Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
PENGARUH PAKAN TAMBAHAN TERHADAP KUALITAS NYANYIAN BURUNG KENARI (Serinus canaria Linn.) JANTAN MUDA DENGAN PENDEDAHAN SECARA LIVE TUTORING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Oleh : RISDA ARBA ULFA 208700598
BANDUNG 2012 M/ 1433 H
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
ABSTRAK Risda Arba Ulfa : Pengaruh Pakan Tambahan terhadap Kualitas Nyanyian Burung Kenari (Serinus canaria Linn.) Jantan Muda dengan Pendedahan secara Live Tutoring
Di alam, burung muda belajar bernyanyi secara live tutoring yaitu metode pembelajaran bersuara pada burung jantan muda dari burung tutor aslinya. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pembentukkan karakteristik nyanyian juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan suplai makanan. Burung bernyanyi memerlukan energi yang banyak untuk bisa memproduksi nyanyian karena diperlukan koordinasi yang baik antara sistem respirasi, organ vokal, otot craniomandibular, sistem saraf dan sistem hormon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan terhadap kualitas nyanyian burung kenari jantan muda. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Mei 2011 menggunakan dua ekor burung tutor (umur 3 tahun) dan enam ekor burung yang diberi perlakuan (usia 10 minggu). Pakan tambahan berupa pakan normal (bijibijian, air matang) dan suplemen pakan yang terdiri dari sayuran hijau (sawi putih, sosin, oyong), buah-buahan (apel, pir, wortel), jangkrik, telur puyuh matang, asinan sotong kering yang disesuaikan dengan menu harian. Penilaian kualitas nyanyian dilakukan dengan metode pencuplikan suara serta analisis suara dalam bentuk sonagram dan oscillogram melalui program Avisoft-Sonagraph Pro (Specht, 1996). Jumlah cuplikan nyanyian yang dianalisis adalah 200 cuplikan per satu individu burung. Seluruh nyanyian dianalisis dengan beberapa parameter, yaitu: (1) song duration, (2) repertoire size, (3) jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, (4) song repertoire, dan (5) syllable repertoire. Pencuplikan suara dilakukan melalui alat perekam suara HP (Hand Phone) LG GW305 / MP4 TELEBIT yang dilengkapi dengan built-in microphone yang diletakkan di atas sangkar. Berdasarkan kelima parameter penilaian diketahui bahwa burung dengan perlakuan pakan tambahan secara umum memiliki rerata durasi nyanyian, song repertoire, jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, song repertoire dan syllable repertoire yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan normal. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa antara nilai kalori pakan dengan kenaikan berat badan tidak berkorelasi secara signifikan (R=0,2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan tambahan mampu mengoptimalkan pembentukkan karakteristik nyanyian ketika dikombinasikan dengan faktor interaksi sosial saat proses pembelajaran vokal berlangsung pada masa periode sensitif. Kata kunci
: Live tutoring, burung kenari jantan (Serinus canaria Linn.), pakan tambahan.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah serta diberiakannya kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan kita semua, Rasulullah SAW yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus yang di ridhai Allah, beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pakan Tambahan terhadap Kualitas Nyanyian Burung Kenari (Serinus canaria Linn.) Jantan Muda dengan Pendedahan secara Live Tutoring” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian sidang Sarjana Sains Biologi. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan praktek profesi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga segala bantuannya mendapatkan balasan yang setimpal dan dicatat sebagai amal shaleh. Amien. Juga tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya, khususnya kepada : 1. Dr. H. M. Subandi. Drs, Ir., Mp selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 2. Yani Suryani, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
3. Astuti Kusumorini, M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan keilmuan dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Sumiyati Sa‟adah, M.Si, selaku pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan keilmuan dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ucu Julita, S.Si, terima kasih karena sudah banyak memberikan ilmu, pengalaman dan bimbingan yang sangat baik bagi penulis. 6. Seluruh staf karyawan bagian tata usaha Fakultas Sains dan Teknologi. 7. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah mencurahkan segenap kasih sayang, perhatian, air mata dan doa‟nya yang begitu tulus disetiap sujud malamnya. Kalian adalah harta terindah yang ku miliki. ”Ya Allah, jaga mereka dalam kemulianan-Mu, hingga mereka wafat dalam keadaan khusnul khatimah. Amin“. 8. Anisa Ilahi, Ari Khumaeni, Sulistiani Ahmad, ketiga adikku tersayang semoga kalian menjadi seseorang yang berguna dan berakhlak baik. 9. Asih, Mega, Dini, Rijal, Apip, Yulianto, Rama dan teman-teman PKL yang sudah begitu baik, dan terima kasih untuk setiap tawa yang kalian beri untukku. 10. B.CREW (Rahma, Suci, Vivi, Uli, Yayu) untukku kalian bukan hanya sebatas sahabat tapi juga sudah seperti keluarga yang sampai kapanpun kalian adalah tokoh penting dalam cerita dihidupku.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
11. BIO_B Community 2008 terima kasih untuk setiap kebersamaan yang tak terlupakan. 12. Silvi, Ela, Dewi sahabat terbaikku, terima kasih karena selalu ada untukku dalam suka maupun duka. 13. Nurani‟s apartment (Intan, Ida, Indah, Nia, Lilis dkk.) terima kasih untuk kebersamaannya selama ini, mudah-mudah tetap kompak. 14. Semua pihak yang tidak bisa dituliskan satu persatu. Berangkat dari segala keterbatasan kemampuan dan tenaga, maka apa yang disajikan penulis sangatlah jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Namun kiranya skripsi ini bisa memberi manfaat dan memberikan kontribusi positif. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 15 Juni 2012
Penulis
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 5 1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 1.3.2 Kegunaan Penelitian ................................................................... 5 1.4 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 5 1.5 Hipotesis ............................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Burung Kenari .......................................... 8 2.1.1 Morfologi ................................................................................... 9 2.1.2 Habitat dan Jenis ....................................................................... 10 2.1.3 Pakan ......................................................................................... 10 2.2 Kategori Suara Burung ..................................................................... 13 2.3 Perkembangan Suara Burung Bernyanyi .......................................... 14 2.4 Mekanisme Vokalisasi Burung ......................................................... 16 2.5 Metode Pembelajaran pada Burung Bernyanyi ................................ 20
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
2.6 Pengaruh Pakan dalam Perkembangan Kualitas Produksi Vokal .... 22 2.7 Mekanisme Kontrol Saraf pada Burung Bernyanyi ......................... 24 2.8 Sistem Hormonal dalam Efktivitas Produksi Vokal ......................... 27 2.9 Analisis Suara Burung ...................................................................... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 32 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 32 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 32 3.2.1 Sangkar ...................................................................................... 32 3.2.2 Perlengkapan Perekaman Suara ................................................ 34 3.2.3 Timbangan Digital .................................................................... 34 3.2.4 Hewan Penelitian ...................................................................... 34 3.2.5 Pakan ......................................................................................... 35 3.3 Rancangan Percobaan ....................................................................... 36 3.4 Prosedur Kerja ................................................................................. 37 3.4.1 Pemeliharaan ............................................................................. 37 3.4.2 Pendedahan Suara dengan Dua Perlakuan Suplai Makanan ..... 39 3.4.2.1 Pendedahan Suara ......................................................... 39 3.4.2.2 Perlakuan Suplai Makanan ............................................ 40 3.4.3 Pencuplikan Suara ..................................................................... 41 3.4.4 Analisis Suara ........................................................................... 41 3.5 Analisis Statistik ............................................................................... 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 44 4.1 Hasil .................................................................................................. 44
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
4.1.1 Hasil Analisis Suara .................................................................. 44 4.1.1.1 Durasi Nyanyian ............................................................ 44 4.1.1.2 Repertoire Size ............................................................... 46 4.1.1.3 Jumlah Tipe Silabel dalam Satu Nyanyian ................... 48 4.1.1.4 Song Repertoire ............................................................. 49 4.1.1.5 Syllable Repertoire ........................................................ 51 4.1.2 Rerata Nilai Kalori Pakan yang Dikonsumsi ............................ 53 4.1.3 Rerata Kenaikan Berat Badan ................................................... 55 4.2 Pembahasan ...................................................................................... 56 4.2.1 Penilaian Kualitas Burung Kenari Berdasarkan Parameter Kompleksitas Nyanyian ............................................................. 56 4.2.2 Pakan sebagai Pembentuk Karakteristik Nyanyian Burung Kenari .................................................................................................... 59 BAB V KESIMPULAN .................................................................................... 65 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 65 5.2 Saran ................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 72
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Menu harian untuk burung kenari jantan muda
36
dengan perlakuan pakan extra food Tabel 4.1 Rerata Jumlah Durasi
45
Tabel 4.2 Rerata Repertoire Size
46
Tabel 4.3 Jumlah Tipe Silabel dalam Satu Nyanyian
49
Tabel 4.4 Rerata Song Repertoire
50
Tabel 4.5 Rerata Syllable repertoire
51
Tabel 4.6 Rerata nilai kalori pakan yang dikonsumsi
53
burung kenari jantan muda Tabel 4.7 Rerata berat badan burung kenari jantan muda
55
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Burung kenari (Serinus canaria Linn.) Gambar 2.2 Jenis biji-bijian yang biasa dijadikan pakan
9 12
burung kenari. Gambar 2.3 Tahapan belajar bernyanyi (a) Close-ended
15
learning, (b) Open-ended learning. Gambar 2.4 Vocal tract, yang berperan dalam produksi
17
nyanyian burung. Gambar 2.5 Struktur bipartite asimetris (a) ventral
19
(b) ventrolateral (eksternal): syrinx burung Oscines. Gambar 2.6 Jalur sinyal pada otak burung yang terlibat
25
pada saat mekanisme produksi suara. Gambar 2.7 Interaksi antara (A) sex
28
hormone,perkembangan otak, serta (B) pembentukan dan aktivasi sistem pembelajaran vokal Gambar 3.1 Sangkar burung kenarijantan muda yang
33
diberi perlakuan tambahan Gambar 3.2 Desain penelitian
37
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Gambar 3.3 Proses penjemuran burung kenari
38
Gambar 3.4 Posisi sangkar burung dengan pendedahan secara Live-tutoring (a) dalam ruangan, (b) desain ukuran. Gambar 3.5 Contoh tampilan oscillogram salah satu tipe
42
nyanyian burung kenari. Gambar 3.6 Contoh tampilan sonogram tipe nyanyian
42
burung kenari yang terdiri dari lima tipe silabel yang berbeda. Gambar 4.1 Rerata jumlah durasi nyanyian.
45
Gambar 4.2 Rerata repertoire size.
47
Gambar 4.3 Rerata jumlah tipe silabel dalam satu
49
nyanyian. Gambar 4.4 Rerata song repertoire.
51
Gambar 4.5 Rerata Syllable repertoire.
52
Gambar 4.6 Rerata nilai konsumsi kalori pada burung
54
kenari jantan muda. Gambar 4.7 Rerata berat badan pada burung kenari jantan muda.
55
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Di Indonesia, antusiasme masyarakat yang tinggi dapat terlihat dari
semakin maraknya kontes burung bernyanyi di berbagai daerah. Dengan adanya kontes tersebut, harga burung-burung unggulan dengan kualitas suara yang baik dan mental juara menjadi terdongkrak (Turut, 2006). Kriteria burung berkicau yang baik biasanya memilki irama, nada, dan frekuensi kicauan berulang-ulang (Dewanto & Sitanggang, 2010). Dari sekian banyak burung bernyanyi, salah satu jenis yang paling banyak digemari adalah kenari. Daya tarik kenari tidak hanya
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
dari suara yang penuh variasi, tetapi corak bulu dan bentuk fisikya menjadi daya pikat yang tidak kalah menarik (Turut, 2006). Burung bernyanyi merupakan hewan model yang paling baik (powerful model system) karena paralel dengan perkembangan vokal manusia (Beecher & Burt, 2004). Penelitian pada burung bernyanyi banyak dilakukan di negara empat musim karena dianggap sebagai model dari perkembangan berbicara pada manusia pada level perilaku dan level neural (Goldstein et al., 2003). Burung bernyanyi mempelajari nyanyian spesifik spesiesnya dari burung tutor dewasa ketika masih muda sama seperti pada manusia belajar bernyanyi (Gobes et al., 2007). Tahap awal dari ontogeni vokal (subsong) mirip dengan celoteh (babbling) pada bayi manusia dan secara bertahap akan menjadi nyanyian yang matang seperti individu dewasa (Brainard & Doupe, 2002; Caphpole & Slater, 2008). Burung kenari (Serinus canaria Linn.) merupakan salah satu burung bernyanyi yang populer dikalangan masyarakat penggemar burung di tanah air. Burung kenari termasuk ke dalam sub ordo Passeri (Oscines) yang merupakan kelompok burung yang memiliki sistem vokalisasi yang kompleks (Catchpole & Slater, 1995). Tahapan proses pembelajaran pada burung kenari ialah Open-ended learning (Muller et al., 2010), yaitu burung bernyanyi yang memiliki kemampuan belajar bernyanyi yang terus berulang dan berlangsung hingga usia dewasa atau setelah melewati tahapan periode sensitif (Brenowitz & Beecher, 2005; Lehongre et al., 2009). Firman Allah swt dalam Al-Quran (Qs. An-Naml: 16):
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Artinya: “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan Dia berkata: "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". (Qs. An-Naml: 16). Menurut Shihab (2012), dijelaskan bahwa makna yang terkandung dalam ayat diatas ialah tentang Nabi Sulayman as. yang memperoleh mukjizat yang sangat unik antara lain, memahami bahasa burung. Hal itu lebih dapat dimengerti melalui penelitian belakangan ini bahwa masing-masing jenis burung memiliki bahasa khusus untuk saling berkomunikasi, baik melalui gerakan, suara atau isyarat. Semakin banyaknya kontes burung bernyanyi, mendorong para peternak maupun pecinta burung bernyanyi untuk melakukan berbagai usaha dalam pembentukkan karakteristik suara burung yang berkualitas tinggi. Hal ini dapat ditunjang dengan penerapan model pembelajaran pada burung bernyanyi. Model pembelajaran burung bernyanyi yang sering digunakan khususnya dikalangan masyarakat Indonesia adalah metode pendedahan suara secara tape tutoring, yaitu burung jantan muda belajar bernyanyi dari rekaman suara nyanyian burung tutor (burung yang telah memiliki kualitas nyanyian yang baik) yang diputar oleh pengeras suara tanpa menghadirkan burung tutor aslinya. Hal ini dilakukan supaya proses belajar jauh lebih praktis. Namun, pada dasarnya di alam burung bernyanyi belajar bernyanyi secara live tutoring.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Pendedahan suara secara live tutoring adalah metode pembelajaran yang menghadirkan burung tutor aslinya. Live tutoring pada burung dapat memicu peniruan nyanyian tutornya lebih akurat daripada dengan tape tutoring (Beecher & Burt, 2004). Lingkungan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar bernyanyi, bahkan beberapa spesies mampu belajar lebih baik ketika dilakukan pendedahan secara live tutoring daripada pendedahan secara tape tutoring (Belzner et al., 2009). Suara nyanyian yang dipelajari dengan melibatkan interaksi secara sosial cenderung akan lebih sering di ulang-ulang (Goldstein et al., 2003). Hal inilah yang diharapkan mampu menjadi faktor yang baik pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga template yang diemisikan oleh burung muda bisa menyerupai tutornya. Penelitian Beecher & Burt (2004), membuktikan bahwa dengan pendedahan secara live tutoring mampu meningkatkan stimulus di nuklei otak yang terlibat pada proses memori (auditori, penglihatan, song-sharing) dan memungkinkan terjadinya interakasi sosial dengan tutor. Selain metode pembelajaran yang baik, beberapa penelitian lain melaporkan salah satu faktor yang juga mempengaruhi kualitas nyanyian yang dihasilkan oleh burung bernyanyi adalah faktor ketersediaan suplai makanan (Spencer et al., 2003) dan pengaruh suplemen pakan
yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan mengingat ketika proses pembelajaran berlangsung (Fitri, 2001). Produksi suara dapat ditingkatkan dengan penambahan suplemen makanan sebagai sumber energi (Hau et al., 2000) dan jumlah emisi suara berkurang seiiring dengan keterbatasan makanan (Lucas et al., 1999). Selain itu,
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
suplemen makanan tidak hanya mempengaruhi peningkatan masa tubuh dan karakteristik nyanyian tetapi juga mampu meningkatkan jumlah hormon testosteron (Fitri, 2001). Hal ini sangat menarik dimana makanan mampu menjadi salah satu cara untuk mencetak individu baru yang lebih berkualitas. Sampai saat ini, penelitian mengenai metode pembentukan karakteristik suara burung bernyanyi baik dalam metode pembelajaran maupun faktor lainnya belum begitu banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di negara empat musim. Oleh karena itu penelitian mengenai burung bernyanyi salah satunya burung kenari di negara tropika seperti Indonesia perlu dilakukan guna menjadi sumber informasi yang akurat untuk mencetak individu burung bernyanyi yang berkualitas. Melalui penelitian ini ingin diketahui pengaruh pemberian pakan tambahan, yaitu pemberian makanan utama berupa biji-bijian (Gold coin) dan air matang yang ditambah dengan makanan penunjang lainnya yang berupa sayuran, buah-buahan, dan suplemen makanan lainnya terhadap kualitas nyanyian burung kenari jantan muda.
