IV. METODOLOGI
A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia. Lele dumbo merupakan salah satu varietas yang cukup banyak dikenal dan disukai. Selain perawatannya yang mudah, juga ukurannya yang besar membuat ikan ini menjadi primadona bagi sebagian besar masyarakat. Namun, lele memiliki karakteristik daging yang lembut dan mudah hancur jika diolah, maka perlu penanganan yang baik dan tepat. Dengan pengolahan menjadi berbagai produk, tidak hanya mengubah fisik dari lele itu sendiri, namun juga meningkatkan harga jual lele dan memperpanjang masa simpan lele tersebut. Sebagai sebuah UMK, usaha pengolahan lele dumbo menjadi produk pangan masih menggunakan manajemen yang sederhana. Supaya UMK ini dapat terus dikembangkan dan tetap bertahan di antara para pesaingnya, harus dilakukan manajerial dan hal-hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut. Melihat fenomena tersebut, perlu adanya masukan mengenai sistem yang tepat dalam pendirian suatu UMK. Dengan sistem yang baik dan manajerial yang tepat, suatu UMK akan dapat berkembang dan dapat bersaing dengan kompetitor lain. Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai beberapa bahasan terkait dengan rancangan model sistem penunjang keputusan dalam perancangan Usaha Mikro dan Kecil olahan komoditas lele dumbo (Clarias gariepinus). Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa aspek penting yang terkait dalam pembuatan model analisis kelayakan. Aspek-aspek tersebut memiliki pengaruh yang berbedabeda pada pada rancangan model sistem penunjang keputusan dalam perancangan Usaha Mikro dan Kecil olahan komoditas lele dumbo (Clarias gariepinus). Solusi yang dapat digunakan dalam menangani berbagai aspek yang mempunyai pengaruh yang berbeda-beda ini ialah dengan membentuk suatu sistem penunjang keputusan, dalam hal ini adalah pendirian UMK olahan lele dumbo dimana di dalamnya tersedia beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan UMK tersebut, dalam hal ini adalah pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh pemilik usaha kepada pemilik modal berupa rancangan kelayakan usaha/UMK. Solusi ini akan berguna sebagai masukan kepada para pemilik usaha yang akan mendirikan suatu usaha yang berbasis lele dumbo maupun yang telah mempunyai usaha untuk mengajukan pembiayaan kepada pemilik modal dan sistem dibuat berdasarkan data aktual pada UMK yang ada.
B. PENDEKATAN SISTEM Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi serangkaian kebutuhan dan menghasilkan sistem operasi yang efektif. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu analisis kebutuhan, formulasi masalah, serta identifikasi sistem. Tahapan analisis sistem dapat membantu dalam perangkaian pola pikir dalam penyusunan sistem pengambilan keputusan. Pendekatan sistem dicirikan oleh adanya suatu metodologi perencanaan atau pengelolaan, adanya penggunaan model matematika, berfikir secara kualitatif, optimasi, serta pengaplikasian ke dalam komputer. Pendekatan sistem menggunakan abstraksi keadaan nyata untuk pengkajian suatu masalah. Gagasan utama mengenai pendekatan sistem adalah hubungan timbal balik antar data, model, dan keputusan yang dihasilkan. Titik awal pendekatan tujuan dan fokusnya adalah pada rancangan sistem secara keseluruhan. Tujuan pendekatan sistem adalah untuk mendapatkan suatu
16
gugus alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi. Pendekatan sistem yang dilakukan menggunakan metode heuristik. Menurut Eriyatno (1996), berpendapat bahwa teknik heuristik adalah pengembangan dari operasi aritmatika dan matematika logika. Ciri-ciri teknik heuristik secara umum yaitu : a. Adanya operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian b.
Adanya suatu perhitungan bertahap
c.
Mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya.
Lebih lanjut Eriyatno (1996), menyebutkan bahwa karakteristik heuristik adalah : a.
Meringkas ruang lingkup keputusan sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat
b.
Banyak masalah yang kompleks, walaupun esensi permasalahan dapat diformulasikan secara matematis
c.
Perencanaan kebijakan strategis manajemen demikian sulit dihitung dan sangat rumit sehingga tidak dapat ditangkap oleh model matematik.
Pada teknik heuristik, tidak ada suatu model yang baku sehingga tiap permasalahan yang menggunakan teknik heuristik yang spesifik. Teknik heuristik tidak menjamin pemecahan masalah yang optimal, tapi dapat memberikan pemecahan yang memuaskan bagi pengambil keputusan (Eriyatno, 1996).
