Interaksi Sosial Terhadap...(Dwi Arifah) 994
INTERAKSI SOSIAL TERHADAP LAWAN JENIS PADA REMAJA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB BHAKTI WIYATA KULON PROGO SOCIAL INTERACTION TOWARDS OTHER IN ADOL ESCENTS MILD MENTAL RETARDATION IN SLB BHAKTI WIYATA KULON PROGO Oleh:
Dwi Arifah, Pendidikan
[email protected]
Luar
Biasa,
Universitas
Negeri
Yogyakarta,
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interaksi sosial terhadap lawan jenis pada remaja tunagrahita ringan di SLB Bhakti Wiyata Kulon Progo. Pertanyaan penelitian yaitu bagaimana interaksi sosial terhadap lawan jenis pada remaja tunagrahita ringan di SLB Bhakti Wiyata Kulon progo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah seorang siswa laki-laki yang berumur 13 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan wawancara. Analisis data menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan tahap kontak, keterlibatan, dan keintiman. Kontak terjadi pada semua interaksi lawan jenis, dengan mengidentifikasi melalui penglihatan, pendengaran, dan pembauan. Lawan jenis dengan penampilan yang rapi, bersih, dan pembawaan yang menyenangkan lebih menarik perhatian. Tahap keterlibatan, interaksi yang menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis ditandai dengan adanya aktivitas bermain dan bercanda secara spontan dan berulang. Tahap keintiman, terhadap lawan jenis yang menarik akan menjalin persahabatan. Kata kunci: interaksi lawan jenis, remaja tunagrahita ringan
Abstrack The study aimed to describe the social interaction towards other on teenager mental retardation in SLB Bhakti Wiyata Kulon Progo. The research question was how the social interaction towards other on teenager mental retardation in SLB Bhakti Wiyata kulon Progo. This study was descriptive qualitative. The subject of the research was a male students aged 13 yaers. The data was obtained using observation and interviews.The data was analyzed using three steps; data reduction, data display, and conclusion. Then, the triangulation was used to know the validity of the data. The result showed the contact stage, engagement, and intimacy. Contact occurs in all interactions with other identified through sight, hearing, and smell. Other with a neat, clean appearance, and bringing more fun drawing attention. Stage of involment of the interaction showed interest in other play activities are characterized by the presence and spontaneous and recurrent. Stage of intimacy towards other friendship will be interesting. Key Words: the interaction of the sex, teen mild mental retardation
lebih lamban daripada anak normal, baik PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah
perkembangan
sosial
maupun
No 77 tahun
kecerdasannya disebut anak terbelakang
1991 menyebutkan bahwa “anak-anak
mental; istilah resmi di Indonesia disebut
dalam kelompok di bawah normal dan/atau
anak
tunagrahita”.
Kondisi
ini
995 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
10
Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2016
kognitif
positif maupun negatif. Posisi yang lebih
seseorang mengalami hambatan. Beberapa
dominan, akan mempengaruhi posisi yang
kasus juga disertai hambatan pada salah
minoritas. Akan tetapi dalam beberapa
satu atau keseluruhan dari kemampuan
kondisi,
sensorimotor,
selamanya dapat dipengaruhi oleh posisi
mengakibatkan
kemampuan
bahasa,
sosial,
dan
posisi
minoritas
juga
tidak
kecakapan hidup. Kondisi inilah yang
dominan,
selanjutnya dapat dijadikan dasar dalam
pengalaman, kedewasaan, ataupun norma.
mengklasifikasikan
tingkat
Sedangkan jika dikaitkan dengan norma,
ketunagrahitaan seseorang menjadi ringan
hal yang penting bukan lagi tenntang
(mampu didik), sedang (mampu latih), dan
posisi yang lebih dominan akan tetapi,
berat (mampu rawat). Penelitian ini lebih
jenis hubungan yang terjalin.
berfokus pada remaja tunagrahita ringan. Secara
umum
faktor
intelektual,
Menurut Woodworth (Gerungan, 2004:
(2002)
59) terdapat empat jenis hubungan antar
remaja
individu dengan lingkungan, yaitu individu
merupakan masa transisi dalam periode
yang bertentangan dengan lingkungan,
anak-anak ke periode dewasa.
individu yang menggunakan lingkungan,
menyebutkan
Irwanto
karena
bahwa
periode
Hambatan yang dialami oleh remaja
individu
yang berpartisipasi dengan
tunagrahita ringan mempengaruhi pola
lingkungan,
interaksi sosialnya dengan lingkungannya.
