KONSELING KARIR PENDEKATAN TRADISIONAL
A. Latar Belakang Teori perkembangan karir yang dibahas dalam tulisan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu teori tradisional dan teori pertumbuhan. Teori ini dapat menjadi dasar acuan bagi konseling karir sehingga bisa mendapatkan tujuan yang realistis dan kepuasan dalam konseling karir. Konseling penyesuaian karir sangat diperlukan untuk membantu mengurangi tekanan dalam suatu pekerjaan. Biasanya bentuk konseling karir ini tergantung pada beberapa strategi konseling individual, khususnya dengan isu klinis yang terkandung di dalamnya B. Pandangan Tradisional Konseling Karir Pendekatan konseling karir yang didefinisikan oleh Crites (1969) yaitu ”Sebuah model artikulasi yang baik dan metode berupa bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat keputusan mengenai peranan sepanjang hidup mereka dalam dunia kerja dan penyelesaian masalah yang timbul dalam proses pemilihan / penentuan. “ definisi ini adalah bagian yang paling jelas; hanya ambiguitas saja yaitu artinya “ artikulasi baik itu relatif.” Crites (1974) mengusahakan sebuah pendekatan yang khusus bagi konseling karir, dia menemukan lima artikulasi baik secara relatif. Pertama, pada tahun 1930 dan 1940 Crites mengadakan investigasi pada psikologi kejuruan dan bimbingan kejuruan, pada saat ini mulai berkembang pendekatan trait and factor. Pada akhir 1940an, konseling client-centered telah dipakai untuk memilih karir. Selanjutnya adanya kontribusi dari sudut pandang psikoanalisis, dalam waktu yang bersamaan Donald Super (1957) mengajukan sebuah pandangan perkembangan implikasi bagi konseling, dan yang terakhir Crites (1974) mencatat aplikasi tersebut pada akhir 1950an mengenai prinsip behavior yang dapat memberikan informasi karir untuk mencari dan memutuskan. Kemudian, Crites (1976) menganggap pendekatan sintetis nya sendiri untuk konseling karir.
Pendekatan ini dinamakan konseling trait-and-factors dikembangkan khusus bagi masalah karir. pendekatan ini menjadi pendekatan perkembangan terbaik dan standar bagi pendekatan lain yang dapat dibandingkan. Sepanjang pendekatan behavior bagi konseling karir, terlihat sebagai artikulasi yang baik, dengan demikian akan diambil kekuatannya, sedangkan pendekatan yang lainnya memiliki artikulasi yang kurang baik. 1. Pendekatan Client-Centered Cient-centered menekankan pada penyesuaian sosial-emosional, untuk membuat keputusan pemilihan karir dan penyesuaian karir. Berdasarkan Crites (1974), Patterson (1964) mengeluarkan pernyataan terbaik dari teori client-centered yang digunakan bagi konseling karir. Pendekatan ini menekankan pada hasil dan karakteristik konselor yang konsisten dengan pendekatannya. Tujuan konseling yaitu kesesuaian-diri dan pengamalan konsep-diri. Kesesuaian yang ditawarkan konselor, empati, dan dan anggapan positif yang mutlak menetapkan elemen-elemen prinsip terapis dalam konseling dyad (Rogers, 1957). Crites (1974, 1981) memandang kontribusi yang penting bagi konseling karier sebagai penambah rasa sensitif konselor terhadap klien dalam pengambilan keputusan dan pengakuan bagaimana sebuah peranan pekerjan dapat mempengaruhi konsep hidup seseorang. 2. Pendekatan Psikoanalisa Kontribusi psikoanalisis pada awalnya bagi konseling karir datang sebagai bagian terpenting dari Edward S. Bordin dan perkumpulannya di University of Michigan (Bordin, 1968); (Bordin;1990); (Bordin, & Kopplin,1973); (Borrdin, Nachman, & Segal, 1963). Pendakatan yang diungkapkan
oleh
Bordin
dilabeli
oleh
Crites
(1974)
sebagai
“psikodinamis”. Label ini lebih sesuai, sejak pandangan Bordin sebagai konseling karir dibalik konsep psikoanalisis bagi sebuah sintesis psikoanalisis dan teori perkembangan lainnya.Pada intinya pendekatan ini adalah asumsi bahwa faktor internal (intrafisik) menjelaskan masalah klien yang memiliki pembuat keputusan.
