Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
Jejak Rekam Spasial Proses Pemulihan Kawasan Pantai Setelah Tsunami 2004 di Kawasan Lhoong, Aceh Besar
Spatial Track Record of Recovery Process in Coastal Area after the 2004 Indian Ocean Tsunami around Lhoong of Aceh Besar
Musa Al’ala1,2, Syamsidik2,3, Mirza Fahmi1,2, and Teuku Mudi1,2 Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Jl. Syeh Abd. Rauff, Banda Aceh, 23111. 2 Laboratorium Komputasi dan Visualisasi Tsunami, Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Universitas Syiah Kuala, Jl. Prof Ibrahim Hasan, Gampong Pie. Banda Aceh, 23233. 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Jl. Syeh Abd. Rauff No.7, Banda Aceh , 23111.
[email protected] dan
[email protected] Abstrak 1
Pulau Sumatera, khususnya pada bagian utara masih menjadi daya tarik bagi banyak ilmuwan tsunami. Selain beberapa tsunami terdahulu telah terjadi di sekitar area ini, Tsunami 2004 memiliki andil dalam menghempaskan 230.000 nyawa dan menghancurkan hampir 700.00 bangunan. Proses pemulihan kawasan pantai masih menjadi tugas menarik bagi periset dan praktisi. Permintaan dari masyarakat dalam pemberdayaan kawasan pantai untuk tingkat ekonomi yang lebih baik dapat sebagian dapat disambut dengan pembangunan infrastruktur dan penguatan ketersediaan sumber daya alam untuk mendukungnya. Tulisan ini menekankan pada pembelajaran dari periode pemulihan setelah terkena dampak tsunami dalam pemulihan garis pantai dan kawasan pesisir di sekitar pantai Lhoong, Aceh Besar. pengembalian garis pantai dan hutan menuju kondisi semula mewakili proses alami. Selain itu pemulihan kawasan pantai juga dibahas untuk mengumpulkan kekuatan dari kapabilitas masyarakat terhadap bencana. Pengembangan perumahan dan bangunan, jalan dan kebun (sawah) juga ikut diperhatikan. Peta time series citra satelit dari 2003, 2005, 2011 dan 2014 digunakan dalam menganalisa dinamika dari proses pemulihan Kawasan Pantai Lhoong, Aceh Besar. Kata Kunci: Morfologi pantai, citra satelit, GIS, tsunami.
Abstract The Sumatra Island, especially at northern part area, is still of interests of many tsunami scientist. A number of tsunamis had taken place around this area. The 2004 Indian Ocean tsunami had massive impacts. The tsunami caused around 230,000 people died and demolished over 700,000 buildings. Along the years after the disaster, a number of
86 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
coastal areas have been recovered from the massive destructions. The demands of coastal communities to develop coastal area for a better economy have driven a number of structures such as housing and ponds and other landuse types. This paper reports lessons from the coastal area recovery process at Lhoong of Aceh Besar, during 2005 until 2015. Coastal line and coastal vegetation restoration represent the natural process during the recovery. Lhoong was severely damaged due to the tsunami but later being recovered through a series of efforts and it was coupled with natural processes. Buildings, roads, and paddy fields development process were monitored. Time series maps from satellite images taken from 2003, 2005, 2011 and 2014 were used to monitor the dynamics of the coastal recovery process around Lhoong of Aceh Besar Keywords: coastal morphology, images, GIS, tsunami.