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Menurut Bonner dalam Abu Ahmadi
Dalam teori ini menunjukkan bahwa
(2002: 54) berpendapat bahwa interaksi
pencapaian dari sebuah interaksi sosial
sosial adalah suatu hubungan antara dua
yang
individu atau lebih, dimana kelakuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
individu
mempengaruhi,
Harapan ini berlaku pada semua jenis
mengubah, atau memperbaiki kelakuan
interaksi sosial, termasuk interaksi yang
individu
dilakukan
yang
lainnya
satu
atau
sebaliknya.
dan
tertinggi
remaja
individu
adalah
jika
tunagrahita
yang
dapat
ringan
Didukung oleh pendapat Bimo Walgito
terhadap lingkungannya. Meskipun remaja
(2007: 23-25) bahwa sebuah interaksi
tunagrahita memiliki keterbatasan dalam
social dapat terjadi melalui tiga tahap,
kemampuan berpikir kognitif, namun hal
yaitu tahapan kontak, tahapan keterlibatan,
ini tidak memberikan keringanan dari
dan tahapan keintiman. Kondisi remaja
lingkungan. Lingkungan akan menilai
tunagrahita ringan dalam proses interaksi
interaksi remaja tunagrahita ringan sesuai
sosial rentan dengan faktor mempengaruhi
dengan apa yang sudah berjalan secara
atau dipengaruhi, baik dalam hal yang
umum.
Interaksi Sosial Terhadap...(Dwi Arifah) 996
Salah satu bentuk interaksi remaja
pelaksanaan
penelitian
ini
dilakukan
tunagrahita ringan terhadap lawan jenis
pembahasan/penjelasan
dapat diketahui melalui interaksi remaja
interaksi sosial terhadap lawan jenis pada
saat berada di sekolah. Adapun salah satu
remaja tunagrahita ringan di SLB Bhakti
sekolah yang memiliki siswa remaja
Wiyata Kulon Progo.
tunagrahita ringan adalah SLB Bhakti
Tempat dan Waktu Penelitian
Wiyata Kulon Progo. Berdasarkan data
Tempat
penelitian
terkait
dengan
dilaksanakan
di
observasi yang dilakukan peneliti saat
lingkungan SLB Bhakti Wiyata Kulon
berada di SLB Bhakti Wiyata ditemukan
Progo yaitu di Jalan Pahlawan, Graulan,
seorang subjek yang mengalami kondisi
Giripeni, Wates, Kulon Progo. Alasan
sebagaimana yang terdapat dalam uraian di
pengambilan tempat penelitian adalah
atas. Seorang subjek tunagrahita ringan
karena letak sekolah yang strategis karena
yang saat ini sedang menginjak masa
dilalui
remaja.
dengan puskesmas, bersebelahan dengan
angkutan
umum,
bersebelahan
rumah warga, dan berada di kelilingi oleh METODE PENELITIAN
sawah. Selain itu yang paling penting
Jenis Penelitian
adalah sekolah ini memiliki siswa dalam
Penelitian
ini
menggunakan
jenis
berbagai
kategori
ketunaan,
berbagai
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
umur, berbagai jenjang kelas, berbagai
Hamid Harmadi (2011: 145), penelitian
latar belakang, berbagai karakter guru, di
deskriptif merupakan “metode penelitian
tambah fasilitas sekolah yang cukup
yang
dan
memadai. Terdapat beberapa orangtua
menginterpretasikan obyek sesuai dengan
siswa yang menunggui sebagian siswa.
apa adanya”. Dalam penelitian deskriptif
Sehingga dalam pelaksanaan penelitian
ini tidak dilakukan kontrol dan manipulasi
perilaku siswa dapat ditinjau dari beberapa
variabel penelitian, sehingga data yang
faktor dan sumber. Waktu penelitian
diperoleh merupakan data deskriptif dari
dilaksanakan selama satu bulan penuh,
hasil pengamatan dilapangan.
