KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan II - 2010
Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan periode triwulan II2010 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Bank Indonesia Banjarmasin ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihakpihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II2010 mencatat pertumbuhan yang lebih baik. Laju pertumbuhan ekonomi mampu bergerak ke level yang lebih tinggi, dari 5,39% (yoy) pada triwulan I2010 menjadi 5,97% (yoy) yang ditopang kinerja sektor dominan, khususnya sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor perdagangan Tekanan inflasi cenderung meningkat, sehingga laju inflasi pada triwulan II2010 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 5,11% (yoy) menjadi 7,76% (yoy), terutama dipengaruhi oleh faktor volatile food terkait terbatasnya pasokan beras lokal di triwulan laporan. Membaiknya kondisi perekonomian yang disertai dengan kondisi politik yang stabil setelah pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung lancar memberikan dampak positif terhadap kinerja perbankan Kalimantan Selatan di triwulan II2010
Aset perbankan tumbuh 15,61% (yoy) yang didorong oleh peningkatan jaringan kantor bank di Kalimantan Selatan. Sementara itu, transaksi uang tunai mengalami kenaikan dengan aliran uang tunai yang keluar (outflow) BI Banjarmasin seiring meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat. Sementara transaksi non tunai baik melalui sarana BIRTGS dari sisi volume juga mengalami peningkatan. Prospek ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III2010 diperkirakan cenderung membaik, seiring dengan membaiknya situasi perekonomian global. Laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan pada kisaran 6%6,5% (yoy). Sementara tekanan inflasi diperkirakan lebih tinggi dibanding triwulan II2010, yakni pada kisaran 9,46%+1% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
ii
Kata Pengantar
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkahlangkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, Agustus 2010 BANK INDONESIA BANJARMASIN
Khairil Anwar Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
ii
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ KETERANGAN DAN SUMBER DATA .......................................................... TABEL INDIKATOR TERPILIH ....................................................................
i iii v vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………………………
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .................... 1. Sisi Permintaan .......................................................................... . 2. Sisi Penawaran ……………………………………….…….............
9 10 20
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… ................................... 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ....... 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ………….…….. .. 2.1 Inflasi Tahunan .................................................................... 2.2 Inflasi Triwulanan ..................................................... .......... 2.3 Inflasi Bulanan .....................................................................
31 31 32 32 34 36
Boks 1. Hasil Survei terhadp rumah Tangga di Banjarmasin ...........
41
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ………………………….............. ... 1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 1.1 Perkembangan Aset dan Kelembagaan Bank Umum ......... 1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat .................................... .. 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................ 1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit .................................... . 1.5 Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah.................................... 2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ........... 3. Perkembangan Industri Bank Perkreditan Rakyat .........................
45 45 45 46 47 49 51 53 55
Boks 3. Kurang Tersosialisasi, Program Tabunganku Belum Efektif Mendorong Minat Menabung Masyarakat .......................................
57
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... ................................. 1. Realisasi APBD Provinsi/Kab/Kota Kalimantan Selatan ............... 2. Pendapatan Daerah.......................... ........................................... 3. Belanja Daerah ........................................................................... 4. Pembiayaan Daerah ...................................................................
59 60 62 63 65
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ……………………......... 1. Transaksi Pembayaran Tunai ......................................................
67 67
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
iii
iii
Daftar Isi
1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ............. 1.2 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah ............................ 1.3 Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) .......................... 1.4 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan …………….... 2. Transaksi Pembayaran Non-Tunai .............................................. 2.1 Transaksi Kliring ................................................................... 2.2 Transaksi RTGS ....................................................................
67 68 69 70 71 71 72
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... .... 1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 2. Kesejahteraan .......... ...................................................................
75 75 77
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ........ 1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................. 2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................
81 81 84
LAMPIRAN ...................................................................... ...........................
87
iv
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II
Perkembangan inflasi regional dari pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Banjarmasin. Data IHK bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut untuk keperluan analisis.
Bab III
Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab IV
Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab V
Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab VI
Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Pusat.
Bab VII
Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survey yang dilakukan KBI Banjarmasin.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
v
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
vi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) PDRB Harga Konstan (Rp Miliar) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai ImporNonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
2010 TAHUN TW - II 2009 TW - I 119.4 3.86 7121.63 6206.10 3144.92 144.31 1605.14 4414.50 2515.72 1159.70 2606.89 5.01% 5,443 85,095 658.91 251.508
121.19 124.67 5.11 7.76 1222.03 1561.16 797.06 37.72 391.49 1106.40 623.83 300.21 617.13 5.39% 547 9,017 41.38 28.549
2120.6 1639.6 805.23 39.35 402.57 1162.5 646.35 310.32 654.08 5.97% 527 8,287 19.29 8.3505
vii
b. Perbankan INDIKATOR
TAHUN 2009
PERBANKAN Bank Umum (Rp miliar) Total Asset DPK Giro Tabungan Deposito Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit - Berdasarkan Lokasi Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit UMKM - Lokasi Proyek Kredit Mikro Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit UMKM NPL BPR Total Asset DPK Tabungan Deposito Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL LDR
viii
TAHUN 2010 TW I TW II
15,088.57 18,163.85 4,516.97 9,770.52 3,876.35 17,527.85 6,114.58 5,298.55 6,114.73 96.50% 13,745.22 4,861.14 3,624.40 5,259.69 75.67%
16,651.59 17,511.62 4,866.40 8,506.28 4,138.97 16,874.43 5,369.86 4,818.85 6,685.72 96.36% 14,965.68 5,095.95 3,946.06 5,923.66 85.46%
16,726.15 19,250.93 4,872.24 9,947.80 4,430.89 18,910.10 5,838.60 5,860.36 7,211.15 98.23% 15,422.92 5,309.79 4,088.92 6,024.21 80.12%
3,611.90 486.39 162.64 2,962.87 4,032.90 1,043.44 288.40 2,701.07 2,756.94 1,706.31 687.91 362.73 10,401.74 2.14%
3,216.02 363.04 132.57 2,720.41 4,052.80 1,039.78 292.60 2,720.41 2,918.43 1,823.69 668.88 425.87 10,187.25 2.15%
3,454.84 390.00 117.81 2,947.03 5,127.34 1,139.53 302.74 3,685.06 3,153.62 1,964.65 754.72 434.26 11,735.80 2.15%
272.42 168.25 62.87 105.38 209.10 61.18 111.31 36.62 4.64% 124.22%
270.07 176.39 63.78 112.62 202.09 67.21 91.35 43.53 4.74% 114.57%
294.97 163.41 64.73 98.69 238.64 69.21 125.39 44.04 4.38% 146.04%
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
c. Sistem Pembayaran Indikator
Tw.IV-2009
Tw.I-2010
Tw.II-2010
1,325 802 522 355
1,456 1,213 243 331
1,537 658 879 544
Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar)
32
27
31
Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) Nominal Kliring Kredit Volume Kliring Kredit Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit Nominal Kliring Debet Volume Kliring Debet Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit Nominal Kliring Pengembalian (Rp juta) Volume Kliring Pengembalian (lembar) Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (Rp juta) Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong
45 3,249 77
37 2,418 59
40 3,372 79
43
32
45
1
1
1
69,286 1,582
135,403 1,486
108,454 1,901
924
1,805
1,446
21
20
25
125
135
85
1,116
1,486
1,342
2
2
1
15
20
18
512
1,283
1,382
6
7
20
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Pemusnahan Uang (Rp miliar)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan ini tumbuh
sebesar
5,97%
(yoy),
lebih
tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 yang mencapai 5,39% (yoy). Laju pertumbuhan ini sedikit
Perkonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II2010 tumbuh 5,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,39% (yoy).
lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia sebelumnya yang
berada
permintaan,
pada laju
kisaran
6,04%
pertumbuhan
(yoy).
ekonomi
Dari
sisi
terutama
ditopang oleh kinerja konsumsi dan investasi, sementara kinerja ekspor melambat. Dari sisi penawaran atau sektoral, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan terutama ditopang oleh kinerja sektor dominan, khususnya sektor
pertanian,
sektor
pertambangan,
dan sektor
perdagangan sedangkan sektor industri pengolahan relatif stabil. Laju pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I2010 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 4,47% (yoy) menjadi
Sektor pertanian tumbuh 7,19% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 4,47% (yoy)
7,19% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan di sektor pertanian terutama disebabkan oleh kinerja sub sektor tanaman
bahan
makanan
(tabama)
yang
mencatat
kenaikan cukup signifikan karena pada triwulan ini sudah memasuki panen raya, khususnya untuk komoditas padi jenis unggul (medium). Pada triwulan laporan, kinerja sektor pertambangan Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 5,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan
sebelumnya
yang
mencapai
4,53%.
Kinerja sektor pertambangan juga mencatat perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya
Meningkatnya kinerja sektor pertambangan terutama Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
1
Ringkasan Eksekutif
dipengaruhi
permintaan
batubara
khususnya
untuk
keperluan pembangkit listrik yang cenderung meningkat seiring dengan telah siapnya beroperasi beberapa PLTU baru yang termasuk dalam proyek 10.000 MW. Namun demikian, kondisi musim saat ini yang merupakan kemarau basah mengakibatkan aktivitas eksplorasi tambang masih terganggu oleh hujan dengan intensitas tinggi. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga menunjukan laju pertumbuhan yang lebih tinggi seiring membaiknya kondisi ekonomi
Pada
triwulan
II-2010,
pertumbuhan
sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) Kalimantan Selatan diperkirakan mencapai 8,65% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yang
mencapai 7,59% (yoy). Kegiatan Pemilu Kada di tingkat Propinsi dan beberapa kabupaten/kota turut mendorong pertumbuhan di sektor perdagangan, terkait dengan belanja kampanye yang dilakukan oleh para kandidat. Meningkatnya
kegiatan
di
sektor
perdagangan
dikonfirmasi oleh meningkatnya kegiatan di pasar modern dan arus bongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Kinerja sektor industri pengolahan di triwulan II2010 relatif stabil dengan laju pertumbuhan sebesar 2,21% (yoy).
Pada triwulan II-2010, pertumbuhan sektor industri pengolahan
Kalimantan
Selatan
masih
relatif
stagnan, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,21% (yoy),
setelah
triwulan
sebelumnya
mencatat
pertumbuhan sebesar 2,07% (yoy). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh melambatnya kinerja ekspor komoditas kayu olahan. Indikasi perlambatan kinerja sektor industri juga terlihat dari melambatnya pertumbuhan konsumsi BBM industri. Kinerja sektor ekonomi lainnya mengalami perlambatan, kecuali sektor jasa.
Perkembangan
sektor
ekonomi
non-dominan
Kalimantan Selatan di triwulan II-2010 secara umum mengalami perlambatan. Dari lima sektor ekonomi nondominan, hampir semua sektor mengalami perlambatan kecuali sektor jasa. Hal ini didorong oleh pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung di bulan Juni 2010. Pada
2
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Ringkasan Eksekutif
triwulan laporan, sektor jasa tumbuh meningkat dari 3,36% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 3,91% (yoy). Kenaikan laju pertumbuhan sektor jasa didukung oleh penyaluran kredit yang meningkat, meski masih tumbuh dalam level yang negatif. Dari sisi permintaan, kinerja ekspor baik ekspor antar pulau maupun ekspor ke luar negeri mencatat
perlambatan.
Pada
periode
laporan,
Kinerja ekspor mencatatat perlambatan dari 63,6% (yoy) di triwulan I-2010 menjadi 28,44% (yoy).
komponen ekspor yang memiliki pangsa terbesar dalam perekonomian Kalsel (69,62%) tumbuh sebesar 28,44% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 63,36% (yoy). Adanya gangguan produksi sektor tambang akibat faktor cuaca,
telah
menghambat
perkembangan
ekspor
komoditas tambang meskipun permintaan baik dari pasar domestik dan internasional masih cukup prospektif. Sementara,
komponen
konsumsi
masyarakat
maupun
mengalami
peningkatan.
konsumsi
baik
konsumsi pemerintah
Meningkatnya
konsumsi
Konsumsi, baik konsumsi masyarakat maupun pemerintah mencatat pertumbuhan yang meningkat.
rumah tangga dari 6,52% (yoy) di triwulan I-2010 menjadi 6,92%
(yoy)
di
triwulan
II-2010
terindikasi
dari
meningkatnya penjualan kendaraan bermotor, kegiatan perdagangan besar serta bongkar muat barang di pelabuhan. Masih meningkatnya konsumsi RT dipengaruhi pula oleh membaiknya kinerja sektor unggulan seperti sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan dan perkebunan, seiring dengan tibanya musim panen raya dan trend pergerakan harga komoditas yang cenderung meningkat di pasar internasional.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
3
Ringkasan Eksekutif
ASESMEN INFLASI Laju inflas idi triwulan II-2010 mencapai 7,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesasr 5,11%.
Laju inflasi di Kalimantan Selatan selama triwulan II2010 cenderung meningkat. Pada akhir triwulan II-2010 inflasi tahunan Kalimantan Selatan yang diwakili oleh inflasi Kota Banjarmasin mencapai 7,76% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 5,11% (y-o-y). Dengan perkembangan tersebut, secara akumulatif laju inflasi selama enam bulan pertama tahun 2010 (s.d. juni 2010) telah mencapai 4,41% (y-t-d), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 0,30% (y-t-d).
Laju inflasi masih dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan beras lokal.
Tingginya laju inflasi pada triwulan laporan tersebut diluar perkiraan sebelumnya, terutama disebabkan oleh pasokan beras lokal “premium” (jenis unus siam dan unus mutiara) yang terus menipis. Permasalahan yang
tidak
terjadi
di
tahun-tahun
sebelumnya
ini
diindikasikan disebabkan oleh tingginya kebutuhan dari luar Kalimantan Selatan, khususnya Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Jawa Timur, baik untuk konsumsi langsung maupun untuk bahan baku industri pembuatan bihun (di Jatim). Kelompok bahan makanan masih menjadi pendorong laju inflasi dengan laju inflasi sebesar 19,56% (yoy), diikuti kelompok makanan jadi 8,17% (yoy) dan sandang 6,22% (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tahunan terbesar pada triwulan II-2010 adalah kelompok bahan makanan sebesar 19,56% (y-o-y), diikuti kelompok makanan jadi 8,17% (y-o-y), dan sandang 6,22% (y-o-y). Selain terbatasnya pasokan beras lokal, pasokan pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan juga mengalami gangguan. PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja Perbankan di triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif
Membaiknya kondisi perekonomian yang disertai dengan
kondisi
yang
stabil
setelah
pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung lancar memberikan
4
politik
dampak
positif
terhadap
kinerja
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Ringkasan Eksekutif
perbankan Kalimantan Selatan di triwulan II-2010. Pada akhir triwulan II-2010 aset perbankan Kalimantan Selatan mencapai Rp22,85 triliun, tumbuh 2,11% (q-t-q) dari posisi akhir triwulan I-2010 yang tercatat sebesar Rp22,4 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan volume usaha perbankan Kalsel tersebut mencapai 15,61% (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 14,21% (y-o-y). Perkembangan kredit yang disalurkan di wilayah Kalimantan Selatan pada triwulan laporan mencapai Rp18,9 triliun atau tumbuh sebesar 16,21% (y-o-y),
Berdasarkan lokasi proyek, laju pertumbuhan kredit tumbuh dari 4,76% (yoy) di triwulan I-2010 menjadi 16,21% (yoy).
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang mencatat pertumbuhan sebesar 4,76% (y-o-y). Meningkatnya dipengaruhi
laju oleh
pertumbuhan
meningkatnya
kredit
terutama
pertumbuhan
kredit
investasi dan modal kerja yang tumbuh sebesar 12,09% (yo-y) dan 4,86% (y-o-y). Untuk kredit ke sektor konsumtif, laju pertumbuhan di triwulan laporan semakin meningkat mencapai 31,69% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,63%. Suku bunga kredit konsumtif yang lebih rendah serta semakin gencarnya penawaran barang konsumsi tahan lama (durable goods) dari pelaku usaha menjadi salaha satu pendorong meningkatnya pertumbuhan kredit konsumtif. Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum Kalimantan Selatan pada
Laju pertumbuhan DPK naik menjadi 11,96% (yoy) dari 1,79% (yoy)
triwulan II-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi DPK di triwulan ini mencapai Rp19,25 triliun, tumbuh 11,96% (yoy) atau lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,79% (yoy). Peran intermediasi per-bankan yang tercermin dari Loan
to
Deposit
Kalimantan
Selatan
Ratio
(LDR)
mengalami
bank
umum
penurunan
di dari
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
LDR perbankan Kalimantan Selatan di triwulan II-2010 turun80,12% sementara NPL relatif rendah dan stabil, yaitu sebesar 2,15%.
5
Ringkasan Eksekutif
85,46% pada akhir triwulan I-2010 menjadi 80,12%. Sementara itu dari sisi risiko kredit, meningkatnya pertumbuhan kredit tidak membuat kualitas kredit yang disalurkan untuk berbagai aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan menurun. Rasio NPL stabil dibandingkan triwulan I-2010 yakni sebesar 2,15% atau jauh di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%.
SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan transaksi pembayaran di Kalimantan Selatan pada triwulan II- 2010 mengalami peningkatan baik tunai maupun nontunai
Secara umum nilai transaksi pembayaran di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan baik pada transaksi tunai maupun non tunai. Total perputaran aliran uang kartal melalui Kantor Bank Indonesia Banjarmasin selama triwulan II-2010 mencapai Rp1.536
miliar,
sebelumnya
yang
meningkat
5,49%
mencapai
Rp1.456
dari
triwulan
miliar.
Secara
keseluruhan terjadi net-outflow sebesar Rp222 miliar pada triwulan laporan, berbeda dibandingkan dengan triwulan I2009 yang mencapai net-inflow sebesar Rp969 miliar.
Nilai transaksi BI-RTGS di triwulan laporan mencatat peningkatan 13,03% (qtq)
Nilai
transaksi
non-tunai
melalui
sarana
Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mencatat
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Nilai nominal transaksi BI-RTGS di triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp31,63 triliun atau naik 13,03% dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yang
mencapai
Rp27,98 triliun.
Rata-rata harian nilai transaksi kliring pada triwulan laporan mengalami penurunan 1,9% dibanding triwulan sebelumnya
Nilai rata-rata harian transaksi non-tunai melalui kegiatan kliring pada triwulan II-2010 mengalami penurunan 1,9% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp55,4 miliar/hari menjadi Rp54,3 miliar/hari.
6
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Ringkasan Eksekutif
PROSPEK EKONOMI Pada triwulan III-2010 laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan lebih baik dari triwulan laporan yakni pada kisaran 6%-6,5% (yoy). Penguatan
ekonomi
domestik
yang
didukung
oleh
Pada triwulan III-2010, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan akan tumbuh lebih baik pada kisaran 66,5% (yoy)
menguatnya proses pemulihan ekonomi global terutama di kawasan Asia dan Eropa memberikan sentimen positif terhadap penguatan nilai tukar dan terus membaiknya harga komoditas di pasar internasional. Hal ini akan menunjang meningkatnya kinerja sektor-sektor ekonomi dominan di Kalimantan Selatan yang berorientasi ekspor seperti sektor pertambangan dan sub sektor perkebunan. Dari sisi permintaan, pertumbuhan akan didorong oleh permintaan ekspor, konsumsi masyarakat dan pemerintah, investasi, serta investasi. Meningkatnya
Ekspor, konsumsi, dan investasi akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat dipengaruhi oleh faktor musiman bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, disamping daya beli masyarakat yang masih relatif baik karena adanya pembayaran
gaji
ke-13
dan
tunjangan
hari
raya.
Sementara itu, belanja Pemerintah Daerah diperkirakan akan
meningkat,
mengikuti
siklus
tahun-tahun
sebelumnya. Dari sisi sektoral, kinerja sektor dominan yaitu sektor pertanian,
sektor
perdagangan
dan
diperkirakan
akan
pertambangan, sektor
industri
menjadi
sektor
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010 diperkirakan akan ditopang oleh seluruh sektor dominan.
pengolahan
pendorong
laju
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010. Kinerja sektor pertanian masih akan meningkat, karena panen raya masih akan berlangsung hingga akhir triwulan III2010, terutama untuk padi jenis lokal premium. Kinerja sektor
pertambangan
berpotensi
meningkat,
seiring
dengan permintaan ekspor batubara dari Jepang, Cina dan India
serta
kebutuhan
batubara
domestik
untuk
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
7
Ringkasan Eksekutif
pembangkit listrik yang tetap tinggi, selain itu, gangguan cuaca
yang
menghambat
kegiatan
eksplorasi
akan
cenderung berkurang seiring mulai datangnya musim kemarau. Sementara itu, perkembangan harga komoditas yang relatif baik seiring dengan menguatnya pemulihan ekonomi global dan peluang ekspor produk industri pengolahan seperti minyak sawit (CPO) yang semakin besar karena adanya Free Trade Area seperti AIFTA (Asean India Free Trade) turut memulihkan kinerja sektor industri pengolahan. Selain itu momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri diperkirakan akan mendorong pertumbuhan di sektor perdagangan.
PROSPEK INFLASI Laju inflasi triwulan III2010 diperkirakan meningkat yang dipengaruhi oleh komponen volatile food
Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan, terutama disebabkan oleh inflasi yang tinggi pada komponen volatile food. Dari sisi penawaran, tekanan inflasi masih akan dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan, akibat gangguan produksi dan distribusi karena faktor cuaca yang diperkirakan masih akan diwarnai dengan turunnya curah hujan yang cukup tinggi. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat, terkait dengan
faktor
musiman.
