SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | KASUS STUDI
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia Titik Savitrie
[email protected] Perancangan Arsitektur, Program Studi Arsitektur, SAPPK ITB.
Abstrak Kawasan heritage jalan Braga Bandung merupakan peninggalan sejarah dan budaya masa kolonial yang tidak ternilai harganya, sehingga harus dilestarikan agar tidak punah bagi generasi mendatang. Namun kondisinya gedung-gedung pertokoan kawasan heritage ini mengalami kerusakan fisik yang sangat, akibat perubahan fungsi dan aktifitas serta kinerja ekonomi kawasan yang rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan perawatan dan pemeliharaan terhadap gedung gedung di kawasan ini, sehingga cenderung menimbulkan dampak penurunan kualitas kawasan yang akan menjadi beban kinerja dan dinamika kota Bandung. Maka diperlukan upaya meningkatkan vitalitas kawasan dengan menciptakan kehidupan baru yang produktif dan mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial budaya, terutama pada kehidupan ekonomi kawasan kota yang akan menjadi sumberdaya bagi upaya pemeliharaan dan pelestarian kawasan. Untuk itu perlu digali potensi kawasan heritage jalan Braga yang pernah menjadi satu-satunya tempat untuk menunjukkan life style (gaya hidup) warga Eropa yang bermukim di Hindia-Belanda, dimana gaya hidup modis warga Eropa tersebut menyebabkan Bandung mendapat julukan Parijs van Java. Dari berbagai literatur tentang kawasan Braga, revitalisasi kawasan, heritage dunia, kawasan Shopping Streets disimpulkan bahwa kawasan jalan Braga berpotensi menjadi kawasan‘shopping street’ seperti layaknya kawasan heritage kota kota tua di benua Eropa. Kata-kunci : panduan, pelestarian, pusat perbelanjaan, wisata
Latarbelakang Menurut sejarah, tumbuhnya kawasan jalan Braga bersamaan dengan tumbuhnya berbagai kawasan pertokoan dan hiburan kota kota di benua Eropa sekitar tahun 1870 pada abad 19 (Kunto-1984). Hampir semua pusat pertokoan dan hiburan yang tumbuh bersamaan dengan jalan Braga tersebut kini menjadi kawasan heritage yang tidak ternilai harganya, bahkan berkembang menjadi pusat pertokoan eksklusif yang menjadi tujuan wisata dunia. Hampir di semua pusat pertokoan, perbalanjaan dan hiburan kawasan heritage kota-kota di Eropa terdapat rumah rumah mode dan boutique ternama, supermarket dan shopping mall terkenal, café dan restoran tersohor, galeri dan museum, gedung kesenian dan opera, serta menjadi tempat rekreasi dan hiburan yang memanfaatkan gedung gedung tua bersejarah abad 19 (Allan-1993). Kawasan heritage yang dibangun pada abad 19 diantaranya the Avenue des Champs-Élysées dibangun mulai tahun 1860 di Paris (Allan-1993), Oxford Street dibangun antara tahun 1865 and 1890 di London Inggris, Via dei Condotti tahun 1760 di Italia, Via Vittorio Veneto tahun 1880 di Italia , Via Borgognona mulai dibangun 28 desember 1870 di Italia, La Rambla pertokoan dimulai tahun 1848 di pusat kota Barcelona Spanyol, De 9 Straatjes Reestraat mulai dibangun pada pertengahan abad 17 yaitu pertokoan yang merupakan bagian kecil di pusat kota Amsterdam Belanda yang terdiri dari Reestraat, Hartenstraat, Gasthuismolensteeg, Berenstraat, Runstraat, Wolvenstraat, Oude Spiegelstraat, Wijde Heisteeg Huidenstraat. Dan masih banyak lagi pusat pertokoan di kota kota Eropa yang dibangun sekitar abad 19, dimana pada saat itu kawasan Jalan Barga setara dengan pusat pertokoan tersebut. Bahkan Via del Boschetto di pusat Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 341
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
