VOLUME 9, NOMOR 3 (2013)
ISSN : 1858-036X
JFA
Jurnal Fisika dan Aplikasinya DAFTAR ISI Pratondo Busono: Development of A Three-Lead Electrocardiograph with Embedded Digital Filter on FPGA for Noise Remove .......................................................................... 95 - 99 Vicran Zharvan, Muris, dan Subaer : Studi Struktur Mikro dan Kuat Lentur Komposit Geopolimer Serat Bambu dengan Temperatur Curing Berbeda ........................................ 100 - 104 A. Indra Wulan Sari R, Abdul Haris, dan Subaer: Pengaruh Penambahan γ-Al2O3 terhadap Homogenitas Matriks Geopolimer ...................................................................... 105 - 110 Rifan Satiadi, Erlyta Septa Rosa, dan Shobih: Studi Karakterisasi Listrik Sel Surya Polimer Hibrid Berbasis P3HT-ZnO di atas Substrat Fleksibel ...........................................111 - 115 Sri Suryani: Penggunaan Konsep Fisikadalam Pertimbangan untuk menentukan Posisi Persalinan ................................................................................................................ 116 - 120 Linda Silvia, Kurniawati Choirur Rosyidah, dan M. Zainuri: Pengaruh Ion Doping Zn terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-Heksaferit BaFe12-xZnxO19 berbasis Pasir Besi Tulungagung ...................................................................................... 121 - 124 Triswantoro Putro, dan Endarko: Pengaruh Variasi Penempatan Kutub Medan Magnet terhadap Pengurangan Kadar CaCo3 dalam Air ................................................... 125 - 127 Yasin A. Sahodo, Wina I. Lavina, Yuni N. Hidayati, Mefina Y. R., Banatul Mufhati, Yono H. Pramono, dan Gatut Yudoyono: Karakterisasi Divais Multimode Interference (MMI) Berbahan Polimer untuk Pembagi Daya 1 X 3 ................................... 128 - 131
JURUSAN FISIKA, FMIPA
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Penanggung Jawab Ketua Jurusan Fisika FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Dewan Redaksi Ketua: G ATUT Y UDOYONO, Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya Anggota: Internal: AGUS P URWANTO, Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya DARMINTO, Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya M ELANIA S UWENI M, Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya BAGUS JAYA S, Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya Eksternal: A BARRUL I KRAM, Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PT BIN), Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), PUSPIPTEK Serpong, Tangerang. C UK I MAWAN, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Jakarta H ERMAN, Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung WAHYUDI, Jurusan Fisika, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. PENGANTAR REDAKSI Mulai tahun 2013 ini, Jurnal Fisika dan Aplikasinya (JFA) terbit 3 (tiga) kali dalam setahun dan Alhamdulillah, Volume 9 Nomer 3 Edisi Oktober 2013, atas ijin-Nya telah dapat kami terbitkan. Dalam edisi kali ini JFA menyajikan artikel ilmiah terpilih dari makalah pada Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya yang diselenggarakan jurusan Fisika, FMIPA-ITS pada tanggal 18 Juni 2013. Redaksi menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Triwikantoro, Endarko, Ph.D., Dr. M. Zaenuri, Dr. Mashuri yang telah membantu redaksi dalam proses penilaian kelayakan naskah, sehingga dapat dimuat pada edisi kali ini. Redaksi juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada penulis artikel ilmiah yang telah memberi kepercayaan pada JFA sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil penelitian dan kajian ilmiah sehingga dapat tersebar-luaskan kepada pemerhati fisika. Pada kesempatan ini, Redaksi kembali mengundang dan memberi kesempatan pada para peneliti dibidang terkait untuk mempublikasikan hasil penelitiannya melalui jurnal ini. Semoga artikel-artikel dalam jurnal ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu fisika dan aplikasinya. Dewan Redaksi ALAMAT REDAKSI: Jurnal Fisika dan Aplikasinya (JFA) Jurusan Fisika, FMIPA, Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Telp.:(031)5943351; Fax.: (031)5943351 E-mail:
[email protected],
[email protected] website: http://jfa.physics.its.ac.id/ Distribusi: Suko Widyatmoko
J URNAL F ISIKA DAN A PLIKASINYA
