MODEL PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN KLASTER INDUSTRI AGRO
Oleh : Tim Tenaga Ahli Klaster Industri Agro Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Agro Hotel Salak The Heritage - Bogor, Bogor, 28 Juni 2013 2013
OUTLINE :
Opening Remarks Kebijakan Industri Nasional Definisi, Peringkat dan Permasalahan Daya Saing Teori-teori Terkait dengan Klaster dan Critical Success Factors Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Agro Melalui Pendekatan Klaster Model-model Klaster di Berbagai Negara Concluding Remarks
OPENING REMARKS : CHARLES DARWIN
“It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent, but the one most responsive to change” “ Bukan spesies yang paling kuat yang dapat bertahan, bukan pula yang paling pintar, tetapi yang paling responsif menyesuaikan diri terhadap perubahan”
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
Visi 2025 ‘’Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh di Dunia’’
Misi a. b. c. d. e. f. g.
Wahana pemenuhan kebutuhan masyarakat Dinamisator pertumbuhan ekonomi Pengganda kegiatan usaha produktif Wahana memajukan teknologi nasional; Wahana modernisasi kehidupan Pilar penopang pertahanan dan keamanan negara Andalan pembangunan industri yang berkelanjutan
Sasaran a. Industri manufaktur telah mencapai taraf Industri Kelas Dunia b. Seimbangnya sumbangan IKM dan industri besar terhadap PDB c. Kuatnya jaringan kerjasama (networking) antara IKM dan industri besar, serta industri di dunia.
Sumber : Perpres 28/2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL Tujuan Jangka Menengah
Tujuan Jangka Panjang
1. Mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan menyerap tenaga kerja. 2. Mampu menguasai pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor. 3. Mampu mendukung perkembangan sektor infrastruktur 4. Mampu memberikan sumbangan terhadap penguasaan teknologi nasional 5. Mampu meningkatkan pendalaman struktur industri dan mendiversifikasi jenis-jenis produksinya. 6. Tumbuh menyebar ke luar Pulau Jawa.
Membangun industri dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada : 1) pembangunan ekonomi, 2) pembangunan sosial, dan 3) pembangunan lingkungan hidup.
Gambar 1. Bangun Industri Nasional
INDUSTRI ALAT ANGKUT
INDUSTRI AGRO
INDUSTRI TELEMATIKA
INDUSTRI BARANG MODAL
PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL
INDUSTRI KOMPONEN (BASIS UKM)
TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL
INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN
BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH SDA TERBARUKAN SUMBERDAYA MANUSIA
SDA TIDAK TERBARUKAN RESEARCH & DEVELOPMENT
DAYA KREATIF
Pendekatan Pe Pembangunan mbangunan Industri Implementasi pembangunan industri nasional dilakukan secara holistik, sinergi dan terintegrasi Sinergi dengan daerah, dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu :
A. Top-Down (By Design)
Pengembangan 35 Klaster Industri Prioritas, yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional utk bersaing di pasar domestik dan internasional.
B. Bottom-Up
Penetapan Kompetensi Inti Daerah yaitu pemberdayaan produk industri unggulan daerah
Gambar 2. Pengembangan Pengembangan 35 Klaster Industri Prioritas (Top Top--down Policy) Policy) 1. Perangkat Lunak & Konten Multimedia 2. Fashion 3. Kerajinan & Barang Seni 1.Batu Mulia dan Perhiasan 2.Garam 3.Gerabah & Keramik Hias 4.Minyak Atsiri 5.Makanan Ringan
Elektronika & Telematika
IKM Tertentu 1. Industri Material Dasar (baja, semen, petrokimia, keramik) 2. Industri Permesinan (mesin listrik & peralatan listrik, mesin peralatan umum) 3. Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (tekstil & produk tekstil, alas kaki)
1. Elektronika 2. Telekomunikasi 3. Komputer dan Peralatannya
Industri Penunjang Industri Kreatif...
