1
2
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KAPASITAS PARU TENAGA KERJA PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN GORONTALO Novalia Abdullah, Herlina Jusuf, Lia Amalaia
[email protected] Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Bau busuk karena tumpukan sampah mengalami dekomposisi secara alamiah menghasilkan gas H2S. Gas ini dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Manusia terpapar terutama asam sulfida secara tidak langsung dari sampah.. H2S dengan cepat diserap Paru – paru. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu fungsi paru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kapasitas paru pada tenaga kerja pengangkut sampah, yang dilihat dari faktor umur, masa kerja, lama paparan dan penggunaan APD (masker). Jenis penelitian adalah survey analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Populasi adalah seluruh pekerja pengangkut sampah Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 24 orang dengan tehnik pengambilan sampel secara total sampling. Analisis statistik menggunakan uji fisher exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara umur (p=0,001), masa kerja (p=0,012) dan lama paparan (p=0,020) terhadap kapasitas paru dan tidak terdapat pengaruh antara penggunaan APD (Masker) (p=0,179) terhadap kapasitas paru. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara umur, masa kerja dan lama paparan terhadap kapasitas paru pekerja pengangkut sampah Kabupaten Gorontalo. Disarankan kepada responden agar lebih menyadari dan menerapkan upaya pengendalian melalui tindakan cepat tanggap guna peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja pengangkutan sampah.. Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.
Novalia Abdullah Mahasiswa Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra,.M.Kes. Lia Amalia, SKM, M.Kes Dosen Jurusan Kesehata Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
3
Pencemaran udara telah merusak sistem pernapasan, khususnya bagi orang yang lebih tua, lebih muda, para perokok dan mereka yang menderita penyakit – penyakit kronis saluran pernapasan. Efek terhadap saluran pernapasan adalah terjadinya iritasi saluran pernapasan, peningkatan produksi lendir, penyempitan saluran pernapasan, lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir serta kesulitan bernapas. Paru-paru sebagai alat ventilasi dalam sistem pernafasan bagi tubuh. Adapun fungsi kerja paru dapat menurun akibat adanya gangguan pada proses mekanisme faal yang salah satunya disebabkan oleh pemaparan debu, atau udara yang berbau tidak sedap. Sistem pernapasan merupakan jalur masuk toksikan utama karena permukaannya yang luas kontak dengan udara luar, aliran darah yang tinggi dan Epitel Alveol yang sangat tipis. Pada saat orang menarik napas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Dengan adanya udara yang mengandung partikell ketika orang menarik napas, maka fungsi paru tidak dapat bekerja secara maksimal, dikarenakan adanya bau yang tidak sedap. Bau yang tidak sedap mengganggu kerja paru salah satunya disebakan oleh sampah yang bertumpuk atau adanya pembusukan sampah. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang lagsung dan tidak langsung. Yang dimaksud efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah korosif terhadap tubuh, teratogenik dan lain lain. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan Tenaga kerja pengangkut sampah akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik apabila oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobik akan menghasilkan gas H2S, N2, H2 dan NH3 (Setiawan,2011). Pembusukan sampah banyak terdapat di daerah mana saja, tidak hanya sekedar pada tempat-tempat pembuangan sampah, melainkan juga terdapat pada alat tansportasi yakni mobil angkutan sampah. Mobil angkutan sampah tersebut beroperasi untuk mengangkut sampah yang ada disekitar daerah Gorontalo khususnya di sepanjang Kabupaten Gorontalo yaitu dari jalur jalan Jembatan Telaga sampai dengan Bandara Djalaludin dan wilayah sekitarnya. Adapun jumlah pekerja yang tugas sehari-harinya mengangkut sampah di Kabupaten Gorontalo berjumlah 24 orang. Dimana para pekerja terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan wilayah yang menjadi sasaran pengangkutan sampah dan Adapun tujuan dari para pekerja pengangkut sampah tersebut adalah untuk melestartikan lingkungan sekitar kabupaten Gorontalo itu sendiri. Di sisi lain dengan adanya pengangkutan sampah yang dilakukan oleh mobil angkutan sampah memberikan dampak yang tidak baik atau dampak negatif bagi para pekerja yang berkecimpung dalam hal pemindahan sampah dari tempat satu ketempat yang lain, dimana para pekerja tersebut selalu berada di dalam mobil angkutan sampah yang sudah terpapar secara langsung selama sampah belum dipindahkan ke tempat pembuangan sampah yang semestinya. Dampak negatif yang di dapat oleh pekerja pengangkut sampah tentunya adalah gangguan kesehatan yang pasti menurun .