kota Roma merupakan kawasan yang kaya sejarah kuno hampir 3000 tahun lalu(Allan-1993), hingga kini di sepanjang jalan Via del Boschetto berjajar vintage shops, restauran dan café yang ramai dikunjungi kaula tua maupun muda. Juga Via del Corso adalah jalan utama di pusat sejarah Roma Italia yang pembangunannya dimulai pada 220 SM ketika Gayus Flaminius membangun jalan untuk menghubungkan Roma dengan Laut Adriatik di utara. Hingga kini bangunan bangunan kuno dan bersejarah di jalan Via del Corso tetap tegak berdiri dihuni dan difungsikan menjadi pusat perbelanjaan Via del Corso, yaitu pertokoan yang menjual barang-barang ternama dan menjadi tujuan wisata dunia yang menarik (Allan-1993). Namun sebaliknya jalan Braga tidak berfungsi dan tidak berkembang layaknya seperti pusat pertokoan di kota-kota Eropa yang tumbuh menjadi pusat pertokoan, perbelanjaan ekskulsif tujuan wisata dunia, bahkan gedung gedung kuno bersejarah kawasan jalan Braga sekarang kondisinya sangat menurun dan berbalik 180 derajat dari pertokoan dan pusat perbelanjaan kawasan heritage kota kota Eropa yang tidak ternilai harganya. Permasalahan Kawasan jalan Braga mulai dibangun pada abad 19, sebagian besar gedung gedung megah kawasan jalan Braga direncanakan dan didesain oleh arsitek-arsitek Belanda serta dibangun oleh bangsa Eropa untuk keperluan bangsa Eropa pada masa kolonial Belanda. Saat itu kota Bandung dipersiapkan menjadi ibukota Hindia Belanda, sehingga dibuat megah dan gemerlap menyerupai pertokoan kota kota di Eropa pada saat itu (Kunto-1984). Kondisi pertokoan yang dibangun pada abad 19 di kota kota Eropa tersebut sekarang telah menjadi kawasan heritage dan berkembang menjadi pusat perbelanjaan dan hiburan eksklusif dimana berdiri pertokoan menjual barang barang ternama, boutique-boutique terkenal, café dan restoran tersohor, museum dan galeri serta gedung opera pertunjukan seni kelas dunia yang mampu menyedot pembelanja dan wisatawan mancanegara (Allan-1993). Namun kondisi demikian tidak terjadi pada kawasan jalan Braga, semenjak perang dunia II dan masa penjajahan Jepang kawasan jalan Braga tidak lagi gemerlapan seperti ketika masa kolonial Belanda, karena gedung gedung tersebut ditinggalkan oleh pemiliknya orang-orang Eropa. Kini kawasan jalan Braga yang terletak di pusat kota Bandung dan ditetapkan menjadi kawasan heritage. Gedung gedung tersebut berumur sekitar satu abad dan sudah hampir 70 tahun tidak dapat berfungsi optimal sebagai kawasan pertokoan mewah seperti ketika masa kolonial. Dan sekarang kondisi fisik bangunannya maupun fungsi ekonominya sudah sangat menurun. Penurunan aktifitas ekonomi menyebabkan gedung gedung di kawasan heritage ini kurang terawat dan rusak dimakan usia. Sebagai peninggalan bersejarah kawasan heritage jalan Braga merupakan kekayaan sejarah dan budaya yang tak ternilai, sehingga perlu dilestarikan agar tidak punah dan menjadi kekayaan keaneka ragaman budaya bagi generasi sekarang dan mendatang (Chohan-2005). Maksud dan tujuan Kawasan heritage jalan Braga merupakan kekayaan sejarah dan budaya yang tidak ternilai harganya, namun kawasan ini mengalami degradasi fisik, maka perlu diupayakan pelestarian bagi generasi mendatang agar tidak punah terlindas oleh pembangunan yang berazaskan globalisme dan modernisasi. Tulisan ini bertujuan menggali potensi dalam upaya memberdayakan kawasan heritage yang menurun aktifitas ekonomi dan kualitas fisiknya agar dapat bertahan. Dengan menciptakan kehidupan baru yang produktif dan mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial budaya, terutama pada kehidupan ekonomi kawasan kota yang akan menjadi sumberdaya bagi upaya pemeliharaan dan pelestarian kawasan heritage kawasan jalan Braga (Martokusumo-2008)
B 342 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Titik Savitrie