Tekanan
inflasi
dari
sisi
administered price diperkirakan meningkat, terkait dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada awal bulan Juli 2010. Di sisi lain, tekanan inflasi yang cukup tinggi akan tertahan oleh pergerakan harga beras lokal yang menurun, karena sudah masuk panen raya. Laju inflasi di triwulan III2010 diperkirakan berada pada kisaran 9,2% 9,6% (yoy)
Ditinjau dari kelompok penyusunnya, tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi. Inflasi berpotensi terjadi pada komoditas gula pasir dan produk turunannya seperti kue basah yang menjadi makanan khas masyarakat Kalsel.
8
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Ringkasan Eksekutif
Dengan berbagai pertimbangan di atas laju inflasi pada triwulan III-2010 diproyeksikan berada pada kisaran 9,2%-9,6% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
9
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sejalan dengan penguatan ekonomi nasional yang masih terus berlanjut, aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 mencapai
pertumbuhan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan ini tumbuh sebesar 5,97% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 yang mencapai 5,39% (y-o-y). Laju pertumbuhan rendah
ini
dari
sedikit
perkiraan
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
lebih Bank
Indonesia sebelumnya yang berada
(y‐o‐y) 12.0% 9.68%
10.0% 8.0%
7.92% 5.97% 6.22%
6.0%
pada kisaran 6,04% (y-o-y).
4.82%
4.0%
Dari sisi permintaan, laju
5.39%
5.97%
3.64% 2.99% 3.27%
2.0% 0.0% T1
pertumbuhan ekonomi terutama
T2
T3
T4
T1
2008
ditopang oleh kinerja konsumsi
T2
T3
T4
2009
T1
T2
2010
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
dan investasi, sementara ekspor melambat. Membaiknya konsumsi masyarakat antara lain ditopang oleh aktivitas menjelang Pemilu Kada Gubernur dan Bupati/walikota di 7 kabupaten/kota di Kalimantan
Selatan
serta
membaiknya
pendapatan
pekerja
di
sektor
pertambangan dan subsektor perkebunan. Di sisi lain, perkembangan aktivitas investasi diperkirakan semakin membaik seiring pelaksanaan Pemilu Kada yang aman, lancar dan kondusif, serta didukung ekspansi pembiayaan dari perbankan. Sementara itu, perlambatan ekspor yang cukup besar terutama dipengaruhi oleh melambatnya ekspor batubara akibat adanya gangguan produksi karena faktor cuaca. Sebaliknya lonjakan impor barang modal menyebabkan kinerja net ekspor Kalimantan Selatan mengalami penurunan. Dari
sisi
penawaran
(sektoral),
laju
pertumbuhan
ekonomi
Kalimantan Selatan terutama ditopang oleh kinerja sektor dominan, khususnya
sektor
pertanian,
sektor
pertambangan,
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
dan
sektor
9
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
perdagangan sedangkan sektor industri pengolahan relatif stabil. Meningkatnya sektor pertanian ditopang oleh kinerja subsektor pertanian tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan, terkait dengan mulai tibanya masa panen raya di beberapa wilayah dan perkembangan harga komoditas perkebunan di pasar internasional yang cukup tinggi. Membaiknya daya beli masyarakat yang diikuti dengan maraknya penawaran dana pinjaman dengan bunga rendah mendorong meningkatnya aktivitas di sektor perdagangan. Kinerja sektor jasa juga turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi, sementara sektor ekonomi non-dominan lainnya seperti sektor keuangan, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor listrik, gas dan air bersih cenderung melambat.
1. SISI PERMINTAAN Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Selatan Dari Sisi Permintaan Pertumbuhan (%) 2009
Komponen Trw 2
Trw 3
2010 Trw 4
Trw 1
Trw 2
Konsumsi Rumah Tangga
6.15
4.92
4.91
6.52
6.92
Konsumsi Pemerintah
5.48
5.95
9.29
6.34
4.15
Investasi (PMTB)
24.94
0.18
29.31
Net Ekspor
-42.07
15.00
-8.29 -0.40
56.65
417.56
-25.00
Ekspor
-28.44
15.72
48.40
63.36
28.44
Impor
12.45
48.62
36.38
-4.30
82.17
Total
3.64
7.92
4.82
5.39
5.97
Sumber: BPS Provinsi Kalsel
Kegiatan Ekspor-Impor Kinerja Ekspor Membaiknya kinerja perekonomian di triwulan II-2010 terutama didukung oleh kinerja konsumsi dan investasi, sementara ekspor, baik ekspor antar pulau maupun ekspor ke luar negeri, mencatat perlambatan. Pada periode laporan, ekspor yang memiliki pangsa terbesar dalam perekonomian Kalimantan Selatan (69,62%) tumbuh sebesar 28,44% (y-o-y), jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 63,36% (y-o-y). Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, ekspor menyumbang sebesar 15,25% terhadap pertumbuhan ekonomi atau lebih rendah dibandingkan
10
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
sumbangan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 31,02%. Aktivitas ekspor luar negeri selama triwulan II-2010 cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, meski permintaan ekspor masih relatif tinggi seiring dengan pulihnya ekonomi global Adanya gangguan produksi tambang batu bara akibat faktor cuaca, telah menghambat laju ekspor komoditas ini, meskipun permintaan baik dari pasar domestik dan internasional masih cukup prospektif. Volume ekspor Kalimantan Selatan selama triwulan II-2010 mencapai 22,79 juta ton atau turun 7,95% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama di tahun 2009 yang mencapai 24,76 juta ton. Namun demikian, secara keseluruhan, kinerja ekspor selama tahun 2010 sejak Januari hingga Juni 2010 jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun 2009. Volume ekspor selama JanuariJuni 2010 mencapai 49,25 juta ton atau meningkat sebesar 47,62% dari periode yang sama di tahun 2009.
60,000
60.00% 50.00%
50,000 40,000 30,000
Grafik 1.3 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan II-2010 Ribu ton
Ribu ton
Grafik 1.2 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Periode Januari-Juni 2010
25000 20000
40.00%
15000
30.00%
10000
20.00%
5000
10.00%
0
0.00%
20,000
250% 200% 150% 100% 50% 0% ‐50% ‐100%
30000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*)
‐10.00%
10,000
2007
‐20.00% ‐30.00%
0 Jan‐Jun 2007 Jan‐Jun 2008 Jan‐Jun 2009 Jan‐Jun 2010 Volume ekspor
2008
Volume ekspor
2009
2010
g. volume ekspor (yoy)
*) Data sementara
g. Volume ekspor (yoy)
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Selama Bulan Januari-Mei
Grafik 1.5 Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
3,500
40%
3,000
35% 30%
2,500
25%
2,000
20% 1,500
15%
1,000
Juta US$
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Juta US$
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
10%
500
180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*)
5% 2007
0%
0 Jan‐Jun 2007
Jan‐Jun 2008
Nilai Ekspor
Jan‐Jun 2009
Jan‐Jun 2010
g. nilai ekspor (yoy)
Nilai ekspor
2008
2009
2010
g. Nilai ekspor (yoy)
*) Data sementara
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
11
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dilihat dari komoditasnya, penurunan ekspor terutama dipengaruhi oleh penurunan ekspor batu bara yang memiliki pangsa volume ekspor terbesar, yaitu mencapai 82,9%. Selama bulan April-Juni 2010, volume ekspor batu bara mencapai 21,23 juta ton atau turun sebesar 9,21% (y-o-y) dibandingkan periode Grafik 1.6 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Batubara
US$1,19 miliar pada April-Juni 2010 mengalami
penurunan
sebesar
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
16,000 14,000 12,000 10,000 8,000
14,15% (y-o-y) dibandingkan triwulan
6,000
II-2009. Faktor curah hujan yang
2,000
4,000 0
Juta US$
nilai ekspor batu bara yang mencapai
Ribu ton
yang sama di tahun 2009. Sedangkan
4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
relatif tinggi menyebabkan gangguan
2008
terhadap aktivitas eksplorasi tambang
2009
Volume ekspor batubara
2010
Nilai ekspor batubara
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
dan kegiatan angkutan tambang.
Sementara itu pertumbuhan ekspor komoditas unggulan lainnya mulai bergerak stabil setelah pulih dari dampak krisis ekonomi global di tahun 2009. Setelah mencatat lonjakan pertumbuhan ekspor yang cukup besar di triwulan I2010, pertumbuhan di triwulan II-2010 ini cenderung tumbuh pada tingkat yang moderat. Volume ekspor minyak sawit (CPO) yang mengalami lonjakan pada dua triwulan sebelumnya, pada April-Juni 2010 mencapai 110,28 juta ton atau kembali tumbuh normal sebesar 30,9% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 84,49 juta ton. Angka pertumbuhan ini jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan I-2010 yang mencapai 1.053,23% (y-o-y).
25 20
300
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 ‐20
250 200
15
150
10
100
5
50
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2008
2008
2008
Volume ekspor kayu olahan
2009
2010
Nilai ekspor kayu olahan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
2008
Volume ekspor minyak sawit
2009
Juta US$
30
Ribu ton
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Grafik 1.8 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Minyak Sawit Juta US$
Ribu ton
Grafik 1.7 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Kayu Olahan
2010
Nilai ekspor minyak sawit
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Ekspor produk kayu olahan masih relatif baik yang ditandai dengan volume ekspor kayu olahan pada periode April-Juni 2010 mencapai 54,09 ribu ton atau tumbuh sebesar 8,18% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun 2009. 12
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Namun demikian, laju pertumbuhan ekspor komoditas ini juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 82,99% (y-o-y). Di sisi lain, kinerja ekspor karet menunjukkan perkembangan yang terus membaik, meskipun harga karet di pasar internasional sempat terkoreksi. Pada bulan April-Juni 2010, volume ekspor karet (crumb rubber) mencapai 26,86 ribu ton atau mengalami pertumbuhan sebesar 14,22% (y-o-y). Membaiknya harga pula
pada
meningkatnya nilai ekspor karet yaitu mencapai US$81,52 juta, atau meningkat tajam sebesar 159,58% (yoy) dibandingkan triwulan II-2009. Selain karena perkembangan harga yang cukup baik, kenaikan ekspor karet
juga
dipengaruhi
oleh
Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Karet Kalimantan Selatan 14
40
12
35
10
30
Juta US$
terindikasi
Ribu ton
karet
25
8
20
6
15
4
10
2
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2008
2008
2009
Volume ekspor karet
perluasan pangsa pasar ekspor ke
2010
Nilai ekspor karet
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
India.
Dilihat dari negara tujuan ekspor, China pada triwulan ini masih menjadi negara utama tujuan ekspor Kalimantan Selatan dengan pangsa ekspor mencapai 21,56% dan nilai ekspor mencapai US$196,07 juta. Sementara India bergerak menempati posisi kedua terbesar dengan pangsa ekspor sebesar 15,52% dan nilai ekspor mencapai US$141,07 juta. Pada posisi ketiga ditempati oleh Jepang, dengan pangsa 15,19% atau dengan nilai ekspor mencapai US$138,07 juta. Meningkatnya pangsa ekspor Kalimantan Selatan ke India berkaitan dengan meningkatnya permintaan energi untuk aktivitas industri di negara tersebut. Hampir 88% ekspor Kalsel ke India merupakan komoditas tambang, yaitu batu bara. Adanya Asean-India Free Trade Agreement (AIFTA) ditengarai mampu
mengakselerasi
akses
pasar
ekspor
ke
India
melalui
program
penghapusan tarif secara bertahap. Khusus untuk batu bara, penurunan tarif akan berlangsung hingga mencapai 0% pada tahun 2013. Berdasarkan data sementara, volume ekspor batu bara ke India mencapai 5,25 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$202,9 juta. Batu bara juga merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Selatan ke Jepang dengan pangsa nilai ekspor mencapai 79%. Demikian pula dengan China, sekitar 82% dari total nilai ekspor Kalsel ke China merupakan komoditas tambang ini. Secara keseluruhan, volume ekspor batu bara untuk tiga negara Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
13
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
tersebut pada triwulan II-2010 mencapai 11,64 juta ton atau sebesar 54,92% dari total ekspor batu bara Kalimantan Selatan. Komoditas utama lainnya yang diekspor ke China, India, dan Jepang adalah komoditas industri pengolahan, seperti produk kayu olahan, minyak nabati (CPO), dan dan karet olahan. Pada triwulan II-2010, nilai ekspor komoditas industri pengolahan tersebut mencapai US$121,99 juta. Grafik 1.10 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan I-2010 Malaysia, 13.05%
Lainnya, 20.82%
India, 15.52% Korea Selatan, 5.16%
Taiwan, 8.71% Jepang, 15.19% China, 21.56%
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Perkembangan Impor Aktivitas impor barang yang masuk ke Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebelumnya kontraksi -4,30% (y-o-y) menjadi 82,17% (y-o-y). Dari sisi volume, pertumbuhan impor barang dari luar negeri di triwulan laporan (April-Mei 2010) naik signifikan sebesar 312,72% (y-o-y), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 18,34% (y-o-y), maupun pada periode yang sama tahun sebelumya yang tumbuh negatif sebesar -27,5% (y-o-y). Meningkatnya laju pertumbuhan impor barang terutama dipengaruhi oleh kenaikan impor barang-barang modal ke Kalimantan Selatan, sejalan dengan meningkatnya aktivitas investasi baru pasca berlangsungnya Pemilu Kada Gubernur Kalimantan Selatan pada bulan Juni 2010. Selain itu, membaiknya nilai tukar Rupiah diperkirakan turut mendorong volume impor alat-alat berat dan pendukungnya. Nilai impor barang modal meraup pangsa sebesar 79,56% dari total nilai impor Kalimantan Selatan yang sebagian besar merupakan impor alat angkutan industri. 14
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pada periode laporan, kenaikan terbesar terjadi pada impor alat transpor industri, dengan laju pertumbuhan sebesar 270,73% (y-o-y). Seiring dengan itu, nilai impor Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 mencapai US$109,26 juta (April-Mei 2010), lebih tinggi dibandingkan nilai impor triwulan sebelumnya yang mencapai US$108,09 juta.
200%
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
150% 100%
Grafik 1.12 Perkembangan Nilai Impor Non Migas Kalimantan Selatan Juta US$
Ribu ton
Grafik 1.11 Perkembangan Volume Impor Non Migas Kalimantan Selatan
300 200
50%
150
0%
100
‐50% ‐100%
50 0
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*) 2007
2008
2009
Volume impor
600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% ‐100% ‐200%
250
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*)
2010
2007
g. Volume impor (yoy)
2008
Nilai impor
*) Data sementara, hanya mencakup periode April‐Mei 2010
2009
2010
g. nilai impor (yoy)
*) Data sementara
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Ribu ton
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Impor Kalimantan Selatan Selama Bulan Januari-Februari 160
100.00%
140
80.00%
120
60.00%
100
40.00%
80
20.00%
60
0.00%
40
‐20.00%
20
‐40.00% ‐60.00%
0 Jan‐Jun 2007
Jan‐Jun 2008
Volume ekspor
Jan‐Jun 2009
Jan‐Jun 2010
g. Volume ekspor (yoy)
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Konsumsi Pada triwulan laporan, komponen konsumsi baik konsumsi masyarakat maupun konsumsi pemerintah mengalami peningkatan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga (RT) dari 6,52% (y-o-y) di triwulan I-2010 menjadi 6,92% (y-o-y) di triwulan II-2010 terindikasi dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor, kegiatan perdagangan besar serta bongkar muat barang di pelabuhan. Masih meningkatnya konsumsi RT dipengaruhi pula oleh membaiknya kinerja sektor unggulan seperti sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan dan perkebunan, seiring dengan tibanya musim panen raya dan tren pergerakan harga komoditas yang cenderung meningkat di pasar internasional. Meski selama triwulan II-2010 rata-rata harga karet sempat terkoreksi dari Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
15
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
US$3,82/kg pada April 2010 menjadi US$3,66/kg pada Juni 2010, namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata harga di triwulan I-2010 yang sebesar US$3,33/kg. Demikian pula rata-rata harga minyak kelapa sawit mengalami penurunan
dari
dari
US$794,6/metric
ton
pada
April
2010
menjadi
US$767,78/metric ton pada Juni 2010. Harga tersebut masih lebih tinggi dibandingkan
rata-rata
harga
selama
triwulan
I-2010
yang
mencapai
US$762,01/metric ton. Sementara itu, dukungan penyaluran kredit konsumsi turut menopang konsumsi masyarakat, terutama untuk barang-barang tahan lama seperti kendaraan bermotor dan properti. Berdasarkan data Dispenda Provinsi Kalsel, total penjualan sepeda motor baru yang diindikasikan melalui pendaftaran kendaraan bermotor baru pada triwulan II-2010 mencapai 36,2 ribu unit dengan laju pertumbuhan sebesar 26,22% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan total penjualan di triwulan I-2010 yang mencapai 34,7 ribu unit dengan laju pertumbuhan sebesar 19,04% (y-o-y). Sedangkan untuk mobil, total penjualan di triwulan II-2010 mencapai 2.466 unit, meningkat cukup tajam sebesar 54,6% (yo-y) dibandingkan total penjualan di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1.964 unit dengan laju pertumbuhan sebesar 7,68% (y-o-y). Kredit konsumsi berdasarkan lokasi proyek per Juni 2010 mencapai Rp7,21 triliun atau tumbuh 31,69% (y-o-y), meningkat dibandingkan kredit konsumsi pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp6,69 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 29,63% (y-o-y). Grafik 1.14 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan 100%
g. konsumsi RT (yoy) g. penjualan motor (yoy) g. penjualan mobil (yoy)
80% 60%
9.00% 8.00% 7.00% 6.00%
40%
5.00%
20%
4.00%
0%
3.00%
‐20%
2.00%
‐40%
1.00% 0.00%
‐60% T1
T2
T3
2008
T4
T1
T2
T3
2009
T4
T1
Unit 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 ‐
Unit 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 ‐ T1
T2
T3
T4
T1
2008
T2
T3 2009
Kendaraan mobil (aksis kiri)
T4
T1
T2 2010
Kendaraan motor (aksis kanan)
2010
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel
16
T2
Grafik 1.15 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan (Berdasarkan Lokasi Proyek) y-o-y
y-o-y
g. PDRB Konsumsi (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Konsumsi (y-o-y)
9%
60%
8%
50%
7% 6%
40%
5%
30%
4% 3%
20%
2%
10%
1% 0%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
0%
2008
2009
2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Di sisi lain, konsumsi pemerintah melalui anggaran belanja pemerintah daerah atau APBD provinsi pada triwulan II-2010 mengalami perlambatan terutama pada komponen belanja modal. Hal ini antara lain dipengaruhi masih lambatnya realisasi anggaran. Hingga triwulan II-2010, realisasi anggaran Pemerintah Provinsi baru mencapai 44,7%. Meski pada saat ini banyak proyek telah masuk pada tahap pengerjaan, namun nampaknya sebagian SKPD cenderung
menahan
realisasi
belanja
khususnya
belanja
modal
sampai
pelaksanaan Pemilu Kada. Di sisi lain, penyelenggaraan Pemilu Kada di tingkat Provinsi (Gubernur) dan tingkat Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota di 7 Kabupaten/Kota) turut mendorong konsumsi secara keseluruhan, baik konsumsi masyarakat, swasta, dan pemerintah. Total anggaran yang disediakan pemerintah untuk pelaksanaan Pemilu Kada tersebut adalah sebesar Rp50 miliar untuk pemilihan Gubernur dan Rp108 miliar untuk pemilihan Bupati/Walikota di 7 wilayah Kabupaten/Kota. Sementara
itu
total
dana
kampanye
dari
seluruh
kandidat
(Gubernur/Bupati/Walikota) yang berjumlah 69 orang diperkirakan dapat mencapai Rp70,79 miliar. Berdasarkan in-depth interview dengan KPU Kalsel menyatakan bahwa dana kampanye akan dialokasikan untuk pembuatan materi kampanye, seperti baliho, leaflet, kaos, serta penyelenggaraan kampanye yang merupakan bagian dari sektor PHR. Sedangkan dana penyelenggaraan akan dialokasikan terutama untuk pembayaran tenaga honorer Pemilu Kada yang merupakan bagian dari sektor jasa. Dari simulasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, total dana penyelenggaraan sebesar Rp70,79 miliar berpotensi memberi efek terhadap Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
17
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
sektor PHR sedangkan dana kampanye sebesar Rp164 miliar akan memberikan efek terhadap sektor jasa. Dalam pada itu, masih berlanjutnya peningkatan harga bahan pangan seperti beras, gula pasir, dan lainnya menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan memunculkan penurunan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan barang. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia di Banjarmasin menunjukkan penurunan ekspektasi konsumen dan tingkat keyakinan konsumen. Nilai indeks keyakinan konsumen (IKK) selama triwulan II-2010 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari rata-rata 113,2 menjadi 109,8. Dilihat dari indeks pendukungnya, penurunan IKK dipengaruhi oleh penurunan indeks kondisi ekoenomi saat ini (IKE), yaitu dari rata-rata 108 pada triwulan I-2010 menjadi 102,5 pada triwulan II-2010. Sementara itu, indeks ekspektasi konsumen (IEK) relatif tetap, yaitu dari rata-rata 117,6 pada triwulan sebelumnya menjadi 117,0 pada triwulan II-2010. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya ekspektasi konsumen terhadap penghasilan mereka dalam 6 bulan ke depan akibat menurunnya ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja dan kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang. Grafik 1.17 Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.18 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
150
130
200
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen
150
110
100 90
50
Penghasilan saat ini Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2008
2009
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010
2008
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
2009
2010
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Grafik 1.19 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen 200
150
100
50
Ekspektasi penghasilan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad Kondisi ekonomi 6 bulan yad
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2008
2009
2010
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
18
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Investasi Aktivitas investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 mengalami
pertumbuhan
yang
signifikan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung tertib dan aman nampaknya mampu mendorong kondusifnya iklim investasi.
