Green
Investment MEETING2017 Restructuring accelerationStrategies of infrastructure to promote development investment in 17 to support Regions primary along Tomini programs Bay of 17 Regions along Tomini Bay
Limboto, 14th april 2017
24
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
Daftar Isi / Table of Contents
Kata Pengantar / Foreword
Daftar Isi .................................... Table of Contents . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 2
Kata Pengantar Forewords
.................................... ....................................
3 3
Ikhtisar .......................................... Overview . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 5
Mengapa Perlu Investasi Hijau . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Why Green Investment . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 7
Apa Pentingnya Teluk Tomini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Why Tomini Bay ...............................
8 9
Peta Teluk Tomini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 Map of Tomini Bay . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 Daftar 17 Kabupaten / Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12 Regency / Municipality . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 Fakta-fakta Sekilas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 Fast Facts . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 Peserta dan Pembicara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 Participant and Speaker . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 Jadwal Acara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 Rundown . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 Panitia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24 Committe . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, saya menyambut gembira diadakannya Green Investment Meeting di Kabupaten Gorontalo. Pertemuan tingkat regional yang membahasa tentang Teluk Tomini adalah hal yang pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan saya yang baru berumur setahun lebih. Even yang mengangkat Teluk Tomini bukan hal yang baru dilakukan. Sebelumnya telah ada beberapa kegiatan berskala nasional bahkan internasional seperti yang pernah digagas oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Bapak Longki Djanggola, yakni Sail Tomini 2015. Perhelatan Sail Tomini 2015 meraih sukses besar karena memperoleh perhatian dunia sehingga Bapak Presiden Joko Widodo mendorong agar event serupa dapat dilanjutkan pada masa mendatang. Lebih penting lagi, bahwa kegiatan tersebut dinilai mampu memberi dampak signifikan bagi perekonomian masyarakat. Sukses berikutnya juga pernah dibuktikan oleh beberapa daerah yang menyelenggarakan even regional. Sebut saja Festival Boalemo yang juga mengangkat potensi wisata Teluk Tomini. Terdorong oleh semangat mengikuti prestasi pimpinan daerah lain, saya berkeinginan mengadakan even yang masih seputar Teluk Tomini namun dengan format “Pertemuan Regional”. Tema yang saya angkat adalah Investasi Hijau yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Pusat, yang kebetulan juga menjadi perhatian saya sebagaimana yang tertuang dalam Visi-Misi Kabupaten Gorontalo. Meskipun pertemuan ini berskala regional namun saya memandang perlu untuk melibatkan NGO, pelaku bisnis yang berbasis lingkungan bahkan para iplomatdari negara-negara yang memberi perhatian khusus pada Investasi Hijau. Tujuan mengundang tokoh terkemuka tidak lain adalah untuk menggalakkan promosi daerah tidak saja di tingkat nasional tetapi juga internasional. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada para undangan yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Dengan semangat kerja sama antar kawasan saya berharap agar daerah-daerah lain di Kawasan Teluk Tomini dapat menyelenggarakan kegiatan semacam ini.
With all my gratitude to God, The Almighty, I warmly welcome the holding of the Green Investment Meeting in Gorontalo regency. The regional meeting on Teluk Tomini is the first event I held in one year of my period of admininistration. In fact this such event is not first one to be held. There had been previously some national and even international scale such as pioneered by the Governor of Central Sulawesi, Bapak Longki Djanggola, namely Sail Tomini, 2015. Tomini Sail 2015 event had a great success because it gained worldwide attention so that Bapak President Joko Widodo encourage similar events can be continued in the future. More importantly, that these activities are considered able to provide a significant impact to the economy of the community. The next success has also been proved by several local organizing regional events. Boalemo Festival is one of the example which also succesfully promote the potential of tourism of Tomini Bay. Encouraged by the spirit of achievement of other regional leaders, I am desirous of holding events that are still around Tomini but within the format "Regional Meeting". The theme that I raise is green investment. Green Investment is being encouraged by the central government, which also my deep concern as set out in Vision-Mission document of Gorontalo Regency. Although this meeting is at level of regional scale, but I consider it necessary to involve international NGOs, diplomats of friently countries that give particular attention to the Green Investment. Inviting some outstanding persons is aimed at enhancing the promotion of the region not only at national level but also internationally. For the reason above I would like to thank the guests who took part in this meeting. In the spirit of inter-regional cooperation I hope that other areas in the Region of Tomini Bay would organize such activities.