4
Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan kapasitas paru antara lain jenis kelamin, proses penuaan atau bertambahnya umur, alat pelindung pernafasan (Masker), masa kerja dan lama jam kerja. Ini merupakan faktor pendukung yang berdampak pada kapasitas vital paru akibat pembusukan sampah. Hasil data mengenai tenaga kerja pengangkut sampah yang di dapatkan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH )Kabupaten Gorontalo, Pekerja pengangkut sampah yang berada di Kabupaten Gorontalo semuanya berjumlah 24 orang dimana terbagi di 4 wilayah yaitu di Kecamatan Telaga, Telaga biru, Limboto, dan Tibawa. Masing-masing terbagi 6 orang tenaga kerja pengangkut sampah dengan 3 unit mobil angkut. Para pekerja melakukan rutinitasnya sebagai pengangkut sampah sudah lebih dari 5 tahun bahkan sudah mencapai 10 tahun. Para pekerja Setiap harinya memulai kegiatan mengangkut sampah dari jam 06.00-17.00 WITA, artinya keadaan ini telah melebihi ambang batas jam kerja normal yang sedianya kurang lebih 8jam/hari. Hal ini setiap harinya dilakukan oleh pekerja pengangkut sampah yang selalu terpapar dengan bau busuk dari sampah itu sendiri tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (masker) untuk melindungi dampak negatif dari paparan bau busuk tumpukan sampah. Selain itu, di lihat dari jalur pengangkutan sampah di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo merupakan wilayah yang terluas di Provinsi Gorontalo. oleh karena itu sangat rentan pengaruhnya terhadap masalah-masalah kesehatan utamanya tingkat kapasitas paru yang akan dialami oleh pekerja. Rata – rata tenaga kerja pengangkut sampah di Kabupaten Gorontalo berusia di atas umur 20 tahun dimana salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas paru adalah proses penuaan atau bertambahnya umur. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan Rancangan Cross Sectional Study yakni suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah tenaga kerja pengangkut sampah sebanyak 24 responden dengan tehnik total sampling keseluruhan jumlah populasi dijadikan sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anailis bivariat menggunakan uji Fisher Exact Test dengan menggunakan bantuan software SPSS. Hasil uji Fisher Exact Test dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel X dan Y yang bermakna secara statistik (Handoko, 2010). Dengan besar kemaknaan adalah p value ≤ 0.05 1. Kriteria Hipotesis Nol (H0) ditolak apabila nilai p ≤ 0.05 yang berarti ada perbedaan atau ada Pengaruh yang bermakna secara statistik. 2. Kriteria Hipotesis Nol (H0) diterima apabila nilai p > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan atau tidak ada Pengaruh secara statistik. (Sugiyono, 2009). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis bivariat dilakukan untuk mencari pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat yang di jadikan sebagai variabel yang diteliti. Pengujian
5
ini menggunakan uji fisher’s exact test. Dikatakan ada pengaruh yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05. 1. Pengaruh Umur terhadap Kapasitas Paru Tabel 1. Distribusi Kapasitas Paru Menurut Kelompok Umur Tenaga Kerja Pengangkut Sampah Di Kabupaten Gorontalo Kapasitas Paru Kelompok Umur Tidak Normal Normal Jumlah ρ value n % n % n % < 20 Tahun 2 33.3 4 66.7 6 25.0 0,001 ≥ 20 Tahun 18 100.0 0 0.0 18 75.0 Jumlah 20 83.3 4 16.7 24 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,001 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara umur terhadap kapasitas paru tenaga kerja pengangkut sampah di Kabupaten Gorontalo. 2. Pengaruh Masa Kerja terhadap Kapasitas Paru Tabel 2 Distribusi Kapasitas Paru Menurut Masa Kerja Tenaga Kerja Pengangkut Sampah Di Kabupaten Gorontalo Kapasitas Paru Masa Kerja
Tidak Normal
Normal
Jumlah
ρ value n % n % n % < 5 Tahun 5 55.6 4 44.4 9 37.,5 0,012 ≥ 5 Tahun 15 100.0 0 0.0 15 62.5 Jumlah 20 83.3 4 16.7 24 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,012 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara masa kerja terhadap kapasitas paru tenaga kerja pengangkut sampah di Kabupaten Gorontalo. 3. Pengaruh Lama Paparan terhadap Kapasitas Paru Tabel 3 Distribusi Kapasitas Paru Menurut Lama Paparan Tenaga Kerja Pengangkut Sampah Di Kabupaten Gorontalo. Kapasitas Paru Lama Paparan Tidak Normal Normal Jumlah ρ value n % n % n % ≤ 8 Jam/Hari 6 60.0 4 40.0 10 41.7 0,020 > 8 Jam/Hari 14 100.0 0 0.0 14 58.3 Jumlah 20 83.3 4 16.7 24 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,020 < 0,05, maka dengan demikian H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Lama paparan terhadap kapasitas paru tenaga kerja pengangkut sampah di Kabupaten Gorontalo.