C. TATA LAKSANA PENELITIAN 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
Tahap pendahuluan, meliputi studi pustaka mengenai lele dumbo, produksi lele dumbo di Indonesia, teknologi pengolahan lele, dan sistem penunjang keputusan. Analisis situasional dilakukan melalui observasi lapang pada UMK pengolahan lele dumbo menjadi produk jadi, dan melakukan penulusuran data untuk melengkapi data penunjang. Tahap pengembangan model yang dilakukan melalui pendakatan sistem, mencakup analisis kebutuhan, perumusan masalah dan identifikasi sistem. Tahap desain model, terdiri dari sub model input data finansial, sub model evaluasi keuntungan, sub model kelayakan, dan sub model review model. Tahap rancang bangun model evaluasi perencanaan pembangunan Usaha Mikro dan Kecil berbasis olahan lele dumbo. Tahap ini terdiri dari pembangunan sistem manajemen basis model, manajemen basis pengetahuan, manajemen pengolahan terpusat dan manajemen dialog. Hasil dari tahapan ini adalah berupa aplikasi program software komputer untuk model kelayakan finansial UMK berbasis olahan lele dumbo. Verifikasi model dilakukan dengan pengujian menggunakan data aktual yang bertujuan untuk mengetahui apakah keluaran (output) program telah layak untuk digunakan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Validasi model untuk mengetahui apakah hasil verifikasi benar atau tidak yakni dengan menggunakan perhitungan manual untuk meyakinkan kebenarannya dan sebagai pembanding.
17
Gambar 3. Skema tata laksana penelitian
D. METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kebutuhan sistem dan dikelompokan sebagai berikut: 1. Studi pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang literatur lele khususnya lele dumbo, data UMK, dan pola pembiayaan serta parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam perencanaan pembangunan UMK berbasis olahan lele dumbo. Studi Pustaka dilakukan di Perpusatakaan LSI-IPB, PITP-FATETA, Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Peternakan dan Perikanan, IPB melaui internet, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan pengkajian masalah khusus ini. 2.
Observasi lapangan Observasi Mengenai Usaha Mikro dan Kecil berbasis olahan lele dumbo dilakukan di UMK Karmina, Kampung Lele Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah dan UMK Al-Fath, Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Pengamatan di lapangan dilakukan untuk melengkapi data dan informasi yang telah didapat pada studi pustaka sehingga dapat mengamati secara langsung serta dapat mempelajari permasalahan yang ada.
3.
Wawancara Pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan pakar. Pakar adalah orang-orang yang ahli dalam bidang tertentu, dalam hal ini yaitu lele dumbo dan olahannya. Para pakar yang diwawancarai adalah pelaku Usaha Mikro dan Kecil berbasis lele dumbo, pihak pemerintah serta sumber lain yang masih berkaitan dengan komoditas lele dan turunannya.
18
E. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di UMK Karmina, Kampung Lele Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah dan UMK Al-Fath, Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Sedangkan, untuk pembuatan program dilakukan di Laboratorium Komputer TIN IPB, dan pengambilan literatur diambil dari Perpustakaan LSI IPB dan Perpustakaan PITP Fateta IPB.
19
V. ANALISIS SISTEM
Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu : (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan, dimana pendekatan sistem merupakan pendekatan yang dimulai dengan penetapan tujuan melalui analisis kebutuhan, (2) holistik, yaitu cara pandang yang utuh terhadap sistem secara keseluruhan, dan (3) efektif, yaitu mendahulukan hasil guna operasional baru dipikirkan efisiensi keputusan. Berdasarkan pemikiran ini, metodologi sistem bertujuan untuk mendapatkan gugus alternatif sistem yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi (Eriyatno, 1996). Metodologi ini terdiri dari dua tahapan, yaitu tahapan analisis (analisis sistem) dan tahapan sintesis (rekayasa sistem) atau pemodelan sistem. Analisis sistem dimulai dengan analisis kebutuhan, yaitu kebutuhan yang hendak dipenuhi dengan pembentukan sistem. Analisis kebutuhan dapat berupa hasil survey, observasi lapangan, dan lainnya. Dari hasil kebutuhan para pelaku dalam sistem, akan dapat memformulasi masalah-masalah dalam sistem untuk mencapai tujuan. Setelah tahap analisis kebutuhan, maka dilakukan identifikasi sistem, yaitu dengan mencari mata rantai hubungan antara kebutuhan dengan masalah yang harus dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Identifikasi ini digambarkan dalam diagram lingkar sebab akibat (Causal Loops) dan diagram input-output dari berbagai komponen yang dianggap mempengaruhi sistem.