Terima Kasih Thank you
BUPATI GORONTALO
Prof. DR. Ir. Hi. NELSON POMALINGO, M.Pd
2
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
3
Ikhtisar
Point pertama Nawacita adalah menghadirkan kembali negara di tengah warga negara. Keamanan batas negara berikut kedaulatan wilayah serta perlindungan terhadap sumber daya alam menjadi prioritas pemerintahan Jokowi-JK. Pembangunan perbatasan termuat dalam poin ketiga dari Nawacita. Di situ, Jokowi-JK menebalkan frase 'membangun Indonesia dari pinggiran'. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan telah menjadi komitmen pemerintahan Joko Widodo lima tahun ke depan. Komitmen ini akan diwujudkan dengan menerapkan serangkaian kebijakan baru. Diantaranya adalah penerapan desentralisasi asimetris dan pengkajian ulang tata kelola keuangan pusat dan daerah. Kebijakan desentralisasi asimetris ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan nasional Indonesia di kawasan-kawasan perbatasan, memperkuat daya saing ekonomi Indonesia secara global,sekaligus untuk membantu daerah-daerah yang kapasitas berpemerintahan belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan publik. Dengan mengatur kembali sistem distribusi keuangan nasional diharapkan proses pembangunan tidak semata-mata mengikuti logika struktur pemerintahan, tetapi melihat kondisi dan kebutuhan daerah yang asimetris. Pemerintahan Jokowi juga berkomitmen untuk melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah: antara Jawa dengan luar Jawa, antara wilayah Indonesia Barat dengan wilayah Timur Indonesia, antara Kota dengan Desa. Kawasan Timur Indonesia (KTI) Membangun dari pinggiran juga bisa dimaknai sebagai membangun wilayah Indonesia Timur. Karena membangun dari pinggiran juga ditujukan untuk pemerataan pembangunan sekaligus mengurangi kesenjangan. Kesenjangan dimaksud antara lain kesenjangan wilayah Indonesia Barat dengan wilayah Indonesia Timur.Dengan membangun Indonesia Timur, kesenjangan dengan dua wilayah akan bisa diatasi, setidaknya dikurangi. Oleh karena itu dalam pemerintahan Joko Widodo kawasan Timur Indonesia, utamaya Sulawesi, Maluku dan Papua, mendapat perhatian khusus. Perhatian khusus ini tercermin dari tingginya alokasi anggaran yang dikucurkan untuk tiga wilayah itu pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Di sisi yang lain, kawasan Timur Indonesia juga masuk dalam serangkaian program prioritas pemerintah, baik di bidang infrastruktur, pengembangan industri petrokimia, industri migas, industri pangan, industri perikanan, pengembangan kawasan ekonomi terpadu, kawasan pertumbuhan baru dan klaster ekonomi. Yang tak kalah menariknya adalah konsep tol laut yang digagas Presiden Joko Widodo, dikembangkan untuk melancarkan arus
4
2
Building Indonesia from the Edge (Third point of “Nawacita”)
Membangun Indonesia dari Pinggiran (Point ke 3 “Nawacita”)
distribusi barang dan logistik di wilayah Timur Indonesia. Kelancaran arus distribusi barang dan logistik, diharapkan mampu menekan biaya logistik di kawasan Timur Indonesia. Dengan biaya logistik yang murah, diharapkan harga-harga di kawasan Timur Indonesia akan semakin murah pula. Guna mengatasi kesenjangan dimaksud diterapkan pendekatan konektivitas. Program tol laut adalah penguatan konektivitas antar wilayah di Indonesia menggunakan jalur laut. Akan tetapi apabila memperhatikan implementasi tol laut, penguatan konektivitas tidak hanya dilakukan di laut saja, melainkan juga di darat dan di udara. Penguatan konektivitas akan dilakukan dengan mengintergasikan seluruh moda transportasi yang ada. Ini juga berarti penguatan konektivitas akan didukung dengan pembangunan saranan dan prasarana untuk moda transportasi terintegrasi tadi. Pembangunan jalan atau peningkatan kapasitas jalan menjadi salah satu elemen penting untuk mendukung program tol laut dan penguatan konektivitas nasional, sekaligus implementasi dari program membangun dari pinggiran. Teluk Tomini adalah wilayah Strategis KTI Untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di Kawsan Timur Indonesia, maka perlu ditempuh langkah-langkah signifikan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana wilayah. Salah satu kekurangan yang menonjol di kawasan Teluk Tomini adalah infrastruktur. Minimnya infrastruktur menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas meskipun suatu kawasan mengandung potensi sumber daya alam yang melimpah.
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Nawacita first point is to bring back the country in the middle of the citizens. The following state border security sovereignty and the protection of natural resources is a priority Jokowi-JK government. Border development contained in the third point of Nawacita. There, Jokowi-JK thicken the phrase 'build Indonesia on the periphery'. Indonesia build from the periphery to strengthen these areas and villages within the framework of the unitary state has been the government's commitment Joko Widodo next five years. This commitment will be realized by implementing a series of new policies. Among them is the application of asymmetric decentralization and review of financial governance and regional centers. Asymmetric decentralization policy is intended to protect Indonesia's national interests in border areas, strengthen Indonesia's economic competitiveness globally, as well as to assist the areas governing capacity is not sufficient in providing public services. By rearranging the distribution of the national financial system is expected to process development is not merely follow the logic of the structure of government, but the condition and needs of the region are asymmetric. Jokowi government is also committed to equitable development between regions: between Java and outside Java, the Indonesian region of West to East Indonesia region, between the City of the Village.