6
4. Pengaruh Penggunaan APD (Masker) terhadap Kapasitas Paru. Tabel 4 Distribusi Kapasitas Paru Menurut Penggunaan APD(Masker) Tenaga Kerja Pengangkut Sampah Di Kabupaten Gorontalo Kapasitas Paru Penggunaan APD Tidak Normal Total (Masker) Normal ρ value n % n % n % 20.8 Ya 3 60.0 2 40.0 5 0,179 Tidak 17 89.5 2 10.5 19 79.2 Jumlah 20 83.8 4 16.7 24 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil analisis fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,179 < 0,05, maka dengan demikian H0 diterima sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan APD terhadap kapasitas paru tenaga kerja pengangkut sampah di Kabupaten Gorontalo. Pembahasan. 1. Pengaruh Umur terhadap Kapasitas Paru Secara garis besar bahwa dampak paparan pembusukan sampah dapat mempengaruhi kondisi kapasitas paru pekerja pengangkut sampah. Diperoleh dari jumlah responden 24 orang hanya ada 4 responden yang kapasitas parunya normal dan 20 responden lainnya mengalami gangguan/tidak normal. Rata-rata responden yang telah di ukur kapasitas parunya tidak normal di dominasi oleh golongan umur 20 - 58 tahun, hal ini di ketahui dari hasil pengukuran langsung pada pekerja. Dari hasil uji statistik Fisher’s exact test pengaruh antara umur terhadap kapasitas paru, didapat nilai p value 0,001 < 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara usia terhadap kapasitas paru pekerja pengangkut sampah kabupaten Gorontalo. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Yulaekah, di peroleh hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paparan debu terhirup (respirable) dengan gangguan fungsi paru pada kelompok umur 20 – 40 tahun (nilai p= 0,006). Jika dikaitkan dengan study para ahli, Umur seorang tenaga kerja jika di atas dari 20 Tahun maka aktivitas refleks saluran napas berkurang sehingga mengakibatkan kemampuan daya pembersih berkurang dan akan menimbulkan gangguan fungsi paru. Umur meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas. Terjadinya penurunan volume paru statis, arus puncak ekspirasi maksimal daya regang paru dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran napas berkurang pada orang berumur, mengakibatkan kemampuan daya pembersih saluran napas berkurang(Knight, Dr.john : 2006). 2. Pengaruh Masa Kerja terhadap Kapasitas Paru Dari hasil uji statistik Fisher’s exact test pengaruh antara masa kerja terhadap kapasitas paru, didapat nilai p value 0,012 < 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap kapasitas paru pekerja pengangkut sampah Kabupaten Gorontalo. Hasil uji statistik dapat menggambarkan bahwa responden bekerja sudah melebihi kategori yang di tetapkan sehingga secara langsung dapat
7
mengakibatkan kurangnya kemampuan paru untuk berfungsi secara normal atau berkurangnya kapasitas paru. Artinya pekerja dengan masa kerja 5-7 tahun mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya penurunan kapasitas paru dari ke empat kategori yang di lihat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Yulaekah, diperoleh hasil analisis menunjukan bahwa pada kelompok masa kerja 5 – 10 tahun ada hubungan yang bermakna antara paparan debu terhirup (respirable) dengan gangguan fungsi paru (nilai p= 0,006). Penjelasan ini telah meperlihatkan bahwa semakin lama responden melakukan aktifitas kerjanya maka semakin besar pula dampak negatif yang akan dialami terlebih kepada kondisi kapasitas paru responden. Setiap melakukan aktivitas pengangkutan sampah, di saat itu pula Tenaga Kerja pengangkut sampah terpapar langsung dengan bau busuk sampah yang menghasilkan Gas beracun. Para pekerja selalu terpapar dari awal masuk kerja hingga sampai akhir melakukan aktivitas yang sama. Jika petugas pengangkut sampah bekerja lebih dari 5 tahun maka selama itulah mereka terpapar oleh bau busuk sampah, Sehingga pernafasan mereka terganggu dan berdampak pada kapasitas vital paru mereka menurun. Berdasarkan studi para ahli, Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Yulaekah, 2007). 