Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
KORELASI ANTARA PERILAKU BERKELOMPOK DAN HASIL PRESENTASI PETA KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MODUL ETNOSAINS SUBAK Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, Sang Putu Kaler Surata Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRACT Based on the observation that the information obtained in the junior Amarawati Tampaksiring is one of the schools that implement conventional learning models. To achieve the goal of education, conventional learning model is not very effective to implement. Therefore, innovation is required in learning. One way to do is to implement a module based cooperative learning etnoscience subak which emphasizes the aspects of group behavior and results presentation concept maps. The purpose of this study was to determine the effect of cooperative learning modules based on behavior etnoscience subak groups and the results of students' concept map presentation, as well as to determine the correlation between the behavior of the group and the results presentation concept maps. The experiment was conducted in the junior class VII B Amarawati Tampaksiring. Students were divided into six groups, and each group working on a concept map. Furthermore, observers provide an assessment with reference to the assessment rubric. From the data analysis, the results obtained flocking behavior scores increased from 273.5 to 497.5 with a significance level (p = 0.028 <0.05), which means learning a given effect on the behavior of groups of students. Increase also occurred in the results presentation concept maps where scores increased from 42.0 to 97.0 with a significance level (p = 0.027 <0.05), which shows the influence of learning the presentation of the results of students' concept maps. To test the correlation between the behavior of the group with the results presentation concept maps, correlation coefficient (ρ = 0.986) indicating increasing students flocking behavior, the result presentation concept maps is increasing as well. Results significance level (p = 0.000 <0.05) showed that the flocking behavior correlates to the presentation of the results of students' concept maps. In conclusion, cooperative learning modules based etnoscience subak affect the increase in groups as well as the behavioral aspects of students' concept map presentation of results, and the two variables have a positive correlation in the study. Key words : Mind map, Cooperative learning, Subak etnosains module
Amarawati Tampaksiring merupakan
PENDAHULUAN Berdasarkan
hasil
observasi
salah satu sekolah yang menerapkan
diperoleh informasi bahwa di SMP
model pembelajaran konvensional. Jika
163
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
dilihat dari sudut pandang para ahli,
akan terlatih untuk berdiskusi dalam
pembelajaran
kurang
kelompok. Keterkaitan antara variabel
efektif karena peserta didik cenderung
perilaku berkelompok dengan variabel
menjadi
hasil presentasi peta konsep sangat
konvensional
pasif
(Setyawan,
2011).
Melihat dari kelemahan tersebut, maka
berperan
bagi
perlu
model
penyampaian
materi
akan
keberlanjutan
dilakukan
pembelajaran
inovasi yang
mengembangkan tiga aspek penting
keberhasilan pelajaran
pemahaman
dan siswa
terhadap materi.
dalam diri siswa. Salah satu model
Bertitik tolak dari latar belakang
pembelajaran yang dapat diterapkan
tersebut, penelitian ini bermaksud untuk
adalah pembelajaran kooperatif berbasis
mengetahui korelasi antara perilaku
modul etnosains subak. Pemilihan subak
kelompok dan hasil persentasi peta
sebagai
konsep
media
pembelajaran
dalam
siswa
dalam
pembelajaran
modul didasari karena di kawasan SMP
kooperatif berbasis modul etnosains
Amarawati Tampaksiring terdapat subak
subak
yang berpotensi sebagai sumber belajar,
Tampaksiring”.
di
SMP
Amarawati
yaitu subak Pulagan. Pembelajaran kooperatif berbasis
METODE PENELITIAN
modul etnosains subak menitikberatkan
Penelitian ini dilaksanakan pada
pada dua aspek penting, yaitu perilaku
bulan Januari sampai bulan April tahun
berkelompok peserta didik dan hasil
2013, di kelas VII B SMP Amarawati
presentasi peta konsep peserta didik.
Tampaksiring tahun ajaran 2012/2013.
Perilaku kelompok dinilai sebagai aspek
Sampel
penting karena dengan belajar dalam
penelitian ini berjumlah 39 orang.
kelompok, siswa cenderung mampu
Desain penelitian yang digunakan dalam
mengungkapkan pendapatnya tentang
penelitian ini adalah Pre-Eksperimental
suatu hal. Aspek kedua adalah hasil
dengan model One Group Pretest-
presentasi peta konsep peserta didik.