1.2
Rumusan Masalah Bagaimanakah
pengaruh
pemberian
pakan
tambahan
terhadap
perkembangan dan kualitas emisi nyanyian burung kenari jantan muda?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: Mengetahui pengaruh perlakuan pakan tambahan terhadap perkembangan dan kualitas emisi nyanyian burung kenari jantan muda. 1.3.2
Kegunaan penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi perkembangan ilmu bioakustik khususnya dan para peternak maupun penggemar burung kenari di Indonesia, umumnya mengenai pengaruh perlakuan pakan terhadap peningkatan kualitas emisi nyanyian burung kenari jantan muda yang didedahkan secara live tutoring. Dengan demikian dapat diketahui cara mencetak individu burung kenari yang unggul.
1.4
Kerangka Pemikiran Lingkungan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
belajar bernyanyi. Beberapa spesies mampu belajar lebih baik dari live tutoring daripada tape tutoring seperti pada burung kenari (Chaiken et al., 2011; Fitri, 2002). Pendedahan suara secara live tutoring adalah metode pembelajaran yang menghadirkan burung tutor aslinya. Live tutoring pada burung dapat memicu peniruan nyanyian tutornya lebih akurat daripada dengan tape tutoring (Beecher & Burt, 2004). Adanya interaksi sosial antara burung muda dengan burung dewasa memfasilitasi terjadinya song sharing yang memudahkan untuk
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
mempertahankan komponen plastic song yang ada serta memberikan penguatan selektif dalam proses pembentukkan crystalized song (Goldstein et al., 2003). Selain metode belajar yang baik, beberapa penelitian melaporkan bahwa yang mempengaruhi kualitas nyanyian yang dihasilkan oleh burung bernyanyi adalah faktor ketersediaan suplai makanan (Brumm et al., 2009; Spencer et al., 2003) dan pengaruh suplemen pakan
yang dapat membantu meningkatkan
kemampuan mengingat ketika proses pembelajaran berlangsung (Fitri, 2001). Burung bernyanyi memerlukan energi yang banyak untuk bisa memproduksi nyanyian karena diperlukan koordinasi yang baik antara sistem respirasi, organ vokal dan otot craniomandibular (Suther et al., 1999) serta sistem saraf dan hormon (Fusani & Gahr, 2003). Pemberian pakan tambahan akan mampu meningkatkan glikogen otot dan glukosa darah yang esensial untuk kepentingan aktivitas gerak tubuh termasuk aktivitas bernyanyi (Halloszy, 1996), oleh karena itu kebanyakan nyanyian dapat meningkat ketika pakan melimpah (Fitri, 2002). Peningkatan pakan juga akan menunjang sintesis protein khususnya di organel sel otot seperti sarkoplasma, mitokondria, dan myofibril (Swain, 1992; Fitri, 2002) dan produksi ATP yang diperlukan untuk kontraksi otot. Dengan demikian, perlakuan pakan tambahan mendukung terjadinya aliran udara oleh otot syringeal yang meregulasi bukaan dan penutupan katup syringeal secara cepat dan terus menerus (Goller & Suther, 1996). Menurut penelitian Fitri (2001), emisi suara burung kenari dipengaruhi pula oleh kadar hormon testosteron yang berkorelasi positif dengan ketersediaan
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
pakan. Tingginya kadar hormon testosteron sangat diperlukan dalam vokalisasi burung terutama saat mengemisikan karakteristik nyanyian dengan laju repetisi silabel yang tinggi dan berdurasi panjang (frase nyanyian sexy syllable) (Vallet & Kreutzer, 1995). Kadar hormon testosteron paling tinggi terdapat pada saat memasuki musim kawin, yaitu aktivitas burung bernyanyi utamanya dilakukan untuk menarik pasangannya (mate attraction) (Beecher & Burt , 2004). Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui bagaimana
pengaruh pemberian pakan tambahan hubungannya dengan
pembentukkan dan perkembangan karakteristik nyanyian pada burung bernyanyi.
1.5
Hipotesis Burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan mampu
menghasilkan perkembangan dan kualitas emisi nyanyian yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan normal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi dan Deskripsi Burung Kenari Di Indonesia ditemukan berbagai jenis spesies burung bernyanyi salah
satunya burung kenari. Burung kenari menjadi salah satu burung yang banyak diminati oleh para pecinta maupun peternak burung bernyanyi bukan hanya karena dianggap memiliki karakteristik suara nyanyian yang khas juga karena keelokan warna bulunya. Burung kenari termasuk ke dalam ordo Passeriformes, yang terdiri dari tiga sub ordo, yaitu sub ordo Tyranni (suboscines), Passeri
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
(Oscines), dan Acanthisitti (Marler & Slabbekoorn, 2004). Menurut Catchpole & Slater (1995), burung yang termasuk sub ordo Passeri (Oscines) merupakan burung yang memiliki sistem vokalisasi yang kompleks. Burung Passeriformes mampu menghasilkan suara kompleks dengan berbagai macam tipe silabel (syllable) yang terdiri dari beberapa elemen yang sama ataupun berbeda dan memiliki kisaran frekuensi suara yang berbeda-beda (termodulasi) (Fitri, 2002). Menurut Linnaeus (1766) klasifikasi burung kenari adalah sebagai berikut. Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Sub Ordo
: Oscines (Passeri)
Famili
: Fringgillidae
Genus
: Serinus
Spesies
: Serinus canaria Linn.
2.1.1
Morfologi Burung kenari merupakan burung bernyanyi yang memiliki bentuk tubuh
kecil, pendek dengan paruh yang tebal. Pada sebagian burung kenari dapat dengan mudah diidentifikasi berdasarkan warna kuning terang pada dadanya, dan cokelat dengan garis abu-abu pada bagian tubuh lainnya (Gambar 2.1). Untuk membedakan burung kenari jantan dan betina tidak hanya berdasarkan suara kicauannya melainkan juga dari warna bulunya, kenari betina biasanya memiliki warna yang lebih kusam dibanding kenari jantan. Burung kenari dewasa memiliki panjang tubuh kurang lebih 12,5- 14 cm dan berat tubuh 25-40 gram (Julita,
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
2006), mata berwarna cokelat, paruh dan kaki berwarna abu-abu gelap (Vriends, 1995).
Gambar 2.1. Burung Kenari jantan (Serinus canaria Linn.) (Syanur, 2011)
2.1.2
Habitat dan Jenis Burung kenari pertama kali ditemukan di kepulauan Canary oleh
penjelajah Prancis, Jean de Bethencourt pada tahun 1402. Terkesan karena keindahan bulu dan kemerduan suaranya, Jean de Bethencourt dan Henry membawa burung kenari liar ke Portugal dan Inggris. Keanekaragaman burung kenari saat ini merupakan perkembangan keturunan kenari liar yang bernama latin Serinus canaria. Banyaknya jenis burung kenari ini dipengaruhi kondisi alam atau karena kawin silang yang terjadi sejak lima abad yang lalu. Dalam
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
perkembangannya kenari telah banyak diimpor dan dikembangbiakkan di berbagai negara, termasuk Indonesia (Correia & Romano, 2011). Di Indonesia, secara umum dikenal jenis kenari seperti
Holland,
Yorkshire, Lizard, Taiwan, dan RRC. Namun, di kalangan penggemar dan peternak burung bernyanyi yang populer yaitu jenis kenari Holland karena dianggap memiliki kicauan yang indah, variasi warna yang beragam, bentuknya yang elegan dan volume suara tajam atau keras yang bisa diandalkan dalam lomba-lomba (Syanur, 2011).
2.1.3
Pakan Di alam burung kenari termasuk kelompok pemakan biji (grutivour) yang
kemudian setelah didomestikasi menjadi omnivora yakni pemakan segala jenis pakan. Pakan yang diperlukan oleh tubuh kenari adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Protein, karbohidrat, dan lemak merupakan sumber energi sehingga burung dapat melakukan aktivitas, selain itu protein juga membantu pertumbuhan terutama pada burung muda (Turut, 2006). Berbagai jenis biji-bijian yang dapat diberikan pada burung kenari diantaranya adalah biji kenari, milet merah, milet putih, godem, biji lobak, biji bunga matahari, kacang hijau dan jagung (Gambar 2.2) (Verhoef & Verhallen, 2004). Biji kenari dihasilkan dari salah satu jenis tanaman sebangsa rerumputan dan selalu dijadikan pakan utama burung kenari. Milet putih dan merah dapat diberikan pada kenari, tetapi kurang disukai karena rasanya agak pahit dan biji didalamnya tidak begitu besar. Biji godem berwarna hitam berfungsi merangsang
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
burung muda untuk cepat berkicau serta mempercepat proses rontoknya bulu pada kenari dewasa. Biji godem yang diberikan dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan suhu tubuh kenari sehingga biji godem baik diberikan pada musim dingin supaya suhu tubuh kenari tetap stabil. Biji lobak sangat disukai burung kenari, tetapi jumlah yang diberikan perlu dibatasi karena mengandung kadar lemak yang cukup tinggi sehingga sebaiknya biji lobak tidak diberikan pada kenari yang sedang mengalami masa ganti bulu karena dapat memperlambat burung untuk berkicau kembali. Biji bunga matahari mengandung minyak yang berfungsi memperlancar proses produksi telur dan baik untuk menyuburkan serta membuat bulu kenari bercahaya. Kacang hijau merupakan pakan yang jarang diberikan pada burung kenari karena ukurannya yang cukup besar, karena itu sebaiknya kacang hijau diberikan dalam bentuk kecambah atau dibuat menjadi tepung (Turut, 2006).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Gambar 2.2. Jenis biji-bijian yang biasa dijadikan pakan burung kenari (Sumber: http://www.ipaw_org-invaders-reed_canary_grass)
Sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan burung kenari dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan. Jenis sayuran yang biasa diberikan adalah daun sawi hijau, oyong dan wortel. Secara umum kandungan gizi yang terdapat dalam sayuran ialah karoten, vitamin C dan juga mineral (kapur, besi, fosfor) (Poedjiadi, 2005). Buah-buahan yang berikan adalah apel dan pir yang banyak mengandung vitamin dan mineral (lampiran 2). Sayur-sayuran dan buahbuahan yang diberikan pada kenari harus dalam keadaan segar sehingga kandungan gizinya masih cukup tinggi. Pakan penujang lainnya yang biasa diberikan oleh para peternak burung kenari adalah jangkrik yang diyakini dapat meningkatkan volume suara dan menambah stamina burung. Selain itu kebiasaan peternak lainnya adalah memberikan suplemen makanan berupa telur yang dicampur tepung roti dan biji gandum seminggu sekali, yang dipercaya mampu meningkatkan kualitas nyanyian burung kenari (Dewanto & Sitanggang, 2010).
2.2
Kategori Suara Burung Suara atau vokal burung dapat digolongkan menjadi dua kategori umum,
yaitu suara sederhana (call) dan suara kompleks yang lebih sering disebut
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
nyanyian (song) (Krebs & Kroodsma, 1980). Suara sederhana (call) biasanya singkat dan diemisikan oleh individu jantan maupun betina, sementara suara kompleks (song) adalah suara yang panjang dan biasanya diemisikan oleh burung jantan pada masa kawin (Catchpole, 1991). Suara sederhana biasanya di emisiskan untuk memberikan berbagai informasi misalanya mengenai adanya bahaya (alarm call) atau keberadaan pakan pada anggota kelompoknya (feeding call). Berbeda dengan suara kompleks yang berfungsi dalam proses percumbuan (counrtship) dan kawin (mating) (Catchpole & Slater, 2008). Dalam arti luas, nyanyian burung juga dapat berfungsi dalam mempertahankan daerah kekuasaan burung (territorial defence) dan menarik perhatian betina untuk kawin (mate attraction) (Catchpole & Slater, 2008). Kompleksitas nyanyian sangat penting untuk kepentingan memilih pasangan pada banyak spesies burung penyanyi (Andersson 1994; Searcy & Yasukawa 1996), dan song repertoire yang kompleks telah berkembang menjadi acuan burung betina dalam merespon ekspresi nyanyian burung jantan (Catchpole, 1991). Suara burung bernyanyi lebih kompleks dan memiliki repertoire yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan burung bernyanyi (non-songbirds) karena burung bernyanyi memiliki kemampuan pengontrolan produksi suara yang lebih baik (Gaunt, 1983). Nyanyian kompleks pada spesies burung bernyanyi hanya dapat diemisikan dengan baik oleh burung jantan (Beckers
et al., 2003). Hal ini
disebabkan karena burung kenari betina (Serinus Canaria) memiliki ukuran HVC (High Vocal centre) lebih kecil sehingga tidak memiliki variasi nyanyian yang kompleks (Leitner & Catchpole 2002). Burung kenari betina memiliki kadar
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
hormon testosteron yang rendah, sedangkan pengontrolan nyanyian kompleks sangat dipengaruhi oleh kadar testosteron yang tinggi dalam tubuh (Catchpole & Slater, 1995). Kelompok burung bernyanyi (Passeriformes) mampu menghasilkan emisi nyanyian kompleks dengan tipe silabel yang terdiri dari elelmen yang sama atau berbeda dan memiliki kisaran frekuensi yang luas (Fitri, 2002). Kelompok burung dengan ordo Passeriformes memiliki sistem vokalisasi yang kompleks dan berbeda jika dibandingkan dengan kelompok burung sub ordo lainnya (Catchpole & Slater, 1995).