Metoda Metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literaratur terhadap sejarah kawasan jalan Braga dari awal potensi pertumbuhannya, suasana dan kondisi pada masa puncak kegemilangan, penyebab dan masa menurunnya kondisi kawasan Jalan Braga, hingga kondisinya saat ini. Kemudian dilakukan studi literatur, tentang sejarah dan kondisi pertokoan yang terletak di kota kota Eropa yang dibangun pada abad 19 bersamaan jaman dan fungsinya, serta setara dengan kawasan heritage jalan Braga. Yang mana pertokoan tersebut sekarang berkembang menjadi pusat perbelanjaan eksklusif di kawasan heritage dunia, yang mampu menarik pembelanja dan wisatawan dunia saat ini. Hasil dari studi literatur ini akan disarankan sebagai arah dan contoh upaya pelestarian kawasan jalan Braga. Pembahasan Menurut cerita sejarah, tumbuhnya kawasan heritage Jalan Braga dimulai pada masa kolonial yaitu ketika nama Pedati-weg pada tanggal 18 Juni 1882 diubah menjadi Braga-weg (Kunto-1984). Braga-weg menjadi ramai karena banyak pengusaha Eropa terutama berkebangsaan Belanda mendirikan toko-toko, hotel, restoran, bank, bioskop, bar dan tempat hiburan, yang didesain oleh para arsitek kondang pada masa itu, misalnya Schoemaker Bersaudara (Wolff Schoemaker dan Richard Schoemaker), R.A. de Waal, Benink, Brinkman, Gmelig Meyling, Bel-Kok dan Piso. Di sepanjang jalan Braga (Braga- weg ) yang panjangnya hanya 700 m dan lebar 7,5 m, terdapat tokotoko dan rumah-rumah Mode Ekslusif dan besar, diantaranya boutique Au bon Marche, serta konveksi bertitle Keller Mode Magazijn yang paling tenar, sehingga jalan Braga di kota Bandung berkembang menjadi kawasan mode yang cukup termasyhur seperti layaknya kota Paris pada saat itu. Jalan Braga sangat eksklusif dan menjadi pusat pertokoan serta hiburan bergaya Eropa di Nederland-Indies yang hanya menjajakan barang-barang maupun makananminuman berkelas di Maison Borgerijen (Braga Permai), toko Onderling Belang (Sarinah), Apotik Kimia Farma, Bioskop Majestic dan Societeit Concordia (Gedung Merdeka Konferensi Asia Afrika). (Kunto-1984). Suasana jalan Braga waktu itu sangat gemerlap di siang maupun malam hari seperti layaknya suasana di Eropa dan menjadi satu-satunya tempat untuk menunjukkan life style (gaya hidup) warga Eropa yang bermukim di Hindia-Belanda. Gaya hidup modis warga Eropa tersebut menyebabkan Bandung mendapat julukan Parijs van Java (Kunto-1984). Pada tahun 1916 Gubernur Jenderal Hindia Belanda J.P. van Limburg Stirum mulai mempersiapkan Bandung menjadi ibukota Hindia Belanda dan selama tujuh tahun (1918-1925) secara bertahap di bawah pimpinan Ir. F.J.L. Ghijsels berhasil membangun 400 sampai 750 bangunan rumah modern, guna menampung para pegawai negeri pindahan dari Batavia ke Bandung (Kunto-1984). Jumlah orang Belanda dan Eropa di Bandung meningkat menjadi ribuan orang yang meramaikan Braga-weg hingga semakin terkenal dan menjadi pusat perbelajaan yang paling bergengsi di seluruh Nederlands-Indië maupun di luar Hindia-Belanda. Mereka menjadikan “Parijs van Java” (Paris dari Jawa) sebagai pusat kegiatan politik, budaya, intelektual, kesenian hingga hiburan dan rekreasi. Namun kegemilangan kawasan jalan Braga hanya terjadi tahun 1920-1942,memasuki masa perang, mode tidak lagi menjadi gaya hidup kawasan Braga sebab pada masa pendudukan Jepang untuk memiliki pakaian saja amat sulit. Sejak perang dunia II dan masa penjajahan Jepang gedung gedung di Jalan Braga ditinggalkan oleh pemiliknya orang-orang Eropa, sehingga kegemerlapan jalan Braga meredup hingga sekarang, karena orang-orang Belanda yang berbelanja dan bersosialita dan meramaikan kawasan jalan Braga sudah tidak ada lagi.