A. DESKRIPSI SISTEM Aplikasi Leleku.com adalah sebuah aplikasi berbasis web yang dibuat guna membantu pemilik usaha untuk menyusun atau membuat analisis kelayakan finansial usahanya. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang telah berjalan atau yang akan didirikan memiliki kelayakan dalam segi finansial atau tidak. Selain untuk mengetahui layak atau tidak, juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kelayakan dari usaha tersebut. Jika kedepannya pemilik usaha yang telah memiliki hasil dari analisis kelayakan tersebut akan mengajukan pembiayaan untuk memperbesar usahanya, analisis tersebut juga dapat diajukan kepada pemilik modal (investor perorangan maupun lembaga keuangan) sebagai syarat dan meyakinkan pemilik modal bahwa usaha yang diajukan benar-benar layak. Selain itu, di Leleku.com juga disediakan tempat untuk saling berkomunikasi antara pemilik usaha dan pemilik modal untuk menjalin kesepakatan tentang pembiayaan. Selain sebagai sebuah sistem penunjang keputusan, Leleku.com juga merupakan sebuah sistem informasi yang menyajikan informasi mengenai olahan lele dan informasi mengenai UMK. Informasi mengenai olahan lele meliputi deskripsi lele secara umum, macam-macam olahan dari lele, proses pembuatan olahan lele, harga olahan lele, dan juga info tentang pemesanan olahan lele tersebut. Informasi mengenai UMK meliputi informasi tentang apa itu UMK, jumlahnya di Indonesia, ruang lingkupnya, dll. Semua itu disajikan dalam aplikasi tatap muka berbasis web yang dinamis dan user friendly.
B. ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM Perancangan sistem merupakan tahap awal dimana pendekatan awal untuk menyelesaikan masalah yang dipilih. Dimulai dengan analisis kebutuhan dan diiplementasikan melalui suatu sistem operasi (Nugroho, 2002). Pada tahap ini, pengembang sistem atau bisa disebut sebagai developer,
20
menganalisis dan menentukan kebutuhan informasi apa saja yang akan disampaikan pada sistem. Kebutuhan itu sangat penting untuk merancang sistem kedepannya dan untuk menyediakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh user. Model sistem penunjang keputusan pendirian UMK berbasis olahan lele dumbo harus dibuat berdasarkan kebutuhan setiap pelaku yang dapat mempengaruhi jalannya sistem. Setiap pelaku memiliki kebutuhannya sendiri-sendiri dan antar pelaku belum tentu dapat disamakan kebutuhannya. Untuk itu perlu diidentifikasi pelaku dan kebutuhan masing-masing pelaku tersebut, sebagai sebuah langkah awal dalam pendekatan sistem. Hasil identifikasi pelaku yang terlibat dalam sistem pendirian UMK berbasis olahan lele dumbo adalah : (1) pemilik usaha atau UMK, (2) investor perorangan, (3) lembaga keuangan, (4) Konsumen, dan (5) pemerintah. Kebutuhan dari masing-masing pelaku dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Analisis kebutuhan rancangan model SPK pendirian UMK berbasis olahan lele dumbo
Pelaku Pemilik usaha atau UMK
Investor Perorangan
Kebutuhan
Lembaga Keuangan
Konsumen
Pemerintah
Analisis kelayakan finansial Mendapat pembiayaan dari pemilik modal Rincian/tingkat kelayakan finansial Memperoleh UMK yang prospektif Bisa berkomunikasi langsung dengan pemilik usaha Mengetahui tingkat kelayakan dari analisis kelayakan yang telah dibuat oleh pemilik usaha/UMK Menjalin kerjasama dengan pemilik usaha mengenai pembiayaan dengan syarat yang didiskusikan bersama-sama Memperoleh UMK yang menguntungkan Bisa berkomunikasi langsung dengan pemilik usaha Mengetahui tingkat kelayakan dari model yang telah dibuat Menjalin kerjasama dengan pemilik usaha mengenai pembiayaan dengan syarat yang telah berlaku secara luas tergantung dari jenis lembaga keuangannya Kemudahan mencari produk olahan lele Informasi mengenai harga olahan lele Informasi mengenai lokasi penjualan/pemesanan olahan lele Meningkatnya lapangan pekerjaan Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Meningkatnya devisa Negara Meningkatnya pendapatan daerah
21
C. FORMULASI PERMASALAHAN Berdasarkan kebutuhan para pelaku di atas, permasalahan yang dihadapi para pelaku usaha dalam kaitannya dengan pendirian UMK berbasis olahan lele dumbo adalah : 1. Dalam mendirikan usaha/UMK, para pemilik usaha cenderung tidak memperhatikan masalah analisis kelayakan finansial, padahal analisis kelayakan sangat penting untuk memberi gambaran apakah usaha yang akan didirikannya layak atau tidak. 2. Pemilik modal cenderung susah untuk mendapatkan informasi mengenai UMK yang prospektif. Jika ada informasi, data yang ada tidak lengkap dan susah untuk memutuskan mana UMK yang benar-benar menguntungkan secara finansial. 3. Biaya pembuatan analisis kelayakan usaha cukup mahal, dan itulah yang menyebabkan para pemilik usaha enggan untuk melakukan analisis kelayakan. Selain itu, tidak banyak orang yang mengetahui prosedur pembuatan analisis kelayakan finansial, sehingga bagi pemilik usaha yang ingin melakukan analisis kelayakan usahanya akan mengalami kesulitan mencari orang yang tahu tentang analisis ini. 4. Masyarakat umum perlu media yang khusus menyediakan informasi mengenai lele dan olahannya, serta mengenai UMK secara umum.