Pada triwulan II-
2010, investasi yang tercermin dari indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh dari 0,18% (y-o-y) pada triwulan I-2010 menjadi 29,31% (y-o-y) pada triwulan II-2010. Peningkatan investasi terutama terjadi di sektor pertambangan khususnya batu bara dan bijih besi, seiring dengan prospek sektor pertambangan yang terus membaik. Kenaikan ini antara lain terkait dengan realisasi investasi salah satu perusahaan tambang terbesar di Kalimantan Selatan yang membuka lahan eksplorasi baru. Selain itu, salah satu produsen baja dari China juga telah merealisasikan investasi sebesar US$568,6 ribu untuk pembebasan lahan dan kini tengah melanjutkan realisasi pembangunan pabrik baja hulu berkapasitas produksi 500 ribu ton/th senilai US$ 220 juta. Kenaikan investasi terlihat pula dari tingginya volume impor barang modal dan impor kendaraan truk dan alat berat. Selama bulan April-Juni 2010, nilai impor barang modal meningkat sebesar 127,62% (y-o-y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 13,31%. Sementara nilai impor alat transportasi penunjang industri juga tumbuh signifikan sebesar 54,17% (y-o-y), setelah pada triwulan sebelumnya menyusut sebesar 76,69%. Namun demikian, pemberlakukan UU No. 4/2009 yang diatur lebih lanjut
melalui
PP
No.23/2010
mengenai
Pelaksanaan
Kegiatan
Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara sejak 1 Februari 2010 dirasa cukup menyulitkan investor baru. Hingga Juni 2010, belum ada investor baru di bidang batu bara yang melakukan eksplorasi. Investasi yang tercatat hingga saat ini merupakan reinvestment dari para pemain lama berupa pembukaan lahan eksplorasi baru.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
19
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal Kalimantan Selatan g. PMTB (y‐o‐y), aksis kiri g. Nilai Impor Barang Modal g. Nilai Impor Alat Transport Industri
(y ‐o‐y) 100%
(y‐o‐y)
80% 60% 40% 20% 0%
1000%
60% 50%
600%
40%
400%
30%
200%
20%
0%
10%
T3
T4
T1
T2
2007
T3
T4
T1
2008
T2
T3
T4
T1 T2*)
2009
y-o-y 120% g. PDRB PMTB (aksis kiri) g. Kredit Investasi (aksis kanan)
80% 60% 40% 20% 0%
0% -10%
-20%
-20%
-40%
2010
*) Data impor sementara Data PMTB berdasarkan proyeksi BI Banjarmasin
2008
kegiatan
2009
2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Membaiknya
100%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
T2
y-o-y 70%
800%
‐200% T1
Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan
investasi
didukung
pula
oleh
pembiayaan
perbankan. Kredit investasi perbankan (berdasarkan lokasi proyek) pada posisi Juni
2010
tumbuh
sebesar
12,09%
(y-o-y),
meningkat
dibandingkan
pertumbuhan kredit investasi pada triwulan I-2010 yang turun sebesar -13,28% (y-o-y). Terkait pembiayaan dan suku bunga, berdasarkan informasi yang diperoleh melalui survei liason, masih terdapat kendala yang dihadapi perusahaan dalam proses pemberian pinjaman dari perbankan yaitu prosedur dari perbankan yang cukup memakan waktu lama dan tingkat suku bunga yang masih relatif lebih tinggi serta persyaratan agunan yang merepotkan. Salah satu perusahaan mengeluhkan kondisi ini yang menyebabkan perusahaan tidak dapat mengikuti tender karena terlambat dalam penyediaan dana.
2. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian terutama ditopang
oleh
meningkatnya
kinerja
di
perdagangan, dan sektor pertambangan,
sektor
pertanian,
sektor
sementara sektor industri
pengolahan tumbuh relatif stabil. Keempat sektor dominan yang memiliki pangsa sebesar 73,62% dari total kapasitas ekonomi Kalimantan Selatan, pada triwulan ini memberikan sumbangan sebesar 4,69% dari total pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,97% (y-o-y). Meningkatnya kinerja sektor pertanian terkait dengan tibanya masa panen raya tanaman pangan di triwulan laporan. Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan meski mengalami kenaikan, tetapi tertahan oleh produktivitas yang cenderung melambat karena gangguan curah hujan yang cukup tinggi di daerah eksplorasi tambang. Di sektor perdagangan, adanya Pemilu Kada turut mendorong aktivitas perdagangan, 20
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
terkait dengan belanja kampanye para calon Gubernur dan Bupati/Walikota. Sementara itu, kinerja sektor ekonomi non-dominan cenderung melambat, kecuali sektor jasa yang relatif meningkat karena terdorong adanya belanja kampanye Pemilu Kada. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Selatan Dari Sisi Penawaran
Sektor Trw 2 3.83 -1.04 4.23 7.46 6.51 6.13 6.25 5.39 5.07 3.64
Pertanian Pertambangan Industri Listrik Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa Total
Pertumbuhan Year on Year (%) 2009 2010 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 14.27 4.16 4.47 7.19 4.51 4.96 4.53 5.97 3.24 -1.36 2.07 2.21 5.21 4.27 10.7 8.92 6.32 5.21 6.17 5.40 6.12 5.85 7.59 8.65 7.22 5.60 8.25 4.73 3.89 6.35 12.07 5.58 7.95 10.49 3.36 3.91 4.82 7.92 5,39 5.97
Sumber: BPS Provinsi Kalsel
2.1. Sektor Ekonomi Dominan Sektor Pertanian Laju
pertumbuhan
sektor
pertanian
pada
triwulan
I-2010
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 4,47% (yoy) menjadi 7,19% (yoy). Dengan laju pertumbuhan tersebut, sektor pertanian menyumbang sebesar 1,94% terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,
terbesar
dibandingkan
kontribusi
sektor
dominan
lainnya.
Meningkatnya laju pertumbuhan sektor pertanian terutama disebabkan oleh kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) yang mencatat kenaikan cukup signifikan, karena pada triwulan ini sudah memasuki panen raya, khususnya untuk komoditas padi jenis unggul (medium). Berdasarkan data Dinas Pertanian, pada April-Mei 2010, luasan panen padi di empat kabupaten sentra padi yaitu Kab. Barito Kuala, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah, dan Kab. Tapin mencapai 85,81 ribu Ha, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya seluas 44,3 ribu Ha. Pola produksi ini masih sejalan dengan pola tahunan produksi padi pada tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan produksi juga dikonfirmasi dari Angka Ramalan (ARAM) II-2010. Produksi tanaman bahan makanan (tabama) pada bulan Mei-Agustus 2010 diperkirakan Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
21
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
mencapai 284,09 ribu ton, lebih tinggi 7,98% dibandingkan produksi pada periode yang sama di tahun 2009 sebesar 263,1 ribu ton. Peningkatan produksi padi ini dipengaruhi oleh adanya upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi beras melalui ekstensifikasi lahan dan bantuan benih padi dan pupuk. Pada tahun 2010 diperkirakan produksi padi meningkat sebanyak 182,85 ribu ton atau naik 9,34%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 7,51% dan peningkatan produktivitas sebesar 0,58%. Selain subsektor tabama, subsektor lain yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Pada triwulan II-2010, kinerja subsektor perkebunan tumbuh lebih baik terutama ditunjang oleh meningkatnya produktivitas tanaman perkebunan khususnya kelapa sawit, serta perkembangan harga komoditas perkebunan yang cukup baik dan relatif stabil. Harga komoditas karet mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu dari US$3,69/kg di akhir Maret 2010 menjadi US$3,70/kg pada akhir Juni 2010 atau naik sebesar 0,42%. Sedangkan harga minyak sawit internasional pada akhir periode
laporan
mengalami
penurunan
sebesar
4,75%,
yaitu
dari
US$790,93/metric ton di akhir Maret 2010 menjadi US$753,4/metric ton. Grafik 1.22 Perkembangan Harga Internasional Komoditas Karet dan Minyak Sawit
Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan y-o-y
900
450
18%
800
400
16%
700
350
14%
600
300
12%
500
250
10%
400
200
8%
Harga Minyak Kelapa Sawit (US$/metric ton)
150 100
4%
100
Harga Karet (US$/kg)
50
2%
20% 0% -20%
0% Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
0
60% 40%
200 0
2008
Sumber : Bloomberg
100%
g. Kredit Pertanian (y-o-y) - aksis kanan 80%
6%
300
y-o-y g. PDRB Sektor Pertanian (y-o-y) - aksis kiri
2009
2010
Sumber: Lap.Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Sejalan dengan membaiknya harga komoditas pertanian, kesejahteraan petani secara umum juga relatif meningkat sebagaimana diperlihatkan oleh peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Pada bulan Juni 2010, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 106,44, naik 1,60% dibandingkan Desember 2009 yang mencapai 104,76 atau naik sebesar 6,93% bila dibandingkan dengan Juni 2010. Meski secara tahunan (y-o-y) indeks harga yang diterima petani 22
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 10,87%, namun bila dibandingkan dengan kondisi akhir tahun 2009 masih mengalami penurunan sebesar -1,82%, yaitu dari 124,50 menjadi 122,23 pada Juni 2010. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun harga internasional sudah membaik, namun masih belum diikuti dengan kenaikan harga pembelian dari perkebunan rakyat secara sebanding, karena kualitas karet mentah yang masih relatif rendah.
Sektor Pertambangan Pada triwulan laporan, kinerja sektor pertambangan Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 5,97% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 4,53% (y-o-y). Dengan peningkatan tersebut, kontribusi pertumbuhan sektor pertambangan meningkat
dari
1,07%
menjadi
1,26%.
Meningkatnya
kinerja
sektor
pertambangan terutama dipengaruhi oleh permintaan batu bara khususnya untuk keperluan pembangkit listrik yang cenderung meningkat seiring dengan telah siap beroperasinya beberapa PLTU baru yang termasuk dalam proyek 10.000 MW. Namun demikian kondisi musim saat ini yang merupakan kemarau basah mengakibatkan aktivitas eksplorasi tambang masih terganggu oleh hujan dengan intensitas tinggi. Hal ini terindikasi dari melambatnya volume ekspor batu bara dan bijih besi di triwulan laporan. Untuk batu bara, volume ekspor di triwulan II2010 turun sebesar -9,21% (y-o-y), jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 194,12% (y-o-y). Produksi batubara salah satu perusahaan tambang besar tumbuh melambat dari 25,8% (y-o-y) pada triwulan I-2010 menjadi 14,5% (y-o-y) pada triwulan II-2010. Kenaikan laju pertumbuhan sektor pertambangan ditopang oleh pergerakan harga komoditas tambang batu bara yang masih terus meningkat. Pada posisi akhir Juni 2010, harga batu bara internasional mencapai US$64,6/mt atau meningkat 5,64% dibandingkan harga di akhir Maret 2010 sebesar US$61,5/mt. Sementara itu volume ekspor bijih besi pada triwulan laporan mencapai 1.157,8 ribu ton dengan laju pertumbuhan sebesar 31,87% (y-o-y), melambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 1.949,43% (y-o-y). Namun kinerja ekspor ini jauh lebih tinggi dibandingkan April-Mei 2009 yang menyusut sebesar -79,42% (y-o-y). Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
23
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
2007
2008
Volume ekspor batubara
2009
2010
2007
g.volume ekspor batubara (yoy)
2008
Volume ekspor bijih besi
*) Data sementara
2009
T1
T2*)
T4
T3
T2
T1
T4
T1
T1
T2*)
T4
T3
T2
T1
T4
T3
T2
T1
T4
T3
T2
T1
0
T3
5000
T2
10000
T1
15000
T4
20000
4000% 3500% 3000% 2500% 2000% 1500% 1000% 500% 0% ‐500%
1400 1200 1000 800 600 400 200 0
T3
250% 200% 150% 100% 50% 0% ‐50% ‐100%
25000
T2
30000
Grafik 1.25 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Bijih Besi Ribu ton
Ribu ton
Grafik 1.24 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Batubara
2010
g. volume ekspor bijih besi (yoy)
*) Data sementara10
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.26 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan (Berdasarkan Lokasi Proyek) diKalimantan Selatan
Grafik 1.27 Perkembangan Harga Batubara Internasional
y-o-y
g. PDRB Sektor Pertambangan (aksis kiri)
y-o-y
80
100%
70
12%
80%
60
10%
60%
50
40%
40
20%
30
14%
g. Kredit Pertambangan (aksis kanan)
8% 6% 4%
0%
2% 0%
-20%
-2%
-40%
-4%
-60%
20 10 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2008
2009
2010
Harga Batubara (USD/mt)
Sumber: Lap. Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Sumber : Bloomberg
Dukungan pembiayaan dari bank terhadap sektor pertambangan nampaknya mulai bergerak pulih, meski masih mengalami pertumbuhan yang negatif. Pada posisi Juni 2010, kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor pertambangan mencapai Rp1,32 triliun atau turun sebesar -15,32% (y-o-y). Kondisi ini membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar -41,28% (y-o-y).
Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan II-2010, pertumbuhan sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan masih relatif stagnan, dengan laju pertumbuhan sebesar
2,21%
(y-o-y),
setelah
triwulan
sebelumnya
mencatat
pertumbuhan sebesar 2,07% (y-o-y). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh melambatnya kinerja ekspor komoditas kayu olahan. Selama April-Juni 2010, pertumbuhan volume ekspor kayu olahan mencapai 8,18% (y-o-y), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 82,99% (y-o-y). Indikasi perlambatan kinerja sektor industri juga terlihat dari melambatnya pertumbuhan konsumsi BBM industri. Konsumsi premium industri turun lebih dalam dari -28,66% (y-o-y) 24
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pada triwulan sebelumnya menjadi -43,39% (y-o-y), sementara konsumsi solar melambat dari 34,69% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,05% (y-o-y) pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di triwulan II-2010, realisasi kegiatan usaha di sektor industri pengolahan
relatif stagnan dan
cenderung menurun, terutama pada industri pengolahan kayu karena sulitnya memperoleh bahan baku. Sementara rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan laporan juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 57,6% menjadi 50,6%. Kondisi ini menyebabkan sebagian perusahaan tidak berencana melakukan realisasi investasi. Grafik 1.28 Perkembangan Volume Ekspor Kayu Olahan
Grafik 1.29 Perkembangan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Sektor Industri
Ribu ton
200,000 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
2008
2009
1,200
160,000 140,000
1,000
120,000
800
100,000 600
80,000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2*) 2007
1,400
180,000
100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60%
60,000
Minyak Solar
40,000
Premium
200
20,000 ‐
2010
‐ T1
Volume ekspor kayu olahan
400
T2
T3
T4
T1
T2
g.volume ekspor kayu olahan (yoy)
2009
*) Data sementara
2010
Sumber: Pertamina
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Ekspansi kredit perbankan ke sektor industri pengolahan mulai bergerak pada tren yang membaik. Di triwulan II-2010 laju pertumbuhan kredit ke sektor ini mencatat pertumbuhan sebesar (y-o-y),
meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun sebesar 28,24% (y-o-y). Prospek kondisi industri pengolahan Kalimantan Selatan nampak mulai membaik perkembangan
sejalan
dengan harga-harga
Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan y-o-y 6.00%
y-o-y 40.00%
5.00%
30.00%
4.00%
20.00%
3.00%
10.00%
2.00%
0.00%
1.00%
-10.00%
0.00%
-20.00% g. PDRB Sektor Industri (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Industri (y-o-y) aksis kanan
- 1.00%
-40.00%
2008
komoditas industri seperti karet dan minyak sawit yang cukup baik.
-30.00%
-2.00%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
1,99%
2009
2010
Sumber: Lap. Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
25
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 diperkirakan mencapai 8,65% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,59%
(y-o-y).
Dengan
pangsa
Grafik 1.31 Volume Bongkar Muat di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin
sektor ini memberikan kontribusi terbesar
kedua
terhadap
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan, yaitu
Juta ton
sebesar 14,94% dari total PDRB,
300%
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
250% 200% 150% 100% 50% 0% ‐50% T1
sebesar 1,26%. Kegiatan Pemilu Kada
di
tingkat
provinsi
T2
T3
T4
T1
2008
dan
T2
T3
T4
T1
2009
T2
2010
Volume bongkar muat pelabuhan banjarmasin g. volume bongkar muat (yoy)
beberapa
kabupaten/kota
turut
Sumber: Adpel Banjarmasin
mendorong pertumbuhan di sektor perdagangan. Meningkatnya
kegiatan
di
sektor perdagangan
dikonfirmasi
oleh
meningkatnya kegiatan di pasar modern dan arus bongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Total penjualan di pasar modern Banjarmasin selama triwulan II-2010 menunjukkan tren yang meningkat, dengan nilai Rp117,7 miliar atau tumbuh 15,1% (y-o-y). Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan I-2010 yang mencapai 10,5% (y-o-y). Sementara itu total volume bongkar muat barang di triwulan II-2010 mencapai 42,16 juta ton, dengan laju pertumbuhan sebesar 210,87% (y-o-y), naik sangat signifikan bila dibandingkan laju pertumbuhan
di triwulan
sebelumnya yang mencapai 60,05% (y-o-y). Kenaikan ini terkait dengan meningkatnya aktivitas bongkar-muat batu bara, baik untuk keperluan domestik maupun ekspor ke luar negeri. Membaiknya aktivitas di sektor perdagangan tidak terlepas dari dukungan pembiayaan
perbankan.
Meskipun
pada
triwulan
ini
kredit
perbankan
(berdasarkan lokasi proyek) yang disalurkan ke sektor perdagangan masih menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya, namun pergerakan kredit selama triwulan II-2010 menunjukkan perkembangan yang membaik. Pada Juni 2010, kredit sektor perdagangan mencapai Rp3,09 triliun dengan kontraksi yang lebih tipis sebesar -3,15% (y-o-y), membaik dibandingkan Maret 2010 yang mencapai Rp2,84 trilun dengan kontraksi sebesar -7,68% (y-o-y). 26
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.32 Kredit Sektor Perdagangan (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan
Juta Rp 140,000
y‐o‐y 50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30%
16.0% 14.0% 12.0% 10.0% 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0%
120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 T1
T2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
y‐o‐y 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0%
Grafik 1.33 Perkembangan Total Penjualan Pasar Modern di Banjarmasin
2008
2009
T3
T4
T1
2009
2010
2010
Total penjualan (Juta Rp)
g. PDRB Sektor Perdagangan (y‐o‐y) ‐ aksis kiri g. Kredit Perdagangan (y‐o‐y) ‐ aksis kanan
T2
g. penjualan (yoy)
Sumber : Hasil Liaison Perusahaan, Bank Indonesia Banjarmasin
Sumber :Laporan Bulanan Bank Umum BI, diolah
2.2 Sektor Ekonomi Non-Dominan Perkembangan sektor ekonomi non-dominan Kalimantan Selatan di triwulan II-2010 secara umum mengalami perlambatan. Dari lima sektor ekonomi non-dominan, hampir semuanya mengalami perlambatan, kecuali sektor jasa. Hal ini didorong oleh pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung di bulan Juni 2010. Pada triwulan laporan, pertumbuhan sektor jasa meningkat dari 3,36% (y-o-y) pada triwulan I-2010 menjadi 3,91% (y-o-y). Kenaikan laju pertumbuhan sektor jasa didukung oleh penyaluran kredit yang tingkat kontraksinya yang semakin mengecil. Kredit sektor jasa pada posisi Mei 2010 mencatat kontraksi sebesar -18,74% (y-o-y), sementara pada triwulan I-2010 mengalami kontraksi lebih besar yakni -27,66% (y-o-y). Selain itu pertumbuhan sektor jasa juga didukung oleh perkembangan
subsektor
Pemerintahan
Umum
mengindikasikan
realisasi
jasa yang APBD
yang meningkat. Realisasi belanja APBD
hingga
semester
I-2010
Grafik 1.34 Kredit Sektor Jasa (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan y-o-y g. PDRB Sektor Jasa y-o-y (aksis kiri) g. Kredit Sektor Jasa (y-o-y)
12% 10% 8% 6% 4% 2%
lebih tinggi dibandingkan realisasi
0%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May
mencapai di atas 44,7%, sedikit
2008
di semester I-2009 yang mencapai
b
2009
l
k
2010
di l h
43,3%. Di sisi lain, kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2010 tumbuh melambat dari 12,05% (y-o-y) pada triuwlan I-2010 menjadi 5,85% (y-o-y). Hal ini terutama dipengaruhi Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
27
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
oleh masih melambatnya kinerja subsektor bank, yang diindikasikan oleh kegiatan intermediasi perbankan yang melambat, meski nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) masih berada dalam level yang cukup baik, sementara rasio kredit bermasalah (NPL) relatif rendah dan stabil. LDR pada triwulan II-2010 mencapai 80,12%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 85,46%. Sebaliknya, pertumbuhan nilai tambah bank umum pada triwulan II-2010 mencapai 36,99% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nilai tambah pada triwulan sebelumnya yang mencapai 21,39% (y-o-y). Hal ini antara lain didorong oleh biaya intermediasi yang menurun, sementara output bruto perbankan cenderung meningkat sering meningkatnya ekspansi kredit.