1. Pendahuluan Pulau Sumatera masih memberikan daya tarik kepada para peneliti tsunami alot (Dawson et al., 1996;; Moore et al., 2007;; Shi et al., 1995;; Gelfenbaum dan Jaffe 2003;; Richmond et al., 2012). Aceh sebagai bagian utara dari pulau Sumatera berada sangat dekat dengan Samudera Hindia sehingga terkena dampak yang signifikan pada tsunami 2004. Garis pantai sepanjang utara hingga ke barat mengalami kemunduran yang signifikan dan menghempaskan 200.000 nyawa lebih serta menghancurkan 700.000 bangunan. Tsunami juga tidak memberikan waktu yang banyak untuk menyelamatkan diri, sehingga masyarakat perlu peningkatan kapabilitas dalam menghadapi tsunami (Syamsidik et al., 2015). Selain itu tsunami juga mengakibatkan daerah daratan yang menjorok ke laut menyerupai lidah pasir terpisah dari dari pulau utamanya, Pulau Sumatera (Al’ala et al., 2015). Selama kurun waktu lebih dari 11 tahun setelah tsunami, proses pemulihan garis pantai di Aceh dijalankan dengan berbagai metode rekonstruksi. Beberapa di antaranya dipulihkan dengan hard structures seperti revetment dan dinding laut. Namun, di beberapa lokasi justru proses pemulihan garis pantai berlangsung melalui proses alami (Syamsidik et al., 2014). Dampak tsunami 2004 memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat, di mana mereka kehilangan sanak saudara dan harta benda. Selain itu fasilitas umum juga rusak dan aktivitas perekonomian menjadi kritis pada area terpapar dampak tsunami. Pasca tsunami 2004, Proses pemulihan kawasan pantai terus dilakukan oleh pemerintah dengan bantuan negara-negara donor guna memfasilitasi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Proses ini masih menjadi tugas menarik bagi periset dan praktisi. Permintaan dari masyarakat dalam pemberdayaan kawasan pantai untuk tingkat ekonomi yang lebih baik dapat sebagian dapat disambut dengan pembangunan infrastruktur dan penguatan ketersediaan sumber daya alam untuk mendukungnya. Tulisan ini menekankan pada pembelajaran dari periode pemulihan setelah terkena dampak tsunami dalam pemulihan garis pantai dan kawasan pesisir di sekitar pantai Lhoong, Aceh Besar. pengembalian garis pantai dan hutan menuju kondisi semula mewakili proses alami. Selain itu pemulihan kawasan pantai juga dibahas untuk mengumpulkan kekuatan dari kapabilitas masyarakat terhadap bencana. Pengembangan perumahan dan bangunan, jalan dan kebun (sawah) juga ikut diperhatikan. 87 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
2. Metodologi Monitoring proses pemulihan memerlukan tools untuk menganalisa perubahan morfologi dan pengembangan kawasan pantai. Pada penelitian ini tools yang digunakan adalah software Quantum GIS. Analisa dimulai dengan pengumpulan Citra satelit yang memiliki resolusi cukup untuk didigitasi. Citra satelit diperoleh dari Google earth dengan Citra 2003, 2005, 2010 dan 2014. Dimulai dengan georeference dan dilanjutkan dengan proses digitasi spasial. Hasil digitasi akan ditampilkan dalam grafik yang mendeskripsikan proses perubahan morfologi dan tata guna lahan pada kawasan pantai Lhoong, Aceh Besar. 2.1 Lokasi Penelitian Lhoong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar yang berbatasan dengan Banda Aceh pada sebelah timur dan Aceh Jaya pada sebalah barat. Area ini dapat ditempuh dengan jarak 55 km dari pusat kota Banda Aceh. Kawasan Lhoong memiliki garis pantai yang relatif panjang dan menghadap ke Samudera Hindia. Garis pantai di Kecamatan Lhoong khususnya Desa Kareung terpapar dampak buruk dari tsunami 2004 dikarenakan karakter topografinya yang landai dan sebagian besar dimanfaatkan sebagai sawah sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap tahanan aliran. Bagian utara dan selatan dari Desa Kareung terdapat bukit yang dapat menghalau dan memusatkan amplifikasi aliran ke arah Lhoong.
