REPUBLIK INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KEMAKMURAN, PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA :
International Business Integrity Conference 2016 Jakarta, 17 November 2016
HUTAN INDONESIA : sebuah medan pertempuran MENUJU TATA KELOLA YANG SEMAKIN BAIK : praktik baik dan aksi kolektif
sebuah medan pertempuran
dari luas daratan yang tersusun dari keragaman tipe hutan yang mencerminkan keragaman wilayah, dari Leuser hingga Lorenz
Foto atas : Gajah di TN. Gunung Leuser (Aceh), Komodo di TN. Komodo (NTT), Orangutan di TN. Kutai (Kaltim), Burung Migran mampir di TN. Wasur (Papua). Foto bawah : TN. Bunaken (Sulut), TN. Wakatobi (Sultra), TN. Taka Bonerate (Sulsel), TN. Togean (Sulteng), TN. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta).
Semakin tinggi jumlah jenis, semakin sedikit jumlah individu di setiap jenis
Sebagian kearagaman jenis burung di TN. Laiwangi Wanggameti, Sumba. Foto oleh Simon Onggo (Balai TN. Laiwangi Wanggameti-Manupeu Tanadaru)
IMPLIKASI
Pertumbuhan Penduduk Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
TEMPAT MANUSIA DAN KERAGAMAN HAYATI BEREBUT HIDUP TINGGINYA KONFLIK BAIK ANTARA SATWA DENGAN MANUSIA, MAUPUN KONFLIK TENURIAL. MENYEBABKAN KERUSAKAN HUTAN DI DATARAN RENDAH MENJADI SANGAT TINGGI
ILUSTRASI JUMLAH RAGAM HAYATI
ILUSTRASI JUMLAH MANUSIA
Pesisir
Dataran Rendah
Pegunungan
SEJARAH PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA : Peta geopolitik dan distribusi sumberdaya alam senantiasa menempatkan deforestasi dan degradasi hutan sebagai muara
MENUJU TATA KELOLA YANG SEMAKIN BAIK : praktik baik dan aksi kolektif
KEBIJAKAN SATU PETA (ONE MAP POLICY) PENATAAN PERIZINAN BIDANG KEHUTANAN (SATU PINTU, PERBAIKAN WAKTU PERIJINAN) PERLUASAN WILAYAH KELOLA MASYARAKAT PENGUATAN INSTRUMEN PERLINDUNGAN HUTAN (SLVK, KEBAKARAN HUTAN) MENGARTIKULASIKAN KINERJA PADA PEMBANGUNAN NASIONAL (WISATA, ENERGI, INDUSTRI)
MEMBANGUN SISTEM PENGENDALIAN ANTI KORUPSI
KEBIJAKAN SATU PETA Program PETA RUPA BUMI INDONESIA
1:50.000
PETA KAWASAN HUTAN INDONESIA
Perwujudan Informasi Geospasial Tematik (IGT) Status
Perwujudan Informasi Geospasial Tematik (IGT) Potensi
1:50.000
Catatan : Untuk mendukung Percepatan KSP pada Kementerian LHK telah ditetapkan Permen LHK tentang Jaringan Informasi Geospasial Lingkup LHK (P.28/MenLHK/Setjen/Kum.1/2/2016 tgl 22 Februari 2016
Keluaran
Target
Peta Penetapan Kawasan Hutan minimal pada skala 1:50.000
17 prov - Des 2016, 17 prov - Des 2017
Peta Izin Pemanfaatan Hutan (IUPHHKHA/HT/RE minimal 1:50.000
11 prov - Des 2016, 12 prov - Des 2017, 11 prov Des 2018
Peta Hutan Tanaman Rakyat minimal skala 1:50.000
34 prov - Sep 2016
Peta Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus minimal skala 1:50.000
34 prov - Juni 2016
Peta NSDH 1:250.000 Peta DAS 1:50.000
34 prov - Juni 2017 10 prov - Juni 2016, 16 prov - Juni 2017, 3 prov - Maret 2018
Peta Penunjukan Kawasan Hutan skala 1:250.000
34 prov - Des 2016
Peta Zonasi Kawasan Konservasi 1:50.000
6 prov – Juni 2016, 14 prov – Juni 2017, 14 prov – Juni 2018
Peta Zonasi Kawasan Konservasi Perairan 1:50.000
6 prov – Juni 2016, 14 prov – Juni 2017, 14 prov – Juni 2018
Bidang Usaha
Jenis Perizinan
Bidang Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi.