2.3
Perkembangan Suara Burung Bernyanyi Pembentukan karakteristik nyanyian burung terjadi melalui tahapan proses
pembelajaran ketika periode sensitif meliputi aktivitas mengingat nyanyian yang terdengar, kemudian diikuti dengan mekanisme menyaring stimulus nyanyian yang sesuai dengan innate template nya (Beecher, 2010). Tahapan pada burung bernyanyi digolongkan menjadi dua jenis yaitu close-ended learning dan openended learning (Gambar 2.3). Beberapa spesies burung yang termasuk Closeended learning mampu mempelajari nyanyiannya terbatas hanya pada awal periode usianya, seperti burung zebra finch dan chaffinch (Belzner et al., 2009). Berbeda dengan Open-ended learning seperti burung kenari (Muller et al., 2010), yaitu burung bernyanyi yang memiliki kemampuan belajar bernyanyi yang terus berulang dan berlangsung hingga usia dewasa atau setelah melewati tahapan periode sensitif (Brenowitz & Beecher, 2005; Lehongre et al., 2009).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Gambar 2.3. Tahapan belajar bernyanyi (a) Close-ended learning, (b) Open-ended learning (Brainard dan Doupe, 2002). Vokalisasi pada burung bernyanyi yang masih muda diawali dengan memproduksi sub song,
yang ditandai dengan faktor variabel yang tinggi
(cenderung berubah-ubah pada struktur dan waktu). Sub song dinyanyikan pada amplitude yang rendah dan meliputi elemen yang tidak akan muncul pada bentuk vokal dewasa. Sub song diikuti oleh fase plastic song yang berisi nada dan karakteristik siulan nyanyian dewasa, tapi elemennya masih belum terartikulasi dan cenderung masih belum stabil. Beberapa elemen diulang-ulang dan dipertahankan sedangkan sebagian lain hilang dari repertoire nya (Goldstein et al., 2003). Karakteristik suara berkembang dari plastic song yang fleksibel hingga akhirnya menjadi crystalized song atau karakteristik nyanyian yang sudah stabil pada saat dewasa (Brainard & Doupe, 2002) dan terdiri dari bentuk nyanyian khas spesies spesifik yang telah matang (Goldstein et al., 2003). Terdapat dua
tahapan proses pembelajaran pada periode kritis, yaitu
tahapan sensoris dan sensorimotoris. Pada tahapan sensoris berlangsung proses
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
auditori dan memori terhadap berbagai karakteristik nyanyian serta pembentukan template nyanyian di otak. Dilanjutkan pada tahapan sensorimotoris, burung mulai melakukan vokalisasi awal yang perlu dipandu dengan proses auditory feedback sampai emisi nyanyian sesuai dengan template hasil memori saat tahapan sensoris (Brainard & Doupe, 2002; Catchpole & Slater, 1995). Kualitas nyanyian burung kenari yang baik dapat dilihat dari durasi nyanyian yang panjang dengan laju repetisi silabel yang tinggi, penuh variasi, memiliki suara keras dan lembut, dan jarang memutuskan suaranya secara tiba-tiba (Vallet et al., 1998).
2.4
Mekanisme Vokalisasi Burung Mekanisme vokalisasi pada burung terjadi karena adanya koordinasi
aktivitas antara proses respirasi, organ vokal utama (syrinx), dan serangkaian jalur vokalisasi lainnya (Gambar 2.4) (Suther et al., 1999). Vokalisasi pada burung bernyanyi akan meningkatkan konsumsi oksigen lima hingga tiga puluh kali lipat di atas metabolisme standar (Horn et al., 1995). Proses respirasi pada burung berlangsung pada saat O2 (oksigen) dari lingkungan luar masuk ke dalam jaringan tubuh (inspirasi) dan keluarnya CO2 (karbondioksida) dari dalam tubuh (ekspirasi) (Suther, 1997). Inspirasi dan ekspirasi yang diikuti dengan produksi suara memerlukan kontraksi aktif dari otot respiratori. Suara yang dihasilkan burung kenari terjadi ketika ekspirasi yaitu ketika udara keluar melewati siring. Ketika ekspirasi, volume kantung hawa menurun dan tekanan meningkat sehingga udara terdorong keluar (King & McLelland, 1989).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Gambar 2.4 Jalurxxixvokal ; yang berperan dalam produksi nyanyian burung (Suther, 1996). Keterangan: Fr, merupakan termistor yang mengukur udara yang melalui bagian samping kanan dari siring, sedangkan Fl, merupakan termistor yang mengukur udara yang melalui bagian samping kiri dari siring. P, kanula pada kantung udara untuk mengukur tekanan respirasi (Suther, 1996). Inspirasi terjadi ketika rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga mengecil dan menarik udara di luar masuk. Selanjutnya, ekspirasi terjadi pada saat udara keluar dari kantung udara kemudian keluar melalui paruparu dan menyebabkan tekanan di dalam rongga dada membesar dan memaksa udara untuk keluar melewati siring sehingga dihasilkan suara, kemudian dimodulasi oleh saluran vokal lain yaitu trakea, laring, mulut dan paruh (Suther, 1996). Trakea pada burung terletak diantara laring dan siring, berbentuk seperti tabung yang tersusun atas cincin kartilago. Bagian laring pada burung tidak terlalu
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
berperan seperti sistem produksi suara pada manusia. Adapun rongga mulut pada burung justru berperan sebagai rongga resonator seperti ronga mulut pada manusia (Fagerlund, 2003). Mulut pada burung bersifat kurang fleksibel dan lidah hanya berfungsi mengontrol area mulut yang bersebrangan (cross sectional; atasbawah, kiri- kanan), namun pada beberapa spesies burung memilki lidah yang turut menentukkan karakteristik suara yang dihasilkan seperti burung beo (Fletcher & Tarnopolsky, 1999). Karakteristik suara juga ditentukan oleh aktivitas membuka dan menutupnya paruh burung. Suara dengan frekuensi rendah cenderung dihasilkan oleh pembukaan paruh yang lebar, sementara suara dengan frekuensi tinggi dihasilkan oleh penyempitan bukaan paruh (Hoese et al., 2000). Untuk vokalisasi, burung menggunakan organ siring yang terletak dipercabangan trakea menuju bronki (King & McLelland, 1989). Bentuk vokal juga dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran trakea, bronki serta massa otot syringeal yang terlibat langsung dalam pembukaan dan penutupan siring (Suther et al., 2002). Pada syrinx terdapat pembangkit suara utama (sound generator) yaitu Medium Tympaniform Membran (MTM) yang terletak diantara trakea dan bronkus (Gambar 2.5a), yang dapat bergetar dan menimbulkkan suara melalui mulut saat ekspirasi (King dan McLelland, 1989). Menurut Suther dan Goller (1997), suara dihasilkan oleh dua jaringan lembut pada siring, yaitu Medial Labia (ML) dan Lateral Labia (LL) yang terletak di kedua sisi siring ketika terjadi aliran udara dari paru-paru (Gambar 2.5a). Suara dihasilkan ketika ML dan LL bergerak ke arah tengah syringeal.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Ketika vokalisasi berlangsung, siring merupakan organ vokal yang utama berperan dalam memproduksi berbagai karakteristik nyanyian (Julita, 2006). Secara bilateral, struktur siring pada burung bernyanyi dikontrol oleh sepasang otot syringeal yang menyelimuti permukaan eksternal dari organ siring (Gambar 2.5b). Mekanisme produksi suara akan sangat dipengaruhi oleh aktivitas dari otot respirasi yang mampu memberikan energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fungsi otot siring (Suther, 1997).
Gambar 2.5 Struktur bipartit asimetris (a) ventral, (b) ventrolateral (eksternal); siring burung Oscines. Keterangan: T = Trakea, M = otot syringeal, ML = medial labium, LL = lateral labium, MTM = medial tympaniform membrane, B = bronkus, ICM = membrane of the interclavicular air sac, TL = Musculus Tracheolateralis, ST = Musculus Tracheobronchealis, vS = Musculus Syringealis ventralis, vTB = Musculus Tracheobronchialis ventralis, dTB = Musculus Tracheobronchialis dorsalis, dS = Musculus Syringealis dorsalis. Dorongan otot respirasi pada thoraks dan abdomen yang diinervasi oleh percabangan saraf spinal lumbar, thoraks dan servikal akan menyebabkan adanya
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
aliran udara yang melewati siring. Otot dorsal terdiri dari dTb (musculus tracheobronchialisdorsalis) dan ds (musculus syringealis dorsalis) yang berfungsi mengatur penyempitan, pembukaan, penutupan LL dan LM, sedangkan otot ventral yang terdiri dari vTB (musculus tracheobronchialis ventralis) dan vS (musculus syringealis ventralis) berfungsi dalam mengontrol pembentukkan frekuensi dasar (fundamental frequency) pada kedua sisi siring (Suther, 1997).
2.5
Metode Pembelajaran pada Burung Bernyanyi Terdapat dua jenis metode pembelajaran pada burung bernyanyi, yaitu
metode pendedahan secara tape tutoring dan pendedahan secara live tutoring. Khusus dikalangan masyarakat Indonesia, metode pendedahan yang sering digunakan adalah pendedahan suara secara tape tutoring, yaitu burung jantan muda belajar bernyanyi dari rekaman suara nyanyian burung tutor atau burung yang telah memiliki kualitas nyanyian spesies spesifik yang diputar melalui pengeras suara tanpa menghadirkan individu burung tutor aslinya. Metode ini dianggap lebih praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal. Lingkungan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar bernyanyi. Beberapa spesies mampu belajar lebih baik dari live tutoring daripada tape tutoring seperti pada burung kenari (Chaiken et al., 2011 dalam Fitri, 2002). Pendedahan suara secara live tutoring adalah metode pembelajaran yang menghadirkan burung tutor aslinya.
Live tutoring pada burung dapat
memicu peniruan nyanyian tutornya lebih akurat daripada dengan tape tutoring (Beecher & Burt, 2004). Adanya interaksi sosial antara burung muda dengan
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
burung dewasa memfasilitasi terjadinya song sharing yang memudahkan untuk mempertahankan komponen plastic song yang ada serta memberikan penguatan selektif dalam proses pembentukkan crystalized song (Goldstein et al., 2003). Di alam, burung muda belajar bernyanyi secara live tutoring yaitu belajar dari burung dewasa dengan memperhatikan status dominansi dan teritorialnya (Burt et al., 2007). Burung muda memerlukan interaksi dengan burung dewasa untuk menghasilkan crystalized song nyanyian yang matang (Goldstein et al., 2003). Hal ini berbeda dengan metode pendedahan yang saat ini banyak digunakan para peternak maupun pecinta burung bernyanyi di Indonesia yaitu tape tutoring. Penelitian Beecher & Burt (2004), membuktikan bahwa dengan pendedahan secara live tutoring mampu meningkatkan stimulus di nuklei otak yang terlibat pada proses memori yang melibatkan auditori, visual dan songsharing. Burung muda dengan live tutoring belajar lebih cepat karena melibatkan faktor sosial (direct interaction) sehingga mampu mengoptimalkan proses auditori dan memori ketika periode senstif. Nyanyian hasil memori kemudian akan dipilih, ditentukan dan dipertahankan untuk dijadikan song repertoire yang tetap (Burt et al., 2007). Perkembangan vokal nyanyian burung kenari terus berlangsung selama periode sensitif sejalan dengan pentingnya perkembangan struktur otak yang mendasari proses pembelajaran (Nottebohm et al., 1986), dan fenotip nyanyian dewasa yang dimiliki telah terbukti dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (Spencer et al., 2003). Faktor sosial mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran bernyanyi. Burung tutor yang terlibat memilki pengaruh besar
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
terhadap kekuatan proses belajar bernyanyi dibandingkan dengan belajar melalui tape atau pengeras suara yang dimainkan pada burung gereja (Baptista & Petrinovitch, 1984). Baru-baru ini, Boseret et al. (2006), menemukan bahwa pada burung kenari yang melibatkan xxxivenergi sosial dalam proses belajar dapat menstimulus neuroplastisis dalam sistem kontrol nyanyian.
2.6
Pengaruh Pakan dalam Perkembangan Kualitas Produksi Vokal Beberapa penelitian melaporkan bahwa yang mempengaruhi kualitas
nyanyian yang dihasilkan oleh burung bernyanyi adalah faktor ketersediaan suplai makanan (Brumm et al., 2009; Spencer et al., 2003), dan pengaruh suplemen pakan
dapat membantu meningkatkan kemampuan memori ketika proses
pembelajaran berlangsung (Fitri, 2001). Produksi suara dapat ditingkatkan dengan penambahan makanan sebagai sumber energi (Hau et al., 2000) dan jumlah emisi suara akan berkurang seiring dengan keterbatasan makanan (Lucas et al., 1999). Burung bernyanyi memerlukan energi yang banyak untuk bisa memproduksi nyanyian karena diperlukan koordinasi
yang baik
antara
sistem
respirasi,
organ
vokal
dan
otot
craniomandibular (Suther et al., 1998) serta sistem saraf dan hormon (Fusani & Gahr, 2003). Perlakuan pakan tambahan akan mampu meningkatkan glikogen otot dan glukosa darah yang esensial untuk kepentingan aktivitas gerak tubuh termasuk aktivitas bernyanyi (Halloszy, 1996), oleh karena itu kebanyakan nyanyian dapat meningkat ketika pakan melimpah (Fitri, 2002). Peningkatan pakan juga akan menunjang sintesis protein khususnya di organel sel otot seperti
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
sarkoplasma, mitokondria, dan myofibril (Swain, 1992; Fitri, 2002), dan produksi ATP yang diperlukan untuk kontraksi otot. Dengan demikian, perlakuan pakan tambahan mendukung terjadinya aliran udara oleh otot syringeal yang meregulasi bukaan dan penutupan katup syringeal secara cepat dan terus menerus (Goller & Suther, 1996). Selain itu, banyaknya nutrisi makanan akan memfasilitasi terjadinya sintesis neurotransmitter (Wurtman, 1982; Fitri, 2002) seperti karbohidrat dan protein yang dapat berfungsi meningkatkan jumlah choline yang merupakan prekursor untuk acetylcholine (Brown, 1997). Pembatasan makanan memicu terjadinya xxxvenergi nutrisi yang mampu menimbulkan gangguan pada otak di daerah kontrol nyanyian burung dewasa (Spencer et al. 2004). Stres dapat menimbulkan kerugian pada perkembangan karakteristik nyanyian dan mempengaruhi kontrol saraf di otak, yang ditunjukkan dengan adanya penurunan kompleksitas nyanyian yang disebabkan oleh perkembangan otak yang terganggu (Nowicki et al., 2002; Buchanan et al., 2004; Spencer et al., 2003). Berdasarkan hasil penelitian Nowicki et al. (1998), stres dapat diakibatkan oleh kekurangan nutrisi yang terjadi selama periode awal perkembangan yang akan mempengaruhi perkembangan otak dan keterampilan pembelajaran bernyanyi yang mempengaruhi kematangan template yang akurat. Stres nutrisi pada masa pertumbuhan juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penekanan respon imun, hormonal dan turunnya berat badan pada burung jalak (Sturnus vulgaris) di Eropa (Buchanan et al. 2003). Seperti halnya pada penelitian Spencer et al. (2003), stres nutrisi menyebabkan penurunan pada kualitas nyanyian dewasa, dan betina memilih nyanyian jantan yang lebih menarik
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
tanpa adanya tekanan. Hal ini didukung oleh salah satu penelitian yang dilakukan pada spesies burung pipit rawa, stres nutrisi pada awal perkembangan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk menyalin struktur nyanyian (innate template), menunjukkan bahwa pembatasan makanan berpengaruh negatif terhadap produksi nyanyian pada saat burung dewasa (Nowicki et al., 2002).
