Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan
Vol. 2 No.2 November 2016
PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 5 KUNINGAN Santi Sridamayanti, M. Irfan Habibi, Zuli Nureni. STKIP Muhammadiyah Kuningan
[email protected] ABSTRACK This research is an experimental class and control class all aimed to determine students who obtain learning through talking stick method is better than the expository method in an increased understanding of mathematical concepts and there is an increased understanding of mathematical concepts using talking stick method. Penenlitian design is pretest-posttest control group desigen which is one type of True Experimental design. The population in this study were students of class VIII SMP Negeri 5 Kuningan in the school year 2015/2016 as many as 103 were distributed in three classes. Samples were students of class VIII A and VIII B were taken by simple random sampling. Data is the value of understanding mathematical concepts derived from the test results. Based on test data hypothesis that students who acquire learning through talking stick method is better than the expository method in an increased understanding of mathematical concepts and there is an increased understanding of mathematical concepts using talking stick method. Thus, it can be concluded that the application of the talking stick method can improve students' understanding of mathematical concepts SMP Negeri 5 Kuningan. Keywords; Talking Stick method, Improvement, Capability Concept Training ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol semua bertujuan untuk mengetahui siswa yang memperoleh pembelajaran melaui metode talking stick lebih baik dari metode ekspositori dalam peningkatan pemahaman konsep matematika dan terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika yang menggunakan metode talking stick. Desain penenlitian ini adalah pretest-posttest control group desigen yang merupakan salah satu jenis desain True Eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kuningan pada tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 103 yang berdistribusi dalam 3 kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII B yang diambil secara simple random sampling. Data merupakan nilai pemahaman konsep matematika yang diperoleh dari hasil tes. Berdasarkan data hasil uji hipotesis bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran melaui metode talking stick lebih baik dari metode ekspositori dalam peningkatan pemahaman konsep matematika dan terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika yang menggunakan metode talking stick. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode talking stick dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa SMP Negeri 5 Kuningan. Kata Kunci; Metode Talking Stick, Peningkatan, Kemampuan Pemahaman Konsep 9
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan
Vol. 2 No.2 November 2016
A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia untuk mendewasakan diri. Hal ini sesuai dengan pengertian menurut para ahli pisikologi bahwa pendidikan adalah pengaruh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosialnya dalam bermasyarakat Sagala (2003: 1). Dalam pendidikan ada dua buah konsep yang saling berkaitan yaitu belajar dan pembelajaran. Belajar menurut Fontana (1981: 147) dalam Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika (2001: 8) adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Dengan adanya belajar siswa diharapkan adanya perubahan dalam tingkah laku. Tingkah laku yang dimaksud dimana siswa tidak bisa memecahkan masalah dengan belajar siswa dapat memecahkan masalah terutama dalam pelajaran Matematika. Sedangkan pembelajaran menurut Kimble & Garmezy (2002: 20) dalam Thobroni & Mustofa (2011: 18) adalah suatu perubahan prilaku yang relatipe tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Jadi dengan adanya pembelajaran diharapkan dapat merubah prilaku lebih baik dan diulang-ulang dalam belajarnya. Seperti halnya dalam pembelajaran matematika yang banyak mengandung konsep-konsep, rumus-rumus, simbol-simbol dan lain-lain. Pembelajaran matematika tentunya memiliki tujuan pembelajaran yang beragam. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut tidak terlepas dari peran seorang guru sebagai pendidik di kelas pemahaman konsep juga sebagai dasar untuk mencapai kemampuan dasar lainya dalam pembelajaran matematika. Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa agar aktif sehingga pembelajaran menjadi tidak membosankan dan tidak menakutkan. Namun dalam kenyataannya hasil belajar matematika belum mencapai yang diharapkan dan masih banyak siswa yang tidak menyukai matematika. Hal ini sejalan dengan hasil survey pendahuluan dan observasi yang penulis lakukan di SMP Negeri 5 Kuningan bahwa dalam pemahaman konsep matematika siswa masih tergolong tingkatan sedang karena siswa dalam belajar hanya dapat menghapal konsep saja tidak memahami konsep itu sehingga hasil belajar siswa juga masih tergoleng tingkat sedang dan dalam memahami konsep juga siswa masih ada yang sulit memahami konsep itu dengan cepat walaupun guru sudah menjelaskannya dengan rinci tapi masih juga terlihat dari hasil belajarnya tergolong sedang, hal ini terbukti dari hasil belajar siswa dari setiap kali mengadakan ulangan harian. Hanya beberapa siswa yang mampu mencapai Kriteria Ketentuan Minimal (KKM) yang telah ditentukan, selebihnya mereka harus mengadakan pengulangan. KKM yang telah ditentukan oleh pihak sekolah untuk mata pelajaran matematika kelas VIII adalah 60 dan hanya sekitar 30% sampai 35% yang dapat memenuhi KKM tersebut setiap kali guru mengadakan ulangn harian. Pernyataan ini diperkuat pula oleh tes awal mengenai pemahaman konsep matematika yang dilakuikan penenliti, hasil tes menunjukan dari kelas yang berjumlah 34 siswa hanya 5% siswa yang mampu menyelesaikan soal pemahaman konsep matematika. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah โApakah kemampuan pemahaman konsep matematika yang menggunakan metode talking stick lebih 10
