atas menunjukkan
bahwa langkah yang pertama adalah
planning / persiapan, yang ke dua adalah perlakuan dan pengamatan. Hasilnya dijadikan dasar untuk menentukan refleksi (mencermati apa yang sudah terjadi). Dari terselesaikannya satu siklus lalu disusun sebuah rencana yang akan digunakan untuk siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil refleksi siklus sebelumnya sampai tercapainya target yang diinginkan. Jangka waktu setiap siklus sangat tergantung pada keadaan yang terjadi di lapangan. Sebelum melakukan tindak penelitian melakukan penjajagan sebagai dasar untuk mengetahui kondisi awal siswa Kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen tentang keterampilan menulis. Selanjutnya melaksanakan tindakan yang direncanakan dalam siklus-siklus sebagai berikut:
31
1. Siklus 1 a. Perencanaan Guru Kelas IV (peneliti) SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dan pengamat (teman sejawat) mendiskusikan tentang materi, kegiatan pembelajaran dan alat evaluasi serta menyiapakan alat peraga/instrumen dan pedoman pengamatan. b. Pelaksanaan tindakan Dalam pelaksanaan ini peneliti (guru) melaksanakan sesuai rencana yang ada dalam rencana pembelajaran seperti berikut ini: 1) Kegiatan awal
: Apersepsi,
penjelasan
tujuan
pembelajaran
dan
pemberian materi. 2) Kegiatan inti
: Presentasi kelas, pembagian kelompok, Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw, pengerjaan LKS
skavolding
dan
pelaksanaan
penilaian
pengamatan, presentasi kelas hasil pengerjaan LKS dan
penyimpulan
maupun
penyamaan
persepsi
dilanjutkan evaluasi. 3) Kegiatan akhir
: Pemberian
reward,
penegasan
kembali
hal–hal
pokok/penting, perbaikan/pengayaan dan penutup. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan. Guru dan pengamat mengamati dampak pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa yang dihadapi siswa maupun guru. Adapun perolehan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Teknik Pengumpulan Data Data yang akan diambil selama kegiatan pembelajaran diperoleh dengan cara melakukan observasi, dokumentasi, dan tes. a). Observasi dilaksanakan dengan menggunakan instrumen pengukuran kinerja afektif maupun psikomotor, untuk mengukur indikator-
32
indikator kerja, efisiensi, dan kerja sama antara siswa, guru dan kolaborator dalam proses pembelajaran. b). Tes dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis dan tes unjuk kerja untuk mengukur kemampuan dan keterampilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran matematika 2). Validasi Data Untuk menjamin validasi temuan perlu dilakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan trianggulasi yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 1997:178). Trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi
yang
memanfaatkan
penggunaan
isi
dengan
jalan
membandingkan data hasil pekerjaan siswa, observasi, catatan lapangan Disamping itu juga dilakukan diskusi antara guru, kepala sekolah, pengamat dan rekan-rekan guru yang lain 3). Alat Pengumpul Data a). Butir soal penjajakan diambil dari soal-soal dari meteri yang berkaitan dengan materi pokok .Untuk mengidentifikasi kemampuan siswa sebelum diberi tindakan dan sekaligus untuk menentukan tingkatan/rangking tiap-tiap siswa guna membentuk kelompok kooperatif. b). Butir soal evaluasi untuk mengetahui kemajuan dan prestasi hasil belajar setiap siklusnya dibuat sesuai materi pokok yang dipelajari. c). Instrumen observasi, yaitu berupa skala penilaian yang akan diisi oleh pengamat pada saat proses pembelajaran yang berhubungan perilaku pengajar dan aktifitas belajar siswa. Adapun contoh instrumen pengamatan yang dipergunakan dalam penelitian ini terlampir pada daftar lampiran.
