J. Tek. Ling
Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”
Hal. 107 - 115
Jakarta, Juni 2012
ISSN 1441-318X
ISOLASI JAMUR YANG BERKAITAN DENGAN SERANGGA DARI RIZOSFIR TANAMAN DAN TANAH GAMBUT DENGAN UMPAN ULAT COLEOPTERA DAN RAYAP Suciatmih1, Titik Kartika2, dan Sulaeman Yusuf2 2
1 Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi – LIPI UPT Balai Penelitian & Pengembangan Biomaterial, LIPI CSC Jl. Jakarta – Bogor Km 46, Cibinong, Bogor e-mail:
[email protected]
Abstrak Telah dilakukan isolasi jamur yang berkaitan dengan serangga dari rizosfir tanaman Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor, Indonesia dan tanah gambut Sebangau, Kalimantan Tengah dengan menggunakan larva Coleoptera dan rayap sebagai umpan; serta larva Coleoptera mati di tempat penjualan. Dari penelitian tersebut, berhasil diisolasi dan diidentifikasi sebanyak 25 spesies jamur yang termasuk dalam 14 genus. Dari jumlah tersebut, 2 spesies (Beauveria brongniartii (Sacc.) Petch and Paecilomyces lilacinus (Thom) Samsom) dikenal luas sebagai jamur patogen serangga; dan yang lainnya sebagai patogen oportunis, serta pengoloni sekunder. Kata kunci: jamur yang berkaitan dengan serangga, larva Coleoptera, rayap, rizosfir tanaman, tanah gambut Abstract Isolation of insect-associated fungi from rhizosphere of Arecaceae plant collections of Bogor Botanical Garden, Indonesia and peat soil of Sebangau, Central Kalimantan by using larvae of Coleoptera and termite as bait; and dead insect from market was carried out. A total of 25 fungi belonging to 14 genera were isolated and identified. Among them, 2 species (Beauveria brongniartii (Sacc.) Petch and Paecilomyces lilacinus (Thom) Samson were known insect pathogenic fungi and the others were opportunistic pathogens and secondary colonizers. Key words: insect-associated fungi, larvae of Coleoptera; peat soil; plant rhizosphere; termite
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
107
1. PENDAHULUAN Penyakit jamur pada serangga adalah umum, menyebar luas, dan seringkali berkontribusi pada pengaturan populasi serangga secara alami (1) . Tanah atau rizosfer tanaman memainkan peranan penting sebagai tempat penyimpanan atau penyediaan jamur patogen serangga, dan beberapa jenis jamur patogen serangga seringkali dilaporkan pada tanah yang dibudidayakan maupun tidak dibudidayakan. Dari golongan jamur tersebut, Beauveria spp., Metarhizium anisopleae var anisopleae (Metschn.) Sorokin dan Paecilomyces spp. merupakan jamur patogen serangga yang sangat umum (2). Jenis jamur lainnya yang terisolasi dari serangga termasuk patogen oportunis dan pengoloni sekunder, dapat juga mempengaruhi sangat besar dinamika populasi serangga (3). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jamur yang berkaitan dengan serangga pada rizosfir tanaman Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor, tanah gambut Sebangau, Kalimantan Tengah, dan serangga mati di tempat penjualan. Jamur yang berhasil diisolasi selanjutnya dapat digunakan untuk menaksir potensi biokontrol dari jamur tersebut. 2.