VOLUME 9, N OMOR 3
O KTOBER 2013
Studi Struktur Mikro dan Kuat Lentur Komposit Geopolimer Serat Bambu dengan Temperatur Curing Berbeda Vicran Zharvan, Muris, dan Subaer∗ Pusat Penelitian Geopolimer - Lab. Fisika Material, Jurusan Fisika-FMIPA Universitas Negeri Makassar Jl. Daeng Tata Raya, Makassar 90223
Telah dilakukan studi struktur mikro dan kuat lentur komposit geopolimer berbahan dasar metakaolin dan penguat (agregat) serat bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat lentur komposit geopolimer sebagai fungsi massa serat bambu (0,4 g,0,6 g, dan 0,8 g) serta suhu curing (150, 450 dan 750◦ C). Komposit geopolimer serat bambu disentesis dengan metode alkali aktivasi metakaolin dengan model sandwich berbentuk persegi panjang dengan massa serat yang berbeda lalu di curing pada suhu 60◦ C selama 1 jam. Sampel selanjutnya di recurring masing-masing pada suhu 150, 450, dah 750◦ C. Karakterisasi morfologi serta struktur kristal bahan dasar dan produk komposit geopolimer dilakukan dengan SEM dan XRD. Sifat termal serat bambu diukur menggunakan DSC. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan ikatan antara matriks dengan serat bamboo belum sempurna akibat kehadiran celah yang cukup besar.Hasil karakterisasi dengan XRD memperlihatkan bahwa matriks geopolimer bersifat amorf. Uji mekanik berupa three bending points flexural strength yang dilakukan terhadap 3 sampel untuk setiap komposisi dan suhu curing menunjukkan kuat lentur tertinggi diperoleh dengan penambahan serat bambu sebesar 0.6 g (1.5% dari volume sampel) untuk setiap variasi suhucuring dengan nilai berturut-turut sebesar 665,90 ± 98,40 KPa, 947,29 ± 287,13 KPa dan 1155,62 ± 98,30 KPa. ABSTRACT Microstructure and flexural strength of composite-geopolymers based on metakaolin with bamboo fibers aggregate have been studied.The main objective of this study was to determine the flexural strength of compositegeopolymers as a function of bamboo fibers mass (0.4 g, 0.6 g, and 0.8 g) as well as their curing temperatures (150, 450, dan 750◦ C). Composite-geopolymers were synthesized by using alkali activation method of metakaolin and they were formed in rectangular sandwich shape by varying the mass of bamboo fibers and then cured at 60◦ C for 1 hour. The sample was then recurring at temperature of 150, 450, dah 750◦ C, respectively. The morphology of the precursors and samples were examined by using SEM and XRD. Thermal properties of bamboo fibers were studied by using differential Perkin Elemer 400 differential scanning calorimetry (DSC). SEM characterization shows that the bond between the matrix of geopolymer and the aggregate is still weak due to the presence of appreciable wide gap. The matrix of geopolymer was amorf in nature based on XRD result. Three bending points flexural strength measurements on three samples for each composition and curing temperature showed that the highest flexural strength was achieved on fiber addition of 0.6 g (1.5% of sample volume) for all curing temperatures with magnitude of 665.90 ± 98.40 KPa, 947.29 ± 287.13 KPa dan 1155.62 ± 98.30 KPa. K ATA KUNCI : composite, geopolymer, flexural strength, cured, SEM and XRD
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya pada bidang material seperti komposit berlangsung sangat cepat. Secara umum, komposit merupakan penggabungan dua buah material atau lebih yang berbeda sifatnya menjadi sebuah material yang mempunyai sifat baru yang berbeda dari sifat material induknya. Dewasa ini, aplikasi material komposit khususnya polimer
∗ E- MAIL :
-100
[email protected]
komposit sebagai material rekayasa menempati posisi tertinggi. Untuk memperoleh komposit rekayasa yang bermutu tinggi, diperlukan desain baru dengan cara memilih komposisi dan cara pengerjaan yang tepat. Terdapat banyak kemungkinan untuk membuat komposit yang terdiri atas isian atau penguat yang berbeda. Indonesia merupakan negara tropis yang tanahnya subur. Salah satu tumbuhan yang melimpah adalah bambu dengan serat yang mengandung selulosa. Selulosa dalam bambu berfungsi menjaga struktur dan kekakuan dari tanaman. Selain itu, serat selulosa merupakan serat yang paling banyak didapatkan pada kayu ataupun rerumputan. Serat ini memberikan keuntungan yang menarik seperti kerapatan yang renc Jurusan Fisika FMIPA ITS