Posttest Design. Rancangan penelitian
Variabel hasil presentasi peta konsep
ini menggunakan untuk satu kelompok,
dipilih karena melalui peta konsep siswa
yaitu
yang
kelompok
digunakan
eksperimen.
dalam
Data
164
Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, SangPutu Kaler Surata
diambil
dari
sampel
dengan
dua
mengetahui
peningkatan
perilaku
tahapan, yaitu pretest dan posttest.
berkelompok dan hasil presentasi peta
Sebelum mengambil data, sampel dibagi
konsep. Sedangkan, untuk mengetahui
menjadi
enam
kelompok membuat
akan peta
kelompok.
Setiap
adanya
ditugaskan
untuk
berkelompok terhadap hasil presentasi
konsep
dari
tema
peta
korelasi
antara
konsep,
pelajaran. Penilaian kedua variabdel
menggunakan
diambil oleh observer dengan mengacu
Correlation.
data
uji
perilaku
dianalisis
Spearman
Rank-
pada aspek-aspek yang ditentukan. Data diambil dengan menggunakan rubrik
HASIL DAN PEMBAHASAN
penilaian perilaku berkelompok (Surata,
Hasil Penelitian
2009) dan rubrik penilaian presentasi
Analisis Perilaku Berkelompok
peta konsep (Hariyati, 2012). Rubrik
Dalam
penelitian
perilaku
perilaku kelompok dan rubrik presentasi
kelompok memiliki empat aspek yang
peta konsep merupakan rubrik yang
diamati, yaitu partisipasi kelompok
telah
dalam
(PK), pembagian tanggungjawab (PTB),
beberapa penelitian. Data pengamatan
kualitas interaksi (KI) dan peranan
perilaku
anggota
diuji
dan
digunakan
berkelompok
dan
hasil
dalam
kelompok
(PADK).
perilaku
kelompok
presentasi peta konsep dianalisis dengan
Penilaian
menggunakan uji Wilcoxon Matched
dinilai langsung oleh observer. Penilaian
Pairs
untuk aspek perilaku kelompok dapat
untuk
menguji
hipotesis
komparatif dua sampel berpasangan bila data
berbentuk
ordinal
untuk
dilihat pada Tabel 1
(Sugiyono,
2011). Pengujian ini dilakukan untuk
165
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
Tabel 1 Perbandingan Penilaian Perilaku Kelompok Kelompok PK 10,5 13,5 12,0 11,0 10,0 9,5 66,5
A B C D E F Jumlah
Pretest KI PADK 10,5 11,5 13,0 12,0 14,0 14,0 9,5 11,5 10,0 11,0 9,0 12,0 66,0 72,0
PTJ 12,0 12,0 12,0 11,5 11,0 10,5 69,0
Jumlah 44,5 50,5 52,0 43,5 42,0 41,0 273,5
PK 20,5 23,5 24,5 19,0 19,5 18,0 125,0
Posttest KI PADK 23,5 20,0 22,0 21,5 21,0 27,0 19,0 22,0 18,0 17,0 17,0 17,0 120,5 124,5
PTJ 19,0 23,0 23,0 21,0 21,0 20,5 127,5
Jumlah 83,0 90,0 95,5 81,0 75,5 72,5 497,5
Keterangan : Partisipasi Kelompok (PK), Pembagian Tanggungjawab (PTB), Kualitas interaksi (KI), Peranan Anggota dalam Kelompok (PADK).
Dari Tabel 1 terlihat bahwa
terendah diperoleh kelompok F dari
jumlah skor dari keempat aspek
41,0 menjadi 72,5. Sedangkan, jika
perilaku
memiliki
ditinjau dari aspek pengamatan dapat
perbedaan rentang yang cukup jauh,
dilihat bahwa semua aspek mengalami
yaitu
peningkatan.
berkelompok
dari
273,5
menjadi
497,5.
Aspek PTJ merupakan
Peningkatan skor tersebut semakin
aspek yang memiliki skor tertinggi,
diperkuat
setelah
dilakukan
yaitu dari 69,0 menjadi 127,5 dan
Wilcoxon
Matched
Pairs
uji
dimana
aspek
KI
menjadi
aspek
yang
diperoleh (Z6=-2,201, p=0,028<0,05)
memperoleh skor terendah, yaitu dari
yang menyatakan adanya perbedaan
66,0 menjadi 120,5.
nyata antara pretest dan posttest. Hal ini berarti hipotesis 1 penelitian, yaitu pembelajaran
kooperatif
Analisis Hasil Presentasi Peta Konsep
berbasis
Berdasarkan analisis data yang
modul etnosains subak berpengaruh
dilakukan, hasil presentasi peta konsep
terhadap perilaku berkelompok dan
siswa menunjukkan peningkatan yang
hasil presentasi peta konsep siswa di
signifikan dan terjadi di semua aspek
SMP
yang
Amarawati
Tampaksiring
diterima. Jika dilihat secara menyeluruh,
diamati.