2.7
Mekanisme Kontrol Saraf pada Burung Bernyanyi Menurut White (2001), sistem saraf sangat penting dalam mekanisme
koordinasi pada setiap komponen yang terlibat dalam produksi nyanyian, dengan mengintegrasikan hasil sensoris pada saraf pusat yang kemudian diteruskan pada koordinasi organ vokal terutama organ siring. Area auditori dan nuklei-nuklei yang termasuk AFP (Anterior Foxelorain Pathway)
bertanggung jawab saat
proses belajar yang meliputi tahap sensori dan sensorimotoris, sedangkan HVc (High Vocal centre) dan RA (Robust Archistriatum) lebih bertanggung jawab pada saat memproduksi nyanyian yang sudah stabil setelah melewati periode kritis (Brainard & Doupe, 2002).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Gambar 2.6 Jalur sinyal pada otak burung yang terlibat pada saat mekanisme produksi suara (Reiner et al., 2004). Keterangan: : jalur produksi suara (HVc -> RA -> DM -> nXllts) motoris
jalur
: rangkaian unit silabel dalam sebuah nyanyian Uva -> Nlf -> HVc : mekanisme koordinasi pada sistem respirasi : jalur anterior otak : perkembangan nyanyian
proses belajar
: jalur auditori
Jalur motoris (jalur berwarna biru pada Gambar 2.6) merupakan jalur yang berperan dalam mengontrol organ vokal yaitu siring meliputi HVc (High Vocal centre), RA (Robust Archistriatum), DM (Medial Dorsolateral), dan dilanjutkan ke nXIIts (hypoglossal). Akson dari neoron motor pada xxxviienergi nXIIts akan diproyeksikan ke tracheosyringeal dari saraf kranial. Lesi pada jalur ini akan mempengaruhi nyanyian baik pada burung jantan muda ataupun dewasa. Inti subthalamic (Uva) menerima proyeksi dari berbagai area dan kemudian mengirimkan akson ke nuklei otak depan yaitu Nif (interfacialis nucleus) dan HVc. Sirkuit Uva -> Nif -> HVc (jalur warna hijau), berperan penting dalam menentukan rangkaian dari unit silabel dalam sebuah nyanyian. Mekanisme koordinasi pada sistem respirasi (jalur warna ungu) berlangsung ketika Ram dan Pam menerima input dari DM dan RA, kemudian diproyeksikan ke neuron inspirasi dan ekspirasi di otak belakang. Ram juga memproyeksikan sampai ke
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
neuron motor syringeal di nXIIts, dan proyeksi ini berulang dari medula ventrolateral dan berhenti di DM dan Uva. Jalur anterior (AFP (Anterior Foxelorain
Pathway);
ditunjukkan
dengan
warna
merah
dan
orange)
menghubungkan HVc dengan RA melalui area X, DLM (Medial nucleus of the dorsolateral thalamus), dan MAN lateral, untuk memproyeksikan sinyal dari LMAN (Lateral magnocellular nucleus of the anterior neostriatum) ke area X. Paralel dengan jalur sebelumnya (DMP, merupakan perpanjangan medial dari area X dan MAN medial) yang ditunjukkan dengan warna orange, berperan dalam menghubungkan jalur produksi nyanyian melalui HVc. Area X terletak pada basal ganglia burung yang menerima input dopaminergic dari SNc (Substantia Nigra) dan AVT (Ventral Tegmental Area). Area auditori (ditunjukkan dengan warna abu-abu) meliputi xxxviiienergi CN (Cochlear Nucleus), SO (Superior Olive), LL (Lateral Lemnicus) yang memproyeksikan sinyal ke MLd kemudian dilanjutkan ke Ov. Nuklei L, merupakan target utama dari proyeksi sinyal Ov. Sinyal dari area L akan diproyeksikan ke area auditori lainnya seperti CMM dan NCM. NCM sangat penting karena terdiri dari banyak neuron untuk spesifikasi silabel, dan dengan cepat menyesuaikan dengan nyanyian baru (Reiner et al., 2004).
2.8
Sistem Hormonal dalam Efektivitas Produksi Vokal Pada otak burung bernyanyi, banyak neuron yang mengekspresikan
reseptor androgen (AR) dan reseptor estrogen (ER) terutama pada nuklei yang terlibat dalam regulasi jalur respirasi-syringeal (Schlinger et al., 2001). Dengan adanya kombinasi aksi dari androgen dan estrogen melalui aktivitas aromatase di
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
otak dan di proyeksikan ke nukleus motoris tracheosyringeal (nXIIts) yang menginervasi otot syringeal, maka burung bernyanyi dapat mengemisikan suara (Lohmann & Gahr, 2000). Produksi nyanyian dikontrol oleh hormon steroid terutama hormon testosteron dan estradiol yang mempengaruhi struktur nyanyian yang diemisikan (Rybak & Gahr, 2004). Perlakuan testosteron yang tinggi pada burung muda yang berada pada periode sensitif akan menyebabkan tercapainya crystalized song lebih awal (Deregnaucourt et al., 2009). Menurut Beecher & Burt (2004), kadar hormon testosteron paling tinggi terdapat pada saat memasuki musim kawin, terutama terkait dengan fungsi nyanyian untuk menarik pasangannya (mate attraction). Terdapat interaksi antara hormon seks, perkembangan otak, serta pembentukan dan aktivasi sistem pembelajaran vokal pada burung bernyanyi (Gambar 2.7a). Pada masa awal perkembangan, progam genetik yang melibatkan gen pada kromosom Z memulai pembentukan nuklei-nuklei vokal di serebral korteks. Testosteron yang masuk ke otak kemudian diaromatase menjadi estrogen, kemudian estrogen berikatan dengan reseptornya di HVc yang menginduksi pertumbuhan HVc dan menghubungkan nuklei-nuklei lainnya. Testosteron di otak juga dikonversi oleh 5α-reduktase menjadi androgen 5α-dihydrotestosteron yang kemudian berikatan dengan reseptornya di nuklei vokal pallial. Ikatan tersebut akan memodulasi proses pematangan koneksi nuklei dan menginisiasi proses motoris untuk produksi vokal (singing output). Pada spesies burung bernyanyi betina yang tidak mampu mengemisikan nyanyian kemungkinan disebabkan oleh
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
gen pada kromosom W yang menghambat pertumbuhan nuklei vokal di serebral (Marler dan Slabbekoorn, 2004). Ketika masa transisi menjelang dewasa, keberadaan hormon androgen yang tinggi membantu proses pematangan atau kristalisasi nyanyian sehingga siap digunakan untuk menarik pasangan kawin (courtship). Kristalisasi nyanyian diawali ketika terjadinya pelekatan androgen terhadap reseptornya di nuklei vokal pallial, kemudian akan mengaktivasi gen yang menstabilkan sinapsis antara nuklei vokal dan membantu survival dari neuron-neuron baru yang terhubung ke HVc (White et al., 1999). Androgen dapat menstimulasi terjadinya emisi nyanyian dan melibatkan mekanisme umpan balik positif. Semakin banyak jumlah androgen yang terikat dengan reseptornya di nuklei vokal, maka emisi nyanyian pun dapat semakin ditingkatkan (Gambar 2.7b).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Gambar 2.7 Interaksi antara (a) sex hormone, perkembangan otak, serta (b) pembentukan dan aktivasi sistem pembelajaran vokal (Marler dan Slabbekoorn, 2004). Menurut penelitian Fitri (2001), emisi suara burung kenari dipengaruhi pula oleh kadar hormon testosteron yang berkorelasi positif dengan ketersediaan pakan. Adapun menurut Rasika et al. (1994), dalam penelitiannya melakukan rekayasa secara fisiologis dengan menambahkan dosis testosteron untuk mendorong burung betina untuk menghasilkan nyanyian yang kompleks dan lebih stabil. Tingginya kadar hormon testosteron sangat diperlukan dalam vokalisasi burung terutama saat mengemisikan karakteristik nyanyian dengan laju repetisi silabel yang tinggi dan berdurasi panjang (frase nyanyian sexy syllable) (Vallet & Kreutzer, 1995).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
2.9
Analisis Suara Burung Analisis suara burung dapat dilakukan melalui metode ilmiah seperti
tampilan spectrogram. Spectrogram ialah metode untuk mengenali suara komplek menjadi
komponen-komponen
sederhana
berdasarkan
frekuensi
melalui
transformasi algoritme fourier dan dapat ditampilkan dalam bentuk oscilloscope (Fitri, 1993). Hal ini memungkinkan ditampilkannya Gambar sinyal akustik sebagai media pembantu yang memudahkan pemahaman dan perhitungan struktur suara burung yang berkaitan erat dengan jenis, perilaku dan situasi yang diamati (Catchpole & Slater, 1995). Melalui tampilan spectogram, karakteristik suara yang diemisikan dapat dianalisis dan dihitung berdasarkan bentuk dan parameter suara seperti frekuensi suara, elelmen suara atau silabel dan durasi suara (Fitri, 2002). Hal ini akan sangat berguna pada saat pemberian penilaian secara objektif pada kontes burung bernyanyi. Menurut Fitri (2002), xliistatistikmxlii beberapa macam suara burung dapat dikenal melalui: 1. Elemen yang merupakan unit (satuan) suara terkecil sedangkan elemen dapat terdiri dari: a. Suara sederhana, dalam spectrogram muncul sebagai alur (trace) suara dengan frekuensi rendah tidak termodulasi (bergelombang). b. Suara saluran (whistle), muncul sebagai alur suara yang dapat dimulai pada frekuensi tinggi dan berakhir pada frekuensi rendah (suara termodulasi secara sederhana) atau sebaliknya.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
c. Suara vibrato rendah, alur suara pada sonogram muncul dengan modulasi rendah dan suara vibrato cepat jika alur suara muncul dengan modulasi rapat dan cepat. d. Suara helaan/ hentakkan (click), jika alur suara pada sonogram dengan kisaran frekuensi tinggi tidak termodulasi. e. Suara kompleks, jika modulasi suara frekuensi suara membentuk susunan kompleks yaitu ketika alur suara pada sonogram termodulasi cepat dengan kisaran frekuensi yang cukup tinggi. f. Harmonics, merupakan pengulangan alur suara pertama pada frekuensi fundamental sehingga dapat mencapai kisaran frekuensi yang cukup tinggi. 2. Kumpulan elemen (note) yang membentuk silabel, merupakan gabungan dari beberapa elemen yang membentuk satu kesatuan suara. Pada spectrogram, silabel tiap elemen akan muncul sebagai alur yang terpisah satu sama lain. 3. Kumpulan silabel yang membentuk phrase, merupakan pengulangan dari beberapa silabel yang sama dan memiliki durasi tertentu. Phrase sudah dapat dinyatakan sebagai satu tipe nyanyian. 4. Kumpulan phrase akan membentuk repertoire, oleh karena itu repertoire dari suaru jenis burung dapat terdiri dari sejumlah tipe suara/ nyanyian. 5. Kisaran frekuensi (frequency range), merupakan kisaran frekuensi dari batas awal hingga batas akhir suatu elemen, silabel atau phrase. 6. Tempo, merupakan pengulangan beberapa silabel yang sama per detik.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
7. Durasi suara/ nyanyian (song duration) yang dapat dibagi menjadi dua : (a) durasi dari suatu repertoire, (b) durasi dari seluruh repertoire.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada bulan Februari-Mei
2011. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Wisma Raudhoh Jl. Kosambi 12 Cibiru Bandung .
3.2
Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan alat berupa sangkar soliter, tempat pakan,
timbangan digital, dan alat perekam. Adapun bahan yang digunakan adalah hewan perlakuan (Serinus canaria Linn.), pakan dan air. 3.2.1
Sangkar Burung kenari dipelihara dalam sangkar soliter (satu sangkar hanya berisi
satu ekor burung) berbentuk segi empat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 45 cm yang cukup memberikan ruang gerak bagi tiap individu burung. Pada bagian alas sangkar pemeliharaan dilengkapi dengan jeruji kayu (yang sama dengan jeruji dinding sangkar) yang bertujuan agar burung tidak menginjak fesesnya yang tertampung pada lempeng triplek di bawah jeruji alas. Sangkar pemeliharaan yang digunakan dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minuman dan tempat bertengger yang mudah dijangkau oleh burung. Tenggeran terbuat dari cabang kayu dengan diameter 1,2-1,5 cm atau yang sekiranya memungkinkan kuku jari depan dan kuku jari belakang burung dapat
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
mencengkram tenggeran tersebut. Tenggeran ditempatkan pada posisi yang kokoh diantara penyangga jeruji kayu supaya burung merasa nyaman pada saat bertengger diatasnya. Pada bagian atas sangkar di buat gantungan yang terbuat dari besi, hal ini dilakukan agar pada saat sangkar digantungkan dapat menahan beban dengan kuat (Gambar 3.1).