J. F IS . DAN A PL ., VOL . 9, N O . 3, O KTOBER 2013
V. Z HARVAN , dkk.
dah, mudah didaur ulang, dan ketersediannya melimpah. Keseluruhan sifat ini membuatnya menjadi material yang baik untuk penguat matriks, seperti komposit polimer atau aplikasi semen-serat [1]. Komposit merupakan gabungan dua bahan atau lebih yang berbeda sifatnya menjadi satu kesatuan yang menghasilkan material baru yang memiliki sifat berbeda dari material dasarnya. Secara umum, komposit terdiri atas matriks dan penguat. Pada tingkat atom (struktur mikro), material seperti logam alloy dan polimer dapat disebut komposit karena terdiri atas kelompok atom yang berbeda. Pada tingkat atau struktur mikro, plastik yang diperkuat dengan serat-gelas (fiber-glass reinforced plastics) dapat disebut komposit (serat-gelas dapat dilihat jelas dengan mata). Dalam dunia industri, material yang disebut komposit umumnya terdiri atas campuran materi dengan ukuran rentang mikro hingga makro [2]. Matriks pada komposit merupakan material yang memiliki volume yang lebih banyak dibandingkan penguatnya. Dalam studi ini, komposit direkayasa dengan menggunakan pasta geopolimer berbahan dasar metakaolin sebagai matriks. Metakaolin merupakan mineral hasil dehidroksilasi kaolin pada temperatur 750◦ C selama 6 jam. Proses ini bertujuan untuk meruntuhkan gugus (OH)-mineral kaolin dan membuat metakaolin reaktif terhadap larutan alkali. Selain itu, sifat kekristalan dari mineral kaolin juga menghilang dikarenakan lapisan struktur heksagonal dari kaolin runtuh sebagian pada temperatur tersebut [3]. Reaksi eksotermal dari kaolin dapat dilihat pada persamaan berikut: 2Al2 Si2 O5 (OH)4 → 2Al2 Si2 O7 + 4H2 O
(1)
Geopolimer dihasilkan melalui aktivasi alkali mineral. Rasio komposisi antara prekursor geopolimer dan larutan alkali sangat berperangaruh pada sifat mekanik material yang dihasilkan. Metakaolin sebagai hasil dehidroksilasi kaolin sangat reaktif terhadap larutan alkali. Sebagai penguat untuk komposit, serat alam memiliki keunggulan antara lain sifatnya yang dapat diperbarui, dapat didaur ulang serta dapat terdegradasi di lingkungan [4]. Serat alam juga memiliki keunggulan pada sifat mekanik dan memiliki harga yang relatif murah dibandingkan serat sintetik. Namun, serat alam juga memiliki kelemahan terutama kemudahannya dalam menyerap air, kualitas yang tidak seragam, serta memiliki kestabilan yang rendah terhadap panas [5]. Bambu betung (dendrocalamus asper) adalah jenis bambu yang kuat, tingginya bisa mencapai 20-30 m dan diameter batang 8-20 cm. Bambu jenis ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah maupun jembatan. Komponen kimia yang terdapat pada bambu betung adalah holoselulosa 53%, pentosan 19%, lignin 25%, abu 3% [6]. Komposit yang menggunakan serat harus memperhatikan beberapa faktor seperti faktor serat, panjang serat, letak serat, bentuk serat, faktor matriks, faktor ikatan antara serat dan matriks, void. Secara umum penguat yang berupa serat harus memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh matriks sehingga keberadaaan serat dalam matriks mampu mentransferkan beban yang diterima oleh matriks dan komposit dapat bertahan dari pengaruh gaya dari luar.
