PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LITOSFER. Dianti Nohi, YosephParamata*, Raghel Yunginger** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:Khumairah_Amry@com.
ABSTRAK Dianti Nohi. NIM. 451 407 015. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Litosfer. Pembimbing I Bapak,Prop,Dr,Hj,Yosep,Paramata.M.Pd dan Pembimbing II Ibu, Raghel,Yunginger S.Pd.M.Si Penelitian ini merupakan penelitian studi eksprimen yang dilaksanakan di SMA I Telaga. Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi, yang melibatkan kelas eksprimen dan kelas kontrol, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dengan kelas yang pembelajaran kooperatif tipe snowball trowing. populasi penelitian, adalah siswa kelas X SMA Negari I Telaga. Desain penelitiaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Posttest Only Control Design. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatip tipe artikulasi dapat terlihat adanya perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunaakan model pembelajarn kooperatif tipe artikulasi dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran koopertif tipe snowball trowing, yaitu kelas eksprimen memiliki hasil belajar 77.7 lebih tinggi di bandingkan kelas kontrol. Dengan demikian, adanya perbedaan hasil belajar antara kelas eksprimen dengan kelas kontrol menujukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi terhadap hasil belajar siswa Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi, snowball trowing, hasil belajar.
I.
PENDAHULUAN Dunia pendidikan merupakan obyek yang mendasar dan dominan dalam kehidupan manusia dari masa ke masa, dimana dengan pendidikan dapat dihasilkan suatu kemajuan baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi yang nantinya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri, Dari proses inilah maka manusia belajar. Manusia diajak untu k berpikir sehingga melahirkan kreatifitas, ide dan saran yang bertujuan sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan pengembangan pengajaran dan proses belajar khususnya pembelajaran geografi. Tujuan dari pembelajaran geografi yaitu untuk dapat memahami konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat berguna dalam memecahkan setiap masalah yang berhubungan dengan geografi. Geografi juga tidak terlepas dari berbagai model pembelajaran yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Geografi salah satu dari sekian banyaknya mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa karena dalam benak siswa telah tertanam bahwa mata pelajaran geografi adalah mata pelajaran yang membutuhkan tingkat kemampuan menghafal yang tinggi. Untuk 1
mengantisifasi hal tersebut guru geografi dituntut untuk berkreatif dalam menemukan strategi pengajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan dalam mempelajari geografi untuk mengefektifkannya guna meningkatkan kualitas dan mutu mengajarnya. Litosfer merupakan salah satu materi yang penting dalam pembelajaran geografi di sekolah menengah atas (SMA) tujuan yang ingin dicapai dalam penyajian materi ini bagaimana siswa dapat menerima dan memahami pelajaran. Oleh karena itu, peran guru dalam menerapkan model pembelajaran yang digunakan sangat dibutuhkan agar dapat mempermudah siswa memahami materi yang diajarkan sehingga hasil belajar siswa pada materi Litosfer dapat meningkat. Permasalahannya sekarang guru sering kurang mampu memotivasi siswa untuk belajar sendiri. Kegiatan belajar yang dilakukan belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Untuk maksud tersebut, salah satu model pembelajaran yang dipandang relevan digunakan dalam membelajarkan Litosfer dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam belajar mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran geografi. Karena model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan yaitu melatih kesiapan siswa,melatih daya serap siswa, interaksi lebih muda dalam hal ini siswa dituntut untuk bisa menerima informasi dan memberikan informasi pada siswa yang lainnya Artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang dibahas. Konsep pemahaman sangat membutukan dalam model pembelajaran ini. Belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembengan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman dari para ilmuwan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan para peserta didiknya. Belajar menurut Darsono (2001:4) adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhamad Ali (1987:10-11) menyatakan, pengertian belajar maupun yang dirumuskan para ahli antara satu dengan yang lain terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang dipandangan maupun teori yang dipegang. Menurut Gagne (1984) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Teori Soekamto (1997:29), mengatakan belajar pada hakekatnya merupakan suatu proses alami. Semua orang mempunyai keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain, karena pada dasarnya orang yang mempunyai rasa ingin tahu, ingin menyerap informasinya, ingin mengambil keputusan serta ingim memecahkan masalah. Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Jenkins dan Unwin (dalam Uno, 2
2011:17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya menjelaskan definisi hasil belajar secara umum, bahwa hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang diperolehnya. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelasaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran .belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran, (Dipdiknas, 2004:11) Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai,artinya apa yang telah diberikan guru seseorang siswa wajib meneruskan menjelaskan pada siswa lain (pasangan yang kelompoknya). Di sini keunikan model pembelajaran ini siswa di tuntut untuk bisa berperan sebagai “ penerima pesan” sekaligus berperan sebagai “penyampai pesan”
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa di bentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang dibahas Modifikasi Model artikulasi oleh Prof. Dr. H. Yoseph Paramata. M.Pd 1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,2.Guru membagi peserta didik untuk dibentuk 4 kelompok, setiap kelompok berangotakan 7 orang., 3.Guru memberikan informasi kepada setiap ketua – ketua kelompok tentang materi yang akan diajarkan, setiap ketua kelompok memahami dan membuat catatan kecil terhadap materi yang dibahas oleh guru, 4.Setelah itu ketua – ketua kelompok tersebut memanggil angota - angotanya yaitu siswa kedua dan memberikan informasi, begitu seterusnya sampai kepada angota kelompok terakhir, siswa ketujuh, 5.Angota kelompok terakhir, siswa ketujuh wajib membuat catatan kecil kemudian ditempelkan dipapan tulis, 6.Guru mengulangi dan menjelaskan kembali materi yang belum dipahami oleh peserta didik, 7. Evaluasi, 8.Penutup Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Bayor (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (activelearning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
3
II.