1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA)
• Persetujuan prinsip 10 hari kerja • Izin defenitif: 14 hari kerja, tidak termasuk AMDAL, pelunasan iuran usaha dan penolakan yang merupakan kewajiban pemohon
2. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI)
• Persetujuan prinsip 10 hari kerja • Izin defenitif: 14 hari kerja, tidak termasuk AMDAL, pelunasan iuran usaha dan penolakan yang merupakan kewajiban pemohon
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Dalam Hutan Alam (IUPHHK-RE)
• Persetujuan prinsip 10 hari kerja • Izin defenitif: 14 hari kerja, tidak termasuk AMDAL, pelunasan iuran usaha dan penolakan yang merupakan kewajiban pemohon
4. Perpanjangan Izin Usaha PemanfaatanHasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA).
• Persetujuan prinsip 10 hari kerja • Izin defenitif: 15 hari kerja, tidak termasuk IL dan tata batas, pelunasan IIUPH
5. Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon dan/atau Penyimpanan Karbon (UP RAP-KARBON dan/atau UP PAN-KARBON) Pada Hutan Lindung
•
24 hari kerja, tidak termasuk pelunasan iuran usaha dan penolakan yang merupakan kewajiban pemohon
6. Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon dan/atau Penyimpanan Karbon (UP RAP-KARBON dan/atau UP PAN-KARBON) Pada Hutan Produksi
•
24 hari kerja, tidak termasuk pelunasan iuran usaha dan penolakan yang merupakan kewajiban pemohon
Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL) pada Hutan Produksi/Hutan Lindung.
Jangka Waktu Penerbitan Izin
Lanjutan....
Bidang Usaha Bidang Industri Kehutanan
Jenis Perizinan
Jangka Waktu Penerbitan Izin
7. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu di atas 6.000 M3/tahun
• 15 hari kerja
8. Izin Perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu di atas 6.000 M3/tahun
• 15 hari kerja
Bidang Pemanfaatan Kawasan Pada Hutan Produksi/Hutan Lindung.
9. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvo Pastura Pada Hutan Produksi.
• 25 hari kerja, tidak termasuk AMDAL, pelunasan iuran usaha dan penolakan yang merupakan kewajiban pemohon
Bidang Penggunaan Kawasan Hutan Pada Hutan Produksi/Lindung, Pelepasan Kawasan Hutan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan.
10.Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
• Persetujuan prinsip: 52 hari kerja • Izin defenitif: 52 hari kerja
11.Pelepasan Kawasan Hutan
• Persetujuan prinsip: 28 hari kerja • Izin defenitif: 19 hari kerja
Lanjutan.... Bidang Usaha Bidang Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan Tumbuhan/Satwa Liar
Jenis Perizinan
Jangka Waktu Penerbitan Izin
12.Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam.
• Persetujuan prinsip: 51 hari kerja • Izin defenitif: 25 hari kerja
13.Izin Lembaga Konservasi.
• Persetujuan prinsip: 47 hari kerja • Izin defenitif: 28 hari kerja
14.Izin Pengusahaan Taman Buru.
• Persetujuan prinsip: 14 hari kerja • Izin defenitif: 198 hari kerja
15.Izin Peminjaman Satwa Liar Di Lindungi Ke Luar Negeri untuk Kepentingan Pengembangbiakan (Breeding Loan).
51 hari kerja
16.Izin Usaha Pemanfaatan Air untuk Skala Menengah dan Skala Besar di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya.