Overview
Indonesia Joko Widodo, offering its vital Sulawesi, Maluku and Papua, received special attention. Special attention is reflected in the high budget allocations are disbursed to the three regions in 2015 compared with previous years. On the other hand, Eastern Indonesia is also included in a series of priority programs of the government, both in the areas of infrastructure, development of petrochemical industry, the oil and gas industry, food industry, the fishing industry, the development of an integrated economic area, area of new growth and economic cluster. No less interesting is the sea motorway concept initiated by President Joko Widodo, developed to ease the flow of goods distribution and logistics in eastern Indonesia. The smooth flow of goods distribution and logistics, is expected to reduce the cost of logistics in eastern Indonesia. With inexpensive logistics costs, expected prices in eastern Indonesia will be more expensive as well. In order to address gaps connectivity approach is applied. Marine highway program is the strengthening of interregional connectivity in Indonesia using sea lanes. However, if attention to the implementation of toll sea, improving connectivity in the ocean is not only done, but also on land and in the air. Improving connectivity will be done with the whole of integrating existing modes of transportation. It also means strengthening the connectivity will be supported by the proposition and infrastructure development for an integrated transport mode earlier. Road construction or improvement of the capacity to be one important element for supporting the marine highway program and improving connectivity, as well as the implementation of the program builds on the outskirts.
Tomini Bay is a strategic region in KTI Eastern Indonesia
To keep pace with the development in those areas of eastern
Build on the periphery can also be interpreted as a building area of eastern Indonesia. Because the building from the periphery is also intended to equitable development and reduce inequalities. The gap in question include the regional gap western Indonesia Indonesian territory of East Indonesia Timur.Dengan build, the gap with the two regions will be overcome, at least reduced. Therefore, in the reign of eastern
Indonesia, it is necessary taken significant steps. One way is to increase the availability of facilities and infrastructure of the area. One drawback that stands out in the Gulf of Tomini is infrastructure. Lack of infrastructure leads to low levels of productivity in spite of a region containing the potential of natural resources are abundant.
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
5
Mengapa Perlu Investasi Hijau? Investasi memang diperlukan untuk menciptakan lapangan kerja yang pada tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat. Bahkan pemerintah berusaha meningkatkan volume investasi di daerah-daerah tertinggal yang memiliki potensi sumber daya alam. Akan tetapi perlu diingat bahwa Indonesia memiliki pengalaman buruk dalam pengelolaan sumber daya alam yang menyebabkan kehancuraan dan penderitaan masyarakat banyak. Untuk mendamaikan kedua hal ini perlu dilakukan upaya yang lebih serius dengan meningkatkan kesadaran lingkungan. Pola pembangunan yang menghancurkan alam harus segera diakhiri. Sebagai contoh, dalam upaya menghindari eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber daya alam, pemerintah Indonesia melarang ekspor bahan mentah mineral dan batubara. Kebijakan ini dilakukan secara ketat untuk lindungi lingkungan. Pengelolaan di bidang energi secara bertahap dilakukan peralihan dari energi fosil ke terbarukan. Hingga kini, energi fosil, seperti batubara masih menjadi sumber utama. Upaya pengembangan energi dilakukan, misalnya ldengan mencampur energi energi terbarukan dan fosil. Pembangkit listrik 35.000 mega watt dibuat dengan komposisi 60% batubara dan 40% energi terbarukan. Batubara memang menghasilkan limbah yang sangat kotor. Akan tetapi di Indonesia saat ini, batubaru masih dinilai paling murah untuk memenuhi kebutuhan energi. Karena itu sangat diperlukan energi alternatif yang ramah lingkungan misalnya geothermal , tenaga surya, tenaga angin dan ombak, dan lain-lain.. Investasi Hijau sebagai Alternatif Terbaik Green Investment adalah kegiatan investasi yang menerapkan konsep reduce, reuse, recycle and recovery, menggunakan teknologi ramah lingkungan, serta mempekerjakan sumber daya manusia yang berkopetensi tinggi, efisien dan berwawasan lingkungan. Dari segi input industri hijau menggunakan material ramah lingkungan dan energi alternatif. Keduanya dalam jumlah lebih kecil. Dari segi output, industri hijau menghasilkan produk bersahabat dengan alam serta mampu menekan jumlah emisi karbon dan sampah.