pada
berusaha
Tahap
menggambarkan
pengumpulan
data,
berupa
bulan
penelitian
Desember.
melalui
Pelaksanaan
pengambilan
data
proses memberikan pertanyaan penelitian
melalui observasi yang langsung dilakukan
atau hipotesis yang berkaitan terhadap
terhadap subjek pada waktu istirahat.
keadaan yang sedang berlangsung atau
Pelaksanaan
yang
sekali
sedang
terjadi
dilapangan
saat
dilakukannya penelitian. Sebagai hasil dari
waktu,
wawancara pada
dilaksanakan
sela-sela
waktu
997 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2016
observasi, dengan narasumber guru/wali
dilakukan remaja tunagrahita ringan di
kelas.
SLB Bhakti Wiyata Kulon Progo.
Subjek Penelitian Penelitian
ini
menentukan
subjek
Teknik Analisis Data
penelitian dengan kriteria bahwa subjek
Teknik analisis data dalam penilitian
merupakan remaja tunagrahita ringan yang
ini adalah analisis deskriptif kualitatif.
mampu
Adapun
melakukan
interaksi
sosial.
langkah-langkah
dalam
Remaja tunagrahita ringan yang dimaksud
menganalisis data kualitatif disebutkan
memiliki kemampuan berbahasa yang baik
Sugiyono (2011: 478) yaitu berupa reduksi
dan kemampuan sensorimotor yang baik.
data,
Kondisi
kesimpulan.
siswa
perkembangan
telah pada
menunjukkan tahap
displaydata,
dan
penarikan
interaksi
Kegiatan reduksi data merupakan
sosialnya, yakni dengan ketertarikan untuk
kegiatan merangkum, memilih hal yang
menjalin interaksi dengan lawan jenis.
pokok, memfokuskan pada hal yang
Berdasarkan kriteria penentuan subyek
penting, dicari tema dan polanya serta
diatas, maka didapati seorang remaja
membuang hal yang tidak relevan dengan
tunagrahita ringan yang berjenis kelamin
tujuan dan masalah penelitian. Data dalam
laki-laki, berusia 13 tahun, yang saat ini
penelitian ini diperoleh melalui observasi
sedang menjalani perkembangan masa
dan wawancara.
remaja dan duduk dibangku kelas VI SDLB di SLB Bhakti Wiyata Kulon Progo.
Keabsahan Data Pada penelitian ini keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi dengan metode. Denzin dalam
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan
Tohirin (2013: 13) menyebutkan bahwa
cara mengumpulkan data yang dibutuhkan
yang dimaksud dengan triangulasi dengan
untuk
metode yaitu dengan cara melakukan
menjawab
rumusan
masalah
penelitian (Juliansyah Noor, 2012 : 138).
pengecekan derajat
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan
penelitian
data
dari
pengumpulan data, dalam penelitian ini
pengamatan (observasi) dan wawancara.
teknik pengumpulan data yang digunakan
Adapun data yang dikumpulkan berupa
adalah
data lapangan dan wawancara yang terkait
Penerapan triangulasi metode yaitu dengan
dengan
menggunakan metode observasi.
yang
digunakan
interaksi
lawan
terdiri
jenis
yang
dengan
observasi
kepercayaan hasil beberapa
dan
teknik
wawancara.
Interaksi Sosial Terhadap...(Dwi Arifah) 998
Jadi
keabsahan
triangulasi
dengan
menggunakan
sebenranya
ketika
JR
dalam
melakukan kesalahan, itupun karena JR
penelitian ini dilakukan dengan cara
tidak ada yang mengarahkan. Kesibukan
membandingkan
observasi
orangtua, membuat perhatian orangtua
dengan data hasil wawancara mengenai
sangat kurang pada JR. Waktu JR bersama
interaksi sosial terhadap lawan jenis pada
dengan orangtua sangat kurang. Sekalinya
remaja tunagrahita ringan di SLB Bhakti
ada
Wiyata Kulon Progo.