• Persetujuan prinsip: 32 hari kerja • Izin defenitif: 25 hari kerja
17.Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air untuk Skala Menengah dan Skala Besar di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya
• Persetujuan prinsip: 51 hari kerja • Izin defenitif: 43 hari kerja
BENTUK
Hutan Desa/Nagari, HKm, HTR, Hutan Adat, Hutan Rakyat, Kemitraan Kehutanan
TUJUAN AKHIR
Sumberdaya Hutan untuk mengatasi kesenjangan
INDIKATOR
• • •
Gross Margin Kelompok/Rumah Tangga Penyerapan tenaga kerja Pertumbuhan ekonomi wilayah dan Gini ratio
UPAYA
• •
Akses kawasan, berupa perijinan dan Kemitraan Pembinaan Kelompok Tani Hutan Investasi
NILAI
• • • • •
Pemanfaatan untuk kesejahteraan (HHK, HHBK, Jasa lingkungan) Partisipasi Masyarakat Respect to Ecology, function of nature Konservasi dan perlindungan hutan, suksesi, keseimbangan/homeostasis Kesadaran untuk preservasi, restorasi dan rehabilitasi
IMPLEMENTASI
Rantai Bisnis • Jasa Lingkungan/Ekowisata/Tata Air • Agro forestry : padi, jagung, kedelai, tebu, • Silvo Pastur • Silvofishery • Biomass dan bioenergy • HHBK: madu, rotan, akar, dll • Industri kayu
Konsekuensi (Investasi, Teknologi, Kelembagaan Masy) • Ijin dan legitimasi (syarat dan the do’s and dont’s) • Penataan wilayah (konflik : use and status)/ tenurial • Infrastruktur • Revitalisasi Kelompok Tani Hutan • Investasi (negara dan swasta) • Review kawasan (limittaif) • Pendampingan Aktivis • Pengawasan Aparatur
104.126 ha
Meningkatkan proporsi akses kelola masyarakat terhadap hutan
67.862 ha 49.803 ha
HKm
49.224 ha
HD
2015
“ Mengurangi konflik dan menumbuhkan sentra produksi hasil hutan berbasis desa, untuk : mendorong pertumbuhan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan, mengurangi kesenjangan antar wilayah “ ±10% Kemitraan Kehutanan Hutan Rakyat Hutan Tanaman Rakyat
Proprosi di awal kerja dan rencana hingga tahun 2019
Hutan Adat Hutan Desa
0,51%
2014
Hutan Kemasyarakatan
2019
HKm
42.612 ha
HD
2016
Hutan Adat
BATASAN UMUM SKEMA PERHUTANAN SOSIAL KATEGORI HUTAN SOSIAL
STATUS KAWASAN
KEGIATAN UMUM
KELOMPOK TANI HUTAN
Hutan Lindung
Jasa lingkungan (air, ekowisata, Sertifikat Karbon) HHBK
Kel Tani, Koperasi
2. Hutan Tanaman Rakyat
Hutan Produksi
Kayu Industri dan Pangan, Kebun dan Jasa Lingkungan
Koperasi, industri rakyat, Proyeksi dukungan untuk HTI
3. Hutan Kemasyarakatan
Hutan Lindung dan Hutan Produksi
Jasa Lingkungan (air, ekosiwisata, Sertifikat Karbon), Kayu dan HHBK
Kel Tani, Koperasi
4. Kemitraan
Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Produksi
Jasa Lingkungan dan HHBK
Kel Tani, Koperasi
5.Hutan Adat
Hutan Hak dengan Fungsi Konservasi, Lindung dan Produksi (masih diproyeksikan)
Jasa Lingkungan (air, ekosiwisata, Sertifikat Karbon), Kayu dan HHBK
Kel Masyarakat Hukum Adat
5. Hutan Rakyat
Hutan Hak/ Hutan Milik
Kayu industri
Koperasi dan Individual Masyarakat
1. Hutan Desa/ Nagari
RANTAI BISNIS Jasa Lingk/ Ekowisata/ Tata Air
Sumber
Pemandangan hutan, (air terjun, Landscape view)
Proses
Permohonan dan pemberian hak/ izin Menteri dengan rekomendasi dari Provinsi/ Kabupaten/ KPH
Delivery
Return
Agroforestry
Lahan Hutan, Bibit Kayu dan Tanaman
Permohonan dan pemberian hak/izin atau kemitraan dari Menteri (kecuali Hutan Rakyat/Hak)
Turis mancanegara dan lokal, kerajian Hasil hutan dan lain-lain.