BAHAN DAN METODE
2.2. Pengumpanan Untuk mendeteksi dan mengisolasi jamur yang berkaitan dengan serangga dari rizosfir tanaman dan tanah, menggunakan metode umpan serangga (insect bait method) dengan ulat Coleoptera dan rayap. Sebanyak 25 g masing-masing rizosfir tanaman atau tanah dimasukkan dalam cawan Petri kemudian diberi 3 ulat atau 3 rayap sebagai perangkap/umpan agar terserang jamur. Cawan Petri diinkubasi dalam temperatur ruang (27o C) selama 2 minggu (ulat dan rayap sudah mati). Ulat dan rayap mati akibat perlakuan serta ulat mati di tempat penjualan (disimpan di dalam bambu) selanjutnya dibersihkan dari tanah yang melekat dengan kuas dan disterilisasi permukaannya dengan 1% natrium hipoklorit selama 3 menit. Ulat dan rayap kemudian dibilas dengan air yang telah disterilisasi sebanyak 3 kali dan dikering anginkan diatas kertas saring yang telah disterilisasi. 2.3 Isolasi
2.1. Rizosfir tanaman Rizosfir tanaman sebagai tempat penyimpanan atau penyediaan jamur patogen serangga diambil dari tanaman Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor, seperti (1) Eugeissona utilis Becc.; (2) Pactris major (Jacq) Kosterm. C & S; (3) Pinanga coronata (Blume ex Mart.) Blume; (4) Cyrtostachys microcarpa Burn.; (5) Ptychosperma macarthurii (H.A. Wendl.) Nicholson; dan (6) semak belukar. Selain itu, digunakan pula tanah gambut yang dikoleksi dari Sebangau, Kalimantan Tengah. 108
Sebanyak 250 g masing-masing rizosfer tanaman diambil dari kedalaman 5–15 cm pada beberapa lokasi di sekitar tanaman kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik. Masing-masing rizosfir tanaman dan tanah dikering anginkan selama 1 minggu kemudian diayak dengan ayakan 600 mesh.
Masing-masing ulat atau rayap mati dihancurkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi berisi air yang telah disterilisasi kemudian divortek selama ½ jam. Sebanyak 0,2 ml suspensi ulat dari masing-masing rizosfir tanaman dan tanah disebarkan dengan batang kaca bengkok diatas media Potato Dextrose Agar (PDA) yang mengandung 0,01 g/l chloramphenicol. Cawan petri kemudian diinkubasi pada temperatur ruang (27oC) dan 45o C selama tiga hari. Masing-masing rizosfir tanaman dan tanah yang digunakan untuk menempatkan ulat atau rayap diulang 2 kali. Koloni tunggal
Suciatmih, dkk., 2012
pada masing-masing cawan petri diambil dan ditrasfer ke media PDA dan diinkubasi selama 1-4 minggu. 2.4. Identifikasi jamur Isolat tunggal dari jamur kemudian diidentifikasi secara morfologi meliputi pengamatan makroskopis maupun mikroskopis. Pengamatan makroskopis jamur meliputi: (1) pemeriksaan warna dan permukaan koloni (granular; seperti tepung; menggunung; licin; ada atau tidak adanya tetes-tetes eksudat); (2) ada atau tidak adanya garis-garis radial dari pusat koloni ke arah tepi koloni; (3) ada atau tidak adanya lingkaran konsentris, sedangkan pengamatan mikroskopis jamur meliputi: (1) ada atau tidak adanya septum pada hifa; (2) pigmentasi hifa (tidak berwarna atau berwarna gelap); (3) bentuk hifa (seperti spiral, bernodul, atau mempunyai rizoid); dan (4) ukuran, warna, hiasan, dan bentuk spora atau konidia (4), (5), dan (6).
Dari penelitian ini tidak ada jamur termofilik (jamur yang dapat tumbuh dan bersporulasi pada temperatur 45 o C) yang berhasil diisolasi. Rizosfir tanaman P. coronata yang digunakan untuk menempatkan ulat menghasilkan jumlah jamur paling banyak, yaitu 8 jenis, sedangkan rizosfir E. utilis, P. major, dan tanah gambut menghasilkan jumlah jamur masing-masing 5, 4, dan 3 jenis. Tabel 1. Jamur dari ulat mati di tempat penjualan yang diinkubasi pada temperatur ruang No
Jamur Ascomycotina
1.
Eurotium sp. Deuteromycotina
2.
Acremonium sp.
3.
Aspergillus flavus Link ex Gray
4.
A. fumigatus Fres.
5.
A. niger van Tieghem
6.
Cladosporium cladosporioides(Fres.) de Vries
3.1. Hasil
7.
Fusarium solani (Mart.) Sacc.