hijau mencapai sekitar 30,3 persen dari total nilai investasi, yaitu sebesar Rp 486 triliun dibanding total nilai investasi Rp 1.600 triliun. Dari realisasi tersebut, sebanyak US$26,8 miliar merupakan penanaman modal asing (PMA) dan Rp139,1 triliun merupakan penanaman modal dalam negeri. Indonesia menargetkan realisasi investasi senilai Rp 5.500 triliun dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Dari total target investasi itu, pemerintah menyiapkan insentif kepada para investor yang berniat membangun industri ramah lingkungan. Untuk investasi ramah lingkungan BKPM berharap jumlahnya bisa naik 20%. Ada delapan sektor potensial untuk investasi hijau antara lain pertanian, kehutanan, perikanan, pengusahaan tenaga panas bumi, industri pengolahan (biomassa, biofuel, komponen transportasi), pengadaan listrik dari sumber terbarukan, pengelolaan sampah dan daur ulang, dan pariwisata alam (ecotourism). Indonesia bisa menjadi contoh bagi pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Pasalnya, untuk mempercepat pembangunan infrastruktur hijau atau yang ramah lingkungan membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga acara itu diharapkan menjadi peluang untuk menarik investor. Pemerintah Indonesia memastikan perencanaan yang benar dan memperhatikan ketahanan iklim untuk mendukung investasi hijau di masa mendatang. Pasalnya tantangan terbesar dalam pengembangan investasi hijau adalah perubahan iklim dan kerusakan alam yang kini terus terjadi. Investasi hijau merupakan peluang besar karena memiliki potensi hingga 100 miliar dolar AS dari sebelumnya 27 miliar dolar AS. Nilai tersebut masih kecil dibanding dana yang dibutuhkan. Perbankan sendiri akan berinvestasi dan sedang mengembangkan aturan menyangkut green investment.
Pemerintah Indonesia berkomitmen mendukung perkembangan investasi hijau di Tanah Air. Investasi hijau ditargetkan bisa tumbuh 20 persen setiap tahun
Why Green Investment? Investment is needed to create jobs which on the end using environmentally friendly technologies, as well as goal is the people's welfare. Even the government tried to human resources to employ high competency, efficient increase the volume of investment in less developed and friently environment. In terms of input green industry uses environmentally friendly materials and alternative regions that have the potential of natural resources. But we energy. Both are in smaller amounts. In terms of output, have to keep in mind that Indonesia had a bad experience the green industry products is friendly to nature and be in the management of natural resources which causes able to suppress the amount of carbon emissions and destroy and suffer people . garbage. The Indonesian government is committed to support We do need more serious effort to reconcile these two things to raise environmental awareness. The pattern of the development of green investment in the country. Green development which destroys nature should be terminated investment is targeted to grow 20 percent annually considering it s great potential and become a world trend. immediately. For example, in an effort to avoid a massive Throughout the past five years, the total realization of exploitation of natural resources, the Indonesian green investments hit 30.3 percent of the total value of the government banned the export of mineral raw materials investment, amounting to Rp 486 trillion compared to the and coal. The policy is strictly to protect the environment. total investment value of Rp 1.600 trillion. From that The Management of energy is gradually made by realization, a total of US $ 26.8 billion is foreign direct transition from fossil to renewable energy. Up to now, fossil investment (FDI) and Rp139,1 trillion is domestic energy, such as coal is still the main source. Energy investment . Indonesia is targeting the realization of the investment development efforts carried out, for example by mixing of Rp 5,500 trillion within the next five years. Of the total renewable energy and fossil energy. A 35,000 mega watt investment target, the government set up incentives to power plant was made with a composition of 60% coal and investors who intend to build environmentally-friendly 40% renewable energy. Coal in fact produces highly industry. For environmentally friendly investments, BKPM polluted waste . However, in Indonesia at this time, coal is expects that number could rise to 20%. There are eight potential sectors for green still considered the most inexpensive to meet energy investments include agriculture, forestry, fisheries, needs. Therefore it is strongly recommended exploitation of geothermal energy, processing industry environmentally friendly alternative (biomass, biofuels, transportation component), the energy such as geothermal, solar, procurement of electricity from renewable sources, waste wind and wave power, and others management and recycling, and nature tourism Green Investments is the (ecotourism). Best Alternative Indonesia could become a model for sustainable Green Investment is the invest- development of green economy. Because, to accelerate ment activity that applies t h e i n f r a s t r u c t u r e d e v e l o p m e n t o f g r e e n o r the concept of reduce, environmentally costly large enough so that the event was reuse, recycle and expected to be an opportunity to attract investors. The Indonesian government ensure proper planning recovery, and attention to climate resilience to support green investments in the future. Because the biggest challenges in the development of green investment is climate change and the destruction of nature that is now ongoing. Green investment is a great opportunity because it has the potential of up to 100 billion dollars from the previous 27 billion US dollars. This value is still small compared to the funds needed. Banks themselves will invest and are developing rules concerning green investment.
mengingat potensinya yang besar dan jadi tren dunia. Sepanjang lima tahun terakhir, total realisasi investasi
6
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
7
Apa pentingnya Teluk Tomini ?