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan
Vol. 2 No.2 November 2016
baik dari pemahaman konsep matematika yang menggunakan metode ekspositori ?, Apakah terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika dengan menggunakan metode talking stick ?, Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan metode talking stick ?โ. Tujuan Penelitian ini adalah โMengetahui kemampuan pemaham konsep matematika yang menggunakan metode talking stick lebih baik dari pemahaman konsep matematika yang menggunakan metode ekspositori, Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika dengan menggunakan talking stick dan Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan metode talking stick. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian pretest-posttest control group desigen yang merupakan salah satu jenis desain True Eksperimental. Populasi pada penenlitian ini adalah semua siswa kelas VIII yang berjumlah 103 yang berdistribusi pada 3 kelas di SMP Negeri 5 Kuningan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yang diambil secara acak dan terdapat dua kelas yang diambil yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan VIII B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan metode talking stick dan kelas kontrol menggunakan metode ekspositori. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang diperoleh melalui tes pemaham konsep matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Tes dilakukan pada akhir perlakuan dalam kelas eksperimen dan kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematika yang berbentuk esay. Tes pemahaman konsep disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep matematika. Untuk memeperoleh data yang akurat digunakan tes yang baik, yakni yang memenuhi validitas, relibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Instrumen tes yang digunakan di konseltasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan dinyatakan valid. Kemudian soal instrument di ujicobakan kepada kelas yang sudah mendapatkan materi pembelajaran yang mau dipakai dalam penelitian yaitu kepada siswa kelas IX SMP Negeri 5 Kuningan. Uji coba instrument bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaras soal dan daya pembeda soal tes. Berdasarkan hasil ujicoba instrument diperoleh hasil bahwa soal yang validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal sudah memenuhi kriteri indikator pemahaman konsep yang digunakan, sehingga soal dapat digunakan dalam penelitian untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa. Sebelum melakukan uji hipotesis yang pertama, maka terlebih dahulu melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogen. Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen. Maka, langkah berikutnya adalah menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t, dan uji hipotesis kedua menggunakan uji gain.
11
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan
Vol. 2 No.2 November 2016
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes diperoleh data pemahaman konsep dari masing-masing kelas yang merupakan sampel penenlitian yaitu kelas yang menggunakan metode talking stick dan kelas yang menggunakn metode ekspositori. Hasil analisis deskriptif pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok data dilihat pada tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Statistika Nilai Pretest dan Posttest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pretest Posttest Nilai Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Rata-rata 7,15 7,79 19,73 17,29 Varians 9,061 7,525 16,382 10,39 Simpanagan 3,01 2,74 4,05 3,22 Baku Nilai 13 15 28 27 Tertinggi Nilai 3 4 13 11 Terendah Jumlah 34 34 34 34 Siswa Sebelum dilakukan penelitian, rerata kelas kontrol lebih besar dari pada kelas eksperimen yakni selisih 0,64. Setelah diberikan perlakuan, rerata kelas eksperimen jauh lebih besar dari pada kelas kontrol yakni selisih 2,44. Pada kasus posttest terlihat perbedaan. Jida pemahamn konsep dengan menggunakan metode talking meningkat dari sebelum menggunakan metode talking stick. Untuk menguji normalitas terhadap data skor tes yang diperoleh digunakan uji chi-kuadrat, uji ini digunakan untuk menguji hipotesis, bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi distribusi normal.. Adapun hasil perhitungan normalitas posttest berikut disajikan bentuk tabel. Tabel 1.2 Hasil Uji Normalitas Posttest Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai Terbesar 28 27 Nilai Terkecil 13 11 Rentang 15 16 Banyak Kelas 6 6 Panjang Kelas 3 3 Rerata 19,73 17,29 Simpangan Baku 4,05 3,22 Varians 16,382 10,39 Taraf Signifikan 5% Dk 3 12
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Nilai Jumlah Sampel 2 X hitung 2 X tabel
Kelas Eksperimen 34 1,93 7,82
Vol. 2 No.2 November 2016 Kelas Kontrol 34 7,13