METODE PENULISAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2012/2013. Dengan subjek penelitian yakni seluruh siswa pada kelas X di SMA 1 Telaga Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest only control design yakni pengambilan sampel pada kelas yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran tipe artikulasi (kelas eksperimen) dan kelas yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran tipe snowball trowing (kelas kontrol). Untuk pengambilan data tersebut digunakan instrument test (post test) berupa test hasil belajar yang terdiri dari 7 butir soal test uraian. Data hasil penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus statistika. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian yang diperoleh melalui test hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut, lampiran 8. Data skor hasil belajar siswa Data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tehnik pengumpulan data menggunakan instrument berupa test selanjutnya diolah secara kuantitatif dengan menggunakan tehnik statistik berupa tehnik analisis data dalam bentuk pengujian normalitas data, homogenitas varians dan pengujian hipotesis hasil belajar. Uji analisis data tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan homogenitas data pada kelas X menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dan menggunakan model pembelajaran tipe snowball trowing. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa untuk kelas eksperimen yang menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi didapat skor X2hitung = 4.29, sedangkan dari daftar distribusi frekuensi skor X2daftar, (0,05) (3) = 7.81. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa X2hitung lebih kecil dari X2daftar, hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan kelas kontrol yang Yang Menerapkan Model Pembelajaran Snowball Throwing diperoleh X2hitung = 3,99, sedangkan dari daftar distribusi frekuensi skor X2daftar, (0,05) (3) = 7.81. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa X2hitung lebih kecil dari X2daftar, hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis, pada varians gabungan; untuk simpangan baku (S) sebesar 10,55 Kemudian, untuk harga barlet (B) didapatkan sebesar 77,782. Dan varians populasinya (χ) sebesar 0,226. Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh Χ2 = 0,226. Jika α = 0,05 dari daftar distribusi ChiKuadrat dengan dk = 1 didapat X2(0,95) (1) = 3,81. Ternyata bahwa X2hitung lebih kecil dari X2daftar atau 0,226 < 3,841. Sehingga dengan demikian, hipotesis Ho diterima, dalam arti kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah benar-benar homogen. Berdasarkan data skor kemampuan siswa pada lampiran 10 diperoleh nilai thitung = 3,85. Sedangkan kriteria pengujian pada taraf signifikan α = 0.05 dari daftar distribusi t diperoleh tTabel Sebesar = 2, 03. Oleh karena thitung lebih besar dari tdaftar dan thitung tidak berada pada daerah penerimaan yaitu = -2,03 sampai dengan + 2,03 maka hipotesis Ho ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dengan yang menerapkan model pembelajaran snowball throwing di SMA Negeri 1 Telaga.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada materi lingkungan hidup untuk setiap item soal kelas eksperimen dan kelas kontrol sangat berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari 7 soal yang diuji untuk kelas eksperimen mendapatkan skor jawaban yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini
4
terjadi karena pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dengan swnowball sangat cocok diterapkan untuk materi litosfer IV. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut; 1. Terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dengan yang menerapkan model pembelajaran snowball throwing 2. Perbedaan hasil belajar siswa dapat dilihat melalui hasil belajar yang ditujukan oleh kelas eksprimen dengan nilai 77,7% lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan nilai 64.5 %, maka penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi lebih tinggi nilai dibadingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball trowing. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan guru menggunakan metode model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dalam pembelajaran Geografi karena pembelajaran dengan ini sangat berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ini dapat dijadikan alternative dalam pembelajara DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsumi. 2002. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek) edisi revisi V. Jakarta : PT. Rineka Cipta Dimyanti,Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajarn Rineka Cipta Hanafiah Nanang dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran Bandung : PT Refika Adatima Sudjana, Nana 2009. Penilaian proses belajar mengajar Bandung: PT Remaja Rosdikarya Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Soekamnto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta Pusat Antar Universitas Depdikbud. Sugiono, 2011. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif d Badung: Alfabeta Http://gurukn.wordpress.com/2007/11/19/Snowball-throwing Http: //id.shvoong. com/ social-sciences/education/-model-pembelajaran artikulasi Http://sro.web.id/ pengertian-belajar-menurut-para-ahli.
5
Hartono,2009.Geografi jelajah bumi dan alam semesta pendidikan nasional
untuk kelas X. Departemen
Uno B Hamzah 2010. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif Bumi Aksara Wardiyatmoko, 2006. Geogarafi SMA X . Jakarta: Erlangga
6