Rp Miliar
18,000
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
17,500 17,000 16,500 16,000 15,500 15,000 14,500 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
Grafik 1.36 Pertumbuhan Nilai Tambah Bank Umum di Kalimantan Selatan Miliar Rp
Grafik 1.35 Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan di Kalimantan Selatan
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% T1
T2
T3
T4
T3
T4
T1
T2
2009
2010
2010 Nilai tambah bank (Rp)
Nominal Kredit (lokasi proyek)
T2
5 2008
2009
T1
g. nilai tambah bank (yoy)
g. Kredit (y‐o‐y) %
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Laju pertumbuhan yang melambat juga terjadi di sektor bangunan yang pada triwulan II-2010 tumbuh 5,40% (y-o-y) atau sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,17% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor ini terindikasi dari realisasi pengadaan semen di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5% (y-o-y), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai 30,06% (y-o-y). Pertumbuhan sektor ini didorong oleh kenaikan penyaluran kredit untuk sektor bangunan, yang dipengaruhi oleh adanya kemudahan pembiayaan perumahan oleh perbankan.
28
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.37 Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Bangunan (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan
(y‐o‐y)
Ribu Ton 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
60%
y-o-y
50%
8%
40%
7%
2009
40%
5%
20%
4%
10%
3%
0%
2%
‐10%
1%
20% 0% -20% -40%
0% Jan Feb Mar Ap r May Jun Jul Aug Sep Oct No v Dec Jan Feb Mar Ap r May Jun Jul Aug Sep Oct No v Dec Jan Feb Mar Ap r May Jun
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 2008
60%
6%
30%
2007
y-o-y 80%
2010 2008
Supply Semen (aksis kiri)
2009
2010
g. Supply Semen (y‐o‐y) g. PDRB Sektor Bangunan y-o-y (aksis kiri)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
g. Kredit Konstruksi (y-o-y) - aksis kanan
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti
Residensial
Indonesia
(SHPR)
Banjarmasin,
meski
Bank laju
pertumbuhan penjualan rumah masih negatif, namun cenderung lebih baik dibandingkan
triwulan
sebelumnya,
yaitu dari -34,59% (y-o-y) menjadi
Grafik 1.39 Penjualan Rumah Kalimantan Selatan Unit 3500
Penjualan Rumah
3000
Pertumbuhan y‐o‐y (%)
140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60%
2500 2000 1500 1000 500
-7,63% (y-o-y). Total rumah yang terjual
0 T1
pada triwulan laporan mencapai 2.263
T2
T3
T4
2008
T1
T2
T3
T4
2009
T1
T2
2010
unit, naik 35,5% (q-t-q) dibandingkan Sumber: Survei SHPR Bank Indonesia Banjarmasin
triwulan sebelumnya yang mencapai 1.670 unit. Sementara itu, laju pertumbuhan yang melambat cukup signifikan terjadi di sektor pengangkutan dengan laju pertumbuhanmencapai 4,37% lebih
rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang
tumbuh sebesar 8,25% (y-o-y).
Cenderung
melambatnya aktivitas di sektor pertambangan dan industri berpengaruh
pengolahan terhadap
Grafik 1.40 Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan y-o-y
y-o-y 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0%
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
(y-o-y),
2008
2009
2010
g. PDRB Sektor Angkutan (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Angkutan y-o-y (aksis kanan)
Sumber: Lap. Bulanan Bank Umum, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
29
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
melambatnya kinerja pengangkutan. Indikasi melambatnya sektor pengangkutan terlihat dari pertumbuhan pembiayaan perbankan yang lebih rendah, yaitu dari 70,87%(y-o-y) di triwulan I-2010 menjadi 66,1% (y-o-y) di triwulan II-2010.
30
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
ai
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
2P
ERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 3
1. KONDISI UMUM Laju inflasi di Kalimantan Selatan selama triwulan II-2010 cenderung meningkat. Pada akhir triwulan II-2010 inflasi tahunan Kalimantan Selatan yang diwakili oleh inflasi Kota Banjarmasin mencapai 7,76% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 5,11% (y-o-y). Dengan perkembangan tersebut, secara akumulatif laju inflasi selama enam bulan pertama tahun 2010 (s.d. juni 2010) telah mencapai 4,41% (y-t-d), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 0,30% (y-t-d).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan
Tingginya laju inflasi pada triwulan laporan tersebut diluar perkiraan sebelumnya, terutama disebabkan oleh pasokan beras lokal “premium” (jenis unus siam dan unus mutiara) yang terus menipis. Permasalahan yang tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya ini diindikasikan disebabkan oleh tingginya kebutuhan dari luar Kalimantan Selatan, khususnya Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Jawa Timur, baik untuk konsumsi langsung maupun untuk bahan baku industri pembuatan bihun (di Jatim). Komoditas beras yang Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
31
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
memiliki bobot terbesar (5,57%) dalam pembentukan inflasi di Kalimantan Selatan harganya masih terus bergerak naik sejak bulan April 2010. Pada minggu terakhir bulan Juni 2010, rata-rata harga beras mengalami kenaikan 9,1%, atau lebih tinggi dibandingkan kenaikan bulan sebelumnya yang mencapai 7,6%. Kenaikan terutama terjadi pada beras lokal premium yang merupakan konsumsi utama masyarakat Kalimantan Selatan. Rata-rata harga beras lokal premium sempat mencapai lebih dari Rp12.000 per kilogram pada akhir bulan Juni 2010. Pada kondisi normal, harga beras tersebut berkisar antara Rp6.500 hingga Rp7.500 per kilogram. Dengan
perkembangan
tersebut,
secara
keseluruhan
kelompok
pengeluaran yang mengalami inflasi tahunan terbesar pada triwulan II-2010 adalah kelompok bahan makanan sebesar 19,56% (y-o-y), diikuti kelompok makanan jadi 8,17% (y-o-y), dan sandang 6,22% (y-o-y). Selain terbatasnya pasokan beras lokal, pasokan pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbubumbuan juga mengalami gangguan.
2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG/JASA 2.1.
Inflasi Tahunan Pada triwulan II-2010 laju inflasi Kalimantan Selatan secara
tahunan mengalami kenaikan menjadi 7,76% (y-o-y) dari 5,11% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya Angka inflasi ini jauh lebih tinggi dari angka inflasi nasional pada periode laporan yakni 3,97% (y-o-y) dan angka inflasi pulau Kalimantan secara keseluruhan yang mencapai 6,23% (y-o-y) Tabel 2.1. Inflasi IHK Tahunan (y‐o‐y) Kalimantan Selatan
2008
Kelompok
Q.4 Ba ha n ma ka na n
2009 2010 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2
15.56 9.11 6.12 7.01
Ma ka na n ja di , mi numa n, rokok da n temba ka u Peruma ha n, a i r, l i s tri k, ga s da n ba ha n ba ka r
9.52 8.07 11.8 12.8 16.13 9.07 0.63
7.1
8.68 19.56
11 10.65 8.173
‐0.7 ‐2.4
0.27 2.017
Sa nda ng
8.57 10.3 8.83 11.2
11
0.81 6.217
Kes eha ta n
8.72 6.01
0.9
3.45 2.894
Pendi di ka n, rekrea s i da n ol a hra ga
5.06
4.8
4.16 2.336
Tra ns por, komuni ka s i da n ja s a keua nga n UMUM
6.2 3.94
6.2 8.83
7.45 2.89
‐3.5
5.2
‐6.3 ‐3.5
11.62 7.66 4.78 4.31
3.9
1.33
0.99
5.11
7.76
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
32
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Inflasi tahunan tertinggi pada periode laporan terjadi pada kelompok
bahan
makanan,
yang
sampai akhir triwulan II-2010
inflasinya
mencapai 19,56% (yo-y). Tingginya inflasi pada
kelompok
ini
terutama diperngaruhi oleh Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan (Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
subkelompok
padi-padian mengalami
yang lonjakan
inflasi hingga mencapai 44,48% (y-o-y). Melonjaknya inflasi pada kelompok padipadian disebabkan oleh meningkatnya harga beras lokal premium akibat berkurangnya pasokan di pasaran. Musim panen yang belum tiba serta meningkatnya pengiriman beras lokal keluar Kalimantan Selatan menyebabkan stok gabah untuk varietas ini lebih cepat habis dibandingkan tahun sebelumnya. Inelastisnya permintaan warga Banjarmasin terhadap beras lokal premium di tengah menipisnya pasokan beras tersebut menyebabkan harga beras lokal premium terus merangkak naik hingga menyentuh level Rp12.200/ per kilogram pada akhir Juni 2010 (hasil SPH KBI Banjarmasin). Selain harga beras yang terus mengalami kenaikan, tingginya inflasi pada periode ini juga berasal dari kenaikan harga pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Anomali cuaca sebagai dampak dari La Nina, menyebabkan beberapa sentra sayur-sayuran dan bumbubumbuan seperti Bima (NTB) dan Brebes masih mengalami curah hujan yang tinggi di awal musim kemarau ini. Akibat gangguan cuaca tersebut, pasokan komoditas sayur mayur dan bumbu-bumbuan ke Kalimantan Selatan menjadi berkurang. Pada triwulan ini subkelompok sayur-sayuran mengalami inflasi sebesar 21.43% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan I-2010 syang mengalami deflasi sebesar -7,64%(y-o-y). Sementara itu subkelompok bumbu-bumbuan mengalami inflasi sebesar 20.41% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -9,74% (y-o-y) Selain kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi juga mengalami inflasi yang cukup tinggi pada triwulan laporan. Kenaikan harga
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
33
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
beras telah menyababkan produk makanan jadi yang merupakan derivasi komoditas beras seperti nasi, lontong sayur, sop, dan soto pada triwulan laporan mengalami kenaikan. Selain itu inflasi kelompok makanan jadi juga masih dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga gula pasir yang sejak triwulan I-2010 level harganya masih relatif lebih tinggi. Minimnya pasokan gula non-rafinasi khususnya dengan mutu yang baik menyebabkan harga gula pasir pada tahun ini relatif lebih tinggi. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menempuh kebijakan untuk meredam kenaikan harga gula pasir dengan memperbolehkan gula rafinasi dipasarkan kepada masyarakat sampai harga gula kembali normal. Kebijakan ini juga telah dikomunikasikan dalam pembahasan di Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Selatan.
Gambar 2.3 Perkembangan Harga Gula Pasir Kalimantan Selatan (Sumber: SPH BI Banjarmasin, diolah)
2.2.
Inflasi Triwulanan Selaras dengan peningkatan inflasi tahunan, inflasi triwulanan
pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan dibanding dengan triwulan sebelumnya. Inflasi triwulanan triwulan II-2010 mencapai 2,87% (q-tq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,5% (qt-q), maupun inflasi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 0,34% (q-t-q). Sama halnya dengan inflasi tahunan kenaikan inflasi triwulanan juga disebabkan terutama oleh melonjaknya harga beberapa komoditas utama pada subkelompok padi-padian, sayur-sayuran, dan bumbubumbuan.
34
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Selatan 2008 2009 2010 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Kelompok Ba ha n ma ka na n 4.1 0.83 ‐2.5 4.57 4.1 2.38 7.26 Ma ka na n ja di , mi numa n, rokok da n temba ka u 2.82 1.82 5.26 2.34 0.8 1.91 2.91 Peruma ha n, a i r, l i s tri k, ga s da n ba ha n ba ka r 1.25 ‐1 ‐0.9 ‐0.1 0.1 1.21 0.79 Sa nda ng 3.26 8.43 ‐2.6 1.93 2.5 ‐0.95 2.65 Kes eha ta n 3.1 0.09 0.64 0.08 0.1 2.59 0.10 Pendi di ka n, rekrea s i da n ol a hra ga 0.31 0.96 2.72 1.12 ‐0.1 0.38 0.92 Tra ns por, komuni ka s i da n ja s a keua nga n ‐2.63 ‐3.7 0.2 ‐0.2 0.3 1.11 ‐0.13 UMUM 1.85 0.3 0.34 1.77 1.4 1.5 2.87 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan
Berbeda dengan triwulan sebelumnya di mana kelompok sandang mengalami deflasi sebesar -0,95% (q-t-q), pada triwulan ini kelompok sandang mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 2,65% (q-t-q). Inflasi terutama disebabkan oleh naiknya harga emas internasional sehingga mendorong kenaikan harga komoditas emas perhiasan di Kalimantan Selatan. Berdasarkan hasil pemantauan BI Banjarmasin dalam Survei Pemantauan Harga hingga akhir Juni 2010 harga komoditas emas perhiasan mencapai Rp359.000/gram naik 2,1% dari bulan sebelumnya sebesar Rp 352.000/gram.
Gambar 2.5 Perkembangan Harga Emas Internasional dan Harga Emas di Kalimantan Selatan (Sumber: SPH BI Banjarmasin dan Bloomberg, diolah)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
35
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
2.3.
Inflasi Bulanan Inflasi bulanan selama
triwulan cukup
laporan tinggi,
menunjukkan
tercatat meskipun
kecenderungan
menurun. Hal ini salah satunya didorong oleh akselerasi kenaikan harga beras lokal premium yang terus mengalami perlambatan dari bulan ke bulan. Tingginya harga
Gambar 2.6 Perbandingan Inflasi Bulanan Nasional dan Kalsel
beras lokal premium khususnya untuk varietas unus mutiara serta unus siam menyebabkan sebagian masyarakat terpaksa mengalihkan konsumsi ke beras unus jenis lainnya yang harganya lebih murah. Situasi ini berhasil mengerem laju kenaikan harga beras sehingga meskipun harganya tetap mengalami kenaikan namun persentase kenaikannya semakin mengecil dari bulan ke bulan. Tabel 2.3. Inflasi IHK Bulanan (m‐t‐m) Kalimantan Selatan April Mei Inflasi Andil Inflasi Andil Kelompok
Ba ha n maka na n Ma ka na n ja di , mi numa n, rokok da n temba ka u
2.25 1.99
0.06 0.45
2.64 0.87
Juni Inflasi Andil 0.67 2.19 0.57 0.20 0.03 0.01
Peruma ha n, a i r, l i s tri k, ga s da n ba ha n baka r Sanda ng Kes eha tan
0.04 0.05 0.00
0.01 0.00 0.00
0.11 1.39 0.10
0.02 0.10 0.00
0.64 1.19 ‐0.01
0.13 0.09 0.00
Pendi di ka n, rekreas i da n ol a hra ga Trans por, komuni ka s i da n jas a keua nga n UMUM
0.00 0.37 1.09
0.00 0.06 1.09
1.00 0.03 1.05
0.05 0.00 1.05
‐0.08 ‐0.53 0.70
0.00 ‐0.08 0.70
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Inflasi Bulan April 2010 Inflasi pada bulan April 2010 mencapai 1,09% (m-t-m) lebih tinggi dari bulan Maret 2010 sebesar 0,76% (m-t-m). Pendorong inflasi pada bulan ini terutama berasal dari komoditas beras dan beberapa komoditas dari kelompok makanan jadi yang merupakan derivasi dari komoditas beras seperti nasi dan sop. Tingginya harga beras menyebabkan kelompok bahan makanan mengalami inflasi paling tinggi dibandingkan kelompok lainnya pada bulan April 2010. Harga beras sebenarnya sudah mulai mengalami kenaikan sejak bulan Februari 2010, namun kenaikan harga paling tinggi terjadi pada bulan
36
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
ini karena pasokan beras jenis lokal premium semakin sedikit namun permintaan dari masyarakat tidak berkurang.
Gambar 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi di Kalimantan Selatan (Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan)
Selain dari kelompok bahan makanan, inflasi pada bulan ini juga disumbang cukup banyak oleh kelompok makanan jadi. Seiring dengan naiknya harga beras, beberapa jenis makanan jadi yang dijual di rumah makan dan menggunakan beras sebagai salah satu bahan pembuatnya seperti nasi, sop dan soto mengalami kenaikan harga. Ketiganya masuk ke dalam 10 penyumbang inflasi terbesar pada bulan April 2010.
Inflasi Bulan Mei 2010 Pada bulan Mei 2010, pergerakan indeks harga mengalami penurunan tipis. Inflasi pada bulan tersebut tercatat sebesar 1,05% (m-t-m) lebih rendah dibandingkan inflasi bulan April 2010 sebesar 1,09% m-t-m, meskipun begitu tingkat inflasi ini masih lebih tinggi daripada inflasi nasional sebesar 0,29% (m-t-m). Bila dilihat secara umum komoditas beras, emas perhiasan, dan daging ayam ras menjadi pendorong inflasi pada bulan ini. Inflasi bulanan yang masih berada pada level yang relatif tinggi ini kembali disebabkan oleh kelompok bahan makanan yang memiliki andil inflasi sebesar 0,6716 atau 64% dari total inflasi bulanan pada Mei 2010. Subkelompok padipadian masih mengalami inflasi tertinggi pada bulan ini yakni sebesar 8,76% (mt-m). Walaupun memang tidak sebesar bulan April 2010 yang mencapai 15,26% (m-t-m) level inflasi subkelompok ini masih sangat tinggi bila dibandingkan pergerakannya dalam 3 tahun terakhir.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
37
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Pada kelompok bahan makan, kenaikan inflasi yang cukup tinggi juga terjadi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya. Setelah mengalami deflasi pada bulan April 2010 sebesar -3,35% (m-t-m) pada Mei 2010 inflasinya naik menjadi 1,92% (m-t-m). Kenaikan ini disebabkan oleh melonjaknya harga daging ayam ras akibat menurunnya pasokan pada bulan ini.
Gambar 2.8 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kalimantan Selatan (Sumber: SPH BI Banjarmasin, diolah)
Emas perhiasan dari kelompok sandang menyumbang
inflasi
sebesar 0,0952% atau nomor
dua
terbesar
pada bulan Mei 2010. Kenaikan harga emas internasional menyebabkan Gambar 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Sandang (Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah)
harga
emas perhiasan pada bulan
ini
mengalami
kenaikan. Akibatnya kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,39% (m-t-m) pada bulan Mei 2010 jauh lebih tinggi dari bulan April 2010 sebesar 0,05% (m-tm).
Inflasi Bulan Juni 2010 Berbeda dengan pergerakan inflasi nasional yang bulan Juni 2010 masih bergerak naik, pada bulan tersebut inflasi Kalimantan Selatan mencatatkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi bulanan Kalimantan Selatan pada bulan Juni 2010 mencapai 0,70% (m-t-m) lebih 38
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
rendah dari inflasi nasional sebesar 0,97% (m-t-m). Kenaikan harga beras, meskipun masih terjadi, namun tidak setinggi bulan-bulan sebelumnya, sehingga menjadi penyebab menurunnya inflasi bulanan pada bulan Juni 2010. Deflasi yang terjadi pada kelompok pendidikan dan kelompok transportasi juga turut mengerem laju inflasi pada bulan ini.
Gambar 2.10 Perkembangan Harga Beras Lokal Premium di Kalimantan Selatan (Sumber: SPH BI Banjarmasin, diolah)
Tidak seperti bulan-bulan sebelumnya, dimana inflasi terbesar terjadi pada subkelompok padi-padian, pada bulan Juni 2010, inflasi terbesar bergeser pada subkelompok sayur-sayuran, yakni mencapai 11,5% (y-o-y). Curah hujan yang cukup tinggi yakni 163mm-268mm (data BMKG) pada daerah pemasok sayursayuran, seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara (Kalsel), menyebabkan pasokan sayur pada bulan ini sangat terbatas. Hal yang sama terjadi pada subkelompok komoditas bumbu-bumbuan seiring dengan curah hujan tinggi di daerah pemasok seperti Bima dan Brebes, sehingga inflasi subkelompok ini mencapai 9,43% (m-t-m).