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 343
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
Gambar 1. Suasana bangunan Art Deco di Jalan Braga 1900-1942 Sumber : “Kumpulan Artikel Tentang Bangunan Bersejarah di Kota Bandung”.
Gambar 2. Wajah Bandung tempo dulu tahun 1900-1940, jalan Braga menghubungkan Jalan Raya Post (jalan Asia-Afrika) dengan Koffie Pakhuis (Gedung Kopi) sekarang menjadi Balai Kota Bandung. Sumber : “Kumpulan Artikel Tentang Bangunan Bersejarah di Kota Bandung”.
B 344 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Titik Savitrie
Vitalitas kawasan heritage jalan Braga menurun akibat perubahan fungsi dan aktifitas serta kinerja ekonomi kawasan yang rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan perawatan dan pemeliharaan terhadap gedung gedung di kawasan heritage ini, dan pada akhirnya semakin lama semakin rusak dimakan usia. Kondisi demikian cenderung menimbulkan dampak penurunan kualitas kawasan dan akan menjadi beban kinerja dan dinamika perkotaan. Untuk itu perlu diupayakan menumbuhkan dan mengembangkan aktifitas ekonomi kawasan. Aktifitas ekonomi merupakan upaya pemberdayaan, perawatan dan penguatan karakter kawasan agar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini berarti dpt menghidupkan kembali aktifitas / kegiatan yang pernah ada atau secara lebih kompleks adalah menstrukturkan kembali aktifitas ekonomi kawasan jalan Braga melalui proses adaptasi konstruksi fisik bangunan/kawasan kota dengan kebutuhan fungsi sekarang. Menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada untuk menciptakan kehidupan baru yang produktif serta mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial budaya, terutama kehidupan ekonomi kawasan kota (Martokusumo-2008). Revitalisasi kawasan jalan Braga merupakan usaha meningkatkan vitalitas kawasan kota melalui peningkatan kualitas lingkungan dengan mempertimbang kan aspek sosial budaya dan karakteristik/kekhususan kawasan heritage. Memanfaatkan sumber daya kawasan jalan Braga untuk kepentingan masa kini dengan bijaksana sehingga menjamin kelestarian dan keberadaannya untuk generasi berikutnya dimasa mendatang.