orangtua dan JR selalu dalam kondisi
data
metode
Meskipun
hasil
waktu
untuk
bersama,
kondisi
capek, sehingga penuh dengan emosi. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Remaja melakukan
tunagrahita interaksi
ringan mudah
menyalahkan
melakukan
kesalahan,
JR
karena
sedangkan
JR
mennyalahkan orangtua karena kurangnya
dengan
waktu dan perhatian. Kondisi ini memicu
siapapun yang ada di lingkungannya. JR
sebuah konflik atau pertentanga, karena
membuka interaksi dengan lingkungan
tujuan JR mendapatkan perhatian, dan
rumah,
tujuan
lingkungan
sosial
Orangtua
sekolah,
dan
orangtua
yang
menginginkan
lingkungan teman-temannya. Lingkungan
anaknya tumbuh dengan baik, tidak dapat
rumah, interaksi berjalan dengan baik,
dipenuhi karena orangtua sibuk bekerja
akan tetapi tidak dapat terjadi dengan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
waktu yang lama, karena JR dan orangtua
dan
hanya bertemu pada pagi dan malam hari.
perhatian orangtua.
Sebab, orangtua JR harus bekerja keras
Hubungan
JR
terlepas
JR
dari
pantauan
dengan
dan
orangtua,
seharian, untuk mencukupi kebutuhan
membuat
sehari-hari. Meskipun dalam interaksi
identifikasi, dan simpati antara orangtua
terdapat
dan JR tidak terbangun. Kondisi capek dan
mengubah
faktor dan
saling
mempengaruhi,
memperbaiki,
faktor
imitasi,
sugesti,
namun
kondisi merasa kurang perhatian membuat
orangtua JR tidak dapat memaksimalkan
kecenderungan emosi dan perasaan lebih
hal tersebut karena jarangnya pertemuan
dominan
dibandingkan
mereka, meskipun dalam satu rumah.
kemampuan
berpikir.
Sehingga pantauan, kontrol, dan intervensi
mempunyai kemampuan berpikir lebih
orangtua terhadap JR sangatlah kurang.
baik harusnya dapat memberikan pengaruh
Orangtua
dengan yang
Permasalahan yang muncul adalah
baik terhadap JR. Sehingga meskipun JR
ketika JR melakukan hal-hal yang negatif,
mengalami ketunagrahitaan, JR tetap dapat
orangtua akan marah dan menyalahkan JR.
intervensi yang baik dari orangtua. Akan
999 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2016
tetapi ketika pengaruh buruk yang muncul
Selanjutnya
dari luar rumah lebih banyak, dan orangtua
semakin melebar atau diperkuat dengan
tidak
dengan
imitasi pada hal-hal lain yang dilakukan
mengintervensi yang baik, maka yang
oleh teman-temanya. Ketika JR sudah
lebih cepat mempengaruhi JR adalah
merasa menikmati, JR akan mudah sekali
pengaruh dari luar.
tersugesti oleh hal-hal yang dilakukan
dapat
mengimbangi
Lingkungan
imitasi
ini
akan
yang
menjadi
subjek
adalah
mereka tidak menyuruh JR melakukannya.
lingkungan teman-temannya yang berasal
JR dengan sendirinya seperti ada dorongan
dari kelompok anak normal. Diantara
untuk
lingkungan yang lain, JR lebih banyak
dilakukan
menghabiskan waktunya dengan teman-
Burhan (2006: 65) menyebutkan bahwa
teman normalnya ini. Namun, sebagai
imitasi dapat mendorong seseorang untuk
minoritas dan tunagrahita ringan, peran JR
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang
dalam lingkungan ini tentu tidak lain
baik ataupun perbuatan yang buruk,
hanya sebagai orang yang justru lebih
tergantung pada didikan dan pengaruh
banyak mendapatkan pengaruh. Sejak
yang masuk. JR melakukan semuanya
pertama kalinya JR memutuskan untuk
tanpa ada kritik atau pemikiran atau
bergaul dengan teman-temannya ini, JR
kesadaran diri tentang baik atau tidaknya
mungkin
dan
yang dilakukannya. semuanya berjalan
mendengar apa saja yang dilakukan teman-
seperti begitu saja, dengan apa adanya,
temannya ini. Pada kali pertama, mungkin
bahkan
ada hal-hal yang JR belum tertarik, namun
temannya tidak menginginkan JR berbuat
pasti ada juga yang JR mulai tertarik.
demikian. Sehingga, akibatnya adalah
tempat
Ketika
kedua
proses
berinteraksi
hanya
hal
akan
tersebut
melihat
meskipun
melakukan
sebenarnya
hal-hal
yang
teman-temannya.