Dari ulat mati di tempat penjualan yang diinkubasi pada temperatur ruang, berhasil diisolasi 11 jenis jamur yang berkaitan dengan serangga, termasuk dalam 7 marga (genus) diidentifikasi dan diklasifikasi ke dalam 1 jenis dari 1 marga termasuk dalam Ascomycotina dan 10 jenis dari 6 marga termasuk dalam Deuteromycotina (Tabel 1). Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari ulat yang ditempatkan pada berbagai rizosfir tanaman dan tanah gambut yang diinkubasi pada temperatur 27o C dan 45o C, berhasil diisolasi 15 jenis jamur yang berkaitan dengan serangga, termasuk dalam 11 marga diidentifikasi dan diklasifikasi ke dalam 1 jenis dari 1 marga termasuk dalam Ascomycotina, 11 jenis dari 8 marga termasuk Deuteromycotina, dan 3 jenis dari 2 marga termasuk dalam Zygomycotina.
8.
Fusarium sp. 1
9.
Geotrichum candidum Link ex Leman
10.
Penicillium sp.1
11.
Penicillium sp.2
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari rayap dan ulat yang ditempatkan pada rizosfer C. microcarpa, P. macarthurii, dan tanah semak belukar yang diinkubasi pada 27o C, berhasil diisolasi 8 jenis jamur yang berkaitan dengan serangga, termasuk dalam 5 marga diidentifikasi dan diklasifikasi ke dalam 6 jenis dari 4 marga termasuk dalam Deuteromycotina dan 2 jenis dari 1 marga termasuk dalam Zygomycotina. Rayap yang ditempatkan pada masing-masing rizosfir tanaman dan tanah menghasilkan jumlah jenis jamur lebih besar dibandingkan dengan ulat yang ditempatkan pada rizosfir tanaman dan tanah yang sama. Jumlah
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
109
Tabel 2. Jamur dari ulat mati yang ditempatkan pada berbagai rizosfir tanaman dan tanah gambut yang diinkubasi pada temperatur 27o C dan 45o C No
Jamur
E. utilis
P. major
P. coronata
Gambut
27 C
45 C
27 C 45 C
27 C
45 C
27o C
45o C
-
-
-
-
-
-
+
-
o
o
o
o
o
o
Ascomycotina 1.
Eupenicillium sp. Deuteromycotina
2.
Acremonium sp.
+
-
-
-
-
-
-
-
3.
Beauveria brongniartii (Sacc.) Petch
-
-
-
-
+
-
-
-
4.
Fusarium avenaceum (Fr.) Sacc.
-
-
-
-
-
-
-
-
5.
F. oxysporum Schlecht.
+
-
+
-
+
-
-
-
6.
F. solani (Mart.) Sacc
-
-
-
-
+
-
-
-
7.
Fusarium sp. 2
-
-
-
-
+
-
-
-
8.
Geotrichum candidum Link ex Leman
-
-
-
-
+
-
-
-
9.
Myrothecium roridum Tode ex Steudel
-
-
-
-
+
-
-
-
10. Paecilomyces lilacinus (Thom) Samson
+
-
-
-
+
-
-
-
11.
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
13. Cunninghamella echinulata (Thaxt.) Thaxt.
+
-
-
-
-
-
+
-
14. C. elegans Lendner
-
-
+
-
+
-
-
-
15. Mucor sp.
-
-
+
-
-
-
-
-
Penicillium sp. 3
12. Trichoderma harzianum Rifai Zygomycotina
Keterangan: + = terisolasi; - = tidak terisolasi
jamur dari rayap (2 jenis) dan ulat (1 jenis) yang ditempatkan pada masing-masing rizosfir C. microcarpa dan P.macarthurii, sedangkan rayap (4 jenis) dan ulat (3 jenis) yang ditempatkan pada tanah semak belukar (Tabel 3). 3.2. Pembahasan Jamur yang berkaitan dengan serangga dapat diisolasi baik dari ulat yang mati di tempat penjualan (ulat ditempatkan dalam bambu) maupun ulat dan rayap mati setelah ditempatkan pada berbagai rizosfir tanaman 110
Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor dan tanah gambut Sebangau, Kalimantan Tengah. Tanah atau rizosfir tanaman maupun bambu memainkan peranan penting sebagai tempat penyimpanan atau penyediaan jamur yang berkaitan dengan serangga. Ferron (7) menginformasikan bahwa ada empat tahapan mekanisme penyakit serangga yang disebabkan oleh jamur, yaitu (1) inokulasi atau kontak antara propagul jamur dengan tubuh serangga; (2) proses penempelan dan perkecambahan propagul jamur pada integumen serangga; (3) penetrasi dan invasi; serta (4) destruksi pada titik penetrasi
Suciatmih, dkk., 2012
Tabel 3. Jamur dari ulat dan rayap mati yang ditempatkan pada rizosfir tanaman dan tanah semak belukar yang diinkubasi pada temperatur 27o C No
Jamur
C. microcarpa
P. macarthurii Semak belukar
Ulat
Ulat
Rayap
Rayap
Ulat
Rayap
Deuteromycotina 1.
