IMPLEMENTASI PROGRAM TUNJANGAN KHUSUS GURU DAERAH TERPENCIL DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Agustin Hasdianty, Masluyah Suib, Wahyudi Magister Administrasi Pendidikan, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email:
[email protected] Abstrak: Implementasi tunjangan khusus yang dilakukan SDN 20 Kendawangan dalam meningkatkan mutu pendidikan dimulai dengan menganalisa peningkatan mutu sekolahnya yang dilihat dari pendekatan sistem (input, proses, dan output). Dari input, penelitian ini mencoba melihat potensi atau modal dasar yang dimiliki SDN 20 Kendawangan yaitu visi dan misi ULTRA PRIMA (Unggul, Trampil dan berkripbadian Matang), tujuan dan sasaran, rencana stratejik (renstra), dan pengadaan siswa yang berkualitas. Hasil yang didapatkan adalah SDN 20 Kendawangan menyiapkan inovasi kurikulum dalam rangka upaya menghadapi laju perkembangan zaman yang tidak hanya menuntut manusia Indonesia khususnya memiliki ilmu pengetahuan, namun juga memiliki keahlian dan profesi agar para lulusannya mampu menghadapi hidup secara mandiri dan kompeten. Selanjutnya, mengadakan mata pelajaran tambahan khas (muatan lokal), yaitu, pengembangan penalaran dan minat baca, dan bahasa daerah kemudian membentuk 5 rumpun mata pelajaran. Mempunyai program olahraga intrakurikuler yang diarahkan menjadi olahraga prestasi. Berikutnya, pendidikan seni diorientasikan pada seni prestasi dengan tujuan sebagai sarana dakwah Islami dan menyiapkan sistem atau pola pembinaan dan pendampingan siswa. Menyiapkan sarana dan fasilitas sekolah yang menunjang secara bertahap serta menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Dan selanjutnya meningkatkan sumber pembiayaan program Sekolah serta menciptakan budaya unggul dan berprestasi pada siswa, kepemimpinan dan kultur, manajemen serta sumber daya guru. Kata Kunci : Implementasi, Tunjangan Khusus, Peningkatan Mutu. Abstract: Implementation of specific tunjangan conducted SDN 20 Kendawangan in improving the quality of education begins with analyzing the quality of school improvement is seen from a systems approach (input, process, and output). Of input, the study sought to look at the potential or resource endowment of SDN 20 Kendawangan the vision and mission of the ULTRA PRIMA (Superior, Skilled and personality Matang), goals and objectives, strategic plan (strategic plan), and the provision of qualified students. The results obtained are SDN 20 Kendawangan prepare curriculum innovation in order to attempt to deal with the pace of the times are not only demanding the Indonesian people have a particular science, but also has the expertise and profession so that the graduates are able to cope with living independently and competently. Furthermore, conduct additional subjects typical (local charge), namely, the development of reasoning and reading, and Regional
1
2
language and then forming clumps 5 subjects. Having intra-curricular sports program geared to sports performance. Next, art education oriented towards the achievement of the purpose of art as a means Islamic proselytizing. And further, set up a system or pattern of coaching and mentoring students, prepare facilities and school facilities that support gradually, create an atmosphere conducive school, improve financing sources Schools program, the creation of a culture of excellence and achievement in students, leadership and culture, management and teacher resources. Keywords: Implementation, Special Benefit, Quality Improvement. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut secara efektif dan efisien, guru selain harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, juga harus memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, serta memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan Undang‐undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru sebagai tenaga profesional berhak untuk memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Untuk itu, salah satu upaya memberi penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan guru adalah dengan memberikan tunjangan khusus kepada guru yang bertugas di daerah khusus. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 Pasal 10 yang menyatakan bahwa guru yang ditugaskan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah di daerah khusus sesuai peraturan perundang‐undangan diberi tunjangan khusus setiap bulan selama masa penugasan. Program pemberian tunjangan khusus masih berupa pemberian bantuan kesejahteraan guru daerah khusus. Saat ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar sedang mengupayakan usulan tambahan anggaran pada APBNP untuk merealisasikan pemberian tunjangan khusus bagi guru yang bertugas di daerah khusus sebesar setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil. Kebijakan ini merupakan bukti bahwa Pemerintah secara terus‐menerus berusaha meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru. Guna menarik minat atau mempertahankan guru, pemerintah menyediakan tunjangan khusus berupa bantuan kesejahteraan untuk guru di daerah terpencil, termasuk wilayah miskin atau rawan konflik, sebesar satu kali gaji atau setara 1,35 juta rupiah. Guru berhak menerima tunjangan jika sudah bekerja di sekolah terpilih minimal selama dua tahun, dengan jumlah jam kerja paling sedikit 24 jam / minggu. Untuk tahun anggaran 2012, bantuan kesejahteraan diberikan kepada 150 guru jenjang pendidikan Dasar di kabupaten Ketapang berjalan baik dan lancar. Salah satu aspek penting dalam menjamin peningkatan mutu Moh. Alifuddin (2012:75) kualitas mengajaran adalah tersedianya guru yang berkualitas di kelas. Banyak sekolah, terutama di wilayah-wilayah terpencil, sering kali kesulitan mendapatkan guru yang berkualitas. Dalam upaya peningkatan mutu
3
pendidikan faktor guru sangat menentukan. Dalam pengelolaan suatu sekolah sangat memerlukan kepemimpinan yang baik. Kepala sekolah sebagai ujung tombak keberhasilan pengelolaan suatu sekolah harus mampu mengelola dan menjalankan tugasnya secara profesional. Demikian pula halnya dengan kepala sekolah yang berada di daerah terpencil, mereka harus mampu membina para guru untuk menjadikan tenaga yang profesional. Guru berkewajiban memberikan pelayanan kepada siswanya, terutama dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Guru tanpa menguasai bahan pelajaran, strategi belajar mengajar, mendorong siswa belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi maka segala upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Selain itu guru harus mampu menampakkan sikap, perilaku, keterampilan verbal yang baik pada saat berinteraksi dengan para siswa, menguasai teknik dan prosedur pelaksanaan tugasnya dalam hal ini mengajar dan membimbing siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Pemberian tunjangan daerah khusus bagi guru yang bertugas di daerah terpencil