Gedung De Vries dipugar tahun 2010. Sekarang digunakan oleh Bank OCBCNISP Bandung Sumber : Kuliah Tamu David B. Soediono Bandung, 2 Desember 2015 “Heritage as Branding: Pengalaman Merancang Renovasi Toko De Vries Bandung”
Gambar 3. Nuansa kawasan Berenstraat Amsterdam yang antik dan menyenangkan sehingga menarik pengujung dan wisatawan mancanegara. Sumber: http://www.kompasiana.com/christiesuharto/wisata-belanja-kota-roma-shopping-street-tetap-juara
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya melalui kegiatan revitalisasi perlu dilakukan dengan penuh kearifan (Martokusumo-2008). Karakter dan citra kawasan/lingkungan serta bangunan, potensi lingkungan bersejarah, lokalitas, tradisi, makna dan citra kawasan jalan Braga merupakan atribut estetik penting bagi kota Bandung. Sehingga apabila usaha pelestarian kawasan Jalan Braga mengarah seperti layaknya pusat perbelanjaan eksklusif di kawasan heritage di kota kota Eropa adalah sangat ideal. Kondisi tersebut didukung oleh keberadaannya terletak di dalam rangkaian jejalur kawasan heritage bangunan kolonial bernuansa Art Deco di kota Bandung seperti layaknya suasana di kota kota Eropa (Kunto-1986). Didukung juga oleh potensi dan karaksteristik kota Bandung mendapat julukan kota mode dan sekarang dikenal sebagai kota kreatif (Kunto-1984). Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 345
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
Gambar 4. Peta Jejaring Heritage Kawasan kota tua Bandung. Sumber : “Kumpulan Artikel Tentang Bangunan Bersejarah di Kota Bandung”.
Permasalahan pelestarian bangunan cagar budaya adalah membangun keseimbangan yang beradab antara investasi yang berdimensi ekonomi dan konservasi yang berdimensi budaya, hal tersebut dikatakan oleh David B. Soediono (Soediono-2015). Atas dasar itulah, proyek restorasi bangunan toko de Vries di kota Bandung dilaksanakan, dan menjadi contoh bagaimana upaya pelestarian terhadap cagar budaya di kota Bandung. Prestasi ini kemudian menjadikan sang Arsitek, David B. Soediono, mendapat penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesai (IAI Awards) tahun 2015. Di kawasan heritage jalan Braga yang panjangnya sekitar 700 itu terdapat 120 bangunan, 45% diantaranya sudah tidak difungsikan karena rusak dimakan usia. Hanya sebanyak 55% bangunan di Braga yang sampai saat ini terlihat masih dapat difungsikan sebagai rumah makan, kantor, bank, toko mebel, dan tempat hiburan malam. Pemugaran gedung Kawasan jalan Braga diera tahun 19701990 telah menghilang bentuk asli bangunan, suana khas kota tua dan suasana kemegahan bangunan Art Deco di jalan Braga masa Lalu sudah lenyap. Perlu usaha mengembalikan fasade toko yang telah berubah ke model aslinya seperti gaya Art Deco. Dengan begitu, nuansa klasik Braga secara visual akan kembali muncul. Gedung 5. Gedung De Vries dipugar tahun 2010. Sekarang digunakan oleh Bank OCBC-NISP Bandung Sumber : Kuliah Tamu David B. Soediono Bandung, 2 Desember 2015 “Heritage as Branding: Pengalaman Merancang Renovasi Toko De Vries Bandung”
B 346 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Titik Savitrie
Beberapa gedung sudah dipugar dan difungsikan, seperti toko de Vries difungsikan sebagai Bank OCBC-NISP, SOCITEIT CONCORDIA sekarang Gedung Merdeka menjadi museum Asia Afrika, Bioskop Majestic difungsikan menjadi Asia-Africa Cultural Center (AACC), De Eerste Nederlandsch Indische Spaarkas disingkat DENIS Bank sekarang digunakan sebagaiBank Jabar, Maison Bogerijen sekarang adalah Braga Permai, Toko roti Het Snoephuis sekarang adalah toko roti Sumber Hidangan yang merupakan bagian dari 55% gedung yang dpat difungsikan, sedangkan sebanyak 45% dari 120 gedung sudah tidak dapat difungsikan karena rusak.