D. IDENTIFIKASI SISTEM Identifikasi sistem dimaksudkan untuk menentukan batasan sistem dan ruang lingkup penelaahan sistem. Disamping itu, identifikasi sistem juga merupakan mata rantai hubungan antara kebutuhan dan masalah yang harus dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Indentifikasi sistem dapat digambarkan dalam hubungan diagram input-output. Diagram input-output menggambarkan masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Masukan dalam model terdiri dari masukan terkontrol dari dalam sistem, masukan tidak terkontrol dari dalam dan luar sistem dan masukan dari lingkungan. Sedangkan keluaran dalam model merupakan keluaran yang dikehendaki dan tidak dikehendaki (Marimin, 2008). Masukan terkontrol merupakan peubah variabel yang dapat divariasikan dengan tujuan agar keluaran yang tidak dikehendaki tidak terjadi. Apabila terjadi keluaran yang tidak dikehendaki, artinya masukan terkontrol harus dirubah besarannya. Masukan terkontrol ini bersama dengan masukan tidak terkontrol dan masukan dari lingkungan diproses dalam kotak hitam rancangan sistem penunjang keputusan pendirian UMK berbasis olahan lele dumbo sehingga menghasilkan keluaran yang dikehendaki (Marimin, 2008). Input terkontrol yang ada pada sistem ini adalah skenario analisis kelayakan dan teknologi pengolahan lele. Pengendalian input terkontrol merupakan langkah kritis untuk mencapai output yang dikehendaki, yaitu tingkat kelayakan finansial yang tinggi, mendapatkan investor yang sesuai untuk membiayaai model yang telah dibuat, dukungan dari pemerintah pusat maupun daerah, dan harapan bahwa semua produk laku di pasaran. Dengan pengendalian input terkontrol diharapkan juga dapat sekaligus mencegah terjadinya atau timbulnya output yang tidak dikehendaki, yaitu ketidakpastian harga bahan baku dan bahan penunjang, tingkat suku bunga yang tinggi, tidak adanya jaminan ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang, dan ketidakpastian penjualan produk tiap bulannya.
22
23
Output yang Dikehendaki Tingkat analisis kelayakan yang tinggi Kesepakatan pembiayaan dengan pemilik modal Dukungan pemerintah daerah maupun pusat Semua produk yang dijual laku di pasaran
Output yang Tidak Dikehendaki Ketidakstabilan harga bahan baku dan bahan penunjang Tingkat suku bunga yang tinggi Tidak adanya jaminan ketersediaan pasokan bahan baku dan bahan penunjang Ketidakstabilan penjualan per bulannya
Rancangan Model Sistem Penunjang Keputusan Dalam Perancangan Usaha Mikro Dan Kecil Olahan Komoditas Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Peraturan Pemerintah
Lingkungan
Gambar 4. Diagram kotak gelap rancangan model SPK pendirian UMK berbasis olahan lele dumbo
Input Terkontrol Skenario analisis kelayakan Teknologi pengolahan lele
Input Tidak Terkontrol Harga bahan baku dan bahan penunjang Persaingan dengan UMK lain Pajak dan inflasi Ketidakpastian pemiulik modal
Input tidak terkontrol dalam sistem ini adalah harga bahan baku dan bahan penunjang, persaingan antar UMK, pajak dan inflasi, serta ketidakpastian pemilik modal. Input tidak terkontrol yang ada dalam sistem ini akan mempengaruhi hasil output yang akan dihasilkan, baik itu output yang dikehendaki maupun output yang tidak dikehendaki.
24