Gambar 2.11 Perkembangan Inflasi Bulanan Subkelompok Sayur‐sayuran dan Bumbu‐bumbuan (Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
39
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 1: Hasil Survei terhadap Rumah Tangga di Banjarmasin “Permintaan yang Inelastis Menyebabkan Harga Beras Lokal Terus Merangkak Naik”
Pada bulan Juni 2010, inflasi tahunan Kota Banjarmasin mencapai 7,76% (yo-y), jauh lebih tinggi dibandingkan nasional yang mengalami inflasi sebesar 3,97% (y-o-y). Laju inflasi tahun kalender hingga Juni 2010 sudah mencapai 4,41% (y-t-d), sementara inflasi nasional hanya sebesar 1,58% (y-t-d). Tingginya laju inflasi Kota Banjarmasin terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras lokal yang terus terjadi sejak bulan Februari 2010. Dalam kurun waktu Januari-Juni 2010, komoditas beras telah memberikan andil inflasi sebesar 2,46% atau menyumbang 56% dari inflasi Kota Banjarmasin hingga Juni 2010. Minimnya pasokan beras lokal premium telah menyebabkan harga beras jenis ini mengalami kenaikan. Hasil Survei Pemantauan Harga KBI Banjarmasin menunjukkan bahwa hingga akhir minggu keempat bulan Juni 2010, rata-rata harga beras jenis lokal premium mencapai Rp12.201/kg atau mengalami kenaikan sebesar 68,58% dari harga pada minggu keempat Desember 2009 sebesar Rp7.238/kg. Salah satu faktor penyebab tingginya harga beras lokal ini adalah permintaan masyarakat Kota Banjarmasin terhadap varitas beras lokal yang bersifat sangat inelastis. Permintaan terhadap jenis beras ini sangat kuat, meskipun terdapat alternatif jenis lainnya yang harganya lebih rendah dan pasokannya memadai. Mencoba mendalami fenomena ini, KBI Banjarmasin telah melakukan survei preferensi beras warga Kota Banjarmasin. Survei dilaksanakan dalam bentuk wawancara via telepon kepada 130 rumah tangga di Banjarmasin, dimana sekitar 84% dari responden adalah ibu rumah tangga. Tidak kurang dari 78% responden adalah warga asli Kalimantan Selatan, sementara 22% sisanya adalah pendatang. Hasil survei menginformasikan bahwa jenis beras yang paling banyak dikonsumsi masyarakat (84%) adalah beras Unus premium (beras Unus Mutiara dan beras Siam). Sementara 11% mengkonsumsi beras “Jawa”, dan 5% beras jenis lainnya. Beras Jawa (pandan wangi, rojolele, dan lainnya) hanya dikonsumsi oleh responden pendatang.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
41
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 1: Hasil Survei terhadap Rumah Tangga di Banjarmasin “Permintaan yang Inelastis Menyebabkan Harga Beras Lokal Terus Merangkak Naik”
Ditinjau dari konsumsinya, rata-rata per keluarga di Kota Banjarmasin menghabiskan beras tidak kurang dari 27 liter/bulan. Dengan jumlah rumah tangga di Kota Banjarmasin sesuai Susenas BPS 2007 sebesar 157.632 rumah tangga dan diasumsikan komposisi antara rumah tangga warga asli Kalimantan Selatan dengan rumah tangga pendatang di Kota Banjarmasin sama dengan komposisi responden survei, maka kebutuhan beras lokal premium di Kota Banjarmasin per bulannya paling tidak sebesar 3,6 juta liter.
Harga beras lokal yang terus mengalami kenaikan nampaknya tidak membuat sebagian besar responden beralih ke beras jenis lainnya yang harganya lebih murah. Sebanyak 84% responden memilih untuk tetap menggunakan beras yang selama ini digunakannya, sementara 6,15% responden baru berencana untuk mengganti jenis berasnya ke jenis beras yang lebih murah bila harga masih terus mengalami kenaikan. Hanya 9,23% responden yang sudah mengganti berasnya ke beras jenis lain yang lebih murah. Responden yang tidak mengganti jenis berasnya umumnya merasa beras yang selama ini dikonsumsi lebih enak dibandingkan beras lainnya atau karena faktor preferensi (63,41% responden), selain juga faktor kebiasaan (30,08%). Tantangan Ke Depan Fenomena tingginya harga beras lokal premium yang berdampak cukup berarti terhadap inflasi daerah telah menjadi tantangan tersendiri dalam engendalian inflasi daerah. Dalam berbagai pertemuan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah dirumuskan sejumlah rekomendasi, namun penyelesaian jangka pendek sulit dilakukan karena permasalahan yang bersifat struktural. Upaya peningkatan produksi beras lokal premium dengan memperluas areal tanam perlu diagendakan, disamping penegakan kembali aturan batas maksimal pembangunan hunian dan bangunan lain di daerah areal sawah produktif, mengingat di sejumlah tempat areal sawah untuk padi jenis lokal ini telah berkurang.
42
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 1: Hasil Survei terhadap Rumah Tangga di Banjarmasin “Permintaan yang Inelastis Menyebabkan Harga Beras Lokal Terus Merangkak Naik” Permintaan terhadap beras jenis lokal premium yang bersifat inelastis yang menyebabkan Operasi Pasar yang dilakukan Bulog menjadi tidak efektif karena jenis beras yang dikucurkan dalam operasi pasar tersebut tidak sesuai dengan yang dikonsumsi masyarakat, juga memerlukan dukungan kebijakan agar peran Bulog di daerah lebih fleksibel. Banjarmasin. Di sisi lain, pemanfaatan fasilitas Sistem Resi Gudang (SRG) yang saat ini ada di Kabupaten Batola, perlu terus disosialisasikan dan diintensifkan. Melalui SRG diharapkan pasokan beras jenis ini dapat lebih terpantau dan dapat dilakukan pengaturan agar persediaan di pasar dapat terjaga sepanjang tahun, mengingat jenis beras ini hanya dipanen sekali setahun (masa tanam sekitar 10 bulan). Pemetaan kebutuhan konsumsi dan produksi jenis beras ini juga perlu dilakukan, dibarengi dengan pencatatan arus distribusi yang lebih baik. Saat ini lalu lintas beras jenis ini keluar Kalimantan Selatan belum sepenuhnya dapat dipantau, terutama yang melalui jalur transportasi sungai dan darat (diluar pelabuhan resmi). Selain itu mekanisme pembentukan harga dari produsen, pedagang besar/ penggilingan padi, pengecer hingga ke tangan konsumen akhir perlu diatur sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya distorsi harga. Dalam kaitan ini, kenaikan harga yang tajam diindikasikan lebih banyak dinikmati oleh pedagang, bukan petani penghasil.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
43
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
3P
ERKEMBANGAN
PERBANKAN DAERAH
Membaiknya kondisi perekonomian yang disertai dengan kondisi politik yang stabil setelah pelaksanaan Pemilu Kada yang berlangsung lancar
memberikan
dampak
positif
terhadap
kinerja
perbankan
Kalimantan Selatan di triwulan II-2010. Indikasi ini terlihat dari pertumbuhan kredit maupun dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Intermediasi perbankan Kalimantan Selatan yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat cukup tinggi, meskipun sedikit menurun karena tingginya pertumbuhan DPK. Sementara itu persentase kredit bermasalah yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) tetap terjaga relatif stabil pada level yang rendah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM 1.1. Perkembangan Aset dan Kelembagaan Bank Umum Pada akhir triwulan II-2010 aset perbankan Kalimantan Selatan mencapai Rp22,85 triliun, tumbuh 2,11% (q-t-q) dari posisi akhir triwulan I-2010 yang tercatat sebesar Rp22,4 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan volume usaha perbankan Kalsel
tersebut
mencapai
15,61%
(y-o-y),
lebih tinggi
dari
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 14,21% (y-o-y). Laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama didorong oleh perkembangan aset kelompok bank umum swasta yang tumbuh 9,94% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada akhir triwulan I-2010 sebesar 1,49% (yoy). Sebaliknya, aset kelompok bank umum pemerintah masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, meskipun melambat menjadi 17,83% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 19,38% (y-o-y). Dari sisi jaringan kantor bank, selama triwulan II-2010 terdapat pembukaan kantor baru antara lain pembukaan 5 KCP dan 6 kantor fungsional yang khusus melayani segmen mikro, kecil, dan menengah oleh salah satu bank Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
45
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
umum milik pemerintah dan pembukaan 7 unit layanan syariah dan 1 kantor unit konvensional oleh bank milik Pemda. Dengan demikian secara total jumlah jaringan kantor perbankan di Kalimantan Selatan mencapai 23 bank umum dan 4 unit usaha syariah yang didukung 283 kantor. Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)
Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah
1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat Grafik 3.2 Perkembangan DPK Perbankan Kalimantan Selatan Dalam Rp Miliar 25,000
Pertumbuhan DPK (y‐o‐y) 35% 30%
20,000
25% 15,000
20% 13.02%
10,000
11.96%15% 10%
5,000
1.79%
‐
5% 0%
Perkembangan ketiga
Growth DPK (y‐o‐y)
Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia
yang
oleh
Kalimantan
pihak berhasil
bank
umum
Selatan
pada
II-2010
peningkatan
mengalami dibandingkan
triwulan sebelumnya. Posisi DPK di
triwulan
Rp19,25 DPK
(DPK)
dihimpun
triwulan
dana
ini
mencapai
triliun,
tumbuh
11,96% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan
pertumbuhan
pada
sebelumnya
sebesar
1,79% (yoy). Pada triwulan laporan, hampir seluruh jenis rekening DPK kecuali giro mengalami kenaikan pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tabungan yakni sebesar 22,21% (y-o-y), melonjak dari pertumbuhan pada triwulan I-2010 sebesar 5,94% (y-o-y). Searah dengan pertumbuhan tabungan, deposito juga meningkat sebesar 13,28% (y-o-y). Sementara itu rekening giro 46
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
yang pada triwulan sebelumnya menyusut sebesar -6,13% (y-o-y) pada triwulan laporan masih menyusut sebesar -5,26% (y-o-y). Grafik 3.3. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)
Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia, diolah
Meningkatnya pertumbuhan DPK pada akhir triwulan II-2010 salah satunya
disebabkan
oleh
meningkatnya
pendapatan
masyarakat
seiring
membaiknya situasi ekonomi terutama para pekerja di sektor pertanian, pertambangan dan sektor perdagangan yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi di triwulan laporan. Selain faktor tersebut, adanya peningkatan yang berasal dari dampak penyelenggaraan Pemilu Kada di bulan Juni 2010 ikut menambah posisi DPK di triwulan laporan.
1.3 Penyaluran Kredit Perkembangan kredit yang disalurkan di wilayah Kalimantan Selatan (menurut lokasi proyek atau termasuk yang berasal dari kantor bank dari luar wilayah Kalimantan Selatan), pada triwulan laporan mencapai Rp18,9 triliun atau tumbuh sebesar 16,21% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang mencatat pertumbuhan sebesar 4,76% (y-o-y). Sementara itu kredit yang disalurkan oleh bank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan II-2010 mencapai Rp15,4 triliun dengan laju pertumbuhan melambat dari 21,4% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,08% (y-o-y). Secara sektoral pertumbuhan kredit produktif terutama ditopang oleh kredit dari sektor pertanian yang tumbuh sebesar 24,06% (y-o-y), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,59% (y-o-y). Hal ini Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
47
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
sejalan dengan pengembangan subsektor perkebunan di Kalimantan Selatan terutama untuk jenis tanaman karet dan kelapa sawit. Sementara itu, pertumbuhan kredit ke sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan yakni tumbuh 1,99% (y-o-y) setelah pada triwulan I2010 menyusut -28,24% (y-o-y). Berdasarkan hasil liaison BI Banjarmasin ke beberapa perusahaan industri pengolahan rotan dan karet, permintaan terhadap produk-produk industri pengolahan Kalsel saat ini sudah mulai pulih dibandingkan dengan kondisi 2009. Peningkatan permintaan inilah yang menjadi
pendorong
pertumbuhan
penyaluran
kredit
di
sektor
industri
pengolahan. Pertumbuhan kredit untuk sektor pertambangan Kalimantan Selatan Grafik 3.4. Distribusi Penyaluran Kredit di Kalimantan Selatan Selatan
masih mengalami penyusutan sebesar
-15,32%
(y-o-y),
namun angka ini mengalami perbaikan bila dibandingkan posisi akhir triwulan I-2010 yang mengalami penyusutan sebesar -41,28% (y-o-y). Iklim politik yang lebih pasti pasca Pemilu Kada 2010 menjadi Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
salah satu faktor pendorong bagi
pelaku
usaha
pertambangan untuk merealisasikan rencana bisnis mereka yang antara lain di danai dari dana perbankan. Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan (yoy)
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
48
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Dari sisi penggunaan, meningkatnya laju pertumbuhan kredit terutama dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja. Kredit investasi tumbuh 12,09% (y-o-y) jauh lebih baik dari triwulan sebelumnya yang mengalami penyusutan sebesar -13,28% (y-o-y). Kredit modal kerja tumbuh 4,86% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang menyusut sebesar -0,45% (y-o-y). Untuk kredit ke sektor konsumtif, laju pertumbuhan di triwulan laporan semakin meningkat mencapai 31,69% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,63%. Suku bunga kredit konsumtif yang lebih rendah serta semakin gencarnya penawaran barang konsumsi tahan lama (durable goods) dari pelaku usaha menjadi salaha satu pendorong meningkatnya pertumbuhan kredit konsumtif. Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan Uraian
Satuan
2008 Tw 2
Tw 3
2009 Tw 4
Tw 1
Tw 2
2010 Tw 3
Tw 4
Tw 1
DPK Rp miliar 13.868,41 15.455,90 16.071,48 17.204,12 17.193,98 17.136,60 18.163,85 17.511,62 Growth
(y‐o‐y)
18,71%
25,50%
25,18%
28,71%
23,98%
10,87%
13,02%
1,79%
(q‐t‐q)
3,76%
6,94%
3,98%
7,05%
‐0,06%
‐0,33%
5,99%
‐3,59%
Kredit Rp miliar 13.511,74 15.348,47 16.075,20 16.108,24 16.272,16 16.635,43 17.527,85 16.874,43 (Lokasi Proyek) (y‐o‐y)
44,82%
54,72%
45,35%
35,39%
20,43%
8,38%
9,04%
4,76%
(q‐t‐q)
13,57%
13,59%
4,73%
0,21%
1,02%
2,23%
5,36%
‐3,73%
LDR 73,81% 75,41% 73,89% (Lokasi Bank) NPL 6,18% 5,54% 4,76% gross Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
71,65%
75,33%
77,57%
75,67%
72,45%
3,67%
3,80%
4,28%
2,14%
2,15%
Growth
1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit Dengan meningkatnya pertumbuhan DPK yang cukup signifikan, peran intermediasi per-bankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Kalimantan Selatan mengalami penurunan dari 85,46% pada akhir triwulan I-2010 menjadi 80,12%. Meskipun begitu fungsi intermediasi perbankan masih berada pada level yang cukup tinggi dan masih berada di atas rata-rata dalam 15 bulan terakhir yang mencapai 75,32%. Sementara itu dari sisi manajemen risiko, turunnya LDR pada akhir triwulan II-2010 mengindikasikan bahwa risiko likuiditas bank umum secara keseluruhan mengalami penurunan. Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
49
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
perbankan maka kemampuan perbankan dalam membayar kewajibannya juga meningkat. Grafik 3.6 Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
Sementara itu dari sisi risiko kredit, meningkatnya pertumbuhan kredit tidak membuat kualitas kredit yang disalurkan untuk berbagai aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan menurun.
Rasio NPL stabil
dibandingkan triwulan I-2010 yakni sebesar 2,15% atau jauh di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%. Meskipun begitu prinsip kehati-hatian masih perlu dipegang mengingat secara nominal jumlah kredit bermasalah (NPL gross) mengalami kenaikan dari Rp373,2 miliar di triwulan I-2010 menjadi Rp407,3 miliar. Ditinjau dari kredit per jenis penggunaan, terdapat peningkatan rasio kredit bermasalah dari kredit investasi yaitu dari 2,33% di triwulan I-2010 menjadi 2,59%. Hal ini seiring dengan meningkatnya ekspansi kredit investasi pada waktu-waktu sebelumnya, terutama pada sektor industri pengolahan yang cukup merasakan dampak krisis finansial global pada tahun 2009. Sektor perdagangan masih tercatat sebagai sektor dengan jumlah kredit bermasalah terbesar yakni Rp117 miliar. Rasio NPL untuk sektor ini mengalami kenaikan dari 3,77% di triwulan I-2010 menjadi 3,80%. Sedangkan rasio NPL tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan yang mengalami kenaikan dari 5,41% menjadi 6,21%. Peningkatan NPL diperkirakan terkait
50
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
dengan masih terdapat beberapa perusahaan yang masih belum pulih dari pengaruh dari krisis ekonomi global pada tahun 2009. Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan NPL Kredit Nominal NPL
2008
2009
2010
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
850,096
765,075
591,238
618,780
712,785
375,038
362,383
407,265
5.54%
4.76%
3.67%
3.81%
4.29%
2.14%
2.15%
2.15%
NPL %
NPL per jenis penggunaan Modal Kerja
7.68%
7.41%
8.10%
8.15%
8.07%
2.98%
3.28%
3.05%
Investasi
7.28%
5.58%
1.58%
1.81%
3.42%
2.57%
2.33%
2.59%
Konsumsi
1.14%
0.91%
1.29%
1.29%
1.28%
0.93%
1.11%
1.08%
NPL per sektor ekonomi Pertanian
0.90%
0.72%
0.71%
0.73%
0.62%
3.36%
3.71%
2.97%
Pertambangan
16.19%
14.73%
2.34%
6.29%
8.30%
1.04%
0.51%
0.85%
Industri pengolahan
19.99%
22.64%
25.74%
22.95%
20.76%
2.58%
5.41%
6.21%
Listrik,Gas dan Air
0.16%
0.18%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.15%
Konstruksi
7.31%
7.23%
10.65%
10.29%
9.61%
6.71%
2.12%
1.59%
Perdagangan
4.74%
1.99%
2.40%
2.63%
3.55%
3.62%
3.77%
3.80%
Pengangkutan
4.41%
0.75%
0.59%
0.82%
10.37%
0.31%
2.30%
2.32%
Jasa Dunia Usaha
0.84%
0.79%
1.09%
1.15%
1.46%
1.20%
1.31%
1.11%
Jasa Sosial Masyarakat
6.05%
0.84%
1.43%
1.09%
1.39%
1.06%
1.08%
1.68%
Lain-lain 1.14% 0.91% 1.29% Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
1.29%
1.28%
0.93%
1.20%
1.16%
1.5 Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Selaras dengan perkembangan kredit secara keseluruhan, kredit pada segmen UMKM juga tumbuh lebih tinggi yaitu dari 21,7% (y-o-y) di triwulan II-2010 menjadi sebesar 22,81% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan kredit segmen UMKM merupakan efek dari ekspansi bank umum ke segmen ini antara lain berupa pendirian kantor-kantor cabang pembantu dan sejenisnya yang khusus mengurus segmen kredit mikro, kecil, dan menengah. Posisi kredit MKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan pada triwulan II2010 mencapai Rp11,74 triliun atau 62,06% dari total penyaluran kredit bank umum. Rasio ini sedikit menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 64,04%. Masih seperti triwulan sebelumnya, kredit MKM Kalimantan Selatan lebih banyak disalurkan pada jenis kredit kecil (kredit dengan plafon Rp50jutaRp500juta) yakni sebesar Rp5,1 triliun (pangsa 43,68%). Kelompok ini tumbuh lebih rendah dari 48,58% (y-o-y) di triwulan I-2010 menjadi 44,91% (y-o-y).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
51
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Berbeda dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan kredit mikro dan menengah mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Kredit mikro tumbuh positif sebesar 0,97% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya menyusut -5,37% (y-o-y). Sementara itu kredit menengah tumbuh lebih tinggi dari 17,61% (y-o-y) menjadi 21,47% (y-o-y). Perbaikan pertumbuhan kedua jenis kredit ini salah satunya dipengaruhi oleh penurunan suku bunga, dimana suku bunga tertimbang kredit menengah turun dari 13,49% menjadi 13,12%, sementara suku bunga tertimbang kredit mikro turun dari 15,2% menjadi 15,03%. Untuk suku bunga tertimbang kredit kecil justru mengalami kenaikan dari 13,28% menjadi 13,33%. Tabel 3.3 Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Kalimantan Selatan
2008 TW IV TW I Mikro 3,368,742 3,398,355 Kecil 2,935,743 3,144,099 Menengah 2,519,769 2,481,360 Total Kredit MKM 8,824,254 9,023,814 (Rp Juta)
2009 2010 2010 TW II TW III TW IV TW I TW I 3,421,794 3,594,789 3,621,053 3,216,019 3,454,843 3,538,191 3,753,438 4,040,121 4,671,362 5,127,336 2,596,307 2,763,024 2,814,197 2,918,430 3,153,624
9,556,292 10,111,251 10,475,371 10,805,811 11,735,803
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
Meskipun, kredit MKM memiliki pangsa cukup besar dari total kredit perbankan, namun demikian sebagian besar kredit MKM (63,96%) masih disalurkan pada kegiatan yang bersifat konsumtif. Pada triwulan ini, kredit MKM untuk kegiatan konsumtif tumbuh 32,38% (y-o-y), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 29,02% (y-o-y). Sementara itu kredit MKM untuk kegiatan produktif pada triwulan II-2010 juga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 8,08% (y-o-y) menjadi 10,80% (y-o-y). Membaiknya pertumbuhan kredit MKM yang sifatnya produktif ini terutama didorong oleh sektor pengangkutan yang tumbuh 31,6% (y-o-y) lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 22,68% (y-o-y), terutama untuk mendukung aktivitas transportasi di sektor-sektor ekonomi unggulan. Kredit UMKM yang bermasalah pada triwulan laporan mengalami penurunan dari Rp257 miliar menjadi Rp220 miliar yang diiringi dengan penurunan rasio NPL dari 2,38% menjadi 1,87%. Turunnya kredit bermasalah ini terutama disumbang oleh menurunnya jumlah kredit bermasalah pada subsektor perdagangan eceran.