Bordin dan Kopplin (1973) mengembangkan sebuah sistem diagnosa yang berusaha mengkategorikan masalah untuk mengambil keputusan dalam karir. Versi sederhana sebuah kategori yang ada. Rangkuman yang mengurangi perluasan seperti subkategori yang menjamin pemisahan investigasi. a. Kesulitan sintesis. Situasi dimana tinjauan kognitif yang tidak cukup terjadi pada klien dalam memilih karir dengan benar. b. Masalah identitas. Kasus-kasus dimana persepsi diri yang digabungkan dengan pilihan masalah. c. Konflik kepuasan. Hal–hal dimana pendekatan/penghindaran serta pendekatan/konflik pendekatan yang terjadi. d. Orientasi perubahan. Kasus-kasus dimana ketidakpuasan diri dan keinginan untuk berubah secara personal menjadi potret sebuah pilihan karir. e. Patologi jahat. Keadaan dimana fungsi seseorang tidak sanggup memutuskan pilihan karir atau bahkan hal-hal yang harus dikerjakan. f. Masalah yang tidak dapat diklasifikasikan. Masalah-masalah yang tidak sesuai dengan kategori diatas Kepercayaan perkembangan
Erik
dalam
bekerja
Erikson
pada
telah
psikoanalitis terbukti.
Ide
dan
teori
Erikson
(1964,1956,1963,1968) dalam identitas yang ditulis secara berkala dalam literature konseling karir psikoadinamis. Permohonan konseling karir psikodinamis tergantung pada seluruh daya tarik terhadap teori psikoanalitis, psikologi ego, dan perawatan modern yang digabungkan. Penting untuk dicatat bahwa pengalaman Bordin sebagai seorang klinis dan pratikan terapi, berbanding terbalik dengan akar pendekatan lainnya dalam pemikiran pendidik dan peneliti. Pelatihan secara klinis, praktek terapi, mayoritas orang yang menyumbang beberapa bentuk terapi berdasarkan analitis (Garfield & Kurtz, 1976), mungkin ketertarikan menggunakan pendekatan konseling karir ini dalam
pengaturan perawatan seperti pusat kesehatan mental, praktek pribadi, dan lainnya secara tratdisional yang terlibat langsung dengan masalah karir ini 3. Pendekatan Perkembangan John Crites (1974, hal. 17) mengatakan bahwa pendekatan perkembangan “sistem bantuan klien yang komprehensif dan koheren dengan masalah karir belum diformulasikan.“ Dalam terminologi proses konseling dan tujuannya, pendekatan perkembangan adalah gabungan antara client-centered dan teknik traits-and-factor ( Crites , 1974). Tujuan konseling adalah mempromosikan perkembangan karir. Hubungan tahap perkembangan Super, yaitu tujuan-tujuan tersebut lebih spesifik yang sesuai dengan klien. Dalam setiap tahap perkembangan, mungkin ada beberapa kemampuan yang berjalan konsisten dengan teori perkembangan karir. Banyak pendekatan perkembangan yang ditunjukkan kemudian dalam diskusi pendekatan komprehensif Crites terhadap konseling karir. 4. Pendekatan Trait-and-Factors Jauh sebelum 1930an, konseling trait-and-factor
merupakan
pendekatan tradisional bagi pengmabilan keputusan karir dan standar bagi semua bentuk konseling karir yang ada. Pendekatan trait-and-factor bagi konseling didasari
oleh teori sikap yang menyatakan bahwa manusia