33
Penilaian membuat perencanaan pembelajaran dan kemampuan mengajar guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengamat dengan lembar pengamatan yang mengacu pada APKG 1 dan APKG 2 (terlampir). APKG 1 berguna untuk mengetahui kemampuan guru dalam mempersiapkan pembelajaran, sedangkan APKG 2 berguna untuk mengetahui kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran .Kriteria yang dipergunakan untuk menilai dengan APKG 1 maupun APKG 2 dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah dengan pemberian skala 1–5. Dengan ketentuan bahwa: nilai 1 (tidak satu deskriptor pun nampak), nilai 2 (satu deskriptor tampak), Nilai 3 (dua diskriptor tampak) nilai 4 (tiga deskriptor tampak), nilai 5 (Empat diskriptor tampak). d. Catatan lapangan Catatan lapangan meliputi catatan tentang kegiatan selama pengajaran dan kegiatan siswa sebagai subjek peneliti, baik secara objektif maupun tafsiran. Adapun untuk menjamin validasi temuan perlu dilakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan trianggulasi yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 1997:178). Trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi yang memanfaatkan penggunaan isi dengan jalan membandingkan data hasil pekerjaan siswa, observasi, catatan lapangan dan hasil wawancara. Disamping itu juga dilakukan diskusi antara guru, kepala sekolah, pengamat dan rekan-rekan guru yang lain. e. Refleksi Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya pembelajaran, peningkatan motivasi belajar dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus berikutnya.
34
2.
Siklus 2 1) Perencanaan Guru dan teman sejawat (kolaboratif) mendiskusikan tentang pelaksanaan rencana pembelajaran mengacu dari hasil refleksi siklus pertama serta menyampaikan alat-alat pendukung beserta lembar pengamatan. 2) Pelaksanaan tindakan Pada pelaksanakan ini guru dan pengamat melaksanakan tindakan yang mengacu pada refleksi yang telah diperbaiki/disempurnakan pada siklus sebelumnya. 3) Pengamatan Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan. Guru dan pengamat mengamati dampak pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa yang dihadapi siswa maupun guru. 4) Refleksi Diskusi bersama guru dan pengamat tentang pelaksanaan. Apakah pelaksanaan telah membawa hasil peningkatan hasil belajar IPA siswa Kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen?. Dan masih adakah kekurangan (kelemahan) dari sikus ini? Jika kekurangan (kelemahan) dirasa sudah tidak ada dan hasil telah memenuhi batas minimal ketuntasan (indikator kerja)
maka tindakan berakhir. Namun jika
masih ada kekurangan (kelemahan) dalam pelaksanaan pembelajaran dan belum terlihat adanya peningkatan hasil belajar IPA maka dilanjutkan dengan tindakan siklus ke-3 dan siklus selanjutnya yang langkah-langkahnya seperti pada siklus sebelumnya. Untuk lebih jelasnya pelaksanan antar siklus dapat dilihat pada gambar berikut :
35
GAMBAR ALUR PERBAIKAN PEMBELAJARAN DENGAN DUA SIKLUS Gamar 4. Gambar Alur Perbaikan Dengan Dua Siklus Permasalahan
P Perencanaan tindakan 1
Pengamatan/pengu mpulan data 1
Refleksi 1
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan 2
Refleksi 2
TERCAPAI/ Apabhila permasalahan belum terselesaikan
Diadopsi dari Suharjono ( 2006 : 74 )
Pelaksanaan tindakan 1
Pelaksanaan tindakan 2
Pengamatan/peng umpulan data 2
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Telah dikemukakan pada bab pendahuluan bahwa prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 Sragen rendah. Rendahnya prestasi ini disebabkan oleh guru di SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 masih menggunakan pendekatan tradisional yang didominasi oleh lebih banyaknya penggunaan metode ceramah, dan pemberian tugas menulis kepada para siswanya. Akibatnya para siswa menjadi tidak bergairah dalam pembelajaran, jenuh, dan tumbuhnya perasaan acuh tak acuh. Proses pembelajaran IPA dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut : pertama guru menjelaskan sedikit tentang materi, kedua siswa disuruh membaca buku teks dan merangkum sementara guru sibuk melaksanakan kegiatan lain ,yang antara lain mengerjakan administrasi, ketiga siswa disuruh mengerjakan soal soal yang ada dalam kumpulan LKS, dan selanjutnya hasil pekerjaan dikumpulkan untuk dinilai.