Produk Kayu, Pangan dan Hasil Hutan Lainnya
Tiket masuk Kelompok (bebas PNBP), Multiplier
Gross Margin
Effect
dari semua Produk
Silvopasture
Lahan Hutan/Tanah Milik, Bibit Ternak dan Satwa Liar (Rusa), Pangan Permohonan dan pemberian hak/ izin Menteri dengan rekomendasi dari Provinsi/ Kabupaten/ KPH (kecuali Hutan Rakyat/Hak)
Kayu, HHBK, daging, susu dan produk ikutannya
Gross Margin dari semua Produk
Biomass/ Bioenergy
HHBK
Kawasan Hutan dan Lahan Milik
Kawasan Hutan, Lahan Milik dan Industri Pengolahan
Permohonan dan pemberian hak/izin Menteri dengan rekomendasi dari Provinsi/ Kabupaten/ KPH (kecuali Hutan Rakyat/Hak)
Permohonan dan pemberian hak/izin Menteri dengan rekomendasi dari Provinsi/Kabupaten /KPH (kecuali Hutan Rakyat/Hak)
Wood Pellet, Arang (charcoal)
Return : Gross Margin dari semua Produk
Madu, getah, kulit kayu, biji-bijian, minyak atsiri, kopi, obat-obatan,
Return : Gross Margin dari semua Produk
Industri kayu
Kayu
Kayu Rakyat di Hutan Hak dan HTR di kawasan Hutan Produksi
Penjualan langsung oleh rakyat dan atau sistem kelompok koperasi dan atau sistem kerjasama kemitraan HTI dan pemegang izin industri kayu
Hasil penjualan kayu
ALOKASI LAHAN SUMBERDAYA HUTAN 4,1 JUTA HA UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN TANAH OBJEK REFORMA AGRARIA (TORA) SKEMA IMPLEMENTASI TORA
Transmigrasi umum : Melegalisir 335 satuan pemukiman transmigrasi yang sudah ada, seluas 403.542 Ha
PRINSIP IMPLEMENTASI TORA
KRITERIA PENENTUAN LOKASI TORA
Tanah dilepas menjadi hak
Alokasi 20% areal perkebunan masyarakat yang berasal dari pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan besar sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.17/Menhut-II/2011.
Transmigrasi lokal: Membangun transmigrasi lokal dalam rangka menata dispute penggunaan dan status lahan (menata pemukiman dll).
Ada satuan luas tertentu, plus kelipatannya pada setiap KK
Penyelesaian pelepasan kawasan hutan untuk permukiman transmigrasi yang telah memperoleh persetujuan prinsip Menteri Kehutanan.
Pelepasan areal permukiman, fasiilitas umum, fasilitas sosial dan lahan garapan masyarakat di dalam kawasan hutan.
Mendukung proyek strategis (bandara, pelabuhan) pangan, dan energi
Sejalan dengan kepentingan umum, program strategis pemerintah, untuk kesejahteraan umum
Pelepasan HPK untuk cadangan pangan di Provinsi Kalteng, Kalbar dan Kaltim
Catatan: Tidak termasuk provinsi dengan kawasan hutan < 30%
KAWASAN HUTAN POTENSIAL UNTUK TORA No.
Kelompok/ Kriteria
Luas (Ha)
1
Alokasi 20% dari seluruh Pelepasan Kebun (sejak pemberlakuan ketentuan alokasi 20% untuk masyarakat)
321.982
2
Alokasi 20% dari permohonan yang telah memperoleh persetujuan prinsip pelepasan untuk perkebunan
281.029
3
Alokasi 20% dari permohonan pelepasan areal HPK yang belum ada persetujuan prinsip pelepasan dan tutupan lahannya merupakan perkebunan/ kebun; pertanian lahan kering campur semak/ kebun campur serta semak belukar .