II.
METODOLOGI
Studi ini diarahkan pada pengembangan komposit geopolimer berbahan dasar kaolin dan penguat serat bambu. Mineral kaolin didehidroksilasi pada temperatur 750◦ C selama 6 jam dan menghasilkan fase metakaolin yang bersifat amorf. Bambu yang digunakan merupakan jenis bambu betung yang berasal dari Kabupaten Bone. Untuk mendapatkan serat bambu, bambu terlebih dahulu dibersihkan dari kulit luarnya kemudian dipotong-potong sepanjang kira-kira 10 cm. Bambu yang telah bersih tersebut selanjutnya dimasak selama 12 jam kemudian dikeringkan. Bambu yang telah kering selanjutnya diserut menggunakan pisau cutter sehingga diperoleh serat bambu. Hasil serutan selanjutnya direndam dengan lauran NaOH selama 1 jam. Setelah itu, serat bambu kemudian dicuci dengan pH netral lalu didiamkan selama 24 jam. Serat bambu hasil rendaman selanjutnya dibilas dengan pH netral hingga bersih lalu dikeringkan dan siap untuk digunakan. Dalam pembuatan komposit, metakaolin diaktivasi dengan larutan alkali pada komposisi yang tepat sehingga diperoleh material gel yang homogen. Sebagaimana material tersebut dituang ke dalam cetakan yang berukuran 12,0 × 3,0 × 1,1 cm3 lalu diisi dengan serat bambu yang berbentuk lempeng. Sisa material gel kembali dituangkan di atas serat hingga isi cetakan penuh. Sampel kemudian di-curing pada temperatur 60◦ C selama 1 jam lalu didiamkan selama 28 hari. Setelah sampel berumur 28 hari, sampel kemudian di-curing pada temperatur berbeda yakni 150, 450 dan 750◦ C selama 17 jam. Sampel lalu kembali didiamkan selama 7 hari. Setelah berumur 7 hari, sampel siap untuk dilakukan uji kelenturan dengan menggunakan metode three point bending test. Sifat termal serat diukur dengan menggunakan DSC, untuk mengetahui morfologi permukaan sampel serta komposisi kimia (wt% oksida) digunakan Tescan Vega3SB Analitical SEM-EDS (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray Spectroscopy). Struktur kekristalan serta fase yang dikandung sampel diuji dengan XRD.
III.
HASIL DAN DISKUSI
Karakterisasi bahan dasar Gambar 1(a) memperlihatkan morfologi kaolin yang digunakan. Ukuran dari partikel kaolin yang digunakan berkisar 5 µm berbentuk lempeng dan pipih. Dari hasil pengukuran dengan EDS diperoleh komposisi utama penyusun kaolin seperti pada Tabel I. Pada Tabel I memperlihatkan perbandingan Al2 O3 dan SiO2 mendekati 1. Hal ini berkesesuaian dengan hasil yang diperoleh Zuhua [7] yang memperoleh nilai perbandingan ini sebesar 1,18 untuk kaolin yang berasal dari Cina.
-101
J. F IS . DAN A PL ., VOL . 9, N O . 3, O KTOBER 2013
V. Z HARVAN , dkk.
(a)
(b)
Gambar 1: Morfologi (a). mineral kaolin, (b). serat bambu.
Gambar 2: Hasil analisis XRD serat bambu.
TABEL I: Hasil analisis EDS mineral kaolin pada Gambar 1(a) Komponen Al2 O3 SiO2 K2 O
TABEL III: Hasil analisis EDS dari serat bambu Komponen wt (%) Al2 O3 22,66 SiO2 51,11 Na2 O 26,24
wt (%) 49,68 49,47 0,85
TABEL II: Hasil analisis EDS metakaolin yang digunakan dalam penelitian ini Komponen wt (%) Al2 O3 34,46 SiO2 65,54
Setelah mineral kaolin didehidroksilasi menjadi metakaolin nilai komposisi SiO2 meningkat menjadi 65,54 wt% dan komposisi Al2 O3 menurun menjadi 34,46 wt% atau dua komposisi ini memiliki perbandingan 2:1 (Tabel II). Penurunan volume Al2 O3 disebabkan oleh penguapan aluminium pada saat dehidroksilasi.