Perbandingan
hasil
presentasi peta konsep siswa dapat dilihat pada Tabel 2
kelompok C merupakan kelompok
Tabel 2 Perbandingan Penilaian Hasil
yang memperoleh skor tertinggi dari
Presentasi Peta Konsep.
52,0 menjadi 95,5, sedangkan skor 166
Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, SangPutu Kaler Surata
Kelompok A B C D E F Jumlah
A1 2,0 2,0 2,0 2,0 1,0 1,0 10,0
Pretest A2 1,5 1,0 1,5 1,0 1,0 1,0 7,0
A3 1,0 1,0 1,5 1,0 1,0 1,5 7,0
A4 1,0 2,0 2,0 1,0 2,0 1,0 9,0
A5 1,0 2,0 2,0 2,0 1,0 1,0 9,0
Jumlah 6,5 8,0 9,0 7,0 6,0 5,5 42,0
Posttest A2 A3 3,0 3,0 3,0 3,0 4,0 3,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 2,5 19,0 18,0
A1 3,0 4,0 4,0 3,0 3,0 2,0 19,0
A4 3,5 4,0 4,0 3,0 2,0 3,0 19,5
A5 3,5 4,0 4,0 3,5 3,5 3,0 21,5
Jumlah 16,0 18,0 19,5 15,5 14,5 13,5 97,0
Keterangan : Keterkaitan antara Isi Peta Konsep dengan Pokok Bahasan yang Dijelaskan (A1), Kerapian Pembuatan Peta Konsep (A2), Warna, Tulisan dan Garis Desain Peta Konsep yang Menarik (A3), Penguasaan Peta Konsep oleh Masing-Masing Anggota Kelompok (A4) serta Kemampuan Menjawab Pertanyaan (A5).
Tabel 2 menunjukkan bahwa antara
bahwa terdapat perbedaan nyata antara
skor pretest dan posttest mengalami
pretest dan posttest
peningkatan dari 42,0 menjadi 97,0.
membuktikan
Dilihat
penelitian,
dari
kelompok,
terlihat
Hasil tersebut
hipotesis yaitu
pertama
pembelajaran
kelompok C adalah kelompok yang
kooperatif berbasis modul etnosains
memiliki skor tertinggi, yaitu dari 9,0
subak berpengaruh terhadap perilaku
menjadi
berkelompok dan hasil presentasi peta
19,5
dan
kelompok
F
memperoleh skor terendah, yaitu dari
konsep
siswa
di
SMP
5,5 menjadi 13,5. Sedangkan, jika
Tampaksiring diterima.
Amarawati
ditinjau dari aspek penilaian terlihat bahwa aspek kemampuan menjawab
Korelasi antara Perilaku Kelompok
pertanyaan
dengan Hasil Presentasi Peta Konsep
(A5)
memperoleh
skor
tertinggi pada saat posttest, yaitu 21,5
Langkah awal yang dilakukan
dan aspek dengan skor terendah terlihat
guna
pada aspek warna, tulisan, dan garis
variabel adalah mencari selisih data
desain peta konsep yang menarik (A3),
antara
yaitu 18,0. Hasil tersebut diperkuat oleh
pembelajaran. Berdasarkan skor selisih
hasil uji Wilcoxon Matched Pairs
terlihat
dimana
(Z6=-2,207,
dengan perolehan skor tertinggi, yaitu
menunjukkan
perilaku berkelompok dengan skor 43,5
diperoleh
p=0,027<0,05)
yang
mengetahui
sebelum
kelompok
hubungan
dan
C
kedua
sesudah
mendominasi
167
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
dan hasil presentasi peta konsep dengan
untuk hasil presentasi peta konsep.
skor
Peningkatan perilaku berkelompok yang
10,5.
Kelompok
kelompok
yang
terendah
dengan
F
menjadi
memperoleh skor
31,5
skor
sejalan
untuk
dengan
peningkatan
hasil
presentasi peta konsep dapat dilihat
perilaku berkelompok dan skor 8,0
pada Gambar 1.