No. kode perlakuan
Tenggeran
Tempat pakan
Gambar 3.1 Sangkar burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan tambahan. 3.2.2
Perlengkapan Perekaman Suara Alat yang digunakan untuk pencuplikan suara adalah perlengkapan
perekaman suara meliputi: HP (Hand Phone) LG GW305 / MP4 TELEBIT yang dilengkapi dengan built-in microphone.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
3.2.3
Timbangan Digital Timbangan digital A.C.I.S seri 24.53.TWH dengan ketelitian 0,01
digunakan untuk mengukur berat badan burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan, jumlah pakan yang diberikan dan sisa pakan yang dikonsumsi. 3.2.4
Hewan Penelitian Pada penelitian ini hewan yang digunakan adalah burung kenari jantan
muda yang terdiri dari enam ekor burung kenari jantan muda berumur 10 minggu dan dua ekor kenari jantan dewasa yang dijadikan sebagai tutor. Burung kenari ini diperoleh dari peternak burung kenari yang beralamat di Jl. Raya Lembang I dan Jl. Gerlong Girang no 44. Burung kenari yang diberi perlakuan merupakan burung jantan muda yang hanya memiliki kategori suara sederhana (call) serta mulai memasuki periode xlviistatistik. Burung tutor adalah burung kenari jantan dewasa berumur tiga tahun, sedang memasuki masa kawin dan sudah melewati masa pergantian bulu serta telah memiliki nyanyian khas spesies-spesifik yang matang (crystalized song). Secara keseluruhan kondisi kesehatan semua burung kenari tersebut berada pada kondisi yang baik. 3.2.5
Pakan Pakan yang diberikan pada burung kenari dengan perlakuan pakan normal
adalah berupa biji-bijian dan air matang dingin untuk minum yang diberikan secara ad libitum. Pakan jenis biji-bijian yang diberikan berupa campuran milet putih, milet merah, biji kenari, niger, dan biji sawi yang tersedia dalam bentuk kemasan salah satunya adalah pakan merk gold coin.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Pada penelitian ini pakan yang diberikan untuk burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan pakan normal adalah berupa biji-bijian dalam bentuk kemasan dengan merk gold coin (kualitas dan kuantitas energi tercantum dalam lampiran 2), sayuran dan air matang dingin. Pakan biji-bijian diberikan sebanyak lima gram per individu setiap hari, sedangkan untuk sayuran yaitu sosin, gambas dan sawi putih diberikan secara bergantian setiap tiga hari sekali. Pakan yang diberikan pada kenari dengan perlakuan pakan tambahan adalah berupa biji-bijian (gold coin), sayuran hijau (sawi putih, sosin, oyong) dan buah-buahan (apel, pir, wortel) ditambah dengan satu ekor jangkrik atau kroto segar per tiga hari dan telur puyuh matang setiap seminggu sekali selama empat bulan perlakuan yang disesuaikan dengan menu harian (Tabel 3.1). Selain itu ditambahkan asinan tulang rawan sotong kering sebagai pelengkap yang banyak mengandung sumber kalsium. Sotong kering digantungkan pada dinding sangkar dengan menggunakan kawat kecil. Tabel 3.1. Menu harian untuk burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan.
Senin gold coin (5 g) asinan sotong daun sawi hijau (15 g) apel merah (13 g) 1 cangkir air minum Rabu gold coin (5 g) asinan sotong wortel (15 g) apel merah (13 g) jangkrik (1,3 g) cangkir air minum
Selasa gold coin (5 g) asinan sotong oyong/Gambas (15 g) buah pir (13 g) 1 cangkir air minum Kamis gold coin (5 g) asinan sotong daun sawi hijau (15 g) buah pir (13 g) 1 cangkir air minum
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Jumat gold coin (5 g) asinan sotong oyong/Gambas (15 g) apel merah (13 g) 1 cangkir air minum
3.3
Sabtu gold coin (5 g) asinan sotong wortel (15 g) buah pir (13 g) jangkrik (1,3 g) 1 cangkir air minum
Minggu gold coin (5 g) asinan sotong daun sawi hijau (15 g) buah pir (13 g) telur puyuh (4 g) 1 cangkir air minum
Rancangan Percobaan Penelitian ini membagi dua kelompok burung kenari dalam dua perlakuan
pakan berbeda yaitu normal (xlixenergie) dan tambahan. Masing-masing perlakuan diwakili oleh tiga ekor burung kenari jantan muda. Perlakuan pendedahan suara dilakukan secara live tutoring selama 16 minggu, yaitu selama periode sensitif pada proses tahap pembelajaran atau sampai burung kenari jantan muda mencapai usia minimal dewasa 26 minggu. Pembagian kelompok perlakuan secara sederhana dapat digambarkan seperti gambar 3.2 di bawah ini:
Live tutoring
Normal
Pakan tambahan
Kenari jantan muda
Kenari jantan muda
1, 2, 3
4, 5, 6
Gambar 3.2 Desain penelitian
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
3.4
Prosedur Kerja
3.4.1
Pemeliharaan Sangkar pemeliharaan dibersihkan setiap hari pada pukul 07.00 WIB
bersamaan dengan pemberian pakan. Hal ini dilakukan agar sangkar tetap bersih dan burung dapat terhindar dari berbagai penyakit. Sangkar burung dibersihkan dengan cara membuang semua kotoran dan sisa-sisa makanan burung yang menempel pada alas, tenggeran dan dinding jeruji yang kemudian dibasuh menggunakan air bersih. Selain itu tempat pakan dan air juga dibersihkan untuk menjaga burung dari adanya kontaminasi jamur atau bakteri pada pakan ataupun air minum dan selanjutnya dilakukan pergantian pakan. Burung kenari jantan muda dimandikan pada pagi hari bersamaan saat sangkar dibersihkan. Alat yang digunakan untuk memandikan burung kenari ialah semprotan yang berisi air bersih dan sangkar khusus untuk memandikan burung. Memandikan burung diperlukan guna menjaga kesehatan burung sehingga terhindar dari segala jenis penyakit. Proses penjemuran dilakukan pada pagi hari, tepatnya pukul 08.00 – 11.00 WIB setelah sebelumnya burung kenari dimandikan dan sangkar dibersihkan terlebih dahulu (Gambar 3.3). Pada saat proses penjemuran posisi burung kenari tutor dan burung kenari muda yang diberi perlakuan sebaiknya diberi jarak yang cukup jauh supaya burung kenari muda tidak mengalami stres. Selain penjemuran yang dilakukan pada pagi hari, pada sore harinya burung kenari baik tutor maupun burung kenari muda di angin-anginkan diluar ruangan mulai dari pukul 15.00 –
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
17.30 WIB. Hal ini dilakukan supaya burung mendapatkan udara luar yang segar setelah melalui proses pembelajaran diruangan tertutup.
Gambar 3.3 Proses penjemuran burung kenari 3.4.2
Pendedahan Suara dengan Dua Perlakuan Suplai Makanan
3.4.2.1 Pendedahan Suara Pendedahan suara yang dilakukan pada sekelompok burung kenari jantan muda ini ialah pendedahan secara live tutoring yaitu metode pembelajaran pada burung jantan muda dengan menghadirkan burung tutor aslinya dan melibatkan interaksi sosial. Kelompok burung dengan perlakuan live tutoring ditempatkan secara melingkar dengan burung tutor ditempatkan ditengahnya (masing-masing berjarak 50cm) dengan posisi sangkar sedikit lebih tinggi agar interaksi sosial dapat berlangsung baik dan burung perlakuan tidak mengalami stress (Gambar 3.4). Perlakuan pendedahan suara dilakukan pada pukul 10.00-14.00 secara live tutoring selama 16 minggu, yaitu selama periode sensitif pada proses tahap pembelajaran atau sampai burung kenari jantan muda mencapai usia dewasa 26 minggu.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
LT ++
= 50cm = 50cm
LT +
LT ++
LT +
LT ++
LT +
(a)
(b)
Gambar 3.4 Posisi sangkar burung dengan pendedahan secara Live tutoring (a) dalam ruangan, (b) desain ukuran. Keterangan: LT+ : Pakan normal LT++ : Pakan tambahan
3.4.2.2 Perlakuan Suplai Pakan Burung kenari jantan muda dibagi menjadi dua kelompok perlakuan suplai pakan yaitu pakan yang diberikan secara normal (ad libitum) dan pakannormal yang ditambah pakan penunjang (tambahan). Pemberian pakan dilakukan pada setiap pagi hari pukul 07.00 WIB. 1.
Suplai Makanan Normal Suplai pakan normal ini merupakan pemberian pakan yang hanya terdiri
dari biji-bijian sebagai makan pokok dari burung kenari, sayuran (sosin, sawi putih, oyong) dan air matang dingin. Jenis biji-bijian yang biasa diberikan berupa campuran milet putih, milet merah, biji kenari, niger, dan biji sawi yang tersedia dalam bentuk kemasan jadi atau yang dikenal di pasaran salah satunya adalah pakan gold coin.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
2.
Suplai Pakan Tambahan Berbeda dengan pakan normal, khusus pakan tambahan jenis pakan yang
diberikan bukan hanya biji-bijian (gold coin) dan air matang dingin tetapi juga ditunjang dengan pakan lainnya seperti buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan yang diberikan ialah wortel, apel merah dan pir, sedangkan sayurannya ialah sawi putih, sosin dan oyong/ gambus. Selain itu, diberikan asinan sotong, kroto segar/ jangkrik dan juga telur puyuh yang diberikan sesuai dengan menu yang sudah dibuat terlebih dahulu.
3.4.3
Pengukuran Berat Badan dan Berat Pakan Pengukuran berat badan masing-masing individu burung kenari jantan
muda dilakukan setiap tiga hari menggunakan timbangan digital ACIS seri 24.53TWH dengan ketelitian 0,01. Selain itu, dilakukan pengukuran berat pakan yang diberikan dan sisa pakan yang tidak dikonsumsi dilakukan setiap hari sebelum hewan perlakuan dimandikan dan dijemur. Jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah sisa pakan merupakan total pakan yang dikonsumsi oleh hewan perlakuan, kemudian dikonversi menjadi nilai kalori dengan membandingkan nilai kalori per 100 gram setiap pakan yang telah diketahui (Lampiran 2).
3.4.4
Pencuplikan Suara Pencuplikan suara burung kenari dilakukan satu bulan sekali pada minggu
pertama selama 4 bulan perlakuan. Pencuplikan ini dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-10.00 atau pada sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Perekaman suara burung
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
kenari dilakukan dengan cara memasang HP (Hand Phone) LG GW305 / MP4 TELEBIT
di atas sangkar untuk setiap individu burung dengan built-in
microphone yang mengarah ke dalam sangkar untuk mendapatkan sampel nyanyian dari setiap individu perlakuan. Perekaman dilakukan diruangan tertutup atau di tempat yang jauh dari keramaian agar hasil rekaman yang diperoleh cukup baik. Perekaman dilakukan hingga diperoleh minimal 50 sampel nyanyian pada setiap pencuplikan dari masing-masing individu burung kenari jantan muda untuk semua perlakuan. Total sampel nyanyian setiap individu burung kenari jantan muda selama 4 bulan perlakuan adalah 200 sampel nyanyian. Hasil pencuplikan nyanyian burung kemudian dianalisis menggunakan program yaitu Avisoft Sonograph Pro (Spect, 1996).
3.4.5
Analisis Suara Hasil pencuplikan suara selanjutnya dianalisis menggunakan program
Avisoft-Sonograph Pro (Specht, 1996). Analisis suara dilakukan pada sejumlah 50 cuplikan suara dari setiap individu kenari jantan muda yang diberi perlakuan. Cuplikan suara dari rekaman dikonversi ke dalam bentuk digital (digital audio) pada format WAVE. Hasil dari analisa tersebut berupa oscilogram (Gambar 3.5) dan spectogram (Gambar 3.6) yang menunjukkan syllable, ketukan dan plot (alur) frekuensi suara dalam kiloHertz (kHz) versus waktu (detik).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Menu
Durasi Tampilan
oscillogram nyanyian burung kenari
Gambar 3.5 Contoh tampilan oscillogram salah satu tipe nyanyian burung kenari.
Tipe silabel 1
2
Pengaturan Sonogram
3
4
5
Tampilan Sonogran nyanyian burung kenari
Gambar 3.6 Contoh tampilan sonogram tipe nyanyian burung kenari yang terdiri dari lima tipe silabel yang berbeda.
Hasil dari analisis tersebut berupa oscilogram dan spectogram yang menunjukkan syllable, ketukan dan plot (alur) frekuensi suara dalam kiloHertz (kHz) versus waktu (detik). Parameter suara yang diukur pada sonagram antara lain : 1)
Durasi suara atau nyanyian (song duration) dalam detik, yakni waktu tempuh suara pada saat individu burung mengemisikan satu kali nyanyian secara lengkap.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
2)
Song repertoire, yakni banyaknya tipe nyanyian yang dilihat berdasarkan komposisi tipe silabel (syllable) dalam 50 cuplikan nyanyian dari setiap individu burung.
3)
Jumlah tipe silabel yang berbeda dalam satu nyanyian.
4)
Syllable repertoire, yakni total tipe silabel yang berbeda dalam 50 cuplikan nyanyian dari setiap individu burung.
5)
Repertoire size, yakni jumlah seluruh silabel yang ditemukan dalam satu tipe nyanyian‟.
3.5
Analisis Statistik Hasil analisis suara diuji secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan diantara kedua perlakuan yang diberikan maka digunakan uji T-test. Selain itu, digunakan uji korelasi Pearson (korelasi antara dua faktor) untuk melihat ada tidaknya korelasi antara berat badan dengan konsumsi pakan pada burung kenari jantan muda.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Hasil Analisis Suara Cuplikan nyanyian burung kenari jantan muda seluruhnya dianalisis
menggunakan program komputer Avisoft Sonograph Pro (Specht, 1996). Jumlah cuplikan nyanyian yang dianalisis adalah 200 cuplikan per satu individu burung atau total keseluruhan 1200 cuplikan. Seluruh nyanyian dianalisis dalam bentuk tampilan sonogram dan oscillogram dengan beberapa parameter, yaitu: (1) song duration, (2) repertoire size, (3) jumlah tipe silabel (syllable) dalam satu nyanyian (song), (4) song repertoire, dan (5) syllable repertoire. 4.1.1.1 Durasi Nyanyian Durasi nyanyian (song duration) dalam detik, adalah waktu tempuh suara pada saat individu burung mengemisikan satu kali nyanyian secara lengkap (Julita, 2006). Panjang pendeknya durasi nyanyian pada setiap individu burung bernyanyi merupakan salah satu parameter untuk menilai kualitas suara burung bernyanyi dengan melihat karakteristik suaranya. Semakin panjang durasi nyanyian setiap individu burung bernyanyi maka semakin tinggi nilai kualitasnya. Adapun rerata durasi nyanyian burung kenari jantan muda pada setiap bulan ditunjukkan pada tabel 4.1.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Tabel 4.1 Rerata Jumlah Durasi (Mean ± SE) Durasi (detik) bulan ke 1 bulan ke 2 bulan ke 3 0.30 ± 0.24 1.61 ± 0.13 9.71 ± 0.49 0.42 ± 0.007 4.19 ± 0.50 4.87 ± 0.52
Perlakuan Pakan Normal Tambahan
bulan ke 4 7.95 ± 0.34 11.06 ± 0.48
Berdasarkan hasil uji statiktik terhadap durasi nyanyian secara umum menunjukkan bahwa burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan memilki nilai yang lebih tinggi secara nyata (P<0.05) dibandingkan dengan perlakuan pakan normal, kecuali pada bulan ke-3 yang tidak berbeda nyata (P>0.05) (Gambar 4.1). Pada bulan ke-3 nilai rerata burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan (4.87 ± 0.52detik) lebih rendah dibandingkan kelompok dengan perlakuan pakan normal (9.71 ± 0.49 detik). 12
b a
Durasi (detik)
10
a
8 6
a
b
Normal
4
Extra food
a
2
a
b
0 1
2
3
4
Bulan ke-
Gambar 4.1 Rerata jumlah durasi nyanyian. Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter dan bulan yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (T-test, P<0,05).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Meskipun pada bulan ke-3 nilai rerata durasi nyanyian burung dengan perlakuan pakan tambahan lebih rendah, hal tersebut dianggap wajar karena pada bulan ke-3 masih termasuk tahap produksi plastic song sehingga cenderung belum stabil. Jika dilihat dari nilai rerata durasi pada bulan ke-4 yang merupakan fase nyanyian crystalize song diketahui bahwa nilai rerata durasi nyanyian pada burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan lebih tinggi secara nyata (P<0.05) dibandingkan perlakuan pakan normal yang justru mengalami penurunan nilai rerata durasi yang menunjukkan perkembangan yang kurang baik. Dengan demikian, ditinjau dari parameter durasi kelompok burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pakan normal . 4.1.1.2 Repertoire Size Repertoire size adalah jumlah seluruh silabel yang terdapat dalam satu nyanyian, yang menunjukkan kemampuan burung dalam mengemisikan satu atau berbagai macam tipe silabel dalam jumlah yang banyak. Kualitas burung bernyanyi juga dapat dilihar berdasarkan pada tingginya rerata repertoire size. Nilai rerata repertoire size burung kenari jantan muda semua perlakuan pada setiap bulan terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rerata Repertoire Size (Mean ± SE) Repertoire size
Perlakuan pakan Normal Tambahan
bulan ke 1 1.77 ± 0.13 1.49 ± 0.20
bulan ke 2 16.78 ± 1.64 72.53 ± 5.79
bulan ke 3 52.24 ± 1.13 81.92 ± 6.34
bulan ke 4 51.15 ± 1.17 133.99 ± 5.09
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter repertoire size menunjukkan bahwa tiga dari empat bulan masa perlakuan, burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan memilki nilai rerata repertoire size yang lebih tinggi dibandingkan dengan burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan pakan normal (Gambar 4.2). Pada bulan ke-4 yang merupakan tahap crystalize song menunjukkan rerata repertoire size burung dengan perlakuan pakan tambahan (133.99 ± 5.09) lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan perlakuan pakan normal (51.15 ± 1.17). Ditinjau dari data diatas, maka kelompok burung kenari yang mempunyai kualitas lebih baik berdasarkan repertoire size adalah kelompok burung kenari dengan perlakuan pakan tambahan.