dapat dimengerti menurut sikap yang mereka tunjukan. Sikap-sikap tersebut adalah karakteristik stabil, dipercaya sebagai bilangan terbatas, daripada kemampuan orang untuk merespon situasi yang sama secara konsisten. Sedangkan sikap internal seseorang yang tidak dapat diobservasi, dapat mereka bentuk dengan cara mengobservasi sikap yang mereka tunjukan. Penilaian standar, khususnya perlengkapan laporan diri, telah diartikan dengan mempelajari sifat-sifat tersebut. Faktor-faktor secara statistical menggambarkan sifat-sifat yang diperkirakan. Dalam sebuah konteks konseling, jika seseorang dapat mempelajari sifat klien yang relevan bekerja, seseorang tersebut dapat menolong kliennya untuk memilih pekerjaan yang sesuai bagi mereka. Jelaslah mengapa konseling trait-and-factor telah digambarkan sebagai “
penyesuaian orang terhadap pekerjaan” dan dikritisi sebagai
“square-
peg”, teori square-hole”. a. Latar Belakang Pendekatan Trait-and-Factor Pada tahun 1920an Donald G. Patterson memulai usaha membawa kekerasan ilmiah tehadap pendekatan bimbingan kejuruan Frank Parsons. Parsons dijuluki sebagai bapak bimbingan kejuruan, yang mengajukan pengetahuan diri dan pengetahuan terhadap dunia kerja, dengan alasan pasti terhadap hubungna dua kelompok fakta tersebut “ (Parsons, 1909) hal, 5 yang menyediakan bantuan dalam perencanaan karir. Sebagai seorang siswa dan kemudian kolega dari paterson, E.G. Williamson akan mengembangkan konseling trait-and-factor lebih jauh lagi dan kemudian menjadi representative terbaiknya. Konseling trait-and-factors hanya sebagai pendekatan konseling dalam pendidikan, dirancang untuk membantu siswa sekolah menengah dan mahasiswa dalam merencanakan masa depannya. b. Tujuan Konseling Tujuan konseling trait-and-factor adalah konseli dapat membuat rencana masa depan dan keputusan yang berhubungan dengan gambaran terbaik dari, mengaaktualisasikan diri, dengan mempertimbangkan
unsur
pembuat
keputusan
sebagai
sebuah
objektivitas yang tetap kuat. Sebuah objektitivitas, yaitu pemahaman peningkatan diri, yang bermanfaat tidak hanya memberikan kepuasan pribadi tetapi juga memberikan sumbangan sosial c. Karakteristik Konselor Konselor dipandang sebagai seorang yang bijaksana, seorang guru, orang yang berpengalaman dalam hidup, orang cukup dewasa untuk memiliki sebuah aturan nilai; pengetahuan tentang karir dan bagaimana membuat keputusan, secara efektif dalam penilaian sifat manusia dan tingkah laku. Karena tes standar adalah alat penting konseling, maka konselor mampu menggunakannya, khususnya dalam
interpretasi mereka. Harapan selanjutnya adalah konselor menyebarkan informasi, membuat perkiraan dan lainnya . E.G Williamson sendiri adalah dekan dalam beberapa tahun di University of Minnesota. Mungkin
strereotip
seorang
dekan
dengan
latihan
psikologi
menggambarkan beberapa konselor trait-and-factor. d. Proses konseling. Konseling trait-and-factor adalah sebuah konseling langsung, yaitu aktivitas rasional. Berdasarkan informasi; tentang diri dan dunia kerja membuat keputusan karir lebih efektif. Tes biasanya bagian terpenting dalam sebuah proses. Williamson (1950) menggambarkan proses konseling memiliki enam tahap yang fleksibel: (1) analisis (2) unsur (3) diagnosa (4) ramalan (5) konseling dan (6) tindak lanjut. Untuk melengkapi tahap tersebut jelaslah bahwa konselor harus melakukan lebih banyak ketimbang mewawancara klien, banyak pekerjaan penting yang dapat dilakukan diantara sesi sesi tersebut. Dengan menggunakan data wawancara, hasil tes dan catatan sekolah, dan konselor menetapkan profil klien, pertanggungjawaban, dan
kemungkinan
ketidakmampuan
penyesuaian
diri.