mungkin
juga
Menurut
sebenarnya
teman-
maka
semakin JR sering melakukan imitasi,
pengaruh tersebut akan mulai sampai
sugesti, identifikasi, JR juga akan mulai
kepada JR, baik secara langsung atau tidak
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan
langsung. Jikapun hal itu tidak terjadi,
teman-temannya, seperti berkelahi dan
pengaruh tersebut dapat sampai terhadap
balap liar. Karena JR sudah sampai pada
JR, ketika secara terpaksa atau tidak, JR
tahap simpati. Yakni ketika kelompok
mulai mengikutinya. Proses imitasi JR dari
teman-temannya mendapatkan ancaman,
temannya ini selanjutnya akan mengubah
maka JR pun merasa tersulut dan ikut
diri JR yang sebelumnya mungkin tidak
dalam
pernah
sebagainya.
melakukan
terjadi,
teman-temannya
hal
tersebut.
perkelahian, Ketika
balapan,
dan
kelompoknya
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2016
Interaksi Sosial Terhadap...(Dwi Arifah) 1000
mendapatkan pemberitaan yang kurang
saja JR meniru gerakan berbahasa isyarat,
baikpun, JR akan tetap membelanya.
maka ketika JR berhadapan dengan anak
Selanjutnya interaksi sosial JR dengan
tunarungu,
JR
akan
langsung
lingkungan sekolahnya khususnya dengan
menggunakan bahasa isyarat sebisanya,
lawan jenis. JR melakukan interaksi
bahkan ketika sedang bercanda.
dengan
semua
teman-temannya
yang
Pada sisi lain, subjek memberikan
perempuan. JR berinteraksi dengan cara
pengaruh pada lawan jenisnya ketika JR
lisan maupun perbuatan. Pada sebagian
menyuruh lawan jenisnya atau meledek
besar interaksi JR terjadi secara lisan dan
lawan jenisnya, yang kemudian membuat
perbuatan. JR melakukan berbagai bentuk
lawan jenis menyanggupi apa yang disuruh
interaksi dengan lawan jenis sampai tahap
oleh JR, atau apa yang dilakukan JR saat
keterlibatan.
yang
bercanda. Semua interaksi JR terhadap
dilakukan JR belum mengarah pada tahap
lawan jenis berjalan dengan baik. JR
keintimaan. Pada tahap keterlibatan ini, JR
mampu memposisikan diri dengan kondisi
banyak melakukan interaksi dengan cara
lawan jenisnya, sehingga dalam hal ini, JR
bercanda, meledek, bermain, jahil, dan
mampu
iseng. Interaksi dengan lawan jenis dalam
dengan lawan jenis yang terlibat interaksi
tahapan kontak, terjadi dengan bentuk
dengan JR. Jika melihat pendapat yang
sekali melihat saat berpapasan.
diungkapkan oleh Bimo Walgito (2007:
Semua
interaksi
melakukan
penyesuaian
diri
Pada sebagian besar interaksi, JR yang
23-25) bahwa sebuah interaksi sosial dapat
selalu memulai interaksi, baik yang hanya
terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahapan
sekedar
kontak, tahapan keterlibatan, dan tahapan
bercanda,
bermain,
meledek,
menyuruh, atau jahil. Lawan jenis yang bersangkutan
juga
selalu
keintiman.
menanggapi
Adapun pada ketiga tersebut, JR
dengan keadaan yang senang, meskipun itu
terlihat mampu melakukan ketiga tahap
bentuk ledekan atau hal-hal yang tidak
dalam interaksi sosialnya dengan lawan
menyenangkan. Hal itu disebabkan karena
jenis. Pada tahap kontak, JR biasanya
JR selalu berinteraksi dengan kondisi yang
menunjukkan
santai dan senang, sehingga membuat
atau
suasana menjadi tidak serius. dalam
beberapa
beinteraksi dengan lawan jenis, JR tidak
penglihatan,
melakukan
dan
pembauannya. Dalam penglihatan, subjek
identifikasi. JR melakukan imitasi hanya
tertarik melakukan interaksi dengan lawan
sebagai sarana berkomuniksi. Misalnya
jenis yang berpenampilan rapi, bersih, dan
imitasi,
sugesti,
ketertarikan
penolakan tanda
berinteraksi
beinteraksi yang
melalui
melibatkan
pendengaran,
dan
1001 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2016
pembawaan yang menyenangkan/ ceria.
kurang
Pada
Lawan jenis yang sejak awal sudah
lawan
cenderung
jenis lebih
kategori
ini,
JR
sering
memulai
tertarik
menarik
melakukan
perhatian
interaksi.