Skor selisih
60 40 Hasil Presentasi Peta Konsep
20
Perilaku Berkelompok
0 A
B
C
D
E
F
Kelompok Gambar 1 Korelasi antara Perilaku Berkelompok dengan Hasil Presentasi Peta Konsep Ditinjau dari Kelompok
Siswa
Dari Gambar 1 terlihat antara variabel
pembelajaran kooperatif berbasis modul
perilaku berkelompok
etnosains
presentasi
peta
dengan hasil
konsep
memiliki
subak
terhadap
hasil
presentasi peta konsep siswa diterima.
hubungan positif. Semakin meningkat perilaku
berkelompok,
maka
hasil
Pembahasan
presentasi
peta
konsep
semakin
Perilaku Berkelompok
meningkat
pula.
Temuan
tersebut
Berdasarkan
pengamatan
dan
semakin diperkuat dengan hasil uji
analisis data yang telah dilakukan
Spearman
dimana
diperoleh peningkatan skor perilaku
diperoleh koefisien korelasi (ρ=0,986)
berkelompok dari 273,5 menjadi 497,5
dengan taraf signifikansi yang lebih
dengan
kecil dari probabilitas (p=0,000), maka
(p=0,028<0,05) yang berarti terdapat
dapat
hipotesis
perbedaan nyata antara sebelum dan
kedua, yaitu terdapat korelasi antara
sesudah kegiatan pembelajaran. Hasil
perilaku
tersebut sekaligus menyimpulkan bahwa
Rank-Correlation
disimpulkan
bahwa
berkelompok
siswa
dalam
taraf
signifikansi
168
Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, SangPutu Kaler Surata
pembelajaran kooperatif berbasis modul
interaksi
etnosains subak berpengaruh terhadap
meningkat, yaitu dari rata-rata nilai
perilaku berkelompok siswa di SMP
73,47 menjadi 78,31. Peningkatan dapat
Amarawati Tampaksiring. Keberhasilan
tercapai secara optimal dikarenakan
tersebut
pembelajaran
siswa ditempatkan kelompok belajar
kooperatif berbasis modul etnosains
yang memungkinkan siswa untuk saling
subak memberikan kesempatan bagi
melengkapi dalam memahami materi
siswa untuk bertukar pikiran dengan
pembelajaran. Temuan tersebut juga
teman
ruang
didukung oleh hasil penelitian Supriono
interaksi bagi siswa serta membukakan
(2008) dimana dari hasil wawancara
peluang
dengan siswa diketahui :
dikarenakan
sebaya,
memberikan
komunikasi
antar
siswa.
oleh siswa dalam kegiatan diskusi
mereka
terarah belajar
memiliki
(DKT). dalam
beberapa
menjadi
semakin
“…Melalui penerapan pembelajaran kooperatif sikap positif siswa dapat meningkat, seperti membantu teman memahami materi dan saling memberikan dorongan untuk belajar”.
Pendapat tersebut juga disampaikan
kelompok
siswa
Menurut kelompok
keunggulan Pembelajaran
dibanding belajar secara individu, antara
dengan
berbasis
modul etnosains subak juga menjadi
lain : “…Belajar secara berkelompok memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran, saling bertanya mengenai materi pelajaran tanpa ada rasa takut, memecahkan persoalan pelajaran menjadi lebih mudah dan dengan dibentuk kelompok kami menjadi lebih akrab”.
sebuah sarana pembelajaran lingkungan
Nilai positif dari pembelajaran
keberadaan subak. Pendapat mengenai
bagi siswa. Siswa menjadi lebih paham tentang subak serta kehidupan yang terjadi di subak dan mengetahui peran penting
subak
bagi
kehidupan.
Pengetahuan tersebut dijadikan sebagai sebuah alasan untuk ikut melestarikan
kooperatif didukung juga oleh hasil
hal
penelitian dari Subratha (2006) yang
penelitian yang dilakukan Sudiana &
menemukan bahwa dengan penerapan
Maduriana (2008) yang menemukan
pembelajaran
bahwa 90% responden berpendapat jika
kooperatif
kualitas
tersebut
didukung
oleh
hasil
169
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
pendidikan
lingkungan
ISSN 2087-9016
dengan
Dari skor tersebut dapat disimpulkan
menggunakan subak sebagai model
bahwa dalam mengerjakan tugas yang
dapat meningkatkan upaya pelestarian
diberikan
Bali. Selain itu, menurut pendapat salah
mampu mempercayai anggotanya untuk
satu responden yang berprofesi sebagai
menyelesaikan suatu tugas. Sedangkan,
guru :
aspek kualitas interaksi masih menjadi
“…Menggunakan subak sebagai model maka anak didik akan mengenal lebih mendalam salah satu warisan budaya nasional, menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan dan menciptakan lapangan pekerjaan”. Penekanan perilaku berkelompok dalam pembelajaran merupakan salah satu
langkah
yang
penting.