Gambar 6. Bioskop Majestic kini berfungsi sebagai Asia Afrika Cultural Centre (AACC) diperuntuk kan bagi para seniman Sumber : http://arspasundan. blogspot.com/2009/ 01/bangunan-tuasaksi-sejarahbandung.html
Gambar 7. Suasana jalan Braga saat ini Sumber http://www.ahmadhery awan.com/ lintasjabar/ budayapariwisata/ 955-bangunanbersejarahdi-kota-bandung.htm
Pada perang dunia II beberapa pusat pertokoan di kota-kota Eropa juga mengalami kehancuran akibat perang. Namun pada pertengahan tahun 1970 kegiatan pelestarian di benua Eropa meningkat yang berfokus pada revitalisasi kawasan pusat kota tua. Sekarang kondisi pusat pertokoan di kotakota tua di Eropa sudah pulih kembali, bahkan lebih berkembang lagi menjadi Shopping Street dan hiburan di kawasan heritage yang mampu menarik pembelanja dan wisatawan dunia. Konsep ‘shopping street’ adalah konsep belanja dipadukan dengan ‘kota tua Ramawi kuno, sebagai situs dunia’. Pada awalnya di kota-kota kuno Eropa, belanja identik dengan belanja bahan makanan di pasar, namun lama kelamaan, belanja pakaian dan kebutuhan lain juga di pasar. Dan akhirnya Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 347
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
konsep belanja modern bisa diterapkan lewat konsep ‘shopping street’ untuk kota-kota tua di Eropa. Pertokoan kawasan heritage kota-kota di Eropa yang sekarang telah berubah menjadi ‘shopping street’ dan kawasan hiburan eksklusif. Suasana meriah dan antik dari gedung-gedung tua yang berfungsi sebagai Boutique, Toko bunga, Salon kecantikan, Toko Perhiasan, toko Fashion, Toko Sepatu, Toko Tas, Restauran dan Cafe terkenal, Makanan Lokal, Keju, Wine, coklat dan Ice Cream, Museum dan galeri, Bioskop dan Gedung Opera dan Jejaring Route perjalanan wisata kawasan Heritage telah mampu menarik pembelanja dan wisatawan dunia. Suasana yang memberikan rasa nyaman, menyenangkan, mentakjub bercampur rasa bangga apabila berjalan disana (Allan-1993). Tabel 1. Potensi Pengembangan Kawasan Heritage Jalan Braga Untuk Bangkit Kembali Menjadi Pertokoan Eksklusif Seperti Pada Masa Kolonial Kawasan heritage
Bandung (Indonesia)
Champs-Élysées (Paris) Oxford Street ( London ) Via dei Condotti (Roma) Via Vittorio Veneto (Roma) Via Borgognona (Roma) La Rambla (Spanyol) Reestraat, ( Amsterdam) Hartenstraat, ( Amsterdam) Gasthuismolensteeg
(Amsterdam)
Wolvenstraat (Amsterdam) Berenstraat (Amsterdam) Spiegelstraat (Amsterdam) Runstraat (Amsterdam) Huidenstraat (Amsterdam) Wijde Heisteeg
Bangunan Tua difungsikan sebagai Rumah makan Toko Roti makanan lokal Kantor Bank Toko mebel Tempat hiburan malam.
Toko bunga, Toko Perhiasan, Toko Fashion, Toko Tas, Toko Bunga Boutique, Salon kecantikan, Restauran dan Cafe terkenal, Makanan Lokal Keju, Wine, coklat dan Ice Cream, Museum dan galeri Bioskop Gedung Opera Hiburan malam
Kondisi Bangunan Kondisi bangunan tidak terawat dan tidak terpeihara baik Jejaring Route perjalanan Wisata kawasan Heritage
Kondisi bangunan terawat dan terpeihara baik Jejaring Route perjalanan Wisata kawasan Heritage
Suasana Suasana datar karena banyak Toko yang tutup tidak berfungsi Suasana kawasan Art Deco sudah hilang Tidak mampu menarik pembelanja dan wisatawan dunia
Suasana meriah dan antik dari gedunggedung tua yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan Suasana kawasan Art Deco Mampu menarik pembelanja dan wisatawan dunia
(Amsterdam) Langkah menuju kebangkitan kawasan eksklusif seperti sedia kala sudah dimulai, dengan dilaksanakannya pemugaran toko de Vries. Demikian juga telah dilaksanakan pemugaran dan memfungsikan beberapa gedung pertokoan kembali. Namun masih diperlukan kerja yang sangat keras, karena banyak pihak yang terlibat belum sepenuhnya mengerti konsep pelestarian kawasan heritage tersebut.
