IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan Sejalan dengan adanya produsen serat syntetis, perusahaan permintalan benang, perajutan dan perusahaan penyempurnaan tekstil menyebabkan permintaan akan zat warna tetap bertambah, oleh sebab itu pemerintah menyetujui berdirinya PT DyStar Indonesia yang memproduksi zat warna Remazol. Pada awalnya PT. Dystar Cilegon dan PT. Hoechst Cilegon Kimia merupakan salah satu bagian dari kelompok perusahaan kimia terbuka Hoechst yang berpusat di Jerman. Sejak tahun 1952 Hoecsht AG Jerman memproduksi zat warna reaktif dengan nama dagang Remazol. PT. Hoechst Cilegon Kimia
merupakan perusahaan yang
berstatus perseroan terbatas, dan merupakan patungan antara Indonesia dan Jerman yang didirikan berdsarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia yang ada pada waktu itu adalah Presiden Soeharto No. B.26/pres/1982 dikeluarkan pada tanggal 8 Maret 1982. Pada tahun 1996 PT. Hoecsht Cilegon Kimia dan PT. Bayer bekerja sama untuk memproduksi zat warna dan berganti nama menjadi PT. DyStar Cilegon. Penggabungan ini dilakukan untuk menghadapi pasar bebas yang semakin kompetitif. Mulai Februari 1996 PT. DyStar Cilegon memiliki target kapasitas produksi 2000 ton per tahunnya. Pada tanggal 23 Mei 2001 secara resmi PT. Dystar Cilegon bergabung dengan PT. Dystar Polikrik Gabus Cikande, maka namanya berubah kembali menjadi PT. Dystar Colours Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-01145HT.0104.TH.2001. PT. Dystar Colours Indonesia ini mempunyai dua lokasi, yaitu PT. Dystar Colours Indonesia, Gabus Plant dan PT. Dystar Colours Indonesia, Cilegon Plant. PT. Dystar Colours Indonesia berkedudukan dikantor pusat
40
Jakarta tepatnya di Jl. Gatot Subroto Kav.27 Menara Global Building lantai 22. 4.1.2. Struktur Organisasi Dalam
melaksanakan
aktivitasnya,
PT.
DyStar
Colours
Indonesia dipimpin oleh Presiden Direktur yang membawahi empat divisi utama, yaitu: 1. Divisi Teknik. 2. Divisi Keuangan. 3. Divisi Pemasaran. 4. Divisi Umum. Divisi-divisi tersebut berkedudukan dikantor pusat Jakarta tepatnya di Jl. Gatot Subroto Kav.27 Menara Global Building lantai 22, kecuali divisi teknik yang berhubungan langsung dengan jalannya proses produksi, berkedudukan di Cilegon Banten. Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Technical Director, tugasnya adalah memimipin dan menjalankan perusahaan serta mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan pabrik. 2. Manager Production, tugasnya adalah sebagai pelaksana langsung jalannya produksi dan meminta pertanggung jawaban dari supervisor bagian produksi serta pengawasan mutu (Quality Control Laboratory) 3. Engineering, tugasnya adalah menangani masalah-masalah teknik dan meminta pertanggungjawaban dari Maintenance, Instrument, Electric dan Energy. Adapun tugas dan tanggung jawab masingmasing jabatan sebagai berikut: a. Maintenance, tugasnya adalah mengadakan pemeliharan secara teratur terhadap mesin-mesin produksi dan perlengkapannya. b. Instrument,
tugasnya
adalah
mengadakan
jadwal
dan
melakukan perbaikan apabila ada kerusakan dari mesin-mesin produksi atau perlengkapannya.
41
c. Electric, tugasnya adalah merawat dan memperbaili kerusakankerusakan yang berhubungan dengan listrik. d. Energy, tugasnya adalah menyelenggarakan dan menyediakan energy yang dibutuhkan untuk perusahaan. 4. Plant Administrator, tugasnya adalah sebagai berikut: a. Mengurus
rumah
tangga
perusahaan
dan
mengurus
kepegawaian, yakni penerimaan karyawan baru, mengawasi absensi karyawan, merancang pembayaran gaji, serta mengatur transportasi bagi karyawan. b. Mewakili perusahaan dalam menghadapi instansi pemerintah yang bersangkutan dengan DEPNAKER, dinas perburuhan serta segala macam urusan yang menyangkut tenaga kerja. 5. Production
Planing/Inventory
Control,
tugasnya
adalah
mengawasi, mengatur dan mengurus pencatatan transaksi untuk mengurusi laba rugi perusahaan dan menyelenggarakan promosi. 6. Production Supervisor, tugasnya adalah sebagai berikut: a. Bertanggung jawab terhadapa kelancaran produksi. b. Menyusun jadwal produksi. c. Mengontrol bahan baku untuk keperluan produksi. d. Memelihara standard kualitas hasil produksi. 7. Quality Control Laboratory (QCL), tugasnya adalah menentukan standard dari hasil produksi. 8. Process
Control
Laboratory
(PCL),
tugasnya
adalah
merencanakan, mengkoordinir dan mengontrol kegiatan-kegiatan analisis dan eksprimen yang berlangsung serta menganalisa pembuangan limbah padat, cair maupun gas dari proses produksi. 9. Head of werehouse, tugasnya adalah menerima, menyiapkan dan menyimpan bahan baku dan produk yang datang dan mengadakan pembukuan terhadap bahan baku produk yang baru datang. 10. Safety Engineering, tugasnya adalah memberikan penyuluhan kepada seluruh karyawan tentang Safety Health Environment
42
(SHE) dan ada kaitannya dengan Material Safety Data Sheet (MSDS). 11. Confidential Secretary, tugasnya adalah sebagai sekretaris utama yang lebih senior dan langsung dibawah pimpinan Technical Director. 12. Secretary, tugasnya adalah membantu pekerjaan dari Technical Director dan Confidential Secretary. 13. Procurement, tugasnya adalah membeli bahan baku dan menjual produk kepada konsumen. 4.1.3. Peraturan Perusahaan PT. DyStar Colours Indonesia dalam melaksanakan pekerjaan dan aktivitasnya serta untuk mensejahterakan seluruh karyawan PT. DyStar Colours Indonesia, maka perusahaan ini membuat peraturan perusahaan yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh karyawan PT. DyStar Colours Indonesia. Adapun peraturan dari perusahaan ini adalah sebagai berikut: 1. Setiap karyawan harus mengetahui, mematuhi dan menjalankan Material Safety Data Sheet. 2. Setiap karyawan harus masuk kerja menurut jadwal. 3. Setiap karyawan minimal 30 menit sebelum menjalankan kerja harus ada di perusahaan. 4. Setiap karyawan yang tidak masuk memberi surat keterangan. 5. Setiap karyawan yang sakit harus memberikan surat keterangan dari dokter. 4.1.4. Standar dan Prosedur Perusahaan Dalam
melaksanakan
aktivitasnya,
PT.