Dalam
konseling, kesimpulan ini digambarkan untuk klien dalam pendidikan. Konselor boleh menolong klien untuk belajar kemampuan yang baru, perubahan sikap, dan perencanaan merubah lingkungan atau memilih lingkungan tertentu. Rencanakan program aksi, khususnya eksplorasi karir yang sangat penting. Teknik-teknis tersebut dimaksudkan untuk mempromosikan laporan dan penyelesaian langsung terhadap isu tersebut. Konselor menasehati,
menjelaskan,
mengajak,
melayani,
dan
membuat
penyerahan terhadap sumber yang sesuai yang dibutuhkan. e. Evaluasi. pendekatan dominan dalam sebuah bidang dimana anggotanya memiliki ideologi yang berbeda, kritik konseling traits-and-factor
sering menghasilkan emosi yang berat. Seseorang yang telah menjadi seorang konselor sejak tahun 1970an tidak ragu mendengarkan referensi konseling ini yaitu “tiga wawancara dan sekumpulan ungkapan”. Wawancara pertama yaitu meneliti keputusan karir dan tes yang dibentuk; kedua,tes dan konsep pembentukan (menggunakan persentil, contohnya) yang dapat dijelaskan; wawancara ketiga yaitu mendiskusikajn pilihan karir yang potensial dengan sumber informasi karir. Tentunya E.G Willian mengatakan bahwa kompleksifitas ini, ada dalam publikasi terbesarnya melalui karir profesionalnya selama hampir 50 tahun. Namun sayangnya, banyak praktikan tidak mendengarkannya. Hal ini terlihat bahwa konseling trait-and- factor telah merespon kritikan lainnya. Tes yang berlebihan tidak biasa saat ini. Kritikan awal yaitu pendekatan ini memandang pilihan karir sebagai peristiwa terbesar dan mengurangi faktor pendukung yang menyatakan kebutuhan memandang karir sebagai proses perkembangan. Bagi beberapa praktek konseling trait-and-factor terlihat sangat sederhana dan oleh karena itu usaha yang invalid untuk menyesuaikan pada orang/pekerjaan. 5. Pendekatan Behavioral Konseling karir behavioral memiliki sebuah tujuan perkembangan pendekatan penghargaan secara alamiah untuk pemilihan karir, teori dan prakteknya. Pemanfaatan konsep belajar dari psikologi akademik, pemilihan karir dimaksud sebagai produk instrument belajar, yang dapat diajarkan di dalam maupun diluar hubungan konseling melalui aktivitas yang tersusun dengan baik. Tingkah laku yang berhubungan dengan karir (seperti pencari informasi karir dan tingkah laku wawancara kerja) dimaksud sebagai hasil dari konsekuensi penguatan atau bukan penguatan sebuah tingkah laku personal di masa lalu. Pendekatan ini akan menggambarkan tidak hanya
tentang kondisi yang digunakan pada masalah karir; tetapi juga faktor kognitif yang menghalangi proses pembelajaran. Seperti kesadaran tengah, yang dapat dipelajari dan dimodifikasi berdasarkan pendekatan ini, dengan ketelitian terhadap hal yang diobservasi dalam kondisi percobaan (Meichenabum, 1077). Penting untuk dicatat bahwa pilihan meletakkan teknologi modifikasi behavior dan penyusunan kembali kognitif di tangan klien.
Pendekatan
behavior
menjadi
sederhana
karena
konselor
mengajarkan klien tentang kemampuan mengontrol diri (Mahoney & Thoresen, 1974; Thoresen & Mahoney, 1974). Dalam usaha mengembangkan sebuah teori komprehensif terhadap pilihan karir, banyak variabel kognitif, sejalan dengan kemampuan performance dan kecenderungan emosional, ditandai dengan kemampuan pendekatan tugas (task-approach skills) (Krumboltz, Mitchell & jones, 1978).