Menempatkan siswa dalam kelompok secara tidak langsung mengembangkan jiwa sosial siswa. Penilaian perilaku berkelompok menitikberatkan pada 4 aspek, yaitu partisipasi kelompok (PK), pembagian
tanggung
jawab
(PTJ),
kualitas interaksi (KI) dan peranan anggota
dalam
kelompok
akan belajar tentang cara menempatkan dalam
kehidupan
sosial.
Pembelajaran kooperatif berbasis modul etnosains
subak
ternyata
kelompok
sudah
kendala tersendiri bagi siswa. Kualitas interaksi yang kurang dapat dikarenakan konsentrasi dan kesibukan siswa untuk fokus menyelesaikan tanggung jawab yang
diberikan.
permasalahan
Terlepas
tersebut
yang
dari perlu
ditekankan bahwa semua aspek perilaku berkelompok
siswa
mengalami
peningkatan
yang
signifikan.
Peningkatan tersebut juga memberikan gambaran
bahwa
pembelajaran
kooperatif berbasis modul etnosains subak mampu membentuk
perilaku
berkelompok siswa dari berbagai aspek sosial.
(PADK).
Melalui keempat aspek tersebut siswa
diri
setiap
mampu
membelajarkan siswa untuk bekerja sama, terlihat dari perolehan skor aspek pembagian tanggung jawab yang tinggi.
Hasil Presentasi Peta Konsep Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan peningkatan skor hasil presentasi peta konsep dari 42,0 menjadi 97,0 dengan taraf signifikansi (p=0,027<0,05). menunjukkan
Hasil bahwa
tersebut penerapan
pembelajaran kooperatif berbasis modul
170
Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, SangPutu Kaler Surata
etnosains subak berpengaruh terhadap
yang singkat dan jelas memudahkan
hasil presentasi peta konsep siswa.
mereka memahami materi pelajaran dan
Keberhasilan tersebut bukan sebuah hal
menemukan pokok pikiran dari setiap
yang mudah, dalam faktanya terdapat
subbab materi. Modul etnosains subak
kendala yang ditemukan di lapangan
juga memiliki beberapa nilai positif bagi
antara lain : siswa belum terbiasa
siswa, antara lain :
dengan
model
pembelajaran
“…Belajar dengan menggunakan modul etnosains subak menjadikan proses belajar lebih mudah karena semua materi pembelajaran sudah tercantum dengan lengkap, penggunaan gambar membuat modul lebih menarik minat belajar dibandingkan lembar kerja siswa, dan belajar dengan modul membuat semua konsep pelajaran dapat diingat”.
yang
diberikan, siswa masih merasa malu untuk
bertanya
dan
siswa
merasa
kesulitan untuk memahami tentang peta konsep.
Kendala-kendala
menjadi
sebuah
mendapatkan
tersebut
refleksi
hasil
untuk
yang maksimal.
Dalam penerapannya, peneliti berusaha menjelaskan konsep
kepada
siswa
pembelajaran
tentang
Pendapat tersebut juga didukung
kooperatif
hasil penelitian Wibowo (2012) yang
berbasis modul etnosains subak secara
menemukan
detail serta memberikan contoh-contoh
dengan
sederhana peta konsep kepada siswa.
meningkatkan keterampilan proses sains
Selanjutnya,
sendiri
siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan
mampu memahami mengenai proses
perolehan rata-rata nilai siswa sebesar
pembelajaran yang dijalani. Terbukti
85.
dari hasil presentasi peta konsep siswa
dikarenakan pada saat pembelajaran
antara pretest dan posttest mengalami
siswa lebih merasa antusias menemukan
peningkatan yang signifikan.
konsep-konsep
Dari
siswa
hasil
secara
wawancara
bahwa
pembelajaran
menggunakan
Pencapaian
rata-rata
pelajaran
modul
nilai
85
dengan
dengan
menggunakan modul. Kesuksesan siswa
siswa dalam kegiatan DKT diketahui
dalam mencapai hasil presentasi peta
bahwa untuk menghasilkan peta konsep
konsep dengan media modul sekaligus
yang baik, mereka mengacu pada modul
mematahkan hasil penelitian Ceisar
etnosains subak yang diberikan. Materi
(2012)
yang
menemukan
bahwa
171
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
pembelajaran dengan modul ilustratif
siswa dalam presentasi kelas. Untuk
memberikan kendala bagi siswa untuk
skor terendah dapat dilihat pada aspek
meningkatkan prestasi belajar.
warna, tulisan dan garis desain peta
Penugasan setiap kelompok untuk
konsep yang menarik, yaitu 18. Faktor
membuat peta konsep dimaksudkan
yang menyebabkan skor aspek tersebut
untuk
dalam
rendah adalah pengaturan waktu yang
menyelesaikan tugas secara maksimal,
kurang tepat, sehingga membuat pola
membantu
mengingat
garis, penulisan materi pembelajaran
materi serta melatih siswa untuk belajar
dan pemilihan warna menjadi kurang
secara mandiri. Jika ditinjau dari kelima
rapi.
aspek
memacu
siswa
siswa
dalam
penilaian,
kemampuan
maka
menjawab
aspek
pertanyaan
Meskipun demikian, terlihat data setiap
kelompok
di
semua
memperoleh skor tertinggi, yaitu 21,5.
penilaian
Menempatkan
belajar
karena belajar dengan menggunakan
menjadikan siswa aktif berperan serta
peta konsep lebih memudahkan siswa
dalam menyelesaikan peta konsep yang
menyelesaikan tugas yang diberikan.
ditugaskan,
kelompok
sehingga
saat
mengalami
aspek
peningkatan
kegiatan
presentasi dan diskusi setiap anggota
Korelasi
kelompok dapat menjawab pertanyaan
dengan Hasil Presentasi Peta Konsep
yang diberikan. Hasil yang diperoleh
Perilaku
Berkelompok
Dari hasil uji statistik diperoleh
penelitian
hasil koefisien korelasi (ρ=0,986) yang
Susilawati (2008) yang menemukan
menunjukkan bahwa antara perilaku
bahwa peningkatan hasil belajar siswa
berkelompok dengan hasil presentasi
pada siklus II dikarenakan penggunaan
peta konsep memiliki hubungan yang
strategi peta konsep dalam proses
positif,
yaitu
belajar mengajar dapat meningkatkan
perilaku
berkelompok,
kualitas proses pembelajaran, meliputi
presentasi peta konsep juga meningkat.
penurunan
Berdasarkan
juga
didukung
oleh
tingkat
miskonsepsi,
semakin
nilai
meningkat maka
taraf maka
hasil
signifikansi
peningkatan peran serta siswa serta
(p=0,000<0,05),
dapat
peningkatan peran dan ketrampilan
disimpulkan terdapat korelasi antara 172
Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, SangPutu Kaler Surata
perilaku
berkelompok
dalam Keberhasilan
pembelajaran kooperatif berbasis modul etnosains
subak
terhadap
hasil
presentasi peta konsep siswa. Keeratan hubungan kedua variabel terjadi karena dalam mengerjakan tugas pembuatan peta konsep, setiap anggota kelompok diberikan
kesempatan
untuk
berpendapat tentang pokok pelajaran yang akan dicantumkan dalam peta konsep, sehingga hasil peta konsep menjadi kompleks dan relevan dengan tema pembelajaran. Hubungan antara variabel perilaku berkelompok dan hasil presentasi peta konsep juga terlihat ketika siswa mempresentasikan hasil peta konsep yang dibuat. Setiap anggota kelompok terlihat sangat antusias dalam menyajikan peta konsep dan pada saat diskusi, setiap anggota kelompok saling berkomunikasi
untuk
menjawab
pertanyaan yang diberikan. Mengacu pada hasil DKT, siswa merasakan manfaat dari belajar kelompok dalam membuat peta konsep, antara lain : “…Membuat peta konsep dengan berkelompok memudahkan pemahaman materi, dapat bertanya pada teman sebaya dan pemecahan soal-soal pelajaran menjadi lebih maksimal daripada belajar individu”.
setiap
kelompok
dalam mempresentasikan hasil peta konsep tidak terlepas dari kerja sama yang
dibangun.