Gambar 1(b) memperlihatkan morfologi permukaan serat bambu yang digunakan. Terlihat serat bambu memiliki bentuk serabut. Dengan menggunakan fasilitas EDS pada SEM diperoleh komposisi penyusun dari serat bambu adalah seperti yang tertera pada Tabel III. Tabel III memperlihatkan komposisi kimia serat bambu. Sebagai jenis rerumputan kandungan silika sangat tinggi. Prosentase silika yang tinggi menunjukkan upaya tanaman tersebut melindungi dirinya dari lingkungan [8]. Selanjutnya, Gambar 2 memperlihatkan hasil analisis XRD dari serat bambu digunakan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa penyusun dari serat bambu ini adalah SiO2 pada bidang (101) dan H2 CO pada bidang (110). Hasil yang sama juga
-102
J. F IS . DAN A PL ., VOL . 9, N O . 3, O KTOBER 2013
V. Z HARVAN , dkk.
Gambar 3: Kuat lentur komposit geopolimer sebagai fungsi massa serat dan temperatur curing. Gambar 5: Morfologi dari komposit geopolimer dengan insert bagian yang diperbesar.
TABEL IV: Hasil analisis EDS komposit geopolimer Komponen Al2 O3 SiO2 Na2 O CaO
wt (%) 39,57 48,07 11,91 0,46
temperatur curing. Gambar 4: Hasil analisis DSC serat bambu.
diperoleh oleh Sun [9]. Bidang (101) merupakan puncak difraksi zona amorf dan zona kristal dengan derajat kekristalan 46.27%.
Studi tentang kuat lentur juga telah dilakukan oleh Velosa [10]. Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai kuat lentur MK3 memiliki kuat lentur sebesar 700 KPa dan mortar semen sebesar 900 KPa. Jika hasil ini dibandingkan dengan nilai kuat lentur komposit geopolimer yang diperoleh memiliki nilai yang lebih baik. Hal ini berarti penguat serat bambu bekerja dengan baik dalam meningkatkan kuat lentur dari sampel.
Uji lentur komposit geopolimer Kuat lentur komposit geopolimer diukur dengan metode three point bending test. Tujuan dari pengujian kuat lentur ini adalah untuk mengetahui pengaruh massa serat bambu relatif terhadap volume sampel (0,4, 0,6 dan 0,8 gram) serta temperatur curing (150, 450 dan 750◦ C) terhadap kuat lentur sampel. Hasil pengujian kuat lentur sebagai fungsi massa serat bambu untuk setiap temperatur ditunjukkan Gambar 3. Pada Gambar 3 terlihat bahwa nilai kuat lentur tertinggi diperoleh pada massa serat bambu sebesar 0,6 gram atau 1,5% dari volume sampel untuk setiap kenaikan temperatur curing. Nilai kuat lentur sampel yang diuji berturut-turut sebesar 665,90 ± 98,40 KPa, 947,29 ± 287,13 KPa dan 1152.62 ± 98,30 KPa. Hasil analisis termal dari serat bambu seperti yang terlihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4 tersebut dapat diperoleh data perubahan entalpi serat bambu sebesar 651,8790 J/g dan bersifat endotermik. Selain itu, diperoleh juga informasi mengenai temperatur kristalisasi serat bambu yakni 353,69◦ C. Hal ini menunjukkan bahwa pada temperatur tersebut serat bambu mulai mengkristal sehingga kekuatan mekaniknya ikut meningkat. Hal inilah yang menyebabkan nilai kuat lentur bertambah seiring dengan bertambahnya
Struktur mikro komposit geopolimer Gambar 5 memperlihatkan morfologi komposit geopolimer berpenguat serat bambu. Tampak adanya celah kosong (void) antara penguat dan matriks. Hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai kuat lentur karena menjadi penyebab munculnya retakan (cracks) sehingga komposit akan gagal diawal. Untuk analisis elemental yang berada pada komposit geopolimer berpenguat serat bambu digunakan fasilitas EDS. Diperoleh Al2 O3 sebesar 39,57 wt%, SiO2 sebesar 48,07 wt%, Na2 O sebesar 11,91 wt% dan CaO sebesar 0,46 wt% lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.