merupakan pendorong untuk menjadikan mereka professional. Selain itu diharapkan memicu hasil belajar siswa di daerah terpencil tidak jauh berbeda dengan siswa yang berada di perkotaan. Berdasarkan data usulan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang pada Tahun 2011 jumlah pendidik untuk mendapatkan Tunjangan Daerah Khusus dari Kecamatan Kendawangan sebanyak 150 orang guru yang bertugas di 44 sekolah. Salah satu diantaranya adalah SDN 20 Kendawangan Kabupaten Ketapang, yang sudah mendapatkan tunjangan sebanyak 6 orang, dan proses pencairan dana tunjangan tersebut berjalan lancar yang di bayarkan setiap satu tahun satu kali melalui nomor rekening masingmasing guru, untuk mencairkan dana tersebut guru yang mendapatkan tunjangan di haruskan membawa surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang. (Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang). Mutu Mengajar dan komitmen kepada organisasi seringkali digunakan untuk mengukur sikap individu terhadap organisasi. Mutu dan komitmen organisasi merupakan dua jenis sikap yang berhubungan dengan pekerjaan namun keduanya tidaklah sama. Menurut Moh. Alifuddin (2012 : 79) yang mengatakan bahwa mutu pendidikan bisa memberikan kepuasan pelanggan yang merupakan cara pandang seseorang, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya Mutu Mengajar menjadi masalah yang cukup penting karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu, sekolah dan masyarakat. Mutu mengajar dapat diartikan sebagai hasil atau akibat dari terpenuhinya harapan dan cita-cita dimasa yang akan datang. Bagi individu, mutu mengajar memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup mereka. Bagi sekolah, penelitian mengenai mutu mengajar, dilakukan dalam rangka usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan peningkatan mutu mengajar. Mutu mengajar menurut Hasibuan (2000 : 202) adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Mutu mengajar adalah sebagai keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari sekolah dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan
4
bersangkutan.pada dasarnya mutu mengajar merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan dan sebaliknya. Mutu mengajar merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Sebelum dijelaskan lebih lanjut perlu diketahui tentang mutu itu sendiri. Handoko (2010:195) mengatakan, mutu mengajar itu adalah keadaan emosional yang menyenangkan dan tidak menyenangkan para karyawan memandang pekerjaan mereka. Mutu mengajar mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Pendapat Strauss dan Sayles dalam Handoko (2010:196), kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikologis dan pada akhirnya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapat kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebh baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan berprestasi lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Berikut ini ada beberapa cara pengukuran tingkat kepuasan kerja karyawan, yang dikemukakan oleh Handoko (2010:196-199) Dengan melihat prestasi kerja karyawan Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapat kepuasan biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan kadang-kadang berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. individu berbeda standar kepuasannya. Indikator kepuasan kerja hanya diukur dengan kedisiplinan dan moral kerja yang baik, turn over yang kecil, maka secara relatif karyawan baik. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan salah satu faktor dalam setiap alam kerja, karena dapat berfungsi menimbulkan atau meningkatkan semangat kerja lebih baik, sesuai dengan pendapat Handoko (1995 : 202), yang mengatakan bahwa “ Kepuasan kerja itu sendiri, bukan merupakan suatu motivator kuat tetapi bagaimanapun juga, kepuasan kerja perlu untuk memelihara karyawan agar lebih tanggap terhadap lingkungan motivasional yang diciptakan”. Melihat berbagai pendapat mengenai definisi tentang kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di
5
dalam lingkungan kerja perusahaan. Tingkat kepuasan kerja setiap karyawan sangat berbeda antara karyawan yang satu dengan yang lainnya, maka perusahaan harus mencari tahu faktor apa saja yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawannya. Diharapkan pihak perusahaan bisa mengendalikannya, sehingga kedisiplinan karyawan dapat ditingkatkan. Perusahaan selain menuntut karyawan untuk bekerja baik, datang tepat waktu, tidak lalai, perusahaan juga harus bisa menimbulkan kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja setiap waktu dapat berubah sehingga mengharuskan pimpinan memperhatikan setiap saat. E. Mulyasa (2012 :173) berpendapat, mutu dan kualitas merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya dan seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya. Untuk itu para pimpinan perlu menelaah kepuasan kerja karyawannya dan berusaha meningkatkannya. Mengingat kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup, dan pekerjaan merupakan bagian penting kehidupan. Sehingga kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup seseorang, dengan demikian pimpinan perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan menurut Hasibuan (2000 : 202), antara lain : 1) Balas jasa yang adil dan layak 2) Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian 3) Berat-ringannya pekerjaan yang dilaksanakan 4)Suasana dan lingkungan di sekitar pekerjaan 5) Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan 6) Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya 7) Sikap pekerjaan, apakah monoton atau tidak Pada umumnya semangat dan kegairahan kerja yang menurun disebabkan karena ketidakpuasan pada diri karyawan. Ketidakpuasan ini dapat terjadi apabila kurang terpenuhinya kebutuhan baik yang bersifat material maupun yang bersifat non material. Berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam membina semangat dan kegairahan kerja pada diri karyawannya sepenuhnya tergantung pada sejauh mana usaha yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dan besarnya keinginan dari perusahaan tersebut untuk melakukannya. Para ahli telah merumuskan standar umum yang dapat dipakai untuk mengukur mutu pendidikan. Menurut Sallis (2006) mengemukakan dua standar utama untuk mengukur mutu, yaitu: (1) standar hasil dan pelayanan, dan (2) standar kustomer. Indikator yang termasuk ke dalam standar hasil dan pelayanan adalah conformance to spesification, fitness for purpose or use, zero defect, dan right first time and every time. Terkandung makna di sini bahwa standar hasil pendidikan mencakup spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh anak didik, hasil pendidikan dapat dimanfaatkan di masyarakat atau di dunia kerja, tingkat kesalahan yang sangat kecil, bekerja benar dari awal dan benar untuk pekerjaan berikutnya. Indikator yang masuk ke dalam standar kustomer adalah customer satisfaction, exceeding customer expectations, dan delighting the customer. Dengan demikian, standar kustomer mencakup terpenuhinya kepuasan, harapan dan pencerahan hidup bagi kustomer itu. Dalam konteks kinerja dewan pendidikan dan komite sekolah, menurut Depdiknas indikator peningkatan mutu sekolah yang dapat dimonitor secara