3. Pengaruh Lama Paparan terhadap Kapasitas Paru Lama paparan yang lebih memfokuskan kepada jam kerja setiap hari didapat hasil statistik dari Fisher’s exact test nilai p value 0,020 < 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 di tolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara lama paparan dalam jam kerja setiap hari dengan kapasitas paru pekerja pengangkut sampah Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Yulaekah, di peroleh hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paparan debu terhirup (respirable) dengan gangguan fungsi paru pada kelompok responden dengan lama paparan > 8 jam (nilai p= 0,032). Adanya pengaruh yang di dapatkan dari hasil uji statistik membuktikan bahwa jam kerja yang telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan dapat menimbulkan gangguan ataupun berkurangnya fungsi dari kapasitas paru responden, hal ini pula di perjelas dengan rutinitas responden yang memulai aktifitas kegiatan pengangkutan pada jam 06.00 sampai pada pukul 14.00. dari hasil wawancara langsung, responden mengatakan jam kerja tergantung dari banyaknya sampah yang di angkut, jarak dan jalur pengangkutan yang jauh dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Semakin banyak volume sampah yang di angkut, semakin lama juga waktu kerja akan selesai. Begitu juga dengan jarak atau jalur pengangkutan, semakin jauh jarak pengangkutan dgn TPA semakim lama waktu kerja dan semakin lama juga pekerja terpapar dengan bau busuk sampah yang di angkut. Lama paparan berkaitan dengan waktu keterpaparan busuk sampah yang telah berangsur lama di tempat penumpukan sampah. Olehnya itu semakin lama seseorang berada dalam lingkungan sampah yang tertumpuk dan busuk maka semakin berbahaya untuk kondisi kapasitas paru yang dapat bersifat kronis akibat dari rutinitas pekerja setiap hari. di kaitkan dengan study para ahli, Lamanya
8
seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktifitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan (Suma’mur, 1996). 4. Pengaruh Penggunaan APD terhadap Kapasitas Paru Nilai statistik dari uji Fisher’s exact test p value 0,179 > 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 di terima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan APD (masker) dengan kapasitas paru pekerja pengangkut sampah di Kabupaten Gorontalo, Hal ini di sebabkan karena terdapat responden biasa menggunakan Masker di saat bekerja akan tetapi hasil pengukuran kapasitas parunya tidak normal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Budi Utomo, di peroleh hasil analisis menunjukan bahwa penggunaan APD tidak ada hubungan antara paparan debu terhirup (respirable) dengan gangguan fungsi paru (nilai p= 0,423). Dengan demikian masalah ini terjadi karena, hasil dari observasi dan wawancara langsung dengan responden mereka memang menggunakan Masker tapi karena jarak pengangkutan sampah yang jauh dan tingkat kejenuhan menggunakan masker yang tinggi, maka masker yang di gunakan pekerja sekali – kali di lepas karena ketidak nyamanan dalam bekerja. Sehingga dampak terpaparnya dengan busuk sampah tetap ada. Berdasarkan study para ahli, Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Sugeng dalam Budiono, 2007). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta membuktikan bahwa antara kedua variabel yang diteliti maka dapat disimpulkan yaitu ada pengaruh umur (p=0,001), masa kerja (p=0,012),lama paparan (p=0,020) dan tidak ada pengaruh Penggunaan APD (p=0,179) terhadap Kapasitas Paru . Saran Disarankan kepada responden agar lebih menyadari dan menerapkan upaya pengendalian melalui tindakan cepat tanggap guna peningkatan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Budiono, I. 2007. Faktor Risisko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengecatan Mobil. Tesis, Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang. (http://www.eprints.undip.ac.id, diakses 2 November2013). Knight, Dr.john F. 2006. Jantung Kuat Bernapas Lega.Bandung: Indonesia Publishing House Setiawan,K. 2011. Efek Sampah Terhadap Kesehatan. (http.blogspot.com/2011/11/efek-sampah-terhadap-kesehatan.html, diakses 29 Oktober 2013) Suma’mur, PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Yulaekah, S. 2007. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas
9
Diponegoro (http://eprints.undip.ac.id/18220/1/SITI_YULAEKAH.pdf. Oktober 2013
di
Semarang akses 29