Gambar 1. Lokasi Penelitian, Desa Kareung Kecamatan Lhoong Aceh Besar. 88 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
N
Gambar 2. Peta time series Desa Kareung Kecamatan Lhoong Aceh Besar. 2.2 Data Citra Satelit Data Citra satelit yang digunakan pada analisa spasial penelitian ini diambil dari data Google earth dengan track record 2003, 2005, 2010 dan 2014. Masing-masing mewakili kondisi sebelum tsunami, sesaat setelah tsunami, saat proses pemulihan mulai berjalan dan 10 tahun setelah tsunami menghempas Lhoong. Deskripsi perubahan morfologi pantai terekam pada Citra satelit dengan 5 klasifikasi jenis tinjauan yang akan dianalisa. Adapun kelima jenis yang ditinjau adalah bangunan, jalan, sawah, tambak dan hutan (Gambar 2). Pengembalian garis pantai dan hutan menuju kondisi semula mewakili proses alami. Pengembangan perumahan dan bangunan, jalan dan kebun (sawah) juga ikut diperhatikan untuk merepresentasikan proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang berlangsung. 89 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
3. Hasil dan Diskusi 3.1 Perubahan Garis Pantai Perubahan garis pantai terjadi secara signifikan pasca Tsunami 2004. Sebagai kalkulasi berdasarkan peta satelit 2003, garis pantai Desa Kareung telah mundur sejauh 112 m di daerah garis pantai dan 160 m di area sekitar muara. Hal ini menunjukkan besarnya energi yang terlibat pada tsunami 2004 sehingga menyebabkan garis pantai mundur sejauh itu. Uniknya, pasca tsunami terjadi pantai Kareung kembali pulih perlahan dengan suplai sedimen yang cukup meskipun sampai saat ini belum mencapai kondisi semula. Pada 2010, lima tahun setelah pengambilan Citra satelit 2005 garis pantai perlahan-lahan pulih dan kembali maju sejauh 28 m. Hal ini cukup melegakan melihat suplai sedimen tetap tersedia dan pantai perlahan pulih. Tanpa mengabaikan fakta pemulihan pantai hingga 2010, akan tetapi pergerakan pemulihan pantai dari 2010 kepada 2014 melambat dari sebelumnya. Kejadian ini diasumsikan sebagai kondisi ekuilibrium yang dicapai oleh pantai. 3.2 Perubahan Tata Guna Lahan Simulasi yang dilakukan selama 1 jam ini cukup mewakili seluruh proses tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004, termasuk transpor sedimen. Penurunan elevasi (erosi) akibat gelombang tsunami terjadi hampir di seluruh area pantai. Area pantai bagian timur mengalami penurunan elevasi dan kerusakan yang sangat parah.
Gambar 3. Peta perubahan garis pantai secara time series pada Desa Kareung Kecamatan Lhoong. 90 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
Gambar 4. Peta spasial perubahan tata guna lahan pada Desa Kareung, Kecamatan Lhoong.
Dataran rendah di bagian timur pantai menyebabkan gelombang tsunami menjalar lebih jauh. Pantai bagian barat penurunan elevasinya tidak begitu tinggi dibandingkan pantai bagian timur karena pantainya berbatasan dengan dataran tinggi. Kondisi yang porak-poranda pada 2005 pada Desa Kareung perlahan dipulihkan pada proses rehabilitasi, rekonstruksi dan proses lainnya hingga 2014 (Gambar 4). Pada 2003 kondisi Desa Kareung memiliki banyak vegetasi dengan bangunan yang relatif ramai. Setelah tsunami 2004, dari peta yang terekam pada 2005 memberikan informasi bahwa hanya ada satu bangunan masjid yang selamat dari amukan tsunami, dan beberapa tambak masih berbentuk. Proses pemulihan terus dilanjutkan dan terekam pada Citra satelit 2010 yang mana daerah sawah kembali difungsikan kecuali pada daerah yang berdekatan dengan pantai. Selain itu perumahan juga kembali dibangun dan bertambah sebarannya ke arah utara dan agak menjauh dari bibir pantai. Hingga 2014, bangunan terus bertambah dan pohon-pohon kembali tumbuh. Tambak-tambak juga ikut difungsikan kembali sejak terekam pada tahun 2010 dan bertambah pemberdayaannya pada 2014.