Hal ini meliputi kebiasaan bekerja, pengaturan mental, proses
perseptual dan pemikiran, standar performance dan nilai, orientasi masalah dan respon emosional. a. Tujuan Sebenarnya untuk membentuk ini , pendekatan behavior secara konstan membutuhkan tujuan konseling yang lebih spesifik dan dapat diteliti (Krumboltz & baker, 1973). Tekanan ini melambangkan ketelitian pandangan dalam prakteknya, juga menyederhanakan evaluasi hasil. Dalam konseling, sejumlah tujuan intermedis yang lebih spesifik
mungkin
berhubungan
dengan
meningkatkan
level
kemampuan dalam area penting bagi pembuat keputusan karir. Hal ini termasuk nilai penjelasan, pengaturan tujuan, perkiraan peristiwa yang akan datang, penyebab memilih, pencari informasi, perkiraan, memandang kembali masa lalu, pengurangan dan pemilihan pilihan, perencanaan dan penyamaratakan (Krumboltz & baker, 1973). Keadaan klien mendikte bidang yang ditekankan. Setiap kasus, klien memutuskan tujuan dari konseling. Jika sistem nilai konselor atau
kompetensi di sebuah area khusus yang tidak memperbolehkan persetujuan dengan tujuan klien, kemudian sebuah penyerahan dimulai. b. Proses Konseling Krumboltz dan baker (1973, hal 240) menggarisbawahi proses konseling sebagai berikut; 1) Mendefinisikan masalah dan tujuan klien 2) Persetujuan satu sama lain dalam mencapai tujuan konseling 3) Membangkitkan solusi masalah pilihan 4) Mengumpulkan informasi tentang pilihan tersebut 5) Menguji konsekuensi pilihan 6) Menyelesaiakanm tujuan, apilihan dan konsekuesinya 7) Membuat keputusan atau pilihan sementara sekumpulan pilihan dalam perkembangan baru dan kesempatan baru 8) Membangkitkan proses keputusan terhadap masalah baru Daftar yang berurutan secara fleksibel dan tidak harus dipandang sebagai sebuah resep. Banyak proses ini konsisten dengan model behavior untuk membuat keputuasan. (Gelatt, 1962). Pembangkitan proses pilihan adalah bentuk brainstorming dimana beberapa pilihan ditulis karena masuk akal. Pada awalnya tidak ada pilihan yang harus dikurangi karena mungkin akan terjadi. Konselor behavior karir menggunakan teknik penguatan model kehidupan dan model catatan untuk membantu klien belajar tentang informasi dan manfaat perkembangan keputusan karir. Teknik simulasi, digambarkan dengan dengan job experience kit (Krumboltz, 1970), yang dikembangkan.
Konselor bahavioral memandang
ketertarikan tersebut bukanlah sifat bawaan lahir, tetapi dapat dipelajari karakteristiknya, dan bahan ajar yang dipadukan dengan pengalaman hidup. Akhirnya, proses yang diambil seorang klien dalam memutuskan karir lalu mengolah kemampuan yang dapat diamalkan pada pilihan
hidup lainnya. Oleh karena itu, hal ini dmerekomendasikan bahwa perhatian yang diberikan untuk membangkitkan kemampuan ini terhadap isu lain, lebih jauh lagi meningkatkan manfaat konseling karir. Evaluasi. Dalam sebuah kritik Krumboltz terhadap pandangan Holland memutuskan pilihan karir (Holland, 1976) mengingatkan kita bahwa pendekatan yang berdasarkan pada ketelitian dan pemahaman tidak selalu menjadi praktek yang penting bagi penggunaan aktual dengan klien. Objektivitas ini mungkin diamalkan pada konseling karir behavior. Penggunaan objectivitas performance dan kehidupan serta model catatan mungkin sangat mahal bagi konseling individual. Interaksi yang sangat tersusun dan pengalaman praktek yang digambarkan tidak selalu ekonomis bagi situasi konseling. Sebuah keuntungan penting terhadap pendekatan behavioral datang dari pemahaman yang mudah terhadap methodologi balik dan antara konseling dan pengalaman bimbingan yang terencana dalam kelompok dan kelas. pelajaran sistem ini dapat membantu konselor untuk mengembangkan program pengembangan pemahaman karir. oleh karena itu konsistensi dan keseragaman praktek dapat dipakai.