Kawasan Teluk Tomini terletak di bagian utara pulau Sulawesi yang meliputi tiga provinsi yakni Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Luasnya mencapai 73.365 Km2. Tiga provinsi ini memiliki jumlah penduduk tak kurang dari 6.422.044 jiwa. Kurang lebih 33% dari luas tiga provinsi merupakan daerah yang bersentuhan langsung dengan Teluk Tomini yang terdiri dari 17 Kabupaten/kota. Potensi Sumber Daya Alamnya terutama di bidang kelautan, perkebunan, pertanian peternakan dan pertambangan sangat besar. Adapun sumber investasi masih lebih dipengaruhi oleh dana yang bersumber dari keuangan negara. Total APBD dari 17 Kabupaten/Kota dan tiga provinsi ini mencapai angka lebih dari Rp. 25 Triliun setiap tahun 2017. Tentu saja ketergantungan yang besar terhadap keuangan negara sesungguhnya menunjukkan kondisi ekonomi daerah yang tidak sehat dalam skala makro. Sebab keuangan negara pasti mimiliki keterbatasan. Dalam kondisi ini tidak banyak pilihan pemerintah daerah. Alternatif dan langkah strategis yang paling mungkin adalah investasi swasta. Kawasan Teluk Tomini menyimpan potensi ekonomi yang sangat menjanjikan. Selain itu telah muncul kesadaran baru di kalangan masyarakat Teluk Tomini akan perlunya investasi bagi kesejahteraan rakyat di wilayahnya. Di sinilah letak pentinya mengapa perlu langkah-langkah konkrit untuk mendorong masuknya investasi di kawasan ini. Namun Data Statistik menjukkan bahwa realisasi nilai investasi tahun 2016 di tiga Provinsi di Kawasan Teluk Tomini baru mencapai US$ 1.995,9 Million dibandingkan dengan misalnya US$ 1.014,7 untuk Sumatera Utara saja, atau US$ 1.139,6 untuk Kalimantan Timur saja. Sedangkan jumlah proyek di tiga provinsi tersebut baru mencapai 537 proyek. Jumlah ini masih terbilang kecil dibanding daerah lain yang jumlah penduduk dan luas wilayah setara (Bali, NTB,NTT) yang mencapai 2.171 proyek. (Sumber Data: BKPM). Data tersebut tentu saja dapat digunakan untuk introspeksi dan menemukan akar masalah mengapa ketimpangan itu bisa terjadi. Apalagi kebijakan pembangunan nasional dalam konsep Nawacita memang ditempuh dengan strategi “membangun dari pinggiran”. Dalam point 3 Nawacita disebutkan bahwa, “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Dari sisi investasi baik nilai investasi maupun jumlah proyek, Kawasan Teluk Tomini termasuk dalam kategori “pinggiran”.
8
2
Beberapa Masalah Pembangunan Kawasan Teluk Tomini Permasalahan yang banyak dijumpai berkaitan dengan percepatan pembangunan terutama Kawasan Timur Indonesia khususnya Kawasan Teluk Tomini adalah : 1. Keterbatasan Pemda untuk ikut serta membiayai program program pembangunan di Kawasan Timur Indonesia yaitu berkaitan dengan penggunaan DAU yang sebagaian besar untuk kegiatan rutin dan pada beberapa daerah PAD juga terbatas. 2. Keterbatasan Pemerintah Daerah dalam membiayai kegiatan pembangunan berimplikasi terhadap kurangnya perhatian terhadap daerah-daerah yang tertinggal, sehingga daerah tersebut semakin tertinggal bila dibandingkan dengan daerah lain. 3. Daerah potensial yang cepat tumbuh seperti KAPET kurang memperoleh perhatian khusus dalam penyediaan sarana dan prasarana; 4. Situasi yang kurang kondusif ini kontras dengan kewenangan besar yang dimiliki oleh Pemda tetapi tidak didukung dengan kemampuan pembiayaan. Beberapa Solusi yang perlu diupayakan secara sinergis: 1. Mengoptimalkan peningkatan sumber-sumber pendanaan pembangunan dari Pemerintah Pusat, PAD dan terutaman investasi baik domestik maupun asing. 2. Merumuskan kebijakan pembangunan secara sinergis dan terencana, termasuk merancang Kawasan Ekonomi Khusus yang baru serta diperjuangkan secara berjenjang sehingga menjadi prioritas pembangunan nasional. Tumbuhnya Kawasan Ekonomi khusus yang baru berpengaruh besar terhadap perkembangan infrastruktur di daerah. 3. Mendorong sesama Pemda di Kawasan Teluk Tomini untuk lebih proaktif dan menciptakan iklim investasi. Pemberdayaan masyarakat juga perlu didorong dalam penciptaan iklim investasi yaitu dengan melalukan prakondisi kehadiran investor. Investasi diperlukan untuk mengurangi ketergantungan besar terhadap keuangan negara. 4. Memperbanyak event-event yang melibatkan seluruh stakeholder, NGO dan lembaga-lembaga lain termasuk lembaga berskala internasional untuk meningkatkan daya tarik investasi ke kawasan ini
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Why Tomini Bay ?