DyStar
Colours
Indonesia memiliki standar dan prosedur untuk mensejahterakan karyawannya,
yang
perusahaan, meliputi:
didalamnya
terdapat
kebijakan-kebijakan
43
1. Tunjangan kesehatan. 2. Tunjangan transportasi. 3. Tunjangan makan. 4. Fasilitas umum. 4.1.5. Ketenagakerjaan Para pekerja yang berstatus nonshift mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk bekerja sesuai dengan hari kerja, hari Senin sampai hari Jumat. Sedangkan jika bekerja hari Sabtu, Minggu dan hari libur resmi dianggap kerja lembur yang harus dengan perintah dan diketahui oleh atasan. Jam kerja yang berlaku diperusahaan 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu. Pembagian kerja untuk para pekerja yang berstatus shift terdiri dari atas 3 shift. Mereka mempunyai kewajiban untuk bekerja selama enam hari kerja, dimana 2 shift A, 2 hari shift B, 2 hari shift C dan 2 hari libur. Bilamana ada tambahan kerja diluar jadwal kerja maka dianggap lembur. Adapun jadwal shift tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jadwal shift Shift
Waktu
A
07.30 WIB – 16.00 WIB
B
15.30 WIB – 24.00 WIB
C
23.30 WIB – 08.00 WIB
4.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. DCI merupakan perusahaan yang bersifat industri yang bergerak di bidang produksi zat warna yang telah menerapkan program K3 diseluruh bagian-bagian yang ada di perusahaan tersebut. PT. DCI memiliki resiko kecelakaan yang rendah karena usaha dari pihak perusahaan dalam mengontrol K3 sangat ketat. Penerapan K3 di PT. DCI bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada karyawan yaitu mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sekaligus melaksanakan tanggung jawab untuk selalu memperhatikan keselamatan karyawan yang
44
sudah menjadi hak karyawan dan juga dapat mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Adapun program K3 yang telah diterapkan di PT. DCI diantaranya yaitu: 1. Pelatihan keselamatan kerja Perusahaan telah mengadakan beberapa jenis pelatihan mengenai keselamatan kerja yang bertujuan untuk melatih karyawan dalam mengantisipasi terjadinya kecelakan kerja. Jenis pelatihan keselamatan kerja yang telah diadakan di PT. DCI diantaranya yaitu: a. Pelatihan penggunaan peralatan kerja. b. Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan kerja. c. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. 2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) Perusahaan menyediakan APD bagi karyawan yang bertujuan untuk melindungi karyawan dari bahaya dan penyakit yang mungkin terjadi akibat kerja. APD yang disediakan perusahaan disesuaikan dengan jenis bahaya akibat dari pekerjaan yang dilakukan karyawan. Adapun APD yang harus digunakan karyawan diantaranya: a. Pakaian Kerja Pakaian kerja yang dimaksud adalah pakaian yang digunakan karyawan pada seluruh bagian-bagian yang ada di perusahaan. Penggunaan pakaian ini bertujuan untuk melindungi karyawan dari bahaya akibat kerja. b. Sepatu Pengaman (safety shoes) Sepatu pengaman digunakan oleh seluruh karyawan yang berfungsi untuk melindungi kaki bila tertimpa alat berat. Sepatu pengaman ini di lengkapi besi pelindung pada ujung sepatu sehingga mampu memberikan perlindungan untuk kaki karyawan. c. Sarung Tangan Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan karyawan dari benda panas, benda kasar, benda tajam selama proses produksi
45
berlangsung sehingga karyawan terhindar dari kecelakaan yang mengakibatkan tangan terluka ringan maupun terluka parah. d. Helm Helm digunakan untuk melindungi kepala karyawan dari bendabenda berat maupun alat-alat berat selama proses kerja berlangsung yang bertujuan agar karyawan terhindar dari kecelakaan kerja yang mengakibatkan karyawan terluka. e. Masker Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk. Masker digunakan oleh seluruh karyawan setiap masing-masing bagian pada saat bekerja. f. Tali keselamatan (safety belt) Tali
keselamatan
berfungsi
sebagai
alat
pengaman
ketika
menggunakan alat transportasi. Safety belt digunakan untuk karyawan bagian warehouse dan engineering. 3. Penyediaan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja Perusahaan menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berupa peralatan penanganan darurat medis, tombol bahaya (alarm), Alat Pemadam Api Ringan (APAR), dan tandu. Semua peralatan K3 tersedia di setiap ruangan. Peralatan penangan darurat medis disediakan sebagai upaya pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja, tombol bahaya (alarm) berfungsi untuk memberitahukan seluruh karyawan apabila terjadi kejadian yang membahayakan. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) disediakan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di pabrik, dan tandu disediakan untuk membawa karyawan yang pingsan maupun terluka yang menyebabkan karyawan tidak bisa berjalan ke tempat yang aman. 4. Fasilitas kesehatan Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan bagi para karyawan setiap dua kali dalam seminggu yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Pemeriksaan kesehatan bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan karyawan dan mendeteksi dini penyakit yang mungkin diderita karyawan.