6
berkelanjutan meliputi tiga prioritas kebijakan pendidikan, yaitu (1) mutu dan relevansi pendidikan, (2) pemerataan dan perluasan pendidikan, dan (3) efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan. Mutu dan relevansi pendidikan sebagai indikator keberhasilan pendidikan merupakan hal yang perlu dimonitor oleh dewan pendidikan dan komite sekolah. Mutu dapat diukur dari seberapa efektif pengelolaan sistem pendidikan dengan MBS dapat memberikan efek terhadap prestasi belajar siswa secara optimal. Sedangkan relevansi dapat diukur dari seberapa jauh hasil-hasil pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur mutu dan relevansi pendidikan antara lain sebagai berikut;1). Peningkatan persentase lulusan terhadap jumlah murid tingkat akhir yang mengikuti ujian. 2) Pendayagunaan sarana dan prasarana belajar yang lebih optimal di sekolah-sekolah (seperti buku pelajaran, perpustakaan, alat pelajaran, media pendidikan, dan pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar). 3) Peningkatan kualitas guru yang diukur dari rata-rata tingkat pendidikan guru dan jumlah penataran yang diikuti. 4) Persentase siswa pendidikan pra sekolah terhadap jumlah penduduk usia prasekolah. Tantangan peningkatan mutu pendidikan disetiap lembaga pendidikan sebenarnya merupakan tanggungjawab seluruh komunitas pendidikan yanga da dalam suatu lembaga pendidkan. Tetapi pegerak peneingkatan mutu pendidikan ditingkat sekolah atau madrasah terletak pada kepala sekolah atau kepala madrasah, sebab dialah yang paling betanggungjawab atas jalannya proses pendidikan. Ada anggarapan sebgaian orang yang mengatakan bahawa mutu pendidikan sekolah, disamping dipengaruhi oleh lengkap tidaknya fasilitas sekolah, juga yang paling penting sangat ditentukan oleh kapasitas kepala sekolahnya. Sebab kepala sekolah mempunyai peran kunci yang menentukan mutu sekolah. Di sekolah dia adalah manajer yang mengatur dan mengelola sekolah dalam menjalankan fungsi pokoknya melaksnakan proses pembelajaran. Disamping itu, kepala sekolah juga sebagai pemimpin bagi semua guru, pegawai dan siswa dalam membawa kemana arah sekolah itu, apakah akan menjadi sekolah yang maju atau menjadi sekolah yang biasa-biasa saja. Kepala sekolah perlu diberdayakan dalam rangka meningkatkan kualitas/mutu pendidikan. Pemberdayaan kepala sekolah dilakukan melalui kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih memebrikan kesempatan, wewenang dan otonomi yang luas kepada kepala sekolah untuk menggali, mengelola dan mengmbangkan sumber-sumber daya mansuia serta sumber daya lain, juga mampu mengambil prakarsa dan kebijakan-kebijakan penting yang diperlukan sekolah. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskripti adalah penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan secara apa adanya, selanjutnya ditarik kesimpulan, guna mendapatkan suatu teori dan lebih mementingkan proses daripada hasil.Menurut Sugiyono (2010:53) : “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat
7
populasi atau suatu daerah. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini Lokasi penelitian adalah SD Negeri 20 Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang yang terletak Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari mulai pukul 07.00 pagi sampai pukul 12.00 siang. Saat ini SD Negeri 20 Kendawangan. Penelitian dilaksanakan melalui dua tahap yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai serta sumber tertulis dari dokumen yang dapat memberikan informasi dan data mengenai Implementasi tunjangan khusus dalam meningkatkan mutu pendidikan SD Negeri 20 Kendawangan Kabupaten Ketapang. Sumber data dalam penelitian ini adalah 1 orang kepala sekolah dan 5 orang guru SD Negeri 20 Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan antara peneliti dan responden dalam hal ini adalah kepala sekolah dan guru-guru SD Negeri 20 Kendawangan Kabupaten Ketapang yang erat kaitannya dengan pengumpulan data, baik berupa dokumen maupun informasi langsung tentang implementasi tunjangan khusus sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai kegiatan mengajar guru. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk dokumen seperti data sekolah, RPP, alat evaluasi, dan silabus yang disusun oleh guru. Analisis data dalam penelitian kasus dilakukan melalui 3 alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Reduksi data dalam penelitian ini meliputi kegiatan seleksi terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dari hasil penelitian dan disesuaikan dengan fokus penelitian. Penyajian data dalam bentuk teks yang bersifat naratif, yaitu uraian-uraian mengenai temuan selama kegiatan penelitian. Selain itu, untuk memudahkan memahami pemaparan data penelitian, maka digunakan pula tabel-tabel dalam penyajian data. Data yang disimpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara, data hasil observasi, dan data yang diperoleh dari dokumen penunjang. Sebelum data dianalisis, maka data yang terkumpul haruslah memenuhi keabsahan data artinya memiliki kebenaran yang sesuai dengan penelitian. Untuk itu, dilakukan uji kredibilitas dengan cara melakukan triangulasi sumber dan teknik, member check dan melakukan uraian rinci. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada bagian ini penulis akan memaparkan temuan penelitian hasil dari penelitian yang dilakukan baik melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi tentang Implementasi tunjangan khusus daerah terpencil dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN 20 Kendawangan berdasarkan wawancara, pengamatan dan observasi kendala dalam peningkatam mutu pendidikan : Menurut Bapak WL, Ada beberapa faktor yang menjadi kendala
8