Tomini Bay is located in the northern part of the Sulawesi island, which includes three provinces: Central Sulawesi province, North Sulawesi and Gorontalo. The wide reach 73 365 km2. Three provinces are home to no less than 6,422,044 inhabitants. Approximately 33% of the three provinces has a direct contact with Tomini Bay which consists of 17 regencies/cities. Its potency of Natural Resources, especially in the field of marine, agriculture, livestock farming and mining are remarkable. The source of investment is still more influenced by financial funds from the state. The total budget of 17 regencies / municipalities and three provinces reached more than Rp. 25 Trillion in 2017. However, relying to much on state finances actually shows unhealthy local economic conditions in term of macro scale perspective. Obviously state financial has a limitations. In these conditions, there are no best alternative and strategic step like private investment. Tomini Bay Area has a higly promising economic potential. In addition, there has been a new awareness among the public of the need for investment to make the people in the region walfare. Herein lies the urgency why we require a concrete step for encouraging investment in the region. Unfortunately statistics shows that the realization of the investment in 2016 in three provinces of Tomini bay reached US $ 1995.9 Million as compared to eg US $ 1014.7 for North Sumatra alone, or US $ 1139.6 for East Kalimantan alone. While the number of projects in the three provinces reached 537 projects. This amount is relatively small compared to other areas of which population and land area equivalent (Bali, NTB, NTT), which reached 2,171 projects. (Source: BKPM). The data can surely be used for introspection and find the root cause why the inequality could happen. Moreover, the concept of national development policies Nawacita indeed pursued the strategy of "building from the periphery". Point 3 of Nawacita mentioned that, "Building Indonesia from the periphery by empowering these areas and villages within the framework of a unitary state". In terms of investment, both investment value and number of projects, the Tomini Bay including is included in the category of "fringe". Some Issues on The Development of Tomini Bay The problems encountered related to the acceleration of development in eastern Indonesia especially Tomini Bay Region are:
1. Limitations of regional governments to fund development programs in eastern Indonesia where mostly of general budget is funded on routine expenditure while some local revenue (PAD) is also limited. 2. Limitations of Local Government to finance development activities has implications to the lack of attention to areas that are lagging behind, so that the region continued to lag behind when compared with other regions. 3. The potential of fast-growing area is like KAPET less receive particular attention in the term of providing facilities and infrastructure; 4. Unfavorable situation is in contrast with great authority owned by the local government but is not supported with financing capabilities. Some Solutions pursued synergistically:
1. Optimizing the increase in the sources of development funding both from the Central Government, Local Government (PAD) and more importantly from domestic and foreign investment. 2. Formulate policy synergistically and well-planned, including designing a new Special Economic Zone and strive gradually to become a national development priority. The growth of a new special economic zones have a big impact on the development of infrastructure in the area. 3. Encourage fellow Local Government in Tomini Bay to be more proactive and create an investment climate. In addition, community empowerment is also very important to create an investment climate by setting up preconditions for incoming investors. Investment is needed to reduce gradually the dependency to state finances. 4. Held many more events involving all stakeholders, NGOs and other institutions including international institutions to promote the investment attractiveness of to this area.
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
9
Peta Teluk Tomini
Map of Tomini Bay
TOMINI BAY
10
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
11
17 Kabupaten / Kota
17 Regencies/Municipalities
6 BITUNG 5 MINUT 4 MINAHASA 13
3 MIN TENGGARA
BOALEMO KOTA
POHUWATO
14 15 16 TENGO
2 BOLTIM
17 BONBOL
1 BOLSEL
12 PARIMO 9 BANGGAI 10 TOJO UNA-UNA 11 POSO
Population along Coastal Line in Tomini Bay 1
Bolaang Mongondow Selatan
62.222
2
Bolaang Mongondow Timur
68.692
3
Minahasa Tenggara
104.536
4
Minahasa
329.003
5
Minahasa Utara
198.084
6
Bitung
205.675
SULAWESI UTARA
968.212
8 BANGGAI KEPULAUAN 7 BANGGAI LAUT
7
Banggai Laut
8
Banggai Kepulauan
115.000
9
Banggai
354.400
10 Tojo Una-Una 11 Poso
147.500
12 Parigi Moutong
457.700
SULTENG
69.500
235.600
41%
1.379.700
13 Pohuwato 14 Boalemo
146.896
15 Gorontalo 16 Kota Gorontalo
370.441
17 Bone Bolango
153.166
GORONTALO
1.022.537
TOTAL (coastal)
29%
149.832 202.202
30%
3.370.449
Total of 3 province: 6.422.044 12
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
13
Fakta-fakta sekilas
Total Area Coastal Length Total of Districs along Coastal Line Total of Villages along Coastal Line Total of Local Budget of 17 Regions Total DAK of 17 Regions Total Dana Desa along Coastal Line
14
2
Fast Facts
73.365 Km2 1.759 Km 62 kec. 580 villages Rp. 25,4 Triliun Rp. 9.8 Triliun Rp. 1,2 Triliun
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Gubernur Sulut SH Sarundayang, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad dan Gubernur Sulteng HB Paliudju telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pengelolaan secara terpadu teluk Tomini di sela-sela konferensi kelautan dunia (WOC) di Manado, 13 Mei 2009.