Fusarium oxysporum Schlecht.
2.
F. avenaceum (Fr.) Sacc.
3.
Fusarium sp. 3
4.
Geotrichum candidum Link ex Leman
5.
Penicillium sp. 4
6.
Trichoderma harzianum Zygomycotina
7.
Cunninghamella echinulata (Thaxt.) Thaxt.
8.
C. elegans Lendner
Keterangan: + = terisolasi; - = tidak terisol
dan terbentuknya konidia yang kemudian beredar ke dalam hemolimfa dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lainnya. Berdasarkan sejarah hidup dan hubungannya dengan serangga, jamur yang terisolasi dari umpan serangga yang ditempatkan pada tanah digolongkan ke dalam tiga katagori, yaitu (1) jamur patogen serangga; (2) jamur patogen oportunis atau jamur yang tidak dikenal luas sebagai jamur patogen serangga tetapi telah dilaporkan terisolasi dari serangga; dan (3) pengoloni sekunder atau jamur yang belum diketahui patogenitasnya pada serangga (8; 9). Dari 25 jenis jamur yang diisolasi dari ulat dan rayap, hanya Beauveria brongniartii yang diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir tanaman P. coronata dan Paecilomyces lilacinus yang diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir tanaman E. utilis diketahui sebagai jamur patogen serangga (8; 9) . Dilaporkan pula bahwa B. brongniartii adalah jamur entomopatogen yang diisolasi dari cockchafer (Melolontha melolontha) di Valle d’Aosta, Italy (10), menginfeksi ulat Malacosoma neustria (11), diisolasi dari lalat Heleomyza sp. (12), dan virulen melawan
larva instar 3 Melolontha melolontha dan Holotrichia serrata (13). Paecilomyces lilacinus adalah jamur patogen pada vektor penyakit chagas, Triatoma infestans (Hemisptera: Reduviidae) (14). Jamur-jamur dari jenis Aspergillus, Cladosporium, Fusarium, Mucor, dan Penicillium (Tabel 1, 2, & 3) merupakan jamur patogen oportunis yang sangat umum, sedangkan Trichoderma harzianum (Tabel 2 & 3) adalah jamur pengoloni sekunder (8; 9) . Trichoderma harzianum diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada tanah gambut; dan rayap yang ditempatkan pada rizosfer P. macarthurii. Siddiqui et al. (15) melaporkan bahwa filtrat T. harzianum dapat menurunkan populasi nematoda Meloidogyne javanica pada tanaman okra dan mungbean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman jamur yang berkaitan dengan serangga ada kecenderungan berbeda pada berbagai rizosfer tanaman dan pemberian umpan yang berbeda (ulat atau rayap). Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Jha et al. (16) bahwa komposisi populasi dan aktivitas mikroba tanah banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia tanah, iklim, dan vegetasi. Tanah gambut dengan pH sangat rendah dan seringkali
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
111
tergenang air cenderung menghasilkan jumlah jamur relatif rendah, yaitu 3 jenis (Tabel 2). Dua marga jamur dari Ascomycotina ditemukan dalam penelitian ini. Eurotium diisolasi dari ulat mati di tempat penjualan dan Eupenicillium diisolasi dari ulat mati yang ditempatkan pada tanah gambut. Dilaporkan bahwa Eupenicillium brefeldianum diisolasi dari larva Plecia nearctica (4) dan Eurotium repens diisolasi dari bagian dalam rayap (17). Tiga jenis jamur dari Zygomycotina yang ditemukan pada peneliatian ini adalah Cunninghamella ecinulata, C. elegans, dan Mucor sp. Cunninghamella echinulata diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir E. utilis dan tanah gambut; serta rayap yang ditempatkan pada rizosfir C. microcarpa, P. macarthurii, dan semak belukar. Smyte & Coppel (18) menginformasikan bahwa C. echinulata telah digunakan sebagai agen biokontrol untuk rayap. Cunninghamella elegans diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir tanaman P. major dan P. coronata; serta rayap yang ditempatkan pada tanah semak belukar. Sepuluh marga jamur dari Deuteromycotina yang terdeteksi dalam penelitian ini adalah Acremonium, Aspergillus, Beauveria, Cladosporium, Fusarium, Geotrichum, Myrothecium, Paecilomyces, Penicillium, dan Trichoderma. Fusarium merupakan marga jamur yang banyak ditemukan, yaitu 5 jenis diikuti Penicillium dan Aspergillus masing-masing adalah 4 dan 3 jenis. Ke tiga marga jamur tersebut diisolasi dari ketiga penelitian. Dapat dikatakan bahwa ke tiga marga jamur tersebut adalah umum diisolasi dari serangga. Zarrin et al. (19) menginformasikan bahwa Aspergillus, Penicillium, Cladosporium, dan Fusarium terisolasi dengan ferquensi tinggi, sedangkan Beauveria dan Geotrichum terisolasi dengan frequensi rendah dari lalat rumah (Musca domestica). Aspergillus flavus, A. fumigatus, dan A. niger diisolasi hanya dari ulat mati di tempat penjualan. Dilaporkan bahwa A. 112
flavus diisolasi dari permukaan dan bagian dalam rayap (17) dan dari larva nyamuk (20) . Govindarajan et al. (21) menambahkan bahwa filtrat jamur yang sama, toksik terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus Say. Sur et al. (20) menginformasikan bahwa A. fumigatus sangat sering diisolasi dari larva nyamuk. Dilaporkan bahwa A. niger diisolasi sangat sering dari larva nyamuk (20) dan dari bagian permukaan dan dalam rayap (17). Jamur yang sama telah digunakan untuk mengendalikan rayap Reticulitermes speratus dan Coptotermes formosanus (22) . Seperti halnya Aspergillus spp., C. cladosporioides juga hanya diisolasi dari ulat mati di tempat penjualan. Samek et al. (23) menginformasikan bahwa C. cladosporioides diisolasi dari pupa Cameraria ohridella Deschka et Dimic. Fusarium avenaceum diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir P. major dan ulat yang ditempatkan pada tanah semak belukar. Dilaporkan bahwa jamur yang sama diisolasi dari telur gypsy moth, Lymantria dispar L.. (24). Fusarium solani selain diisolasi dari ulat mati di tempat penjualan, juga diisolasi dari rizosfir tanaman P. coronata. Majumdar et al. (25) melaporkan bahwa F. solani adalah jamur entomopatogen sugarbeet root maggot (Tetanops myopaeformis Röder) di Dakota Utara. Hartung & Lugo (26) menambahkan bahwa jamur yang sama menginvasi telur serangga Panstrongylus geniculatus dalam vivarum. Fusarium oxysporum Schlecht diisolasi hanya dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir tanaman E. utilis, P. major, dan P. coronata. Jamur yang sama dilaporkan virulen pada Culex pipiens di laboratorium (27) dan diisolasi berkali-kali dari Ochlerotatus detritus Haliday (28). Geotrichum candidum selain diisolasi dari ulat mati di tempat penjualan, juga diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir P. coronata, C. microcarpa, P. macarthurii, dan semak belukar. Sur et al. (20) melaporkan bahwa jamur yang sama diisolasi dari larva nyamuk. Myrothecium roridum hanya diisolasi dari ulat yang ditempatkan pada rizosfir P. coronata.
Suciatmih, dkk., 2012
Hyang Burm Lee et al. (29) melaporkan bahwa jamur yang sama mempunyai aktivitas insektisida terhadap lima serangga, seperti Nilaparvata lugens, Spodoptera litura, Myzus persicae, Tetranychus urticae, dan Plutella xylostella.