2. Diskripsi Siklus 1. a. Perencanaan Perencanaan sebelum tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1) Guru kelas IV (peneliti) bersama teman sejawat (kolabolator) mengadakan diskusi dan selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran dan instrumen–instrumen lainnya. 2) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
24
37
3) Mengadakan tes penjajagan yang sekaligus untuk menentukan ranking guna membagi siswa dalam kelompok. Adapun dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tim), yang masing-masing anggotanya 4(empat)-5 (lima) orang. Dari 40 siswa kelas SD Negeri 12 Sragen 1 hasil tes penjajagan rata-rata kelas nilai IPA dengan materi macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia adalah ≤ 67 (16 siswa), ≥ 68 (24 siswa). 4) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I dan II) dan penjelasan cara pengisian lembar pengamatan (observasi). b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru
melakukan
langkah
pembelajaran
sesuai
dengan
skenario
pembelajaran (rencana pembelajaran terlampir). 2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan skenario kegiatan belajar mengajar. 3) Pengamat melakukan pengamatan sesuai dengan instrumen pengamatan tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. c. Observasi Sasaran observasi penelitian adalah aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, yaitu aspek, afektif dan psikomotor yang berhubungan dengan materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. Data hasil penilaian baik kognitif (tertulis) maupun afektif dan psikomotor (pengamatan) untuk siswa, dan indikator aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan instrumen pengamatan Data hasil penilaian
baik kognitif (tertulis) maupun afektif dan
psikomotor (pengamatan) untuk siswa dan indikator aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan instrumen pengamatan yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang
38
dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan sesuai dengan pedoman APKG 1 dan APKG 2. Adapun data hasil evaluasi dalam kegiatan pembelajaran materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. adalah seperti pada tabel berikut: Tabel 2 Perolehan Hasil Evaluasi Siklus 1 KETUN
NILAI SIKLUS
≤
≥
67
68
KOG NITI F
PSIKO MOTOR
AFEKTIF
TASA N
I
II
RT
I
II
68 67,5 68
68
% PENJA JAGAN
I
25
16
15
24
58 72
AKTIFITAS GURU (APKG 2) R T
I
II
76,3
86,1
APKG 1 RT
I
II
RT
37,5 % 60%
67
68
81,2 64,3 77,6
71
II
Data pada tabel diatas menunjukkan hasil nilai kognitif (evaluasi), Afektif dan psikomotor (pengamatan), terlihat bahwa rata-rata kelas ada peningkatan. Baik rata-rata prestasi atau persentasenya, artinya rata-rata nilai prestasi meningkat dari 58 (pada pra siklus) menjadi 72 dan ketuntasan dari 37,5 % menjadi 60%. Sedangkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai prestasi individu siswa juga sudah meningkat dari 15 siswa yang mendapat nilai dibawah ≤68 menjadi 24 siswa. Namun dari data di atas terlihat masih 16 siswa (40 %) yang belum mencapai nilai ketuntasan (indikator kerja). Berarti masih banyak siswa yang belum menguasai Matematika materi pokok macammacam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. Data indikator aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan instrumen pengamatan yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan. Adapun data hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilasanakan guru sudah mencapai 60 % untuk pelaksanaan dan 81 % untuk perencanaan/instrumen pembelajaran.