Governor of Sulut SH Sarundayang, Gorontalo Governor Fadel Muhammad and Sulteng Governor HB Paliudju has signed a Memorandum of Understanding Integrated Operations Management Tomini Bay at the World Conference on Marine in Manado, May 13th, 2009.
Teluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih 6 juta hektar dengan potensi sumberdaya alam yang kaya dan unik
Tomini Bay is one of the largest bays in Indonesia with an area of approximately 6 million hectares with rich natural resources and unique
Teluk Tomini sebagai jantung segitiga terumbu karang dunia atau Heart of Coral Triangle yang ditetapkan dalam ajang World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiatif (CTI) Summit di Manado
Teluk Tomini is the Heart of Coral Triangle which is defined in the event the World Ocean Conference (WOC) and Coral Triangle Initiative (CTI) Summit in Manado
UNESCO pun telah menetapkan Teluk Tomini sebagai salah satu kekayaan dunia yang patut dilindungi.
UNESCO has also been set Tomini as one of the world that should be protected.
Ekosistem Teluk Tomini sebagai salah satu dari 26 kawasan andalan laut nasional
Ecosystem Tomini as one of 26 national marine key region
Dalam kawasan Teluk Tomini, juga terdapat satu pelabuhan internasional yaitu pelabuhan Bitung dan satu pelabuhan nasional yaitu pelabuhan Gorontalo (PP No. 26 Tahun 2008)
In the Tomini Bay region, there are international port (port of Bitung) and national ports, (ports Gorontalo) (PP No. 26 of 2008)
Potensi sumberdaya ikan di perairan tersebut, mencapai sekitar 330.000 ton per tahun dan yang dapat dikelola secara lestari sekitar 214.000 ton per tahun.
Resource potential of the fish in these waters, reaching approximately 330,000 tons per year and can be managed in a sustainable manner around 214,000 tonnes per year.
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
15
Participant
Speaker Bupati Gorontalo Prof. Dr. Nelson Pomalingo, M.Pd
A. UNSUR 1. Duta-duta Besar negara yang concern terhadap investasi hijau 2. Kementerian Luar Negeri
Penjabat Gubernur Gorontalo Prof Dr Zudan Arif Fakrulloh, S.H.,M.H.
3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
4. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 5. Badan Koordinasi Penanaman Modal RI
Embassy:
6. Gubernur Gorontalo
1. Chairman of Investment Coordinating Board
7. Kementerian Dalam Negeri (up. Pusat Kerja Sama Luar Negeri)
2. Ambassador of Sweden to Republic of Indonesia
8. Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Provinsi Gorontalo 9. Kepala Daerah 17 Kabupaten Kota di Teluk Tomini
2. Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary of The People's Republic of China to Indonesia
10. Kepala Bappeda 17 Kabupaten Kota di Teluk Tomini
3. Ambassador of Nederlans to Indonesia and East Timor
11. Kepala Bappeda Provinsi Sulut, Sulteng, Gorontalo
4. Japan Ambassador to Indonesia
12. Kepala Dinas Penanaman Modal 17 Kabupaten Kota di Teluk Tomini
5. United Arab Emirates Ambassador to Indonesia
13. Ketua DPRD Provinsi Gorontalo
6. His Exellency Casper Klynge, Denmark Ambassador
14. Ketua DPRD Kab. Gorontalo, Pohuwato, Boalemo, Kota Gorontalo, Bone Bolango
NGO and Praticioner:
1. Prominent Guest
37 person
1. National Support for Local Investment Climates (NSLIC) / National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSELRED)
2. Regional Guest (Tomini Bay)
48 person
2. Japan International Cooperation Agency (JICA)
B. ESTIMATION
3. Local Guest and Host Total
155 person 200 person
3. USAID-Indonesia 4. UNDP-Indonesia 5. Senior Advisor at Norwegian Agency for Development Coorporation
C. VENUE Pentadio Resort Kab. Gorontalo
6. Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) 7. PT. Global Media Nusantara 8. Transformasi Indonesia
16
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
17
Friday, April 14th 2017
Friday, April 14th 2017 nd
2 Sesions (Embassy and NGO) Venue : Pentadio Resort
st
1 Sesions (Kepala Daerah se-Kawasan Teluk Tomini) Venue : Pentadio Resort No.
TIME
1.