Fokus Basis Industri Manufaktur
Alat Angkut 1.Kendaraan Bermotor 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkeretaapian
Agro
1.Pengolahan Kelapa sawit 5. Gula 6. Hasil Tembakau 2.Kakao 3.Pengolahan Kelapa 7. Pengolahan 4.Pengolahan Kopi Buah
Sumber : Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian, 2010
8. Furniture 9. Pengolahan Ikan 10. Kertas 11. Pengolahan Susu
Gambar 3. Pengembangan Klaster Industri Agro TERCAPAINYA SASARAN PERTUMBUHAN INDUSTRI AGRO
KLASTER :
PENGEMBANGAN 11 KLASTER INDUSTRI AGRO
1. INDUSTRI KAKAO 2. INDUSTRI BUAH 3. INDUSTRI KELAPA 4. INDUSTRI TEMBAKAU 5. INDUSTRI KOPI 6. INDUSTRI GULA 7. INDUSTRI HASIL LAUT 8. INDUSTRI K.SAWIT 9. INDUSTRI KAYU 10. INDUSTRI PULP, KERTAS 11. INDUSTRI SUSU
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KLASTER
Sumber : Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian, 2010
MENINGKATNYA DAYA SAING INDUSTRI AGRO
DEFINISI, PERINGKAT DAN DEFINISI, PERMASALAHAN DAYA SAING
Apa itu Daya Saing (Competitiveness (Competitiveness))?
Dari perspektif mikro, daya saing didefinisikan sebagai pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan yang didorong oleh kualitas operasi dan strategi bisnis, kualitas lingkungan bisnis dan iklim ekonomi makro yang sehat dan kondusif (Yener, 2002)
Dari perspektif makro, daya saing menunjukkan sejauh mana negara dalam kondisi pasar bebas dan adil dapat memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar internasional, sekaligus dapat mempertahankan dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang (Garelli, 2002)
Figure 4. 12 Pillars Pillars of Competitiveness, Competitiveness, WEF
Source : World Economic Forum (WEF), 2012
Table 1. The Global Competitiveness Index Negara
GCI 2012 - 2013 GCI 2011 - 2012 GCI 2010-2011
GCI 2009-2010
Singapore Malaysia
2 25
2 21
3 26
3 24
China
29
26
27
29
Brunei Darussalam
28
28
28
32
Thailand
38
39
38
36
Indonesia
50
46
44
54
India
59
56
51
49
Brazil
48
53
58
56
Vietnam Russian Federation Philipina
75 67 65
65 66 75
59 63 85
75 63 87
Cambodia Timor Leste
85 136
97 131
109 133
110 126
Source : World Economic Forum (WEF), 2012
Figure 5. Position of Indonesia Competitiveness
Source : World Economic Forum (WEF), 2012
Figure 6. The Most Problematic Factors for Doing Business
Source : World Economic Forum (WEF), 2012
Figure 7. IMD Competitiveness Cube
Source: International Institute for Management Development (2010)
Figure 8. IMD Competitiveness Factors
These 20 sub-factors comprise more than 300 criteria, although each sub-factor does not necessarily have the same number of criteria (for example, it takes more criteria to assess Education than to evaluate Prices).
