IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
l.l Gambaran Umun Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dayun, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak ^ang memiliki bentangan alam yang secara administratif berada pada posisi antara 00 U'40"-00 47'00" Lintang Utara dan 101 5ri5"-102 22'30" Bujur Timur. Daerah-daerah jerbatasan yang mengelilingi Desa Dayun adalah sebelah Utara berbatasan dengan Desa Vlerempan dan Desa Sungai Mempura, Kabupaten Siak. Sebelah selatan berbatan dengan Cabupten Pelalawan. Sebelah barat berbatasan dengan Banjar Seminal dan Desa 'angkalan Makmur, Kabupaten Siak sebelah Timur berbatasan dengan Desa Benteng ^ulu, Kabupaten Siak. Hasil pengukuran peta secara digital dan survay lapangan, Desa Dayun meliputi uas areal 82.604 Ha, dengan kemiringan permukaan lahan agak landai (3-8%) dengan cetinggian 5-10 m diatas pemiukaan laut. Jenis tanah yang ada di Desa Dayun tergolong cepada histosol dan ultisol. Pada tanah histosol yang terbentuk dari bahan induk berupa )ahan organik pada cekungan/depresi. Tanah ini mempunyai horizon yang ketebalannya )ervariasi antara 40-200 cm yang beriklim tropist. Pada kategori Sub-Order tanah ini ermasuk hemist, dan kategori Great Group tergolong pada Tropohemist. Sebagian ;ekungan/depresi telah dibuka untuk pertanian, melalui perbaikan drainase dengan nembuat saluran pengeringan. Permukaan air tanah ditempat ini telah mengalami jenurunan dan aerase menjadi baik. Selanjutnya menjadi pelapukan lebih lanjut sehingga anali ini horizon histiknya menjadi saprik, karena terdapat didaerah iklim tropis, tanah empat ini termasuk Great Group Troposaprist. Menurut Soil Survey Staff (1998), Ultisols adalah tanah-tanah yang telah nengalami perkembangan lanjut, dicirikan oleh adanya akumulasi Hat pada lapisan )a\vah yang disebut sebagai horison argilik. dengan kejenuhan basa kurang dari 35%. JItisol pada tanah ini termasuk Sub-Group Uduh. pada kategori Great Group tanah ersebut tergolong Hapludult.
18 4.2 Karakteristik Lahan 4.2.1 Kondisi Iklim Data iklim yang diperlukan dalam evaluasi lahan adalah rata-rata curah hujan dan temperatur. Data curah hujan diperoleh dari UPT pertanian Kecamatan Dayoin, data yang diambil selama 10 tahun terakhir (1999- 2008) dengan rata-rata curah hujan 2333 pertahun. Berdasarkan kerangka acuan tim PPT dan agroklimat untuk tanaman salak pondoh, menunjukkan bahwa curah hujan pada lokasi penelitian tergoleng kelas S3 (sesuai marginal). Besarnya curah hujan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. Secara teknis tingkat kesesuaian lahan S3 dengan faktor pembatas curah hujan tidak dapat untuk di perbaiki, sehingga mengakibatkan kelas kesesuaian lahan potensial berada pada tingkat S3. Temperatur rata-rata per tahun selama 10 tahun (1999- 2008), yang di peroleh dari BMKG simpang tiga pekanbaru (rekapitulasi dari stasiun BMKG sei pakning) lokasi penelitian memiliki rata-rata temperatur pertahun 27,28 "C. Berdasarkan kerangka acuan tim PPT dan agroklimat untuk tanaman salak pondoh, menunjukkan bahwa teniperatur pada lokasi penelitian tergoleng kelas SI (sangat sesuai). Data temperatur lokasi penelitian apat dilihat pada lampiran 4. 4.2.2 Data Pengamatan Di Lapangan a. Drainase Drainase merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu tanah baik berupa aliran permukaan (run off) maupun air yang masuk kedalam tanah (perkolasi). Aliran permukaan (Run off) diamati dengan membandingkan air yang mengalir di permukaan tanah dengan jumlah curah hujan. Drainase dakliil (perkolasi) merupakan aliran air yang masuk ke dalam tanah yang dinyatakan dalam frekuensi dan lamanya penjenuhan air, biasanya dipengaruhi oleh tekstur, struktur, tinggi air tanah. Pada umumnya pengamatan drainase dilapangan dapat ditentukan dari wama dan pola wama yang terdapat pada lapisan bawah. Dilaboratorium penetapan drainase dengan menentukan permeabilitas tanah yaitu derajad peresapan tanah pada waktu tertentu. Data permeabilitas tanali di lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 5.