C. Unsur Pendekatan Komprehensif Crite Crites (1974,1976,191) menerbikan artikel mayor lainnya dan buku dimana dia menggambarkan sebuah unsur konseling karir, tergantung tidak hanya pada pendekatan tetapi juga pada usaha awalnya. Dia beranggapan bahwa tidak ada pendekatan konseling yang cukup dalam menyediakan bimbingan yang memadai bagi prakteknya. Meskipun, masing-masing sistem yang ditinjau ulang membuat kontribusi signifikan terhadap praktek konseling karir.
Oleh
karena
itu,
unsur
pendekatan
kepemimpinan
mungkin
menyediakan basis terbaik terhadap teori dan prakteknya. Dalam usaha sinstesis Crites (1976) menyusun taksonomi pendekatan konseling karir, membandingkan dan membalikkan mereka berdasarkan teori
dan metode. Kontribusi teoritikal dibagi menjadi isu dan diagnosa, proses konseling, dan hasil yang diajukan. Dia merasa bahwa metode konseling karir dapat dimengerti lebih baik ketika dibagi menjadi teknik interview, metode interpretasi tes, dan informasi penggunaan pekerjaan. Pada masing-masing area ini, Crites menggambarkan bahwa sebuah unsur pendekatannya dan pendekatan lainnya. Dia menggambarkan dan meningkatkan apa yang ditawarkan oleh konseling trait-and-factor dan konseling perkembangan karir. 1. Diagnosa. Crites percaya bahwa diagnosa praktek menjawab apa dan mengapa masalah klien dalam membuat keputusan karir. Dalam membangkitkan diagnosa, tes dan informasi wawancara yang berguna. Dia merekomendasikan
penggunaan
Career
Maturity
Inventory
(yang
dikembangkan oleh Crites) bagi ketelitian dalam menilai sikap pilihan karir dan kompetensinya. Hal ini menyediakan informasi penting yang dianggap sebagai kesiapan memilih keputusan dan gayanya. Crites menamakan diagnosa ini sebagai sebuah diagnosa keputusan, yang biasa pada konsling trait-and-factor. Diagnosa realisme sebuah ungkapan pilihan dari sebuah penentuan perbedaan antara pilihan dan bakat klien serta ketertarikan. 2. Proses. Dalam survey proses konseling karir secara umum, Crites mengidentifikasikan tiga tahap yang diakui sebagai penyelesaian masalah. Pertama, tim konslor/klien yang mengumpulkan informasi latar belakang terhadap
masalah;
kedua,
tim
mengklarifikasi
dan
menyatakan
masalahnya; akhirnya, hal ini didiskusikan dan dilaksanakan solusinya. Tahap tengahnya adalah tahap terpanjang. Crites juga menggambarkan rekomendasi kualitas hubungan antara konselor dan klien. Dia beranggapan bahwa hubungan konseling karir yang terbaik yatiu kombinasi yang dimodifikasi terhadap paternalisme konseling trait-and-factor dan orientasi Laisezz-faire pada awal konseling client-centered. Konseling berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan klien tetapi mereka menerima persepsi peristiwa klien yang valid. Sedangkan konseling keputusan karir mungkin lebih kognitif dan lurus
daripada konseling personal-social, hal ini dapat menjadi terapi besar dan pengalaman pertumbuhan. Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa proses meliputi penggunaan beberapa teknis yang berbeda. 3. Hasil. Crites menekan berulang-ulang bahwa diagnosa dalam konseling menentukan hasil. Bagi konseling yang bertujuan dari mulai sampai akhir, diagnosa dan hasil harus berhubungan. Oleh karena itu, perkembangan kebutuhan kedewasaan bagi keputusan karir sering menjadi sebuah hasil. Dengan menekankan pada diskusi hasil yaitu penyambung antara hasil yang berhubungan dengan karir dan kesesuaian seluruhnya. Perpindahan klien terhadap pertumbuhan personal dan manfaat penuh yaitu pemaksaan selama konseling. Peningkatan penghargaan diri, stabilitas, dan indeksindeks yang meningkatkan penyesuaian yang diantisipasi atau setidaknya menghasilkan hasil. 