Diberikan kepada masyarakat di dalam dan disekitar kebun. Apabila diberikan sekitar 5 ha per KK maka dapat memberikan kesejahteraan kepada 251.166 KK. Dilakukan dalam bentuk inti-plasma dengan kebun.
635.043
4
Pelepasan HPK untuk cadangan pangan di Provinsi Kalteng, Kalbar dan Kaltim
306.867
5
Penyelesaian pelepasan kawasan hutan untuk transmigrasi yang telah memperoleh persetujuan prinsip pelepasan
403.542
6
Permukiman/ lahan terbangun, lahan terbuka, Transmigrasi dan Bandara/ Pelabuhan dalam kawasan hutan
7
Pertanian lahan kering dalam kawasan hutan
8
Sawah dalam kawasan hutan
9
Tambak dalam kawasan hutan JUMLAH
Strategi
322.553
1.303.824 237.619 268.182 4.080.640
Belum ada konsep pengembangan dari Kementerian Pertanian apakah mau dikembangkan oleh BUMN/ Swasta, atau menjadi sawah rakyat. Jika sawah rakyat maka diberikan status hak atas tanah. Hingga saat ini belum ada permohonan pelepasan/ pinjam pakai dari kementerian Pertanian. Hasil verifikasi oleh Litbang Pertanian, IPB dan UGM yang layak untuk pangan: Kalimantan Barat seluas + 108.147 ha, dan Kalimantan Tengah seluas + 85.671 ha
Diberikan kepada masyarakat yang telah menggarap atau menempati. Akan diproses melalui mekanisme pengukuhan kawasan hutan. Selanjutnya diberikan status hak atas tanah. Namun demikian, dilakukan pembatasan luas per kepala keluarga sesuai ketentuan pertanahan.
Mengalokasikan kawasan hutan sebagai tanah obyek reforma agraria 4,1 juta ha dan mendukung pencetakan sawah baru 1 juta ha
73.719 ha
87.012 ha
223.957 ha
529.079 ha
692.860 ha 475.604 ha
84.801 ha
170.218 ha
30.998 ha
125.359 ha
26.327 ha
158.005 ha
76.175 ha
30.840 ha
132.314 ha
25.903 ha 15.367 ha
32.592 ha
299.504
55.263 ha
76.640 ha
299.504
Potensi Tanah Obyek Reforma Agraria
433.796 ha
152.273 ha
Menunda perijinan penggunaan kawasan hutan untuk perkebunan kepala sawit 5,48 juta ha. Luas penggunaan kawasan hutan untuk perkebunan sawit hingga 2016
2,3 juta ha. Luas perkebunan sawit yang tidak ada proses pelepasan
18%
kebutuhan nasional 207.056 ha 47 unit
34.363 ha 4 unit
276.085 ha 25 unit
124.188 ha 21unit
182.509 ha 16 unit
1.103.218 ha 102 unit
291.301 ha 28 unit
34.090 ha 7 unit 67.113 ha 7unit
55.941 ha 5 unit
132.806 ha 18 unit
231.825 ha 36 unit 36.664 ha 5 unit
216 ha 1 unit
602 ha 1 unit
Sebaran Perijinan Kawasan Hutan untuk Perkebunan Sawit 1987-2016
Kisaran nilai produksi
6.292 ha 9 unit
51.690 ha 3 unit
449.907 ha 44 unit
1.038.116 ha 118 unit
Rp. 67 trilyun
7.862 ha 2 unit
785.902 ha 30 unit 365.505 ha 20 unit
online tidak melibatkan pertemuan langsung dan hanya hitungan menit. Sehingga tidak ada celah ekonomi biaya tinggi maupun pungli.
