LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM Songket Jinengdalem Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Oleh: I Made Pradana Adiputra,SE,SH,M.Si, 0009117307 Ketua Tim Pengusul Gede Putu Agus Jana Susila, SE.,MBA, 0031088203 Anggota Tim Pengusul I Gd Mahendra Darmawiguna, S.Kom, M.Sc, 0004018502 Anggota Tim Pengusul
Dibiayai Oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor : 383/UN48.15/LPM/2014
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2014
ii
RINGKASAN
Songket merupakan jenis kain hasil tenunan tradisional yang setiap daerah memiliki ciri khas dan corak sendiri, tak terkecuali songket Bali. Sampai saat ini songket Bali yang sangat dikenal oleh masyarakat luas baik dalam dan luar negeri adalah yang dihasilkan oleh Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem, sedangkan songket yang dihasilkan oleh Kabupaten Buleleng kalah bersaing di pasaran karena disebabkan desain motif, produksi dan pola pemasaran dan promosi yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas. Desa Jinengdalem oleh beberapa masyarakat Bali khususnya masyarakat Buleleng mengenalnya sebagai desa penghasil kerajinan tenun songket yang sangat dikenal. Harga bahan yang terus naik, sementara harga songket yang terus menurun sehingga minat pengrajin songket di desa ini untuk menggeluti usaha tersebut juga ikut menurun.tak adanya pola produksi dan pemasaran produksi songket yang efektif dan rendahnya harga jual tenun songket sebagai bagian dari kurang pahamnya manajemen produksi dan perencanaan bisnis pengrajin turut berkontribusi akan turunnya produksi songket. Dengan tujuan dan metode kegiatan IbM yang telah dibuat maka telah dilaksanakan kegiatan pengabdian yaitu pembentukan pola kemitraan pengrajin dengan pemerintah daerah melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Propinsi/Kabupaten dengan dibuatnya sentra industri songket Jinengdalem, pemberdayaan pengrajin tenun songket melalui penguatan pemasaran produksi tenun songket melalui dibuatnya media informasi dan teknologi web songket Jinengdalem, pendampingan dan pelatihan perencanaan bisnis usaha tenun songket kepada para pengrajin melalui penyusunan buku panduan perencanaan bisnis, pendampingan dan pelatihan pembukuan (akuntansi) sederhana bagi para pengrajin dengan disusunnya buku pembukuan (akuntansi) sesderhana dan melakukan penyusunan Buku Profil “Songket Jinengdalem”.
Kata Kunci :
Songket Jinengdalem, Pola Kemitraan, Perencanaan Bisnis, Pembukuan Sederhana, Web Songket, Buku Profil
iii
PRAKATA
Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa/Hyang Widhi sehingga laporan kemajuan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) judul “IbM Songket Jinengdalem” dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Laporan kemajuan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kelompok pelaksana IbM yang telah diberi kesempatan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) bagi para pengrajin songket di Desa Jinengdalem Kabupaten Buleleng. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RImelalui Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha atas bantuan dananya sekaligus ucapan terimakasih untuk Kelompok Pengrajin Songket Desa Jinengdalem yang telah menjadi mitra baik serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan IbM ini. Semoga bermanfaat dan terimakasih.
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………..
i
Lembar Pengesahan……………………………………………………………..
ii
Ringkasan………………………………………………………………………..
iii
Prakata…………………………………………………………………………...
iv
Daftar Isi…………………………………………………………………………
v
Bab 1. Pendahuluan …………………………………………………………….
1
1.1. Analisis Situasi ……………………………………………………..
1
1.2. Permasalahan Mitra ………………………………………………..
5
Bab 2. Target dan Luaran ………………………………………………………
10
2.1. Target ………………………………………………………………
10
2.2. Luaran ……………………………………………………………...
10
Bab 3. Metode Pelaksanaan …………………………………………………….
11
Bab 4. Hasil dan Pembahasan …………………………………………………..
13
4.1. Hasil Kegiatan ……………………………………………………...
13
4.2. Pembahasan Kegiatan ………………………………………………
14
Bab 5. Penutup ………………………………………………………………….
18
5.1. Kesimpulan …………………………………………………………. 18 5.2. Saran ………………………………………………………………..
18
Daftar Pustaka Lampiran : 1. Kegiatan Pendampingan dan Pelatihan ………………………………….
21
2. Pola Kemitraan Sentra Industri Songket ………………………………...
24
3. Bahan Baku ……………………………………………………………… 25 4. Web Songket Jinengdalem ………………………………………………
26
5. Panduan Perencanaan Bisnis Songket …………………………………... 27 6. Panduan Pembukuan Sederhana Pengrajin Songket …………………….
41
7. Buku Profil Songket Jinengdalem ………………………………………. 73
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi Songket merupakan jenis kain hasil tenunan tradisional yang setiap daerah memiliki ciri khas dan corak sendiri, tak terkecuali songket Bali. Di Bali terdapat beberapa daerah pengerajin kain songket, diantaranya adalah Kabupaten Karangasem, Klungkung dan Buleleng.Sekitar akhir tahuan 1990an sampai awal tahun 2000an permintaan kain songket sedang tinggi-tingginya, sehingga pilihan sebagian besar masyarakat beralih menjadi pengerajin kain tenun karena upah dan penghasilan yang diterima lumayan tinggi untuk kerja rumahan. Corak dan motif songket Bali terus berinovasi dari tahun ke tahun seiring dengan pesatnya permintaan pasar dan sumber daya manusia (SDM) yang semakin berkembang. Selain untuk kebutuhan pasar lokal, songket Bali juga terkenal sampai ke mancanegara sehingga menjadi komuditas ekspor.Geliat permintaan pasar untuk songket Bali naik lagi diawal tahun 2010 ditandai dengan mulai bermunculannya pengerajin songket yang terus meningkat. Sampai saat ini songket Bali yang sangat dikenal oleh masyarakat luas baik dalam dan luar negeri adalah yang dihasilkan oleh Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem, sedangkan songket yang dihasilkan oleh Kabupaten Buleleng kalah bersaing di pasaran karena disebabkan desain motif, produksi dan pola pemasaran dan promosi yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas. Berikut ini beberapa contoh desain motif dari 3 (tiga) kabupaten tersebut : Ganbar 1. Tenun Kabupaten Klungkung
Tenun Songket Benang Sutra
Tenun Songket Benang Emas
1
Gambar 2. Tenun Kabupaten Karangasem
Tenun Songket Benang Sutra
Tenun Songket Benang Emas
Gambar 3. Tenun Kabupaten Buleleng
Tenun Songket Benang Sutra
Tenun Songket Benang Emas
Desa Jinengdalem oleh beberapa masyarakat Bali khususnya masyarakat Buleleng mengenalnya sebagai desa penghasil kerajinan tenun songket yang sangat dikenal selain beberapa desa lainnya di Bali seperti Desa Beratan, Desa Kalianget dan Desa Petemon. Khusus Desa Kalianget dan Desa Petemon lebih berfokus pada penghasil tenun endek sedangkan Desa Beratan sebagai penghasil tenun songket yang menurut sejarah para pengrajinnya adalah masyarakat yang dulunya berasal dari Desa Jinengdalem yang akhirnya menetap di Desa Beratan. Kain songket yang diproduksi di Desa Jinangdalem tetap eksis dan mampu bersaing di pasaran. Meski persaingan makin ketat, kain songket yang diproduksi di daerah tersebut, tetap dicari konsumen. Kondisi ini tentu saja menyebabkan kualitas kain songket menjadi hal yang amat penting. Untuk itu, pengrajin songket di Desa 2
Jinengdalem tetap mengutamakan kualitas produk yang akan dijual. Desain motif songket di masing-masing kabupaten penghasil kain songket, pada dasarnya memang tidak bisa disamakan karena hal tersebut merupakan ciri khas dan keunggulan setiap kabupaten. Para pengrajin di Desa Jinengdalem mengakui bahwa mereka merasa tidak akan kalah bersaing dengan pengrajin dari kabupten lainnya karena produksi tenun songket khas Desa Jinengdalem memiliki motifnya sendiri (khas Buleleng) dan tidak mungkin akan disamakan dengan motif di luar Kabupaten Buleleng. Mereka menyatakan tidak takut akan pengakuan desain motif karena mereka yakin bahwa hanya mereka yang bisa membuat desain motif khas Bali Utara. Pilihan produk ada pada konsumsen, motif yang mana yang menjadi pihan atau selera mereka. Saat ini jumlah pengrajin tenin songket di Desa Jinengdalem sebanyak kurang lebih 70 pengrajin. Dari sekian banyak pengrajin kain songket di Desa Jinengdalem yang masih bertahan sampai saat ini adalah pengrajin Ketut Sriponi dan Ketut Suami. Mereka adalah pengrajin sekaligus pengepul kain songket. Ketut Sriponi memiliki 10 anggota pengrajin sedangkan Ketut Suami memiliki anggota 3 pengrajin. Perbedaan keduanya adalah apabila Ketut Sriponi masih cukup lancar menjalankan usahanya dengan tetap melakukan proses produksi tenun dengan inisiatifnya melakukan pemasaran sendiri ke pembeli, sementara Ketut Suami dapat dikatakan macet proses produksinya hanya mengandalkan pesanan atau pemberian order penyelesaian kain songket dari Ketut Sriponi. Apabila tidak ada pesanan maka Ketut Suami dan pengrajin-pengrajinnya akan kembali menjadi ibu rumah tangga di rumahnya. Kebanyakan pengrajin melakukan usahanya secara sendiri-sendiri dengan berkelompok dengan ibu-ibu rumah tangga lainnya sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Songket yang dikerjakan tangan-tangan terampil di desa setempat ada dua jenis, yakni songket dengan sebutan pinggiran. Artinya, kain jenis ini motif tenunannya tidak sepenuhnya pada selembar kain. Hanya sebagiannya saja ditenun dengan memakai benang sutra berwarna kuning keemasan. Sementara songket jenis lain, yakni pada selembar kain penuh ditenun. Harganya berbeda, karena pemakaian bahan bakunya juga berbeda. Jika tenunannya penuh, harganya mahal. Namun, kalau sebagian saja, harganya lebih murah. Saat ini perkembangan penggunaan bahan baku tenun songket beralih menggunakan benang biasa/sutra bukan benang emas dengan bahan dasar kain menggunakan kain sutra. Manajemen usaha yang dilakukan para pengrajin adalah manajemen usaha rumah tangga secara sederhana dengan satu orang sebagai koordinator atau pengepul. Setiap 3
pengrajin yang dalam hal ini adalah para ibu rumah tangga bekerja dengan alat tenun yang disebut “cag-cag”, bekerja sesuai pesanan maupun produksi massa/terus-menerus. Sebagaimana manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Machfoedz, 2007), dimana para pengepul kemudian memberikan upah kepada para pengrajin yang telah menyelesaikan proses produksi tenun songket. Sementara itu aspek pemasaran termasuk promosi produksi yang masih dilakukan secara parsial/sendiri-sendiri semakin membedakan kuantitas produksi dan penghasilan para pengrajin. Bahkan sebagian pengrajin bersikap pasif hanya menunggu pesanan datang. Mereka mencari pembeli produk dengan hanya mengandalkan perkenalan dan membawa sendiri produksi kain songket ke kota Denpasar dan cenderung lebih banyak ditawarkan kepada pengusaha salon pengantin bali. Kondisi tersebut sebetulnya akan menjadi lebih efektif apabila pola pemasaran atau promosi produk dilakukan melalui penggunaan akses teknologi informasi seperti web yang dapat menunjang pula pada meningkatnya jumlah produksi dan penghasilan bagi para pengrajin. Dalam web tersebut secara efektif akan diperkenalkan desain motif kain songket ciri khas Buleleng khususnya dari Desa Jinengdalem sehingga akan menggairahkan produksi tenun songket. Dikenalnya Desa Jinengdalem sebagai sentra industri kain songket di Kabupaten Buleleng jaman dulu akan kembali memilki eksistensi dengan dibuatnya Buku Profil Songket Jinengdalem yang akan dipasarkan ke masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri untuk memperkenalkan bahwa tenun songket Bali bukan hanya dari Klungkung dan Karangasem. Diterapkannya manajemen rumah tangga dalam pengelolaan hasil produksi kain songket di Desa Jinengdalem tentu saja akan berdampak pada pengelolaan keuangan pengrajin yang masih sangat minim pengetahuan tentang perencanaan usaha/bisnis yang baik. Pengetahuan bagaimana seharusnya melakukan perhitungan harga jual, keuntungan dan pemberian upah bagi para pengrajin tentu saja tanpa disadari dapat menjadi kendala bagi proses produksi selanjutnya dan bahkan kerugian karena salah menaksir biaya-biaya produksi dan margin keuntungan yang harusnya diperoleh. Oleh karena itu diperlukan pemberdayaan pengrajin kain songket di Desa Jinengdalem tersebut dengan menguatkan pola produksi dan pemasaran/promosi melalui penguatan kelompok pengarjin dengan pembuatan web yang bertujuan agar kedepannya Desa Jinengdalem akan dikenal sebagai Desa Tenun Songket Bali Utara/ sentra industri, upaya penyadaran melalui pengelolaan manajemen bisnis melalui pembukuan dan perencanaan bisnis dan penyusunan Buku Profil Songket Jinengdalem.Pemberdayaan 4
diterjemahkan bahwa masyarakat memiliki pilihan untuk kepentingannya sendiri, sehingga mereka harus bisa mempengaruhi keputusan yang terkait dengan hidup mereka (Mahbub Ul Haq dalam Mardikanto, 2010)
1.2. Permasalahan Mitra Desa Jinengdalem dahulu dikenal sebagai desa sentra industri tenun songket yang memiliki nama besar khususnya di Kabupaten Buleleng. Harga bahan yang terus naik, sementara harga songket yang terus menurun sehingga minat pengrajin songket di desa ini untuk menggeluti usaha tersebut juga ikut menurun. Kondisi tersebut disertai dengan minimnya modal yang dimiliki oleh pengrajin sebagai masalah klasik. Sementara itu tak adanya pola produksi dan pemasaran produksi songket yang efektif dan rendahnya harga jual tenun songket sebagai bagian dari kurang pahamnya manajemen produksi dan perencanaan bisnis pengrajin turut berkontribusi akan turunnya produksi songket. Padahal dilihat dari desain motif dan inovasi motif desain oleh para pengrajin sudah dapat bersaing dengan penghasil tenun songket lainnya di Bali seperti Klungkung dan Karangasem sesuai dengan ciri khas songket masing-masing daerah. Harapan para pengrajin adalah tradisi menenun songket bisa kembali bergairah dengan adanya perhatian dari pemerintah daerah untuk akses pemasaran dan strategi penjualan tenun songket sehingga dapat dinilai dengan harga sesuai kualitas motif dan biaya produksinya.Dalam hal ini pemerintah daerah dapat bersinergi dengan pihak swasta yang memilki kepedulian atas hasil kerajinan tenun songket khas Desa Jinengdalem. Pengrajin Tenun Songket Ketut Sriponi yang telah menekuni usaha tenun songket selama 2 tahun menyatakan bahwa pengrajin tenun songket di Desa Jinengdalem saat ini berjumlah kurang lebih 70 orang pengrajin. Ironisnya data tersebut tidak terdapat dalam Buku Profil Desa Jinengdalem karena jumlah tersebut mengalami penurunan sangat tajam dari jumlah pengrajin sebelumnya saat masa kejayaan tenun songket saat itu masih dimana masih banyak ditekuni sebagai mata pencaharian oleh sebagian besar masyarakat Desa Jinengdalem. Untuk bahan baku tenun songket para pengrajin memperoleh bahan bakunya sendiri baik benang emas maupun benang sutra dari Denpasar, Singaraja (satu-satunya di UD Artha Dharma) ataupun dari Klungkung. Motif desain khas Buleleng diantaranya Patra Sari, Patra Punggul, Cakra Kurung, Tambalan dan motif lainnya. Sedangkan jenis produksi kain songket mayoritas yang dihasilkan adalah saput dan kamben. Produksi dilakukan baik secara non order dengan inovasi desain motif maupun melalui by 5
orderdengan desain motif berdasarkan pesanan konsumen. Saput dikerjakan selama kurang lebih 1 minggu dengan panjang rata-rata 60 – 90 cm dengan upah pembuatan rata-rata Rp. 100.000,- s/d Rp 150.000 per saput per orang untuk panjang 60 cm sedangkan upah pembuatan rata-rata Rp 200.000,- per saput per orang untuk panjang 90 cm. Untuk jenis kamben dengan panjang 2 meter dengan waktu pengerjaan rata-rata 1 bulan diberikan upah pembuatan rata-rata Rp. 450.000,- per kamben per orang. Produksi tenun songket baik kamben maupun saput sebanyak rata-rata 10-15 lembar/bulan. Harga jual untuk kamben songket antara Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.500.000,- per lembar, untuk saput songket berkisar Rp. 600.000 s/d Rp. Rp. 1.000.000,- per lembar. Omzet bersih yang diperoleh rata-rata Rp. 15.000.000,- s/d 20.000.000,- /bulan. Pengrajin tenun songket Ketut Suami lebih tidak seberuntung Ketut Sriponi. Produksi tenun songketnya rata-rata 5 s/d 6 lembar per bulan dengan harga jual untuk kain kamben rata-rata Rp. 1.500.000/lembar dan saput rata-rata Rp. 500.000/leebar. Omzet bersih yang diperoleh rata-rata sebesar Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-. Pemasaran tenun songket yang dihasilkan oleh Ketut Sriponi dan Ketut Suami hanya dilakukan hanya di seputaran kota Singaraja dan Denpasar. Pola pemasaran yang dilakukan hanya berdasarkan door to door dan kepercayaan antara pedagang dan pembeli. Padahal bagi Ketut Sriponi dan Ketut Suami, pemasaran merupakan aspek penting bagi peningkatan produksi dan keuntungan mereka. Dalam hal ini tugas pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menghantarkan nilai kepada pelanggan (Kotler dan Keller, 2009) Sementara itu dalam proses penjualan produksi tenun songket berdasarkan taksiran harga jual yang hanya melihat keuntungan yang diperoleh, bukan berdasarkan metode akuntansi biaya yang harus memasukkan aspek lain seperti biaya produksi, penentuan harga pokok produksi dan margin keuntungan.Ketut Sriponi dan Ketut Suami selama ini hanya melakukan pencatatan sederhana terhadap biaya produksi, upah tenaga kerja dan keuntungan berdasarkan order tanpa mempertimbangkan biaya-biaya lain yang sebenarnya sangat berpengaruh terhadap harga jual produk tenun songket. Perkembangan kain tenun songket asli Jinengdalem
sebenarnya
telah
mendapatkan perhatian oleh perusahaan penerbangan Garuda dan Yayasan Cita Tenun Indonesia (CTI) yang pernah pelatihan dan pengembangan tenun bagi pengrajin tenun songket dari Desa Jinengdalem. Akan tetapi kegiatan tersebut belum memberikan
6
stimulus baik bagi para pengrajin karena hanya bersifat tanggungjawab sosial dan belum menyentuh substansi permasalahan pengrajin. Analisis permasalahan mitra akan dilihat berdasarkan analisis SWOT sesuai dengan kondisi di lapangan sekaligus sebagai permasalahan bagi pengrajin tenun songket di Desa Jinengdalem adalah : 1. Kekuatan (Streng) a. Pangsa Pasar yang masih luas b. Variasi Desain dan Motif c. Ketrampilan/keuletan pengrajin d. Lembaga Perkreditan Desa untuk pemberian fasilitas simpan pinjam 2. Kelemahan (Weakness) a. Kesulitan akses pembiayaan b. Kurangnya ketersediaan ruang publik untuk pemasaran/promosi 3. Peluang (Opportunities) a. Perkembangan industri pariwisata b. Program bantuan modal pemerintah c. Kemungkinan kerjasama akademisi, pelaku usaha dan pemerintah d. Pengembangan desain e. Kemungkinan dikembangkan menjadi komoditi unggulan daerah 4. Ancaman (Threats) a. Letak usaha yang jauh dari pusat Ibukota Propinsi b. Rendahnya daya beli masyarakat c. Rendahnya apresiasi terhadap karya seni d. Daya saing produk lemah jika dibandingkan dengan daerah lain yang lebih maju
Berdasarkan analisis SWOT diatas maka akan dianalisis permasalahan mitra sebagai berikut : 1. Pengrajin tenun songket di Desa Jinengdalem mengalami kesulitan mendapatkan akses informasi pangsa pasar dan pemasaran karena merasa kalah bersaing dengan para pengrajin tenun songket dari Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. 2. Kondisi pengrajin tenun Desa Jinengdalem hanya berdasarkan idealisme dan pasrah dengan kemampuan masing semata tanpa tujuan usaha yang pasti padahal 7
potensi pengrajin sangat besar dengan kemampuan ide motif desain yang bersaing membuat para pengrajin menjual dan memasarkan hasil produksi tenun songket secara sendiri-sendiri dan tak terarah. Mereka menekuni tenun songket ini selain sebagai usaha keluarga, pengisi waktu sebagai istri juga untuk mempertahankan dan melestarikan nama Desa Jinengdalem sebagai penghasil tenun songket ternama di Kabupaten Buleleng sejak dahulu kala. 3. Belum dimilikinya kemampuan mengelola usaha dan berbagai hal-hal yang terkait dengan perencanaan bisnis sehingga setiap pengrajin belum dapat memperkirakan berapa jumlah produksi, penentuan harga jual, peramalan penjualan dan perhitungan keuntungan/laba yang baik.Pencatatan sederhana terhadap setiap hasil produksi dan omzet keuntungan yang diterima mengakibatkan pengrajin belum dapat memahami proses akuntansi yang baik.Masih banyak pengusaha kecil yang belum melakukan pencatatan atas laporan keuangan usahanya dengan baik. Bahkan, ada juga yang tidak melakukan pencatatan.