46
4.3. Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT DyStar Colours Indonesia dilakukan melalui proses audit keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Audit keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai suatu sistem pengujian terhadap kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja secara sistematis untuk menemukan kelemahan dari unsur sistem (manusia, sarana lingkungan kerja, perangkat lunak) sehingga dilakukan tindakan perbaikan. Pelaksanaan audit keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT DyStar Colours Indonesia dilakukan oleh pihak luar maupun dari dalam perusahaan sendiri. Audit eksternal (luar) dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Tenaga Kerja. Untuk pelaksanaan audit eksternal ini dilakukan setahun sekali. Audit Internal (dalam) dari PT DyStar Colours Indonesia dilakukan setiap hari dengan membentuk tim khusus P2K3 melalui Divisi Plant Administator dan Divisi Safety Engineering. Tugas dari tim ini adalah memeriksa apakah pelaksanaan program K3 sudah sesuai dengan prosedur atau belum. 4.4. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT DyStar Colours Indonesia. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja. 4.4.1. Jenis Kelamin Sebagian besar karyawan PT DyStar Colours Indonesia adalah karyawan pria 112 orang (99,11%) dan sisanya karyawan wanita 1 orang (0,89%). Besarnya persentase karyawan laki-laki karena sebagian besar kegiatan operasional perusahaan memerlukan mobilitas tinggi dan memerlukan kekuatan fisik dibandingkan dengan karyawan wanita. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.
47
112
120 100 80
Pria 60
Wanita
40 20
1
0 Pria
Wanita
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 4.4.2. Usia Usia karyawan berkaitan dengan pengalaman kerja yang dimilikinya dan juga menentukan produktivitasnya dalam bekerja. Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa usia karyawan tersebar kedalam empat kelompok yaitu, 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan 5160 tahun. Dapat disimpulkan bahwa usia karyawan menyebar ke dalam beberapa kelompok umur yaitu sebesar 46.90% sebanyak 53 orang masuk ke dalam kelompok usia antara 41-50 tahun, 38.93% sebanyak 44 orang masuk ke dalam kelompok usia antara 31-40 tahun, 10.62% sebanyak 12 orang masuk ke dalam kelompok usia antara 5160 tahun dan 3.54% sebanyak 4 orang masuk ke dalam kelompok usia antara 20-30 tahun. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar
karyawan rata-rata masih berada pada batas usia
produktif untuk bekerja. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 4.
48
60
53 44
50 40
20 - 30 Tahun
30
31 - 40 Tahun
20 10
12
41 - 50 Tahun 51 - 60 Tahun
4
0 20 - 30 Tahun
31 - 40 Tahun
41 - 50 Tahun
51 - 60 Tahun
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 4.4.3. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel 6 diperoleh data bahwa karyawan PT. DyStar Colours Indonesia memiliki latar belakang pendidikan yang paling banyak adalah lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) yaitu sebanyak 89 orang (78.76%). dan lulusan yang paling sedikit yaitu lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Teknik Mesin (STM), Diploma 1 (D1) serta Diploma 3 (D3) yang masing-masing jumlah karyawannya 1 orang (0,89%). Hal ini terjadi karena secara keseluruhan pekerjaan yang harus dilakukan tidak menuntut keahlian tinggi, karena karyawan mampu menjalankan pekerjaan dengan keterampilan dan pengalaman yang telah didapatkan. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 5.
49
89 90 80
SMP
70
SMU
60
SMK
50
STM
40
D1
30 20
13
10
1
1
1
1
SMK
STM
D1
D3
D3
7
S1
0 SMP
SMU
S1
Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 4.4.4. Masa Kerja Berdasarkan Tabel 6 diperoleh data bahwa karyawan dengan masa kerja tertinggi lebih dari 15 tahun (>15) sebanyak 57 orang (50,44)%, dan terendah berada pada rentang masa kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (1,77%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar karyawan sudah memiliki banyak pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaannya serta merupakan cerminan loyalitas dari karyawan sangat tinggi terhadap perusahaan. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada Gambar 6. 57
60
50
38
40
1 - 5 Tahun
30
6 - 10 Tahun 16
20 10
11 - 15 Tahun > 15 Tahun
2
0 1 - 5 Tahun
6 - 10 Tahun
11 - 15 Tahun
> 15 Tahun
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
50
Tabel 6. Karakteristik Responden Karakteristik Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan 20-30 31-40 Usia (tahun) 41-50 51-60 SMP SMU SMK Pendidikan STM D1 D3 S1 1 s/d 5 6 s/d 10 Masa Kerja (tahun) 11 s/d 15 > 15
Jumlah (orang) 112 1 4 44 53 12 13 89 1 1 1 1 7 2 16 38 57
Persentase (%) 99,11 0,89 3,54 38,93 46,90 10,62 11,50 78,76 0,89 0,89 0,89 0,89 6,19 1,77 14,16 33,62 50,44
4.5. Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas 4.5.1. Hasil Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah pernyataanpernyataan yang diajukan dapat memberikan jawaban yang sesuai dan dapat mengukur aspek-aspek yang ingin diukur. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. Uji validitas dilakukan dengan cara uji coba kuesioner yang disebarkan kepada 30 responden. Suatu pernyataan pada kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel adalah 0.362. Setelah dilakukan uji validitas terdapat 46 pernyataan yang dinyatakan valid dari 49 pernyataan yang telah disebarkan melalui kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa 46 pernyataan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut (r hitung > r tabel), dimana r tabel = 0.362 untuk n = 30. Hasil dari pengujian validitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
51
4.5.2. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk dijadikan sebagai alat ukur, apabila pengukuran diulangi. Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
teknik
Cronbach’s
Alpha
kemudian
nilainya
dibandingkan dengan nilai r tabel sebesar 0.362 (untuk tingkat kesalahan 5%). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software SPSS for Windows 16 diperoleh nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,931 untuk pernyataan aspek-aspek K3 dan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,886 untuk pernyataan kepuasan kerja. Hal ini berarti bahwa kuesioner yang disebarkan telah reliable atau andal sehingga pantas digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Hasil dari pengujian reliabilitas dapat dilihat pada Lanjutan Lampiran 3. 4.6. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan (K3) merupakan hal yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem K3 yang baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga kerja yang sehat dan produktif, sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan analisis untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3 dan persepsi karyawan terhadap kepuasan kerja. Faktor-faktor K3 yang dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan dari faktor-faktor dari teori Miner. Setelah melakukan kesepakatan dengan pihak manajemen PT DyStar Colours Indonesia, maka faktor yang digunakan hanya 5 faktor dari Safety Psychology saja yang diteliti, yakni pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, inspeksi dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. Bobot yang digunakan dalam setiap pertanyaan adalah:
52
5 = Sangat Setuju (SS) 4 = Setuju (S) 3 = Cukup Setuju (CS) 2 = Tidak Setuju (TS) 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Tabel 7. Hasil jawaban responden mengenai pelatihan keselamatan (n = 113) No
Pernyataan
1.
Perusahaan telah memberikan pelatihan penggunaan peralatan kerja kepada saya. Perusahaan telah memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja kepada saya. Perusahaan telah memberikan pelatihan pencegahan penanggulangan bahaya kebakaran kepada saya. Saya merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan Pelatihan memberikan banyak informasi tentang bahaya pekerjaan dan pentingnya keselamatan saya. Total
2.
3.
4. 5.
Rataan Skor 4,38
Keterangan Sangat Baik
4,30
Sangat Baik
4,35
Sangat Baik
4,37
Sangat Baik
4,49
Sangat Baik
4,37
Sangat Baik
Pelatihan merupakan salah satu faktor yang diperlukan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan keselamatan kerja. Adanya pelatihan keselamatan yang diberikan oleh perusahaan akan membuat karyawan bekerja dengan lebih berhati-hati dan dapat melindungi diri dari kecelakaan kerja yang mungkin mungkin terjadi. Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan persepsi karyawan mengenai pelatihan keselamatan. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai pelatihan yang memberikan banyak informasi tentang bahaya pekerjaan dan keselamatan sudah dilaksanakan sangat baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,49 menunjukkan sebagian besar karyawan merasa perusahaan telah memberikan pelatihan dan banyak
informasi tentang
bahaya pekerjaaan dan pentingnya keselamatan dalam bekerja. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai pelatihan
53
penggunaan peralatan keselamatan kerja sudah dilaksanakan sangat baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,30 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa pelatihan penggunaan peralatan keselamatan kerja yang dilaksanakan masih belum bekerja secara optimal. Dari hasil penelitian mengenai pelatihan keselamatan kerja, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,37 dan persepsi karyawan termasuk kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pelatihan keselamatan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik, namun perlu ditingkatkan lagi terutama pada aspek pelatihan penggunaan peralatan keselamatan kerja. Tabel 8. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan kerja (n = 113) No
Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan
1.
Perusahaan telah menempel/memasang tanda peringatan di tempat yang berpotensi berbahaya
4,64
Sangat Baik
2.
Di lingkungan perusahaan terdapat pesan-pesan tentang keselamatan dan kesehatan kerja Perusahaan mensosialisasikan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan alat pemadam kebakaran
4,59
Sangat Baik
4,50
Sangat Baik
Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan Atasan saya memberikan contohcontoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat
4,46
Sangat Baik
4,41
Sangat Baik
4,52
Sangat Baik
3.
4. 5.
Total
Publikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berhubungan dengan pemberian informasi atau pesan mengenai keselamatan kerja. Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan persepsi karyawan mengenai publikasi keselamatan kerja. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai pemasangan atau penempelan tanda peringatan di tempat yang berpotensi berbahaya. Dengan nilai rataan sebesar 4,64 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya yang dilaksanakan pihak perusahaan sudah
54
berjalan sangat baik. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai pemberian contoh-contoh yang baik tentang cara bekerja yang aman dan sehat yang dilingkungan perusahaan yang diberikan langsung oleh atasan. Dengan nilai rataan sebesar 4,41 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa pemberian contoh tentang bekerja yang aman dan sehat yang diberikan oleh atasan masih belum optimal sehingga terjadinya kecelakaan kerja dilingkungan perusahaan. Dari hasil penelitian mengenai publikasi keselamatan kerja, diperoleh nilai rataan keseluruhan
adalah sebesar 4,52 dan persepsi karyawan
termasuk sangat baik. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan publikasi keselamatan kerja sudah terlaksana dengan sangat baik, namun pihak manajemen perusahaan perlu meningkatkan lagi terutama pada pemberian contoh-contoh yang baik mengenai cara bekerja yang sehat dan aman sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja. Tabel 9. Hasil jawaban responden mengenai kontrol lingkungan kerja (n=113) No
Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan
1
Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja Kondisi ventilasi, suhu dan penerangan di ruang kerja cukup baik dan memuaskan Ruangan tempat kerja saya cukup bersih Kondisi ruang kerja saya memberikan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja
4,45
Sangat Baik
4,04
Baik
4,02
Baik
4,07
Baik
Perusahaan mengadakan pemeriksaan secara rutin. Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di lingkungan kerja saya
4,35
Sangat Baik
4,47
Sangat Baik
Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja Total
4,55
Sangat Baik
4,27
Baik
2
3 4
5 6
7
55
Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah pemeriksaan atau pengendalian yang berhubungan dengan kondisi karyawan dan lingkungan kerja diantaranya yaitu: suhu ruangan kerja, penerangan, kebersihan tempat
kerja,
ketersedian perlengkapan keamanan dan
keselamatan kerja serta fasilitas penanganan darurat medis dilingkungan kerja. Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan persepsi karyawan mengenai kontrol lingkungan kerja. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai perusahaan mempunyai fasilitas kesehatan berupa P3K di tempat kerja dianggap sangat baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,55 menunjukkan sebagian besar karyawan menganggap bahwa fasilitas P3K yang diberikan oleh pihak perusahaan telah dilaksanakan dengan sangat baik. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan yaitu mengenai ruangan tempat bekerja yang cukup bersih. Dengan nilai rataan sebesar 4,02 menunjukkan sebagian besar karyawan menganggap bahwa setiap ruangan tempat bekerja kurang bersih dan pihak perusahaan kurang peka terhadap kebersihan terutama di ruangan tempat bekerja. Dari hasil penelitian mengenai kontrol lingkungan kerja, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,27 dan persepsi karyawan termasuk kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa secara umum kontrol lingkungan kerja telah terlaksana dengan baik, namun perlu ditingkatkan lagi oleh perusahaan untuk memelihara kebersihan ruangan tempat bekerja agar karyawan merasa aman, nyaman dan sehat. Inspeksi atau pengawasan adalah pemeriksaan secara seksama mengenai pelaksanaan peraturan dan tugas. Disiplin kerja adalah suatu alat berkomunikasi dengan karyawan untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan (Rivai, 2009). Disiplin merupakan kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja karyawan, hal ini dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dilingkungan perusahaan.
56
Tabel 10. Hasil jawaban responden mengenai inspeksi dan disiplin (n =113) No.
Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan
1
Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
4,45
Sangat Baik
2
Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
4,38
Sangat Baik
3
Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri saat bekerja
4,49
Sangat Baik
4
Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahanbahan berbahaya
4,46
Sangat Baik
4,45
Sangat Baik
Total
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan persepsi karyawan mengenai inspeksi dan disiplin. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah diwajibkannya penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja dianggap sangat baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,49 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa pihak perusahaan mewajibkan para karyawan untuk menggunakan alat pelindung diri saat bekerja hal ini dapat memperkecil resiko yang timbul akibat dari kecelakaan dan penyakit kerja. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah dilakukannya pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin oleh pihak perusahaan. Dengan nilai rataan sebesar 4,38 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa pengecekan alat-alat keselamatan kerja yang dilakukan oleh perusahaan benar adanya dan terlaksana sangat baik. Dari hasil penelitian mengenai inspeksi dan disiplin, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,45 dan termasuk kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa secara umum inspeksi dan disiplin dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan, namun dari segi pengecekan alat-alat keselamatan kerja agar dapat ditingkatkan lagi sehingga apabila terjadi kecelakaan kerja seperti kebakaran alat-alat keselamatan tersebut dapat bekerja dengan baik.
57
Tabel 11. Hasil jawaban responden mengenai peningkatan kesadaran K3 (n = 113) No
Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan
1
Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah K3
4,61
Sangat Baik
2
Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja
4,62
Sangat Baik
3
Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja saya Penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja terutama di tempat yang berbahaya
4,60
Sangat Baik
4,53
Sangat Baik
Perusahaan menginginkan masukan-masukan atau gagasan dari saya terkait dengan masalah K3 Perusahaan menginginkan saya ikut aktif dalam penerapan program K3
4,20
Baik
4,20
Baik
4,46
Sangat Baik
4
5
6
Total
Kurangnya kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tantangan atau pekerjaan rumah bagi perusahaan untuk mendorong karyawan agar memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan persepsi karyawan mengenai peningkatan kesadaran K3. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja. Dengan nilai rataan sebesar 4,62 menunjukkan sebagian besar karyawan membenarkan pernyataan bahwa perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja hal ini merupakan bentuk jaminan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan terhadap karyawannya dan dilaksanakan dengan sangat baik. Untuk nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan ada 2 (dua) yaitu perusahaan menginginkan masukan atau gagasan terkait dengan masalah K3 dan perusahaan menginginkan ikut
58
aktif dalam penerapan program K3.
Dengan nilai rataan sebesar 4,20
menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa perusahaan menginginkan masukan atau gagasan dari karyawannya terkait dengan masalah K3 serta perusahaan juga menginginkan karyawannya ikut aktif dalam penerapan program K3 masih belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Dari hasil penelitian mengenai peningkatan kesadaran K3, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,46 dan termasuk kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan kesadaran K3 telah terlaksana dengan sangat baik, namun perlu ditingkatkan lagi tertutama pada aspek penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja terutama di tempat yang berbahaya hal ini dilakukan agar karyawan terhindar dari kecelakaan kerja di saat bekerja. Tabel 12. Faktor-faktor K3 PT. DyStar Colours Indonesia No.
1 2 3 4 5
Faktor-faktor K3
Pelatihan Keselamatan Publikasi Keselamatan Kerja Kontrol Lingkungan Kerja Inspeksi dan Disiplin Peningkatan Kesadaran K3 Total
Rataan Skor
Keterangan
4,38 4,52 4,27 4,44 4,44 4,41
Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan persepsi karyawan mengenai seluruh faktor-faktor K3 di PT DCI. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai publikasi keselamatan kerja yang dianggap sangat baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,52
menunjukkan
sebagian besar karyawan menyatakan bahwa publikasi keselamatan kerja yang dilakukan oleh perusahaan sudah berjalan sangat baik. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai kontrol lingkungan kerja. Dengan nilai rataan sebesar 4,27 menunjukkan bahwa pelaksanaan kontrol lingkungan kerja selama ini di perusahaan masih belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.
59
Dari hasil penelitian mengenai seluruh faktor-faktor K3 di PT. DCI, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,41 dan persepsi karyawan termasuk kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan seluruh faktor-faktor K3 di PT. DCI sudah terlaksana dengan baik, namun ada salah satu faktor yang perlu ditingkatkan lagi terutama pada faktor kontrol lingkungan kerja. 4.7. Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Kepuasan kerja karyawan dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yang meliputi yaitu: kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan interpersonal, kondisi kerja serta gaji dan tunjungan. Tabel 13. Hasil jawaban responden mengenai kebijakan perusahaan (n=113) No.
Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan
1
Saya merasa puas dengan peraturan jam kerja yang diberlakukan oleh perusahaan Saya merasa puas terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan dengan baik terutama yang berkaitan dengan K3 Saya merasa puas sanksi diberikan bila ada pelanggaran terhadap peraturan K3
4,23
Baik
4,03
Baik
3,77
Baik
Saya merasa puas dengan kedisiplinan dan penerapan peraturan K3 oleh perusahaan
4,05
Baik
4,02
Baik
2
3
4
Total
Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa persepsi karyawan mengenai kebijakan perusahaan. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah peraturan jam kerja yang diberlakukan oleh perusahaan
60
sudah terlaksana dengan baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,23 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa pemberlakuan jam kerja selama ini sudah dilaksanakan dengan baik. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah sanksi yang diberikan bila ada pelanggaran terhadap peraturan K3. Dengan nilai rataan sebesar 3,77 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa sanksi yang diberikan belum sepenuhnya terlaksanakan oleh perusahaan. Dari hasil penelitian mengenai Kebijakan Perusahaan, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,02 dan persepsi karyawan termasuk kategori baik. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa karyawan merasa puas dan terpenuhi terhadap kebijakan perusahaan, namun untuk aspek sanksi yang diberikan apabila ada pelanggaran terhadap peraturan K3 belum terpenuhi untuk itu perlu ditingkatkan oleh perusahaan. Tabel 14. Hasil jawaban responden mengenai supervisi (n=113) No.
Pernyataan
5
Saya merasa puas terhadap pelatihan keselamatan kerja yang diberikan oleh atasan Saya merasa puas terhadap kualitas dari supervisor dalam mensosialisasikan dan mengawasi program K3 Saya merasa puas terhadap petunjuk atau arahan mengenai program K3 yang diberikan oleh atasan
6
7
8
Atasan mau membuka diri untuk menerima semua pertanyaan yang menyangkut program K3 yang berlaku di perusahaan Total
Rataan Skor 4,17
Keterangan
4,12
Baik
4,22
Baik
4,15
Baik
4,16
Baik
Baik
Secara umum supervisi adalah melakukan pengamatan langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung mengatasinya. Dengan adanya supervisi ini, seorang karyawan dapat dibimbing dalam bekerja dan karyawan juga
61
bekerja dengan sunguh-sungguh sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan bahwa persepsi karyawan mengenai supervisi. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan yaitu petunjuk atau arahan mengenai program K3 yang diberikan oleh atasan. Dengan nilai rataan sebesar 4,22 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa petunjuk atau arahan program K3 yang diberikan oleh atasan selama ini sudah terlaksana dengan baik . Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah kualitas dari supervisor dalam mensosialisasikan dan mengawasi program K3. Dengan nilai rataan sebesar 4,12 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa kualitas supervisor dalam mensosialisasikan program K3 belum sepenuhnya terlaksana oleh supervisor. Dari hasil penelitian mengenai Supervisi, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,16 dan persepsi karyawan termasuk kategori baik. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa karyawan merasa puas dan terpenuhi terhadap supervisi, namun ada satu hal yang harus dibenahi yaitu pada aspek kualitas dari supervisor dalam mensosialisasikan program K3. Hubungan interpersonal adalah bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, melalui hubungan tatap muka yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan dalam kegiatan itu terjadi suatu proses psikologis yang bisa merubah sikap, pendapat atau perilaku orang yang sedang melakukan interaksi tersebut. Berdasarkan Tabel 15, menunjukkan persepsi karyawan mengenai hubungan interpersonal. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah kerja sama yang terjalin dengan sesama karyawan. Dengan nilai rataan sebesar 4,57
menunjukkan sebagian besar karyawan
membenarkan pernyataan bahwa kerja sama yang terjalin dengan sesma karyawan dilaksanakan dengan sangat baik. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah atasan memberi pujian jika karyawan mengerjakan pekerjaan dengan baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,09 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa atasan memberi
62
pujian jika karyawan bekerja dengan baik masih belum sepenuhnya terlaksana. Dari hasil penelitian mengenai hubungan interpersonal, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,36 dan termasuk kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa hubungan interpersonal telah terlaksana dengan sangat baik, namun pada aspek atasan memberikan pujian jika karyawan bekerja dengan baik pada setiap pekerjaan hal itu perlu ditingkatkan lagi. Tabel 15. Hasil jawaban responden mengenai hubungan interpersonal (n=113) No.
Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan
9
Saya merasa puas dengan arahan, bimbingan, dan bantuan atasan terhadap saya Saya merasa puas atasan selalu memberikan pujian jika saya telah mengerjakan setiap pekerjaan dengan baik
4,34
Sangat Baik
4,09
Baik
11
Saya merasa puas terhadap hubungan yang terjalin antara atasan dan rekan kerja
4,47
Sangat Baik
12
Saya merasa puas terhadap kerja sama yang terjalin dengan sesama karyawan
4,57
Sangat Baik
4,36
Sangat Baik
10
Total
Kondisi kerja di dalam pabrik yang didirikan oleh perusahaan merupakan faktor yang cukup penting dalam pelaksanaan proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah keadaan didalam perusahaan meliputi faktor suasana kerja dan faktor perlengkapan kerja yang mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya. Berdasarkan Tabel 16, menunjukkan persepsi karyawan mengenai kondisi kerja. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai peralatan kerja dan fasilitas K3 yang diberikan perusahaan. Dengan nilai rataan sebesar 4,48 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa perusahaan telah memberikan peralatan dan fasilitas k3
63
dan itu sudah terlaksana dengan baik. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai kenyamanan dan keamanan terhadap lingkungan kerja. Dengan nilai rataan sebesar 4,12 menunjukkan sebagian besar karyawan berpendapat bahwa kenyamanan dan keamanan terhadap lingkungan kerja masih belum sepenuhnya terpenuhi. Dari hasil penelitian mengenai kondisi kerja, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,30 dan persepsi karyawan termasuk kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi kerja yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik, namun perlu ditingkatkan lagi terutama pada aspek kenyamanan dan keamanan terhadap lingkungan kerja. Tabel 16. Hasil jawaban responden mengenai kondisi kerja (n=113) No.
Pernyataan
13
Saya merasa puas terhadap kenyamanan dan keamanan terhadap lingkungan kerja Saya merasa puas terhadap peralatan kerja dan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja Saya merasa puas dengan alatalat kerja yang selama ini sudah lengkap dan terawat Total
14
15
Rataan Skor 4,12
Keterangan
4,48
Sangat Baik
4,32
Sangat Baik
4,30
Sangat Baik
Baik
Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara teratur kepada seorang karyawan atas jasa dan hasil kerjanya. Gaji sering juga disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk kompensasi, yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas prestasi kerja yang diberikan kepada seorang pegawai atau karyawan. Sedangkan tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan dalam nilai rupiah secara langsung kepada karyawan individual dan dapat diketahui secara pasti. Berdasarkan Tabel 17, menunjukkan persepsi karyawan mengenai gaji dan tunjangan. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan yaitu mengenai tunjangan pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit yang
64
diberikan perusahaan. Dengan nilai rataan sebesar 4,54 menunjukkan sebagian besar karyawan membenarkan pernyataan bahwa pihak perusahaan telah memberikan tunjangan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan yaitu sistem penggajian yang diterapkan oleh perusahaan. Dengan nilai rataan sebesar 4,26 menunjukkan sebagian besar karyawan menyatakan bahwa sistem penggajian yang diterapkan oleh perusahaan belum sepenuhnya terlaksanakan dengan baik. Dari hasil penelitian mengenai gaji dan tunjangan, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,43 dan termasuk kategori sangat baik, namun ada satu aspek yang belum terpenuhi yaitu sistem penggajian yang diterapkan oleh perusahaan untuk itu perlu ditingkatkan lagi sehingga perusahaan dapat mensejahterakan karyawannya. Tabel 17. Hasil jawaban responden mengenai gaji dan tunjangan (n=113) No.
Pernyataan
Rataan Skor
Keterangan
16
Saya merasa puas terhadap sistem penggajian yang diterapkan oleh perusahaan
4,26
Baik
17
Saya merasa puas gaji dan tunjangan yang dibayarkan dengan adil, sesuai dengan pekerjaan oleh perusahaan
4,43
Sangat Baik
18
Saya merasa puas terhadap tunjangan pengobatan dan perawatan di RS yang diberikan perusahaan
4,54
Sangat Baik
19
Saya merasa puas terhadap fasilitas asuransi jiwa yang diberikan perusahaan
4,51
Sangat Baik
4,43
Sangat Baik
Total
Berdasarkan Tabel 18, menunjukkan persepsi karyawan mengenai seluruh faktor-faktor kepuasan kerja karyawan di PT DCI. Nilai rataan tertinggi berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai gaji dan tunjangan dianggap sangat baik. Dengan nilai rataan sebesar 4,44 menunjukkan sebagian besar karyawan menyatakan bahwa gaji dan tunjangan yang dilakukan oleh perusahaan sudah berjalan sangat baik. Nilai
65
rataan terkecil berdasarkan persepsi karyawan adalah mengenai kebijakan perusahaan. Dengan nilai rataan sebesar 4,02 menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan yang selama ini diterapkan di perusahaan masih belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Dari hasil penelitian mengenai seluruh faktor-faktor kepuasan kerja karyawan di PT. DCI, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,26 dan persepsi karyawan termasuk kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan seluruh faktor-faktor kepuasan kerja karyawan di PT. DCI sudah terlaksana dengan baik, namun ada salah satu faktor yang perlu ditingkatkan lagi terutama pada faktor kebijakan perusahaan. Tabel 18. Kepuasan kerja karyawan PT. DyStar Colours Indonesia No.
1 2 3 4 5
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Kebijakan Perusahaan Supervisi Hubungan Interpersonal Kondisi Kerja Gaji dan Tunjangan Total
Rataan Skor
Keterangan
4,02 4,19 4,36 4,30 4,44 4,26
Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik
4.8. Analisis Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Analisis Pengaruh Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kepuasan kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Nilai korelasi positi (+) menunjukkan hubungan positif antara faktor-faktor K3 dengan kepuasan kerja karyawan sedangkan nilai korelasi negatif (-) menunjukkan hubungan berlawanan antara faktor-faktor K3 terhadap kepuasan kerja karyawan. Hubungan antara faktor-faktor K3 terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 19. Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS 16.00 for windows antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, diketahui bahwa salah satu dari faktor K3 tidak memiliki hubungan terhadap kepuasan kerja karyawan
66
dengan nilai koefisien korelasi 0,100. Sedangkan faktor K3 lainnya memiliki hubungan yang kuat dan nyata terhadap kepuasan kerja karyawan. Namun, dari seluruh nilai koefisien korelasi antara faktor-faktor K3 dengan kepuasan kerja karyawan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,545 yang menunjukkan bahwa hubungan antara K3 terhadap kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif, kuat dan nyata. Hubungan yang kuat dan nyata dapat dilihat dari nilai peluang lebih kecil dari taraf nyata ditetapkan (p = 0,000 < α = 0,05), dengan derajat keeratan hubungan berada pada kategori kuat (0,41 - 0,70). Hasil uji korelasi faktor-faktor K3 terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada Lanjutan Lampiran 4. Tabel 19. Hubungan faktor-faktor K3 terhadap kepuasan kerja No.