19 b. Lereng Lereng merupakan tingkat kemiringan tanah. Tingkat kemiringan tanah sangat berpengaruh terhadap jumlah dan kecepatan run off,. Dilapangan untuk mengukur kelerengan dengan mengunakan Abney Level atai teodolit. Kemiringan lahan umumnya dalam persen (%) yang merupakan tangen dari derajat kemiringan lereng tersebut. Ini berarti bahwa kemiringan 45° = 100 %. Makin curam lereng kesesuaian lahan makin berkurang. Pada umumnya dianggap bahwa dengan kemiringan lebih dari 30% tidak cocok lagi untuk tanaman pangan. Tingkat kemiringan lokasi penelitian berada pada tingkat datar (0-3%) dan berombak (3-8%) c. Erosi Erosi merupakan suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi. Besar kecilnya erosi tanah sangat dipengaruhi oleh curah hujan, sifat-sifat tanah (tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik), lereng, vegetasi penutup tanah, dan manusia. Tingaka bahaya erosi di lokasi penelitian berada pada tingkat sangat ringan, ringan dan sedang, hal itu dipengruhi oleh tingkat kemiringan lahan yang rendah.
4.2.3 Sifat Fisika Tanah a. Kedalaman Efaktif Kedalaman efaktif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakuakan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akarakar tersebut dapat menembus tanah perlu diamati dengan baik. b. Tekstur Tekstur tanah diartikan sebagai proporsi pasir, debu dan Hat. Partikel ukuran lebih dari 2mm, bahan organik dan agen perekat seperti kalsium karbonate harus dihilangkan sebelum menentukan tekstur. Tanah bertekstur sama misal geluh berdebu mempunyai sifat fisika dan kimia yang hampir sama dengan syarat mineralogi Hat. Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan metode pipet atau metode hidrometer. Tekstur
20 tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan pengolahan dan struktur tanah. Tekstur tanah di lokasi penelitian di sajikan pada Lampiran 6 c. Tanah Gambut Geimbut merupakan suatu ekosistim lahan basah yang dicirikan oleh adanya akumulasi bahan organik yang berasal dari sisa jaringan tumbuhan atau vegetasi alami pada masa lampau. Secara umum lahan gambut mempunyai tingkat kesuburan yang rendah, hal ini karena kandungan unsur haranya yang rendah, dan reaksi tanah masam sehingga secara tidak langsung menyebabkan tingkat pertumbuhan tanaman bisa terganggu. Akan tetapi apabila lahan atau tanah gambut tersebut dikelola dengan perencanaan yang teliti, pemanfaatan dan penerapan teknologi yang sesuai dan tepat guna, maka tanaman perkebunan maupun tanaman hortikultura buah dan sayuran dapat dibudidayakan dengan hasil yang menguntungkan Adapun tingkat kesuburan lahan atau tanah gambut itu sendiri ditentukan oleh: 1. Ketebalan lapisan gambut dan tingkat dekomposisi atau kematangan dari masingmasing lapisan; 2. Keadaan tanah mineral yang ada dibawahnya ; 3. Kualitas air sungai dan air pasang yang mempengaruhi lahan gambut dalam proses pematangannya. Sifat tanah gambut yang kering irreversible diying, yaitu bila terjadi pengeringan yang berlebihan, maka tidak akan menjadi basah lagi karena gambut tidak dapat menyerap air kembali. Sifat gambut lainnya adalah terus menerus mengalami penurunan permukaan (subsidence),
dan pengerutan
(shringkages) bila
perbaikan
drainase
diiakukan. Hal ini disebabkan karena proses dehidrasi (kehilangan air), maupun proses dekomposisi bahan organic yang terus menerus berjalan, sehingga tebal gambut akan terus menyusut dan bahkan akan habis bila pemeliharaan tidak tidak baik diiakukan. Dari hasil pengamatan di lapangan, tingkat ketebalan gambut di lokasi penelitian berada antara 100 sampai 200 m, dengan tingkat kematangan adalah hemik dan saprik.
21 4.2.4 Sifat Kimia Tanah a. KTK (Kapasitas Tukar Kation) Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu meyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unusr hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar Hat tinggi mempunyai K T K lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh: reaksi tanah, tekstur, jenis mineral Hat, bahan organik serta pengapuran dan pemupukan. KTK lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7. Penentuan KTK tanah dilaboratorium diiakukan dengan ekstraksi amonium asetat yang disangga (buffer) pada pH netral. Cara lain analisis KTK adalah ekstraksi dengan garam netral (misalnya dengan 1 N KCL) pada pH tanah yang sebenamya. b. Reaksi Tanah (pH) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman ataua alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H"^) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion
di dalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Kemasaman tanah biasa sangat menentukan mudah tidakanya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman. Nilai pH lokasi penelitian disajikan pada lampiran 7. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral karena pada pH tersebut unsur hara mudah larut dalam air. Selain menentukan ketersediaan unsur hara pH tanah juga menunjukkan kemungkinan adanaya unsur-unsur beracun seperti ion Al dan Fe, serta mempengaruhi perkembangan mikroorganisme tanah. c. C-organik Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik diiakukan berdasarkan jumlah C-Organik Tingkat C-organik lokasi penelitian disajikan pada lampiran 7. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
22 Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan K T K (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. d. Kejenuhan Basa Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tingkat kemasaman tanah tinggi dan pada kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%), tingkat kesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50%.