52
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Searah dengan membaiknya kinerja perbankan umum Kalimantan Selatan secara keseluruhan, kinerja yang positif juga ditunjukkan oleh kelompok bank umum syariah Kalimantan Selatan yang pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang lebih baik. Pertumbuhan aset perbankan syariah menunjukan pertumbuhan positif sebesar 16,41% (y-o-y) namun masih lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada akhir triwulan I-2010 sebesar 23,65% (y-o-y). Hingga akhir triwulan laporan, aset perbankan syariah Kaimantan Selatan mencapai Rp1,22 triliun. Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah Keterangan (Juta Rp) TW I ‐ 2009 TW II‐2009 Asset
Posisi TW III‐2009 TW IV‐2009 TW I‐2010
1,048,230
Pembiayaan 922,652
976,388
1,025,465
1,004,190
1,004,612
1,244,071
Dana
771,678
798,381
956,720
904,920
1,086,770
714,198
1,113,927
1,274,188
1,222,313
TW II‐2010
991,745
1,220,273
FDR (%)
108.42%
106.74%
105.13%
89.90%
124.70%
92.78%
NPF (%)
1.84%
2.31%
11.62%
1.04%
1.05%
0.54%
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah
Penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 40,83% (y-o-y) lebih tinggi dari akhir triwulan I-2010 sebesar 26,7% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan DPK terutama didorong oleh perkembangan rekening giro dan deposito yang sangat pesat pada periode ini. Rekening giro tumbuh paling tinggi dibandingkan jenis rekening lainnya yakni sebesar 113,08% (y-o-y) jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan I2010 yang hanya mencapai 4,67% (y-o-y). Banyaknya dana pemerintah yang belum direalisasikan pada akhir periode laporan menjadi salah satu faktor tingginya pertumbuhan giro syariah. Sementara itu rekening deposito kembali meningkat dari 49,32% (y-o-y) menjadi 81% (y-o-y). Kenaikan ini antara lain terkait dengan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan jenis simpanan perbankan lain yang saat ini cenderung mengalami penurunan. Di lain sisi, laju pertumbuhan penyaluran pembiayaan syariah untuk berbagai aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan mencatat Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
53
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
kenaikan dari 8,88% (y-o-y) di triwulan I-2010 menjadi 27,42% (y-o-y). Peningkatan pembiayaan syariah terutama pada pembiayaan modal kerja yang mencatat pertumbuhan dari 17,52% (y-o-y) menjadi 88,47% (y-o-y). Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan
Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah, diolah
Sementara itu pembiayaan untuk jenis penggunaan investasi juga tumbuh positif sebesar 3,22% (y-o-y), meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 20,45% (y-o-y). Di sisi lain pembiayaan untuk kegiatan konsumtif di triwulan laporan kembali mengalami penyusutan sebesar -12,83% (y-o-y) setelah mengalami penurunan di triwulan I-2010 sebesar -11,45% (y-o-y). Makin ketatnya persaingan dengan bank konvensional yang menawarkan tingkat bunga kompetitif untuk kredit konsumtif serta strategi bank syariah untuk lebih banyak menyalurkan kredit produktif menjadi penyebab turunnya pertumbuhan kredit konsumtif. Tingginya pertumbuhan DPK menyebabkan rasio financing to deposit ratio (FDR) pada triwulan II-2010 turun dari 124,70% dari triwulan sebelumnya menjadi 92,78%. Walaupun mengalami penurunan, FDR sebagai indikator fungsi intermediasi perbankan masih berada pada level yang tinggi. Sementara itu bila dilihat dari sisi manajemen risiko, penurunan ini berarti risiko likuiditas mengalami penurunan Seiring membaiknya perekonomian, risiko pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio NPF juga mengalami penurunan. Setelah pada akhir triwulan I-2010 tercatat sebesar 1,05%, NPF bank syariah Kalimantan Selatan di akhir triwulan II-2010 menjadi sebesar 0,54%.
54
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
3. PERKEMBANGAN INDUSTRI BANK PERKREDITAN RAKYAT Perkembangan kinerja industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di triwulan II-2010 menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya dari sisi penyaluran kredit. Pertumbuhan kredit dan aset pada triwulan laporan mencatatkan angka yang lebih tinggi dibanding triwulan I-2010. Selain itu tingkat risiko portofolio kredit BPR juga mengalami penurunan. Dari sisi jaringan kantor, jumlah BPR Kalimantan Selatan tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 23 BPR, terdiri dari 18 BPR milik pemerintah daerah dan 5 BPR berbentuk perseroan terbatas. Rencana pendirian 3 BPR baru berbadan hukum Perusahaan Daerah hingga saat ini masih dalam tahap wawancara calon direksi dan dewan pengawas. Ketiga BPR ini nantinya masing-masing akan beroperasi di Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), Paringin (Kabupaten Balangan), dan Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut). Tabel 3.5 Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan Indikator
Jumlah BPR PD PT Total Aset
2008
2009
2010
Tw 3 2008 25
Tw 4 2008 25
Tw 1 2009 25
Tw 2 2009 23
Tw 3 2009 23
Tw 4 2009 23
Tw 1 2010 23
Tw 2 2010 23
20
20
20
18
18
18
18
18
5
5
5
5
5
5
5
5
220,208
278,729
286,007
293,374
281,642
272,422
270,073
294,972
DPK
101,386
154,973
175,999
172,535
147,465
168,248
176,395
163,412
‐ Tabungan
43,221
52,279
56,401
55,522
53,679
62,872
63,778
64,725
‐ Deposito
58,166
102,695
119,598
117,013
93,787
105,376
112,617
98,687
Kredit
157,583
194,158
238,374
230,582
222,008
208,992
202,095
238,639
LDR
155.43%
125.29%
135.44%
133.64%
150.55%
124.22%
114.57%
146.04%
4.33%
3.07%
3.20%
3.34%
4.88%
4.64%
4.74%
4.38%
NPL (%)
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
Setelah mengalami penyusutan volume usaha selama dua triwulan berturut-turut, pada triwulan ini perkembangan volume usaha BPR menunjukkan kinerja yang lebih baik. Hal ini diindikasikan oleh pertumbuhan aset yang sudah mencatatkan angka positif sebesar 0,54% (y-o-y). Pada akhir triwulan II-2010 asset BPR mencapai Rp294 miliar lebih besar 4,73% (q-t-q) dari posisi pada akhir triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
55
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Pertumbuhan
asset
yang
lebih
baik
terutama
dipengaruhi
oleh
meningkatnya penyaluran kredit pada triwulan laporan yakni sebesar 3,49% (y-oy) lebih baik dari triwulan I-2010 yang mencatatkan penyusutan sebesar -15,22% y-o-y). Hal ini terutama didukung oleh tambahan setoran modal pada BPR-BPR milik pemerintah daerah. Selain itu peningkatan penyaluran kredit ini juga ditopang oleh membaiknya perekonomian, serta terjaganya situasi politik dan keamanan selama pelaksanaan Pemilu Kada 2010, sehingga permintaan kredit kembali meningkat. Namun pertumbuhan yang masih rendah ini memperlihatkan bahwa BPR perlu berupaya lebih keras dalam menghadapi ekspansi bank-bank umum ke segmen UMKM dengan segala kemudahan dan kecanggihan pelayanannya. Sementara itu jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh industri BPR di Kalimantan Selatan mengalami penyusutan sebesar -5,29% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh positif sebesar 0,22% (y-o-y). Kondisi ini terutama didorong oleh menyusutnya pertumbuhan rekening deposito sebesar -15,66% (y-o-y). Di sisi lain, pertumbuhan rekening tabungan masih mencatat peningkatan sebesar 16,57% (y-o-y) atau lebih tinggi dari pertumbuhannya pada triwulan I-2010 sebesar 13,08% (y-o-y). Grafik 3.9 Pertumbuhan (qtq) Kredit dan DPK serta LDR BPR
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
Meningkatnya laju pertumbuhan kredit BPR dan menyusutnya laju pertumbuhan DPK menyebabkan LDR BPR Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dari 114,57% pada triwulan I-2010 menjadi 146,04%. Sementara
56
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
itu kualitas kredit BPR membaik yang diindikasikan oleh penurunan rasio NPL dari 4,74% pada triwulan I-2010 menjadi 4,38%. .
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
57
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 2 Kurang Tersosialisasi, Program Tabunganku Belum Efektif Mendorong Minat Menabung Masyarakat
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 2010, program Tabunganku cukup mendorong minat masyarakat untuk menabung di bank. Namun demikian dalam perjalanan sejak diluncurkan hingga akhir Juni 2010, Tabunganku perlu terus didorong agar lebih memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan laju pertumbuhan DPK di Kalimantan Selatan. Hingga akhir triwulan II-2010 pertumbuhan nilai nominal tabungan di Kalimantan Selatan mencapai 20,56% (y-o-y), lebih tinggi bila dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 15,72% (y-o-y). Untuk
mengidentifikasi
efektifitas
program
Tabunganku
dalam
menambah jumlah masyarakat yang menyimpan dananya di bank, Bank Indonesia Banjarmasin mengadakan quick survey dengan jumlah responden sebanyak 240 orang. Survei kecil ini dimaksudkan untuk mengukur respon masyarakat terhadap Program Tabunganku.
Berdasarkan hasil survei, sebanyak 56,7% responden mengetahui mengenai program Tabunganku. Namun demikian hanya 21,7% responden yang memiliki rekening Tabunganku. Dari 240 responden tersebut hanya 18,8% responden yang benar-benar nasabah baru bagi perbankan di mana Tabunganku adalah satu-satunya rekening responden tersebut di Bank.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
57
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 2 Kurang Tersosialisasi, Program Tabunganku Belum Efektif Mendorong Minat Menabung Masyarakat
Dari
sejumlah
responden
yang
mengetahui
mengenai
program
Tabunganku, 71,36% diantaranya menganggap program Tabunganku sama saja dengan produk tabungan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum terinformasi dengan baik mengenai manfaat produk Tabunganku serta perbedaan program Tabunganku dengan produk tabungan lainnya. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat menyebabkan perkembangan produk Tabunganku ini berjalan dengan lambat. Dari survei ini dapat disimpulkan bahwa Tabunganku masih perlu terus dikenalkan kepada masyarakat luas, mengingat masih banyak masyarakat yang belum mengetahui program ini ataupun belum mengetahui keistimewaan dari program ini. Potensi pembiayaan yang bersumber dari dana masyarakat masih cukup besar, terutama mengingat masih ada sebagian kelompok masyarakat kita yang masih belum terbiasa berinteraksi dengan bank. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian bank yang cukup sukses memasarkan Tabunganku melakukan pendekatan-pendekatan langsung dengan masyarakat sasaran, antara lain melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah, serta langkah-langkah kreatif yang menjadikan Tabunganku lebh menarik lagi bagi masyarakat.
58
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab 4 – Keuangan Daerah
BAB IV KEUANGAN DAERAH
58
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 4 – Keuangan Daerah
4
KEUANGAN DAERAH Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pemerintah Daerah di Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan II-2010 menunjukkan
perkembangan
yang
variatif
dengan
kecenderungan
realisasi belanja pada tingkat yang relatif rendah, kecuali untuk APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Di tingkat provinsi, realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II-2010 mencapai 53,1%, sedangkan untuk belanja daerah mencapai 44,7%. Sementara di tingkat Kab/Kota realisasi pendapatan berkisar 48,8% dengan realisasi belanja yang masih relatif rendah, yaitu sebesar 29,3%. Dari sisi pendapatan, realisasi APBD Pemerintah Provinsi pada triwulan laporan mencapai 53,1% atau Rp1.071 miliar dari APBD 2010 sebesar Rp2.015 miliar. Secara nominal, realisasi pada pos pendapatan tersebut meningkat 10,63% dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang mencapai Rp979,4 miliar. Sementara dari sisi belanja, realisasi sampai triwulan II-2010 ini telah mencapai 44,7% atau Rp967.24 miliar dari anggaran sebesar Rp2.176 miliar. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi
peningkatan hingga
37,3% pada periode laporan. Tabel 4.1. Realisasi APBD Provinsi Kalsel - 2010 (Miliar Rupiah) Komponen Anggaran (Rp Miliar) Pedapatan Daerah
Anggaran 2010
Realisasi s/d Triwulan II-2010
Prosentase Realisasi (%)
2.015,72
1.071,03
53,1
Pendapatan Asli Daerah
1.090,11
572,75
52,5
Dana Perimbangan
904,82
489,19
54,1
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
20,79
9,09
43,7
2.176,86
967,23
44,7
Belanja Tidak Langsung
1.038,16
606,93
58,5
Belanja Langsung
1.138,71
360,31
32,0
Belanja
Sumber : Biro Keuangan Prov. Kalsel
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
59
Bab 4 – Keuangan Daerah
Relatif stabilnya realisasi pendapatan dan belanja pemerintah selama triwulan
II-2010
menghimpun
menunjukkan
pendapatan
konsistensi
daerah
untuk
Pemerintah pembangunan
Provinsi serta
dalam menjaga
kelangsungan perekonomian daerah melalui realisasi belanja pemerintah. Sementara di tingkat Kab/Kota*, rata-rata realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan II-2010 tidak jauh berbeda dengan tingkat provinsi, yaitu sebesar 48,9%. Namun, realisasi belanja daerahnya masih relatif rendah, yaitu hanya berada pada kisaran 29,2%. Tabel 4.2. Realisasi APBD Kab/Kota* Wilayah Kalsel - 2010 (Miliar Rupiah) Komponen Anggaran (Rp Miliar)
Anggaran 2010
Realisasi s/d Triwulan II-2010
Prosentase Realisasi (%)
Pendapatan Daerah
4.931,84
2.410,97
48,8
Belanja Daerah
5.536,79
1.621,23
29,3
*Mencakup 8 Kab/Kota seKalsel, kecuali Batola, Tanah Laut, Banjar, Banjarbaru, Tapin
Masih rendahnya realisasi APBD tingkat Kab/Kota dibandingkan tingkat Provinsi tersebut merupakan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar dalam pengelolaan keuangan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
1. Realisasi APBD Provinsi/Kab/Kota Kalimantan Selatan Secara nominal, Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi hingga triwulan II-2010 menunjukkan kecenderungan untuk stabil dan bergerak naik. Meskipun demikian, secara persentase terjadi sedikit penurunan pada pos realisasi pendapatan pada periode laporan, yaitu dari 59,8% menjadi 53,2%. Namun secara nominal realisasi tersebut mengalami peningkatan yaitu dari Rp979 miliar menjadi Rp1.071 miliar. Sedangkan pos belanja menunjukkan realisasi yang lebih besar, baik secara nominal maupun persentase.
Hal tersebut mencerminkan adanya upaya
dan kerja keras Pemerintah Provinsi dalam memberikan stimulus terhadap perekonomian Kalimantan Selatan, sehingga turut mempercepat akselerasi ekonomi pasca dampak krisis finansial global.
60
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 4 – Keuangan Daerah
Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalsel s.d. Triwulan II, 2008-2010 (Rp miliar)
1200 1000
70.0%
1071 979
967
60.0%
811
59.8%
58.7%
53.2%
50.0%
704
800 600
Grafik 4.2 Perbandingan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalsel s.d. Triwulan II, 2008-2010 (%)
40.0% 426
44.7%
43.3% 30.9%
30.0%
400
20.0% 200
10.0%
0
0.0% Tw2-2008
Tw2-2009
Tw2-2010
Tw2-2008
Tw2-2009
Tw2-2010
Realisasi Pendapatan (%) Realisasi Belanja (%)
Pendapatan daerah (Rp Miliar) Belanja daerah (Rp Miliar)
Di sisi lain, Pemerintah tingkat Kabupaten/Kota nampaknya masih perlu meningkatkan upayanya dalam merealisasikan belanja anggaran sehingga mampu mengakselerasi pembangunan di wilayahnya. Hingga triwulan II-2010 realisasi belanja masih relatif rendah, yaitu pada kisaran 24,15% hingga 39,67%. Dari delapan Kabupaten/Kota, Kab. Tanah Bumbu merupakan wilayah yang memiliki tingkat realisasi belanja terendah, sementara Kota Banjarmasin menjadi wilayah dengan tingkat realisasi belanja tertinggi.
Grafik 4.3 Perbandingan Realisasi APBD 2010 Pemerintah Kabupaten/Kota * di Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II-2010 (%) 70.00% 60.36%
60.00%
40.00% 30.00%
52.10%
51.72% 47.39%
50.00%
55.83%
39.67%
39.21%
24.15%
47.03%
46.16%
28.11%
28.87%
32.10% 27.16%
29.18% 25.31%
20.00% 10.00% 0.00% Tanah Bumbu
Kotabaru
Hulu Sungai Hulu Sungai Hulu Sungai Banjarmasin Tengah Selatan Utara
Pendapatan
Balangan
Tabalong
Belanja
*Mencakup 8 Kab/Kota seKalsel, kecuali Batola, Tanah Laut, Banjar, Banjarbaru, Tapin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
61
Bab 4 – Keuangan Daerah
2. Pendapatan Daerah Dari sisi pendapatan daerah, APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada periode laporan ditopang oleh pos Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang memiliki kontribusi 54,6% dari seluruh pendapatan. Setelah pada 2009 (s.d. triwulan II2009) sempat menurun akibat dampak krisis ekonomi global, pendapatan dalam APBD 2010 sampai dengan triwulan II-2010 ini kembali meningkat hingga 33,02% atau dari Rp430 miliar menjadi Rp572 miliar. Hal tersebut sekaligus mencerminkan tingkat Efektivitas Keuangan Daerah (EKD)
1
Provinsi Kalimantan
Selatan yang tergolong efektif, yaitu di atas 50%. Tabel 4.3. Perbandingan Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II, 2008 -2010 (Rp Miliar) Komponen Anggaran (Rp Miliar) Pedapatan
Tw2-2008
Tw2-2009
Tw2-2010
811
979
1.071
Pendapatan Asli Daerah
501
430
579
Dana Perimbangan
299
490
489
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
10
58
9
Sumber : Biro Keuangan Kalsel, diolah
Sementara pada tingkat Kab/Kota, perkembangan pendapatan daerah tidak banyak berubah. Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarmasin tetap dapat mempertahankan efektivitas keuangan daerahnya dengan kinerja pendapatan di atas 50% hingga triwulan II-2010 ini, sementara Kab. Hulu Sungai Utara masih belum dapat mencapai realisasi 50% meskipun telah menunjukkan sedikit peningkatan. Penurunan kinerja pendapatan justru terjadi pada Kab. Tabalong, yaitu dari 53,8% menjadi 47,03%. Namun secara nominal pendapatan yang berhasil dibukukan sedikit naik, yaitu dari Rp315 miliar pada periode lalu menjadi Rp336 miliar pada triwulan ini.
1 Rasio EKD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
62
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 4 – Keuangan Daerah
Grafik 4.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II, 2009 dan 2010 60.00%
51.90% 51.72%
52.70%
51.90% 52.10%
55.83%
53.80% 47.03%
45.10% 46.16%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Utara
Tw2‐2009
Banjarmasin
Tabalong
Tw2‐2010
Dana Pemda pada Perbankan Penempatan dana Pemerintah Daerah pada perbankan menunjukkan kecenderungan yang menurun pada triwulan ini, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Penurunan tersebut mengindikasikan adanya turn over ratio (perputaran) dana yang semakin cepat. Kondisi ini mengindikasikan mulai meningkatnya realisasi belanja daerah. Grafik 4.5 Penempatan dana Pemerintah Provinsi Kalsel 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 ‐
Grafik 4.6 Penempatan dana Pemerintah Kab/Kota 120%
3,500,000
40%
100% 80%
3,000,000
30%
2,500,000
20%
60% 40%
2,000,000
20% 0%
1,000,000
Jan'08 Mrt'08 Mei'08 Jul'08 Sep'08 Nov'08 Jan'09 Mrt'09 Mei'09 Jul'09 Sep'09 Nov'09 Jan'10 Mrt'10 Mei'10
Pemerintah Prov. Kalsel
0% ‐10%
500,000
‐20%
‐ Jan'08 Mrt'08 Mei'08 Jul'08 Sep'08 Nov'08 Jan'09 Mrt'09 Mei'09 Jul'09 Sep'09 Nov'09 Jan'10 Mrt'10 Mei'10
‐20% ‐40%
10%
1,500,000
Growth
Pemerintah Kab/Kota
Sumber : Datawarehouse DSM (diolah)
Growth
Sumber : Datawarehouse DSM (diolah)
3. Belanja Daerah Selama triwulan laporan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah mampu
menjaga
stabilitas
realisasi
belanjanya.
Hal
ini
tercermin
dari
perkembangan realisasi belanja pemerintah. Belanja operasional mengalami peningkatan sebesar 26,32%, atau dari Rp599,5 miliar pada periode lalu menjadi Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
63
Bab 4 – Keuangan Daerah
Rp757,3 miliar pada triwulan laporan. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada realisasi belanja modal yang mencapai di atas 100%, yaitu dari Rp104,1 menjadi Rp208,6. Tabel 4.4. Perbandingan Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II, 2008-2010 (Rp Miliar) Komponen Anggaran (Rp Miliar)
Tw2-2008
Belanja
Tw2-2009
Tw2-2010
426,1
704,9
967,2
Belanja Operasional
381,2
599,5
757,3
Belanja Modal
44,3
104,1
208,6
Belanja Tidak Terduga
0,3
1,3
1,3
Sumber : Biro Keuangan Prov Kalsel
Tingginya realisasi pada komponen belanja modal, dimungkinkan karena beberapa SKPD telah memulai proses tender untuk beberapa proyek sejak bulan Januari 2010, sehingga belanja modal dapat terakselerasi secara efektif. Dinas Pekerjaan Umum menyebutkan realisasi nilai proyek infrastruktur di Kalimantan Selatan yang terbesar adalah pada bidang bina marga sebesar 39,78% untuk dana dari APBD dan 36,68% untuk dana dari APBN. Sedangkan realisasi fisik yang tertinggi adalah pada bidang yang sama dengan persentase realisasi 67,74% hingga 72,36%. Tabel 4.5. Realisasi Belanja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 hingga TwII-2010(Rp Miliar)
APBN (%) No
APBD (%)
Bidang Fisik
Keu
Fisik
Keu
1.