Pelaku
UMKM
memiliki
keterbatasan-keterbatasan
untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2013). 4. Perhatian pemerintah daearah yang minim menambah kesulitan para pengrajin tenun songket untuk dapat bertahan untuk menjalankan usahanya. Mereka memilki skill yang sangat luar biasa dengan desain motif sesuai dengan ide kreatif sendiri maupun pesanan para pembeli. Pelatihan apapun bentuknya bukanlah hal yang mereka inginkan selama ini akan tetapi akses promosi sekaligus penjualan produknya adalah hal yang mereka harapkan. Di setiap kabupaten/kota dan propinsi terdapat Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Pasal 3 Anggaran Dasar Dekranas) yang harusnya merangkul dan membina para pengrajin. Seperti dalam Pasal 5 point c Anggaran Dasar Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) disebutkan bahwa Dekranasda : “memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan perajin dan peminat dengan mendorong semangat kewirausahaan
mereka”.
Selanjutnya
point
e
bahwa
Dekranasda
:
“mempromosikan produk hasil kerajinan dalam rangka perluasan pangsa pasar di dalam dan di luar negeri. Kenyataannya, para pengrajin merasa belum ada perhatian dari dewan ini. Menurut ibu Ketut Sriponi, pihak perusahaan Garuda dan Lembaga Cita Tenun Indonesia yang lebih menujukkan perhatiannya pada kondisi pengrajin dalam memberikan pelatihan dan pemberdayaan pengrajin. 8
Akan tetapi upaya tersebut belum maksimal karena hanya bersifat parsial dan insidentil dan tergantung dari kemauan pengrajin apakah mau maju atau hanya bertahan dalam menjalankan usahanya. 5. Tenun songket Desa Jinengdalem telah dikenal sebagai songket yang memiliki nilai seni tinggi dari Kabupaten Buleleng sama seperti halnya tenun songket dari Kabupaten Klungkung dan Karangasem. Ketiadaan informasi untuk publik atas kenyataan tersebut membuat tenun songket Desa Jinengdalem hanya diketahui oleh sebagian kecil pihak luar. Banyak yang tidak tahu bahwa kualitas tenun songket dan nilai seni yang tinggi atas produksi tenun songket Desa Jinengdalem sebagai ciri khas tenun songket Kabupaten Buleleng adalah karya seni yang harus dipertahankan dan diangkat sebagai kebudayaan daerah yang patut dikenal dan dilestarikan.
Berdasarkan permasalahan mitra tersebut maka justifikasi tim pengusul dengan mitra dalam menentukan persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama pelaksanaan IbM adalah : 1. Pola kemitraan pengrajin dengan pemerintah daerah dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Propinsi Bali/Kabupaten Buleleng dengan dibuatnya sentra songket Jinengdalem. 2. Pemberdayaan pengrajin tenun songket melalui penguatan produksi dan pemasaran produksi tenun songket melalui dibuatnya media informasi dan teknologi web songket Jinengdalem. 3. Pemahaman perencanaan bisnis usaha tenun songket kepada para pengrajin. 4. Pemahaman pelatihan pembukuan (akuntansi) sederhana bagi para pengrajin. 5. Penyusunan Buku Profil “Songket Jinengdalem”
9
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
2.1. Target Target pengabdian pada masyarakat IbM ini adalah Kelompok Pengrajin Songket Desa Jinengdalem yang terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu Kelompok Pengrajin Songket Ketut Sriponi dan Kelompok Pengrajin Songket Ketut Suami. Mereka adalah para pengrajin yang bertahan sampai saat ini dalam melakukan produksi tenun songket berdasarkan idealisme dan pasrah dengan kemampuan masing-masing semata. Mereka tidak memiliki tujuan usaha yang pasti padahal potensi pengrajin sangat besar dengan kemampuan ide motif desain yang bersaing membuat para pengrajin menjual dan memasarkan hasil produksi tenun songket secara sendiri-sendiri dan tak terarah pengelolaanya.
2.2. Luaran Kegiatan Pengabdian Masyarakat IbM yang dilaksanakan untuk pengrajin tenun songket di Desa Jinengdalem dilakukan melalui sosialisasi, pendampingan dan pelatihan tersebut akan menghasilkan luaran sebagai berikut : 1. Pola kemitraan pengrajin dengan pemerintah daerah dan Dekranasda Propinsi Bali atau Kabupaten Buleleng. 2. Web Songket Jinengdalem berisi informasi tentang perkembangan songket khususnya desain motif songket Bali Utara dan akses pemasaran songket. 3. Buku perencanaan bisnis/usaha produksi songket ruang lingkup industri rumah tangga. 4. Buku panduan pembukuan (akuntansi) pengelolaan usaha kecil/industri rumah tangga 5. Buku Profil “Songket Jinengdalem”
10
BAB 3. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan dari bulan Mei sampai dengan Nopember 2014 di Desa Jinengdalem melalui metode pelaksanaan meliputi tahap sosialisasi dan diseminasi, tahap pelatihan dan tahap pendampingan usaha mitra yang dilakukan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi persoalan mitra yaitu : 1. Melakukan pola kemitraan dengan baik dengan pemerintah daerah dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda Kabupaten Buleleng dan Propinsi Bali) dengan dibuatnya sentra songket Jinegdalem. Pola kemitraan ini akan dilakukan dengan metode sosialisasi dan diseminasi Dengan hal ini maka pengrajin akan mendapat akses produksi dan akses promosi/pemasaran hasil kerajinan. 2. Pemberdayaan pengrajin melalui penyediaan fasilitas berupa komputer dan jaringan internet untuk akses informasi perkembangan tenun songket di Indonesia, pola produksi dan promosi/pemasaran, pangsa pasar tenun songket sekaligus pembuatan website. Metode yang digunakan adalah sosialisasi dan pendampingan pada pengrajin yang dilibatkan dengan menjadi informan untuk melengkapi bahan web sehingga terjadi penguatan produksi dan akses pemasaran dengan saranan IT. 3. Perencanaan bisnis bagi pengrajin dengan metode sosialisasi, pedampingan dan pelatihan perencanaan bisnis bagi pengrajin terkait perencanaan usaha songket. Langkah selanjutnya dilakukan penyusunan buku panduan perencanaan bisnis. 4. Proses kegiatan pembukuan (akuntansi) sederhana dengan metode sosialisasi, pendampingan dan pelatihan kepada pengrajin terkait cara pembukuan yang baik dan benar sehingga mereka dapat melakukan perhitungan harga pokok produksi, harga jual, dan keuntungan penjualan. Langkah selanjutnya dilakukan penyusunan pembukuan (akuntansi) bagi pengrajin. 5. Menyusun buku profil industri tenun songket Desa Jinengdalem dengan judul “SONGKET
JINENGDALEM”.
Dengan
metode
sosialisasi
dan
pendampingan, pengrajin sebagai informan untuk menggali informasi sejarah, motif desain Jinengdalem, produksi dan pemasaran songket.
11
Seluruh pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat akan diformulasikan seperti gambar 1. berikut ini : Gambar 1. Gambaran Ipteks Yang Akan Ditransfer Kepada Mitra
Pengrajin Tenun Songket yang mandiri secara desain motif dan alat produksi
SOLUSI YANG DITAWARKAN
MASALAH MITRA
TARGET LUARAN
Transfer Ilmu Manajemen Produksi, Bisnis, Pemasaran Akuntansi dan IT
PEMECAHAN MASALAH MITRA MELALUI : 1. POLA KEMITRAAN PENGRAJIN DENGAN PEMDA DAN DEKRANASDA 2. PEMBUATAN WEB UNTUK INFORMASI PERKEMBANGAN SONGKET DAN AKSES PEMASARAN SONGKET 3. PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PERENCANAAN BISNIS KEPADA PARA PENGRAJIN SONGKET 4. PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PEMBUKUAN (AKUNTANSI) SEDERHANA KEPADA PARA PENGRAJIN 5. PENYUSUNAN BUKU PROFIL SONGKET
12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan Pelaksanaan program IbM Songket Jinengdalem yang dilaksanakan dari Bulan Mei sampai September 2014 telah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan seperti ditampilkan dalam Tabel 1. Hasil Kegiatan IbM Songket Jinengdalem berikut ini. Tabel 1. Hasil Kegiatan IbM Songket Jinengdalem No. Kegiatan 1. Pola Kemitraan Pengrajin dengan
Target Sentra Songket
Capaian Sentra Songket Jinengdalem
Jinengdalem
Dekranasda 2.
3.
Pembuatan website
Website songket
Website diakses melalui laman
songket
Jinengdalem
www.songketjinengdalem.com
Perencanaan bisnis
Buku Panduan
Buku Panduan Perencanaan
bagi pengrajin pada
Perencanaan Bisnis
Bisnis sebagai pemotivasi bagi
tahapan penyusunan
pengrajin tentang alasan
buku panduan
wirausaha, memulai usaha, kiat
perencanaan bisnis.
usaha, logo dan kemasan produk
4.
Penyusunan buku
Buku panduan
Buku panduan pembukuan
panduan pembukuan
pembukuan
(akuntansi) sederhana bagi
(akuntansi)
(akuntansi) sederhana
pengrajin songket : Penentuan
sederhana bagi
bagi pengrajin songket
Harga Pokok Produksi dan
pengrajin songket 5.
Harga Jual Produk
Penyusunan buku
Buku profil industri
Buku profil industri tenun
profil industri tenun
tenun songket Desa
songket Desa Jinengdalem
songket Desa
Jinengdalem dengan
dengan judul “SONGKET
Jinengdalem dengan
judul “SONGKET
JINENGDALEM”.
judul “SONGKET
JINENGDALEM”.
JINENGDALEM”.
13
4.2. Pembahasan Kegiatan Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat IbM Songket Jinengdalem bagi para pengrajin songket dengan melibatkan 2 (dua) kelompok pengrajin songket Ni Ketut Sriponi dan Ketut Suami elah melaksanakan seluruh kegiatan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu tahap sosialisasi dan diseminasi, tahap pelatihan dan tahap pendampingan usaha mitra. Tahapan kegiatan pengabdian dilakukan berdasarkan analisis situasi mitra khususnya menentukan waktu bagi mitra dan kelompok pengrajin untuk berkumpul bersama menerima tahapan kegiatan baik oleh tim pelaksana kegiatan dan narasumber. Sebelum kegiatan pengabdian dilaksanakan sebelumnya telah dilakukan penentuan lokasi pelatihan dan pendampingan berdasarkan kalender kerja dan kesepakatan tim pelaksana dengan mitra sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan efektif mengingat para pengrajin songket adalah para ibu rumah tangga yang juga mempunyai kesibukan baik dalam lingkungan rumah tangga dan kegiatan desa. Sebelumya juga dilakukan koordinasi dengan pihak desa dengan bertemu kepala desa guna mendapatkan dukungan pelaksanaan kegiatan pengabdian pada mastarakat IbM ini karena diharapkan kedepan akan terbentuk sentra industri songket Jinengdalem. Pada dasarnya kegiatan pengabdian IbM ini adalah untuk mengangkat kembali songket Jinegdalem yang telah mati suri untuk beberapa waktu lamanya dilihat berdasarkan kemampuan pengrajin secara individu dan bukan berdasarkan pola produksi selama ini yaitu menghasilkan produksi songket secara pesanan akan tetapi diambil oleh pengepul di wilayah Buleleng untuk dijual kembali.Oleh karena itu kegiatan IbM ini lebih banyak difokuskan pada kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi para pengrajin utamanya dalam desain motif songket. Kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan melakukan tukar pikiran dengan salah satu pengrajin dari Kabupaten Karangasem untuk mengubah pola pikir pengrajin yang masih bertahan pada pola produksi lama yang sangat mempertahankan motif khas Buleleng yang minim diminati oleh masyarakat. Selanjutnya dilakukan pelatihan pembuatan songket dengan memberi sentuhan modifikasi pada songket motif khas Bali Utara berikut upaya-upaya menentukan pola produksi yang efektif sehingga dapat membangkitkan semangat berproduksi dan akan menguntungkan bagi kelompok pengrajin. Komunikasi antara tim pelaksana dengan kelompok pengrajin selama kegiatanberjalan dirasakan sangat efektif guna mendapatkan informasi tentang aktivitas 14
produksi songket sehingga memberikan informasi untuk penyusunan buku perencanaan bisnis, pembukuan sederhana dan buku profil songket Jinengdalem.
a.
Melakukan pola kemitraan dengan baik dengan pemerintah daerah dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda Kabupaten Buleleng dan Propinsi Bali). Penyiapan pola kemitraan dilakukan melalui koordinasi dengan pihak Dekranasda Kabupaten Buleleng untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi tentang keberadaan songket Jinengdalem dan upaya untuk membangkitkan kembali potensi pengrajin dan kerajinan songket untuk pemberdayaan individu pada kelompok pengrajin. Kegiatan dilakukan oleh tim pelaksana ke Kantor Dekranasda Kabupaten Buleleng di Jalan Melur Singaraja. Tim pelaksana memberikan penjelasan kegiatan pengabdian pada masyarakat IbM dan meminta pihak Dekranasda untuk turut mendukung rencana pola kemitraan antara pengrajin songket Jinengdalem dengan pihak Dekranasda dan penyiapan materi pola kemitraan. Pada kegiatan ini disiapkan sentra industri songket Jinengdalem dengan penyediaan ruangan yang berisikan display hasil produksi songket dan penyediaan sarana komputer untuk digunakan pengrajin dalam akses produksi dan pemasaran produk songket.
b.
Pembuatan Website Songket Jinengdalem. Pada kegiatan pembuatan web ini dilakukan pengumpulan data/materi isian web songket meliputi sejarah umum songket, sejarah khusus songket Jinengdalem, profil pengrajin songket di Desa Jinengdalem dan dokumentasi songket untuk ditampilkan di web. Kegiatan dilaksanakan oleh tim pelaksana dengan dukungan para pengrajin dan aparat desa yaitu Kepala Desa dan tokoh adat Desa Jinengdalem. Sampai saat ini proses pembuatan web masih berjalan untuk melengkapi isian web. Dengan adanya web ini diharapkan dapat membantu pengrajin dalam melakukan promosi hasil kerajinan songket dan sarana komunikasi secara on line dengan pengrajin dibantu oleh keluarga pengrajin yang paham tentang IT, mengingat pengrajin adalah ibu-ibu yang tidak paham tentang IT. Web songket Jinengdalem telah dapat diaskes melaui www.songketjinengdalem.com.
15
c.
