KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK
12 Modul ke:
Fakultas
PASCASARJANA Program Studi
Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id
Perilaku Pemilih Dr. Heri Budianto.M.Si
Konsep dan Definisi Perilaku Pemilih • Istilah perilaku pemilih merupakan gabungan antara kata “perilaku” dan “pemilih”. Dalam kamus ilmiah populer perilaku didefinisikan sebagai tindakan; perbuatan; sikap. Perilaku menyangkut sikap manusia yang akan bertindak sesuatu. Oleh karena itu sangat masuk akal tampaknya apabila sikap ditafsirkan dari bentuk perilaku. Sedangkan pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakini agar mendukung dan memberikan suara (memilih) kontestan yang bersangkutan.
• Firmanzah mendiskripsikan perilaku pemilih sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama pada kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan.
• Ramlan Surbakti mendefinisikan perilaku pemilih sebagai aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih didalam suatu pemilihan umum, bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memutuskan memilih atau mendukung kandidat tertentu.
• Perilaku pemilih juga sarat dengan ideology antara pemilih dengan partai politik atau kontestan pemilu. Masing - masing kontestan membawa ideology yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi dan pengelompokkan antara ideology yang dibawa kontestan. Masyarakat akan mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama dibawa dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideology yang berseberangan dengan mereka. .
• Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu • Pendekatan Sosiologis • Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial (seperti pekerjaan, pendidikan dsb) dan karekteristik atau latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin,umur dsb) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik.
• Pendekatan Psikologis • Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi- terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang menentukan perilaku memilih (politik) seseorang.
•
• Pendekatan Rasional • Pendekatan pilihan rasional mencoba menjelaskan bahwa kegiatan memilih sebagai kalkulasi untung dan rugi yang di pertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang di harapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada.
• Berdasarkan pada penelitian para ahli tentang perilaku memilih, sebenarnya perilaku memilih bisa dikategorikan ke dalam dua besaran, yaitu : • • Perilaku Memilih Rasional • Perilaku memilih ini, notabane disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari internal pemilih. Sehingga pemilih, disini berkedudukan sebagai makhluk yang independen, memiliki hak bebas untuk menentukan memilih partai atau kandidat manapun.
• Perilaku Memilih Emosional • Sementara untuk perilaku memilih ini, lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Seperti faktor sosiologis, struktur sosial, ekologi maupun sosiopsikologi.
Orientasi Pemilih • Orientasi Policy - Problem Solving • Ketika pemilih menilai seorang kontestan dari kacamata “policy-problem- solving” yang terpenting bagi mereka adalah sejauh mana kontestan mampu menawarkan program kerja atau solusi bagi suatu permasalahan yang ada. pemilih akan cenderung secara objektif memilih partai politik atau kontestan yang memiliki kepekaan terhadap masalah nasional (daerah) dan kejelasan-kejelasan program kerja partai-politik atau kontestan pemilu yang arah kebijakannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih. •
• Orientasi Ideologi • • Pemilih yang cenderung mementingkan ideology suatu partai atau kontestan, akan mementingkan ikatan “ideologi” suatu partai atau kontestan, akan menekankan aspek-aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai atau kontestan pemilu, pemilih jenis ini akan cenderung memberikan suaranya ke partai atau kontestan tersebut.
Jenis-Jenis Pemilih • Pemilih Rasional • Pemilih utamakan kemampuan jenis ini memiliki orientasi yang tinggi terhadap policy-Problem-Solving dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. • Pemilih Kritis • Pemilih jenis ini adalah pemilih yang kritis, artinya mereka akan selalu menganalisis kaitan antara sistem partai ideology dengan kebijakan yang dibuat.
• Pemilih Tradisional • Pemilih jenis ini memiliki orientasi ideology yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan.
• Pemilih Skepsis • Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideology yang cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu, pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal penting.
• Perilaku pemilih merupakan realitas sosial politik yang tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan internal. Secara eksternal perilaku politik merupakan hasil dari sosialisasi nilai-nilai dari lingkungannya, sedangkan secara internal merupakan tindakan yang didasarkan atas rasionalitas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Terima Kasih Dr. Heri Budianto.M.Si