B 348 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Titik Savitrie
Kesimpulan 1. Potensi kawasan heritage jalan Braga mempunyai peluang besar menjadi ‘shopping street’ eksklusif serta menjadi tujuan wisata seperti kawasan‘shopping street’ yang terletak di kawasan heritage kota kota Eropa. 2. Pemugaran yang telah mengakibatkan hilangnya bentuk asli bangunan Art Deco, sehingga harus dibangun kembali seperti sedia kala. 3. Menumbuhkan dan mengembangkan aktifitas ekonomi kawasan jalan Braga merupakan upaya pemberdayaan, perawatan dan penguatan karakter kawasan agar dapat berlangsung dengan baik. 4. Menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada untuk menciptakan kehidupan baru yang produktif serta mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial budaya, terutama kehidupan ekonomi kawasan kota. 5. Revitalisasi dapat menghidupkan kembali aktifitas / kegiatan yang pernah ada atau secara lebih kompleks adalah menstrukturkan kembali aktifitas ekonomi kawasan jalan Braga melalui proses adaptasi konstruksi fisik bangunan/ kawasan kota dengan kebutuhan fungsi sekarang. 6. Memanfaatkan sumber daya kawasan jalan Braga untuk kepentingan masa kini dengan bijaksana sehingga menjamin kelestarian dan keberadaannya untuk generasi berikutnya dimasa mendatang. 7. Menyelenggarakan berbagai “Festival” sebagai cara meningkatkan aktivitas kawasan Braga Daftar Pustaka Allan, B. Jacobs. (1995). “Great Streets”. MIT Press. Apranti, Yeti. “Bandung, Pupusnya Parijs Van Java” Kompas, 28 Februari 2006 Attoe, Wayne & Don, Logan. (1989). ” American Urban Architecture, Cataysts The Design Of Cities”. And Donn Logan, University of California Press. Chohan, Arif Yasin & Pang, Wai Ki. (2005). Heritage Conservation a tool for Sustainable Urban Regeneration, 41st ISoCaRP Congress. Danisworo, M & Martokusumo, Widjaja. (2000). Revitalisasi Kawasan Kota –Sebuah Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota. Jurnal URD, 13. Kunto, Haryoto. (1984). ”Wajah Bandung Tempo Doeloe ”. PT. Granesia: Bandung. Kunto, Haryoto. (1986).“ Semerbak Bunga di Bandung Raya”. PT. Granesia: Bandung. Martokusumo, Widjaja. (2008). Revitalisasi dan Rancang Kota: Beberapa Catatan dan Konsep Penataan Kawasan Kota Berkelanjutan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 17(3), Desember 2006, Syahrie, Sugeng P. (2010). Dilema Revitalisasi Pusaka Budaya Kasus Pembangunan Braga City Walk Kota Bandung. http:// www.scribd.com. Diunduh 28 Desember 2014 Warren, John. (1998).“Context : New Buildings in historic settings”. John Worthington and Sue Tailor, Architectural Press. By Admin · February 7, 2016 Kuliah Tamu David B. Soediono. Bandung, 2 Desember 2015 “Heritage as Branding: Pengalaman Merancang Renovasi Toko De Vries Bandung” “Kumpulan Artikel Tentang Bangunan Bersejarah di Bandung”. Posted Mei 10, 2010 by retrievalinformation in Uncategorized. Website: Source http://www.kompasiana.com/christiesuharto/wisata-belanja-kota-roma-shopping-street-tetapjuara_582c18486c7e61c6038b456c Source http://arspasundan.blogspot.com/2009/01/bangunan-tua-saksi-sejarah-bandung.html Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 349
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia Source : http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/budaya-pariwisata/955-bangunan-bersejarah-di-kotabandung.html Source http://adit1303.multiply.com/journal/item/20/Bandung_yang_Sarat_Bangunan_Bersejarah_…
B 350 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017