Faktor K3
Nilai Korelasi
Nilai Peluang (α)
(rs)
Hubungan terhadap Kepuasan kerja karyawan
1
Pelatihan keselamatan
0,100
0,289
Tidak ada hubungan
2
Publikasi keselamatan
0,416
0,000
Kuat dan nyata
0,332
0,000
Lemah dan nyata
kerja 3.
Kontrol
lingkungan
kerja 4.
Inspeksi dan disiplin
0,413
0,000
Kuat dan nyata
5.
Peningkatan kesadaran
0,495
0,000
Kuat dan nyata
K3
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 19), diperoleh nilai peluang 0,000. Nilai peluang tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (p = 0,000 < α = 0,05), yaitu adanya hubungan nyata antara peubah hubungan publikasi keselamatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan korelasi Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi 0,416 yaitu adanya hubungan positif dan kuat antara hubungan publikasi keselamatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa publikasi keselamatan kerja dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Tanda-tanda peringatan atau larangan dipasang oleh perusahaan sudah efektif memberikan pemahaman kepada karyawan tentang
67
pentingnya K3. Hal ini semakin efektif publikasi keselamatan kerja maka semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 19), diperoleh nilai peluang 0,000. Nilai peluang tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (p = 0,000 < α = 0,05), yaitu adanya hubungan nyata antara peubah hubungan inspeksi dan disiplin terhadap kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan korelasi Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi 0,413, yaitu adanya hubungan positif dan kuat antara hubungan inspeksi dan disiplin terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa inspeksi dan disiplin dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Inspeksi dan disiplin ini dilakukan untuk mengawasi karyawan agar karyawan selalu mematuhi peraturan terutama yang terkait dengan K3 dan agar pelaksanaan program K3 dapat berjalan sebagaimana mestinya. Karyawan akan bekerja dengan baik dan dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi. Oleh karena itu, semakin rutin inspeksi dan disiplin dilakukan maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 19), diperoleh nilai peluang 0,000. Nilai peluang tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (p = 0,000 < α = 0,05), yaitu adanya hubungan nyata antara peubah hubungan peningkatan kesadaran K3 terhadap kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan korelasi Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi 0,495, yaitu adanya hubungan positif dan kuat antara hubungan peningkatan kesadaran K3 terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesadaran K3 dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Program K3 akan berjalan dengan baik bila didukung oleh komitmen yang kuat serta adanya perhatian yang besar dari manajemen perusahaan terhadap masalah K3 di lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, semakin tinggi kesadaran karyawan tentang K3 maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan. 4.9. Implikasi Manajerial Perusahaan yang baik adalah perusahaan perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan
68
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan. PT. DyStar Colours Indonesia (DCI) sebagai perusahaan kimia multinasional terkemuka di Indonesia merupakan perusahaan yang bersifat industri yang bergerak di bidang produksi zat warna reaktif memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu, sudah sepatutnya perusahaan menerapkan program K3 untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pelaksanaan program K3 yang efektif, disamping memberikan perlindungan terhadap kecelakaan kerja dan mencegah kerugian yang besar bagi perusahaan, juga dapat memberikan kepuasan kerja karyawan. Hal ini dikarenakan karyawan merasa diperhatikan oleh perusahaan dengan adanya program K3 ini. Oleh karena itu, implikasi manajerial ini disusun untuk membantu manajer agar pelaksanaan program K3 menjadi lebih baik dan menjaga agar tingkat kepuasan kerja karyawan tetap terjaga. Implikasi manajerial ini dapat diberikan yaitu: 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan K3 Prioritas yang harus dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan dimulai dari aspek-aspek berikut: a. Peningkatan Kesadaran K3 Kesadaran karyawan di PT. DCI tentang K3 sudah baik, yang berarti sebagian karyawan telah merasakan pentingnya penerapan program K3. Agar lebih meningkatkan kesadaran karyawan terhadap program K3 ini, perusahaan dapat melakukan dengan cara: 1. Atasan melakukan pengawasan yang kontinyu dan intensif kepada karyawan. 2. Atasan sebaiknya memberikan contoh tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat. 3. Karyawan sebaiknya terus diingatkan mengenai potensi bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja. b. Inspeksi dan Disiplin Inspeksi yang dilakukan saat ini sudah dilaksanakan dengan baik dan terencana. Akan tetapi masih ada pelanggaran yang dilakukan oleh
69
karyawan terhadap peraturan K3 yang sudah ada, misalnya terdapat karyawan yang mengabaikan peraturan yang telah berlaku di perusahaan misalnya, tidak menggunakan APD sewaktu bekerja. Hal ini tentu saja dapat membahayakan karyawan dan bisa merugikan pihak perusahaan. Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan terutama PT. DCI adalah: 1. Memberikan peringatan dengan cara pendekatan personal, dengan begitu pihak perusahaan dapat mengetahui alasan mengapa karyawan tersebut melanggar peraturan. 2. Identifikasi penyebabnya dan mencaari solusi terbaik agar pelanggaran tidak dilakukan lagi. 3. Apabila pelanggaran masih dilakukan oleh orang yang sama, maka berikan peringatan secara tegas kepada karyawan tersebut sesuai kebijakan perusahaan. c. Publikasi Keselamatan Kerja Publikasi keselamatan kerja sudah dilaksanakan dengan baik, akan tetapi perusahaan sebaiknya lebih memaksimalkan lagi media komunikasi
yang
digunakan.
Saat
ini,
perusahaan
hanya
menggunakan media kertas yang diprint dan ditempel/dipasang di beberapa tempat saja. Sebaiknya pesan dengan media kertas tersebut dibuat lebih menarik dan ditempatkan di semua tempat yang memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Di lingkungan perusahaan juga sebaiknya terdapat pesan-pesan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja.
Selain
itu,
sebaiknya
perusahaan
lebih
memsosialisasikan lagi penggunaan alat pemadam kebakaran sehingga apabila terjadi kebakaran, karyawan dapat menggunakan alat pemadam kebakaran tersebut dengan baik dan benar.