Sumber Daya Air
15,33
2,56
2,87
1,62
2.
Bina Marga
67,74
36,68
72,36
39,78
3.
Cipta Karya
14,02
9,49
49,93
33,44
4.
Tata Ruang
6
5,37
55
50,09
5.
Balai pengembangan Teknologi & Jasa Konstruksi
--
--
25
22,13
Sumber : Dinas PU Kalsel
Tidak hanya di tingkat provinsi, kecenderungan meningkat pada realisasi belanja juga terjadi pada lima Kabupaten/Kota yang dianalisis. Eskalasi peningkatan realisasi tertinggi terjadi pada Kota Banjarmasin, yaitu dari 29,8% menjadi 39,67%. Sementara Kab. Hulu Sungai Selatan mengalami sedikit penurunan, yaitu dari 33,1% menjadi 32,1% pada triwulan laporan. Meskipun 64
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 4 – Keuangan Daerah
mengalami kecenderungan meningkat, namun realisasi belanja di tingkat Kab/Kota masih tergolong relatif rendah dibandingkan dengan tingkat Provinsi yang telah mencapai 44,7% hingga triwulan II-2010 ini. Grafik 4.7 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah 45.00%
39.67%
40.00% 33.10% 32.10%
35.00% 30.00% 25.00%
28.87%
27.16%
24.10%
29.80% 25.40% 25.31%
23.70%
20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Utara
Tw2‐2009
Banjarmasin
Tabalong
Tw2‐2010
4. Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah merupakan komponen APBD yang digunakan untuk menutupi selisih antara anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Pada triwulan laporan, pembiayaan daerah pada tingkat provinsi juga digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemilukada Gubernur Kalimantan Selatan 2010 yang mencapai Rp50 miliar dengan dana pengamanan sebesar Rp17,5 miliar dan untuk dana panwas pemilukada sebesar Rp2,5 miliar. Tabel 4.6. Pembiayaan Daerah Pemerintah Provinsi TwII-2010 (Rp Miliar) Komponen Anggaran (Rp Miliar)
Penerimaan Pembiayaan
Anggaran 2010
Realisasi s/d Triwulan II-2010
Prosentase Realisasi (%)
208,97
456,31
218,36
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
118,95
429,84
361,36
Pencairan Dana Cadangan
25,00
25,86
103,44
15,00
0,32
2,13
50,00
0,81
1,62
46,80
15,00
32,05
Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah
31,80
-
0,00
Dana Talangan
15,00
15,00
100,00
162,15
545,10
336,17
Penerimaan Kembali Dana Talangan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Netto Sumber : Biro Keuangan Prov Kalsel
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
65
Bab 4 – Keuangan Daerah
Hingga triwulan II-2010, realisasi penerimaan pembiayaan daerah mencapai Rp456,31 miliar yang terutama berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) sebesar Rp429,84 miliar. Sementara pengeluaran pembiayaan daerah masih relatif rendah, yaitu hanya sekitar Rp15 miliar. Secara keseluruhan, pembiayaan netto yang telah terealisasi hingga triwulan laporan adalah sebesar Rp545,10 miliar.
66
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
67
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
5
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Secara umum nilai transaksi pembayaran di Provinsi Kalimantan
Selatan mengalami peningkatan baik pada transaksi tunai maupun non tunai. Kondisi tersebut mengkonfirmasi percepatan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai indikasi semakin pulihnya kondisi perekonomian dari dampak krisis ekonomi global.
1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Total perputaran aliran uang kartal melalui Kantor Bank Indonesia Banjarmasin selama triwulan II-2010 mencapai Rp1.536 miliar, meningkat 5,49% dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1.456 miliar. Secara keseluruhan terjadi net-outflow sebesar Rp222 miliar pada triwulan laporan, berbeda dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang mencapai net-inflow sebesar Rp969 miliar. Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk dan Keluar Melalui Bank Indonesia Banjarmasin
Sumber : BI Banjarmasin
Kecenderungan meningkatnya outflow pada triwulan laporan dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Hal ini sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian Kalimantan Selatan, Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
67
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilu Kada), meningkatnya ekspansi kredit serta adanya beberapa faktor musiman seperti masa liburan anak sekolah di akhir Juni 2010. Tabel 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui KBI Banjarmasin BULAN
INFLOW
OUTFLOW
TOTAL FLOW
NETFLOW
Juli
225.306.962.040
8.225.489.785
233.532.451.825
217.081.472.255
Agustus
279.913.542.400
16.360.040.600
296.273.583.000
263.553.501.800
92.782.486.000
371.051.566.958
463.834.052.958
-278.269.080.958
Trw III-2009
598.002.990.440
395.637.097.343
993.640.087.783
202.365.893.097
Oktober
617.273.560.400
8.734.742.028
652.648.302.428
608.898.818.372
November
89.952.997.155
203.715.679.507
293.668.676.662
-113.762.682.352
Desember
95.332.867.058
310.528.787.266
405.861.654.324
-215.195.920.208
Trw IV-2009
802.559.424.613
522.619.208.801
1.325.178.633.414
279.940.215.812
Januari
601.552.715.560
8.087.430.198
609.640.145.758
593.465.285.361
Februari
276.400.692.750
108.973.961.850
385.374.654.600
167.426.730.900
Maret
336.344.167.800
127.519.362.279
463.863.530.079
208.824.805.521
1.214.297.576.110
244.580.754.327
1.458.878.330.437
969.716.821.782
April
275.106.348.800
234.336.823.158
509.443.171.958
40.769.525.642
Mei
161.074.361.250
398.465.062.834
559.539.424.084
-237.390.701.584
Juni
220.646.467.955
246.606.129.312
467.252.597.267
-25.959.661.357
Trw II-2010
658.827.178.005
656.827.178.005
1.536.235.193.309
-222.580.837.299
September
Trw I-2010
Sumber : BI Banjarmasin
Penyelenggaraan Pemilu Kada 2010 menjadi salah satu pendorong utama terjadinya outflow karena pelaksanaannya serentak di tujuh kabupaten dan di tingkat provinsi. Kebutuhan uang kartal diindikasikan terkait dengan belanja untuk keperluan logistik serta pembayaran tenaga honorer penunjang Pilkada. Sementara belanja untuk kampanye lebih banyak terkonsentrasi selama triwulan sebelumnya.
1.2 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah Sementara jumlah nominal uang yang telah ditukarkan oleh masyarakat baik melalui penukaran di loket Bank Indonesia maupun Kas Keliling mengalami penurunan
7,23%, yaitu dari Rp22,45 miliar di
triwulan I-2010 menjadi Rp20,83 miliar pada triwulan II-2010. Penurunan
68
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
volume penukaran uang terjadi pada jenis uang kertas, sementara jenis uang logam mengalami kenaikan. Tabel 5.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Rupiah (Ribu) Kertas
Tw2-2009
Tw3-2009
Tw4-2009
Tw1-2010
Tw2-2010
100.000
14.741.900
7.523.300
1.240.000
2.780.000
2.556.000
50.000
16.554.800
8.845.000
845.000
4.120.000
2.030.000
20.000
1.035.000
10.706.000
1.324.000
3.388.000
2.336.000
10.000
638.960
15.116.000
2.888.000
4.575.000
5.173.000
5.000
249.340
13.928.060
2.500.000
3.817.500
4.129.000
2.000
-
11.384.800
2.088.100
2.777.800
3.042.400
1.000
332.646
1.867.500
342.200
496.400
915.100
33.552.646
69.370.660
11.227.300
21.954.700
20.181.500
Tw2-2009
Tw3-2009
Tw4-2009
Tw1-2010
Tw2-2010
Sub Total Logam 1.000
-
-
-
-
500
175
608.000
282.500
291.750
322.000
200
74
155.100
65.000
108.600
205.000
100
351
104.400
89.900
93.400
117.500
50
3
8.150
650
3.500
3.700
603
875.650
438.050
497.250
648.200
Sub Total Jenis
Tw2-2009
Tw3-2009
Tw4-2009
Tw1-2010
Tw2-2010
Kertas
33.552.646
69.370.660
11.227.300
21.954.700
20.181500
Logam
603
875.650
438.050
497.250
648.200
33.553.249
70.246.310
11.665.350
22.451.950
20.829.700
Total
Sumber : Seksi Operasional Kas, BI Banjarmasin
1.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Di sisi lain, selama triwulan II-2010 jumlah nominal PTTB tercatat sebesar Rp544,42 miliar atau meningkat 64,4% dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp331,11 miliar. Sementara rasio antara PTTB terhadap uang yang masuk (inflow) kembali meningkat hingga mencapai 80%. Pemusnahan uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) ini dilakukan secara berkala dan berkelanjutan untuk kemudian digantikan dengan uang layak edar. Hal ini sesuai dengan tugas Bank Indonesia untuk melaksanakan clean money policy.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
69
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Grafik 5.2. Perkembangan Pemusnahan PTTB
1.4. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Dari sisi penemuan uang palsu, persentasenya terhadap aliran uang masuk (inflow) Kantor Bank Indonesia Banjarmasin menunjukkan kecenderungan meningkat meskipun masih jauh di bawah level 1%. Di triwulan II-2010, persentase penemuan uang palsu mengalami kenaikan dari 0,0004% pada triwulan lalu menjadi 0,0035%. Meningkatnya persentase ini dipengaruhi oleh banyaknya temuan uang palsu oleh masyarakat yang diduga akan memanfaatkan momentum pelaksanaan Pemilukada. Grafik 5.3.
Gambar 5.4
Perkembangan Nominal Uang Palsu
Persentase uang yang dipalsukan
Sementara jenis pecahan uang yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp50 ribu, dimana pangsanya mencapai 54,5% dari seluruh jumlah uang 70
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
yang dipalsukan pada triwulan laporan. Sedangkan uang pecahan Rp20 ribu dan Rp100 ribu masing-masing memiliki persentase sekitar 39,6% dan 5,1%.
2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI 2.1. Transaksi Kliring Nilai rata-rata harian transaksi non-tunai melalui kegiatan kliring pada triwulan II-2010 mengalami penurunan 1,9% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp55,4 miliar/hari menjadi Rp54,3 miliar/hari. Demikian pula dengan volume transaksi juga menurun dari 1.338 lembar/hari di triwulan I-2010 menjadi 1.275 lembar/hari pada triwulan laporan. Meskipun menurun, namun angka tersebut masih relatif stabil karena berada dalam batas yang sesuai dengan siklus ekonominya. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2009, pertumbuhan dari rata-rata nominal kliring di wilayah Kalimantan Selatan mencapai 12,1% (yoy) yaitu dari Rp48,5 miliar/hari menjadi Rp54,3 miliar/hari. Kondisi ini sejalan dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi setelah sempat terkena imbas krisis keuangan global pada periode sebelumnya.
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kliring
Tabel 5.4. Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Periode
Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Tw2 - 2008
1.635
54.908
Tw3 - 2008
1.618
57.047
Tw4 - 2008
1.583
57.228
Tw1 - 2009
1.289
30.077
Tw2 - 2009
1.467
48.516
Tw3 - 2009
1.194
49.442
Tw4 - 2009
1.073
58.925
Tw1 - 2010
1.338
55.362
Tw2 - 2010
1.275
54.390
Sumber : BI Banjarmasin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
71
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Sementara jumlah warkat kliring yang dikembalikan pada triwulan II-2010 mencapai 1.342 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp85,7 miliar. Volume tersebut menurun dibandingkan triwulan I-2010 yang mencapai 1.486 lembar dengan nominal sebesar Rp135,4 miliar. Tabel 5.5 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong Penarikan Cek/BG Kosong Periode
Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Tabel 5.6 Kliring Pengembalian
Kliring Total
Persentase Periode
Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume
Nominal
Volume
Nominal
(lembar)
(Juta Rp)
Tw 2 - 08
13
500
1.635
54.908
0,8%
0,9%
Tw 2 - 08
1.210
47.212
Tw 3 - 08
16
694
1.618
57.047
1,0%
1,2%
Tw 3 - 08
1.442
62.564
Tw 4 - 08
20
795
1.583
57.228
1,3%
1,4%
Tw 4 - 08
1.657
62.789
Tw 1 - 09
22
796
1.289
30.077
1,7%
2,6%
Tw 1 - 09
1.480
71.224
Tw 2 - 09
19
937
1.467
48.516
1,3%
1,9%
Tw 2 - 09
1.601
75.177
Tw 3 - 09
8
973
1.194
49.442
0,7%
2,0%
Tw 3 - 09
1.666
159.862
Tw 4 - 09
6
512
1.073
58.925
0,6%
0,9%
Tw 4 - 09
1.116
125.172
Tw 1 - 10
7
1.283
1.338
55.362
0.5%
2,3%
Tw 1 - 10
1.486
135.403
Tw 2 - 10
20
1.382
1.277
54.465
1,6%
2,5%
Tw 2 - 10
1.342
85.718
Sumber : BI Banjarmasin
Persentase rata-rata harian volume penarikan cek/bliyet giro kosong meningkat dari 0,5% pada triwulan I-2010 menjadi 1,6% pada triwulan laporan. Demikian halnya dengan besaran nominalnya yang juga meningkat dari Rp1.283 juta menjadi Rp1.382 juta. Sedangkan jumlah ratarata harian penarikan warkat cek/bilyet giro kosong di triwulan II-2010 meningkat cukup signifikan, yaitu dari 7 lembar per hari menjadi 20 lembar per hari. Untuk
mengurangi
adanya
potensi
gangguan
transaksi
sistem
pembayaran dari penarikan cek/bilyet giro kosong ini, Bank Indonesia dapat memasukkan seorang nasabah pemilik cek/bilyet giro kosong dalam Daftar Hitam Nasional (DHN) dan dapat dikenai sanksi penutupan rekening giro bank secara nasional apabila yang bersangkutan melakukan penarikan kosong lagi.
2.2. Transaksi RTGS Nilai transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mencatat peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai nominal transaksi BI-RTGS di triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp31,63 triliun
72
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
atau naik 13,03% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp27,98 triliun. Demikian halnya dengan volume transaksi, terjadi peningkatan sebesar 7,2% yaitu dari 37,8 ribu transaksi pada triwulan IV-2009 menjadi 40,51 ribu transaksi. Tabel 5.7. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS Di Kalimantan Selatan Transfer Keluar dari Kalimantan Selatan Periode
Nilai (Miliar)
Volume
Transfer Masuk Ke Kalimantan Selatan Nilai (Miliar)
Volume
Transfer antarbank di Kalimantan Selatan Nilai Volume (Miliar)
(Miliar)
TOTAL Nilai
Volume
Tw3-08
13.060
12.984
8.919
16.203
2.431
2.704
24.410
31.891
Tw4-08
14.077
13.136
7.919
15.726
1.968
2.831
23.964
31.693
Tw1-09
16.552
15.669
6.241
13.258
1.719
2.599
24.512
31.526
Tw2-09
19.886
17.220
7.291
14.539
1.948
2.826
29.125
34.585
Tw3-09
17.268
16.482
7.673
16.536
1.407
2.110
26.349
35.128
Tw4-09
19.180
21.051
9.145
20.332
3.703
4.315
32.029
45.698
Tw1-10
16.857
14.439
8.364
19.479
2.764
3.890
27.985
37.808
Tw2-10
18.561
15.223
9.749
21.089
3.321
4.198
31.632
40.510
Sumber : BI Banjarmasin
Peningkatan ini terutama terkait dengan akselerasi perekonomian yang meningkat selama triwulan II-2010 serta kondisi ekonomi makro yang relatif stabil. Beberapa aktivitas yang mendorong aliran RTGS keluar (outflow) antara lain seperti peningkatan investasi antara lain dalam bentuk impor barang modal serta akselerasi konsumsi pemerintah melalui realisasi belanja daerah yang telah mencapai 44,7%.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
73
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
6
KETENAGAKERJAAN
DAN
KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan pada triwulan II2010 cenderung membaik, seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi meningkat pada triwulan ini. Beberapa sektor ekonomi mulai menunjukkan peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam mengantisipasi peningkatan kegiatan usaha. Namun demikian, peningkatan penyerapan tenaga kerja ini tidak terjadi pada sektor-sektor ekonomi primer yang menyerap tenaga kerja banyak, khususnya
sektor
pertanian,
sehingga
dampak
terhadap
peningkatan
kesejahteraan secara keseluruhan belum terlihat. Di tengah membaiknya kondisi ketenagakerjaan secara umum tersebut, indikator
kondisi
kesejahteraan
masyarakat
Kalimantan
Selatan
berdasarkan hasil Survei Konsumen diperkirakan sedikit mengalami tekanan. Hal ini terlihat dari ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan yang tidak sekuat periode sebelumnya. Laju inflasi yang cukup tinggi diindikasikan menjadi salah satu faktor yang menekan kesejahteraan masyarakat di triwulan laporan.
1. Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Peningkatan kondisi ketenagakerjaan tersebut dipengaruhi oleh semakin membaiknya perekonomian setelah krisis ekonomi global yang sempat mengakibatkan pelambatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Selatan selama tahun 2009. Indikasi membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada triwulan laporan terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia
Banjarmasin
yang
menunjukkan
adanya
peningkatan
realisasi
penggunaan tenaga kerja. Hal ini dicerminkan dari kenaikan angka Saldo Bersih Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
75
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tertimbang (SBT) dari -12,05 pada triwulan I-2010 menjadi sebesar positif 0,40 pada triwulan II-2010 ini.
Tabel 6.3. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan No
SEKTOR
Realisasi Triwulan I2010
Realisasi Triwulan II2010
1.
Pertanian
-0,44
-2,72
2.
Pertambangan
-0,42
-1,33
3.
Industri Pengolahan
-9,53
0,00
4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
-1,04
0,12 -1.18
5.
Konstruksi
2,35
6.
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1,48
4,60
7.
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan Jasa-jasa
2,50
-1,54
2,39
2,35
-9,34
0,11
-12,05
0,40
8. 9.
TOTAL Sumber : SKDU, Bank Indonesia Banjarmasin
Secara sektoral, membaiknya penyerapan tenaga kerja terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa dan sektor listrik, gas dan air bersih. Di sektor jasa-jasa, kenaikan penggunaan tenaga kerja terutama didorong oleh perkembangan sektor jasa penyiaran yang semakin pesat di Kalimantan Selatan. Di sektor perdagangan, hotel dan restoran, kenaikan penggunaan tenaga kerja terutama terkait dengan meningkatnya aktivitas bisnis dan perdagangan yang ditandai dengan meningkatnya permintaan masyarakat pada barang-barang konsumtif, serta perkembangan bisnis perhotelan yang cenderung meningkat. Sementara itu sektor industri pengolahan meskipun tidak membukukan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja, namun terdapat indikasi kuat sudah tidak terjadi pengurangan tenaga kerja seperti periode-periode sebelumnya. Hasil survei di atas juga diperkuat oleh indikator jumlah pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) PT. Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan yang menunjukkan penurunan di triwulan II-2010. Rata-rata pencairan JHT dalam tiap bulannya selama triwulan II-2010 menurun dari Rp4,07 milyar/bulan menjadi Rp3,86 milyar/bulan, atau turun sekitar 5,27% (yoy). Adanya pencairan JHT selama triwulan laporan bukan disebabkan oleh faktor terjadinya PHK, melainkan lebih disebabkan oleh faktor usia/pensiun.
76
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Gambar 6.2. Perkembangan Pencairan Jaminan Hari Tua ( JHT)
Sumber : PT Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan
Sementara dampak ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) terhadap sektor ketenagakerjaan di Kalsel nampaknya masih belum terlihat secara signifikan. Kekhawatiran akan adanya dampak negatif berupa penurunan kinerja perusahaan yang dapat berimbas pada meningkatnya jumlah PHK masih belum terbukti hingga triwulan laporan. Hal tersebut dikonfirmasi melalui Quick Survey Dampak ACFTA terhadap Kinerja Perusahaan Kalimantan Selatan yang menyebutkan bahwa sebanyak 54 responden perusahaan yang bergerak di sektor pertanian, perdagangan, serta industri pengolahan, kinerjanya masih cenderung stabil dan tidak merasakan adanya perubahan pasca penetapan ACFTA. Dengan kondisi tersebut, perusahaan tidak memiliki rencana untuk mengurangi jumlah tenaga kerja mereka.