Perencanaan bisnis bagi pengrajin pada tahapan penyusunan buku panduan perencanaan bisnis. Pada kegiatan perencanaan bisnis bagi pengrajin, kegiatan yang dilaksanakan
meliputi pengumpulan data/materi sehubungan aktivitas usaha
pengrajin songket guna mendapatkan masukan penyusunan materi buku panduan perencanaan bisnis sebelum nantinya dilakukan sosialisasi dan pendampingan dan pelatihan perencanaan bisnis. Untuk lebih meningkatkan produktivitas pengrajin songket dilakukan pendampingan dan pelatihan motif songket Jinengdalem dengan menghadirkan pengrajin songket Made Suabawa asal Karangasem. Pada pelatihan ini dilakukan tukar pikiran tentang pola produksi dan upaya penciptaan motif-motif baru songket tanpa meninggalkan kekhasan songket Jinengdalem/Bali Utara. Kegiatan dihadiri 2 (dua) kelompok pengrajin songket sebanyak 30 orang dan diikuti dengan antusias oleh pengrajin. Kegiatan pendampingan dan pelatihan dilaksanakan secara kontinyu dengan cara komunikasi efektif dan dua arah antara tim pelaksana dengan pengrajin. Pada dasarnya diharapkan dengan sebuah perencanaan bisnis (usaha) bagi pengrajin songket adalah adanya motivasi untuk melakukan usaha melalui pemahaman terhadap alasan wirausaha, memulai usaha, kiat usaha, logo dan kemasan produk.
d.
Buku panduan pembukuan (akuntansi) sederhana bagi pengrajin songket. Pada kegiatan penyusunan buku pembukuan sederhana bagi pengrajin ini, kegiatan yang dilaksanakanmelaluiinterview dengan para pengrajin sehubungan dengan biaya-biaya produksi songket, penentuan harga jual sampai dengan penentuan laba usaha sebagai pedoman bagi pengrajin agar paham dan cermat dalam melakukan aktivitas usahanya sebelum nantinya dilakaukan pendampingan dan pelatihan. Mengingat keberadaan pengrajin yang rata-rata berpendidikan SD, maka dilakukan pendampingan terlebih dahulu tentang bagaimana melakukan perhitungan keuntungan usahanya secara sederhana dari berapa modal usaha yang dikeluarkan sampai dengan besarnya biaya produksi sampai menentukan tingkat keuntungan setiap produk songket yang dihasilkan. Kegiatan pengumpulan datadan pendampingan dilaksanakan dengan secara kontinyu melalui pertemuan di tempat pengrajin dengan penyampaian materi secara sederhana dengan bahasa yang dipahami oleh pengrajin.
16
e.
Penyusunan buku profil industri tenun songket Desa Jinengdalem dengan judul “SONGKET JINENGDALEM”. Pada kegiatan penyusunan buku profil ini, para pengrajin sebagai informan untuk menggali informasi sejarah, motif desain Jinengdalem, produksi dan pemasaran songket.Upaya pencarian sejarah tentang songket di Bali dan sejarah songket Jinengdalem dilakukan ke beberapa pusat referensi yaitu perpustakaan daerah di Buleleng dan di Denpasar. Kegiatan proses pengumpulan materi terkendala mencari sejarah songket Jinengdalem berikut jenis motif yang dihasilkan pengrajin yang ternyata sebagian besar merupakan ide para pengrajin yang tidak ada kaitannya dengan makna motif songket. Solusi yang dilakukan oleh tim pelaksana adalah melakukan pencarian materi baik melalui tulisan maupun hasil penelitian dari web, melakukan interaksi dan komunikasi dengan pengrajin songket yang dapat ditemui langsung baik yang berdomisili di Denpasar dan Klungkung dan sejarah makna songket dari pengrajin Desa Jinengdalem sendiri.
17
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat IbM Songket Jinengdalem adalah: 1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian pada masyarakat memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program. Hal ini terlihat dari antusiasme pengrajin songket dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan pengabdian, efektivitas komunikasi dan kerjasama antara pengrajin dengan tim pelaksana, sehingga dapat berjalan dengan lancar. 2. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat mampu menghasilkan luaranluaran yang diharapkan oleh tim pelaksana sesuai dengan target pelaksanaan kegiatan pengabdian IbM Songket Jinengdalem
5.2. Saran Songket Jinengdalem yang saat ini sedang mengalami masalah dalam produksinya semestiya mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak yaitu pemerintah daerah dan pihak swasta sehingga keberadannya dapat disejajarkan dan bersaing dengan songket dari daeah lain di Bali khususnya Kabupaten Klungkung dan Karangasem yang hasil produksi songketnya lebih diminati oleh masyarakat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Web : Kementerian Koperasi dan UMKM. 2013. “Kadin & LPDB Kemenkop Bergandengan Tangan Demi UKM”. Tersedia www.depkop.go.id diakses pada 2 Oktober 2014. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen Pemasaran, Edisi 13 Jilid 1, Erlangga Jakarta. Machfoedz, Mahfud. 2007. Pengantar Bisnis Modern, Andi Yogyakarta. Mardikanto, Totok. 2010. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat Acuan Bagi Akademisi dan Praktisi Pemberdayaan Masyarakat, Sebelas Maret University Press Surakarta.
Peraturan Undang-Undang : Anggaran Dasar Dewan Kerajinan Nasional
19
LAMPIRAN KEGIATAN DAN LUARAN P2M IbM SONGKET JINEGDALEM
20
LAMPIRAN KEGIATAN PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN:
21
22
23
LAMPIRAN POLA KEMITRAAN MELALUI SENTRA INDUSTRI SONGKET
24
LAMPIRAN BAHAN BAKU BENANG SUTRA DAN HASIL KERAJINAN
25
LAMPIRAN WEB SONGKET JINENGDALEM
Alamat Web : www.songketjinengdalem.com
26
PANDUAN PERENCANAAN BISNIS SONGKET
OLEH TIM PELAKSANA IbM Songket Jinengdalem
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014 27
USAHA UNTUK MENCARI SEBUAH KEBAHAGIAAN ALASAN WIRAUSAHA — Banyak orang mencoba memasuki dunia wirausaha setelah ditolak bekerja pada beberapa instansi atau perusahaan atau sudah bekerja pada sebuah instansi tetapi kemudian keluar dan merintis sebuah usaha. Sektor wiraswasta menjadi alternatif terakhir setelah gagal menjadi PNS, gagal diterima kerja. Jiwa wirausaha atau enterpreneurship merupakan sesuatu yang langka dan tidak dimiliki semua orang. Berwiraswasta atau berwirausaha memerlukan keberanian dan tekad yang kuat serta halangan yang tidak mudah. Harus ada semangat dan komitmen yang kuat serta siap bersusah payah di awal untuk menuai kebahagiaan di akhir. Kemauan dan tekad yang kuat merupakan modal utama dalam membangun sebuah usaha. Mengapa pekerjaan yang “berat” tersebut banyak disarankan orang untuk dilakukan? Tentu dibalik kesusahan dan tantangan yang berat ada sesuatu yang besar bisa dicapai. Ada banyak alasan mengapa kita harus berwiraswasta . Sektor wiraswasta dari kalangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) terbukti menjadi bidang usaha yang tahan terhadap deraan krisis keuangan global. Di saat perusahaan-perusahaan besar mengencangkan ikat pinggang dan PHK massal demi efisiensi, sektor UKM dan Wirausaha justru berkembang. Mantan Karyawan perusahaan yang terkena PHK justru beramai-ramai membuka usaha baru. Ada beberapa alasan mengapa menjadi wirausahawan menjadi pilihan yang perlu dipertimbangkan: 1. Merdeka Secara Finansial Menjadi Pegawai baik itu Pegawai Swasta atau Pegawai Negeri ada batas maksimal gajinya. Misal pegawai negeri dengan golongan tertinggi ada aturanaturan gaji pokok dan beberapa tunjangan dan fasilitasnya. Meskipun seorang pegawai dapat menghasilkan laba milyaran rupiah bagi suatu perusahaan, kenaikan gajinya tidak akan sebanding dengan kenaikan laba perusahaan yang diperoleh. Selain itu kenaikan gaji terkadang tidak bisa mengimbangi kenaikan harga-harga kebutuhan hidup yang makin meningkat pesat. Selain itu meski kita memiliki prestasi yang baik jika pendidikan kita tidak cukup tinggi maka akan sulit untuk mendapatkan gaji yang tinggi. Seorang Wirausaha bisa menentukan besarnya finansial yang sampai secara tak terbatas. Banyak orang bekerja pada orang lain hanya sebagai loncatan untuk mencari modal usaha dan modal relasi. 28
Meski telah mendapatkan fasilitas yang bagus di perusaaan tidak jarang seorang dengan jiwa wiraswasta keluar dan mengembangkan usaha sendiri dengan modal pengalaman bekerja. 2. Merdeka Waktu Dengan mempunyai usaha sendiri, seorang wirausaha akan mempunyai jam kerja yang bebas, tidak terikat jam kantor , serta bebas dari pelanggaran disiplin kantor.Jika bisnis yang dijalankan sudah berjalann dengan baik tidak perlu setiap hari kita pergi ke kantor karena bisa didelegasikan kepada orang lain. waktu bisa dibagi untuk kegiatan bisnis yang lain atau aktifitas lain. Meski wirausaha memerlukan disiplin yang tinggi tetapi dengan memiliki usaha sendiri kita bisa mengatur waktu semau kita sendiri tanpa diatur oleh orang lain. Dari segi waktu wiraswasta membuat kita merdeka dari segi waktu. 3. Mewujudkan Cita-Cita Hidup Banyak orang yang memiliki cita-cita dan harapan hidup memberi banyak manfaat bagi banyak orang dan hidup sejahtera dari segi finansial. Menjadi wiraswasta akan memberi peluang orang lain mengembangkan usaha juga, paling tidak memberi peluang orang lain mendapatkan penghidupan dari usaha yang kita jalankan dengan menjadi karyawan. Dalam berwirausaha yang paling perlu perlu dikembangkan adalah motif berprestasi, kesuksesan dalam berwirausaha adalah prestasi yang ditentukan oleh diri sendiri bukan ditentukan orang lain . Motif ini mestinya menjadi filofofi dasar seorang enterpreneur.Hal kedua adalah semangat berkompetisi secara sehat, bisnis adalah persaingan menjadi yang terbaik. Persaingan yang ketat memerlukan kemauan dan tekad keras,serta kesanggupan berpacu dengan keunggulan. Motif berafiliasi juga juga perlu perlu diperhatikan karena karena wirausaha harus pandai pandai meningkatkan meningkatkan kemampuan manajerial yang mampu menggerakkan orang lain dengan sebaik-baiknya yang dilakukan dengan menjalin hubungan antar sesama yang yang baik.
Pengrajin songket yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan Bali atau ibu-ibu rumah tangga dapat membuat usaha kerajinan songket menjadi sumber kebahagiaan. Seluruh proses penenunan songket dilakukan di rumah, waktunya tidak terikat, masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kegiatan adat dan kegiatan lainnya.
29
Usaha tenun songket yang mengutamakan keterampilan tangan dan semangat menenun dari sebuah alat kayu yang disebut “cag-cag” telah banyak menghasilkan karya adiluhung yang dapat dijual dengan harga yang sangat tinggi, asalkan hasil produksinya memenuhi standar kualitas yang tinggi untuk dipasarkan ke konsumen. Tenun songket dilakukan dengan suasana hati yang riang dimana para pengrajin sambil bekerja bias bercengkerama, tidak menggunakan pikiran atau tenaga yang terlalu berat dan sesuai kemampuan fisik yang mendukung. Dengan hanya bekerja di rumah, para pengrajin dapat menghasilan pemasukan keuangan bagi diri sendiri dan keluarga. Apabila dilakukan dengan keseriusan dan komitmen yang baik maka kesejateraan pengrajin dapat lebih ditingkatkan.
30
MEMULAI USAHA CARA MEMULAI USAHA — Bagaimana harus memulai usaha? Bagaimana Cara Memulai Usaha? Pertanyaan yang seringkali menghinggapi banyak orang. Salah satu jawabannya adalah mulai melakukan usaha bisnis. Memulai suatu usaha boleh dibilang sesuatu yang cukup berat. Tidak banyak orang berani memulai usaha pada akhirnya tidak pernah berusaha. Akhirnya tidak pernah menjadi pengusaha. Berbeda dengan menjalankan suatu bisnis udaha yang sudah mapan, relatif lebih mudah. Tetapi lebih banyak orang harus memulai suatu usaha dari nol dibandingkan dengan menjalankan usaha yang sudah mapan. Menjalankan usaha dengan merintis usaha dari nol menjadikan pondasi usaha yang kuat. Kadang orang memulai usaha dari kondisi tidak tahu bagaimana memulai usaha, tetapi tetap melakukan apa adanya saja hingga akhirnya menemukan formula yang tepat dalam usahanya. Sering kita jumpai banyak orang yang berpendidikan formil tinggi menjadi pegawai dari orang yang berpendidikan lebih rendah atau bahkan “tidak berpendidikan”. Meski sebenarnya setiap orang pernah mengalami pendidikan walaupun tidak formal. Pengalaman hidup, proses melihat, mendengar dan merasakan kejadian-kejadian di sekitar kita sebenarnya adalah proses pendidikan juga. Sejauh mana seseorang bisa mengambil pelajaran dari semua itu sangat berbeda-beda. Pembelajaran berdasarkan pada pengalaman-pengalaman ini sebenarnya bisa menjadi modal untuk memulai usaha bisnis tertentu. Pertanyaan yang patut kita ajukan adalah mengapa orang yang “berpendidikan rendah” atau “tidak berpendidikan” bisalebih sukses dibandingkan dengan orang yang pendidikannya lebih tinggi? Salah satu jawaban kunci suksesnya adakah keberanian. Orang yang berpendidikan rendah sering lebih berani mengambil resiko dibandingkan dengan orang lain. Dia lebih berani untuk memulai suatu usaha tanpa banyak pertimbangan resiko dan analisa yang muluk-muluk. Keberanian dan tekad menjadi modal pertama dalam memulai suatu usaha/bisnis. Semakin cepat seseorang berani mengambil keputusan untuk memulai usaha semakin cepat orang itu akan sukses. Naluri bisnis kadang malah muncul di kalangan orang-orang yang berpendidikan tidak tinggi, meski tidak semua. Naluri untuk menjalankan suatu bisnis didukung keberanian untuk mengambil kesempatan dan bertindak menjadi kunci 31
kesuksesan seseorang. Naluri untuk menangkap peluang bisnis bukanlah sesuatu yang sifatnya begitu saja melekat dalam diri seseorang. Kemampuan menangkap peluang bisnis datang dari proses belajar dari memulai usaha bisnis, menjalankan roda bisnis setahap demi setahap dan akhirnya melakukan evaluasi terhadap usaha bisnis yang dijalankan. Tanpa keberanian untuk memulai suatu usaha bisnis tidak akan pernah punya pengalaman dalam sebuah bisnis pada akhirnya tidak akan memiliki kepekaan menangkap peluang bisnis. Kemampuan menangkap peluang usaha ini biasanya akan terasah seiring dengan perjalanan memulai usaha. Usaha lama yang sudah mapan akan membuka peluang usaha baru, sehingga pelaku akan tergerak untuk memulai usaha baru untuk mendukung usaha lama. Bisnis yang berkembang akan memacu untuk memulai usaha yang baru, kuncinya adalah keberanian untuk memulai usaha. Orang yang berani mengambil langkah memulai usaha bisnis, apabila dalam perjalanan usahanya mengalami kegagalan tidak pernah dipikirkan terlalu jauh. Kegagalan adalah pelajaran dan cambuk untuk meraih keberhasilan. Ketakutan akan kegagalan justru sering menghinggapi orang-orang berpendidikan tinggi. Karena senantiasa dibayang-bayangi ketakutan akan kegagalan. Ketakutan akan kegagalan justru menghambat diri untuk memulai usaha. Akhirnya usaha tidak pernah dilakukan. Sebagian orang merasa nyaman dengan gaji menjadi pegawai di sebuah instansi dengan berbagai macam fasilitas. Tetapi sebagian orang merasa dirinya terbatas jika bekerja pada orang lain, dan lebih bisa berkembang jika memiliki usaha sendiri. Memulai usaha bisnis harus didasari oleh impian yang muluk-muluk tetapi memulai dengan hal yang kecil, selanjutnya hal yang lebih besar dan pada akhirnya mimpi bisa diraih. Jangan pernah melakukan yang besar jika hal yang kecil belum bisa dikerjakan. Maka kata kunci pertama dalam merintis suatu usaha adalahkeberanian untuk memulai usaha. Jawaban dari pertanyaan bagaimana memulai usaha? Jawabannya adalah berani melakukan usaha. Keberanian memulai usaha adalah salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usaha. Keberanian pengrajin songket adalah tuntutan untuk mau mengembangkan diri dan berani melakukan pemasaran produksi songket kemanapun hasil tersebut dapat dipasarkan. Berani melakukan terobosan baru dengan mengasah kemampuan diri akan temuan motif-motif songket yang dibutuhkan oleh pasar dan melakukan diversifikasi produk berbahan baku songket. Berani bertanya berani mencoba dan berani untuk 32
menghasilkan produk songket dan diversifikasinya yang belum ada di pasar dengan melakukan pembelajaran terus menerus sehingga muncul ide murni dari seorang pengrajin songket untuk menghasilkan produk tenun songket yang lebih kompetitif.
33
KIAT-KIAT USAHA
Memulai bisnis bukan sesuatu yang mudah. Banyak hal harus dipertimbangkan dan dijalankan. Selain keberanian, kiat-kiat berikut ini perlu menjadi perhatian. 1. Jangan berpikir negatif Cobalah untuk selalu berpikir positif. Jangan penuhi pikiran dengan ketakutan akan kegagalan atau bangkrut. Pikiran negatif takkan membawa keberhasilan. 2. Lihat sasaran ke depan Jangan hanya melihat bisnis sebagai peluang jangka pendek. Pikirkan kelangsungan bisnis jangka panjang. Tentukan sasaran pencapaian bisnis. 3. Pisahkan keuangan pribadi dan bisnis Bagi para pebisnis pemula terutama anak muda, mencampurkan keuangan seringkali merupakan kesalahan yang terjadi berulang kali.Lebih baik keuangan dipisah apalagi jika bisnis yang mau Anda rintis adalah bisnis kongsi bersama rekan Anda. Selain memudahkan manajemen keuangan Anda, transparansi terjaga, juga menghindarkan pertengkaran dengan rekan Anda. 4. Ikuti passion anda dan berbagi Merintis bisnis harus mengikuti passion, tidak mengikuti arus trend. Kerahkan tenaga dan modal pada bidang yang disukai. Untuk awal, tidak berharap profit yang besar akan tetapi mengedepankan kualitas yang terbaik bagi pelanggan. Berbagi ilmu dengan dengan rekan. Dengan berbagi, uang senantiasa mengikuti. 5. Fokus Jika sudah tahu apa yang ingin dicapai, fokuslah dengan hal itu. Jangan mudah atau cepat berubah dalam menentukan tujuan dan haluan. Ini akan mempersulit dan mengganggu kestabilan bisnis. 6. Jadilah konsultan bisnis bagi diri sendiri Bisnis yang baru dirintis adalah tempat dan waktu yang tepat untuk belajar dan mencari pengalaman. Tidak perlu terburu-buru menyewa konsultan bisnis. Selain, membutuhkan dana, berdampak pada kurang dipahaminya bisnis sendiri.Jalani dulu jadi konsultan bisnis untuk diri sendiri. Jika bisnis sudah stabil dengan keuangan yang memadai, sudah paham seluk beluk bisnis, dan sudah mulai sibuk untuk menangani semuanya sendiri, baru mulailah cari konsultan untuk membantu bisnis.
34
Kebanyakan dari sebagian besar orang ketika akan membuka suatu usaha, maka tentunya mereka berfikir terlebih dahulu, tentang usaha apa yang terus laku dari waktu ke waktu atau usaha yang cepat laku. Padahal seharusnya laku tidak laku suatu usaha itu tergantung keapada orang yang menjalankannya. Banyak orang yang sukses dari berbisnis, namun banyak juga yang bangkrut di dalam bisnis tersebut. Banyak orang yang berhasil dengan membuka bisnis yang sedang trend, namun juga tidak sedikit yang membuka bisnis yang sedang trend tersebut namun sepi pembeli/peminat. Banyak juga orang yang telah sukses dalam menjalankan bisnis online, namun juga tak sedikit yang gagal dalam bisnis ini. Oleh karena itu sebelum memulai suatu usaha yang paling penting untuk dilakukan adalah melakukan riset atau penelitian terhadap kondisi pasar bisnis. Apa yang menjadi trend kebutuhan masyarakat sekitar yang belum terpenuhi dengan baik atas berbagai usaha bisnis yang sudah ada. Atau bisa juga mengembangkan usaha bisnis yang dikembangkan oleh orang lain, asalkan punya konsep bisnis yang berbeda, konsep itu lah yang akan membuat bisnis kita nantinya berbeda dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa usaha bisnis di Indonesia yang kebanyakan laku pada umumnya adalah : 1. Usaha elektronik dan otomotif Telah banyak kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia pada umunya paling hobi bergaya dengan barang-barang elektronik meski mereka sendiri sama sekali tak mampu untuk membuatnya. Untuk itu, usaha di bidang elektronik dan otomotif merupakan salah satu jenis usaha yang cukup laris di Indonesia. Meskipun harganya terbilang cukup mahal, namun tak menghalangi minat para konsumen di Indonesia untuk memilikinya. Masyarakat Indonesia memang paling suka bergaya dengan produk elektronil dan otomotif. Tradisi inilah yang bisa dijadikan sebagai peluang untuk membuka sebuah usaha bisnis tersebut. 2. Usaha makanan Makan adalah kepentingan nomor satu, setiap hari manusia harus makan. Ini adalah peluang usaha yang perlu diperhatikan oleh para pengusaha. Usaha bisnis ini memang boleh dibilang sebagai usaha bisnis nomor satu yang paling banyak dikembangkan orang. Mengapa bisnis makanan hampir dibilang sebagai bisnis nomor satu yang banyak dilakukan orang? faktor salah satunya karena memang jumlah penduduk yang cukup besar, dan makanan merupakan kebutuhan primer
35
manusia yang harus dipenuhi terlebih dahulu dibandingkan dengan jenis kebutuhan lainnya. Apa yang menjadi kunci kesuksesan mengembangkan usaha bisnis makanan?Ada dua unsur penting yang menjadi syarat bertahannya usaha tersebut. Jika ke dua syarat itu bisa dipertahankan, maka bisnis yang satu ini sangat tepat untuk dikembangkan. Syarat yang pertama adalah syarat cita rasa. Soal makanan mayoritas orang sangat butuh rasa enak. Jika makanan yang dijual rasanya enak, maka percayalah usaha tersebut akan laris manis. Karena Rasa itu adalah harapan alami seseorang saat menikmati suatu makanan. Jika punya cita rasa yang berkualitas, maka jualan produk bisnis kita pasti akan dicari orang, meski dari luar daerah yang jauh.Syarat kedua yang harus diperhatikan adalah harga. Harga yang terjangkau dan rasa berkualitas adalah kunci sukses usaha makanan yang di kelola. Buat yang ingin membuka usaha makanan dan belum mendapatkan resep yang cocok dengan usaha makanan yang sedang trend saat ini, Kita bisa mendapatkan referensi aneka resep kelas restoran dari internet atau dari buku resep makanan. 3. Usaha fashion Jenis usaha ini juga merupakan contoh usaha yang sangat menjanjikan di Indonesia. Produk-produk aksesoris fashion seperti pakaian, tas, dompet, sepatu, sendal dan sebagainya. Usaha bisnis ini cukup potensial dikembangkan di Indonesia mengingat sandang merupakan bagian dari kebutuhan primer kedua yang harus dipenuhi setelah pangan. Jumlah penduduk yang besar dituntut untuk menciptakan produk usaha fashion yang sesuai dengan kelas ekonomi masingmasing.
Sebagai jenis usaha yang masih dibutuhkan oleh masyarakat, maka seharusnya perkembangan songket juga harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sepanjang masa. Kebutuhan masyrakat akan dunia pakaian/fashion terlebih di Bali pakaian dapat digunakan pada saat upcara keagamaan/adat dan mode, ,maka songket akan selalu mendapat tempat di hati pengggemar dan penggunanya. Para pengrajin songket khususnya di Desa Jinengdalem juga akan mendapat kesempatan besar untuk mendapatkan pagsa pasar apabila menjaga dan mengembangkan motif songket sehingga dapat bersaing dengan songket dari daerah lain di Bali. Tahu dan memahami pangsa pasar menjadi tuntutan bagi para pengrajin untuk dapat maju dalam persaingan 36
songket di Bali. Mencari jati diri songket dengan menggali dan menetapkan ciri khas songket Bali Utara menjadi tantangan bagi para pengrajin tanpa menutup diri dari trend atau perkembangan songket yang sedang diminati masyarakat/konsumen. Oleh karena itu bagi para pengrajin diperlukan komitmen dan keseriusan. Sikap yang mudah bergaul, ulet dan jeli melihat peluang menjadi keunggulan dalam bersaing di dunia bisnis.Para pengrajin harus menunjukkan gairah terhadap usaha yang digeluti/dikerjakan. Selalu belajar secara terus menerus untuk mengembangkan diri. Berani menghadapi dunia luar untuk pemasaran produk, belajar berkomunikasi dengan orang lain khususnya dalam menghadapi konsumen dalam proses tawar menawar atau pada saat transaksi jual beli Pengrajin yang terkumpul dalam suatu kelompok harus memiliki ketua yang tegas dalam pengambilan keputusan baik dalam proses produksi maupun pada saat menentukan harga jual produk songket. Ketegasan dalam urusan keuangan khususnya pada saat bagi hasil keuntungan juga harus dimiliki oleh seorang ketua kelompok pengrajin. Perhatikan tujuan utama dan fokus pada langkah kecil untuk menggapai tujuan tadi. Misalnya, bila ingin mendapatkan keuntungan 50 juta, harus dipikirkan terlebih dahulu dulu bagaimana cara mendapatkan 10 juta, kemudian 20 juta dan seterusnya. Akan lebih baik jika segala sesuatu diatur menjadi beberapa bagian. Bagi para pengrajin yang merupakan perempuan desa yang berlatarbelakang pendidikan formal yang minim harus belajar meningkatkan pengetahuan/wawasan diri pada saat proses produksi dan pada saat memasarkan produk. Belajar menghilangkan segala keraguan dan membuat lebih sederhana setiap masalah yang timbul pada saat proses produksi dan pemasaran produk. Pengrajin harus percaya diri sebagai hal yang utama dengan menyampaikan pendapat atau berkomunikasi dengan sesame pengrajin atau dengan pihak lain.
37
LOGO DAN KEMASAN PRODUK
Membuka usaha atau bisnis baru memang bukan hal yang mudah tetapi bukan juga tergantung bakat. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti perubahan teknologi dan persaingan pasar yang kian ketat. Ketatnya persaingan ini semakin memaksa kita untuk melakukan inovasi dan kreatifitas dalam segala bidang dalam melancarkan strategi bisnis dan marketing yang handal untuk memenangkan pertempuran merebut pangsa pasar ataupun mempertahankan pangsa pasar yang sudah dengan susah payah dikuasai. Mengenali pasar, mengenali pesaing hingga menilai potensi pasar adalah hal wajib dan penting untuk dilakukan sebelum memilih strategi mana yang akan dipakai. Ada banyak cara dalam memilih dan menerapkan strategi yang dianggap terbaik. Tetapi dari semua hal yang telah disebut diatas yang paling penting dan paling sering dilupakan banyak perusahaan adalah pentingnya logo pada kemasan produk dan tidak sedikit pula perusahaan yang tidak memiliki logo untuk produk mereka. Seberapa jitu dan hebatnya strategi bisnis dan pemasaran sebuah perusahaan apabila melupakan logo pada kemasan produk atau logo produk akan sangat sulit untuk berhasil karena logo merupakan pintu gerbang kedalam pikiran konsumen. Logo adalah simbol pengingat produk bagi konsumen. Jadi penggunaan sebuah logo pada produk atau kemasan produk akan membantu konsumen mengingat produk kita lebih mudah. Pemakaian logo pada produk atau kemasan produk dapat meningkatkan gengsi pemakai atau konsumennya. Hal ini terlihat jelas pada bidang fashion seperi beberapa merek desainer terkemuka dengan membuat symbol atau tanda tertentu pada produk dan kemasan produk sehingga mampu menaikan gengsi dan akan selalu diingat oleh para pemakainya. Semuanya ini dikarenakan oleh kebiasaan manusia yang lebih mudah untuk mengingat sebuah gambar atau simbol dalam mengenali sesuatu yang baru. Karenanya tidak jarang para konsumen membeli sebuah produk berdasarkan bentuk, simbol atau gambar yang mereka ingat tertera dalam kemasan produk walaupun sebenarnya mereka lupa akan nama produk tersebut. Banyak dari pelaku industri skala kecil menengah (UKM) berkilah dengan menyatakan bahwa perusahaan mereka masih kecil atau pemain baru dan karenanya memiliki alasan untuk tidak mencantumkan logo pada kemasan produk atau pada produknya. Perlu diketahui bahwa kesemua perusahaan besar dulunya memulai perusahaannya berpuluh-puluh tahun yang lalu dari kecil dan telah menyadari 38
pentingnya logo serta melakukan secara konsisten program pemasaran dan branding dengan mencantumkan logo mereka pada kemasan produk. Bagi para perusahaan yang telah menyadari pentingnya logo dalam kemasan produk untuk tujuan memudahkan pemasaran maka perusahaan tersebut menjadi logo mereka sebagai salah satu media promosi untuk mengenalkan brand perusahaan kepada konsumen dan calon konsumen. Hal-hal yang perlu dipikirkan dalam membuat logo pada kemasan produk adalah agar produk dapat menarik dan mudah diingat oleh konsumen. Logo harus dibuat sesuai dengan pesan produk tersebut sehingga membantu konsumen dan calon konsumen untuk mengingat produk tersebut. Logo harus berbeda dari para pesaing. Pembuatan logo yang unik dan berbeda dapat sangat membantu program branding dan pemasaran dalam memenangkan pangsa pasar. Sementara itu desain kemasan harus dapat menguraikan mulai dari mendesain suatu kemasan sampai maksud yang terkandung didalamnya agar tercapai sasaran. Ada tiga kategori untuk menentukan desain kemasan. Pertama, soal makna kemasan. Kemasan sebaiknya bermakna personal, sosial, dan publik. Berdasarkan sifat komunikasi antara pengirim ke penerima pesan atau dari produsen ke konsumen, kemasan harus punya nilai maksudnya produk tersebut hanya ingin diketahui oleh pelakunya, tidak ingin orang lain tahu apa isi produk dalam kemasan itu. Sedang kemasan yang bermakna sosial, biasanya untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi atau hasil yang dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya untuk produk untuk komersial, jadi pesan kemasannya harus dapat dimengerti oleh semua orang yang membacanya. Kedua, kemasan dalam bentuk fisik. Terdiri dari kemasan primer melekat pada produknya), kemasan sekunder (melindungi produk), kemasan tersier (fungsi kemudahan dan praktis pembawaannya), kemudian kemasan transport dan sebagainya. Kemasan harus mampu menyampaikan pesan lewat komunikasi informatif, seperti halnya komunikasi antara penjual dengan pembeli. Tampilan kemasan tidak lepas dari perkembangan jaman. Misalnya kemasan untuk individu, disesuaikan dengan jumlah suatu keluarga yang makin sedikit. Bahkan orang-orang kota lebih menyukai kemasan yang praktis, mudah dibuka dan disimpan. Desain kemasan sebaiknya sudah mengarah pada pada jenis dan fungsi produk. Kemasan juga harus mempertimbangkan kekuatan sebagai pelindung produk. Kemasan juga harus nyaman dipakai. Maksudnya kemasan disini memberikan rasa nyaman jika disentuh, permukaannya tidak melukai, lentur saat digenggam, mudah dibersihkan, 39
disimpan, stabil bila diletakkan. Kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan segmentasi pasar pemakainya. Kemasan juga berprinsip mendukung keselarasan lingkungan. Kemasan yang baik adalah yang; mudah didaur ulang (recycle) ke produk baru dan tidak terkontaminasi, bisa dilebur dan dibuat kembali ke produk (re-use) asal. Bagi para pengrajin songket di Desa Jinengdalem harus memikirkan dan mencari ide untuk membuat logo dan kemasan produk ini sebagai nilai tambah dari hasil akhir sebuah produk yang akan memberikan kepuasan pembeli/konsumen. Sebagai bagian dari kegiatan berusaha tersebut, maka terlebih masyrakat Bali yang sangat kaya dengan ide seni, maka pengrajin songket Jinengdalem dapat membuat logo dan kemasan produk songket memiliki ciri khas dan seni tersendiri di hati konsumen/pembeli.
40
PANDUAN PEMBUKUAN SEDERHANA PENGRAJIN SONGKET
OLEH TIM PELAKSANA IbM Songket Jinengdalem
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014
41
Pemahaman Umum Akuntansi Untuk UKM Dalam proses pembukuan itulah diperlukan Akuntansi. Fungsi sederhana dari akuntansi itu sendiri agar dap pertanyaan berikut: 1. Apakah bisnis kita menguntungkan atau justru malah sebaliknya? 2. Jika laporan keuangan kita bagus, kita pun akan lebih percaya diri untuk mengajukan pendanaan kepada investor atau bank. Banyak hal yang lebih luas lagi yang bisa kita dapatkan dari laporan keuangan, namun dalam konteks UKM kita sederhana kan saja biar tidak terlalu rumit.Dalam akuntansi UKM, laporan keuangan yang dibutuhkan itu terdiri dari Neraca, Laba Rugi, dan Arus Kas. 1. Neraca, berisikan nilai Aset, kewajiban dan Modal suatu usaha dalam suatu periode akuntansi. 2. Laba Rugi, berisikan tentang aktivitas perusahaan berupa Penjualan, Harga Pokok Penjualan dan Biaya -biaya yang terjadi . 3. Laporan arus kas, berisi informasi mengenai kas masuk dan keluar dalam periode akuntansi yang berjalan. Nah, yang biasa sudah dilakukan teman-teman UKM adalah aliran keluar masuk kas atau Cash Flow. Basis Pencatatan Akuntansi 1. Basis Kas, pendapatan atau beban diakui setelah adanya kas keluar atau kas masuk , yang menganut basis ini dalam laporan keuangan adalah laporan arus kas. 2. Basis Akrual, Pendapatan dan beban diakui tanpa memperhatikan uang masuk atau keluar, basis ini dianut oleh Neraca dan Laba rugi, contoh: Transaksi Penjualan Kredit. Poin poin yang harus di pegang teguh oleh para pengusaha UKM, bahkan bukan hanya UKM tetapi Perusahaan besar juga.
42
Keuangan usaha harus terpisah dari keungan pribadi
Objektivitas pencatatan transaksi harus berdasar bukti contoh: kwitansi, tagihan dari pemasok, dan lain-lain.
Kegiatan yang dicatat diukur dengan uang.
Lalu selanjutnya kita masuk ke persamaan akuntansi, akan terlihat rumit jika kita tidak memahami logika sederhana ini: Aset = Kewajiban + Modal Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan. Kewajiban adalah dana yang berasal dari pihak ketiga Modal adalah dana yang disetorkan oleh pemilik usaha Siklus Akuntansi adalah: Transaksi – Jurnal – Buku Besar – Laporan Keuangan Setelah transaksi terjadi, segala dokumen telah disiapkan dan dikonversi menjadi Jurnal, lalu dari kumpulan jurnal tersebut jadilah Buku Besar dan akhirnya berakhir pada penyajian laporan keuangan. Trik Menjurnal: 1. Pahami Posisi “Nature of account” dari suatu akun. Contoh: kas,persediaan dalam neraca berada di sisi debet dan hutang dalam posisi kredit. 2. Identifikasikan transaksi yang ada dalam usaha kita lalu modifikasi kan kode nomer akun sesuai dengan usahanya. 3. Setiap jurnal selalu berpasangan jumlah antara debet dan kredit, keduanya harus balance. Contoh PT X menjual barang dengan Nilai Rp 15.000.000 secara kredit, maka jurnalnya: Piutang (D) Penjualan (K)
15.000.000 15.000.000 43
Piutang bertambah di debet, karena secara alaminya posisi piutang dalam neraca ada di debet.
Penjualan bertambah di kredit, karena secara alamiahnya posisi penjualan di Laporan Laba rugi berada di kredit.
Secara sederhana itulah akuntansi, jadi pada intinya, apa yang harus dilakukan teman-teman UKM secara bertahap. 1. Buatlah laporan masuk keluar kas dan Bank (sepertinya rata-rata sudah melakukannya) 2. Buat jurnal dari transaksi-transaksi kas tersebut pisahkan transaksi penjualan, pembelian, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan transaksi lain-lain. 3. Pisahkan Jurnal menjadi dua kategori, mana yang berbasis akrual mana yang berbasis kas. 4. Setelah jurnal siap, ikhtisarkan menjadi buku besar. 5. Lalu sudah mulai bisa disusun laporan keungannya.
Pembukuan Sederhana Untuk UKM Pembukuan adalah kegiatan pencatatan keuangan yang terjadi di dalam bisnis atau usaha yang sedang kita jalankan. Pembukuan ini sangat penting untuk dilakukan sebagai evaluasi kita untuk melihat perkembangan usaha dan mengetahui keuntungan atau kerugian yang kita dapatkan dari usaha yang kita jalankan tersebut. Pembukuan juga dapat dikatakan sebagai kompas atau petunjuk arah bagi kita dalam menjalankan bisnis kita.Sebagai pelaku Usaha Kecil Menengah, kita diwajibkan untuk mengetahui dan melaksanakan pembukuan sederhana ini. Tidak diperlukan pendidikan khusus dalam hal ini, karena pembukuan sederhana ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan bisa dengan mudah dipelajari. Rata-rata pendidikan di Indonesia saat ini sudah mengajarkan pembukuan sederhana sejak di bangku sekolah menengah, sehingga bagi kita, hal ini pastilah bisa kita lakukan dan kita pelajari. Alasan mengapa pembukuan ini penting untuk dilakukan adalah :
Mengetahui arus keluar masuk uang yang ada di dalam bisnis atau usaha yang sedang kita jalankan. 44
Mengetahui posisi modal yang terpakai dan modal yang telah kembali. Jangan sampai, karena tidak ada pencatatan pembukuan, modal yang seharusnya kembali malah hilang begitu saja tanpa kita ketahui di bagian mana uang modal tersebut terpakai.
Mencegah tercampurnya, pengeluaran (keuangan) pribadi dan keuangan usaha. Para pelaku usaha, jika ingin melakukan pengembangan usaha yang lebih baik haruslah benar-benar memperhatikan hal ini karena pencampuran keuangan pribadi dan keuangan bisnis akan mengakibatkan arus kas dan arus uang yang beredar di dalam bisnis yang sedang dijalankan menjadi kacau balau.
Yang harus diingat adalah banyak sekali usaha kecil yang mengalami kebangkrutan dan terpaksa menutup usahanya karena tidak adanya pencatatan keuangan atau pembukuan ini.
Dengan pencatatan dan pembukuan sederhana yang kita lakukan maka kita bisa menganalisa dan mengambil tindakan yang perlu dilakukan dari hasil analisa keuangan yang telah kita lakukan.
Bagian-bagian Di Dalam Pembukuan Sederhana 1. Neraca Di dalam neraca ini kita melakukan pencatatan terhadap aset bisnis yang kita miliki seperti berapa modal yang telah kita tanamkan untuk menjalankan bisnis ini, berapa kewajiban yang harus kita bayarkan dan berapa harta termasuk piutan yang kita miliki. Biasanya pembuatan neraca keuangan ini dilakukan setahun sekali dan dicatatkan setiap akhir tahun pembukuan, misalnya tanggal 31 Desember. 2. Laporan rugi laba Di dalam laporan rugi laba, yang harus kita catat adalah berbagai informasi tentang aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di dalam bisnis yang kita jalankan seperti berapa besar hasil dari penjualan yang telah kita lakukan dan seberapa besar beban dan biaya yang harus kita lakukan. Dari hasil penjualan kotor yang dikurangi dengan beban dan biaya yang harus dikeluarkan itulah maka kita akan mengetahui apakah bisnis yang kita jalankan ini mendapatkan laba atau keuntungan atau malah mengalami kerugian.
45
3. Laporan arus kas Di dalam laporan arus kas, kita melakukan pencatatan sejumlah pengeluaran dan penerimaan kas yang terjadi di dalam bisnis kita termasuk bukti sumber-sumbernya. Contohnya adalah jika kita melakukan pembelian bahan baku maka kita harus melakukan pencatatan berapa jumlah uang yang harus kita lakukan untuk melakukan pembelian tersebut dan kita mencatat pula di mana kita melakukan pembelian bahan baku itu. Bukti pengeluaran atau penerimaan kas seperti faktur, nota atau bon harus disimpan untuk melengkapi laporan arus kas ini. Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan
Pendapatan atau pemasukan yang diakui dan wajib di catat di dalam pembukuan sederhana ini adalah ketika uang telah diterima, atau ketika beban dan biaya telah benar-benar terbayarkan. Jika belum terjadi penerimaan atau pembayaran, maka kegiatan ini tidak dicatat di dalam pembukuan.
Pencatatan yang dilakukan di dalam pembukuan sederhana ini harus dipisahkan antara keuangan usaha dan keuangan pribadi. Hal ini bertujuan agar memudahkan kita untuk menganalisa hasil usaha dan melihat perkembangan usaha kita secara lebih terperinci berdasarkan data-data dan fakta yang ada. Pencampuran keuangan membuat kita tidak bisa dengan pasti menentukan apakah usaha yang kita jalankan ini benar-benar menghasilkan keuntungan atau sebenarnya dalam kondisi rugi namun sering kali tertutup dengan pemasukan yang berasal dari keuangan pribadi.
Pencatatan yang kita lakukan di dalam pembukuan sederhana haruslah berdasarkan bukti-bukti seperti kuitansi dan tagihan dari supplier, nota pembelian bahan baku, faktur-faktur penjualan dan bukti lainnya. Jika terjadi pengeluaran yang tidak memiliki bukti yang konkret maka pengeluaran tersebut tidak diakui dan tidak dicatatkan di dalam pembukuan.
Seluruh transaksi yang terjadi di dalam menjalankan usaha harus dicatat dengan jelas. Transaksi adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan kondisi usaha secara keseluruhan di mana kegiatan tersebut mengubah, baik menambah maupun mengurangi, kewajiban usaha, modal pemilik serta aset usaha yang dimiliki. Di dalam pencatatan transaksi ini juga disebutkan (dicatatkan) biaya-
46
biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan serta pendapatan yang diperoleh dalam satu periode tertentu. Tahapan Pencatatan Transaksi yang Harus Diketahui 1. Transaksi yang dilakukan. 2. Transaksi yang terjadi. 3. Mempersiapkan dokumen berdasarkan transaksi yang terjadi. 4. Melakukan pencatatan di jurnal keuangan 5. Memindahkan seluruh pencatatan pembukuan yang telah dilakukan di jurnal ke
buku besar.
MENGENAL USAHA KECIL DAN MENENGAH A.
Mengenal UKM 1. Berdasarkan UU Nomor 9 tahun 1995 ukm adalah sebuah usaha milik rakyat atau warga negara indonesia yang kemungkinan besar masih menggunakan sistem tradisional dan belum terdaftar atau tercatat didalam badan hukum, yang memiliki omzet paling banyak Rp 83.330.000,00 per bulan atau Rp 1.000.000.000,00 per tahun, dimana belum memiliki sistem yang begitu kuat sehingga masih membutuhkan bantuan pemerintah dari persaingan usaha tidak sehat serta perkembangan dari UKM itu. 2. Berdasarkan Keppres Nomor 99 Tahun 1998 UKM addalah usaha rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara umum merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah usaha yang tidak sehat. 3. Berdasarkan BPS, UKM adalah sebuah usaha rakyat yang dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja, biasanya antara 5-9 orang atau 20-99 orang. 4. Berdasarkan Kepmenkeu Nomer 316/KMK.016/1996 UKM adalahsebuah usaha perorangan yang berbentuk badan usaha dengan omzet paling banyak Rp 600.000.000 pertahun atau asset/aktiva paling banyak Rp 600.000.000, belum termasuk tanah dan bangunan usaha, yang mana UKM dapat terdiri dari: 47
a. Perusahaan perorangan, contohnya peternak sapi, ayam, bebek dsb. b. Pedagang barang, contohnya pemiliki toko kosmetik, toko baju, toko sembako grosir atau eceran. c. Pelayan jasa, contohnya counter pengiriman barang, laundry kecantikan, alat alat, dsb. d.
Penambangan, contohnya penambang emas, batu bara, pasir, batu belerang, dsb.
e. Pengrajin, contohnya pengrajin meja kursi kayu, jati, tas, sepatu, dompet, gazebo, dsb. f. Industri rumahan, contohnya industri konveksi yang menghasilkan pakaian ibadah, pakaian santai, pakaian kantoran, dsb.
Badan Usaha, yang meliputi: 1. Firma (FA)contohnya FA Yunior Sutanto, Fa Sandi Bakri, FA Rizki Santi dsb. 2. Perseroan Terbatas (PT), contoh: PT Gemilang Abadi, PT Jaya Makmur, PT Agung, Tbk, dsb 3. Persekutuan Komanditer (CV), contoh: CV, Wahyu Sejahtera, CV Mitra Salma Mandiri, CV Global Planet. 4. Koperasi, contohnya: Koperasi Maju Lestari, Koperasi Boyolali Makmur, Koperasi Madani Indonesia, dsb. Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008, UKM memiliki dua pengertian, yakni: a. Usaha kecil, adalah sebuah usaha yang memiliki kriteria kekayaan bersih antara Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00, dan omzet tahunan antara Rp 300.000.000,00 – Rp 2.500.000.000,00. b. Usaha menengah adalah adalah sebuah usaha yang memiliki kriteria kekayaan bersih antara Rp 500.000.000,00 – Rp 10.000.000.000,00, dan omzet tahunan antara Rp 2.500.000.000,00 – Rp 50.000.000.000,00.
B.
Kriteria UKM Kriteria UKM yaitu: 1. Manajemen bisnis sendiri 48
2. Modal usaha terbatas 3. Karyawan kebanyakan dari penduduk lokal 4. Bersifat usaha keluarga 5. Posisi kunci dipegang oleh pemilik 6. Menuntut motivasi tinggi 7. Menggunakan teknologi sederhana dalam proses produksi C.
Kelebihan dan Kekurangan UKM a. Kelebihan UKM 1. Pemiliki memiliki kebebasan dalam bertindak 2. Meningkatkan perubahan struktur ekonomi didaerah tempat berdirinya UKM 3. Meningkatkan kemampuan produktif sumber daya manusia
b. Kekurangan UKM 1. Sistem produksi dan pemasaran relatif lemah 2. Sulit mendapatkan modal jangka panjang 3. Pemiliki tidak mampu mengelola usaha dan sumber daya manusia
c. Jenis-jenis perusahaan dalam Lingkup UKM Terdapat tiga jenis sistem perusahaan dalam lingkup UKM yang mana terdiri dari: 1. Perusahaan
manufaktur
(manufacturing)
adalah
perusahaan
yang
melakukan pembelian atas bahan baku, kemudian melakukan pengolahan bahan baku, tersebut menjadi barang setengah jadi, dan bahan jadi untuk dijual dipasarkan. Contoh: perusahaan kain, perusahaan minyak goreng, rokok, tisu, sepatu, penerbitan buku, dsb. 2. Perusahaan dagang (merchandising) adalah perusahaan yang melakukan pembelian atas produk( barang jadi), kemudian menjualnya langsung kepada konsumen atau pelanggan tanpa mengeluh kembali atas produk yang dibeli tersebut. Contoh: minimarket swayalan (berskala kecil), toko pakaian (grosir dan eceran), toko sembako (grosir eceran), toko kelontong (grosir atau eceran). 3. Perusahaan jasa (service) adalah perusahaan yang kegiatan utamanya menyediakan layanan jasa (bukan barang atau produk) untuk pelanggan. 49
Contoh: laundry, agen naskah, jasa konsultasi hukum, jasa konsultasi Skripsi, Tesis, Disertasi, Tailor, salon kecantikan dan lain sebagainya.
AKUNTANSI UKM SECARA UMUM A.
Bukti Bukti Transaksi Bukti bukti transaksi suatu UKM sangat diperlukan guna untuk memperkuat transaksi-transaksi yang telah terjadi dan untuk menghindari kemungkinan adanya penyelewengan dana dari orang orang yang tidak bertanggung jawab antara lain: 1. Bukti Transaksi Penjualan yang dilakukan secara tunai contohnya nota kontan atau bukti kas masuk (BKM), seperti contoh dibawah ini :
2. Bukti transaksi pembelian yang dilakukan secara tunai, misalnya nota kontan (bukti kas keluar/BKK). Seperti contoh dibawah ini :
3. Bukti transaksi penerimaan uang tunai, misalnya kuitansi (bukti kas masuk/BKM) yang formnya sama persis dengan form penjualan tunai (bukti kas masuk/BKM) 4. Bukti transaksi penjualan dan pembelian yang dilakukan secara kredit, misalnya: faktur . berikut ini contoh faktur penjualan dan faktur pembelian.
50
Kepada Yth.
UD........
Tn............. No. Keterangan
No Faktur Tanggal:
Jumlah
Yang Menyerahkan
Yang Menerima
5. Bukti transaksi retur penjualan dan pembelian, misalnya nota debit dan nota kredit.
B.
Akun Akun adalah suatu formulir yang digunakan sebagai tempat untuk mencatat transaksi-trasaksi sejenis yang terjadi, misalnya akun pemasukan, akun pengeluaran, akun kewajiban dan sebagainya. 1. Akun Riil adalah kelompok akun yang dilaporkan dineraca yang keberadaannya dapat mengubah saldo dineraca, akun riil terdiri dari : a. Akun Harta (Aktiva/ Asset) adalah sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan, yang kedepannya diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan. Akun harta terdiri dari: 1. Harta lancar adalah dapat diambil dalam jangka waktu satu tahun, contoh wesel tagih, kas, piutang, persediaan beban dibayar dimuka, perlengkapan dan surat surat berharga. 2. Harta jangka panjang adalah harta yang dapat diambil manfaat ekonomisnya dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh gedung, tanah, saham obligasi dsb.
51
3. Harta tetap adalah harta yang dapat diambil manfaat ekonomisnya untuk kegiatan produksi atau penyediaan barang/jasa perusahaan, misalnya
properti,
bangunan
pabrik,
alat-alat
produksi,
perlengkapan kantor, kendaraan operasional, dan sebagainya. 4. Harta tidak berwujud adalah harta yang dapat diambil manfaat ekonomisnya, namun tanpa teridentifikasi atau tanpa wujud fisik, misalnya merek dagang. b. Akun Kewajiban adalah kewajiban membayar kepada pihak lain yang disebabkan oleh tindakan/transaksi sebelumnya. Berdasarkan jangka waktu pelunasannya kewajiban diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, yaitu kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lainlain. 1. Kewajiban Lancar Kewajiban
lancar/utang
lancar/utang
jangka
pendek
(current
liabilities) adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu tidak elbih dalam waktu satu tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan, antara lain: a. Utang usaha (account payable), yaitu kewajiban yang harus dilunasi karena pembelian barang atau jasa secara kredit. b. Utang wesel/wesel bayar (notes payable) adalah janji tertulis yang membayar kepada pihak lain dalam jumlah tertentu dan pada tanggal yang telah ditetapkan. c. Utang beban adalah kewajiban membayar karena perusahaan telah menerima manfaatnya. Seperti utang bunga (interest payable), utang gaji (salaries payable), utang sewa (rent payable). d. Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan yang belum menjadi hak, tetapi sudah diterima pembayarannya. Contohnya: sewa diterima di muka, bunga diterima di muka. 2. Kewajiban Jangka Panjang atau utang jangka panjang (long term debt) adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan. yang termasuk kewajiban jangka panjang antara lain sebagai berikut: a. Utang Hipotek adalah pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva tetap. 52
b. Utang obligasi adalah pinjaman jangka panjang yang timbul karena perusahaan menjual/mengeluarkan surat-surat obligasi. Obligasi adalah surat bukti yang menyatakan bahwa pemegang obligasi
meminjamkan
mengeluarkan
obligasi
uang tersebut.
kepada
perusahaan
Pemegang
obligasi
yang akan
mendapat bunga tetap secara berkala yang disebut kupon. c. Kredit Investasi adalah pinjaman jangka panjang yang diterima dari bank atau lembaga keuangan lain, yang digunakan untuk pelunasan perusahaan. 3. Kewajiban/utang lain-lain adalah meliputi semua kewajiban yang tidak sesuai untuk diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Misalnya, uang jaminan yang diterima dari pelanggan.
c. Akun Modal Modal adalah aeset bersih yang diperlukan sebagai pokok untuk membangun perusahaan berserta operasionalnya dengan dikurangi kewajiban.
2. Akun Nominal Akun nominal adalah suatu akun yang akan dilaprkan kedalam laporan laba rugi, termasuk Akun Nominal/sementara dan berikut penjelasannya : 1. Akun Pendapatan Pendapatan adalah hasil atau penghasilan yang diperoleh perusahaan. Pendapatan dibedakan atas: 1. Pendapatan Usaha, adalah pendapatan yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. 2.
Pendapatan di luar usaha, adalah pendapatan yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Misalnya : a. pendapatan sewa, pada perusahaan dagang menyewakan sebagian ruang yang tidak dipakai untuk kegiatan usaha, tetapi disewakan kepada pihak lain. b. Pendapatan bunga, pendapatan yang diterima perusahaan karena memiliki simpanan di bank atau pihak lain. 53
2. Akun Beban Beban adalah pengorbanan yang terjadi selama melaksanakan kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan. Beban dapat dibedakan atas: 1) Beban Usaha, adalah pengorbanan yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha. a. Beban gaji b. Beban listrik, air dan telepon c. Beban iklan d. Beban penyusutan 2) Beban Lain-lain, adalah pengorbanan yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan pokok usaha. Misalnya a. Beban bunga. Beban (biaya) yang dibayar oleh perusahaan pada saat tertentu atas pinjaman yang diperoleh dari Bank. b. Beban macam-macam C. Kode Akun Kode akun adalah pemberian tanda pada akun-akun tertentu dengan memakai angka, huruf, atau kombinasi antara keduanya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian kode akun, yaitu : a. Kode akun dibuat secara sederhana dan mudah untuk diingat. b. Kode akun dalam penggunaannya harus konsisten. c. Jika ada penambahan akun baru, usahakan jangan sampai mengubah kode yang sudah ada .
Berikut beberapa macam kode akun : 1. Kode Numeral, adalah cara pemberian kode akun dengan menggunakan nomor (09). a.
Kode Nomor berurutan, pada cara ini akun dibei nomor secara berurutan. Nomor yang diinginkan dapat mulai dari 1 atau 100 atau sesuai yang diinginkan. Contoh : 54
Nomor
Nama Akun
Kode
b.
100
Kas
101
Bank
102
Piutang Usaha
103
Wesel Tagih
121
Tanah
122
Gedung
201
Utang Usaha
202
Wesel Bayar
Kode Kelompok, dengan cara in akun yang ada dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok dibagi menjadi golongan dan seterusnya diberi nomor kode tersendiri. Kode akun bisa terdiri atas 2,3, atau 4 angka yang masing-masing mempunya arti tersendiri, misal : suatu akun kas diberi kode 111 (1 pertama : kelompok akun Harta; 1 kedua menunjukkan golongan akun Harta Lancar; 1 ketiga menunjukkan jenis akun kas
Nomor
Arti
Kode Angka
Kelompok Akun
pertama
Golongan Akun
Angka
Subgolongan
kedua
Akun
Angka
Jenis Akun
ketiga Angka keempat
c.
Kode Blok, dalam cara ini, akun yang ada dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok dibagi menjadi beberapa golongan, dan tiap golongan
55
menjadi beberapa jenis. Masing-masing kelompok, golongan, dan jenis diberi satu blok nomor kode yang berbeda. Contoh : Kelompok
Kode
Harta
100 – 199
Utang
200 – 299
Modal
300 – 399
Pendapatan
400 – 499
Beban
500 – 599
Golongan
Kode
Harata Lancar
100 – 149
Harta Tetap
150 – 199
Utang Lancar
200 – 249
Utang Jgk. Pnjg
500 – 299
Jenis
Kode
Kas
100
Piutang
101
Peralatan
150
Kendaraan
151
Utang usaha
201
2. Kode Desimal, pada cara ini akun diklasifikasikan menjadi kelompok atau rubrik, tiap rubrik menjadi golongan, dan tiap golongan dibagi menjadi jenis akun. Setiap rubrik, golongan dan jenis akun diberi nomor kode mulai 0 sampai 9. a.
Akun dibagi menjadi beberapa rubrik, misalnya : Rubrik 0
: Akun Harta Lancar
Rubrik 1
: Akun Harta Tetap
Rubrik 2
: Akun Utang Lancar
Rubrik 3
: Akun Utang Jangka Panjang
56
b.
c.
Rubrik 4
: Akun Modal
Rubrik 5
: Akun Pendapatan
Rubrik 6
: Rubrik Beban
Rubrik dibagi menjadi beberapa golongan, misalnya : Rubrik 2
: Akun Utang Lancar
Golongan 20
: Utang Usaha
Golongan 21
: Utang Wesel
Golongan dibagi menjadi beberapa jenis, misalnya : Golongan 20
: Utang Usaha
Jenis 201
: Utang Gaji
Jenis 202
: Utang Sewa
3. Kode Mnemonik, pada cara ini pemberian kode dilakukan dengan menggunakan huruf. Contoh : Jenis
Kode
Harta
H
Harta Lancar
HL
Harta Tetap
HT
Utang
U
Utang Lancar
UL
Modal
M
4. Kode Kombinasi Huruf dan Angka, Cara ini dilakukan dengan mengkombinasikan huruf dan angka untuk membentuk kode yang diinginkan. Contoh :
57
Jenis
Kode
Harta
H
Harta Lancar
HL
Kas
HL 01
Piutang
HL 02
Harta Tetap
HT
Utang
U
Utang Lancar
UL
Utang Dagang
UL 01
Modal
M
D. Neraca Saldo Awal Dalam neraca saldo awal dibuat berdasarkan sisa saldo suatu akun, yang mana didalam neraca saldo awal terdapat tiga kolom yaitu kolom nomer akun, keterangan/nama akun, dan saldo yang terdiri dari debit dan kredit.
d.
Jurnal Umum Jurnal umum dimaksudkan untuk menampung data yang telah dimasukkan kedalam
neraca saldo awal. Kriteria yang harus diperhatikan dalam menyusun jurnal umum dalam UKM adalah : 1. Judul jurnal umum yang terdiri dari nama UKM, dan tanggal periode jurnal umum tersebut. Judul ini harus disertakan dan tidak boleh tidak disertakan untuk menghindari kekeliruan dalam penyusunan buku besar. 2. Persamaan dasar akuntansi: harta = utang + modal dan utang= harta – modal. 3. Pertambahan akun-akun yang ada didalam ilmu akuntansi, seperti harta, utang, beban, modal dan pendapatan, dengan pertambahan sebagai berikut a. Harta bertambah didebit dan berkurang dikredit b. Utang bertambah dikredit dan berkurang didebit c. Modal bertambah dikredit dan berkurang didebit d. Pendapatan bertambah dikredit dan berkurang didebit 4. Didalam jurnal umum terdapat empat kolom, yakni kolom tanggal, keterangan, debit (yang terdiri dari nomor akun, nama akun dan jumlah), dan kredit (yang terdiri dari nomor akun, nama akun, dan jumlah). 58
5. Ada juga jurnal umum yang didalamnya terdapat lima kolom, yakni kolom tanggal, keterangan, ref, debit dan kredit.
6. Jumlah total saldo debit harus seimbang dengan jumlah total saldo kredit.
e. Jurnal Khusus Jurnal khusus digunakan untuk mencatat transaksi yang sejenis dan sering terjadi. Jurnal ini biasanya digunakan UKM untuk mencatat transaksi banyak dan beraneka ragam, sehingga kurang efisien jika dilakukan pencatatan hanya dalam satu jurnal umum. Berikut ini adalah macam macam jurnal khusus terdiri dari 1. Jurnal Pembelian itu hanya untuk mencatat pembelian barang dagang secara kredit maka analisis transaksi tersebut adalah pembelian di sebelah debet, sedangkan utang usaha di sebelah kredit. Agar lebih jelasnya lagi coba simak bagan jurnal pembelian beserta kolom-kolomnya sebagai berikut.
2. Jurnal Pengeluaran Kas merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi- transaksi yang berkaitan dengan pengeluaran uang tunai. Berikut merupakan contoh bagan Jurnal Pengeluaran Kas :
59
3. Jurnal Penjualan merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi penjualan barang dagang secara kredit. Berikut merupakan contoh bagan jurnal penjualan :
4. Jurnal Penerimaan Kas merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan yang terjadi di dalm suatu perusahaan. Berikut merupakan contoh bagan Jurnal Penerimaan Kas :
5. Jurnal Memorial Jurnal Umum merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi yang tidak dapat dicatat pada jurnal khusus. Perlu diingat, 60
terdapat transaksi-transaksi yang biasanya dicatat dalam Jurnal Umum. Transaksi-transaksi tersebut adalah: 1. Retur pembelian barang dagang, yang dahulu dibeli dengan kredit karena barang rusak; 2. Retur penjualan barang dagang, yang dahulu dijual dengan secara kredit karena barang rusak; 3. Pengubahan utang usaha menjadi utang wesel; 4. Pengubahan piutang usaha menjadi piutang wesel; 5. Penjualan sebagian aktiva tetap yang sudah tidak layak pakai secara kredit; 6. Pengurangan harga.
f. Buku Besar Buku besar adalah buku utama pencatatan transaksi keuangan yang digunakan untuk meringkas akun akun transaksi yang telah dicatat didalam jurnal umum. Dalam menyusun buku besar untuk UKM ada harus yang diperhatikan yaitu: 1. Judul buku besar terdiri dari nama UKM dan tanggal periode buku besar tersebut. 2. Jenis/nama akun dan nomor akun harus disertakan untuk memperjelas rincian akun buku besar 3. Di dalam buku besar terdapat enam kolom yaitu kolom tanggal, keterangan, ref, debit, kredit, dan saldo yang terdiri dari kolom debit dan kredit.
61
4. Nilai kolom transaksi yang akan dimasukkan kedalam kolom debit dan kredit harus sesuai dengan jurnal umum. 5. Kolom saldo merupakan hasil hasil penjumlahan dari saldo transaksi sebelumnya ditambah transaksi yang terjadi pada kolom debit. Atau, dikurangi transaksi yang terjadi pada kolom kredit. 6. Memperhatikan mekanisme pencatatan pada buku besar sebagai berikut: No Kelompok
Penambahan
Pengurangan
1.
Perkiraan harta
Debit
Kredit
2.
Perkiraan utang
Kredit
Debit
3.
Perkiraan modal
Kredit
Debit
4.
Perkiraan pendapatan
Kredit
Debit
5.
Perkiraan biaya
Debit
Kredit
g. Buku Besar Pembantu Buku besar pembantu merupakan perincian dari buku besar umum, bentuk dari buku besaar pembantu sama dengan buku besar umum. Yang mana ada dua jenis yaitu form pembantu utang dan piutang.
62
h. Neraca Saldo Neraca saldo adalah ringkasan dari saldo-saldo yang telah dicatat didalam buku besar, yang keberadaannya digunakan untuk memastikan kebenaran dari setiap akun transaksi yang dicatat dalam buku besar. Berikut dibawah ini adalah form neraca saldo.
i. Jurnal Penyesuaian Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo-saldo yang tercatat didalam jurnal umum dan buku besar. Jurnal penyesuaian terdiri dari: 1. Jurnal penyesuaian untuk taksiran kerugian piutang. Dimana pencatatannya beban kerugian piutang dicatat didebit dan cadangan kerugian dicatat piutang dikredit 2. Jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagangan ada dua jenis pencatatan, yang pertama, jika menggunakan pencatatan Ikhtisar laba rugi, maka pencatatannya adalah pada awal periode ikhtisar laba rugi dicatat didebit, sedangkan persediaan barang dagang dicatat dikredit. Sedangkan jika pada akhir periode adalah persediaan barang dagang dicatat didebit, sedangkan ikhtisar laba rugi dicatat dikredit. Yang kedua menggunakan perkiraan harga pokok penjualan, untuk unsur-unsur yang menambah harga pokok penjualan pencatatannya adalah harga pokok penjualan dicatat didebit, sedangkan persediaan barang dagang, pembelian, dan beban angkut pembelian dicatat dikredit. Untuk unsur-unsur yang mengurangi harga pokok penjualan , berikut ini pencatatannya adalah persediaan barang dagang, retur pembelian, potongan pembelian dicatat didebit, sedangkan harga pokok penjualan dicatat dikredit. 63
3. Jurnal penyesuaian untuk pemakaian perlengkapan, ada dua jenis pencatatan. Yang pertama jika dicatat sebesar harga perlengkapan yang dipakai selama periode akuntansi bersangkutan maka beban perlengkapan dicatat didebit, sedangkan
perlengkapan
dicatat
dikredit.
Sedangkan
yang
kedua
perlengkapan yang masih ada pada akhir akuntansi maka perlengkapan dicatat didebit, sedangkan beban perlengkapan dicatat dikredit. 4. Jurnal penyesuaian untuk beban dibayar dimuka, ada dua cara yang pertama jika dicatat sebagai harta maka beban...... dicatat didebit, sedangkan ......dibayar dimuka dicatat dikredit (dicatat sebesar beban yang dipakai selama periode akuntansi yang bersangkutan dan nama perkiraan dilengkapi dengan jenis beban yang dibayar). Yang kedua jika dicatat sebagai beban maka ...... dibayar dimuka dicatat didebit, sedangkan beban....... dicatat dikredit (dicatat sebesar beban yang dipakai selama periode akuntansi yang bersangkutan dan nama perkiraan dilengkapi dengan jenis beban yang dibayar). 5. Jurnal penyesuaian untuk beban penyusutan harta tetap. Maka beban penyusutan dicatat didebit, sedangkan akumulasi penyusutan...... dicatat dikredit. nama perkiraan pada titik titik itu dilengkapi dengan nama harta tetap yang disesuaikan. 6. Jurnal penyesuaian untuk utang biaya. Maka pencatatannya beban dicatat didebit, sedangkan utang dicatat dikredit. 7. Jurnal penyusuaian untuk piutang pendapatan, maka pencatatannya piutang......... dicatat didebit, sedangkan pendapatan....... dicatat dikredit
j. Neraca lajur Neraca lajur adalah kertas berkolom yang digunakan untuk meringkas seluruh data transaksi keuangan UKM yang dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan. Berikut langkah langkah dalam menyusun neraca lajur. 1. Memasukkan saldo kedalam kolom neraca saldo. 2. Memasukkan data jurnal penyusuaian kedalam kolom ayat jurnal penyesuaian. 3. Memasukkan data neraca saldo dan ayat jurnal penyesuaian kedalam kolom neraca, dengan ketentuan sebagai berikut:
64
a. Perkiraan yang hanya memiliki angka dalam neraca saldo atau ayat jurnal penyesuaian, angka tersebut langsung dipindahkan kedalam kolom neraca saldo sesuai dengan letaknya, debit atau kredit. b. Perkiaraan yang memiliki angka dalam kolom neraca saldo dan kolom ayat jurnal penyesuaian yang terletak pada sisi yang sama, yang ditulis dalam kolom neraca saldo disesuaikan, adalah kedua jumlah angka tersebut. c. Perkiraan yang memiliki angka dalam neraca saldo dan ayat jurnal penyesuaian yang terletak pada sisi yang berbeda, ditulis dalam kolom neraca saldo disesuaikan dengan selisih kedua angka atau selisih angka dalam neraca saldo dengan ayat penyesuaian dan letak penulisannya mengikuti angka yang lebih besar. 4. Memindahkan saldo kolom neraca saldo disesuaikan kedalam kolom rugi laba dan kolom neraca. 5. Menghitung saldo laba atau rugi pada kolom rugi laba dan neraca dengan cara membandingkan jumlah sisi debit dengan jumlah sisi kredit. Dibawah ini adalah contoh Neraca Lajur
k. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah bagian dari laporran keuangan yang mencatat unsur-unsur pendapatan dan beban UKM sampai akhirnya menghasilkan suatu laba atau rugi. (Yang intinya mencatat seluruh pendapatan/pemasukan dan pengeluaran/beban dalam kurun waktu tertentu. Berikut ini adalah unsur- unsur dalam laporan laba rugi: 65
1. Judul laporan laba rugi yang terdiri dari nama UKM dan tanggal periode laporan laba rugi tersebut, yang mana judul harus disertakan dan tidak boleh tidak disertakan. 2. Penghasilan yang mencakup macam-macam penghasilan usaha dan penghasilan luar usaha. 3. Total semua penghasilan. 4. Beban yang mencakup macam-macam beban usaha dan diluar usaha 5. Jumlah semua beban. 6. Hasil akhir (laba/rugi) =total semua penghasilan-jumlah semua beban. 7. Bentuk form laporan laba rugi:
66
HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL PRODUK Harga pokok dapat dirumuskan sebagai biaya yang tidak dapat dihindarkan terhisap dalam proses produksi yang dapat diperhitungkan sebelumnya dan yang secara kuantitatif
dapat
dihitung.
Harga
pokok
adalah
biaya
yang
tidak
dapat
dihindarkan/inhaerent/melekat pada produk,dapat diperhitungkan sebelumnya, dan secara kuantitatif dapat dihitung dengan satuan moneter misanya rupiah. Untuk menghitung harga pokok hendaknya diketahui dengan baik biaya dan jenisjenisnya.Komponen/ elemen harga pokok adalah BIaya Bahan Baku ditambah Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik. Tidak dapat dihindarkan berarti bahwa tanpa pengeluaran biaya proses produksi tidak dapat berjalan dan tidak akan ada hasil. Bahan baku dan tenaga kerja langsung termasuk yang tidak dapat dihindarkan di dalam proses produksi, akan tetapi tidak berarti semua pengeluaran biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja diperhitungkan ke dalam harga pokok.Misalnya seloyang roti memerlukan dua setengah ons tepung gandum, dua setengah ons tepung gandum adalah biaya yang inhaerent untuk roti dengan ukuran tertentu. Bila karena satu dan lain hal kemudian dikeluarkan tiga ons tepung gandum maka yang setengah ons ini tidak inhaerent, oleh karena itu tidak dapat diperhitungkan ke dalam harga pokok. Tepung gandum yang setengah ons dianggap pemborosan yang menjadi kerugian perusahaan. Biaya yang akan diperhitungkan ke dalam harga pokok hendaknya dapat diduga sebelumnya sebelum proses produksi. Dua setengah ons tepung gandum dalam seloyang roti dalam contoh di atas hendaknya dapat diduga sebelumnya, atau dapat diketahui terlerbih dahulu. Demikian pula halnya dengan perhitungan-perhitungan yang lain hendaknya dapat diduga sebelumnya untuk dapat diperhitungkan dalam harga pokok. Misanya setiap membuat dua puluh Loyang ada yang rusak satu, Maka satu loyang yang rusak sudah dapat diramalkan sebelumnya. Dianggap masih dalam kewajaran, Akan tetapi kalau yang rusak lebih dari satu maka kelebihan itu tidak lagi dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan ke dalam harga pokok. Yang berarti harga pokok dua puluh loyang roti sama dengan biaya untuk membuat dua puluh satu loyang roti. Tujuan menghitung harga pokok: 1. Untuk menentukan harga penjualan, harga pokok penjualan tidak dapat ditentukan sebelum harga pokoknya ditentukan terlebih dahulu.
67
2. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan.
Laba dihitung dengan cara
penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Padahal harga pokok penjualan baru dapat ditentukan setelah harga pokok ditentukan terlebih dahulu. 3. Untuk memberi penilaian didalam laporan keuangan yang berupa neraca. Harta dalam neraca yang berupa persediaan produk jadi harus dinilai, diberi harga. Dengan pemberian harga tersebut dapat diketahui kekayaan perusahaan. Penilaian atau pemberian harga tersebut informasinya dari harga pokok. 4. Untuk menentukan kebijakan perusahaan. Misalnya dalam kasus akan memberi potongan harga pada saat menjual secara besar-besaran.Dalam pengambilan kebijakan ini jangan sampai harga yang ditentukan berada di bawah harga pokok. 5. Untuk menentukan efisiensi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan perkiraan penentuan harga pokok sebelum proses produksi dikaksanakan dengan perhitungan harga pokok setelah proses produksi dikerjakan. Tujuan perhitungan harga pokok tersebut di atas tidak dapat terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing tujuan saling terkait. Komponen harga pokok: Komponen harga pokok juga sering disebut elemen harga pokok, yang terdiri Biaya bahan baku , biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Bahan baku adalah bahan yang melekat dan dapat diidentifikasi secara jelas pada produk jadi.misalnya kain untuk baju , kedelai untuk tempe. Bahan pembantu adalah bahan yang membatu untuk proses produksi . Tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia, ini ada yang langsung berhubungan dengan pengerjaan proses produksi ada yang tidak langsung berhubungan dengan dengan pengerjaan proses produksi.Biaya overhead pabrik merupakan biaya umum selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Contohnya biaya penyusutan, biaya-biaya listrik, air, telepon, asuransi, perbaikan mesin,dan masi banyak contoh yang lain. Biaya Bahan baku, ada dua hal yang penting yakni penetapan kuantitas yang digunakan dan penetapan harga bahan ynag digunakan.Penetapan jumlah dapat dilakukan secara fisik dengan mencatat berapa yang masuk dalam proses produksi dengan memperhatikan syrarat-syaratnya
atau dengan mempergunakan standart.Untuk
produksi potongan dipergunakan dengan mencatat apa yang masuk dalam proses produksi dengan mengingat criteria harga pokok. Sedang untuk produksi massa
68
memakai cara standart atas dasar pengalaman dengan mengeluarkan yang bersifat pemborosan dan atas dasar teknis penelitian laboratorium. Mengenai harga dapat dipergunakan : Harga beli/ harga historis/ harga perolehan, Harga pengganti yakni harga yang terjadi di pasar pembelian sesudah menjual produk. Harga rata-rata sedehana, tertimbang ,bergerak. Metode masuk pertama keluar pertam, Metode masuk terakhir keluar pertama. Hasil dari metode metode tersebut tidak sama dan akan berpengaruh kepada perhitungan harga pokok. Setiap metode mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing. Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dibayarkan oleh perusahaan kepada tenaga pekerja. Perhitungan upah dapat dilakukan dengan dua cara : Upah berdasarkan waktu dan upah berdasarkan unit/ prestasi.Upah berdasarkan waktu dapat ditentukan per jam , per hari, per minggu, per bulan.Upah berdasarkan prestasi merupakan upah atas dasar prestasi kerja karyawan. Makin tinggi prestasinya makin besar upahnya. Masing-masing cara pengupahan memiliki kelebihan dan kelemahan. Biaya overhead pabrik adalah biaya selain biya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Penetapan besarnya biaya dapat dibebankan misalnya 80% dari biaya bahan baku , atau 50% dari biaya tenaga kerja . Karena banyak cara membebankan biaya overhead pabrik. Untuk ilustrasi diberikan contoh sebagai berikut: Untuk Memproduksi 6 uni produk dibutuhkan 5 kg bahan baku @ Rp 8000,00 , Biaya tenaga kerja 6 Jam kerja @ Rp 5000,00 per jam. Biaya overhead pabrik 50% dari Biaya bahan baku.
Perhitungan: Biaya Bahan Baku
5 x Rp 8000,00
= Rp 40.000.00
Biaya tenaga Kerja
6 x Rp 5000,00
= Rp30.000.00
Biaya Overhead Pabrik
50% x Rp 40.000 ,00 = Rp 20.000,00
Harga pokok = BBB + BTK + BOP = Rp 40.000,00 + Rp 30.000,00 + Rp 20.000,00 = Rp. 90.000,00 Harga pokok 1 unit produk = Rp 90.000.00 : 6 = Rp 15.000.00 Apabila produk tersebut dijual per unit Rp 20.000.00 maka : Penjualan
= 6x Rp 20.000.00 = Rp 120.000,00
Harga Pokok Penjualan = 6 x Rp 15.000,00 = Rp 90.000,00 Laba = Penjualan - Harga Pokok penjualan = Rp 120.000.00 – Rp 90.000,00= Rp 30.000,00 69
Dari contoh tersebut diatas dapat diketahui bahwa harga pokok dapat digunakan untuk pedoman menetukan harga jual, dan dapat diketahui besarnya laba yakni : ( Rp 30.000,00 : Rp 120.000,00) x 100% = 25 % Dengan keuntungan sebesar 25% tersebut maka dapat diketahui tujuan perusahaan tercapai atau tidak . Juga efisien atau tidak. Bila mengingat besar bunga Bank untuk waktu sekarang tidak ada 25% maka dapat disebut bahwa efisien juga tercapai.
PENENTUAN HARGA JUAL Penentuan harga jual produk haruslah dilakukan dengan pertimbangan dan perhitungan yang cermat, karena sangat mempengaruhi bagaimana pengelolaan keuangan dan strategi pemasaran perusahaan. Kesalahan dalam menentukan harga jual dapat membuat perusahaan mengalami kerugian. Jika harga jual terlalu murah, maka perusahaan akan mengalami kerugian, sedangkan jika harga jual terlalu mahal, maka produk tersebut tidak laku di pasaran, sehingga perusahaan rugi.Oleh karena itu, harga jual harus ditentukan secara tepat, agar menguntungkan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual, yaitu: 1. Customers atau pelanggan. Pelanggan dapat mempengaruhi harga berdasarkan fitur yang terdapat pada produk tersebut serta kualitasnya. 2. Competitors atau pesaing. Perusahaan harus memperhatikan apa yang dilakukan oleh pesaingnya, termasuk harga jual produk mereka, yang bisa menjadi substitusi produk tersebut. 3. Costs atau biaya. Semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka semakin mahal produk tersebut dijual.
Perhitungan Penentuan Harga Jual Produk Sebelum kita menentukan harga jualnya, ada baiknya kita terlebih dahulu menghitung berapa titik impas atau break event point (BEP)nya, yaitu titik di mana kita tidak untung dan tidak rugi. Dengan demikian, kita tidak akan membuat harga yang terlalu rendah.Beberapa biaya yang harus diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja, biaya material/bahan baku, dan biaya lain-lain seperti biaya administrasi, biaya pemasaran, dan sebagainya. Setelah itu, baru ditentukan berapa keuntungan yang ingin kita peroleh, lalu dinaikkan harganya (mark up). Ilustrasi perhitungan harga jual: 70
Total biaya untuk memproduksi Produk A adalah Rp250.000.-, kemudian ingin mengambil keuntungan sebesar 20%, maka besar harga jual yang ditetapkan adalah (1 + 20%) x Rp250.000,- = Rp300.000,-. Dalam penentuan besarnya mark up, kita juga harus memperhatikan kondisi pasar produk kita, jangan sampai harganya terlalu mahal, sehingga produk tersebut tidak laku di pasaran. Hal lain yang harus diperhatikan adalah penentuan harga jual pada produk yang dikerjakan secara proses maupun pesanan. Secara sederhana para pelaku usaha dapat menerapkan cara-cara tersebut diatas untuk memudahkan menentukan harga pokok produk dan harga jual produknya.
71
BUKU PROFIL SONGKET JINENGDALEM
OLEH TIM PELAKSANA IbM Songket Jinengdalem
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014 72
Ni Ketut Sriponi : “mudah-mudahan semakin banyak dikenal oleh orang-orang di luar Buleleng”
Ni Ketut Suami : “mudah-mudahan songket jinengdalem biar bisa maju ”
Songket Bali sebagai produk budaya Bali merefleksikan cara hidup sehari-hari dari masyarakat Bali. Pandangan hidup masyarakat dapat direpresentasikanmelalui ragam hias motif pada lembaran-lembaran songket yang mengandungmakna-makna yang tertanam kuat dalam filsafat Hidu. Selain itu latar belakangsejarah merupakan hal yang melekat inheren pada nilai estetika songket Bali,dimana di dalamnya ada banyak peristiwa hidup yang membentuk sejarahkebudayaan Bali.
73
BALI : PULAU KECIL YANG LEBIH DIKENAL DUNIA
Pulau Bali merupakan sebuah pulau kecil yang sangat menawan sehingga banyak diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bali sangat menonjol dengan objek wisatanya, baik untuk wisata alam maupun wisata budaya. Bahkan tidak jarang orang asing lebih tahu Pulau Bali daripada Indonesia atau dapat dikatakan bahwa nama Bali lebih terkenal dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Bali punya daya tarik yang sangat kuat di mata internasional. Bahkan dalam buku “Indonesians Portraits from an Archipelago” yang ditulis oleh Ian Charles Stewart, Bali disebutkan sebagai “Permata” di ujung timur Pulau Jawa. Sepanjang malam terdengar musik gamelan dan anak-anak berhias emas menarikan legong. Bali disebutkan sebagai “Green Island”, di mana lereng bukit yang bertingkat-tingkat memenuhi langit. Di pulau ini setiap orang adalah seniman. Penduduk Pulau Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu menjadikannya sebagai tempat dengan budaya yang sangat unik. Agama merupakan kekuatan yang mendominasi dan meresap ke dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Bali. Hampir semua unsur kebudayaan Bali mengintegrasikan bagian dari nilai-nilai keagamaan. Misalnya seni tari dan drama Bali, pertunjukannya ditujukan untuk memuja Tuhan (Dewa). Bali sangat identik dengan keberadaan pura-pura yang terdiri atas pura keluarga dan klan, pura desa dan kerajaan, gunung dan danau, serta pura hutan dan sumber air, sehingga dijuluki “Pulau Seribu Pura”. Pura-pura tersebut digunakan untuk upacaraupacara tertentu dan sebagai tempat di mana manuasia dapat berhubungan dengan sesama manusia dan dewa-dewanya. Tidak heran apabila pulau ini juga terkenal dengan sebutan “Pulau Dewata”. Kesemuanya ini menjadikan Bali sebagai sebuah pulau yang mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan pulau-pulau yang lain di Indonesia. Selain keunikan budayanya, keindahan alam di pulau ini juga sangat eksotik. Pantai-
74
pantai di Pulau Bali (Sanur, Kuta dan Legian) merupakan tempat wisata alam yang sangat indah.
Adat dan Kebudayaan Adat dan kebudayaan di Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan religius masyarakatnya. Adat dan kebudayaan tersebut memiliki akar sejarah yang sangat panjang sehingga mencerminkan konfigurasi yang ekspresif dengan dominannya nilai religius dari agama Hindu. Kongifurasi tersebut meliputi agama, pola kehidupan, pola pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali.
75
Pola Kehidupan Pola kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali sangat terikat pada segi-segi kehidupannya yaitu diwajibkan melakukan pemujaan atau sembahyang pada pura tertentu, diwajibkan pada satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip patrilineal, diwajibkan menjadi anggota terhadap sekeha tertentu, dan diwajibkan dalam satu kesatuan administrasi desa dinas tertentu.
Kesenian Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga terlihat seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali. Atas dasar fungsinya yang demikian maka kesenian merupakan satu fokus kebudayaan Bali. Daerah Bali sangat kaya dalam bidang kesenian, seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya yang meliputi seni rupa, seni pertunjukan dan seni suara.
76
Kerajinan Seni kerajinan berkembang dan dilakukan melalui tradisi sosial suatu masyarakat yang berfungsi untuk menopang dan mempertahankan kolektivitas sosial. Seni kerajinan merupakan bagian penting dalam sistem perekonomian masyarakat. Peran tersebut menjadikan seni kerajinan itu, memiliki posisi yang unik dalam membentuk identitas masyarakat. Hal ini dapat dilihat melalui sudut pandang perajin yang bersangkutan sebagai penghasil karya seni tersebut, eksistensi seni kerajinan yang terdiri dari beberapa unit usaha baik yang bersifat kelompok maupun perseorangan bergerak dalam jenis usaha yang sama dan jenis produk yang sama pula. Dalam prosesnya dilandasi sifat gotong-royong, tenggang rasa, solidaritas dan loyalitas dalam menjunjung tinggi kehidupan berkelompok. Sifat-sifat ini sangat mewarnai iklim kerja para perajin yang terdiri dari kelompok-kelompok usaha. Suatu karya seni karajinan tidak lepas dari keterlibatan person, proses dan produk. Sebab itu jika dari proses atau aktivitas perajin dalam bentuk kolektif, maka aktivitas kesenian ini, berfungsi sebagai pengikat solidaritas masyarakat.
77
SONGKET : SEMANGAT DENTINGAN TENUN CAG-CAG Kain Tenun songket Bali bukan hanya buah keterampilan turun-temurun bagi masyarakat Bali, melainkan juga bentuk identitas kultural dan artefak ritual. Di luar lingkup tradisi masyarakat daerah tujuan wisata, kain songket Bali pun tidak sebatas cenderamata atau sekedar oleh-oleh khas Bali semata, tetapi terus berkembang sebagai komoditas ke dunia fashion yang berbasiskan budaya. Masyarakat pengrajin kain tenun songket Balitersebar hampir di seluruh pelosok Pulau Bali dari ujung barat sampai timur dan dari selatan sampai ujung utara pulau seribu pura ini. Kain tenun songket Bali digunakan untuk beragam upacara penting dalam siklus kehidupan masyarakat Bali, antara lain upacara potong gigi, perkawinan, hari raya, kremasi, dan upacara keagamaan serta dalam acara adat.Pada tenun songket Bali, kain ditenun dengan menyisipkan benang perak, emas, tembaga, atau benang warna di atas lungsin yang mendasari. Penempatan tambahan benang ini membentuk corak yang diinginkan dan adakalanya dipadu pula dengan teknik ikat. Songket dihasilkan dari kelihaian gerakan tangan para perempuan Bali pada sebuah alat yang disebut “cag-cag” atau alat tenun bukan mesin (atbm). Kebanyakan para perempuan bali di berbagai belahan desa menggunakan “cag-cag” sebagai penghasil karya cipta yang dituangkan dari olah rasa, selera, ketelitian dan perpaduan benangbenang sutra, benang emas atau kolaborasi kedua jenis bahan benang tersebut. Dentingan suara akibat benturan kayu-kayu cag-cag menjadi penyemangat perempuan pengrajin songket untuk menghasilkan songket yang indah dan elegan sebagai ciri khas dan citra fashion Bali. Cag-cag adalah alat penghasil tenun songket, berupa kumpulan bongkahan kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga fisiknya disesuaikan dengan anatomi tubuh pengrajin ataupun sesuai kebutuhan produksi agar dapat menghasilkan songket yang sesuai dengan yang diharapkan sebagai produksi massa atau pesanan. Cag-cag sebagai alat tenun yang sangat tradisional akan tetapi dapat menghasilkan karya adiluhung. Menenun cagcag selama ini dianggap sebagai bagian dari kehidupan perempuan Bali. Jaman dahulu perempuan akan dianggap tidak pantas lahir sebagai perempuan jika belum bisa menenun. Oleh karena itu, sejak kanak-kanak perempuan di Jembrana diajari dan dilatih menenun oleh ibunya. Merupakan suatu keharusan bagi setiap gadis di daerah itu untuk menenun sebelum mereka menemukan jodohnya. Kegiatan itu, di samping untuk mengisi waktu lowong, juga sekaligus membuat hasil tenun yang dapat dipergunakan untuk membantu ekonomi keluarga, terutama pada 78
saat musim paceklik. Tradisi itu demikian kuatnya sehingga bertahan dari generasi ke generasi. Tradisi itu juga mengandung nilai-nilai sosial budaya sehingga menjadikannya tetap eksis.
Gambar Alat Tenun Cag-Cag Jaman Dahulu
79
Gambar Alat Tenun Cag-Cag Kini
80
MOTIF SONGKET BALI Selain memiliki keindahan alam dan budayanya yang unik dan menarik hingga banyak menarik minat kalangan wisatawan asing, Pulau Bali juga memiliki tradisi memakai kain tenun songket yang sangat kuat. Hal itu terjadi karena budaya memakai kain tenun songket diantara masyarakat Bali sudah berlangsungsejak lama, yaitu sejak masih berkuasanya dinastidinasti kerajaan di daerah tersebut. Tradisi dan budaya memakai kain tenun songket itu kini terus diturunkan dan dilestarikan oleh kalanganmasyarakat Bali, khususnya oleh kalangan keturunan keluarga kerajaan. Walaupun pada awalnya kain tenun songket digunakan hanya terbatas di kalangan anggota keluarga puri (kerajaan), namun kini hamper seluruh lapisan masyarakat Bali juga menggunakan kain songket, terutama pada saat penyelengaraan upacara-upacara adat keagamaan. Adanya budaya dan tradisi yang sangat kuat dalam menggunakan kain tenun songket di kalangan masyarakat Bali inilah yang telah mengakibatkan tradisi dan budaya pembuatan kain tenun songket di Bali dapat tetap hidup dan bertahan walaupun teknologi pembuatan kain kini sudah jauh berkembang. Dukungan tradisi dan budaya untuk menggunakan kain tenun songket inilah yang telah membuat kalangan perajin kain songket di Bali untuk tetap eksis dan secara turun temurun melestarikan seni kerajinan pembuatan kain tenun songket Bali kepada generasi berikutnya. Keaslian dan keunikan motif maupun teknik pembuatannya yang sangat menarik dan indah tidak lekang dimakan usia maupun jaman. Faktoritulah yang justru membuat kain songket Bali tetap memiliki ciri khas dan daya tarik yang tidak akan dapat digantikan oleh kain hasil produksi mesin-mesin modern. Songket adalah merupakan hasil karya tenun tradisional di mana motif-motifnya dibuat bervariasi seperti sebuah anyaman sehingga menghasilkan corak dan ciri khas tersendiri. Di Indonesia pusat kerajinan tenun songket bisa ditemukan diberbagai daerah seperti Sulawesi, Sumatera, Sumbawa, Lombok, Kalimantan dan tidak terkecuali Bali, pengrajin songket di Bali bisa ditemukan di Desa Sidemen, Kabupaten Karangasem dan Gelgel di Kabupaten Klungkung, mereka juga menghasilkan kain tenun endek. Bali yang memiliki seni budaya tradisional sangat mempengaruhi hasil tenun songket ini, hasil kerajinan terus berkembang dari jaman ke jaman. Kebutuhan kain tenun tradisional ini sangat tinggi di dalam negeri, apalagi Bali identik dengan berbagai kegiatan upacara agama yang menggunakan pakaian tradisional, memakai kain songket adalah kelebihan, kemewahan dan gengsi tersendiri yang lebih 81
dominan dipakai oleh kaum wanita, karena harga daripada kain songket ini melebihi nilai rata-rata kain yang lainnya. Pada jaman kerajaan kerajaan kain songket hanya digunakan oleh kalangan raja, namun semenjak tahun 1990-an permintaan kain ini mulai tinggi. Hasil karya ini merupakan kekayaan intelektual Bali, yang masih dilestarikan sampai sekarang dan menjadi salah satu komoditi eksport. Sehingga membuat pengrajin songket di Bali terus bertambah.
Kain songket menggunakan bahan dasar benang sutera, dipadu dengan benang berwarna emas ataupun perak, kemudian diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan corak yang bervariasi dan sesuai yang kita inginkan. Kain songket yang dulunya diperuntukkan untuk kamben/ sarung dan juga udeng, sekarang dalam perkembangannya kain songket dengan motif endek digunakan untuk seragam, tas, dompet dan souvenier lainnya.Pembuatan kain ini membutuhkan kesabaran, untuk menghasilkan karya yang maksimal dan sempurna bisa menghabiskan waktu selama satu bulan, jadi tidak mustahil harga songket menjadi tinggi dan cenderung mahal. Berbagai jenis dan motif songket Bali secara umum yang telah dihasilkan dan dikenal oleh pengrajin dan masyarakat luas seperti berikut ini: 1. Songket Bali Benang Emas
82
Sesuai dengan namanya, Songket Bali benang emas hanya menggunakan benang emas
dalam designnya. Karena harga benangnya yang mahal, harga Songket Bali
benang emas biasanya sangat mahal. Terutama bila songket ini didesign dengan motif yang sangat rapat dan padat. Semakin rapat tingkat kepadatan motifnya, tentu semakin banyak benang emas yang dibutuhkan dan semakin rumit cara pembuatannya yang mengakibatkan harga jenis songket Bali ini menjadi sangat tinggi.
2. Songket Bali Benang Perak
Songket Bali benang perak memiliki bahan baku benang perak. Walaupun keberadaannya sudah diakui sejak dulu kala, saat ini songket Bali benang perak memiliki tingkat popularitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan songket Bali benang emas. Ini terlihat dari lebih banyaknya jenis songket Bali ini yang beredar di pasaranmenggunakan benang perak.
83
3. Songket Bali Benang Katun
Songket Bali benang katu memiliki warna warni yang sangat indah yang tidak dimiliki oleh jenis songket Bali benang emas maupun perak. Designnya pun kelihatan jauh lebih menawan dan lebih kreatif. Selain itu, jika digunakan juga tidak seberat dan sekaku kain songket yang menggunakan benang emas atau perak, sehingga lebih disukai untuk acara yang lebih santai tidak terlalu formil. 4. Songket Bali Campuran
Songket Bali jenis ini yang sedang diminati dan disukai. Songket Bali benang campuran menggunakan kombinasi jenis benang. Benang Katun – Emas, atau benang Katun- Perak, atau benang Emas- Perak. Kombinasi ini tentu memberikan alternative dan dukungan bagi pengembangan motif-motif dan design baru yang dikeluarkan oleh para designer kain songket traditional. Kombinasi tidak saja menghasilkan songket Bali
84
berkualitas baik dalam harga yang lebih terjangkau, namun sekaligus juga memberikan inovasi dan trend yang lebih disukai oleh generasi yang lebih muda. Budaya Indonesia memang sangat luar biasa, termasuk tenun songket Bali. Sebuah Songket Bali yang dihargai jutaan merupakan bukti bahwa budaya dan tradisi merupakan sesuatu yang tidak murah harganya, bahkan sangat berharga. Dengan kerja keraspara pengrajin songket Bali, sangat masuk akal jika sebenarnya banyak peminat songket dari belahan dunia ini baik sebagai pengagum karya cipta adiluhung ini sampai dengan inovasi dan terobosan pemakaian songket sebagai bahan fashion dengan segala diversifikasi produk yang menyertainya.
85
SONGKET JINENGDALEM : SEMANGAT NYARINGNYA BELIDE
Berita Bali Post tentang Songket Jinengdalem beberapa waktu menyebutkan: ”Kerajinan tenun songket yang cukup terkenal di Desa Jinangdalem Kecamatan Buleleng, terancam punah. Hal ini dipicu harga bahan yang terus naik, sementara harga songket menurun sehingga minat penenun di desa ini untuk menggeluti usaha tersebut juga ikut turun. Sekretaris Desa (Sekdes) Jinangdalem Kecamatan Buleleng, Ketut Sumerta, yang ditemui di kantornya Jumat (14/12) kemarin, menuturkan, dari hasil penelusurannya di lapangan menurunnya minat penenun berproduksi dipicu karena harga tenun songket di pasaran memang terus menurun. Sementara harga benang untuk bahan baku semakin melambung. Kondisi ini memaksa penenun yang modalnya pas-pasan harus berpikir dua kali untuk meneruskan produksinya”.(balipost.co.id tanggal 15 Desember 2012) “Keberadaan usaha tenun endek dan songket di Buleleng belakangan ini makin mengkhawatirkan. Perajin yang sebelumnya mampu berproduksi, kini usaha tradisional tersebut banyak yang gulung tikar karena berbagai persoalan. Atas kondisi ini, usaha pertenunan di Buleleng kini terancam punah. Mencegah usaha tenun ini lenyap ditelan modernisasi, Pemkab Buleleng mulai serius membangkitkan kembali usaha pertenunan di Bali Utara. Selain menyerap produksinya, perajin kini diajarkan dalam teknik pewarnaan, sehingga kain tenun endek dan songket yang dihasilkan kualitasnya meningkat dan bisa bersaing dengan kain tenun endek dari daerah lain di Bali.Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, Minggu (13/7), usaha tenun endek di Buleleng menyebar di beberapa lokasi seperti di Desa Tejakula (Kecamatan Tejakula), Desa Sinabun (Kecamatan Sawan), Desa Jinang Dalem (Kecamatan Buleleng), dan Desa Kalianget (Kecamatan Seririt). Dari beberapa desa yang sebelumnya dikenal sebagai sentra usaha kain tenun endek maupun kain tenun songket, hingga kini yang tetap bertahan eksis dan pengelolaanya cukup baik adalah tenun di Desa Sinabun. Sementara desa lain, situasinya mulai terancam punah dan walaupun ada, perajinnya berproduksi ketika menerima order” (balipost.com tanggal 13 Juli 2014)
Desa Jinengdalem merupakan wilayah desa yang berjarak 10 kilometer dari Ibukota Kabupaten Buleleng, Singaraja. Di desa ini sebetulnya merupakan sejarah lahirnya songket khas Bali Utara sebelum. Para pengrajin perempuan songket yang mahir lahir dari desa ini sebelum akhirnya beberapa diantara mereka akhirnya hijrah ke desa lain untuk kemudian mengembangkan songket di tempat yang baru.
86
Singaraja
Jinengdalem
Selama ini songket Bali yang lebih dikenal masyarakat Bali khususnya dan Indonesia umumnya adalah yang dihasilkan pengrajin dari Klungkung dan Karangasem. Kerajinan songket dari 2 (dua) kabupaten tersebut memang lebih mendominasi pemasaran songket dan memang lebih diminati masyarakat. Sebagian besar masyarakat Buleleng pun ironisnya juga belum mengetahui bahwa di Jinengdalem merupakan desa penghasil songket sejak dulu. Karena kemudian produktivitas pengrajin di Desa Jinengdalem menurun dan “mati suri”, maka nama songket Jinengdalem pun bak hilang ditelan bumi. Hingga sampai pada tahun 2010, beberapa pengrajin songket Desa Jinegdalem akhirnya bangkit dan mulai mulai meneruskan tradisi menenun meskipun hanya sebatas melakukannya karena mendapat pesanan dari konsumen. Hal itupun karena kegigihan seorang pengrajin bernama Ni Ketut Sriponi yang menjadi motor penggerak bangkitnya Songket Jinengdalem dibantu pengrajin Ni Ketut Suami sebagai ahli motif sehingga mulai merintis melakukan aktivitas produksi songket sampai sekarang ini. Mereka membangkitkan semangat ibu-ibu pengrajin songket lainnya yang kesehariannya juga sebagai ibu rumah tangga. Mereka berjuang kembali untuk mengangkat nama Songket Jinengdalem agar kembali dan mulai dikenal masyarakat agar menjadi alternative pilihan 87
pemakaian bahan baku songket untuk keperluan upacara keagamaan maupun fashion/mode pakaian.
Ni Ketut Sriponi
Ni Ketut Suami
Berkembangnya seni tenun songket di Desa Jinengdalem sangat besar peranannya terhadap keberadaan kain tenun songket yang ada di Kabupaten Buleleng, dan bahkan satu-satunya yang masih berkembang dengan baik sebagai seni kerajinan tenun songket yang memiliki ciri khas sebagai karya kain tenun songket Buleleng. Tentu saja hal ini yang menjadi perbedaan dengan hasil tenun songket yang ada di daerah lain di Bali. Meskipun pengrajin tenun songket mengalami pasang surut dalam memproduksi karyanya, namun sebagai seni kerajinan yang menjadi warisan tradisi secara turuntemurun masih tetap berjalan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui jenis-jenis kain tenun songket dan penerapan motif hiasnya yang dihasilkan oleh pengrajin Jinengdalem sampai saat ini sangat beragam. Keragaman hasil tenun songket yang dihasilkan oleh perajin tidak hanya beragam pada jenis ragam hiasnya, akan tetapi juga kain tenun songket yang dihasilkan, termasuk juga keanekaragaman warna yang ditampilkan dari tenunan benang emas, benang perak, dan jenis benang berwarna lainnya yang memberikan estetika tersendiri hasil tenun songket Jinengdalem. Tidak dapat dipungkiri pada zaman sekarang ini, bahwa perajin selalu setia memroduksi barang kerajinan karena hanya mengisi waktu luang, akan tetapi semangat kerja selalu tumbuh berkat pesanan dari para konsumen. Proses penenunan songket Jinegdalem dengan berbagai hasil produk utama yaitu kamben dan saput merupakan sebuah olah pikir, rasa dan fisik para pengrajin. Akan tetapi banyak yang tidak tahu bahwa semangat menenun dengan cag-cag adalah bukan karena selalu dilihat dari hasil akhir dari perpaduan benang-benang yang membentuk 88
songket, melainkan lengkingan suara “belide” yang akan membuat para pengrajin akan lebih bersemangat dalam memenuhi panggilan jiwa sebagai seorang pengrajin songket. Cag-cag yang merupakan kumpulan bongkahan kayu jati, nangka, piling atau kayu besi. Bahan cag-cag dari jenis kayu tersebut akan membentuk satu kesatuan berfungsinya cagcag dalam menghasilkan songket, sehingga pengrajin merasa nyaman selama proses penenunan berlangsung. Siapa sangka bahwa usia alat tenun cag-cag dapat melebihi usia sang pengrajin yaitu antara 30-50 tahun, tetap dapat menghasilkan hasil karya kerajinan songket yang luar biasa indah dan menawan. Oleh karena itu cag-cag yang masih digunakan oleh pengrajin songket Desa Jinengdalem sebagaian besar adalah cag-cag warisan orang tua. Alasan pengrajin mengapa tidak mau membuat alat tenun cag-cag baru, hal itu disebabkan lengkingan kayu yang disebut “belide” yang kurang sehingga membuat pengrajin tidak bersemangat dan akibatnya secara fisik akan cepat merasa lelah dalam proses penenunan berlangsung.
PROSES TENUN SONGKET DAN ALAT TENUN CAG-CAG Berbagai jenis songket khas Jinengdalem telah dihasilkan melalui proses penenunan yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Benang sebagai bahan dasar songket dicuci dengan air kanji kemudian dijemur sampai kering 2. Setelah kering lalu digulung dengan menggunakan “degkrek” dan “undar”
3. Kemudian dilanjutkan dengan proses “anyinin” dengan alat “panyinan”
89
4. Selanjutnya proses suntik untuk dimasukkan ke sisir/serat
5. Setelah itu proses disasah/dipanjangkan yang kemudian digulung dengan menggunakan pandalan.
90
6. Tahap berikutnya adalah membuat motif dengan “guwon”
7. Usai motif dibuat maka diteruskan dengan proses penenunan melalui ruasruas bamboo di sepanjang bahan dasar benang
Ketahanan pengrajin selama proses penenunan songket didukung oleh beberapa alat yang mendukung alat tenun cag-cag sekaligus sebagai semangat bagi para pengrajin untuk menghasilkan songket yang indah dan berkualitas baik. 1. Prorogan dari bambu berfungsi untuk tempat meletakkan belide dan pebungbungan selama proses penenunan berlangsung.
91
2. Belide (sebelah kiri) yang mengeluarkan lengkingan yang keras dan pebungbungan
Jenis-jenis kerajinan tenun songket yang dihasilkan oleh perajin Desa Jinengdalem adalah: kain/kemben, saput/kampuh, ada juga beberapa jenis yang lainnya seperti selendang, dan taplak meja. Semua jenis produk ini sebagai ciri produksi perajin Jinengdalem. Sebagai karya seni kerajinan yang tradisional alat-alat yang digunakan untuk memroduksi masih bersifat tradisional, atau disebut juga alat tenun cagcag. Ketekunan dan keuletan para perajin wanita dalam berkarya/menenun menjadi modal dasar sehingga kualitas barang yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Motif Bade Bade atau juga disebut wadah adalah sarana religius dalam upacara ngaben yang digunakan untuk membawa sawa atau jenasah ke setra.Bentuk bangunan wadah/bade ini 92
di hiasi oleh beragam ornamen Bali yang dalam dominasi ornamen patra punggel pada bangunan wadah/bade disebutkan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :Bagian kepala, Bagian badan, dan Bagian kaki. Hiasan patra punggel pada bangunan bade yang dapat memberikan nilai artistik dari segi reringgitan dan kerumitan serta kesan yang angker dan magis dalam prosesi kematian sebagai jalan yang tidak bisa kita hindari. Secara keseluruhan disebutkan pula bahwa bangunan wadah/bade yang dihiasi patra - patra punggel akan memberikan kesan keagungan.
Motif Patra Punggel
Motif Patra Sari
Motif flora atau patra adalah motif yang paling banyak digunakan dalam kain songket termasuk songket Bali. Motif flora mencakup motif pohon, sulur- suluran, daun, bunga, biji-bijian dan tunas tumbuhan. Bunga secara umum bagi umat Hindu menggambarkan kesucian hati karena itu dipakai untuk memuja Sang Hyang Widhi dan para leluhur. Patra adalah tumbuhan yang merambat dan menjalar sebagai bagian jejepan dari rumus perhitungan wariga dan dewasa ayu dalam kalender bali yang digunakan untuk menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu. Patra yang digunakan dalam motif hias ukir - ukiran sebagaimana disebutkan dalam keketusan dan kekarangan, yang berbeda halnya dengan ukiran kekarangan, pepatran ini merupakan jenis ragam hias yang berwujud gubahan - gubahan keindahan hiasan dalam patern - patern yang juga disebut patra. Ide dasar pepatran sebagaimana ditambahkan, banyak motif patra yang diambil dari bentuk - bentuk keindahan flora yang diambil sedemikian rupa sehingga jalur daun, bunga, putik dan ranting dibuat berulang - ulang. Patra Punggel yang ide dasarnya diambil dari potongan tumbuh - tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun paku yang masih muda.
93
Motif Wayang Motif wayang adalah motif yang menggunakan gambar-gambar manusia. Tokoh-tokoh yang digambarkan dalam motif songket Bali ini adalah karakter yang berasal dari epos Mahabarata dan Ramayana. Motif motif seperti cili, wayangdan topeng merupakan simbol penghormatan kepada roh leluhur
Motir Sekar Gejora Motif ini merupakan bagian dari motif patra. Bunga secara umum bagiumat Hindu menggambarkan kesucian hati karena itu dipakai untuk memuja SangHyang Widhi dan para leluhur.
Motif Pinggiran Merak Songket bermotif fauna atau karang menampilkan gambar-gambar berbagi jenis hewan. Hewan-hewan ini melambangkan sifat-sifat sakral dari dewa-dewa dalam agama Hindu atau juga merupakan sahabat atau tunggangan para dewa. Simbol-simbol hewan yang dianggap sakral antara lain: singa, naga, sapi, angsa, buruk merak, manuk dewata, kupukupu dan sebagainya.Motif burung merak juga disakralkankarena merak adalah kendaraan dewa Kumara atau Subramanyam.
94
Motif Semanggi Gunung Merupakan bagian dari motif tumbuh-tumbuhan (flora) yang diilhami dari adanya tumbuhan semanggi yang diberi modifikasi dengan dibuatnya kotak-kotak membentuk gunung di sekelilingnya diberi hiasan tumbuhan semanggi
Motif Ancak Bingin Merupakan perpaduan motif tumbuhan dan binatang (flora dan fauna) yaitu tumbuhan beringin (daun beringin) dan pohonnya (ancak) ditambahkan motif burung dalam songket.
Motif Cakra Kurung Motif cakra kurung pada dasarnya berfokus pada cakra sebagai delapan arah mata angin. Selain itu, secara kasat mata terdapat empat garis panjang dan empat garis pendek yang sama ukurannya. Hal ini menunjukkan adanya makna keseimbangan yang tersirat di balik simbol tersebut. Untuk itu, motif cakra dimaknai sebagai simbol keseimbangan antara raga dan jiwa manusia.
95
Dan motif-motif lain yang merupakan penuangan ide pengrajin dengan didasari pada motif tumbuhan dan binatang atau alam, seperti berikut ini:
Motif Tambalan
Motif Bulan
Motif Tirta Nadi
Motif Cakar Ayam
96