Table 2. IMD Competitiveness Ranking Country
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Argentina
47
51
52
55
55
54
55
59
Brazil
44
49
43
40
38
44
46
51
China
18
15
17
20
18
19
23
21
Hong Kong
2
3
3
2
2
1
1
3
India
27
27
29
30
31
32
35
40
Indonesia
52
54
51
42
35
37
42
39
Korea
32
29
31
27
23
22
22
22
Malaysia
22
23
19
18
10
16
14
15
Philippines
42
45
40
43
39
41
43
38
Singapore
3
2
2
3
1
3
4
5
Taiwan
17
18
13
23
8
6
7
11
Thailand
29
33
27
26
26
27
30
27
Venezuela
53
55
55
57
58
59
59
60
# Countries
53
55
55
57
58
59
59
60
Source: International Institute for Management Development, World Competitiveness Yearbook, various years
TEORI-TEORI TERKAIT DENGAN KLASTER TEORIDAN CRITICAL SUCCESS FACTORS
Figure 9. From Comparative to Competitive Advantages
Definisi Klaster Industri
“Aglomerasi perusahaan industri inti yang terkonsentrasi secara regional maupun global yang saling berhubungan atau berinteraksi sosial secara dinamis, baik dengan industri terkait, industri pendukung maupun jasa penunjang, infrastruktur ekonomi dan lembaga terkait dalam peningkatan efisiensi, menciptakan aset secara kolektif dan mendorong terciptanya inovasi, sehingga tercipta keunggulan kompetitif” Klaster adalah aglomerasi geografikal perusahaanperusahaan yang memiliki berbagai spesialisasi membentuk kerjasama strategis yang saling menguntungkan
Perusahaan-perusahaan dalam klaster mendapatkan keuntungan dari terbentuknya efisiensi kolektif (collective efficiency): Secara bersama, mereka menciptakan “external economies”, yang memberikan keuntungan kepada perusahaan-perusahaan lain (spillover) efek “involuntary” karena bergabung dalam klaster (passive effects) Mereka melaksanakan aksi bersama (joint actions) efek bekerjasama yang sifatnya aktif bagi perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam klaster (active effects)
Figure 10. Porter’s Diamond Model
CHANCE
FACTOR CONDITIONS
FIRM STRATEGY, STRUCTURE AND RIVALRY
Social Capital
RELATED AND SUPPORTING INDUSTRIES
Source : Porter, 1998 (Adapted)
DEMAND CONDITIONS
GOVERNMENT
Figure 11. Concept of Cluster
Combination Buyers & sellers Cooperators & competitors Sharer of resources
Sharing Resources
Competition/ Cooperation
Sharing Overhead Cost
Strategic Alliance
Advantages Lower transport cost Easy to get pros Fast information exchange Sharing of public facilities
Trade Upstream Supplier
Downstream Maker
Industrial Premises
Source: CEPD, Strengthening core competitiveness through Development Industrial clusters of Taiwan, 2008
Empat Elemen Kunci dari Klaster 1) 2) 3) 4)
Aglomerasi perusahaan (cluster); Nilai Tambah (value added) dan Mata Rantai Nilai (value chain); Jaringan Pemasok; Infrastruktur Ekonomi.
Mengapa Klaster Klaster? ?
Dayasaing rendah Produktivitas rendah karena tidak ada economies of scale Economies of Scope yang terbatas untuk pasar ekspor High costs economy
Pelaku pembangunan tidak terkoordinasi Pemerintah pusat dan daerah, Pusat-pusat penelitian, Universitas, Pusat pelayanan teknologi dan jasa, Kelompok wirausaha, Lembaga keuangan, Perusahaan besar, Petani, LSM, NGO Potensi pelaku klaster tidak tergarap dengan baik
Overlapping pernyataan misi, Conflict of Interest
Pelaku Klaster
Dunia usaha: (1) perusahaan yang bergerak dalam industri inti yaitu industri yang menjadi pemicu dan pendorong timbulnya usaha lain dan (2) perusahaan yang tergolong dalam industri pendukung yang meliputi industri pemasok bahan baku, industri pelengkap, dan industri lanjutan dari industri inti. Institusi pendidikan juga mempunyai peran penting sebagai katalisator dalam pengembangan klaster. Perantara finansial, seperti perusahaan modal usaha, asosiasi usaha yang bekerja untuk kepentingan usaha dan anggota, serta institusi layanan usaha dengan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pemerintah lokal dan lembaga ekonomi lainnya yang berperan dalam memfasilitasi pengembangan klaster melalui intervensi kebijakan.