Pendapat
tersebut
didukung oleh hasil penelitian Gunawan (2010) yang menemukan bahwa dengan adanya
kerjasama,
rasa
saling
ketergantungan positif serta keinginan untuk
menyamakan
pemahaman
presepsi
terhadap
maka masing-masing berusaha
dan
pengetahuan, anggota akan
optimal
untuk
mengkontribusikan pengetahuan serta menjalankan
tugas
sebaik-baiknya,
sehingga tujuan kelompok akan tercapai secara utuh. Hasil tersebut dibuktikan dengan perolehan hasil uji statistik yaitu P ≤ 0,05 yang berarti terdapat perbedaan nyata antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Pentingnya
kerjasama
dalam kelompok juga diungkapkan oleh Mulyaningrum
(2012)
dalam
hasil
penelitiannya yang menemukan bahwa kerjasama yang terjalin baik akan menjadikan positif,
siswa
khususnya
bersaing dalam
secara
mencapai
prestasi terbaik. Jika dilihat dari aspek pengamatan perilaku berkelompok, aspek pembagian
173
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
tanggung
jawab
utama
merupakan
faktor
Kelompok C menjadi kelompok yang
menyebabkan
hasil
memperoleh skor tertinggi, yaitu 10,5
konsep
maksimal,
untuk hasil presentasi peta konsep.
aspek
menjawab
Tingginya
skor
kelompok
Memberikan
tanggung
dikarenakan
setiap
anggota
yang
presentasi
peta
khususnya
dalam
pertanyaan.
ISSN 2087-9016
C sudah
jawab individu dalam kelompok belajar
mampu menjalankan peranannya di
ternyata
dalam
memacu
siswa
untuk
kelompok
secara
maksimal,
melakukan yang terbaik, hal tersebut
sehingga tugas yang diberikan dapat
terlihat
siswa
terselesaikan
yang
Anggota
dari
kemampuan
menjawab
semua
diberikan,
baik
ataupun
pertanyaan pada
presentasi.
menyebabkan
saat
diskusi
Inilah
skor
yang
kemampuan
dengan
kelompok
menjalankan
hasil D
terbaik.
juga
sudah
peranannya
secara
maksimal, tetapi kualitas interaksi dan partisipasi
kelompok
yang
terjalin
menjawab pertanyaan memperoleh skor
belum maksimal, sehingga kelompok D
tertinggi
dapat memperoleh skor hasil presentasi
dari
kelima
aspek
hasil
presentasi peta konsep. Jika diketahui berhasil
ditinjau bahwa
peta konsep cukup baik, yaitu 8,5. Skor dari
kelompok
selisih 8,5 juga diperoleh kelompok E,
semua
kelompok
skor tersebut dapat diperoleh karena
menyelesaikan
tugas
peta
pembagian
tanggung
jawab
antar
konsep dengan baik. Kelompok A dapat
anggota kelompok sudah merata .
memperoleh
hasil
Sedangkan, skor terendah diperoleh
presentasi peta konsep karena kualitas
kelompok F, yaitu 8,0 untuk hasil
interaksi antar anggota kelompok sangat
presentasi peta konsep. Rendahnya skor
maksimal dibandingkan kelompok lain.
yang diperoleh diakibatkan dari kurang
Sedangkan keberhasilan kelompok B
maksimalnya
memperoleh skor 10,0 untuk hasil
masing
presentasi peta konsep dikarenakan
menjalankan
setiap
sudah
diberikan. Terlepas dari hal tersebut
kualitas
dapat disimpulkan bahwa menerapkan
interaksi yang terjadi belum maksimal.
kelompok belajar memberikan peranan
skor
anggota
berpartisipasi
9,5
untuk
kelompok meskipun
peranan
anggota
dari
masing-
kelompok
tanggung
jawab
untuk yang
174
Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, SangPutu Kaler Surata
yang besar dalam peningkatan hasil
subak
untuk
presentasi peta konsep.