160
b
140 Repertoire size
120 100
b
b
80
Normal
a
a
60
Extra food
40 20
a a
b
0 1
2
3
4
Bulan ke-
Gambar 4.2 Rerata repertoire size. Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter dan bulan yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (T-test, P<0,05).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
4.1.1.3 Jumlah Tipe Silabel dalam Satu Nyanyian Menurut Catchpole & Slater (1995), suara yang diemisikan pada burung bernyanyi merupakan gabungan dari banyak elemen sederhana atau elemen kompleks yang kemudian akan membentuk silabel. Kumpulan silabel yang sama akan membentuk phrase dan kumpulan phrase akan membentuk satu tipe nyanyian (Fitri, 2002). Jumlah tipe silabel dapat dijadikan sebagai parameter kualitas pada burung bernyanyi karena mampu menunjukkan kompleksitas pada setiap nyanyian yang diemisikan. Semakin banyak tipe silabel dalam satu nyanyian maka semakin tinggi kualitas emisi nyanyian pada burung tersebut. Nilai rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian burung kenari jantan muda terdapat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Jumlah Tipe Silabel dalam Satu Nyanyian (Mean ± SE) Perlakuan pakan Normal Tambahan
Jumlah tipe silabel per nyanyian bulan ke 1 bulan ke 2 1.01 ± 0.009 1.51 ± 0.06 1.00 ± 0 2.99 ± 0.26
bulan ke 3 3.33 ± 0.07 3.31 ± 0.27
bulan ke 4 4.48 ± 1.21 7.95 ± 0.26
Dari hasil uji statistik ,rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian pada bulan ke-1 (1.00 ± 0) dan bulan ke-3 (3.31 ± 0.27) burung dengan perlakuan pakan tambahan memilki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan burung perlakuan pakan normal (Gambar 4.3). Namun, pada bulan ke-2 perlakuan yang secara umum masih dalam tahap perkembangan nyanyian sub song, nilai rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian yang dimiliki burung dengan perlakuan pakan tambahan (2.99 ± 0.26) lebih tinggi secara nyata (P<0.05) dibandingkan dengan perlakuan pakan normal (1.51 ± 0.06). Hal tersebut menunjukkan bahwa
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
berdasarkan tahap perkembangan nyanyian (song development) burung dengan perlakuan pakan tambahan memasuki tahap plastic song lebih cepat. Pada bulan ke-4 merupakan hasil akhir dari penelitian ini, diketahui nilai rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian paling tinggi diperoleh burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan (7.95 ± 0.26). Dengan demikian, berdasarkan parameter jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian maka kelompok burung kenari yang memilki kualitas yang baik adalah kelompok burung kenari dengan
Jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian
perlakuan pakan tambahan.
9
b
8 7 6
a
5 4
b
3
Normal
b
Extra food
a
2 1
a
a
b
0 1
2
3
4
Bulan ke-
Gambar 4.3 Rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian. Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter dan bulan yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (T-test, P<0,05). 4.1.1.4 Song Repertoire Song repertoire adalah banyaknya tipe nyanyian yang dilihat berdasarkan komposisi tipe silabel (syllable) dalam 50 cuplikan nyanyian dari setiap individu burung. Tipe nyanyian dikatakan berbeda didasarkan pada variasi jumlah dan komposisi tipe silabel yang menyusunnya. Tingginya nilai song repertoire dapat
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
dijadikan sebagai parameter untuk penilaian kualitas burung bernyanyi, karena semakin tinggi nilai song repertoire menunjukkan semakin bervariasi nyanyian pada setiap individu burung kenari. Nilai rerata „song repertoire‟ burung kenari jantan muda dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Rerata Song Repertoire (Mean ± SE) Song repertoire
Perlakuan pakan Normal Tambahan
bulan ke 1 6.67 ± 0.67 2.33 ± 0.33
bulan ke 2 25.67 ± 2.67 17.00 ± 15.00
bulan ke 3 43.33 ± 4.05 22.00 ± 14.00
bulan ke 4 49.00 ± 0.58 50.00 ± 0
Berdasarkan analisis 50 cuplikan nyanyian dalam setiap bulan per individu burung kenari jantan muda diketahui bahwa hanya pada bulan ke-2 nilai rerata song repertoire untuk perlakuan pakan tambahan dan pakan normal dinyatakan berbeda nyata (P<0.05). Namun, pada bulan terakhir perlakuan burung dengan perlakuan pakan tambahan (50) memiliki nilai song repertoire yang lebih tinggi dibandingkan dengan burung dengan perlakuan pakan normal (49) (Gambar 4.4). Oleh karena itu, berdasarkan parameter song repertoire maka burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan pakan tambahan memilki karakteristik nyanyian yang lebih berkualitas dibandingkan dengan perlakuan pakan normal.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
60
Song repertoire
a
a
50
a
40 30
a b
20 10
Normal
a
a
Extra food
a
0 1
2
3
4
Bulan ke-
Gambar 4.4 Rerata song repertoire. Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter dan bulan yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (T-test, P<0,05). 4.1.1.5 Syllable Repertoire Syllable repertoire yakni total tipe silabel yang berbeda dalam 50 cuplikan nyanyian dari setiap individu burung. Nilai Syllable repertoire menjadi komponen penting dalam penilaian kualitas burung bernyanyi. Semakin tinggi nilai Syllable repertoire menunjukkan semakin kompleks tipe nyanyian yang diemisikan. Nilai rerata „syllable repertoire‟ burung kenari jantan muda terdapat pada Tabel IV.5. Tabel 4.5 Rerata Syllable repertoire (Mean± SE) Syllable repertoire
Perlakuan pakan Normal Tambahan
bulan ke 1 6.67 ± 1.20 2.33 ± 0.33
bulan ke 2 13.67 ± 0.33 7.00 ± 4.51
bulan ke 3 bulan ke 4 12.33 ± 2.40 14.67 ± 1.20 11.00 ± 5.00 23.33 ± 0.33
Berdasarkan hasil analisis, pada bulan ke-1 dan ke-2 nilai rerata syllable repertoire pada burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan normal lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan tambahan. Namun, pada bulan ke-3 terjadi penurunan nilai rerata syllable repertoire menjadi 12.33 ± 2.40. Adanya
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
penurunan nilai pada salah satu parameter penilaian burung bernyanyi menunjukkan kualitas nyanyian yang kurang baik. Berbeda dengan burung yang diberi perlakuan pakan normal, burung dengan perlakuan pakan tambahan justru menunjukkan peningkatan nilai rerata song repertoire yang semakin meningkat setiap bulannya sekalipun secaralxvstatistik dinyatakan tidak berbeda nyata (P>0.05) (Gambar 4.5). Dengan demikian, berdasarkan parameter syllable repertoire kelompok burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan memiki kualitas nyanyian paling baik. a
25
Syllable repertoire
20 15
a
a
a
a
Normal
10
b
a 5
Extra food
a
0 1
2
3
4
Bulan ke-
Gambar 4.5 Rerata Syllable repertoire. Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter dan bulan yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (T-test, P<0,05).
4.1.2
Rerata Nilai Kalori Pakan yang Dikonsumsi
Tabel 4.6 Rerata nilai kalori pakan yang dikonsumsi burung kenari jantan muda (Mean ± SE)
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Perlakuan pakan Normal Tambahan
Nilai Kalori (kal) Bulan ke-2 Bulan ke-3 106.51 – 2.46 110.38 – 4.49 282.71 – 15.47 280.35 – 11.12
Bulan ke-1 104.60– 2.46 297.60 – 6.07
Bulan ke-4 115.74 – 16.77 336.83 – 8.79
Dua perlakuan pakan yang berbeda yaitu normal dan tambahan, menunjukkan nilai rerata kalori pakan yang berbeda untuk setiap perlakuan. Nilai jumlah kalori total merupakan hasil konversi dari jumlah pakan total yang dikonsumsi per bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai rerata kalori untuk setiap perlakuan menunjukkan bahwa hanya pada bulan ke-3 burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan dan perlakuan pakan normal dinyatakan berbeda nyata (P<0.05) (Gambar 4.6). Namun, dilihat dari nilai rerata kalori pakan pada dua perlakuan tersebut, perlakuan pakan tambahan menunjukkan nilai rerata konsumsi kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan normal. Adanya variasi dan jumlah pakan tambahan dapat meningkatkan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh yang salah satunya bermanfaat sebagai sumber energi. Energi yang berasal dari komponen lemak, karbohidrat, dan protein selain dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi telur, metabolisme penting dalam tubuh, dan pengaturan suhu tubuh (Lesson & Summers 2001 dalam Fitri, 2002), juga sangat diperlukan untuk memproduksi suara nyanyian yang kompleks dan bervariasi (Catchpole & Slater, 2008).
400
Nilai kalori (kal)
350
a a
300
a
b
250 200
Normal
150 100 50
a
a
a
a
Extra Food
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Gambar 4.6 Rerata nilai konsumsi kalori pada burung kenari jantan muda. Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (T-test, P<0,05).
Berdasarkan nilai rerata kalori pakan per bulan pada setiap perlakuan maka dapat diketahui bahwa pada bulan ke-4 perlakuan pakan tambahan menunjukkan nilai rerata kalori pakan paling tinggi yaitu 336.8-8.79 kal. Hal ini disebabkan karena pada bulan ke-4 merupakan bulan dimana burung kenari jantan muda mulai memasuki tahap crystalize song yang membutuhkan lxviienergi lebih banyak dibandingkan
bulan-bulan
sebelumnya.
Crystalized
song
merupakan
tahap
pembentukkan karakteristik nyanyian yang sudah stabil pada saat dewasa (Brainard & Doupe, 2002) dan terdiri dari bentuk nyanyian khas spesies spesifik yang telah matang (Goldstein et al., 2003).
4.1.3
Rerata Kenaikan Berat Badan
Tabel 4.7 Rerata berat badan burung kenari jantan muda (Mean ± SE) Perlakuan pakan Berat badan (gram) Normal 17.53 ± 0.35 Tambahan 18.68 ± 0.38 Berdasarkan uji korelasi Pearson dapat diketahui bahwa antara nilai kalori konsumsi pakan dengan kenaikan berat badan tidak berkorelasi secara signifikan
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang sangat rendah (R=0,2). Pada gambar 4.7 diketahui bahwa berat badan pada burung kenari jantan muda yang diberi perlakuan pakan normal (17.53 ± 0.35 gram) dengan perlakuan pakan tambahan (18.68 ± 0.38 gram) dinyatakan tidak berbeda nyata (P<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rerata kalori pakan yang tinggi tidak hanya berpengaruh terhadap berat badan, tetapi lebih dioptimalkan sebagai energi untuk memproduksi suara nyanyian yang kompleks dan bervariasi (Catchpole dan Slater, 2008). Selain itu, rendahnya nilai koefisien korelasi antara nilai kalori pakan dengan berat badan dikarenakan jenis pakan tambahan yang diberikan lebih mengutamakan jenis pakan yang mampu mempengaruhi perkembangan nyanyian
Berat badan (gram)
dibandingkan pertambahan berat badan. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
a
a
Normal
Extra food Perlakuan pakan
Gambar 4.7 Rerata berat badan pada burung kenari jantan muda. Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (T-test, P<0,05). 4.2
Pembahasan
4.2.1
Penilaian Kualitas Burung Kompleksitas Nyanyian
Kenari
Berdasarkan
Parameter
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Berdasarkan kelima parameter penilaian yang di analisis dapat diketahui bahwa kelompok burung kenari dengan perlakuan pakan tambahan memiliki rerata durasi nyanyian, rerata song repertoire, rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, rerata song repertoire dan rerata syllable repertoire yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan normal. Tingginya nilai pada kelima parameter tersebut menunjukkan bahwa burung dengan perlakuan pakan tambahan memilki variasi nyanyian yang lebih kompleks serta memenuhi syarat sebagai kategori burung kenari dengan emisi nyanyian yang berkualitas. Burung kenari jantan dinyatakan memiliki karakteristik nyanyian yang berkualitas jika memiliki durasi nyanyian yang panjang dengan laju repetisi silabel yang tinggi (Julita, 2006). Nyanyian berdurasi panjang dan laju repetisi silabel yang tinggi merupakan indikator kondisi fisik dan perilaku burung kenari jantan berkualitas menurut penilaian burung kenari betina (Vallet et al., 1998), karena memerlukan regulasi motoris dari vocal tract yang lebih kompleks (Fitri, 2002). Burung kenari jantan berkualitas mampu memproduksi nyanyian berdurasi panjang dengan laju repetisi yang tinggi karena memiliki kemampuan untuk melakukan mekanisme mini-breaths, yaitu proses inhalasi dalam waktu yang sangat singkat yang berlangsung antar silabel dalam satu phrase atau dalam satu nyanyian total dan mekanisme pulsatile expiration, yaitu menggetarkan udara ekspirasi secara cepat jika laju repetisi silabel sangat tinggi. Mekanisme minibreaths memerlukan energi yang tinggi untuk mengatur sistem pernafasan yang berkoordinasi cepat dan tepat diantara otot-otot respirasi, otot-otot diafragma, dan
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
kantung-kantung udara (Hartley dan Suthers 1989; Suthers, 1997). Oleh karena itu, tingginya nutrisi yang terdapat pada variasi pakan tambahan mampu memicu terbentuknya nyanyian berdurasi panjang yang terbukti berdasarkan hasil analisis terhadap parameter durasi nyanyian untuk perlakuan pakan normal (7.95 ± 0.34 detik) lebih rendah secara nyata (P<0.05) dibandingkan dengan burung yang diberi pakan tambahan (11.06 ± 0.48 detik). Nilai rerata parameter repertoire size yang tinggi berbanding lurus dengan kemampuan burung bernyanyi dalam mengemisikan sexy syllable. Sexy syllable ditunjukkan dengan laju repetisi silabel dengan modulasi frekuensi yang cepat dan tempo yang tinggi (> 15 silabel/ detik). Sexy syllable mampu memancing dan meningkatkan
perilaku
siap
untuk
dikopulasi
(membungkukkan
badan,
menggerak-gerakan kepala sambil mengangkat bagian ekor) yang disebut copulation solicitation display pada burung betina (Leitner & Cathpole, 2004). Berdasarkan hasil penelitian, nilai rerata repertoire size yang dimiliki burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan (133.99 ± 5.09) secara umum lebih tinggi secara nyata (P<0.05) dibandingkan dengan perlakuan pakan normal (51.15 ± 1.17). Hal ini mampu memberikan indikasi bahwa pakan tambahan mampu memicu terbentuknya
sexy syllable yang dapat dijadikan
sebagai indikator kualitas individu burung kenari jantan (Vallet, et. Al, 1998). Kompleksitas lagu sering diukur dengan ukuran repertoire size (seluruh jumlah silabel dalam satu nyanyian) dan tipe silabel yang berbeda dalam satu nyanyian (Grafen, 1990). Nilai rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian dinyatakan berbeda nyata (P<0.05) untuk kedua perlakuan yang diberikan. Burung
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
kenari jantan yang diberi perlakuan pakan tambahan (7.95 ± 0.26) memiliki ratarata yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan normal (4.48 ± 1.21). Jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian dapat dijadikan parameter yang baik dalam penilaian kualitas nyanyian burung. Kemampuan burung dalam memvariasikan tipe silabel sangat bergantung pada proses yang dialami oleh burung tersebut yang didukung oleh koordinasi kerja sistem saraf di otak (Uva>Nlf->HVc) (Brainard & Doupe, 2002). Semakin tinggi rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian maka semakin bervariasi nyanyian yang diemisikan. Song repertoire dan syllable repertoire merupakan dua komponen penting dalam penilaian kualitas burung bernyanyi, karena mampu menentukkan banyaknya variasi nyanyian dan menunjukkan kekayaan tipe suara yang dapat diemisikan (Fitri, 2002). Secara statistik parameter song repertoire dan syllable repertoire untuk kedua perlakuan pakan dinyatakan tidak berbeda nyata (P>0.05). Namun, nilai rerata song repertoire (50.00 ± 0) dan syllable repertoire (23.33 ± 0.33) burung dengan perlakuan pakan tambahan lebih besar dibandingkan dengan pakan normal (49.00 ± 0.58) dan (14.67 ± 1.20). Kemampuan burung dalam mengkomposisikan syllable repertoire turut menentukkan tingkat kesuksesan dalam menarik pasangannya (matting success) ketika musim kawin (Draganoiu et al., 2002). Individu burung betina akan lebih memilih burung jantan yang mampu mengemisikan nyanyian dengan tingkat kesulitan emisi suara yang tinggi dan lebih variatif. Hal ini didasari karena burung betina memilki kemampuan untuk membedakan kualitas nyanyian jantan secara spesifik, sekalipun pada parameter durasi hanya berbeda 0,1 detik atau berbeda jumlah silabel dalam satu nyanyian
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
(repertoire size) (Vallet et al., 1998). Dengan demikian, dari kelima parameter (durasi, repertoire size, jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, song repertoire san syllable repertoire) dapat diketahui bahwa kelompok burung kenari yang mampu mengemisikan nyanyian dengan kompleksitas yang tinggi adalah kelompok burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan.
4.2.2
Pakan Sebagai Pembentuk Karakteristik Nyanyian Burung Kenari Kualitas nyanyian yang dihasilkan oleh burung bernyanyi dipengaruhi
oleh faktor ketersediaan suplai makanan (Brumm et al, 2009; Spencer et al, 2003) dan pengaruh suplemen pakan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan mengingat ketika proses pembelajaran berlangsung (Fitri, 2001). Burung bernyanyi membutuhkan energi yang banyak untuk bisa memproduksi nyanyian karena diperlukan koordinasi yang baik antara sistem respirasi, organ vokal dan otot craniomandibular (Suther, 1997) serta sistem saraf dan hormonal (Fusani & Gahr, 2003). Mekanisme vokalisasi pada burung meliputi ekspirasi dan inspirasi yang diikuti dengan produksi suara memerlukan kontraksi aktif dari otot respirasi (King & McLelland, 1989). Vokalisasi pada burung bernyanyi dapat meningkatkan konsumsi oksigen 5 hingga 30 kali lipat di atas metabolisme standar (Horn et al., 1995). Oleh karena itu ketersediaan oksigen dan nutrisi yang cukup diperlukan untuk menghasilkan ATP saat proses respirasi sehingga dapat terjadi kontraksi otot untuk menggerakan udara melewati paru-paru (Powell, 2000 dalam Fitri, 2002). Peningkatan pakan akan menunjang sistesis protein khususnya di organel
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
sel otot seperti sarkoplasma, mitokondria, dan myofibril (Swain, 1992 dalam Fitri, 2002) dan produksi ATP diperlukan ketika kontraksi otot. Dengan perlakuan pakan tambahan juga mampu mendukung terjadinya fluktuasi aliran udara oleh otot syringeal yang neregulasi bukaan dan penutupan katup syringeal secara tepat dan terus menerus (Goller & Suther, 1996). Perlakuan pakan tambahan akan meningkatkan glikogen otot dan glukosa darah yang esensial untuk kepentingan aktivitas gerak tubuh termasuk bernyanyi (Holloszy,1996), oleh karena itu kebanyakan nyanyian meningkat ketika ketersediaan pakan melimpah (Fitri, 2002). Syrinx merupakan organ vokal yang utama berperan dalam memproduksi berbagai karakteristik nyanyian (Julita, 2006). Aktivitas dari semua fungsi otot yang mempengaruhi kerja syrinx sangat bergantung pada energi yang cukup (Suther, 1997). Menurut Fitri (2001), energi yang dibutuhkan oleh otot tersebut berasal dari pemenuhan zat-zat nutrisi yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air. Oleh karena itu, penyediaan pakan yang lengkap dan seimbang akan mempengaruhi kualitas nyanyian yang dihasilkan. Dengan demikian, hal ini dapat dijadikan acuan untuk para penggemar maupun pecinta burung bernyanyi khususnya burung kenari dalam mencetak kenari dengan karakteristik nyanyian yang kompleks. Pada burung kenari, dapat dibuat menu pakan yang berbeda-beda dengan komposisi gizi yang baik. Selain pemberian pakan pokok yaitu pelet khusus untuk burung kenari, dapat ditambah juga pakan penunjang lainnya seperti sayuran, buah-buahan, asinan sotong dan telur puyuh.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Pada dasarnya burung kenari merupakan burung pemakan biji-bijian (grativour), namun sebagian besar para peternak burung kenari di Indonesia sering memberikan jenis pakan tambahan yang bervariasi selain biji-bijian seperti sayuran hijau, buah-buahan, asinan sotong, jangkrik, dan telur puyuh matang. Dengan penambahan variasi pakan yang diberikan kepada burung kenari jantan, para peternak meyakini bahwa hal tersebut mampu mendukung proses pembentukkan karakteristik nyanyian yang berkualitas baik. Sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan burung kenari dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan. Vitamin merupakan molekul organik yang diperlukan dalam jumlah sedikit yang berfungsi sebagai koenzim dalam proses metabolism tubuh (Campbell et al., 2004). Salah satu vitamin yang banyak terkandung dalam buah pir dan apel adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C merupakan nutrisi baik yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Kesehatan tubuh sangat penting bagi burung bernyanyi, karena untuk mengemisikan suara yang baik diperlukan stamina dan kondisi tubuh yang prima (Marler dan Slabbekoorn, 2004). Pada umumnya sayuran merupakan sumber vitamin terutama karoten dan vitamin C dan juga mineral yaitu kapur, besi (Fe) dan fosfor (P) (Poedjiadi, 2005). Sawi hijau dan wortel termasuk kelompok sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan karbohidrat, sedangkan oyong (gambas) merupakan salah satu kelompok sayuran yang rendah karoten. Kandungan zat besi (Fe) yang banyak terkandung dalam sayuran merupakan komponen sitokrom yang berfungsi dalam sistem respirasi seluler dan komponen hemoglobin, yaitu protein protein pengikat oksigen dalam sel darah merah
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
(Campbell et al., 2004), Cukupnya kandungan zat besi di dalam darah dapat memperlancar proses respirasi, sehingga burung dapat mengemisikan suara kompleks dengan durasi yang panjang (Piliang, 2004). Kandungan fosfor (P) yang terkandung dalam bahan makanan selain sebagai bahan baku ATP dan asam nukleat juga mampu membantu dalam mengoptimalkan proses pembentukkan tulang. Kandungan gizi lainnya yang biasa terdapat pada sayuran ialah magnesium, mangan dan statistikm yang berfungsi sebagai kofaktor yang merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu misalnya magnesium yang terdapat dalam enzim yang memecahkan ATP (Campbell et al., 2004). Pakan penujang lainnya yang diberikan pada penelitian ini adalah jangkrik yang mengandung protein hewani dan kolesterol tinggi. Protein yang tinggi sangat dibutuhkan salah satunya untuk meningkatkan jumlah choline yang merupakan prekursor untuk asetylcholine yang dapat meningkatkan volume suara dan menambah stamina burung (Brown, 1997). Adapun kolesterol merupakan prekursor dalam sistesis hormon steroid seperti testosteron yang banyak diperlukan ketika perkembangan nuklei otak dan emisi nyanyian yang kompleks (Groothuis dan Meeuwissen, 1992; Ball dan Balthazart, 2002). Asinan sotong adalah salah satu pakan penunjang yang diberikan pada burung kenari sebagai sumber kalsium (Ca) yang berfungsi dalam pembentukkan tulang dan berperan sebagai sinaptik saraf dan otot (Campbell, 2004). Perubahan bukaan paruh burung turut menentukkan karakteristik vokal yang dihasilkan oleh burung bernyanyi. Pada bukaan paruh yang lebar akan dihasilkan frekuensi suara yang rendah, sementara bukaan paruh yang lebih kecil akan menghasilkan frekuensi suara yang
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
tinggi (Suther et al., 1999). Suplemen pakan lain yang diberikan pada penelitian ini berupa telur puyuh matang yang juga mengandung kolesterol tinggi. Berdasarkan uji korelasi Pearson dapat diketahui bahwa antara nilai kalori pakan dengan kenaikan berat badan tidak berkorelasi secara signifikan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang sangat rendah (R=0,2). Nilai konsumsi kalori tinggi yang diperoleh dari pakan tambahan tidak ditujukan untuk kenaikan massa tubuh, tetapi lebih dioptimalkan untuk perkembangan dan pembentukkan karakteristik nyanyian. Hal tersebut dilatar belakangi karena pemilihan jenis pakan tambahan yang diberikan dapat dikatakan sesuai untuk mengoptimalkan produksi nyanyian dibandingkan untuk kenaikan berat badan. Dilihat dari tingginya kelima parameter penilaian kualitas nyanyian yang dimiliki burung kenari jantan muda dengan perlakuan pakan tambahan mampu menunjukkan pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap pada burung khususnya burung bernyanyi, adalah untuk kelangsungan proses metabolisme tubuh
yang selanjutnya dimanfaatkan untuk pertumbuhan,
reproduksi, dan kesehatan, serta untuk produksi suara (Muller et al., 2009). Otot syringeal bersifat steroid hormone dependent (Lohmann & Gahr, 2000). Pada otak burung bernyanyi, banyak neuron yang mengekspresikan reseptor androgen (AR) dan reseptor estrogen (ER) terutama pada nuklei yang terlibat dalam regulasi jalur respirasi-syringeal (Schlinger et al., 2001). Dengan adanya kombinasi aksi dari androgen dan estrogen melalui aktivitas aromatase di otak yang di proyeksikan ke nukleus motoris tracheosyringeal (nXIIts) yang
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
menginervasi otot syringeal, maka burung bernyanyi dapat mengemisikan nyanyian (Lohmann & Gahr, 2000). Pakan tambahan, selain mempengaruhi peningkatan masa tubuh dan karakteristik nyanyian juga meningkatkan jumlah hormon testosteron (Fitri, 2001). Menurut Rybak & Gahr (2004), produksi nyanyian dikontrol oleh hormon steroid terutama hormon testosteron dan estradiol yang mempengaruhi struktur nyanyian yang diemisikan dan berkolerasi posistif dengan ketersediaan pakan terutama pakan yang mengandung kolesterol yang dibutuhkan sebagai bahan dasar sintesis hormon steroid (Fitri, 2001). Pada otak burung bernyanyi banyak terdapat neuron yang mengekspresikan reseptor androgen (AR) dan reseptor estrogen (ER) terutama pada nuklei yang terlibat dalam regulasi jalur respirasisyringeal (Schlinger et al., 2001). Dengan adanya kombinasi aksi dari androgen dan estrogen melalui aktivitas aromatase di otak dan di proyeksikan ke nukleus motoris tracheosyringeal (nXIIts) yang menginervasi otot syringeal, maka burung bernyanyi dapat mengemisikan nyanyian (Lohmann dan Gahr, 2000). Pada burung Black-heade gall, membran luar dari syrinx diberi perlakuan testosteron menjadi lebih lebar sehingga mempengaruhi produksi nyanyian berdurasi panjang dibandingkan dengan burung yang tidak diberi perlakuan pada usia yang sama (Groothuis & Meeuwissen, 1992). Tingginya kadar hormon testosteron sangat diperlukan dalam vokalisasi burung terutama saat mengemisikan karakteristik nyanyian dengan laju repetisi silabel yang tinggi dan berdurasi panjang (frase nyanyian sexy song) (Vallet & Kreutzer, 1995). Kenari jantan mampu mengemisikan sexy song pada laju repetisi yang cepat pada saat situasi kompetitif
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
dan testosteron merespon cepat perubahan interaksi sosial (Fitri, 2001). Sementara tempo nyanyian sexy song dipengaruhi testosteron setelah di aromatisasi di dalam sistem yang mengontrol nyanyian (Fusani & Gahr, 2000). Produksi suara dapat ditingkatkan dengan penambahan pakan sebagai sumber energi (Hau et al,. 2000) dan jumlah emisi suara berkurang seirng dengan keterbatasan pakan (Lucas et al., 1999). Stres dapat disebabkan oleh pembatasan makanan atau adanya gangguan pada otak di daerah kontrol nyanyian burung dewasa (Spencer et al., 2003). Dampak stres dapat menimbulkan kerugian pada perkembangan fenotife nyanyian dan efek negatif kontrol nyanyian di otak, hal ini menunjukkan bahwa penurunan yang diamati dalam kompleksitas nyanyian mungkin disebabkan oleh perkembangan otak yang terganggu (Nowicki et al., 2002;. Buchanan et al. 2004; Spencer et al., 2003). Berdasarkan hasil penelitian Nowicki dkk., 1999., stress dapat diakibatkan oleh kekurangan gizi yang terjadi pada
selama
periode
awal
perkembangan
yang
akan
mempengaruhi
perkembangan otak dan keterampilan pembelajaran bernyanyi dalam membuat template yang akurat.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
BAB V KESIMPULAN 5.1
Kesimpulan
A.
Berdasarkan hasil analisis secara statistik terhadap ke lima parameter penilaian kualitas suara, diketahui bahwa: 1. Nilai rerata durasi nyanyian (detik) burung dengan perlakuan pakan tambahan (11.06 ± 0.48) lebih tinggi dibanding burung perlakuan pakan normal (7.95 ± 0.34). 2. Nilai rerata repertoire size burung dengan perlakuan pakan tambahan (133.99 ± 5.09) lebih tinggi dibanding burung perlakuan pakan normal (51.15 ± 1.17). 3. Nilai rerata jumlah tipe silabel yang berbeda dalam satu nyanyian burung dengan perlakuan pakan tambahan (7.95 ± 0.26) lebih tinggi dibanding burung perlakuan pakan normal (4.48 ± 1.21). 4. Nilai rerata song repertoire burung dengan perlakuan pakan tambahan (50.00 ± 0) lebih tinggi dibanding burung perlakuan pakan normal (49.00 ± 0.58). 5. Nilai rerata syllable repertoire burung dengan perlakuan pakan tambahan (23.33 ± 0.33) lebih tinggi dibanding burung perlakuan pakan normal (14.67 ± 1.20).
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
B.
Pemberian
pakan
tambahan
mempengaruhi
pembentukkan
dan
perkembangan karakteristik nyanyian ketika dikombinasikan dengan faktor interaksi sosial saat proses pembelajaran vokal berlangsung pada masa periode sensitif. 5.2
Saran Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh pakan tambahan terhadap pembentukkan dan perkembangan nyanyian pada burung bernyanyi
(songbird),
maka
diperlukan
penelitian
menggunakan spesies burung bernyanyi yang berbeda.
lebih
lanjut
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
DAFTAR PUSTAKA Andersson, M. (1994) : Sexual Selection. Princeton University Press, Princeton, NJ Baptista LF, Petrinovitch L (1984) : Sosial interaction, sensitive phases and the song template hypothesis in the white-crowned sparrow. Anim Behav 32:1359–1371 Beckers, G. J. L., Suthers, R. A. Dan Ten Cate, C. (2003) : Mechanisms of Frequency and Amplitude Modulation in Ring Dove Song. Journal Experimental Biology, 206 (11), 1833-1843. Beecher, M. D. Dan Burt, J. M. (2004) : The Role of Sosial Interaction in Bird Song Learning.Current Directional in Psychological, 13(6), 224-228. Beecher, M. D. (2010) : Birdsong and Vocal Learning During Development. Encyclopedia of Behavioral Neuroscience, 224 (13), 164-168. Belzner, S., Voigt, C., Catchpole, C. K. Dan Leitner, S. (2009) : Song Learning in Domesticated Canaries in a Restricted Acoustic Environment. Proceedings of The Royal Society, 276, 2881-2886. Boseret G, Carere C, Ball GF, Balthazart J (2006) : Sosial context affects testosterone-induced singing and the volume of song control nuclei in male canaries (Serinus canaria). J Neurobiol 66:1044–1060 Brainard, M. S. Dan Doupe, A. J. (2002) : What Songbirds Teach Us about Learning. Nature, 417, 351-358. Brown, R. E. (1994) : An Introduction to Neuroendocrinology. Cambridge University Press Brumm, H., Zollinger, S. A., dan Slater, P. J.B. (2009) : Developmental Stress Affects Song Learning but Not Song Complexity and Vocal Amplitude in Zebra Finches. Behaviour Ecology Sociobiology, 63, 1387–1395. Buchanan, K. L., Spencer, K. A., Goldsmith, A. R. & Catchpole, C. K. 2003 Song as an honest signal of past developmental stress in the European starling (Sturnus vulgaris). Proc. R. Soc. Lond. B 270, 1149–1156. (doi:10.1098/ rspb.2003.2330) Burt, J. M., O‟Loghlen, A. L., Templeton, C. N., Campbell, S. E. Dan Beecher, M. D. (2007) : Assessing the Importance of Sosial Faktors in Bird Song Learning: A Test Using Computer-Simulated Tutors. Journal Compilation Ethology, 113, 917-925.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Campbell, Neil A., Reece, Jane B., dan Mitchell, Lawrence G. (2004) : BIOLOGI Jilid III. Jakarta, Erlangga. Catchpole, C. K. (1991) : Songs. In The Cambridge Encyclopedia of Ornithology (Brook, M. Dan Birkhead. T, Eds.) Cambridge University Press, Cambridge. Catchpole, C. K. Dan Slater P. J. B. (1995) : Bird Song: Biological Themes and Variations. Cambridge University Press, Cambridge. Catchpole, C. K. Dan Slater P. J. B. (2008) : Bird Song: Biological Themes and Variations. Cambridge University Press, Cambridge. Correia. Fagundes, C & H Romano. (2011) : Atlantic Canary Serinus canaria. http:///www.madeirabirds.com/atlantic_canary_serinus_canaria. Deregnaucourt, S., Saar, S. Dan Gahr, M. (2009) : Dynamics of Crowing Development in the Domestic Japanese Quail (Coturnix coturnix japonica). Proceedings of The Royal Society Biology, 276, 2153-2162. Dewanto, A. Dan Sitanggang, M. (2010) : Buku Pintar Merawat dan Melatih Burung Kicauan. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan. Draganoiu, T. I., Nagle, L., dan Kreutzer, M. (2002) : Directional Female Preference for an Exaggerated Male Trait in Canary (Serinus canaria) Song. Proceedings of The Royal Society London, 269, 2525-2531. Fagerlund, S. (2003) : Acoustics and Physical Models of Bird Sounds. Laboratory of Acoustics and Audio Signal Processing, 1-13. Fitri, L. L. 1993. Ecology and Behavior of Hooded Robins (Melanodryas cucullata) in The Northern Tablelands of New South Wales. Master of Science Thesis, University of New England, Armidale, Australia. Fitri, L. L. (2001) : Les Charts des Canaries Domestiques Physiologyquest et le Status Sosial des Males Emetteurs. Docteur de L‟Universite Paris X Nanterre. Fitri, L. L. (2002) : Panduan Singkat Perekaman dan Analisa Suara Burung. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Bandung. Fletcher, N. H. and Tarnopolsky, A. (1999) : Acoustics of the avian vocal tract. J. Acoust. Soc. Am. 105, 35–49.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Fusani, L. Dan Gahr, M. (2000) : The Temporal Pattern of Canary Song is Modulated by Oestrogen. VIth ICHBB and SBN Joint Meeting Madrid. 4, 162-164. Gaunt, A. S. (1983) : A Hypothesis Concerning The Relationship of Syringeal Structure to Vocal Abilities. The Auk, 100, 853-862. Gobes, S. M. H. Dan Bolhuis, J. J. (2007) : Birdsong Memory : A Neural Dissociation between Song Recognition and Production. Current Biology, 17, 789-793. Goldstein, M. H., King, A. P., dan West, M. J. (2003) : Sosial Interaction Shapes Babbling: Testing Parallels between Birdsong and Speech. Proceeding of The National Academy of Science, 100(13), 8030-8035. Goller, F. Dan Suthers R. A. (1996) : Role of syringeal muscles in controlling the phonology of bird song. Journal of Neurophysiology, 76, 287–300. Grafen, A. (1990) : Biological signals as handicaps. J. Theor. Biol. 102, 549-567. Groothuis, T.G.G. dan Meeuwissen, G. (1992) : The influence of testosterone on the development and fixation of the form of displays in two age classes of young black-headed gulls. Animal Behavior, 43, 189-208. Hau, M., Wikelski, M., Soma, K. K. Dan Wingfield, J. C. (2000) : Testosterone and Year-Round Territorial Aggression in a Tropical Bird. Panama: General and Comparative Endocrinology, 117, 20–33. Hoese, W. J., Podos, J., Boetticher, N. C. Dan Nowicki, S. (2000) : Vocal Tract Function in Birdsong Production: Experimental Manipulation of Beak Movement. Journal of Experimental Biology, 203, 1845-1855. Holloszy, J. O. (1996) : Regulation of Carbohydrate Metabolism During Exercise : New Insights and Remaining Puzzles. In Biochemistry of Exercise IX. (Maughan, R. J. Dan Shirreffs, S., Eds). Human Kinetics Aberdeen. 3-12. Horn, A.G., M.L. Leonard dan D.M. Weary. (1995) : Oxygen consumption during crowing by roosters: Talk is cheap. Animal Behaviour, 50, 1171–1175. Julita, U. (2006) : Penilaian Kualitas Suara serta Pengamatan Bentuk Anatomi ‟Syrinx‟ Dua Spesies Burung Bernyanyi, Kenari (Serinus canaria Linn.) dan Anis Merah (Zoothera citrina Latham). Skripsi Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Bandung.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
King, A. S. Dan McLelland, J. (1989) : Form and Function in Birds, Vol. 4. Academic Press, London. Krebs, J. R. Dan Kroodsma, D. E. (1980) : Repertoires and Geographical Variation in Birdsong. Advance in The Study of Behavior, 11, 143-177. Kreutzer, M., I. Beme, E. Vallet dan L. Kiosseva. (1999) : Sosial stimulation modulates the use of the „A‟ phrase in male canary songs. Behaviour, 11, 1–10. Lehongre, K., Aubin, T. Dan Del Negro, C. (2009) : Influence of Sosial Conditions in Song Sharing in The Adult Canary. Animal Cognition, 12 (6), 823-832. Leitner, S. Dan Catchpole, C. K. (2002) : Female Canaries that Respond and Discriminate More between Male Songs of Different Quality Have a Larger Song Control Nucleus (HVC) in the Brain. Journal of Neurobiology, 52, 294-301. Leitner, S. Dan Catchpole, C. K. (2004) : Syllable Repertoire and the Size of the Song Control System in Captive Canaries (Serinus canaria). Journal of The Neurobiology, 60, 21-27. Linnaeus. (1766) : http://www.haryana-online.com/Fauna/Birds/pied_bushchat.htm Lohmann, R. Dan Gahr, M. (2000) : Muscle-dependent and hormone-dependent differentiation of the vocal control premotor nucleus robustus archistriatalis and the motornucleus hypoglossus pars tracheosyringealis of the zebra finch. Max Planck Institute for Behavioural Physiology, Jerman. Journal of Neurobiology, 42, 220-31. Lucas, J. R., Schraeder, A. Dan Jackson, C. (1999) : Carolina Chickadee (Aves, Paridae, Poecilecarolinensis) Vocalisation Rates: Effect of Body Mass and Food Availability under Aviary Conditions. Ethology, 105, 503-520. Marler, P. Dan Slabbekoorn, H. (2004) : Nature‟s Music : The Science of Birdsong. Elsevier Academic Press. San Diego, California, USA. Müller, W., Vergauwen, J., & Eens , M. (2010) : Testing the developmental stress hypothesis in canaries: consequences of nutritional stress on adult song phenotype and mate attractiveness. Behav Ecol Soc.biol DOI 10.1007/s00265-010-0989-x Nottebohm, F., M.E. Nottebohm & L. Crane. (1986) : Developmental and seasonal changes in canary song and their relation to changes in the anatomy of song control nuclei. Behavioral & Neural Biology 46:445–471.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Nowicki, S., S. Peters & J. Podos. (1998) : Song learning, early nutrition and sexual selection in songbirds. American Zoologist 38:179–190. Nowicki, S., W.A. Searcy & S. Peters. (2002) : Quality of song learning affects female response to male bird song. Proceedings of the Royal Society of London, B 269:1949–1954. Poedjiadi, A. (1994) : Dasar-dasar Biokimia. Jakarta, UI Press. Rasika, S., F. Nottebohm & A. Alvarez-Buylla. (1994) : Testosterone increases the recruitment and/or survival of new high vocal center neurons in adult female canaries. Proceedings of the National Academy of Sciences USA 91:7854–7858. Reiner, A., Perkel, D. J., Mello, C. V. Dan Jarvis, E. D. (2004) : Songbirds and the Revised Avian Brain Nomenclature. Behavioral Neurobiology of Birdsong. Annals of the New York Academy of Sciences, 1016, 77-108. Rybak, F. Dan Gahr, M. (2004) : Modulation by Steroid Hormones of A “Sexy” Acoustic Signal in An Oscines Species, Common Canary Serinus canaria. Annals of the Brazil Academy of Sciences, 76, 365-367. Schlinger, B.A., Soma, K.K. dan London, S.E. (2001) : Neurosteriods and brain sexual differentiation. Trends in Neurosciences, 24, 429–431 Searcy, W. A. and Yasukawa, K. (1996) : Song and female choice. In Ecology and Evolution of Acoustic Communication in Birds (ed. D. E. Kroodsma and E. H. Miller), pp. 454-473. Ithaca, NY: Cornell University Press. Shihab, Quraish. (2012) : http:www//beta.quran.com/id/27/1-22/#16/ Specht, A. R. (1996) : Avisoft-Sonagraph Pro. User‟s Guide Version 2.7, Sound Analysis Software for MS-Window Spencer, K. A., Buchanan K. L., Goldsmith, A. R. Dan Catchpole, C. K., (2003) : Development stress, sosial rank and song complexity in the European starling (Sturnus vulgaris), Proceeding of the Royal Society of London, 271, 121-123. Suthers, R. A. (1997) : Peripheral Control and Lateralization of Birdsong. Journal of Neurobiology, 33, 632-652. Suthers, R. A. Dan Goller, F. (1997) : Motor Correlates of Vocal Diversity in Songbirds. Current Ornithology, 14, 235-288.
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi 2012
Suthers, R. A., Goller, F. Dan Pytte, C. (1999) : The Neuromuscular Control of Bird Song. Philosophical Transactions of the Royal Society, 354, 927939. Syanur. (2011) : http://www.pesonakenari.com/2011/07/sejarah-burung-kenari.html Turut, R. (2006) : Mencetak Kenari Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Vallet, E. Dan Kreutzer, M. (1995) : Female canaries are sexually responsive to special song song phrases. Animal Behavior, 49, 1603-1610. Vallet, E., Beme, I., dan Kreutzer, M. (1998) : Two-note Syllable in Canary Songs Elicit High Levels of Sexual Display. Animal Behavior, 55: 291-297. Verhoef, E. J. J. Dan Verhallen. (2004) : The Complete Encyclopedia of Cage dan Aviary Birds. Rebo Publisher, The Netherlands. Vriends, M. M. (1995) : Cage and Aviary Birds. Little, Brown, and Company, London. White, S. A. (2001) : Learning to Communicate. Current Opinion of Neurobiology, 11: 510-520.