IV.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan serat bambu sebesar 1,5% volume sampel (0,6 gram) menghasilkan nilai kuat lentur paling tinggi dari komposit geopolimer yang diproduksi, kuat lentur komposit geopolimer merupakan fungsi temperatur curing, hasil karak-
-103
J. F IS . DAN A PL ., VOL . 9, N O . 3, O KTOBER 2013
V. Z HARVAN , dkk.
terisasi mikrostruktur memperlihatkan morfologi komposit
geopolimer yang belum sempurna.
[1] Tonoli, et al., J. Composites: Part A, 40, 2046-2053 (2009). [2] Subaer dan Abdul Haris, Fisika Material I (Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar, 2007). [3] Kamaruddin, et al., Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 9, 441-449 (2011). [4] Zimmermann, et al., J. Advanced Engineering Science, 6(9), 754-761 (2004). [5] Oksman, et al., Composites Science Technology, 63, 1317-1324 (2003). [6] E. Dranzfield, E.A. Widjaja, Bamboo (Prosea Foundation, Bo-
gor, Indonesia, 1995). [7] Z. Zuhua, et al., J. Applied Clay Science, 43, 218-223 (2009). [8] W. Fatriasari, Analisis Morfologi Serat dan Sifat Fisis Kimia Beberapa Jenis Bambu sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas, Laporan Teknik Akhir Tahun 2006 UPT BPP Biomaterial, LIPI, 2006. [9] Sun, et al., Bioresources, 3, 297-315 (2008). [10] Velosa, et al., J. Acta Geodyn, 153, 121-126 (2009).
-104
J URNAL F ISIKA DAN A PLIKASINYA
VOLUME 9, N OMOR 1,2,3
2013
Indeks Subjek
Jurnal Fisika dan Aplikasinya volume 9 (Tahun 2013)
analisis Rietveld 48-50, 122 apparent diffusion coefficient (ADC) 86, 89 BZT 48-50 CaCO3 125-127 Continue Direct Current (CDC) 73-74 curah hujan ekstrim 66, 69-70 curing 100, 103, 105-106 daya isolasi 90-93 densitas 6-8, 10, 12-14, 21, 24, 81 Differential Thermal Analysis (DTA) 15-20 diffusion weighted imaging 86-87 digital filter 95-96 digital penetrometer 87-89 doping Sr 48-50 Electrocardiogram 57-58, 95 elektrodeposisi 73-77 elektromagnetik 2-3, 15, 40, 128 embedded system 95 ethylene glycol 49, 73, 75-79, 106, 107 FD-BPM 128-131 Fe wire 63-65 Fe2 O3 5, 15-16, 18-20, 35, 74, 122 Ferrite 2-4, 15-20, 24, 34, 134 flexural strength 100 formaldehyde 12, 80 FPGA 95-99 generator 3, 12-14 geolistrik 43-44 geopolymer 100-110 gravitasi 117-119 green compact 9-11 HAMR 30-31 homogen 19, 38 hukum Newton 118-119 infrared 66-67 Insertion Loss 90-91 karakterisasi sifat listrik 111-112 karakteristik termal 18-20 kekerasan 6-8, 105-106 kekuatan tarik 7, 24, 105 komposit 5-8, 38 konduktivitas 18, 24, 126-127, kontras 32, 38 kopresipitasi 34-36, 38-39, 121-122, 124
c Jurusan Fisika FMIPA ITS