dalam peningkatan mutu pendidikan SDN 20 Kendawangan antara lain: a) Kurangnya Kedisiplinan Pegawai, b)Kurangnya Komitmen Pegawai, c) Kurangnya Semangat Siswa dalam Menuntut Ilmu d) Kurangnya Dukungan Orang Tua Siswa Terhadap Program Sekolah. Sedangkan berdasarkan keterangan Pak JT, Masalah yang sering muncul dalam upaya peningkatan mutu pendidikan kurang komitmen dari warga sekolah, dan disiplin pegawai serta pemahaman guru dalam mengaplikasi yang tertuang dalam program peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan keempat guru yang lain ( HR, IM, AY, NING) tidak jauh beda pendapat mereka : Masalah yang sering muncul dalam upaya peningkatan mutu pendidikan kurang komitmen dari warga sekolah, dan disiplin pegawai serta pemahaman guru dalam mengaplikasi yang tertuang dalam program peningkatan mutu pendidikan dan dukungan financial dari orang tua murid. Jadi kesimpulan peneliti permasalahan sebenarnya adalah sebagai berikut: Implementasi Tunjangan Khusus. Untuk lebih menumbuhkan motivasi kerja guru, dengan tunjangan khusus kepala sekolah dan guru bermitra dengan memposisikan dirinya sebagai rekan kerja yang sama-sama memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah terutama dalam peningkatan mutu pendidikan, dengan mendapatkan tunjangan khusus daerah terpencil dapat lebih bersemangat dalam melaksanakan proses belajar mengajar di SDN 20 Kendawangan. Untuk mencapai tujuan kepala sekolah telah melakukan koordinasi yang intensif dengan rekan guru, maka mudah dalam memberikan kebijakan, sikap pleksibel ditunjukkan oleh kepala sekolah SDN 20 Kendawangan dalam memberikan tugas baik tugas mengajar maupun tugas lainnya. Dengan dapat tunjangan khusus ini intinya para guru senang untuk berekblorasi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan yang selanjutnya yang seharusnya dilakukan oleh SDN 20 adalah melakukan perencanaan peningkatan mutu keluaran sekolah (output). Namun demikian berdasarkan riset dokumentasi dan interview dengan kepala sekolah dan dewan guru serta staf dan para wakil kepala sekolah, ternyata sekolah belum melakukan perencanaan secara tertulis untuk peningkatan mutu output-nya. Mereka masih disibukkan dengan kegiatan memperbaiki input yang akan mendukung proses belajar mengajar. Karena kesibukan sekolah dalam memperbaiki input sangat menyita waktu, maka tidak hanya perencanaan mutu output yang kurang maksimal diperhatikan tetapi juga kegiatan evaluasi implementasi MBS dan perumusan sasaran mutu baru pun belum terprogram secara matang. Perencanaan peningkatan mutu output Sekolah harus menjadi hal yang diprioritaskan dalam pelaksanaan pendidikan. Peningkatan mutu output merupakan bentuk tanggung jawab sekolah terhadap masyarakat pelanggan pendidikan. Oleh karena itu kepala madrasah dituntut untuk mampu melaksanakan manajemen secara efektif dan efisien. Sekolah harus mampu melaksanakan sesuatu yang benar dan dengan cara yang benar pula. Dengan demikian kepala sekolah sebagai manager dan leader harus mampu menggerakkan semua warga sekolah untuk melaksanakan tugasnya masingmasing dan tugas-tugas bersama dalam mencapai tujuan pendidikan.
9
Pada hakikatnya, kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan yaitu sebagai kepala sekolah. Jadi kegiatan mengajar dan mendidik warga sekolah adalah salah satu tugas pokok kepala sekolah. Namun demikian masih banyak kepala sekolah yang salah dalam memahami tugas tersebut. Sebagian besar kepala sekolah melupakan tugas pokok sebagai guru. Sebagai pendidik, kepala sekolah memilikiminimal tiga sasaran, yaitu siswa, dewan guru, dan tenaga kependidikan. Jika dilihat dengan kacamata tersebut maka Kepala SDN 20 Kendawangan perlu untuk membenahi tugas dan fungsinya sebagai educator. Sebagai pendidik, kepala sekolah harus selalu mengembangkan kemampuan untuk membimbing, mendidik para siswa, guru dan tenaga kependidikan. Dengan pendidikan yang ia berikan, diharapkan guru dan tenaga kependidikan mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal. Kegiatan mendidik para siswa dapat dilakukan di dalam kelas melalui KBM. Adapun dalam rangka menjalankan tugas sebagai pendidik terhadap para guru dan tenaga kependidikan lainnya kepala SDN 20 Kendawangan melakukannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan memberi bimbingan dan pengarahan atau koreksi terhadap kinerja guru dan tenaga kependidikan. Secara tidak langsung yakni dengan cara mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran ataupun diklat-diklat yang terkait dengan pendidikan. Jadi benar bahwa kepala sekolah dapat berusaha meningkatkan profesionalisme para guru antara lain dengan cara-cara sebagai berikut: 1)Mengikutsertakan guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan para guru. 2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja dan hasilnya diumumkan secara terbuka. 3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan selalu memperingatkan guru untuk selalu memulai dan mengakhiri jam pelajaran sesuai waktunya. Kepmendikbud nomor 0296//1996 merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, karyawan, peserta didik. Mengembangkan tenaga kependidikan mengikuti perkembangan IPTEK dan memberi contoh mengajar. Ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam peningkatan mutu pendidikan SDN 20 Kendawangan antara lain: 1) Kurangnya Kedisiplinan Pegawai : Di ungkapkan oleh kepala sekolah bahwa kurangnya disiplin para pegawai di SDN 20 Kendawangan menjadi kendala dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Disiplin merupakan kata yang mudah untuk diucapkan, akan tetapi memerlukan kemauan yang keras untuk melaksanakannya. Kurang kedisiplinan pegawai ini berkaitan dalam hal tepat waktu dalam kehadiran, tepatan pelaksanaan tugas, kehadiran dalam acara rapat dll. 2) Kurangnya Komitmen Pegawai : Kendala yang sering dialami di SDN 20 Kendawangan adalah komitmen para pegawai. Sebab tanpa adanya komitmen dari semua unsur terutama para pegawai sekolah, program yang telah ditetapkan tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa terkadang ada pegawai yang tidak melaksanakan apa yang telah menjadi program bersama, namun ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk
10
menyadarkan pegawai tersebut dan tetap komitmen dengan rencana awal. 3). Kurangnya Semangat Siswa dalam Menuntut Ilmu Kurangnya semangat dalam menuntut ilmu bagi para siswa merupakan masalah klasik yang menjadi kendala dan sering dialami oleh beberapa sekolah di Indonesia, begitu juga di SDN 20 Kendawangan. Diungkapkan bahwa kurangnya semangat siswa dalam menuntut ilmu ini menjadi kendala terutama dalam program peningkatan mutu siswa, terutama keikutsertaan siswa dalam program les tambahan, terkadang hasil yang diharapkan oleh pihak sekolah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. 4) Kurangnya Dukungan Orang Tua Siswa Terhadap Program Sekolah Diungkapkan oleh pihak sekolah bahwa Kendala dalam peningkatan mutu pendidikan di SDN 20 Kendawangan juga berkaitan dengan kurangnya dukungan sebagian orang tua siswa terhadap program yang dilaksankan oleh sekolah. Kurangnya dukungan orang tua siswa biasanya ini disebabkan perbedaan pandangan orang tua siswa dengan pihak sekolah. Pembahasan Untuk memperoleh makna dari setiap rumusan dan temuan, berikut ini peneliti melakukan pembahasan atau penkajian, melalui pengkajian dan pembahasan yang sudah dilakukan, peneliti mengharapkan mampu memberikan makna yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan hasil dari penelitian. Implementasi tunjangan khusus daerah terpencil dalam peningkatan mutu. Agar upaya proses belajar di sekolah dapat berjalan dengna baik, maka kebutuhan akan pengelolaan pendidikannya secara profesional harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini menjadikan SDN 20 Kendawangan harus cerdas dan cermat dalam merespon segala perubahan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang diselenggarakannya. Dengan tunjangan khusus, diharapkan program proses pembelajaran di SDN 20 Kendawangan dapat meningkatan dengan termotivasi semua unsur terutama yang mendapatkan tunjangan khusus yaitu Kepala Sekolah dan Guru. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan dekumenter bahwa tentang tunjangan khusus guru dalam upaya peningkatan mutu diperoleh informasi Kepala Sekolah SDN 20 Kendawangan. Peran Kepala Sekolah selain sebagai pemimpin bagi Sekolah yang dipimpinnya, juga berperan sebagai agent of change. Karenanya, kepala Sekolah harus memiliki pemahaman yang baik tentang segala hal tentang sekolahnya. Karena program tunjangan khusus memberikan amanah untuk memberikan motivasi kepada guru daerah terpencil lebih bersemangat dalam mengajar dan mendidik generasi bangsa. Bervariasinya kebutuhan siswa akan belajar, beragamnya kebutuhan guru dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan ditambah dengan harapan orang tua dan masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu, berdampak kepada keharusan bagi setiap individu sekolah untuk mampu merespon dan mengapresiasikan kondisi tersebut di dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini memberi keyakinan bahwa di dalam proses penyelenggaraan peningkatan mutu pendidikannya, Sekolah lainnya
11
harus memiliki fokus peningkatan mutu pendidikan yang strategis agar upaya peningkatan mutunya dapat direalisasikan secara efisien dan efektif hingga produktivitas pendidikan SDN 20 Kendawangan dapat terus meningkat. Adapun fokus atau perhatian utama penyelenggaraan pendidikan bagi sekolah yang mendapat tunjangan khusus di SDN 20 Kendawangan semuanya berpusat pada peningkatan mutu dan prestasi siswa. Karena dengan ditingkatkannya mutu siswa yang tampak oleh masyarakat luas baik dalam bidang akademik maupun non akademik, dari sinilah gambaran mutu di SDN 20 Kendawangan akan terlihat. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pada Pasal 14 ayat (1) disebutkan, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Sedangkan pada Pasal 15 ayat (1) disebutkan, penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Hari Suderadjat (2005:12-13) mengatakan, keberhasilan pemberian pendidikan terjadi di sekolah, bukan di kantor Dinas Pendidikan Kota, Kabupaten, Propinsi maupun di Departemen Pendidikan Nasional, maka dari itu upaya peningkatan mutu pendidikan harus mulai ditata oleh setiap sekolah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing lembaganya secara mandiri. Dari pendapat diatas, tunjangan khusus memberikan manfaat yang sangat besar bagi keberhasilan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SDN 20 kendawangan. Kualitas mengajar dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan dapat juga dilihat dari kualitas mengajar yang berkaitan dengan Guru, murid, dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran di kelas. Ketiga unsur ini saling berkaitan, saling mempengaruhi serta saling menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, kedua unsur yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru, maka akan terlihat bahwa guru memegang peranan strategis. Keistimewaan produk baik yang berupa barang ataupun jasa dalam dunia industri merupakan satu hal yang tidak pernah luput dari fokus utama perencanaan strategi peningkatan mutunya. Karena dengan adanya keistimewaan tersebut, suatu perusahaan atau lembaga dapat ikut serta dalam persaingan secara global. Begitupun yang terjadi di dunia pendidikan, laju perubahan kebutuhan hidup manusia menjadi begitu pesat, dan semuanya itu tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan ini menjadikan suatu lembaga pendidikan harus mampu merespon perubahan yang ada agar keistimewaan produk sumber daya manusianya kelak akan mampu bersaing secara global. Untuk lebih menumbuhkan motivasi kerja guru, dengan tunjangan khusus kepala sekolah dan guru bermitra dengan memposisikan dirinya sebagai rekan kerja yang sama-sama memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah terutama dalam peningkatan mutu pendidikan, dengan mendapatkan tunjangan
12
khusus daerah terpencil dapat lebih bersemangat dalam melaksanakan proses belajar mengajar di SDN 20 Kendawangan. Untuk mencapai tujuan kepala sekolah telah melakukan koordinasi yang intensif dengan rekan guru, maka mudah dalam memberikan kebijakan, sikap pleksibel ditunjukkan oleh kepala sekolah SDN 20 Kendawangan dalam memberikan tugas baik tugas mengajar maupun tugas lainnya. Dengan dapat tunjangan khusus ini intinya para guru senang untuk berekblorasi dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil pengamatan, observasi, wawancara dan dekumenter kualitas mengajar guru di SDN 20 Kendawangan terdiri dari penentu persepsi yang realistis atas segala kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki SDN 20 Kendawangan. Karenanya, sekolah ini harus mengambil manfaat dari kekuatannya secara optimal dan berusaha untuk mengatasi kelemahannya agar terhindar dari kerugian baik waktu maupun anggaran. Kegiatan yang selanjutnya yang seharusnya dilakukan oleh SDN 20 adalah melakukan perencanaan peningkatan mutu keluaran sekolah (output). Namun demikian berdasarkan riset dokumentasi dan interview dengan kepala sekolah dan dewan guru serta staf dan para wakil kepala sekolah, ternyata sekolah belum melakukan perencanaan secara tertulis untuk peningkatan mutu output-nya. Mereka masih disibukkan dengan kegiatan memperbaiki input yang akan mendukung proses belajar mengajar. Karena kesibukan sekolah dalam memperbaiki input sangat menyita waktu, maka tidak hanya perencanaan mutu output yang kurang maksimal diperhatikan tetapi juga kegiatan evaluasi implementasi MBS dan perumusan sasaran mutu baru pun belum terprogram secara matang. Perencanaan peningkatan mutu output Sekolah harus menjadi hal yang diprioritaskan dalam pelaksanaan pendidikan. Peningkatan mutu output merupakan bentuk tanggung jawab sekolah terhadap masyarakat pelanggan pendidikan. Oleh karena itu kepala madrasah dituntut untuk mampu melaksanakan manajemen secara efektif dan efisien. Sekolah harus mampu melaksanakan sesuatu yang benar dan dengan cara yang benar pula. Dengan demikian kepala sekolah sebagai manager dan leader harus mampu menggerakkan semua warga sekolah untuk melaksanakan tugasnya masingmasing dan tugas-tugas bersama dalam mencapai tujuan pendidikan. Pada hakikatnya, kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan yaitu sebagai kepala sekolah. Jadi kegiatan mengajar dan mendidik warga sekolah adalah salah satu tugas pokok kepala sekolah. Namun demikian masih banyak kepala sekolah yang salah dalam memahami tugas tersebut. Sebagian besar kepala sekolah melupakan tugas pokok sebagai guru. Sebagai pendidik, kepala sekolah memilikiminimal tiga sasaran, yaitu siswa, dewan guru, dan tenaga kependidikan. Jika dilihat dengan kacamata tersebut maka Kepala SDN 20 Kendawangan perlu untuk membenahi tugas dan fungsinya sebagai educator. Sebagai pendidik, kepala sekolah harus selalu mengembangkan kemampuan untuk membimbing, mendidik para siswa, guru dan tenaga kependidikan. Dengan pendidikan yang ia berikan, diharapkan guru dan tenaga kependidikan mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal. Kegiatan mendidik para siswa dapat dilakukan di dalam kelas melalui KBM. Adapun dalam rangka menjalankan tugas sebagai pendidik terhadap para