JR
melalui
interaksinya atau melanjutkan interaksi
penampilannya yang rapi, bersih, dan
yang sudah dimulai oleh lawan jenis.
pembawaan
Sedangkan
menolak,
cenderung bertahan ke tahap interaksi
menghindari, membatasi, mengabaikan,
yang terus terjadi secara berulang melalui
atau justru mempunyai emosi yang kurang
beberapa
positif, ketika berhubungan dengan lawan
bercanda, saling ledek, dan jahil secara
jenis yang secara penampilan sedikit
timbal balik. Sehingga JR dapat membina
kusam, lusuh, tidak rapi, lemas, dan
pertemanan yang erat dengan teman-
cenderung pasif.
temannya yang lawan jenis pada kategori
JR
cenderung
Jika JR sudah masuk atau terpaksa melakukan interaksi dengan lawan jenis
yang
kegiatan
menyenangkan
seperti
bermain,
ini. Sedangkan yang sejak awal JR kurang
kategori ini, biasanya subjek hanya akan
tertarik
berinteraksi seperlunya saja, tanpa basa-
berpenampilan kusam, lusuh, tidak rapi,
basi, singkat, dan tidak berusaha untuk
dan cenderung pasif, hingga saat ini pun
melanjutkan atau membina interaksi yang
tidak mengalami perubahan. JR tidak
lebih lama. Berbeda dengan ketika JR
berusaha
berinteraksi dengan kategori lawan jenis
mendalam. Bahkan interaksi yang terjalin
yang pertama, yakni bersih, rapi, dan
hanya sebatas interaksi yang sifatnya
menyenangkan/ceria. Interaksi biasanya
kebetulan
akan berlanjut dengan dalam waktu yang
berpapasan, bersalaman, dan yang sifatnya
lama, dalam kesempatan yang lain, dan
sebuah keharusan. Sehingga jika dilihat
bentuk interaksi yang lain, yang berganti-
berdasarkan ketunaan yang disandang
ganti. Misalnya saja dengan bermain,
lawan jenis, JR cenderung lebih tertarik
saling
berbuat
menjalin pertemanan dengan lawan jenis
tidak
tunarungu. JR kurang tertarik dengan
selalu dapat diprediksi karena dilakukan
lawan jenis dari ketunaan lain yang
dengan spontan.
mayoritas adalah tunagrahita. Bahkan pada
meledek,
jahil/bercanda.
Bentuk
dan interaksi
pada
lawan
menjalin
dan
jenis
interaksi
kebiasaan,
yang
secara
seperti
Akhirnya, interaksi sosial JR dengan
beberapa kali subjek justru hanya akan
teman-teman dari kalangan lawan jenis ini
memanfaatkan lawan jenis tunagrahita
akan menampakkan dengan siapa JR
untuk kepentingannya sendiri, yakni untuk
tertarik berinteraksi dan dengan siapa JR
disuruh-suruh.
Interaksi Sosial Terhadap...(Dwi Arifah) 1002
SIMPULAN DAN SARAN
dengan
Simpulan
penampilan
Penjabaran
pembahasan
jenis rapi,
yang
secara
bersih,
dan
hasil
menyenangkan dengan cara berinteraksi
analisis yang telah tertera dapat diambil
secara berulang dan spontan. Remaja
kesimpulan
sosial
tunagrahita ringan tidak berusaha menjalin
lawan jenis yang terjadi pada remaja
pertemanan yang lebih dalam pada lawan
tunagrahita ringan di SLB Bhakti Wiyata
jenis yang kusam, lusuh, kurang rapi, dan
kulon Progo. Proses interaksi sosial remaja
pasif. Jika dikaitkan dengan identitas
tunagrahita ringan terhadap lawan jenis
lawan jenis, diketahui bahwa remaja
ditinjau dari beberapa tahapan interaksi
tunagrahita ringan lebih tertarik menjalin
sosial,
mengenai
diantaranya
dan
lawan
interaksi
adalah:
remaja
interaksi dengan lawan jenis tunarungu,
melakukan
kontak
yang memiliki penampilan bersih, rapi,
melalui penglihatan, pendengaran, dan
dan menyenangkan. Sedangkan identitas
pembauan.