Gambar 12. Pelaku Klaster
Industri Terkait
Industri pemasok
Industri inti
Industri pendukung
Lembaga pendukung
pasar
Manfaat Klaster
Meningkatkan keahlian pelaku melalui proses pembelajaran bersama Perusahaan-perusahaan yang ada dalam klaster secara bersama-sama akan mendapatkan keahlian komplemen Setiap perusahaan yang ada dalam klaster memperoleh potensi economic of scale Memperkuat hubungan sosial dan hubungan informal lainnya yang dapat menumbuhkan penciptaan ide dan bisnis baru. Memperbaiki arus informasi dalam klaster Membangun infrastruktur profesional, legal, finansial, dan jasa spesialis lainnya.
Gambar 13. Kerangka Tahapan Pengembangan Klaster Industri
1). Aktivitas awal inisiatif / prakarsa pengembangan; 2). Penyusunan kerangka dan agenda pengembangan; 3). Implementasi; 4). Pemantauan, evaluasi dan perbaikan.
Critical Success Factors Dalam Pengembangan Klaster
Faktor-faktor tersebut terdiri dari (1) elemen yang “lunak” seperti jaringan dan pengembangan institusi, (2) elemen “keras” seperti infrastruktur fisik, serta (3) elemen yang tidak terlihat seperti kepemimpinan dan budaya kewirausahaan. Faktor lainnya yang juga berkontribusi pada keberhasilan perkembangan klaster adalah akses pada pasar, finansial, dan jasa-jasa khusus. Selain itu, terdapat pula faktor lain yang berfungsi sebagai pelengkap keberhasilan pengembangan klaster, antara lain advokasi yang membantu usaha perorangan tetapi belum mengarah pada klaster secara eksplisit.
Figure 14. Role of Intergration in Cluster
Figure 15. CSFs in Cluster Development
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO MELALUI PENDEKATAN KLASTER
“UPGRADING UPGRADING” ” = inovasi untuk meningkatkan nilai tambah
Bentuk-bentuk “Upgrading”:
Proses Produk Fungsional Intersektoral
Figure 16. 16. How is Indonesia in 201 2012? 2? Indonesia
Source : World Economic Forum (WEF), 2012
Malaysia
Figure 17. 17. How is Indonesia in 201 2012? 2? Indonesia
Source : World Economic Forum (WEF), 2012
Brunei Darussalam
Figure 18. 18. How is Indonesia in 201 2012? 2? Indonesia
Source : World Economic Forum (WEF), 2012
Thailand
Figure 19. 19. Competitiveness Improvement Strategy
Source : Porter, 2010
Gambar 20. Sistem Strategi Pengembangan Klaster
GLOBAL VALUE CHAINS • Financial resources
INDUSTRIAL CLUSTERS
Figure 21. Hierarchy of Enabling Needs for Agro-industry Competitiveness
Source : Prof. Ralph D. Christy’s presentation at GAIF
MODEL-MODEL KLASTER MODELDI BERBAGAI NEGARA
Gambar 22. Proses Pembentukan Cluster di Jepang
Figure 23. Cluster Model: Palm Oil Industrial Cluster (Sabah)) (Sabah
Copyright© © POIC SabahSdn Sdn Bhd Copyright POIC Sabah Bhd
Figure 24. Cluster Model: Agriculture in Seaports (Netherland)
Gambar 25. Model Klaster: Klaster: Industri Ikan
Gambar 26. Model Klaster Klaster:: Industri Udang
Figure 27. “Smile”-Oriented Industrial Development in Taiwan Added Value
Industrial smile curve Innovation and R&D Center
Global Logistics Management Center
High added value Low substitution Developing knowledgeintensive services Manufacturing center for high value-added products Helping makeover of traditional industries
Manufacture Innovation Design R&D Market Research
Assembly Logistics Brand Marketing Services
Source: CEPD, Guidelines and Action Plan for Service Industry Development, 2004
Industrial Value 49 Chain
CONCLUDING REMARKS
From DWYSYWD to DWWSWWD From: DWYSYWD = Do what you say you will do To: DWWSWWD = Do what we say we will Encouraging the Heart by Kouzes and Posner