13
guru dan tenaga kependidikan lainnya kepala SDN 20 Kendawangan melakukannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan memberi bimbingan dan pengarahan atau koreksi terhadap kinerja guru dan tenaga kependidikan. Secara tidak langsung yakni dengan cara mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran ataupun diklat-diklat yang terkait dengan pendidikan. Jadi benar bahwa kepala sekolah dapat berusaha meningkatkan profesionalisme para guru antara lain dengan cara-cara sebagai berikut. 1) Mengikutsertakan guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan para guru. 2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja dan hasilnya diumumkan secara terbuka. 3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan selalu memperingatkan guru untuk selalu memulai dan mengakhiri jam pelajaran sesuai waktunya. Dalam menyikapi segala macam perubahan dan tantangan globalisasi, dapat dikatakan memiliki keberanian untuk terus melangkah maju mengejar ketertinggalannya dengan sekolah-sekolah yang lainnya. Peningkatan mutu sekolah pun terus menerus diupayakan, dan hal ini dapat dilihat dengan diangkatnya. Upaya percepatan pun dilakukan seperti misalnya upaya merancang untuk menjadi sekolah unggulan walaupun salah satu input nya, yakni siswa disadari kurang bermutu oleh segenap warga. Karenanya, maka strategi awal yang dipilih untuk ditempuh di SDN 20 Kendawangan sebagai upaya mempopulerkan lembaganya belumlah sampai melalui bidang akademik karena dikhawatirkan rancangan percepatan tersebut akan terlalu lama dicapai. Oleh karenanya, disepakati dan dipilihlah jalur prestasi non akademik tanpa meninggalkan peningkatan mutu akademik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap data-data yang diperoleh dari dapat diketahui bahwa semua guru mata pelajaran di SDN 20 Kendawangan berpendidikan sarjana, Para guru tersebut memiliki latar belakang yang heterogen, namun dapat dikatakan semuanya mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Memang ada beberapa guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan bidang studi yang diampunya, namun mismatch guru yang tidak sesuai dengan pengakuan ijazah seperti itupun hampir tidak ada, hanya tinggal dua orang itupun sebelum mereka menjadi guru, mereka telah memiliki pengalaman kerja di bidang yang sekarang diampunya. Menurut Majid (2005:236) ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru, antara lain melaksanakan mengajaran perbaikan, mengajaran pengayaan, program akselerasi, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan peningkatan motivasi belajar. Sedangkan Mulyasa (2004:80) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar, antara lain: 1) Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas. Semakin konkret kompetensi, semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. 2) Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. 3) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan
14
sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. 4) Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. 5) Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class Berdasarkan pendapat diatas, kualitas mengajar guru bisa menjadi profesional ketika fungsi dan kewajiban tercapai yaitu terencana, sistematis dan dapat mewujudkan program pembelajaran yang relevan dengan kondisi yang ada terutama pada kondisi sekolah terutama di SDN 20 Kendawangan. Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidkan terlihat pada penekanan akan objektivitas peningkatan mutu di SDN 20 Kendawangan. Adapun peningkatan mutu disusun bukan atas dasar kehendak pribadi kepala sekolah, namun lebih merupakan kehendak bersama seluruh warga sekolah dalam mengakomodasi kebutuhan publik berdasarkan prinsip-prinsip objektifitas, ilmiah, dan sistematis. Tujuannya adalah terciptanya suatu sistem dan strategi manajemen sekolah yang niscaya dan pasti mampu meningkatkan mutu yang kompetitif dan menguntungkan. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan dekumenter bahwa tentang upaya peningkatan mutu diperoleh informasi Kepala Sekolah SDN 20 Kendawangan Kepala Sekolah selain sebagai pemimpin bagi Sekolah yang dipimpinnya, juga berperan sebagai agent of change. Karenanya, kepala Sekolah harus memiliki pemahaman yang baik tentang segala hal tentang sekolahnya terutama dalam peningkatan mutu pendidikan. Sekolah juga harus memiliki visi masa depan yang jelas agar rencana peningkatan mutu sekolah dapat terus dilakukan secara bertahap. Setelah didapatkan gambaran lingkungan internal dan eksternal yang dihadapinya, SDN 20 Kendawangan mengetahui kondisi dasar lembaganya. Maka, dalam menentukan strategi, ini perlu memperhatikan berbagai hal, termasuk kemampuan SDM (seperti guru, kepala madrasah, dan pegawai) dan anggaran. Langkah-langkah perumusan strategi dalam manajemen sekolah dimulai dari penetapan visi dan misi sekolah yang utuh dengan melibatkan masyarakat dan stakeholder sekolah, melakukan assessment sekolah untuk merespon perubahan, dan menetapkan arah maupun sasaran sekolah agar tercapai tujuan dan target yang ditentukan sebelumnya. Ada beberapa keistimewaan yang terdapat dalam peningkatan mutu pendidikan, yaitu terdapatnya mata pelajaran tambahan seperti conversation, aplikasi berkebun, dan pengembangan penalaran dan minat baca (PPMB) yang bertujuan agar para siswa selain dapat mengasah potensi vokasionalnya, juga dapat terus mengasah potensi akademiknya dengan baik. Ketiga mata pelajaran ini diberikan pada jam belajar pagi selama 2 jam pelajaran/minggu. Kesadaran akan potensi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki tidak menjadikan sekolah ini mengesampingkan mutu akademik para siswanya. Adanya mata pelajaran tambahan ini dilatar belakangi oleh adanya pemikiran bahwa tantangan di masa depan yang akan dihadapi para siswa menuntutnya untuk dapat bersaing secara kompetitif, kooperatif, dan komunikatif dengan tidak melupakan kompetensi individunya. Upaya ini tidak lain adalah untuk membekali siswa dengan kecakapan hidup yang bersifat aplikatif.
15
Respon akan potensi dasar yang dimilikinya menjadikan sekolah ini memiliki sudut pandang sendiri dalam menentukan seluruh langkah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Seperti ketepatannya dalam melihat kondisi riil yang dihadapinya secara objektif menjadikan performansi sekolah ini senantiasa menunjukkan sikap profesional dengan diadakannya dukungan pembelajaran berupa sarana dan prasarana yang tersedia dan baik kondisinya, input peserta didik yang terseleksi prestasi akademik dan non akademiknya dan ditempatkan serta dilayani sesuai kekhususannya. Namun begitu, pelayanan pembelajaran yang bermutu tersebut tentu tidak dilakukan dengan sekejap, namun melalui proses perbaikan, pengembangan dan peningkatan mutu yang berlangsung terus menerus hingga mampu membangkitkan suasana belajar yang menyenangkan, dan evaluasi kemajuan belajar yang standar. Dikarenakan budaya yang ada di SDN 20 Kendawangan adalah budaya kekeluargaan, maka segala hal yang berkaitan dengan perjalanan dalam mewujudkan visi dan misi sekolahnya menjadi nyata senantiasa dievaluasi secara bersama-sama setiap minggunya. Ketepatan dalam penempatan orang-orang dalam manajemen sekolah juga merupakan beberapa keistimewaan lainnya yang dimiliki SDN 20 Kendawangan. Ketepatan dan objektivitas ini menjadikan para guru dan pegawai semakin siap bekerjasama namun tetap mandiri dalam menghasilkan segala macam ide-ide kreatif dan inovatif agar Mayoga dapat terus bermutu. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa selain adanya upaya untuk terus meningkatkan mutu pendidikannya, ternyata juga terus berupaya untuk mempertahankan setiap prestasi yang telah diraihnya. Karenanya, dalam penelitian ini ditemukan bahwa strategi peningkatan mutu yang merupakan buah pikir bersama keseluruhan warga ini pada akhirnya menghasilkan enam sumber daya yang mempunyai daya dukung tinggi yang telah terbukti memberikan keberhasilan bagi SDN 20 Kendawangan dalam melaksanakan strategi peningkatan mutu pendidikannya, yaitu: adanya upaya yang terus menerus akan peningkatan profesionalitas ketenagaan yang terdiri dari para guru dan karyawan, peningkatan manajemen dan administrasi sekolah dengan kepemimpinan yang kuat dan visioner juga team work yang solid, peningkatan ketersediaan sumbersumber pembelajaran, peningkatan keberhasilan pelaksanaan kurikulum, peningkatan ketersediaan pengadaan dan perawatan sarana-prasarana, dan peningkatan akuntabilitas sekolah. Husaini Usman ( 2006 : 410) Mengatakan : Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benarbenar mampu memberdayakan peserta didik. Dalam istilah yang lain, Husaini Usman menyatakan bahwa proses pendidikan dikatakan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan). Berdasarkan pendapat di atas, bahwa sekolah bermutu mutlak harus rancang dalam program karena meningkatkan mutu pendidikan dapat membangun kualitas pendidikan terarah.
16
Ada beberapa Kendala yang menjadi penghambat dalam peningkatan mutu pendidikan di SDN 20 Kendawangan antara lain berdasarkan wawancara dengan pak WD. Terlihat bahwa yang menjadi kendala dalam peningkatan mutu yaitu kurangnya disiplin pegawai, kurangnya komitmen pegawai, kurang semangat siswa dalam menuntut ilmu, kurangnya dukungan masyarakat tentang program sekolah. Serta berdasarkan Guru disekolah HAR. Apa yang dikatakan kepala sekolah, memang realita terjadi seperti itu yaitu masalah disiplin, semangat warga sekolah untuk maju serta dukungan dari semua elemen yang kurang Dari pengamatan peneliti bahwa apa yang di ungkapkan Kepala Sekolah dan dewan guru, terjadi apa adanya yang menjadi kendala dalam peningkatan mutu. Dengan penyabaran sebagai berikut : a)Kurangnya Kedisiplinan Pegawai Di ungkapkan oleh kepala sekolah bahwa kurangnya disiplin para pegawai di SDN 20 Kendawangan menjadi kendala dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Disiplin merupakan kata yang mudah untuk diucapkan, akan tetapi memerlukan kemauan yang keras untuk melaksanakannya. Kurang kedisiplinan pegawai ini berkaitan dalam hal tepat waktu dalam kehadiran, tepatan pelaksanaan tugas, kehadiran dalam acara rapat dll, b) kurangnya Komitmen Pegawai Kendala Faktor penghambat yang sering dialami di SDN 20 Kendawangan adalah komitmen para pegawai. Sebab tanpa adanya komitmen dari semua unsur terutama para pegawai sekolah, program yang telah ditetapkan tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa terkadang ada pegawai yang tidak melaksanakan apa yang telah menjadi program bersama, namun ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk menyadarkan pegawai tersebut dan tetap komitmen dengan rencana awal, c) Kurangnya Semangat Siswa dalam Menuntut Ilmu. Kurangnya semangat dalam menuntut ilmu bagi para siswa merupakan masalah klasik yang menjadi kendala dan sering dialami oleh beberapa sekolah di Indonesia, begitu juga di SDN 20 Kendawangan. Diungkapkan bahwa kurangnya semangat siswa dalam menuntut ilmu ini menjadi kendala terutama dalam program peningkatan mutu siswa, terutama keikutsertaan siswa dalam program les tambahan, terkadang hasil yang diharapkan oleh pihak sekolah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Untuk mengatasi hal ini, pihak sekolah mempunyai metode khusus yaitu mengadakan pelatihan motivasi belajar atau achievement motivation training (AMT) untuk memicu semangat belajar siswa. d.) kurangnya Dukungan Orang Tua Siswa Terhadap Program Sekolah Diungkapkan oleh pihak sekolah bahwa faktor penghambat dalam peningkatan mutu pendidikan di SDN 20 Kendawangan juga berkaitan dengan kurangnya dukungan sebagian orang tua siswa terhadap program yang dilaksankan oleh sekolah. Kurangnya dukungan orang tua siswa biasanya ini disebabkan perbedaan pandangan orang tua siswa dengan pihak sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan pada SDN 20 Kendawangan tentang implementasi tunjangan khusus daerah terpencil dalam peningkatan mutu