Dalam uji normalitas, kriteria pengujiannya adalah data berdistribusi normal 2 2 jika x nitung < x tabel data data tidak berdistribusi normal pada situasi lainnya. Dari 2 2 tabel 4.8, kita ketahui bahwa kriteria x nitung < x tabel terpenuhi pada kedua kelas. Hal ini mengakibatkan penerimaan H0 yang artinya kedua kelas berdistribusi dari sampel yang normal. Analisis berikutnya adalah dengan melakukan uji homogenitas untuk mengetahui varians populasi. Untuk mengetahui apakah data tersebut mempunyai varians yang sama atau berbeda bandingkanlah Fhitung dengan Ftabel berikut penulisan sajikan dalam bentuk tabel. Tabel 1.3 Hasil Uji Homogenitas Posttest Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Varians 16,38 10,39 Jumlah Sampel 34 34 dk1 33 dk2 33 Fhitung 1,6 Ftabel 1,78 Dalam uji homogenitas, kriteria pengujiannya adalah varians kedua skor homogen jika Fhitung < Ftabel dan varians kedua skor tidak homogen pada situasi lainnya. Dari tabel 4.9, kita ketahui bahwa kriteria Fhitung < Ftabel dengan 1,6 < 1,78 maka terpenuhi. Hal ini mengakibatkan penerimaan H0 yang artinya varians kedua kelas homogen. Karena data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji rerata melalui uji t. Disajikan dalam tabel di bawah: Tabel 1.4 Hasil Uji Rerata Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Rerata 19,73 17,29 Simpangan Baku 4,05 3,22 Varians 16,402 10,37 Taraf Signifikan 5% Dk 66 Jumlah Sampel 34 34 thitung 2,78 ttabel 2,656 Diketahui dari analisis data posttest thitung = 2,78. Dengan kriteria pengujian terima H1 jika ttabel(1 โ ๐ผ) < thitung dan tolak H1 dalam hal lain. Sedangkan dari tabel 13
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan
Vol. 2 No.2 November 2016
pada taraf nyata ๐ผ = 0,05 ๐ก๐ก๐ก๐๐๐๐ (1โ๐ผ) = 2,656. Karena 2,656 < 2,78, maka H1 diterima. Artinya kemampuan pemahaman konsep matematika yang menggunakan metode talking stick lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori. Setelah mengetahui hipotesis yang pertama, lalu di uji hipotesis yang kedua dengan menggunakan rumus uji gain dan terdapat hasil uji gain dibawah: Adapun hasil perhitungan diperoleh indeks gain tiap siswa diperoleh skor ratarata indeks gain yaitu 0,54 dengan kriteria sedang. Ini artinya terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode talking stick dengan peningkatan sedang. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diketahui bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan metode talking stick lebih tinggi daripada rata-rata pemaham konsep matematika yeng menggunakan metode ekspositori. Terlihat juga dalam uji gain bahwa peningkatan pemahamn konsep matematika dalam kelas eksperimen meningkat dengan kategori sedang. Dalam penelitian ini, pelaksanan pembelajaran metode talking stick pada pertemuan pertama belum optimal. Siswa masih belum mengenal tentang metode talking stick dan masih terbiasa dengan metode yang sering digunakan guru yaitu metode ekspositori. Oleh karena itu guru mengenalkan metode pembelajaran talking stick terlebih dahulu dan menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan metode talking stick, kemudian guru memulai membagi siswa ke dalam 5-6 kelompok kerja, guru menjelaskan materi yang akan dibahas, siswa memahami dan mempelajari materi yang akan dibahas, guru menyuruh siswa untuk menutup buku yang telah dipelajari, guru mengambil tongkat dan di berikan kesalah satu siswa dan siswa yang memegang tongkat wajib untuk menjawab pertanyaan dari guru sesuai. Sejalan dengan Pendapat Huda (2015: 224) Metode ini bermanpaat karena ia mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajar mereka untuk terus siap dalam situasi apa pun. Hal ini sesuai dengan kelebihan metode talking stick menurut (Shoimin: 199) bahwa metode talking stick menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran, melatih peserta didik memahami materi dengan cepat, memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pembelajaran dimulai) dan peserta didik berani mengemukakan pendapat. Siswa mempresentasikan hasil jawaban dari soal yang dikasihkan oleh guru dan kelompok yang lain memperhatikan jawaban yang di jawab temannya. Adapun kelemahan metode talking stick menurut (Shoimin 2015: 199) adalah membuat siswa senam jantung, siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab, membuat peserta didik tegang dan ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. D. KESIMPULAN Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan metode talking stick lebih baik dari siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran ekspositori. Dari hasil uji rerata (uji-t) yang dilakukan, terbukti rerata 14
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan
Vol. 2 No.2 November 2016
kelas eksperimen 19,73 lebih baik dilihat dari rerata dari rerata kelas kontrol 17,29 . Walaupun pada pretest rerata kemampaun pemahaman konsep matematika kelas kontrol 7,79 nampak lebih besar dari rerata kelas eksperimen 7,15 , setelah dilakuakn posttest rerata kelas eksperimen menjadi lebih besar dari pada kelas kontrol. Metode talking stick meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Dari hasil Uji N-gain yang dilakukan, terbukti peningkatan pemhaman konsep matematika siswa kelas eksperimen adalah 0,54 berada pada kategori sedang. E. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta Huda, Miftahul. 2013. Model-model pembelajaran dan pengajaran. Yogyakarta: pustaka belajar. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulu 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Thobroni, Muhamad & Mustofa, Arif. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media
15