39
d. Refleksi Dari rata-rata kelas hasil evaluasi 72 ada kenaikan dibanding nilai rata-rata kelas hasil penjajaganyang hanya 58 Namun hasil tersebut masih kurang dari batas minimal ketuntasan. Terlihat siswa yang tuntas (mendapat nilai ≥68) hanya 24 siswa (60 %). Berarti siswa belum dapat menguasai konsep materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia, mungkin disebabkan pembelajaran kooperatif adalah hal baru, kurangnya pemahaman siswa dalam mempelajari/menerima penjelasan dari guru, kurang sistimatis guru dalam presentasi dan diskusi kelas, kurangnya pemberian motivasi dari guru, kurangnya bimbingan guru dalam diskusi. Untuk itu dalam siklus II perlu pembenahan atas kelemahan kelemahan tersebut diatas. Beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam siklus II antara lain: memberikan contoh-contoh yang akrab dengan siswa, presentasi jangan terlalu cepat, bimbingan diskusi agar ditambah. Dari rata-rata persentase tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat dikategorikan cukup (81,3 %) untuk pelaksanaan dan 61 % untuk perencanaan, menunjukkan bahwa lebih dari setengah aspekaspek proses pembelajaran sudah dikuasai oleh guru, sehingga penampilan mengajarnya dapat dikategorikan cukup. Untuk itulah pada siklus II penampilan mengajar guru akan ditingkatkan secara lebih baik dengan mengacu kepada kelemahan-kelemahan aspek penampilan mengajar yang telah terjadi. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut berdasarkan data yang ada berhubungan dengan aspek merangsang perhatian siswa adalah menyiapkan kelengkapan alat dan bahan untuk diskusi, menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa dan merumuskan pertanyaan atau permasalahan tentang materi pokok, presentasi dan tambah bimbingan diskusi. Secara keseluruhan rata-rata hasil belajar siswa dalam materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. berdasarkan penilaian pengamat I dan II pada siklus I untuk aspek afektif dan psikomotor memiliki nilai yang diperoleh tidak terlalu jauh. Keadaan tersebut terbukti
40
bahwa rata-rata keseluruhan untuk aspek afektif 67,5 dan untuk aspek psikomotor 68. Adapun yang menyebabkannya adalah perbedaan perolehan nilai rata-rata berdasarkan sub aspeknya, yaitu aspek afektif 5 sub dan aspek psikomotor 3 sub. Untuk itulah kelemahan tersebut perlu diperbaiki guru maupun siswa agar dalam melaksanakan proses pembelajaran lebih baik lagi pada siklus II selanjutnya,yaitu memberikan bimbingan khusus pada siswa yang kesulitan memahami materi pokok, berikan contoh yang lebih konkrit.
3. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Penelitian Secara lebih rinci dan jelasnya perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru dan pengamat pada siklus II ini adalah sebagai berikut: Mempersiapkan peta konsep materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia yang telah disusun berdasarkan siklus I. 1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Mempersiapkan rencana pembelajaran materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. 3) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. 4) Mempersiapkan alat peraga/media yang akan dipergunakan dalam proses pembelajaran berkaitan dengan materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia, misalnya: torso manusia, LKS. 5) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I dan II) dan penjelasan cara pengisian lembar pengamatan (observasi). b. Pelaksanaan 1) Guru melakukan langkah pembelajaran sesuai dengan RPP dengan berupaya memperbaiki kelemahan aspek-aspek pembelajaran yang telah dilakukannya pada siklus I.