4.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan Dari hasil overley antara peta tanah, peta topograpi, dan peta penggunaan lahan, diperoleh sebanyak 13 titik sampel SLH (satuan lahan homogen). Sifat kimia tanah diperoleh dengan pengambilan sampel tanah pada masing-masing SLH yang selanjutnya di analisis di laboratorium (Lampiran 2). Untuk data kondisi dilapangan diperoleh dari pengamatan dilapangan seperti ketebalan gambut, tingkat bahaya erosi.
23 Penilaian tingkat kesesuaian lahan dilakuakan dengan menggunakan metode paramctrik. Pada metode ini penentuan indeks lahan dilakukandengan sistim perkalian dari msing-masing karakteristik lahan yang sangat berpengaruh. Untuk tingkat faktor pembats dan nilai indeks kesesuaian lahan di sesuaian seperti pada Tabel di bawah ini Tabel 2. Tingakat pembatas dan nilai indeks kesesuaian lahan Kelas
Tingakat pembatas
nilai •>
0
1
2
J
4
SI
+
3-4
0
0
0
>75
S2
+
>4
1-3
0
0
50 - <75
S3
+
+
2-3
1
0
25-50
Nl
+
+
+
>1
0
<25
N2
+
+
+
>r
>r
+ : beragam . : tidak dapat diperbaiki
Dari hasil meching antara data karakteristik lahan di desa dayun dengan persyaratan tumbuh tanaman salak pondoh diperoleh tingkat kesesuaian lahan aktual dan faktor pembatas dari masing-masing SLH seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Tingkat kesesuaian lahan No
Satuan Lahan Homogen
Indekslahan
Kelas kesesuain lahan
1
SLH 1
59
S2, n-2, e-1
2
SLH 2
65
S2, n-2
3
SLH 3
38
S3, w - l , n - l
4
SLH 4
65
S2, n-2
5
SLH 5
34
S3, w - l , n - l
6
SLH 6
30
S3, w-1, 0-1, r-1, n-1
7
SLH 7
33
S3, w - l , r - l , n - l
8
SLH 8
33
S3, w-1, 0-1, n-1
9
SLH 9
37
S3, w-1, 0-1, n-1
10
SLH 10
37
S3, w-1, 0-1, n-1
24 11
SLH 11
37
S3, w - l , r - l , n - l
12
SLH 12
47
S3, vv-1
13
SLH 13
37
S3, w-1, n-1
Keterangan: SLH = Satuan Lahan Homogen Sifat pembatas kesesuaian lahan: w = curah hujan, o = drainase, r = media perakaran tekstur, kedalaman efektif, ketebalan gambut dan kematangan gambut, n = retensi hara KTK, KB, pH, dan C-organik, Angka dibelakang simbol sifat pembatas kesesuian menunjukkan tingkat pembatasnya : 1 = ringan; 2 = sedang: dan 3 = berat.
S L H L Dari hasil evaluasi diperoleh tingkat kesesuaian lahan aktual pada tingkat S2 dengan faktor pembatas yang sangat mempengaruhi adalah retensi hara ( KTK dan pH H2O), dan bahaya erosi. Jika diiakukan usaha perbaikan seperti pemberian kapur dan penambahan bahan organik maka dapat miningkatkan tingkat kesesuaian lahan potensial pada tingkat S1, dimana pemberian kapur dapat meningkatkan pH tanah, dan pemberian bahan organik seperti pupuk kompos dan kotoran temak dapat meningkatkan K T K (kapasitas tukar kation) tanah. Untuk mengurangi bahaya erosi maka diperlukan perbaikan seperti memperbanyak tanaman penutup tanah agar mengurangi besarnya air hujan yang jatuh ke tanah dan menyebabkan aliran permukaan. S L H 2. Berdasarkan hasil meching antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman salak pondoh dengan penghitungan nilai indeks lahan diperoleh tingakat kesesuaian lahan aktual pada kelas S2, dengan faktor pembatas retensi hara (KTK dan pH H2O). Jika diiakukan perbaikan maka dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahan hingga kelas SI. Usaha perbaikan yang dapat diiakukan seperti pemberian kapur yang bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan pemberian bahan organik untuk meningkatkan KTK tanah. Dengan meningkatnya KTK tanah maka akan meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanah terebut. S L H 3. dari hasil evaluasi diperoleh tingkat kesesuaian lahan untuk SLH 3 pada kelas S3, dengan faktor pembatas seperti iklim (curah hujan), dan retensi hara (Corganik). Secara umum bahwa dengan faktor pembatas iklim maka akan lebih susah untuk diperbaiki, atau bahkan tidak dapat di perbaiki. Rendahnya C-organik tanah