2. Kesejahteraan Berbeda kecenderungan
dengan untuk
ketenagakerjaan
membaik,
kondisi
yang
kesejahteraan
menunjukkan masyarakat
Kalimantan Selatan diindikasikan sedikit menurun. Kondisi tersebut dikonfirmasi dengan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Banjarmasin, dimana terjadi penurunan indeks penghasilan serta indeks ekspektasi penghasilan selama triwulan laporan. Untuk indeks penghasilan saat ini menunjukkan angka yang persisten pada kisaran 141-146. Sementara pada akhir triwulan II-2010 indeks ekspektasi penghasilan menurun menjadi 131,5 dari posisi sebelumnya 134,17. Hal tersebut berbeda dengan kondisi triwulan yang sama Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
77
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
pada tahun sebelumnya, dimana besaran kedua indeks tersebut berada pada kisaran 155-160. Adanya peningkatan daya serap tenaga kerja pada sektor riil, khususnya di sektor perdagangan ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tingginya biaya hidup terkait kenaikan laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama yang mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Laju inflasi yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, harga sayur mayur dan bumbu-bumbuan, dirasakan cukup membebani
ekonomi
masyarakat
karena
komoditas-komoditas
tersebut
merupakan kebutuhan yang dikonsumsi sehari-hari. Gambar 6.4. Indeks ekspektasi penghasilan Kalimantan Selatan
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin
Kondisi yang berbeda terjadi pada tingkat kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian Kalimantan Selatan yang perkembangannya di triwulan II-2010 masih menunjukkan kenaikan meskipun dengan laju pertumbuhan yang cenderung melambat. Hal ini tercermin dari pergerakan Nilai Tukar Petani (NTP), yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. Meskipun pertumbuhan NTP Kalimantan Selatan selama triwulan II-2010 tetap terjaga di atas rata-rata nasional, namun kecenderungan untuk melambat mulai terjadi pada triwulan laporan.
78
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Gambar 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel dan Nasional
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
NTP Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan sebesar 6,93% (yoy) atau bergerak melambat dibandingkan pada periode Maret 2010 yang mencatat pertumbuhan 7,56% (yoy). Melambatnya pertumbuhan NTP ini terkait dengan pergerakan harga-harga produk pertanian yang mulai melambat menjelang memasuki awal musim panen di akhir triwulan II-2010.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
79
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tabel 6.6 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan
Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Indeks Harga yang Diterima Petani Tanaman bahan Makanan Padi Palawija Sayuran Buah-buahan Penangkapan ikan Budidaya Ternak besar Ternak kecil Unggas Hasil ternak
Tahun 2010 Maret 128.01
Juni 131.19
Persentase Perubahan 2.48%
125.96
131.00
4.00%
130.47
133.04
1.97%
149.42
159.02
6.42%
147.54
151.26
2.52%
98.45
98.28
-0.17%
117.2
117.54
0.29%
111.27
114.24
2.67%
124.64
124.64
0.00%
127.73
129.05
1.03%
134.24
133.38
-0.64%
Tanaman Perkebunan Rakyat
124.37
122.23
-1.72%
Indeks Harga yang Dibayar Petani
121.07
Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, & olahraga Transportasi dan Komunikasi Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Bibit Obat-obatan dan Pupuk Sewa lahan, pajak, dan lainnya Tranportasi Penambahan barang modal
122.29
124.84
2.09%
128.79
133.59
3.73%
118.35
116.83
-1.28%
113.35
114.74
1.23%
122.23
122.86
0.52%
111.92
112.19
0.24%
108.05
109.28
1.14%
114.06
114.67
0.53%
Upah buruh tani Nilai Tukar Petani
123.26
1.81%
118.14
119.25
0.94%
109.64
108.89
-0.68%
121.06
123.39
1.92%
104.32
104.32
0.00%
129.01
129.64
0.49%
120.7
121.59
0.74%
119.82
121.04
1.02%
105.73
106.44
0.67%
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
80
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
BAB VII PROSPEK EKONOMI
Bab 7 – Prospek Ekonomi
7
PROSPEK EKONOMI
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi Pada triwulan III-2010, prospek perkembangan kondisi ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan lebih baik dibandingkan perkembangan di triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan penguatan ekonomi domestik yang didukung oleh menguatnya proses pemulihan ekonomi global, terutama di kawasan Asia dan Eropa. Hal ini dapat memberikan sentimen yang positif terhadap perekonomian baik secara nasional maupun di Kalimantan Selatan pada khususnya, antara lain mendorong penguatan nilai tukar dan membaiknya harga beberapa komoditas di pasar internasional. Perekonomian Kalimantan Selatan 1
di triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6-6,5% (y-o-y) , lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan laporan. Dari sisi penggunaan, peningkatan laju pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh permintaan ekspor dan konsumsi, baik konsumsi masyarakat maupun pemerintah, serta realisasi investasi. Pada triwulan mendatang, kegiatan konsumsi masyarakat diperkirakan meningkat, terkait dengan faktor musiman adanya bulan Puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, dimana pengeluran masyarakat untuk sandang dan pangan, serta kebutuhan tersier lainnya cenderung meningkat. Daya beli masyarakat diperkirakan terbantu dengan adanya pembayaran gaji ke-13 bagi PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR). Pasca pelaksanaan Pemilu Kada 2010, kenaikan realisasi investasi diperkirakan akan terus berlanjut, terutama pada subsektor perkebunan. Realisasi belanja modal pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur juga akan meningkat, mengikuti siklus seperti tahun-tahun sebelumnya. Rencana perubahan pada APBD Provinsi yang diindikasikan dengan sinyalemen peningkatan pada anggaran belanja diperkirakan memberikan ekspektasi positif terhadap realisasi anggaran pada triwulan mendatang. Kenaikan anggaran belanja diperkirakan sekitar Rp300 miliar, yaitu dari Rp 2,2 triliun menjadi Rp2,5 triliun.
1
Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
81
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Pergerakan harga komoditas di pasar internasional yang relatif baik dan masih cenderung meningkat, berpotensi untuk meningkatkan penghasilan para pekerja di sektor unggulan dan mendorong minat investor untuk melakukan investasi. Seiring dengan itu, pembiayaan dari sektor perbankan diperkirakan akan meningkat. Namun demikian, terdapat kondisi yang perlu diwaspadai berkaitan dengan laju inflasi yang cukup tinggi yang cukup mempengaruhi pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi mendatang. Berdasarkan hasil suvei konsumen menunjukkan bahwa masyarakat memiliki ekspektasi kondisi ekonomi pada triwulan mendatang yang cenderung pesimis. Hal ini diindikasikan oleh ekspektasi penghasilan yang menurun, yang antara lain dipengaruhi oleh kondisi inflasi Kalimantan Selatan yang bergerak pada level yang tinggi sejak awal hingga pertengahan tahun ini, dan diperkirakan masih berlanjut hingga triwulan mendatang.
Grafik 7.1 Ekspektasi Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi dan Penghasilan Yang Akan Datang Berdasarkan Hasil Survei Konsumen 180.00
8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 T1
T2
T3
T4
T1
T2
2008
T3
2009
Kondisi ekonomi 6 bulan yad
T4
T1
T2
T3
2010 Ekspektasi penghasilan
g. PDRB konsumsi (yoy)
Apabila ditinjau secara sektoral, kinerja seluruh sektor dominan menjadi pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010, kecuali sektor pertambangan yang diperkirakan masih cenderung melambat terkait faktor cuaca. Di sektor pertanian, panen raya masih akan berlangsung hingga akhir triwulan III-2010, terutama untuk padi jenis lokal premium. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, volume produksi tanaman 82
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Bab 7 – Prospek Ekonomi
bahan makanan (tabama) pada tahun 2010 akan meningkat dibandingkan tahun lalu karena terdapat perluasan lahan pertanian sebesar 7,51% dan kenaikan produktivitas sebesar 0,58%. Pada sub sektor perkebunan, membaiknya harga komoditas dunia akan mendorong kinerja di subsektor ini. Sementara itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 32/Permentan/SR.130/4/2010, harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi mengalami kenaikan sebesar 35% sejak bulan April 2010. Menurut Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, hal ini berpotensi mendorong kenaikan biaya produksi petani sebesar 15-20% sehingga akan menyebabkan kenaikan harga komoditas pangan, terutama harga gabah. Untuk mengantisipasi hal ini, petani dihimbau untuk menggunakan teknologi dan pupuk berimbang/organik sehingga dapat meminimalkan dampak kenaikan harga pupuk dan membuat biaya produksi menjadi lebih efisien. Untuk sektor pertambangan, perkembangan di triwulan III-2010 berpotensi untuk mencatat kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan masih tingginya kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik baik untuk keperluan domestik maupun luar negeri khususnya dari China dan India. Selain itu, gangguan cuaca yang menghambat kegiatan eksplorasi diperkirakan akan cenderung berkurang. Hal ini berpotensi meningkatkan produksi batu bara pada tingkat yang cukup baik dibandingkan kondisi triwulan laporan. Semakin membaiknya kondisi perekonomian global diperkirakan ikut mendorong membaiknya kinerja pada sektor industri pengolahan di triwulan III-2010, terutama industri karet olahan (crumb rubber). Kondisi ini antara lain didorong oleh perkembangan harga karet di pasar internasional yang relatif stabil. Selain itu adanya AIFTA (Asean India Free Trade) akan memperbesar peluang ekspor produk sawit karena AIFTA akan menurunkan bea masuk atas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan refined palm oil (RPO) masingmasing dari 80% dan 90% menjadi 37,5% dan 45% selama periode 2010-2019. Seiring dengan membaiknya kinerja di sektor ekonomi dominan lainnya, kinerja sektor perdagangan Kalimantan Selatan pada triwulan III2010 diperkirakan mencatat laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Adanya momentum bulan puasa dan hari raya Idul Fitri diperkirakan mampu mendorong aktivitas perdagangan, yang didukung oleh daya beli masyarakat yang masih cukup baik karena adanya penghasilan tambahan dari gaji ke-13 dan THR. Selain Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
83
Bab 7 – Prospek Ekonomi
itu, kinerja sektor ini akan ditopang pula oleh meningkatnya pembiayaan perbankan khususnya kredit yang bersifat konsumtif.
2. Perkiraan Inflasi Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi di triwulan laporan, terutama disebabkan oleh tekanan inflasi yang masih cukup tinggi pada kelompok makanan, baik bahan makanan maupun makanan jadi. Dari sisi penawaran, inflasi kota Banjarmasin yang tinggi akibat kenaikan harga pada beberapa komoditas bahan pangan seperti gula pasir, cabe, sayur-mayur dan lainnya yang terutama terkait dengan pasokan yang terbatas. Produksi gula pasir lokal dari daerah penghasil (diluar Kalimantan Selatan) diperkirakan menurun akibat kondisi musim yang tidak menentu selama tahun 2010, sehingga pasokan menjadi terbatas. Demikian pula pasokan bahan pangan lainnya seperti cabe dan bawang merah diperkirakan relatif terbatas. Kondisi cuaca pada triwulan mendatang diperkirakan masih berpotensi diwarnai dengan turunnya curah hujan yang cukup tinggi, sehingga masih berpotensi menimbulkan gangguan distribusi. Selain itu, tekanan inflasi dari komponen administered diperkirakan akan meningkat, terkait dengan dampak kenaikan TDL listrik yang mulai berlaku pada awal Juli 2010. Di sisi lain, tekanan permintaan diperkirakan akan meningkat, terkait dengan faktor musiman bulan puasa Ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri.
Grafik 7.2 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Hasil Survei Konsumen (SK) 14
200 180
12
160 140
10
120
8
100 80
6
60
4
40
2
20 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 T3 2008
2009
Ekspektasi perubahan harga umum 3 bulan yad
84
2010 Inflasi (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Tekanan inflasi yang diperkirakan cukup tinggi di triwulan mendatang diperkirakan akan tertahan oleh pergerakan harga beras lokal yang kemungkinan besar akan turun, mengingat sudah akan masuk musim panen raya, khususnya untuk varietas padi lokal premium. Sementara tekanan dari faktor eksternal diperkirakan relatif minimal karena pergerakan nilai tukar yang relatif stabil. Indikasi meningkatnya inflasi tercermin dari ekspektasi konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang menurut Survei Konsumen
di
kota
Banjarmasin
cenderung
meningkat.
Dengan
mempertimbangkan hal-hal di atas, laju inflasi pada triwulan III-2010 diperkirakan akan melonjak dari perkiraan sebelumnya, dengan kisaran 2
sebesar 9,46% (yoy) .
2
Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
LAMPIRAN
Lampiran
LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan Indikator Kalimantan Selatan
Periode
Satuan
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Pertumbuhan Ekonomi (y-o-y)* Inflasi
Rp triliun
11.66
11.25
13.75
15.49
13.17
12.41
14.57
Rp triliun
6.89
6.31
7.39
7.98
7.23
6.66
7.78
(%)
2.99
3.27
3.64
7.92
4.82
5.39
5.97
Atas dasar y-o-y
(%)
11.06
7.66
4.78
4.31
3.86
5.11
7.76
Atas dasar y-t-d
(%)
11.06
0.3
0.64
2.42
3.86
1.50
4.41
Ribu orang
-
118.41
-
115.81
-
108.75
-
(%)
-
6.75
-
6.36
-
5.89
-
*)
Pengangguran Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
87
Lampiran
Tabel Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Tahun Dasar 2007=100 Tahun Dasar Periode Apr-08
IHK
Bahan Makanan PerumaPendiMakanan Jadi han San-dang Kesehatan dikan
Transport
106.92
112.42
107.61
109.79
104.25
104.37
104.77
97.96
May-08 107.74
112.63
108.04
111.45
103.68
104.40
104.77
100.02
Jun-08
110.41
113.59
108.80
115.27
104.65
104.78
105.04
107.80
Jul-08
111.65
115.72
109.72
115.75
105.53
107.21
108.63
108.38
Aug-08 111.51
114.68
110.28
115.98
103.40
107.15
109.89
108.46
Sep-08
112.87
117.79
110.36
116.76
104.41
107.15
109.89
110.73
Oct-08
114.44
121.94
112.17
117.10
105.70
109.41
109.81
110.65
Nov-08
115
121.68
113.59
117.84
106.43
110.34
109.81
110.97
Dec-08 114.96
122.62
113.47
118.22
107.81
110.47
110.23
107.82
Jan-09
114.82
122.64
114.19
118.33
109.59
110.48
110.26
104.75
Feb-09
114.78
121.17
115.00
118.19
114.20
110.51
110.66
103.55
Mar-09
115.3
123.64
115.54
117.09
116.90
110.57
111.29
103.82
Apr-09 115.08 2007 May-09 115.28 = 100 Jun-09 115.69
124.30
116.32
115.89
114.15
110.62
109.69
103.82
122.96
118.48
115.94
112.74
111.26
110.71
104.08
120.54
121.62
116.00
113.89
111.28
114.32
104.03
Jul-09
115.99
121.8
121.56
116.04
113.41
111.28
114.33
104.30
Agt-09
116.62
123.77
123.18
115.71
112.62
111.26
115.60
103.70
Sep-09
117.74
126.05
124.47
115.92
116.09
111.37
115.60
103.78
Oct-09
118.51
129.18
124.50
116.02
115.89
111.42
115.61
104.08
Nov-09 119.09
130.72
125.00
115.99
117.59
111.50
115.49
104.08
Dec-09
119.4
131.24
125.45
116.01
118.98
111.50
115.48
104.05
Jan-10
120.11
131.39
127.15
116.99
119.15
111.71
115.13
104.59
Feb-10
104.71
120.27
131.44
127.49
117.06
118.24
113.53
115.72
Mar-10 121.19
134.37
127.84
117.41
117.85
114.39
115.92
105.2
Apr-10
122.51
137.4
130.38
117.46
117.91
114.39
115.92
105.59
May-10
123.8
141.03
131.52
117.59
119.55
114.51
117.08
105.62
Jun-10
124.67
144.12
131.56
118.34
120.97
114.5
116.99
105.06
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
88
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Lampiran
Tabel Lampiran 3. Indikator Perkembangan Bank Umum Kalimantan Selatan Indikator
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
Trw-III 2009
Trw-IV 2009
Trw-I 2010
Trw-II 2010
Total Aset (Rp Miliar)
17,996
18,464
19,614
19,764
20,236
20,963
22,402
22,848
Total DPK (Rp Miliar)
15,456
16,071
17,204
17,221
17,216
18,164
17,512
19,251
Tabungan
7,581
8,322
8,030
8,132
8,272
4,517
4,866
4,872
Giro
4,539
4,087
5,184
5,160
4,920
9,771
8,506
9,948
Deposito
3,336
3,662
3,990
3,928
4,024
3,876
4,139
4,431
15,348
16,075
16,108
16,272
16,635
17,528
16,874
18,910
Modal Kerja
5,561
5,473
5,394
5,567
5,726
6,114
5,370
5,839
Investasi
5,070
5,643
5,557
5,228
5,181
5,297
4,819
5,860
Konsumsi
4,717
4,960
5,152
5,465
5,712
6,098
6,686
7,211
Pertanian
1,611
1,676
1,750
1,799
1,840
2,115
1,795
2,232
Pertambangan
1,927
2,125
1,900
1,565
1,523
1,624
1,116
1,325
Industri Listrik, Gas & Air
1,113
1,111
1,120
1,060
996
890
804
1,081
31
28
26
25
55
105
187
30
797
901
777
822
876
998
756
915
3,096
3,121
3,076
3,199
3,158
3,207
2,840
3,099
528
530
536
533
706
620
916
885
1,415
1,496
1,649
1,666
1,642
1,742
1,101
1,222
Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar) Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya
NPL - Gross (%) LDR lokasi bank (%)
112
127
117
127
112
110
177
359
4,717
4,960
5,152
5,465
5,712
5,712
7,184
7,763
5.54%
4.76%
3.67%
3.80%
4.28%
2.14%
2.15%
2.15%
75.41% 73.89% 71.65% 75.33% 77.21% 75.67% 85.46% 80.12% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
89
Lampiran
Tabel Lampiran 4. Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan Indikator
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
Trw-III 2009
Total Aset (Rp Miliar)
17,095
17,474
18,623
18,716
19,122
Total DPK (Rp Miliar)
14,869
15,386
16,491
16,476
Tabungan
7,483
8,231
7,943
Giro
4,184
3,656
Trw-I 2010
Trw-II 2010
19,689
18,723
21,628
16,420
17,210
16,607
18,164
8,063
8,179
4,400
4,775
4,725
4,724
4,655
4,429
9,161
7,939
9,316
3,203
3,499
3,825
3,758
3,813
3,648
3,892
4,123
14,425
15,148
15,186
15,296
15,610
16,524
15,870
17,666
Modal Kerja
5,202
5,132
5,067
5,232
5,335
5,727
4,986
5,207
Investasi
4,814
5,353
5,267
4,894
4,817
4,944
4,470
5,515
Konsumsi
4,409
4,663
4,845
5,158
5,442
5,833
6,414
6,943
Pertanian
1,606
1,670
1,744
1,794
1,834
2,111
1,791
2,229
Pertambangan
1,779
1,987
1,761
1,428
1,406
1,500
1,007
1,256
Industri
1,113
1,110
1,119
1,059
990
884
799
1,076
31
28
26
25
55
105
187
30
785
877
757
794
802
928
683
794
3,040
3,074
3,032
3,158
3,121
3,175
2,801
3,014
462
455
458
437
535
457
755
707
1,138
1,217
1,374
1,370
1,357
1,445
793
748
Deposito Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar)
Trw-IV 2009
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya
NPL - Gross (%) LDR (%)
62
65
62
62
52
66
143
318
4,409
4,663
4,845
5,158
5,442
5,447
6,912
7,495
4.58%
3.85%
4.02%
3.83%
4.02%
2.09%
2.22%
2.27%
73.42% 72.19% 70.02% 73.69% 75.74%
75.67% 80.30% 79.36%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
90
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
Lampiran
Tabel Lampiran 5. Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan Indikator
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
Trw-III 2009
Trw-IV 2009
1113.93 1274.19
Trw-I 2010
Trw-II 2010
Total Aset (Rp Miliar)
901.26
989.48
991.75
1048.23
Total DPK (Rp Miliar)
587
685
713
745
796
954
905
1087
98.13
90.95
86.99
69.26
93.52
116.61
91.05
147.57
Tabungan
355.31
431.11
460.38
505.31
491.80
609.14
566.97
631.55
Deposito
133.17
163.09
165.36
169.97
210.95
227.93
246.90
307.65
Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar)
923.29
927.00
922.65
976.39
Modal Kerja
359.13
340.94
326.82
334.94
391.87
386.62
384.06
631.25
Investasi
255.61
289.88
289.61
334.37
363.74
352.84
348.83
345.13
Konsumsi
308.55
296.18
306.23
307.09
269.86
264.73
271.72
267.69
5.01
6.01
5.67
5.36
5.41
4.56
3.64
3.35
148.03
137.53
138.91
136.91
117.67
123.18
108.58
69.21
Industri
0.86
0.72
0.81
0.89
5.50
5.36
5.16
4.96
Listrik, Gas & Air
0.10
0.10
0.09
0.08
0.17
0.16
0.15
0.15
Konstruksi
11.36
23.83
19.83
27.99
73.78
70.43
73.87
120.53
Perdagangan
56.32
46.99
43.12
40.95
36.99
32.04
39.03
85.35
Angkutan
Giro
1025.47 1004.19
1222.31 1220.27
1004.61 1244.07
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Sektor Ekonomi (Rp Miliar): Pertanian Pertambangan
65.18
74.43
77.95
95.97
171.09
162.95
160.75
177.81
Jasa Dunia Usaha
277.84
278.77
274.64
296.58
284.97
296.82
307.82
473.69
Jasa Sosial
50.05
62.45
55.41
64.58
60.04
43.95
33.89
41.33
308.55
296.18
306.23
307.09
269.86
264.73
271.72
267.69
5.78%
4.97%
3.78%
3.90%
3.81%
2.21%
2.22%
0.54%
Lainnya
NPF - Gross (%) FDR (%)
128.81% 111.45% 108.42% 106.74% 105.13% 89.90% 124.70% 92.78%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010
91