41
2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan buku panduan kegiatan belajar mengajar dengan berupaya memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I, baik yang berhubungan dengan aspek kognitif, aspek afektif maupun psikomotor. 3) Pengamat melakukan pengamatan sesuai dengan instrumen pengamatan tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. c. Observasi Sasaran observasi perbaikan pembelajaran siklus II pada dasarnya sama dengan sasaran observasi perbaikan pembelajaran siklus I yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, yaitu aspek afektif dan psikomotor yang berhubungan dengan materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. Analisis data siklus II pada dasarnya sama dengan analisis data siklus I, perbedaannya terletak pada hasil data yang diperoleh, baik yang berhubungan dengan aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru maupun aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA. Adapun data hasil evaluasi dan pengamatan pada siklus II tersaji dalam tabel berikut: Tabel 3 Perolehan Hasil Evaluasi Siklus II KETUN
NILAI SIKLUS PENJA
≤ 67
≥ 68
KOG NITIF
%
I
25
15
58
37,5%
I
16
24
72
60%
67
II
7
33
75
82%
76
JAGAN
PSIKO MOTOR
AFEKTIF
TASAN
Data pada tabel diatas
II
RT
I
II
68
67,5
68
68
76
76
75
75
menunjukkan
AKTIFITAS GURU (APKG 2) RT
68 75
I
II
76,3
86,1
92,2
96,2
APKG 1 RT
81,2 94,2
I
64,3 81
II
77,6 84,3
hasil nilai kognitif (evaluasi),
Afektif dan psikomotor (pengamatan), terlihat bahwa rata-rata kelas ada
RT
71 82,6
42
peningkatan. Baik rata-rata prestasi atau persentasenya, artinya rata-rata nilai prestasi meningkat dari 72 (pada siklus 1) menjadi 75 dan ketuntasan dari 60 % menjadi 82 %. Sedangkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai prestasi individu siswa juga sudah meningkat dari 24 siswa yang mendapat nilai dibawah ≤ 68 menjadi 33 siswa. dari data di atas terlihat bahwa sudah 82 % siswa yang tuntas Berarti siswa sudah menguasai IPA materi pokok macammacam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia dan telah memenuhi indikator kerja. Data indikator aspek-aspek proses kemampuan yang dilakukan guru dengan instrumen pengamatan (dengan APKG-2) yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang dila kukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan. Adapun data hasil pengamatan pada siklus II tentang aspekaspek proses pembelajaran yang dilasanakan guru sudah mencapai 94,2 %. d. Refleksi Dari rata–rata kelas yang 75 berarti bahwa siswa telah menguasai materi pembelajaran yang artinya dalam siklus II ini nilai prestasi siswa maupun persentase siswa sudah dapat memenuhi indikator kerja. Sedangkan dari 40 siswa kelas IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 sudah 33 siswa (82 %) mendapatkan nilai prestasi ≥ 68, yang berarti 82 % telah tuntas atau sudah memenuhi indikator kerja sekurang-kurangnya 75 % siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 mendapat nilai macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA. Dengan rata- rata prestasi kelas macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA yang 75 dan 82 % siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010
telah
memenuhi indikator macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA siklus II dinyatakan tercapai. Kekurangan yang
43
ada pada siklus sebelumnya dapat teratasi dan hasil yang didapat telah tercapai dan dapat menjawab indikator kerja yang telah ditetapkan. Dari rata-rata persentase tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat dikategorikan baik (75 %), menunjukkan bahwa lebih dari setengah aspek-aspek proses pembelajaran sudah dapat dikuasai oleh guru, sehingga penampilan mengajarnya dapat dikategorikan baik,. Untuk itulah pada siklus II penampilan mengajar guru sudah sangat optimal, sehingga kelemahan-kelemahannya tidak ditemukan.
B. Pembahasan 1. Siklus I Dari data-data yang telah didapat bahwa pelaksanaan pembelajaran pada tiap- tiap siklus sangat bervariasi terlebih kekurangan/kelemahannya. Pada siklus I rata-rata prestasi kelas yang diambil dari nilai evaluasi sudah ada peningkatan dari 58 menjadi 72 prestasi individu siswapun mengalami peningkatan dari 15 siswa yang mendapat nilai ≥ 68 pada tes penjajagan menjadi 24 siswa , 24 siswa (60 %) mendapatkan nilai tuntas dan dari hasil pengamatan rata-rata 67,5 untuk afektif dan 68 untuk psikomotor sedangkan rata-rata aspek-aspek yang dilaksanakan guru 60 % cukup. Dari data diatas perlu adanya perbaikan /penyempurnaan pada siklus II. Penampilan guru, pemahaman materi, pemberian motivasi, bimbingan pelaksanaan diskusi maupun dalam pemahaman materi yang menjadi kelemahan pada siklus ini. 2. Siklus II Pada siklus II rata-rata prestasi kelas yang diambil dari nilai evaluasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 72 menjadi 75, prestasi individu siswapun mengalami peningkatan dari 33 siswa yang mendapat nilai dibawah 67 pada siklus I menjadi 7 siswa , dari 16 siswa (25 %) mendapatkan nilai tuntas pada siklus I menjadi 24 siswa (60 %) untuk siklus ini. Sedangkan nilai hasil pengamatan meningkat dari 67,5 pada siklus I menjadi 76 (afektif) dan dari 68 pada siklus I menjadi 75 (psikomotor). Untuk penampilan guru
44
juga mengalami kenaikan dari 81,2 % menjadi 94,2 %. Perbaikan kekurangan pada siklus I menjadi treatment pada siklus ini. Dari uraian pada siklus II diatas indikator kerja yang telah ditetapkan tercapai, maka siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 telah tuntas dalam pembelajaran macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA. 3. Pembahasan Antar Siklus Dari uraian tiap-tiap siklus dapat kita simpulkan bahwa dalam setiap siklus terlihat ada peningkatan dibanding keadaan/pada siklus sebelumnya, baik prestasi belajar yang diukur melalui tes maupun dari hasil pengamatan ketika kegiatan berlangsung. Peningkatan antara kondisi awal dengan siklus 1 khusunya pada ratarata prestasi kelas dari 58 menjadi 72 sedangkan rata-rata hasil pengamatan pada siklus 1 adalah 67,5 (afektif ), 68 ( psikomotor ), jadi masih jauh dari target ketuntasan
ini disebabkan antara lain: bagi siswa pembelajaran
kooperatif adalah hal baru, siswa belum terbiasa melaksanakan pembelajaran model kooperatif sebab selama ini pembelajaran berlangsung secara tradisional sehingga keberanian siswa untuk menjawab atau mengeluarkan pendapat tidak ada, guru pada siklus ini belum begitu dapat menguasai skenario pembelajaran, bagaian mana yang harus diberi penguatan-penguatan dan masih banyak kelemahan/kekurangan pada siklus ini. Antara siklus I dan II tidak seperti perkembangan pada siklus ini begitu menggembirakan baik dalam evaluasi maupun dari hasil pengamatan terbukti untuk rata-rata prestasi kelas hasil evaluasi dari 72 menjadi 75 sedangkan dari hasil pengamatan rata-rata dari 67,5 menjadi 76 (afektif) dan dari 68 menjadi 75 (psikomotor) sedangkan aspek –aspek penampilan guru dari,81,2 % cukup menjadi 94,2 % baik, dari 60 % siswa yang tuntas belajar menjadi 82 %, ini desebabkan antara lain: siswa sudah semakin akrab dengan pembelajaran kooperatif, kerja kelompok pun sudah terlihat kekompakan, keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat sudah baik, gurupun dalam
45
menguasai keadaan/situasi kelas sudah begitu baik terbukti meningkatnya hasil dari pengamatan. Dalam siklus II inilah kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Misal: Untuk lebih jelasnya perubahan dan perkembangan data hasil belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus I sampai dengan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Siklkus II SIKLUS
KOG NITIF
AFEK TIF
PSIKO MOTOR
KETUN TASAN
APKG II
APKG I
PENJAJAGAN
58
-
-
37,5 %
-
-
I
72
67,5
68
60 %
81,2
71
II
75
76
75
82 %
94,2
82,6
Gambar 5. Grafik Histogram Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor 80 PRA SIKLUS
60
SIKLUS 1
40
SIKLUS 2
20 0 KOGNITIF
PSIKOMOTOR
Grafik Histogram Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor Gambar 6. Grafik Histogram Ketuntasan, Aktifitas Kegiatan Guru 100 80 60 40 20 PRA SIKLUS
0 KETUNTASAN
APKG 2
APKG 1
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Grafik Histogram Ketuntasan, Aktifitas Kegiatan Guru
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa setiap siklus terdapat perubahan dan perkembangan yang sangat signifikan, sehingga dapat
46
dikatakan bahwa indikator kerja yang telah ditetapkan dalam perbaikan pembelajaran yang berjudul “Penerapan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 dapat tercapai.”