kurva histerisis 6-7, 35-36, 39, 42, 123 lapisan tipis TiO2 52-56 Learning Vector Quantization (LVQ) 57 LSI (Laser Speckle Imaging) 52-53, 55-56, 81-85 magnet magnet bonded 9-14 magnet komposit 5-8 magnet permanen 1, 5, 9, 12-14, 21-2, 24, 27-28, 30, 38, 74, 121 magnetisasi remanensi 121, 123-124 magnetit 37, 73-74, 76-79 magneto-impedansi 63, 64, 65 medan koersif 24, 30, 32, 33, 36, 41 sifat magnet 8-12, 18, 21, 24, 34, 35, 38,121-123 metakaolin 101-102, 105-108, 110 mikrostruktur 6, 48, 103 MMI 128-131 MnO 15-20 MnZn ferrite 18-19 MQEP 10-11 neodymium iron boron 12, 22 NiO 16-17 P3HT: ZnO 114 pandu gelombang 128 pemrosesan citra 57, 59 pixel 60,66, 130 pola spekel 53-56 ,80-83, 85 Polimer hibrid 111-115 polymer MMA 128-131 polyvinyl-alcohol (PVA) 38, 41, 86-89, 105 posisi persalinan 116-118 rangkaian magnetik 1, 3 redaman 22, 30-33 reduksi bising 91 resistivity 45, 114 Schlumberger 43-44 simulasi 1-3, 15-17, 19-21, 24-28 simulasi mikromagnetik 30-31, 33 solenoid 63, 126 sounding 43-45 TRMM 66-67, 69, 71-72 VSM 5-6, 8, 35, 38-39, 41, 122
a-133
J URNAL F ISIKA DAN A PLIKASINYA
VOLUME 9, N OMOR 1,2,3
2013
Indeks Penulis
Jurnal Fisika dan Aplikasinya volume 9 (Tahun 2013)
A.H. Ramelan 48 Abdul Haris 105 Achmad Hindasyah 1 Agus Sukarto W 15, 18 Agus Taufik 1 Ahmad Taufiq 37 Alpha Hambally Armen 90 Bambang Heru P 1 Banatul Muflihati 128 Budi Legowo 43 Budi Purnama 30, 63 D. F. Saputri 48 Dahyunir Dahlan 52, 73 Darminto 34, 37, 86 Darsono 43 Deswita 5 Didiek Basuki Rahmat 90 Dita Puspita Sari 86 Dwi Yuli Retnowati 34 Dyah Sawitri 21 Endah Purwanti 57 Endarko 125 Erlyta Septa Rosa 111 Franky Chandra A.S. 57 Gatut Yudoyono 128 Gontjang Prajitno 90 Hanafi Eko Prasetyo 63 Harmadi 52, 80 Indra Gunawan 5 Indra Wulan Sari R 105 Ismail 30 Kurniawati Choirur Rosyidah 121 Linda Silvia 121 M. Arief Bustomi 57 M. Zainuri 121 Malik Anjelh Baqiya 34 Mefina Y. Rofianingrum 128 Meli Muchlian 52 Mohammad Ghufron 34
c Jurusan Fisika FMIPA ITS
Muris 100 Nanang Sudrajat 9, 12 Neneng Fitrya 80 Novvria Sagita 66 Nurdin 37 Nurul Fitriyah 34 Pratondo Busono 95 Pujiyanto 57 Ratih Prasetya 66 Rifan Satiadi 111 S. Hadiati 48 Sandra 80 Serli Birlina H 43 Setyo Purwanto 1 Shobih 111 Sri Suryani 116 Subaer 100, 105 Sudirman 5 Suharyana 30 Suko Bagus Trisnanto 21 Sunaryono 37 Sylvina Tebriani 73 Syukri 73 Tony Kristiantoro 9, 12 Triswantoro Putro 125 Utari 63 V. Inda Variani 48 Vicran Zharvan 100 Wahyu Bambang W 15, 18 Widhya Budiawan 9 Wina I. Lavina 128 Y. Iriani 48 Yasin A. Sahodo 128 Yerry Susatio 21 Yono H. Pramono 128 Yuni N. Hidayati 128 Zulham Yahya F 15,18
b-133
Jurnal Fisika dan Aplikasinya
Informasi untuk Penulis Jurnal Fisika dan Aplikasinya (JFA) hanya menerbitkan hasil penelitian yang orisinil, belum pernah diterbitkan ditempat lain serta tidak dalam proses pertimbangan untuk diterbitan ditempat lain, dalam bahasa apapun. NASKAH Naskah hendaknya ditulis dengan spasi ganda pada kertas a4 dengan margin: kiri 3cm, atas 2,5cm, kanan 2,5cm, bawah 2,5cm, dan sangat disarankan untuk menggunakan LATEX dengan REVTEX 4-style. Namun demikian makalah yang ditulis menggunakan word-processor seperti MS-word tetap kami terima. Bahasa. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Nama Penulis. Nama Penulis ditulis lengkap (tanpa gelar/sebutan apapun) disertai instansi dan alamat lengkap. Penulis yang bertanggung jawab untuk berkorespondensi diharapkan dapat mencantumkan alamat e-mailnya. Intisari/Abstract. Intisari/Abstract ditulis dengan jumlah kata tidak lebih dari 200 kata, dan berisi aspek penting dan hasil pokok penelitian tersebut. Intisari/Abstract ditulis dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata Kunci/Keywords. Setiap naskah harus disertai kata kunci/keyword, maksimal 4 (empat) kata kunci. Keywords ditulis dalam Bahasa Inggris. GAMBAR DAN TABEL Setiap gambar dan tabel harus diberi keterangan yang jelas dan dibuat pada kertas tersendiri (tidak ditempelkan pada naskah). Gambar dan table harus diberi nomor secara urut sesuai urutan pemunculannya. Catatan kaki untuk isi tabel harus ditulis tepat dibawah tabel. Jika mengutip gambar, tabel atau foto dari penerbit lain, penulis wajib menyebutkan sumbernya. PERSAMAAN Setiap persamaan harus diberi nomor secara urut sesuau urutan pemunculannya. Persamaan yang panjang (tidak bisa dipotong dalam satu kolom) harus ditulis sepanjang dua kolom. DAFTAR ACUAN Daftar acuan diletakkan pada akhir naskah, diberi nomor urut dengan angka arab yang selaras dengan urutan perujukkannya dalam naskah, misalnya, ”According to a recent experimental results [1]...” dan dengan pola sebagai berikut:
[1] V. Folli, et al., Phys. Rev. Lett., 108, 2480021-5 (2012). [2] T. Mahmood, et al., Physica B, 420, 74-80 (2013). [3] J. D. Joannopoulos, R. D. Maede, and J. N. Winn, Photonic Crystals (Princenton University Press, 1995). [4] D. Williams, D. West, and T. King, in Quasiphasematched Third-Harmonic Generation in Doped Sol-gel Derived Multilayer Stacks, edited by E. Giacobino and O. Poulsen, Technical Digest of the European Quantum Electronics Conference, Hamburg, Germany, 1996. [5] B.M. Curtin, Photonic crystal back-reflectors for light management and enhanced absorption in a-Si:H solar cells, Thesis M.Sc, Iowa State University Ames, Iowa, 2009. Data yang tidak dipublikasikan atau hanya hasil komunikasi pribadi, tidak boleh dimasukkan dalam daftar acuan. REVISI Naskah akan dinilai oleh Dewan Redaksi. Kriteria penilaian meliputi orisinalitas, kebenaran isi, kejelasan uraian, dan kesesuaian dengan sasaran jurnal. Dewan Redaksi berwenang untuk menerima atau menolak, maupun meminta penulis untuk memperbaiki naskahnya. Apabila naskah dikirimkan kembali ke penulis untuk diperbaiki, maka hendaknya penulis merevisinya sesuai dengan komentar/saran dari dewan redaksi. Namun demikian, penulis berhak memberikan bantahan atas komentar/saran dewan redaksi tersebut. ALAMAT REDAKSI Naskah hendaknya dikirim ke alamat: Jurnal Fisika dan Aplikasinya (JFA) Jurusan Fisika, FMIPA, Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Telp.:(031)5943351; Fax.: (031)5943351 E-mail:
[email protected] [email protected] Web site: http://jfa.physics.its.ac.id/ Surat menyurat mengenai naskah hendaknya dikirim ke alamat di atas, dengan menyebutkan judul lengkap, nama pengarang, dan tanggal pengiriman. Sangat disarankan dalam pengiriman naskah dan surat-menyurat menggunakan e-mail.