91 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
Gambar 5. Grafik perubahan tata guna lahan Desa Kareung, Lhoong. Berdasarkan grafik, proses pemulihan yang terus berjalan menunjukkan perubahan tata guna lahan terjadi setelah bencana tsunami berfokus kepada proses rekonstruksi serta rehabilitasi populasi luas area bangunan dan sektor jalan yang terus meningkat. Pada tahun 2003 jumlah areal sawah dan hutan (vegetasi) masih relatif besar dengan luas 376.960 m2 untuk sawah dan 145.933 m2 untuk hutan (vegetasi). Setelah tsunami lahan sawah kembali difungsikan meskipun hanya efektif 80,22% pada 2010 dan menurun menjadi 79.99% pada 2014. Hasil seperti di Lhoong ini juga ditemukan pada lahan tambak yang ada di sekitar Banda Aceh sebagaimana yang dilaporkan oleh Griffith et al. (2013). Sampai dengan tahun 2013, 92% tambak yang terdapat di kawasan Banda Aceh belum dapat dipulihkan kondisinya seperti keadaan sebelum peristiwa tsunami tahun 2004. 4. Kesimpulan dan Saran Monitoring proses pemulihan kawasan pesisir di sekitar pantai Lhoong ini lebih menekankan pembelajaran dari periode pemulihan setelah terkena dampak tsunami 2004. Dalam memonitor proses pemulihan kawasan pesisir menggunakan analisa spasial menghasilkan deskripsi yang cukup menarik yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Setelah tsunami garis pantai Desa Kareung mundur sejauh 112 m, akan tetapi perlahan-lahan pulih. Akan tetapi setelah 2010 proses pemulihan garis pantai berjalan lebih lambat yang diasumsikan sebagai kondisi ekuilibrium dari pantai tersebut. 2. Perubahan yang terjadi pasca proses pemulihan menunjukkan fokus yang baik pada bangunan dan fasilitas jalan bagi masyarakat yang meningkat 86% yang mengikuti peningkatan bangunan yang mencapai 116%. 92 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015
3. Peran pemerintah sangat berpengaruh dalam memfasilitasi proses pemulihan kawasan pesisir Lhoong untuk menunjang aktivitas ekonomi masyarakat. Akan tetapi di lain hal, masyarakat cenderung kembali kepada areal semula yang memberikan alasan kuat bagi pemerintah untuk memberikan peningkatan kapasitas mitigasi bencana kepada masyarakat. 5. Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih yang hangat ingin penulis ucapkan kepada USAID (Partnership for Enhanced Engagement in Research/PEER Cycle 3) sponsor Grant Award Number: AID-OAAA-A-11-00012 dan Sub Grant Number PGA-2000004893 atas dukungan finansial yang telah diberikan. TDMRC Universitas Syiah Kuala dan Laboratorium Komputasi dan Visualisasi Tsunami TDMRC juga telah ikut sepenuhnya memfasilitasi penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Kecamatan Lhoong dalam perjalanan penelitian demi berhasilnya penelitian ini. Daftar Pustaka Al’ala, M., Syamsidik., Rasyif,T.M., dan Fahmi, M., 2015. Numerical Simulation of Ujong Seudeun Land Separation Caused by 2004 Indian Ocean Tsunami, Aceh-Indonesia. Journal of Tsunami Society, Vol 34 No.3 : 159-172. Griffin, C., Ellis, D., Beavis, S., dan Zoleta-Nantes, D., 2013. Coastal resources, livelihood and the 2004 Indian Ocean tsunami in Aceh, Indonesia. Ocean and Coastal Management, 71:176-186
Jaffe BE, Gelfenbuam G., 2007. A simple model for calculating tsunami flow speed from tsunami deposits. Sediment Geol 200(3–4):347–361
Moore A, Nishimura Y, Gelfenbaum G, Kamataki T, Triyono R., 2006. Sedimentary deposits of the 26 December 2004 tsunami on the northwest coast of Aceh, Indonesia. Earth Planets Space 58(2):253–258
Richmond B, Szczucin´ski W, Chague´-Goff C, Goto K, Sugawara D, Witter R, Tappin DR, Jaffe B, Fujino S, Nishimura Y, Goff J., 2012. Erosion, deposition and landscape change on the Sendai coastal plain, Japan, resulting from the March 11, 2011 Tohoku-oki tsunami. Sediment Geol 282:27–39.
Shi S, Dawson AG, Smith DE, 1995. Coastal sedimentation associated with the December 12th, 1992 tsunami in Flores, Indonesia. Pure Appl Geophys 144(3–4):525–536
Syamsidik, Rasyif, TM, dan Kato, S., 2015. Development of Accurate Tsunami Estimated Times of Arrival for tsunami-prone cities in Aceh, Indonesia. Int. Journal of Disaster Risk Reduction, 14(4):403-410.
Syamsidik, Iskandar A., dan Rasyif, TM., 2014. Progress of Coastal Line Rehabilitation After the Indian Ocean Tsunami around Banda Aceh Coasts. Recovery from the Indian Ocean Tsunami. Part of the series Disaster Risk Reduction (Editor Shaw), pp175-189. Springer, Japan. 93 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai