LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI
Kegiatan Infeksi cercaria Schistosoma japonicum pada hewan coba (Tikus putih Mus musculus) 1.
Latar belakang Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus Schistosoma. Ada tiga spesies Schistosoma yang ditemukan pada manusia, yaitu: Schistosoma japonicum, S. haematobium dan S. mansoni. Schistosomiasis yang sebelumnya terbatas ditemukan di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi Napu kenyataannya sudah berkembang ke daerah yang baru akibat terbukanya akses ke daerah tersebut. Masalah schistosomiasis cukup kompleks karena untuk melakukan pemberantasan harus melibatkan banyak faktor, dengan demikian pengobatan masal tanpa diikuti oleh pemberantasan hospes perantara tidak akan mungkin menghilangkan penyakit tersebut untuk waktu yang lama, lebih lagi schistosomiasis di Indonesia merupakan penyakit zoonosis sehingga sumber penular tidak hanya pada penderita manusia saja tetapi semua hewan mamalia yang terinfeksi. Salah satu faktor yang mendukung berhasilnya penelitian yang berhubungan dengan schistosomiasis adalah tersedianya media cacing Schistosoma. Oleh karena itu perlu dikembangbiakkan Schistosoma pada hewan percobaan agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan uji untuk mendukung eliminasi schistosomiasis, seperti uji efikasi praziquantel, dll. a. Alasan kegiatan dilaksanakan Sesuai dengan tupoksi balai Litbang P2B2 Donggala yang lebih fokus ke penyakit parasitik jaringan, maka diperlukan kegiatan infeksi serkaria pada hewan coba.
2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN a. Uraian Kegiatan Melakukan kegiatan infeksi serkaria pada hewan coba di lapangan dan di laboratorium parasitologi dan entomologi Balai Litbang P2B2 Donggala. b. Batasan kegiatan Kegiatan meliputi: 1) 2) 3)
4) 5)
Survei keong O.h. lindoensis Crushing keong O.h. lindoensis Serkaria yang ditemukan dimasukkan ke dalam becker glass, yang telah diisi air selanjutnya hewan coba (tikus putih atau mencit) dimasukkan dalam becker glass yang telah berisi serkaria selama 2 jam Hewan coba tersebut lalu disimpan di kandang selama 28 – 30 hari Hewan coba dibedah setelah 60 hari infeksi.
3.
TUJUAN 1.
Umum Mengembangbiakkan serkaria pada hewan percobaan (tikus putih dan mencit)
2.
4.
Khusus a.
Melakukan pembiakan serkaria pada hewan coba
b.
Membuat spesimen cacing Schistosoma dari biakan
INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN a.
Indikator Keluaran Dengan kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh pengetahuan dan keterampilan staf balai Litbang P2B2 Donggala dalam pembiakan serkaria pada hewan coba.
b.
Keluaran Hasil keluaran dari kegiatan ini adalah staf balai Litbang P2B2 Donggala mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam pembiakan serkaria pada hewan coba.
5.
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan diawali dengan mencari keong Oncomelania hupensis lindoensis di daerah endemis schistosomiasis. Keong yang ditemukan dari lapangan dipindahkan ke dalam petridish. Kemudian keong diukur panjangnya satu per satu, berurut mulai dari nomor sampel (nomor petridish) yang terkecil dan seterusnya dan dicatat pada formulir. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan umur keong. Selanjutnya diperiksa apakah keong mengandung parasit di bawah mikroskop dengan metode ”crushing”. Metode Crushing : - Tiga keong diletakkan di atas slide yang bersih. - Kemudian keong dipecahkan secara hati-hati dengan menggunakan pinset sedang. - Tambahkan 1 – 2 tetes air pada setiap keong yang dipecahkan, lalu periksa di bawah mikroskop dissecting. Dengan menggunakan sepasang jarum jara atau pinset kecil, dicari dengan teliti parasit-parasit yang ada dalam tubuh keong, khususnya bentuk-bentuk serkaria dari S. japonicum. Serkaria yang ditemukan lalu diambil kemudian dimasukkan ke dalam becker glass, yang telah diisi air selanjutnya hewan coba (tikus putih atau mencit) dimasukkan dalam becker glass yang telah berisi serkaria selama 2 jam.