DAFTAR PUSTAKA
4. KESIMPULAN DAN SARAN
2. Keller, S. and G. Zimmerman. 1989. Mycopathogens of soil insects. In: Wilding, N, Collins MN, PM Hammond, & JF Webber (Eds.) Fungus-insect interactios. Academic Press, London , pp. 240-270.
4.1. Kesimpulan Dari hasil riset dapat diismpulkan bahwa sebanyak 25 jenis jamur yang berkaitan dengan serangga berhasil diisolasi dari berbagai rizosfir tanaman Arecaceae koleksi Kebun Raya Bogor dan tanah gambut Sebangau, Kalimantan Tengah dengan menggunakan ulat Coleoptera dan rayap sebagai umpan; serta dari ulat mati di tempat penjualan. Dari total jamur tersebut, Beauveria brongniartii (Sacc.) Petch and Paecilomyces lilacinus (Thom) Samson diketahui sebagai jamur patogen pada serangga. Fusarium merupakan marga jamur yang banyak ditemukan, yaitu 6 jenis diikuti Penicillium dan Aspergillus masing-masing adalah 4 dan 3 jenis. Semua jamur yang berkaitan dengan serangga bukan termasuk jamur termofilik (jamur yang dapat tumbuh dan bersporulasi pada temperatur 45o C). Rizosfir tanaman P. coronata yang digunakan untuk menempatkan ulat menghasilkan jumlah jenis jamur paling banyak, yaitu 8. Umpan rayap menghasilkan jumlah jenis jamur yang berkaitan dengan serangga lebih banyak daripada umpan ulat Coleoptera. 4.2. Saran Akan diteliti lebih lanjut potensi biokontrol dari jamur Beauveria brongniartii (Sacc.) Petch, Cunninghamella spp., and Paecilomyces lilacinus (Thom) Samson terhadap rayap.
1. Hajek, A.E. and R.J. St. Leger. 1994. Interactions between fungal pathogens and insect hosts. Annual Rieview Entomology 39: 293-322.
3.
Gunde-Cimerman, N., P. Zalar, and S. Jeram. 1998. Mycoflora of cave cricket Troglophilus neglectu Cadavers. Mycophatologia 141: 111-114.
4. Domsch K.H, W. Gams and T. Anderson. 1980. Compendium of Soil Fungi Vol I. London: Academic Press. 5. Carmichael J.W, W.B. Kendrick, I.L. Conners and L. Sigler. 1980. Genera of Hyphomycetes. Canada: The University of Alberta Press. 6. Ellis M.B. 1993. Dematiaceous Hyphomycetes. London: International Mycological Institute. 7. Ferron, P. 1985. Fungal control. In Comprehensive Insect Physiology Biochemistry and Pharmacology (G. A. Kerkut and L. I. Gilbert, eds.) Vol. 12, pp. 313-346. Pergamon Press, Oxford. 8. Bin-Da Sun, Han-Ying Yu, J. Chen Amanda, and Xing-Zhong Liu. 2008. Insect-associated fungi in soils of field crops and orchard. Crop Protection 27: 1421-1426. 9. Bin-Da Sun and Xing-Zhang Liu. 2008. Occurrence and diversity of insect associated fungi in natural soils in China. Applied Soil Ecology 39 : 100-108.
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
113
10. Piatti, Cravanzola, Bridge, and Ozino. 2002. Molecular characterization of Beauveria brongniartii isolates obtained from Melolontha melolontha in Valle d’Aosta (Italy) by RAPD-PCR. Applied Microbiology 26(4): 317-324. 11. Jankevica, L. 2004. Ecological Associations between entomophatogenic fungi and pest insect Recorded in Latvia. Latvijas Entomology 41: 60-65. 12. Kubatova, A. and L. Dvorak. 2005. Entomopathogenic fungi associated with insect hibernating in underground shelters. Czech Mycology 57(3-4): 221237. 13. Hadabad, A., A. Reineke, and C.P.W. Zebitz. 2006. Genetic variability among Beauveria brongniartii (Saccardo) Petch isolates from various geographical and host origins based on AFLP analysis. Mith. Dtsch. Ges. Allg. Angew. Ent. 15: 71-76. 14. Gerrardo, A.M., C.C.L. Lastra, S.A. Pelizza, and J.J Garcia. 2006. Isolation of Paecilomyces lilacinus (Thom) Samson (Ascomycota: Hypocreales) from the chagas disease vector Triatoma infestans Klug (Hemiptera: Reduviidae) in an endemic area in Argentina. Mycopathologia 162: 369372.