V-Legal Indonesia diakui sebagai sertifikat FLEGT dan produk kayu Indonesia bebas masuk Uni Eropa tanpa
SVLK
mengatasi illegal logging dan illegal timber trade
2013
US$6 milyar
2014
US$6,6 milyar
2015
US$8 milyar
due-dilligence
aset diplomasi mengangkat harga diri Republik Indonesia yang berpuluh tahun selalu dicap sebagai perusak hutan tropis
Ekspor kayu legal Ekspor kayu legal
Ekspor kayu legal
Membangun mekanisme pencegahan dan deteksi dini, untuk mengurangi potensi kebakaran hutan dan lahan 18.507
Bangunan manajemen air
Sumatera • 16.474 bangunan
•
Kalimantan 2.033 bangunan
• 121 desa patroli terpadu
•
226 desa patroli terpadu
manajemen air
347 dari 731 Desa patroli terpadu
manajemen air
3 dari 7
Satgas penanggulangan
Pembentukan Satgas
6 Sistem deteksi dan peringatan dini
Koordinasi dan Sinkronisasi 1
5
2
4
Patroli Fungsional.
Penetapan status siaga darurat
Temuan dari kebijakan 2016 2
1
3 Sinergi kerja KLHK, BNPB, TNI, Polri, Pemda, Swasta dan Masyarakat
Patroli Terpadu Pencegahan
Integrasi WEB dan aplikasi andorid
6 dari 7
Status siaga darurat
4
Wujud nyata kehadiran petugas di lapangan
3
Pintu masuk untuk pendekatan sosiologis
Deteksi lebih awal, dengan sistem pelaporan terpadu
Mengurangi Kebakaran Hutan dan Lahan
Luas areal terbakar pada tahun 2016 (per agustus) menurun dibandingkan data pada bulan yang sama tahun 2015.
191,993 Selanjutnya, eskalasi meluas hingga 2,3 juta ha per November 2015
88,122
Luas Areal Terbakar 2015 2016 -30,4% -11,4%
Melihat Dampak Kinerja Kebakaran
-68,8%
-37,7%
-68,9%
-23,9%
+0,7%
-81,7%
-79,2%
-78,9%
+84,2%
-93,1% -95,5%
-96,4%
-98,9%
√
Normal di 7 provinsi pada 2016
-97,9%
-84,1%
-69,1%
-89,7%
-72,2%
√
Normal 2016di 7 provinsi pada 2016 NOAA Terra Aqua ≥80%
531.475 orang Terkena ISPA selama kurun waktu Juli hingga Oktober 2015
Menebar pesona wisata alam dalam wonderfull Indonesia
4,03 juta wisatawan nusantara
0,21 juta
wisatawan mancanegara
Rp.140 miliar PNBP
Kinerja wisata alam LH dan Kehutanan 2015
Meningkatkan peranan energi baru dan energi terbarukan dalam bauran energi (setara 20 mw) Pemanfaatan hutan produksi untuk bioenergi Menjadi bahan bakar
Mini/mikro hydro
Energi panas bumi dari kawasan hutan
MENINGKATKAN PRODUKSI HASIL HUTAN UNTUK MEMENUHI BAHAN BAKU INDUSTRI 58,8 JUTA M3 produksi kayu bulat
252 RIBU TON produksi HHBK
3,5 JUTA PCS tumbuah dan satwa liar hasil penangkaran
MEMBANGUN SISTEM PERENCANAAN PENGANGGARAN DAN PENGENDALIAN ANTI KORUPSI Mewujudkan perbaikan kinerja dengan mengukur kinerja utama di tingkat tapak seiring perbaikan administrasi (IKU, Penelitian RKAK/L, Revieu APIP dan LKJ) Pembentukan satker berpredikat WBK dan audit investigasi diprioritaskan sebagai upaya pemberantasan korupsi yang terjadi di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Penyelenggaraan SPIP sebagai upaya untuk memantau pelaksanaan pengawasan dan pengendalian (wasdal) di masing-masing satker lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
terima kasih
KEMENTERIAN LH DAN KEHUTANAN