pencapaian tujuan pembelajaran dan mengembangkan
memaksimalkan
aspek
perilaku
PENUTUP
berkelompok serta hasil presentasi peta
Simpulan
konsep; 3) Diharapkan kepada sekolah
Adapun kesimpulan dari hasil
untuk
menjadikan
pembelajaran
penelitian yang telah dilakukan, yaitu :
kooperatif berbasis modul etnosains
1) Pembelajaran kooperatif berbasis
subak sebagai acuan dalam membuat
modul etnosains subak berpengaruh
kebijakan
penerapan
nyata (p=0,028<0,05) terhadap perilaku
pembelajaran
yang
berkelompok
(p=0,027<0,05)
Diharapkan
kepada
terhadap hasil presentasi peta konsep
menjadikan
pembelajaran
siswa di SMP Amarawati Tampaksiring;
berbasis modul etnosains subak sebagai
2) Perilaku berkelompok berkorelasi
salah satu tolak ukur dalam melakukan
(p=0,000<0,05)
penelitian terkait inovasi pembelajaran
dan
terhadap
hasil
presentasi peta konsep siswa dalam
model
inovatif; peneliti
4) untuk
kooperatif
berbasis lingkungan.
pembelajaran kooperatif berbasis modul etnosains subak.
DAFTAR PUSTAKA
Saran Berdasarkan
temuan-temuan
dalam penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan antara lain sebagai berikut : 1) Diharapkan kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran
sehingga dapat
tercapai
tujuan secara
maksimal; 2) Diharapkan kepada guru untuk
menerapkan
pembelajaran
kooperatif berbasis modul etnosains
Ceisar, M, A.A. (2011). Pembelajaran biologi menggunakan inkuiri terbimbing melalui media animasi dan modul ilustratif. Paper dipublikasikan pada Jurnal Prosiding Seminar Nasional Biologi Vol 8, No 1, Tahun 2011. Diunduh pada tanggal 13 Februari 2013 dari http:// http://jurnal.fkip.uns.ac.id/. Gunawan, A. I W. (2010). Pembelajaran kooperatif kelompok investigasi dengan pendekatan digital artistik untuk meningkatkan ketrampilan berkelompok mahasiswa pada pembelajaran 175
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ekoliterasi ketahanan hayati program studi biologi Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun akademik 2008/2009. Paper dipublikasikan pada Jurnal Santiaji Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, Volume 1 , No.2 tahun 2011. Hariyati, J. I K. (2012). Pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif STAD (student teams achievement divisions) melalui peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa semester genap SMA Negeri 1 Petang tahun pelajaran 2011/2012 (Skripsi Tidak Dipublikasikan). Universitas Mahasaraswati, Denpasar. Setyawan, H. (2011). Pengertian, kelebihan dan kekurangan metode ceramah. Diunduh pada tanggal 06 Februari 2013 dari http://zonainfosemua.blogspot.c om. Subratha, N. (2006). Pengembangan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Paper dipublikasikan pada Jurnal Penelitian dan Pengembangan Lembaga Penelitian Undiksha tahun 2007. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2013 dari www.freewebs.com. Sudiana, I M & Maduriana, I M. (2008). Sikap guru terhadap pengembangan subak sebagai model pendidikan lingkungan
ISSN 2087-9016
(penelitian pada guru sekolah menengah tingkat atas di kabupaten Tabanan). Paper dipublikasikan pada Indonesian Scientific Journal Database Vol 41. Diunduh pada tanal 12 Februari 2013 dari http:// isjd.pdii.lipi.go.id/. Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Cetakan ke1. Supriono. (2008). Penerapan model pembelajaran kooperatif peta konsep untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Paper dipublikasikan pada Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 3, No.2 tahun 2008. Diunduh pada tanggal 28 April 2013 dari http://jurnaljpi.files.wordpress.co m Surata,
S. P. K. (2009). Rubrik pengamatan perilaku berkelompok (Rubrik Tidak Dipublikasikan). Universitas Mahasaraswati, Denpasar.
Susilawati, D, F. (2008). Implementasi strategi peta konsep dalam cooperatif learning sebagai upaya meminimalisasi miskonsepsi bioteknologi di SMA Negeri 8 Surakarta. Paper dipublikasikan pada Jurnal Pembelajaran Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diunduh pada tanggal 13 Februari 2013 dari http:// http://jurnal.fkip.uns.ac.id/ 176
Thalia Prasetya, Dewa Ayu Puspawati, SangPutu Kaler Surata
Wibowo, H, P. (2012). Pengaruh penggunaan modul hasil penelitian bentos pada pokok bahasan pencemaran lingkungan terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X Sma Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2011/2012. Dipublikasikan pada Jurnal Pembelajaran Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diunduh pada tanggal 13 Februari 2013 dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/.
177