08.00 am
SPEAKER AND MODERATOR
TOPICS Pengumuman
MC
No.
TIME
1. 2.
01.30 pm 02.00 pm
BAGIAN PERTAMA : PEMBUKAAN
TOPICS Meet and greet (Lunch) Welcome Speech
08.05 am
Laporan Panitia
Drs. Hen Restu, MM Ketua Panitia
3.
08.10 am
Sambutan
Bupati Gorontalo Prof. Dr. Nelson Pomalingo, M.Pd
4.
08.15 am
Sambutan Ketua APKASI
Ketua APKASI
5.
08.25 am
Penjabat Gubernur Gorontalo Prof Dr Zudan Arif Fakrulloh, S.H.,M.H.
6.
08.40 am
Sambutan Gubernur Gorontalo Sambutan sekaligus membuka “Green Investment Meeting”
3.
02.05 pm
Real Actions for Green Investment of Respective Country and what need to be done in Tomini Bay
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
BAGIAN KEDUA : DISKUSI PANEL
18
08.50 am
Peluang Green Investment di Kawasan Teluk Tomini
Kepala BKPM Thomas Lembong
7.
09.10 am
Strategi Kerjasama Luar Negeri dengan Pemda
Kepala Pusat Administrasi KerjaSama Luar Negeri KEMENDAGRI
8.
09.20 am
Pemaparan Potensi Investasi dan Gagasan Pengembangan di Daerah masing-masing (Waktu Pemaparan masingmasing 5 menit)
Kepala Daerah: 1. Bupati Bolmong Selatan 2. Bupati Bolmong Timur 3. Bupati Minahasa Tenggara 4. Bupati Minahasa 5. Bupati Minahasa Utara 6. Walikota Bitung 7. Bupati Banggai Laut 8. Bupati Banggai Kepulauan 9. Bupati Banggai 10. Bupati Tojo Una-una 11. Bupati Poso 12. Bupati Parigi Moutong 13. Bupati Pohuwato 14. Bupati Boalemo 15. Bupati Gorontalo 16. Walikota Gorontalo 17. Bupati Bone Bolango 18. Bupati Gorontalo Utara
9.
10.45 am
Diskusi / Tanya-jawab
10.
11.45 am
BREAK (Shalat Jum’at)
2
Bupati Gorontalo
PART ONE (Embassy)
2.
6.
SPEAKER AND MODERATOR
1. Chairman of Investment Coordinating Board 2. Ambassador of Sweden to Republic of Indonesia 2. Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary of The People's Republic of China to Indonesia 3. Ambassador of Nederlans to Indonesia and East Timor 4. Japan Ambassador to Indonesia 5. United Arab Emirates Ambassador to Indonesia 6. His Exellency Danish Ambassador to Indonesia 7. Ambassador of Norway to Indonesia Moderator: Hardi Nurdin, S.Fil
PART TWO (NGO, Private Sector, Academician) 3.
03.00 pm
Best Practices of Putting People at Center of Development (Lesson learned from NGO experiences)
Green Investment Project Plan in Gorontalo Regency
SPEAKERS: 1. IPB Bogor (University Agriculture) 2. National Support for Local Investment Climates (NSLIC) / National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSELRED) 3. Japan International Cooperation Agency (JICA) 4. USAID-Indonesia 5. UNDP-Indonesia 6. Indonesia Climate Change Trust Fund 7. Dir. Eksekutif Transformasi Indonesia 8. Mr. Shinsuke Yazaki, Global Business. Team Energy Dept. Kinematsu Corp 9. Prof. Chen Kunbai, CEO Zhejiang Bestwa Envitech Co. Ltd China Moderator: Riny Luawo, S.Pd, MA
PART THREE
Kepala Bappeda Kab. Gorontalo
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
SPEAKERS:
3.
04.00 pm
q Tomini Bay Tomini Bay q MoU Signing
Minister, Ambassador,Kepala Daerah, NGO, businessman
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
19
Saturday, April 15th 2017 No.
TIME
Tree Planting PARTICIPANT
EVENT
AM 1.
07.30 am
Tree Planting
Minister, Ambassador, Kepala Daerah,
2.
09.00 am
Cultural Performance (Wedding Cerimony)
Minister, Ambassador, Kepala Daerah,
Wedding Party
Minister, Ambassador, Kepala Daerah,
PM 1.
20
08.00 pm
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
21
22
2
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
Green Investment Meeting, Gorontalo April 2017
2
23