Fertility of Soils 12: 272-278. 17. Hubert, J., V. Stejskal, Z. Munzbergová, A. Kubátová,M. Váňová, and E. Žd’árková. 2004. Mites and Fungi in Heavily Infested Stores in the Czech Republic. Journal of Economic Entomology 97(6):2144-2153. 18. Smyte, R.V. & H.C. Coppel. 1965. The susceptibility of Reticulitermes flavipes Kollar and other termite species to an experimental preparation of Bacillus thuringiensis Berliner. Journal of Invertebrate Pathology: 423-426. 19. Zarrin, M., B. Vazirianzadeh, S. S Solary, A. Z. Mahmoudabadi, M. Rahdar. 2007. Isolationof fungi from housefly (Musca Domestica) in Ahwaz, Iran. Australian Journal of Botany 35(1) 69 – 77. 20. Sur, B., V. Bihari, A. Sharma, and S.K. Basu. 1998. Survey of termiteinhabited soil and mosquito breeding sites in Lucknow, India for potential mycopathogens of Anopheles stephensi. Mycopathologia 144(2): 77-80. 21. Govindarajan, M., A.. Jebanesan, and D. Reetha. 2005. Larvacidal effect of extracellular secondary metabolites of different fungi against the mosquito, Culex quinquefasciatus Say. Tropical Biomedicine 22(1): 1-3.
15. Siddiqui, I.A., Amer-Zareen, M.J. Zaki, & S.S. Shaukat. 2001. Use of Trichoderma species in the control of Meloidogyne javanica, root knot nematode in okra and mungbean. Pakistan Journal of Biological Science 4(7): 846-848.
22. M y l e s , T. G . 2 0 0 2 . I s o l a t i o n o f Metarhizium anisopliae fungi (Deuteromycotina: Hyphomycetes) from Reticulitermes flavipes (Isoptera: Rhinotermitidae) with Convenient Methods for its culture and collection of conidia. Sociobiology 40(2): 257-264.
16. Jha, D.K, G.D Sharma, and R.R Mishara. 1992. Ecology of soil microflora and mycorrhizal symbionts. Biology and
23. Samek, T., D. Novotny, L. Jankovsky. 2006. Infection of wintering pupae of horse-chesnut leafminer Cameraria
114
Suciatmih, dkk., 2012
ohridella Deschka et Dimic. By Verticillium lecanii (Zimmerman) Viegas. Journal of Forest Science 52(3): 136-140. 24. Hajek, A.E., P.E Nelson, R.A Humber, and J.L. Perry. 1993. Two Fusarium species pathogenic to gypsy moth, Lymantria dispar. Mycologia 85(6):937940. 25. Majumdar, A., M.A. Boetel, and S. T. Jaronski. 2008. Discovery of Fusarium solani as naturally occurring pathogen of sugarbeet root maggot (Diptera: Ulidiidae) pupae: Prevalence and baseline susceptibility. Journal of Invertebrate Pathology 97(1): 1-8. 26. Hartung and Lugo. 1996. Fusarium solani invader of the eggs of the
insect Panstrongylus geniculatus in a vivarium. Mycopathologia 135(3):183185. 27. Scholte, E.J., B.G.J Knol, R.A Samson, & W. Takken. 2004. Entomopathogenic fungi for mosquito control: A review. Journal of Insect Science 4: 1-24. 28. Hasan S., C. Vago. 1972. The pathogenicity of Fusarium oxysporum to mosquito larvae. Journal of Invertebrate Pathology. 20:268–271. 29. Hyang Burm Lee, Jin-Cheol Kim, Kyung-Sik Hong, and Chang-Jin Kim. 2008. Evaluation of a fungal strain, Myrothecium roridum FO252, as a herbicidal agent. Plant Pathology Journal 24(4): 453-460.
Isolasi Jamur,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 107 - 115
115