Lawan
jenis
yang
lawan
berpenampilan
rapi,
bersih,
dan
tunagrahita ringan adalah lawan jenis
menyenangkan/ceria,
tunagrahita yang penampilannya kusam,
tunagrahita
pembawaan
ringan
yang
cenderung lebih menarik perhatian jika
jenis
yang
dihindari
remaja
lusuh, kurang rapi, dan pasif.
dibandingkan dengan lawan jenis yang
Dalam kaitannya dengan faktor yang
kusam, lusuh, kurang rapi, dan cenderung
mempengaruhi interaksi sosial, remaja
pasif.
tunagrahita ringan lebih banyak berperan Remaja
akan
sebagai pihak yang mempengaruhi lawan
melalui
jenis, meskipun beberapa kesempatan,
kegiatan bermain, bercanda, dan berbuat
remaja tunagrahita ringan juga dipengaruhi
jahil pada lawan jenis yang rapi, bersih,
oleh lawan jenis. Akan tetapi hal ini
dan
pembawaan
berlangsung pada interaksi yang sifatnya
menyenangkan/ceria. Lawan jenis yang
bermain, bercanda, jahil, dan memerintah,
kusam, kurang rapi, lusuh, dan pasif
bukan pada interaksi yang membentuk
cenderung
dihindari
remaja
sebuah perilaku tertentu yang melekat
tunagrahita
ringan,
akan
pada remaja tunagrahita ringan atau pada
melakukan
beberapa
kegiatan
yang
lawan jenisnya. Sehingga, faktor imitasi,
keharusan,
atau
sugesti, identifikasi, dan simpati hanya
melanjutkan
tunagrahita interaksi
sosial
memiliki
sifatnya
kebiasaan,
oleh
dan
hanya
ketidaksengajaan. Pada
tahap
terjadi dalam kategori ringan, karena keintiman,
remaja
tunagrahita ringan menjalin pertemanan
hanya berlangsung dalam sebuah interaksi
1003 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2016
yang
tdak
serius,
sehingga
tidak
Bimo Walgito. (1994). Psikologi Sosial
menimbulkan perubahan perilaku tertentu.
(Suatu
Saran
Andi Offset.
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
Burhan
Pengantar).
Bungin.
Yogyakarta:
(2006).
Sosiologi
pembahasan yang telah dilakukan dalam
Komunikas: Teori, Paradigma, dan
penelitian
DiskursusTeknologi Komunikasi di
ini,
maka
peneliti
mengemukakan saran sebagai berikut:
Masyarakat.jakarta:
1.
Prenada Media Group.
Bagi guru a. Mempertahankan interaksi positif
Gerungan.
yang sudah ada, supaya lebih dapat mendekatkan
hubungan
batin
antara guru dan siswa.
emosi siswa yang belum terarah dan belum stabil
semua
teman
dalam
pantauan guru.
Memperhatikan
pengembangan
layanan pendidikan yang diberikan pada anak, pembekalan budi pekerti, pengenalan
dan
penjelasan
tentang pubertas dan reproduksi. 3. Bagi peneliti Para
peneliti
diharapkan
mengetahui sejauh mana perkembangan emosi dan perilaku interaksi anak tunagrahita ringan dengan lawan jenis yang
berada
di
Bandung: PT. Refika Aditama. Hamid
Harmadi.
(2011).
Metode
Alfabeta. Juliansyah
Noor.
(2005).
Sugiyono.
(2010).
Metode
Metodologi
sekeliling
anak
tunagrahita ringan. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Bagi sekolah
dan
Sosial.
Penelitian. Jakarta: Kencana.
c. Melatih siswa untuk berinteraksi
2.
Psikologi
Penelitian Pendidikan. Bandung:
b. Mengarahkan bentuk interaksi dan
dengan
(2004).
Kencana