4. Interview. Untuk meningkatkan hasrat hasil, Crites merekomendasikan daftar teknik wawancara. Dalam permulaan konseling, ketika latar belakang masalah telah diteliti, respon konselor reflektif terlihat juga. Crites melihat bahwa tahap tengah konseling sebagai periode dimana konselor menginterpretasikan dan berhubungan dengan penggambaran pada tingkah laku dimasa silam. Sebagai resolusi masalah aktual dimulai pada tahap akhir konseling, aspek teknis konseling traits-and-factor dan konseling behavioral terlihat sesuai. Oleh karena itu, pandangan Crites terhadap teknik interview terlihat konsisten dengan strategi interview seumur hidup, mungkin yang paling diatur oleh Cormier dan Cormier (Cormier, & Cormier, 1991). 5. Interpretasi Tes. Crites mengaku bahwa interpretasi tes memiliki tradisi sepanjang konseling karir. Khususnya kepuasaan perkiraan karir. Meskipun, dia mendokumentasikan penurunan ketertarikan pada tes dan penggunaan mereka, masukan bahwa sebuah metode baru bagi interpretasi tetap mempertahankan kegunaan tes sebagai sumber penting feedback tetapi mengurangi kebingungan dan kesalahan yang biasa terjadi di masa lalu. Dia menyebutkan pendekatan ini sebagai “interpretasi tes tanpa tes”
Crites merekomendasikan penggunaan hasil Career Maturity Inventory (CMI) dan mewawancarai data untuk membuat diagnosa keputusan; data wawancara membuat diagnosa unsur; dan bakat serta penilaian ketertarikan untuk membuat diagnosa berbeda yang disebutkan di awal. Penggunaan informasi pekerjaan. Criets mengidentifikasikan bahwa penggunaan informasi pekerjaan sebagai metode perkembangan bawah dalam konseling karir. Criets menganggap bahwa nilainya dalam membuat keputusan karir telah dikurangi karena informasi pekerjaan yang sedikit digabungkan dengan aspek lain dari konseling karir, bahkan penggunaan informasi-diri dengan klien. Hal ini tidak diikuti bahwa Crites adalah konselor baik yang menyebarkan info pekerjaan selama wawancara, praktek ini menempatkan konselor sebagai peran ahli daripada kolaborator. Crites melihat ketelitian pencari informasi oleh klien antara sesi sebagai pilihan terbaik konselor. Dalam penghormatan ini Crites mungkin mendukung strategi behavioral sebagai metode konseling karir yang berguna untuk mmenyediakan informasi pekerjaan. 6. Evaluasi. Antara Holland dan (1976) dan Roe (Roe, 1976), telah menuliskan kritik terhadap pendekatan Crites. Catatan lalu yaitu Crites memiliki diagnosa yang menekankan berlebihan, khususnya karena ketika aktivitas itu memiliki pendukung moderat yang baik dari peneliti dan praktikannya. Penggambaran Crites terhadap hubungan konseling dan parallel antara karir dan perkembangan sosial juga dikritisi oleh pewawancara khususnya Holland, yang menyatakan bahwa konseling individu adalah perawatan yang tidak ekonomis dibandingkan dengan program pembuat keputusan lainnya (seperti the Self-Directed Search). Pendekatan Crites adalah sumbangan janji terhadap beberapa praktikan konseling penuh waktu yaitu orang yang meninggalkan aktivitas bimbingan tersusun terhadap kolega yang tertarik pada bentuk pelayanan. Konselor mungkin tidak pernah antusias mengunakan the Career Maturiy Inventory sebagai rekomendasi besar dalam pendekatan ini. Meskipun,
Crites memiliki keuntungan yang melebihi para ahli lain dalam sistem sejarahnya menggambarkan secara detail komponen pemilihan karir. Oleh karena itu, investigasi layanan diagnosa keputusan dilakukan oleh peneliti dan percobaan oleh praktikan. Koherensi pandanganya menjamin tes. Meskipun, sedikit dari percobaan ini telah terjadi sejak semua ini diajukan. Sebuah versi selanjutnya tentang teori nya (Crites, 1981 menyiapkan modifikasi kecil; hal ini tidak berhubungan dengan kritikan yang telah disebut diawal.