25 tersebut dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik seperti pemberian pupuk kompos dan pupuk kandang. S L H 4. dari hasil evaluasi diperoleh tingakt kesesuaian lahan aktul pada tingkat S2, dengan faktor pembatas seperti retensi hara (KTK dan pH H2O). Jika diiakukan usaha perbaikan dengan pemberian kapur dan bahan organik maka dapat meningkatkan tingkat kesesuaian lahan pada kelas SI. dengan meningkatnya pH dan KTK tanah maka akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. S L H 5. kelas kesesuaian lahan aktual diperoleh pada kelas S3 dengan faktor pembatas curah hujan dan C-organik. Faktor pembatas tersebut merupakan faktor yang susah unutk diperbaiki, karena faktor pembatas yang bersifat permanen. Hal ini jika diiakukan penanaman salak pondoh di lahan tersebut akan tidak sesuai karana tidak akan mengaliasilkan produksi yang maksimal. Pada umumnya untuk masing-masing SLH denga jinis tanahnya gambut seperti SLH 6,7,8,9,10, dan 11 tingkat kesesuaian lahan aktual berada pada kelas S3, yang mana faktor pembatas utama selain curah hujan adalah ketebalan gambut. Tanah gambut pada umumnya memiliki pH yang rendah dan drainase yang buruk. Untuk SLH 6 faktor pembats kesesuaian lahan selain ketebalan gambut, drainase juga mempengaruhi tingakt kesesuaian lahan. Pada umumnya secara teknis tingkat ketebalan gambut tudak bisa untuk di perbaiki. Unutk sifak kimia seperti pH yang rendah dapat diperbaiki dengan pemberian kapur, sehingga dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahan pada tingkat S I . Perbaikan drainase pada lahan gambut pada umumnya akan mengakibatkan kerusakan tanah gambut. Pembukaan tanah gambut mempunyai masalah yang cukup banyak, sehingga dengan demikian manajemennya betul-betul diperhatikan jangan sampai terjadi penurunan bahan organik yang drastis pada tanah tersebut (subsiden). Diharapkan dengan sistem saluran yang lebih baik akan dapat mencegah subsiden. Disamping itu juga harus dipikirkan jangan terjadinya kekurangan air akibat sistem drainase yang dibuat Dari sifat gambut jika mengalami kekeringan yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya permukaan tanah dan akan susah untuk menyerap air kembali.
Menurunnya
permukaan
tanah
diakibatkan
oleh
meningkatnya
laju
perombakakan bahan organik tanah tersebut. Untuk melakukan perbaikan drainase akan
26 memakan biaya yang cukup besar sehingga tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh jika pada lahan tersebut di tanam salak pondoh. SLH 12. Tingakat kesesuaian lahan berada pada tingkat kelas S3 dengan faktor pembatas curah hujan. Faktor lain berada pada kelas S2 seperti drainase yang jelek, tekstur tanah yang tidak baik, KTK tanah yang rendah, dan bahaya erosi. Untuk faktor pembatas curah hujan merupakan faktor pembatas yang susah untuk diperbaiki atau bahkan tidak mungkin untuk diperbaiki, karena dalam memperbiki curah hujan mungkin dapat diiakukan dengan membuat naungan atau mungkin menanam di dalam ruangan atau rumah kaca peningkatan kesas dan subkelas kesesuaian lahan dapat diiakukan dengan memperbaiki karakteristik lahan yang menjadi faktox pembatas. Perbaikan ini ditetapkan berdasarkan masing-masing pembatas tersebut, yaitu pembuatan tanggul penahan banjir yang diiringi dengan pembuatan saluran drainase untuk memperbaiki pembatas genangan
dan drainase jelek; pemberian bahan organik tanah untuk
menignkatkan K T K tanah. Dengan membaiknya KTK tanah maka akan meningkatkan efisiensi pemupukan. Dengan dilakukannya usaha perbaikan tersebut maka dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahan pada subkelas S1. SLH 13. kelas kesesuaian lahan aktual berada pada kelas S3 dengan faktor pembatas curah hujan dan C-organik. Untuk usaha perbaikan diiakukan dengan memberikan bahan organik dapat minenkatkan C-organik tanah, sehingga tingkat kesesuaian lahan naik menjadi kelas S I . untuk faktor pembatas curah hujan merupaka faklor pembatas yang susah untuk diperbaiki atau bahkan tidak bisa untuk diperbaiki.