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasar hasil analisis dan hal-hal yang telah dikemukakan di muka maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, selanjutnya dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw merupakan pendekatan pembelajaran dengan model pembelajaran yang dapat merangsang kreativitas berpikir siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Siswa dapat mengingat secara baik segala bentuk perilakunya, sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih optimal. 2. Peranan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebagai fasilitator dan sumber belajar yang dapat membimbing siswa dan mengarahkannya untuk mencari solusi sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. 3. Keberanian dan kemampuan berpikir kreatif merupakan modal dasar bagi siswa dalam penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang lebih berhasil. 4. Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat diatasi bersama antara siswa dengan guru sampai pada akhirnya ditemukan solusinya yang paling tepat. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
dengan
menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan tersebut dari yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik. Secara berturut-turut (berdasarkan siklus I dan II) hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Materi Pokok macam-macam
35
48
alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia pada siklus I adalah sebesar 72 dengan ketuntasan 60 %, siklus II sebesar 75 dengan ketuntasan 82 %, aspek afektif siklus I sebesar 67.5, siklus II sebesar 76, aspek psikomotor siklus I sebesar 68, siklus II sebesar 75. 5. Penerpan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri Sragen 12 Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen.
B. Saran Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dalam kajian penelitian ini selanjutnya dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk Kepala Sekolah a. Hendaknya melakukan pembinaan dan bimbingan secara lebih optimal kepada guru untuk melaksanakan tugasnya yang lebih baik. b. Hendaknya memfasilitas guru dalam melaksanakan pembelajaran, termasuk dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. c. Hendaknya memberikan motivasi, baik kepada guru maupun kepada siswa untuk melaksanakan pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan harapan. 2. Untuk Guru a. Hendaknya menjadi fasilitator dan sumber belajar yang dapat membantu siswa untuk menyerap materi pembelajaran. b. Hendaknya mampu memberikan motivasi belajar yang lebih tinggi terhadap peserta didik, sehingga hasil belajarnya menjadi lebih optimal. c. Melakukan pembimbingan secara intensif kepada siswa yang lambat dalam memahami materi pelajaran, sehingga ada kesejajaran dengan siswa lain yang lebih pandai. d. Melakukan analisis terhadap berbagai permasalahan yang terjadi, sehingga dapatsegera dicarikan solusinya.
49
3. Untuk Peserta Didik a. Hendaknya lebih aktif dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model Jigsaw, sehingga hasil belajar yang diharapkan menjadi lebih baik. b. Hendaknya mampu melakukan analisis yang tajam, akurat dan tepat terhadap setiap permasalahan yang terjadi agar segera dapat dicarikan solusinya. c. Jangan segan-segan bertanya kepada guru apabila terdapat kesulitan dalam memahamai materi pelajaran.
50
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia. Depdikbud, 1999. Model Pembelajaran Kooperatif. Semarang: Depdikbud. Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006 Jakarta: Depdiknas Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gino, Dkk.1995. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC. Meier, Dave. 2004. The Acclelerated Handbook: Panduan Kreatif dan Efaktif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa. Mohamad Nur.2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Moleong, L.J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muslimin Ibrahim, 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA. Noehi Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurhadi.2002. Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Wardani, IGAK.(2007). Materi Pokok Pemantapan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
Kemampuan
Whina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.
38