Karakteristik Contoh Umur dan Jenis Kelamin Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir pada saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun Hurlock (1999). Menurut Yusuf dalam Kusumaningrum (2006), masa usia sekolah dasar dibagi menjagi dua fase, yaitu masa kelas rendah berumur 6 sampai 9 tahun dan masa kelas tinggi 12 sampai 13 tahun. Menurut Tarwotjo (1990) diperkirakan diseluruh Indonesia setiap tahun terdapat lebih dari 60.000 anak penderita xeroftalmia tingkat berat akibat KVA. Pengambilan contoh dipilih secara criteria inklusi berusia 7-9 tahun, dikarenakan pada usia ini anak sudah tidak mendapat suplementasi vitamin A sehingga diharapkan hasil yang didapat akurat. Contoh merupakan siswa yang duduk dikelas dua sekolah dasar di desa cibeber kecamatan Leuwiliang. Sebanyak 8.8% contoh berumur 7 tahun, sebanyak 47.1% contoh berumur 8 tahun dan sebanyak 44.1% contoh berumur 9 tahun. Umur terendah contoh 7 tahun dan umur tertinggi contoh adalah 9 tahun. Adapun sebaran umur dan jenis kelamin contoh disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Umur dan Jenis Kelamin contoh Umur jenis kelamin laki-laki perempuan total
7 n 0 3 3
8 % 0 8.8 8.8
n 10 6 16
9 % 29.4 17.6 47.1
n 10 5 15
Total % 29.4 14.7 44.1
n 20 14 34
% 58.8 41.2 100
Berdasarkan Tabel 7 contoh merupkan anak Sekolah Dasar Negeri Angsana I berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 37 contoh. Sebanyak 58.8% contoh berjenis kelamin laik-laki dan 41.2% berjenis kelamin perempuan. Dalam penelitian ini contoh berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada contoh berjenis kelamin perempuan. Menutut Muhilal dan Sulaeman (2004) tidak ada perbedaan antara angka kecukupan vitamin A pada anak laki-laki dan permpuan yaitu sebesar 500 µg RE/hari. Akan tetapi menurut WHO 1995 laju pertumbuhan dan kebutuhan vitamin A sejak lahir hingga usia 10 tahun pada anak laki-laki secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga 83
Parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga contoh antara lain pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga dan pendapatan perkapita keluarga contoh. Pendidikan dan pekerjaan orang tua contoh yang diukur adalah dari kepala keluarga contoh (ayah). Kondisi sosial ekonomi keluarga contoh penting diketahui dalam penelitian untuk lebih mengetahui karakteristik contoh. Data kondisi sosial ekonomi merupakan data sekunder diperoleh berdasarkan wawancara oleh enumerator. Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua Jenjang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan. Adapun jenjang pendidikan tersebut yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, diploma, S1, dan S2. Pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan kepala keluarga contoh. Berdasarkan klasifikasi jenjang pendidikan tersebut 8.8% orang tua contoh tidak sekolah, sebanyak 26.5% tidak tamat SD, 55.9% tamat SD dan 8.8% tamat SMP. Pendidikan orang tua contoh sebagian besar adalah tamat SD, hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan orang tua contoh. Pendidikan orang tua contoh masih tergolong rendah sehingga memungkingkan
pengetahuan
tentang
pemilihan
ragam
makanan
yang
dikonsumsi juga rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Soewondo & Sadi (1990) yang mengemukakan semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin luas wawasan berfikirnya, sehingga lebih banyak informasi yang diserap. Hal tersebut akan berdampak positif terhadap ragam pangan yang dikonsumsi. Menurut Riyadi (2006) keadaan gizi seseorang banyak ditentukan oleh perilaku pengasuhannya, apabila pendidikan dan pengetahuan dalam berbagai bidang gizi yang dimiliki orang tua baik maka keadaan gizi anak juga baik. Tingkat pendidikan orang tua contoh merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap asupan makanan dan status gizi contoh. Bekerja
adalah
kegiatan
melakukan
pekerjaan
dengan
maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan. Pekerjaan orang tua contoh sebagian besar adalah buruh tani yaitu sebanyak 47.1%. Pekerjaan lain yang cukup banyak dilakukan oleh orang tua contoh adalah buruh non tani sebanyak 32.4%. Selain kedua pekerjaan tersebut pekerjaan orang tua contoh antara lain adalah 8.8% tidak bekerja, 2.9% petani,
84
2.9% pedagang dan 5.9% bergerak dibidang pelayanan jasa. Sebaran jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua contoh disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Jenjang pendidikan dan pekerjaan orang tua contoh Pekerjaan tidak bekerja petani pedagang buruh tani buruh non tani PNS jasa total
tidak sekolah n % 3 8.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 8.8
Pendidikan tidak tamat SD SD n % n % 0 0 0 0 0 0 1 2.9 1 2.9 0 0 3 8.8 13 38.2 4 11.8 4 11.8 0 0 0 1 2.9 1 2.9 9 26.5 19 55.9
SMP n % 0 0 0 0 0 0 0 0 3 8.8 0 0 0 0 3 8.8
Total n % 3 8.8 1 2.9 1 2.9 16 47.1 11 32.4 0 0.0 2 5.9 34 100
Pekerjaan orang tua contoh sebagian besar bergerak disektor pertanian dan perdagangan. Hal ini dapat disebabkan jenjang pendidikan orang tua contoh sebagian besar adalah tamat SD dengan pendidikan tertinggi orang tua contoh hanya tamat SMP sehingga pekerjaan yang dimiliki juga tidak beragam. Hasil ini sejalan dengan penelitian Engel et al (1994). Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar. Besar Keluarga dan Pendapatan Menurut BKKBN (1998), jumlah anggota keluarga dapat diklasifikasikan sebagai besar keluarga dalam tiga kategori, yaitu kecil (<4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (>7 orang). Berdasarkan kategori besar keluarga teresebut sebanyak 2.9% termasuk dalam keluarga kecil, sebanyak 82.4% termasuk dalam katergori keluarga sedang dan sebanyak 14.7% termasuk dalam kategori keluarga besar. Sebagian besar keluarga contoh termasuk dalam kategori besar keluarga sedang (5-7) anggota keluarga. Besar anggota keluarga akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan pangan dan non pangan yang akan meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Lumeta (1987) semakin besar anggota keluarga maka kebutuhan pangan yang harus tercukupi semakin meningkat, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pangan keluarga akan tinggi. Sebaran besar keluarga dan pendapatan perkapita contoh dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Besar keluarga dan pendapatan perkapita contoh 85
pendapatan perkapita
besar keluarga kecil
sedang n %
n
%
Miskin tidak miskin
1 0
2.9 0.0
16 12
Total
1
2.9
28
Besar
Total
n
%
n
%
47.1 35.3
4 1
11.8 2.9
21 13
61.8 38.2
82.4
5
14.7
34
100.0
Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga contoh digolongkan menjadi keluarga miskin dan tidak miskin. Menurut BPS (2009), standar Garis Kemiskinan untuk Provinsi Jawa Barat, kategori miskin ada pada pendapatan per kapita