Hewan coba tersebut lalu disimpan di kandang dan setelah 28 – 30 hari tinja hewan coba tersebut diperiksa untuk menemukan telur cacing Schistosoma. Pembedahan dilakukan pada hewan coba tersebut setelah 60 hari infeksi. 6.
PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN a. Pelaksana kegiatan adalah Instalasi Laboratorium Parasitologi dan Entomologi b. Penangungjawab kegiatan adalah Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala c. Penerima Manfaat adalah Balai Litbang P2B2 Donggala
7.
JADWAL KEGIATAN Waktu Pelaksanaan Kegiatan Bulan Juli 2011 Tempat : daerah focus keong Tomado I, II dan fokus Muara Danau Lindu, Sulawesi Tengah
8.
HASIL KEGIATAN a. Pengumpulan keong ke fokus Tomado I, II dan Muara Tim dari Lab. Parasitologi dan Entomologi Balai Litbang P2B2 Donggala dibantu tenaga Laboratorium Schistosomiasis Lindu melakukan pengumpulan keong penular schistosomiasis, Oncomelania hupensis loindoensis. Keong yang terkumpul dicrushing kemudian dipriksa secara mikroskopis. b. Pemeriksaan serkaria pada keong Pada keong dari Tomado ditemukan stadium sporokista dan cercaria muda dari S.japonicum. Ciri morfologi sporokista : bentuk panjang, gilig, elastis, bentuk seperti huruf L, gerakan lambat, memendek (membulat) dan memajang, warna jernih dengan pemeriksaan langsung. Ciri morfologi cercaria muda : bentuk kepala bulat memanjang (elips), ujung masih tumpul, terlihat kelenjar – kelenjar dalam kepala, ekor masih pendek, belum terlihat bercabang, gerakan sangat lincah. Pada keong dari fokus Muara, ditemukan juga stadium sporokista, cercaria muda dan cercaria dewasa yang siap menginfeksi hospes mamalia. Ciri morfologi cercaria dewasa : kepala bentuk elips, ujung meruncing, bagian dalam kepala terlihat berisi kelenjar – kelenjar yang berfungsi untuk penetrasi ke kulit hospes malaia, ekor sudah terlihat panjang dan bercabang dua, untuk berenang menemukan hospes mamalia, gerakan sangat lincah. c. Kegiatan infeksi cercaria pada hewan coba Serkaria yang ditemukan lalu diambil kemudian dimasukkan ke dalam becker glass, yang telah diisi air selanjutnya hewan coba (tikus putih) dimasukkan dalam becker glass yang telah berisi serkaria selama 2 jam. Hewan coba tersebut lalu disimpan di kandang dan setelah 28 – 30 hari tinja hewan coba tersebut diperiksa untuk menemukan telur cacing Schistosoma. Pembedahan dilakukan pada hewan coba tersebut setelah 60 hari infeksi.
d. Pemeriksaan hewan coba yang diinfeksi cercaria Pembedahan yang dilakukan pada 4 ekor mencit yang diinfeksi menunjukkan semuanya positif terinfeksi cacing Schistosoma japonicum, yaitu dengan ditemukannya telur pada tinja, pada jaringan hepar dan cacing S.japonicum dewasa jantan dan betina pada vena hepatica mencit yang terinfeksi. Pada kegiatan ini cacing hanya dapat ditemukan pada satu ekor mencit yaitu sebanyak 27 pasang cacing dewasa. Pada mencit lain hanya ditemukan telur S.japonicum dan tidak dapat ditemukan cacing karena kurang hati – hati dalam pencarian cacing pada vena hepatica yang sangat halus. Pada pemeriksaan jaringan hepar mencit yang telah digerus dan disentrifugasi, ditemukan telur S.japonicum dan telur cacing lain yang belum bisa diidentifikasi.
Gambar 1. Telur S.japonicum perbesaran 10x (kiri) dan perbesaran 40x (kanan) yang ditemukan pada hepar mencit yang terinfeksi, dengan metode sentrifugasi, pewarnaan lugol.
Gambar 2. Telur cacing yang belum bisa diidentifikasi perbesaran 10x (kiri) dan perbesaran 40x (kanan) yang ditemukan pada hepar mencit yang terinfeksi, dengan metode sentrifugasi, pewarnaan lugol.
Gambar 3. Cacing S.japonicum dewasa jantan dan betina perbesaran 4x yang ditemukan pada vena hepatica mencit yang terinfeksi, dengan pewarnaan lugol.