17
pendidikan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Implementasi tunjanga khusus yang dilakukan SDN 20 Kendawangan dalam meningkatkan mutu pendidikan dimulai dengan menganalisa peningkatan mutu sekolahnya yang dilihat dari pendekatan sistem (input, proses, dan output). Dari input, penelitian ini mencoba melihat potensi atau modal dasar yang dimiliki Mayoga yaitu visi dan misi (ULTRA PRIMA), tujuan dan sasaran, rencana stratejik (renstra), dan pengadaan siswa yang berkualitas. 2) Menganalisa peningkatan mutu melalui pendekatan sistem kemudian dilanjutkan dengan menganalisa proses pendidikan. Hasil yang didapatkan adalah pertama, SDN 20 Kendawangan menyiapkan inovasi kurikulum dalam rangka upaya menghadapi laju perkembangan zaman yang tidak hanya menuntut manusia Indonesia khususnya memiliki ilmu pengetahuan, namun juga memiliki keahlian dan profesi agar para lulusannya mampu menghadapi hidup secara mandiri dan kompeten. Kedua, mengadakan mata pelajaran tambahan khas (muatan lokal), yaitu, pengembangan penalaran dan minat baca (PPMB), dan bahasa Daerah. Ketiga, membentuk 5 rumpun mata pelajaran. Keempat, program olahraga intrakurikuler diarahkan menjadi olahraga prestasi (ORPRES). Kelima, pendidikan seni diorientasikan pada seni prestasi dengan tujuan sebagai sarana dakwah Islami. Keenam, menyiapkan sistem atau pola pembinaan dan pendampingan siswa. Ketujuh, menyiapkan sarana dan fasilitas sekolah yang menunjang secara bertahap. Kedelapan, menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Kesembilan, meningkatkan sumber pembiayaan program Sekolah. Kesepuluh, penciptaan budaya unggul dan berprestasi pada siswa. Kesebelas, kepemimpinan dan kultur. Keduabelas, manajemen. Ketigabelas, sumber daya guru. 3) Dari segi output pendidikan di SDN 20 Kendawangan didapatkan bahwa penilaian efektivitas kinerjanya tidak bisa hanya dilihat dan diukur berdasarkan lulusan semata yang berasal dari hasil UN, namun bisa dilihat juga dari prestasi non akademik siswa dan kinerja sekolah. Setelah diketahui gambaran akan peningkatan mutu yang dilakukan SDN 20 Kendawangan, maka untuk selanjutnya dianalisa strategi yang dirancang sebagai upaya meningkatkan mutu sekolahnya. Adapun tahapan penganalisaan strategi peningkatan mutu, dimulai dengan formulasi strategi yang terdiri dari analisa lingkungan internal dan eksternal yang kemudian dibuat penerjemahan akan visi. Dalam perencanaan strategi peningkatan mutu Mayoga, analisis lingkungan internal dan eksternal digunakan sebagai cara menemukan secara objektif segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki dan dihadapi Mayoga. Analisis lingkungan ini kemudian dilanjutkan dengan membuat matriks analisis SWOT untuk lebih memperjelas posisi Mayoga dan memperjelas strategi apa yang sesuai bagi upaya peningkatan mutu sekolahnya. Saran Kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini mengindikasikan rekomendasi penelitian sebagai berikut: 1) Dikarenakan dunia global tidak pernah berhenti melaju, maka upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan pun tidak seharusnya berhenti dan cepat berpuas diri. Untuk itu, diperlukan selalu peningkatan peranan dan dukungan pihak-pihak ‘stake holders’ akan keberhasilan pelaksanaan implementasi tunjangan khusus dapat peningkatan mutu agar segala prestasi yang
18
telah dicapai dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan. 2) Sebagai salah sekolah hendaknya tetap istiqomah dan menjaga kesolidan team work-nya agar strategi peningkatan mutu pendidikannya dapat terus dipertahankan dan diperbaiki dengan menyesuaikan kondisi lingkungan yang dihadapinya. Karena semakin besarnya suatu lembaga pendidikan semisal SDN 20 Kendawangan, maka tuntutan dan tantangan yang dihadapinya juga akan semakin besar dan beragam, 4) Diharapkan pemberian bantuan tunjangan khusus tepat pada waktunya, 5) Diharapkan dari pemerintah daerah daerah terpencil untuk menunjang mutu pendidikan diperhatikan sarana dan prasarana sekolah terutama SDN 20 Kendawangan. 6) Selama ini, SDN 20 Kendawangan masih mampu eksis bersaing dengan sekolah/madrasah yang lainnya. Namun begitu, jika segala prestasi dan pengakuan yang sudah diraih, kurang diselaraskan dengan pembagian kerja yang imbang, maka dikhawatirkan image SDN 20 Kendawangan di pihak eksternal akan cenderung kurang baik. Hal ini disebabkan padatnya kinerja yang tidak seimbang hingga pihak-pihak yang berkepentingan dari lingkungan eksternal yang membutuhkan informasi dan pelayanan yang baik dari Mayoga menjadi kurang mendapatkan pelayanan terbaiknya. DAFTAR PUSTAKA B. Uno Hamzah dkk, 2012, Teori Kinerja dan Pengukuran, Jakarta : Bumi Aksara Edward Sallis, 2006, Total Quality Management in Education; terj. Yogyakarta: IRCiSoD. E. Mulyasa, 2004 Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. E. Mulyasa, 2012, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara. Hasibuan, 2000 Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara. Handoko, T Hani, 2010 Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE. Moh. Alifuddin, 2012, Strategi Inovatif Peningkatan Mutu Pendidikan, Jakarta : Magnasseript Publishing Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung; Alfabeta, Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen