INDRA SEBAGAI ALAT UNTUK BELAJAR BAGI MANUSIA BERDASARKAN Q.S AN-NAHL AYAT 78 DAN Q.S AL-A’RAF AYAT 179 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat Guna Menyelesaikan Program Strata I Serta Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Pendidikan Agama Islam
Oleh : AHMAD ZAINUDIN NIM : 211168
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2015
ABSTRAK PENELITIAN Ahmad Zainudin (NIM : 211168), Indra Sebagai Alat Untuk Belajar Bagi Manusia Berdasarkan Q.S An-Nahl Ayat 78 Dan Q.S Al-A’raf Ayat 179. Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indra apa saja yang di gunakan manusia untuk belajar dan bagaimana cara menggunakannya secara baik dan benar, cara mensyukurinya dan menyesuaikan dengan Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran dalam agama islam. Penelitian ini bersifat kwalitatif karena menekankan pada penelitian yang berupaya untuk menelusuri dan mencari teks yang berkaitan dengan ilmu yang menunjukkan keberadaan indra manusia sebagai alat untuk belajar bagi manusia itu sendiri dan cara mensyukurinya serta menggunakannya dengan baik dan benar. Dalam penulisan sripsi ini, penulis menggunakan sumber dari ayatayat Al-Qur’an dan Al-Hadits serta kitab-kitab dan buku-buku pembanding yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini
dan dalam hal ini penulis
menggunakan metode Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu pengumpulan data atau karya tulis ilmiah yang sesuai dengan obyek peneliti atau atau penelitian terhadap bahan-bahan pustaka dari ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan indra manusia, selain itu juga di dampingi dengan AlHadits yang dijadikan penguat data, serta kitab-kitab dan buku-buku pembanding yang dijadikan sebagai analisis perbandingan sehingga di dapat data yang sesuai dan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya menurut teori-teori ilmiah. Untuk mengumpulkan data kepustakaan ini penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data skunder.
ii
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil dan kesimpulan bahwa indra yang digunakan manusia untuk belajar berdasarkan Al-Qur’an ada 3 yaitu pendengaran, penglihatan dan hati/akal. Dan penggunaannya yang digunakan untuk mendengarkan dan melihat serta memahami ayat-ayat, kebesaran dan kekuasaan Allah Swt baik yang tersirat maupun yang tersurat. Dan manusia yang tidak menggunakannya dengan sebagaimana mestinya maka akan di ancam oleh Allah Swt., dengan neraka jahannam dan dikatakan sebagai binatang bahkan lebih sesat dari binatang. Demikianlah abstrak penelitian penulis yang disajikan agar bisa digunakan sebagaimana mestinya dan mendapatkan kebaikan dari padanya. Jepara,____Agustus 2015 Penulis,
AHMAD ZAINUDIN NIM : 211168
iii
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ ( UNISNU ) JEPARA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Akreditasi BAN-PT : Peringkat B Nomor : 192/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/IX/2013
Program Studi PendidikaN Bahasa Inggris (PBI) IJin Penyelenggaran SK Mendikbud RI Nomor : 149/E/O/2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : .....Bandel
Jepara,_______________2015
Hal
Kepada Yth.
: Naskah Skripsi An. Sdr. Ahmad Zainudin
Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara : Nama
: Ahmad Zainudin
No. Induk
: 211168
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Study
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: Indra Sebagai Alat Untuk Belajar Bagi Manusia Berdasarkan Q.S An-Nahl Ayat 78 Dan Q.S Al-A’raf Ayat 179 Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan agar skripsi saudara tersebut dapat di munaqosahkan. Dan atas perhatian bapak, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Pembimbing,
Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag. Jl. Taman Siswa No.09 Tahunan Jepara Jawa Tengah 59427
E-mail:
[email protected] l Telp/Fax : 0291 593132 l Web : www.ftk.unisnu.ac.id
iv
LEMBAR PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat pada refrensi yang dijadikan bahan rujukan. Jepara, ____ Agustus 2015 Deklarator,
AHMAD ZAINUDIN NIM : 211168
vi
MOTTO
(اﻋﻤﻞ ﻟﺪﻧﯿﺎك ﻛﺎﻧﻚ ﺗﻌﯿﺶ اﺑﺪا واﻋﻤﻞ ﻻﺧﺮﺗﻚ ﻛﺎﻧﻚ ﺗﻤﻮت ﻏﺪا )رواه اﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ Artinya : “ Beramalah (bekerjalah) untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan beramalah (bekerjalah) untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok (HR. Ibnu ‘Asakir) 1
KATA PENGANTAR 1
Sayyid Ahmad Al-Hasyimy, Muhktarul Ahadits An-Nabawy, (Semarang : Alawiyah,tth.), hlm.25.
vii
Bismillahirrohmaan nirrohiim Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt., dimana segala kebajikan menjadi sempurna dengan berkat nikmat-nikmat-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah atas nabi kita, nabi akhir zaman, Nabi Muhammad Saw., pengajar umat manusia pada kebaikan , pemberi petunjuk bagi umat manusia menuju cahaya kebenaran yang terang benderang dan kejalan yang lurus, yang diutus Allah untuk menyempurnakan akhlakul karimah di dunia ini. Semoga Allah meridhoi para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya, yaitu orang-orang yang membawa risalah Islam dan ajaran-ajaran Al-Qur’an ke seluruh dunia. Semoga Allah juga meridhoi orang-orang yang berjalan di belakang mereka, yang berlalu di jalan mereka dengan penuh kebajikan sampai hari kiamat. Lalu, penulis panjatkan puja
dan puji syukur di awal dan di akhir
penulisan skripsi ini kepada Allah Swt., yang telah memberikan taufiq di dalam penyusunan skripsi ini yang berjudul “ Indra Sebagai Alat Untuk Belajar Bagi Manusia Berdasarkan Q.S An-Nahl Ayat 78 Dan Q.S Al-A’raf Ayat 179 “. Dan semoga Allah selalu membimbing kita semua lewat tulisan skripsi ini sehingga kita bisa muhasabah, muraqobah dan fastabiqul khoirot menuju rahmat dan ridho-Nya. Penulis berharap setelah membaca skripsi ini, semula yang kita belum mengetahui, kurang faham, atau bahkan sudah mengetahui dan sudah faham tapi belum bisa mengamalkannya, penulis berharap semoga bisa mengamalkan dan menjadikan acuan kita dalam menggunakan semua nikmat Allah, mensyukuri semua pemberian-Nya, supaya kita tidak kufur terhadap nikmat-Nya yang pada akhirnya kita di ancam dengan neraka jahannam dan di ibaratkan sebagai binatang. Sedikit apapun nikmat dan pemberian-Nya, hal tersebut punya hak untuk di syukuri. Dalam hal ini, nikmat dan pemberian yang kita bahas adalah indra manusia yang di gunakan oleh manusia untuk belajar yaitu ada indra penglihat, indra pendengan, indra pengecap, indra peraba, indra pembau, hati dan otak serta semua yang diberikan pada kita, tetapi kita tidak menyadarinya kalau semua itu sangat penting dan berarti bagi kita, tanpa semua itu mungkin kita bukan apa-apa dan tidak
viii
tahu apa-apa, lalu siapa kita?, dalam Q.S. Al-A’raf ayat 179 di sebutkan bahwa oarang-orang yang tidak menggunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak menggunakan telinganya untuk mendengarkan Ayat-ayat Allah dan tidak menggunakan penglihatannya untuk melihat keagungan dan kehebatan Allah maka kita dikatakan sebagai binatang bahkan lebih sesat darinya, dan kita di ancam akan di masukkan ke dalam neraka jahannam. Aku berlindung kepada Allah dari hal tersebut. Maka dari itu mari kita gunakan semua kenikmatan yang telah di berikan dengan baik dan benar dan kita syukuri dengan sebaik-baik syukur. Semoga Allah selalu memberikan kita cahaya petunjuk dari kitab-Nya (Al-Qur’an), mengeluarkan kita dari kesesatan dengan izin-Nya menuju jalan yang lurus, seperti yang di firmankan-Nya di dalam Q.S Al-Maidah : 15-16, sebagai berikut :
......
Artinya :
( ١٧ -١٦ : )اﻟﻤﺎﺋﺪة 15. ........, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan[408]. 16. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [408] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.
ix
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. KH. Muhtarom, HM., selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara. 3. Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag., selaku Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, serta sebagai pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Semua Dosen UNISNU yang telah memberikan pengarahan dan menularkan ilmu dan pengetahuannya pada kami. 5. Segenap Civitas Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ yang turut memberikan sumbangsih dalam kelancaran penyusunan skripsi ini. 6. Semua pihat yang telah ikut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Demikina sambutan dan ucapan terima kasih yang dapat di sampaikan oleh penulis, jika dalam penulisan ini banyak kesalahan saya mohon maaf atas kekurangan tersebut, dan saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang bersedia memberikan pengarahan dan bimbingan atas selesainya skripsi ini. Jepara,___Agustus 2015 Penulis,
AHMAD ZAINUDIN NIM : 211168
x
PERSEMBAHAN Tiada satupun yang dapat memberikan rasa bahagia melainkan senyum yang tulus dengan rasa bangga, dengan penuh rasa bhakti, cinta dan kasih sayang. Dan dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini untuk : 1. Bapak dan Ibu ( Sasmo dan Rukayati ) tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat, nasihat dan selalu mendo’akanku 2. Abah ( KH. Muhammad Sholikhin Idris ) dan Umi ( Nyai Hj. Sholihah, AH.) yang senantiasa mendo’akan anak didiknya seperti anaknya sendiri, yang banyak menaruh harapan pada generasi yang fastabiqul khairat fil masholih. 3. Adik-adik tercintaku ( Agus Setiawan dan Habib Ali Fahruddin ) yang selalu menciptakan tawa, duka dalam setiap canda dan haru, adik-adik yang selalu memotivasiku lewat tingkah lakunya, agar kakakmu ini menjadi lebih baik. 4. Kekasihku ( Rofi’atul Ulya / Eka Fatmawati ) yang selalu memotivasi, memberikan semangat, dan mendo’akan yang terbaik untukku, serta menjadi penghibur disaat aku jenuh dan susah. 5. Para teman-teman santri Pondok-Pesantren Al-Islami As-Salafi Bahrul Ulum Jleper Mijen Demak, yang selalu menyertaiku di setiap kesendirian dan memberikan motivasi serta do’anya kepadaku. 6. Para Sahabatku senasib, seperjuangan di UNISNU JEPARA, yang selalu kompak dalam menjalani suka dan duka di dalam study pembelajaran. 7. Bapak dan Ibu Dosen UNISNU JEPARA, yang telah mengajarkan apa yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya.
xi
Semua kebaikan yang telah diberikan kepadaku, tidak dapat daku membalasnya dengan balasan yang setimpal dan sepadan, tapi daku hanya bisa mendo’akan dengan do’a “ Jazakumullahu ahsanal jaza’ jaza’an katsiro, amiin. “ semoga Allah memberikan balasan dengan sebaik-baik balasan, balasan yang banyak. Amiin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
ABSTRAK PENELITIAN..................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
vi
MOTTO ..............................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................
viii
PERSEMBAHAN ...............................................................................................
xi
DAFTAR ISI.......................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Penegasan Istilah ....................................................................................
4
C. Perumusan Masalah ...............................................................................
6
D. Tujuan Penelitian Skripsi .......................................................................
6
E. Kajian Pustaka.........................................................................................
6
F. Metodologi Penulisan Skripsi ................................................................
9
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................
11
BAB II INDRA SEBAGAI ALAT UNTUK BELAJAR BAGI MANUSIA .....
13
A. Pengertian Indra .....................................................................................
13
B. Macam-macam Indra pada Manusia .......................................................
14
C. Manfaat dan Fungsi Indra Bagi Manusia Sebagai Alat Untuk belajar....
23
D. Pendapat Ulama’ Islam Tentang Indra Manusia.....................................
26
xii
BAB III TAFSIR AL - QUR’AN SURAT AN-NAHL AYAT 78 DAN SURAT AL-A’RAF AYAT 179..............................................................
31
A. Pengertian dan Fungsi Al-Qur’an ..........................................................
31
B. Tafsir Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179..........................................................................
43
1. Teks dan Terjemah Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179.......................................................
43
2. Tafsir Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179..............................................................
44
a) Menurut Quraisy Shihab dalam Tafsirnya Al-Misbah .........
44
b) Menurut Sayyid Qutub dalam Tafsirnya Fii Zilalil Qur’an .
49
c) Menurut Imam Nawawi dalam Tafsir Mirohul Labid..........
52
3. Analisa Terhadap Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179.......................................................
53
BAB IV INDRA SEBAGAI ALAT UNTUK BELAJAR BAGI MANUSIA BERDASARKAN Q.S AN-NAHL AYAT 78 DAN SURAT AL-A’RAF AYAT 179 .........................................................................
56
A. Indra Yang di Gunakan Manusia untuk Belajar Berdasarkan Q.S An- Nahl Ayat 78 ....................................................................................
56
B. Keadaan Manusia yang Tidak Bersyukur Atas Indranya Berdasarkan Surat Al-A’raf Ayat 179.....................................................
62
C. Penggunaan Indra Manusia Secara Baik dan Tepat sebagai Alat untuk Belajar Berdasarkan Al-Qur’an Q.S An Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179..........................................................................
66
BAB V KESIMPULAN , SARAN DAN PENUTUP ........................................
72
A. Kesimpulan ............................................................................................
72
B. Saran Saran .............................................................................................
73
xiii
C. Penutup ................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
74
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang di dalamnya memuat petunjuk bagi manusia yang berguna bagi dasar yang kukuh untuk semua prinsip, etik dan moral yang perlu bagi kehidupan manusia.1 Prinsip-prinsip etik dan moral sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan bentuk dan arah terhadap tingkah laku manusia yang berkaitan dengan seluruh jaringan kehidupannya baik individu maupun sosial. Dengan arah prinsip-prinsip etik dan moral atas tingkah laku manusia oleh Al-Qur’an akan tercipta suatu kehidupan yang berimbang didunia ini dengan tujuan terakhir kebahagiaan akhirat. Hal ini adalah misi agama islam yang berdasarkan Al-Qur’an yaitu memberikan rahmat kepada makhluk sekalian alam. Sebagaimana di tegaskan dalam surat Al-Anbiya ayat 21, sebagai berikut :
( ۱۰۷ : )اﻻﻧﺒﻴﺎء Artinya : “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS : Al-Anbiya 21:107) 2 Dengan Demikian, seluruh yang di kandung Al-Qur’an pada hakekatnya merupakan ajaran dan tuntunan bagi umat islam. Ia memberikan petunjuk dan pedoman bagi kehidupan dalam bentuk, misalnya : ajaran aqidah, akhlak, hukum, falsafah, politik, ibadah dan pendidikan. Ajaran Pendidikan merupakan ajaran yang penting yang dibawa oleh Al-Qur’an, dalam Al-Qur’an terdapat 1.404 ayat yang berkaitan dengan 1
Ahmad Syafi’i Ma’arif, Islam dan Masalah Kenegaraan Studi Tentang Peraturan Dalam Konstituante, (Jakarta: LP3ES, 1985), Cet. Ke-1, hlm.11. 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya : Mahkota, 1989).
2
pendidikan atau hampir 25% yang menunjukan pentingnya pendidikan pada pandangan ulama.3 Dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an yang menjadi sumber ajaran islam tersebut menuntut perhatian serius, apabila seseorang ingin mengetahui lebih jauh apa yang terkandung didalamnya. Untuk dapat memahami dan menentukan kandungan Al-Qur’an sesorang tidak hanya di tuntut untuk membaca Al-Qur’an dengan baik, tetapi harus juga memiliki kemampuan memahami, mengungkapkan isi, serta menggali prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Kemampuan inilah yang disebut sebagai tafsir Al-Qur’an.4 Dengan demikian, tafsir Al-Qur’an pada hakekatnya, meminjam ungkapan Muhammad Al-Sabuni, merupakan anak kunci untuk membuka simpanan yang ditimbun dalam Al-Qur’an.5 Sebagai upaya kodifikasi terhadap tafsir Al-Qur’an atau sebagian AlQur’an telah dilakukan oleh para mufassir semenjak masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (99-101).6 Salah satu surat yang diberi tafsirnya oleh para mufassir adalah Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’rof ayat 179 yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, pada ayat ini diterangkan bahwa keadaan manusia itu ketika dikeluarkan dari perut ibunya dia tidak mengetahui apapun bahkan sedikitpun. Kemudian Allah Swt membekalinya dengan indera pendengaran dan penglihatan serta hati supaya dia bersyukur. Dan disisi lain ketika sudah dewasa Allah swt memberikan ancaman bagi mereka yang tidak menggunakan indra pendengaran, penglihatan dan hati dengan adzab neraka jahannam sesuai dengan yang terkandung dalam QS. AlA’raf ayat 179. Maka menjadi sebuah pertanyaan ketika disebutkan demikian apakah arti penting indra manusia khususnya indra pendengaran dan indra penglihatan 3
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), hlm. 98. 4 Muhammad Fuad Abdul Al-Baqi, Al-Mu’jam, Al-Muhfaras li al fat Al-Qur’an AlKarim, (Bairut: Darwa Muttabi Al-Sya’ab,tth), hlm. 519. 5 Muhammad Ali Al-Sabuni, Al-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, (Bairut : Dar Al-Irsyad,tth), h. 6 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm.73.
3
dalam kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikan. Disini akan dipaparkan dengan segenap kemampuan untuk membuka rahasia yang terkandung di dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179 yang banyak menyinggung tentang sebagian indra manusia yang berfungsi sebagai alat untuk belajar. Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).7 Di dalam pembahasan kali ini sesorang akan mencapai puncak akhlakul karimah yang tinggi dan menjadi seorang manusia pilihan disisi Allah swt jika mereka (manusia) mampu menggunakan indra mereka secara maksimal dan dengan segala kemampuan indra mereka, maka mereka akan mempunyai kekuatan untuk berbuat baik secara benar dengan kekuatan yang mereka miliki melalui penggunaan indra pada fitrahnya (yaitu dengan memanfaatkan dengan baik dan sebagaimana mestinya untuk mengharap ridho Allah Swt) dan mempunyai ilmu yang tinggi sehingga bisa membedakan mana yang haq dan yang bathil. Seperti yang telah Allah Swt firmankan di dalam QS. Shood Ayat 45-47 sebagai berikut :
( ۴۷-۴۵ : )ص
Artinya : “ 45. Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
7
Evelyn.C Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia), hlm.310-325.
4
46. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang Tinggi Yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. 47. Dan Sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar Termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. “ (QS. Shood ayat 45-47)8 Berdasarkan pokok pikiran tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179 yang banyak menyinggung tentang sebagian indra manusia yang berfungsi sebagai alat untuk belajar dan di angkat menjadi judul skripsi dengan judul INDRA SEBAGAI
ALAT
BERDASARKAN
UNTUK
BELAJAR
BAGI
MANUSIA
Q.S AN-NAHL AYAT 78 DAN Q.S AL-A’RAF
AYAT 179. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahfahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka ada beberapa istilah yang di gunakan penulis yang perlu di jelaskan dan di tegaskan maksudnya sebagai berikut : 1. Indra sebagai alat belajar di dalam hal ini manusia mempunyai banyak indra, yang kita ketahui dan telah dikenal di dalam anatomi tubuh manusia terdapat lima indra, yang sering dikenal dengan sebutan panca indra, di dalam hal ini penulis menghususkan pembahasannya hanya tentang indra yang digunakan manusia sebagai alat untuk belajar, penulis disini mengatakan bahwa indra yang digunakan sebagai alat untuk belajar adalah indra penglihatan (mata) dan indra pendengaran (telinga) serta hati (akal).9 2. Manusia dalam hal ini adalah manusia yang sehat jasmani dan rohani serta berakal sehat. Dimana manusia disini akan menjadi obyek dari penulis. Disini penulis tidak membatasi manusia dibelahan bumi mana, ini bisa saja manusia yang ada di benua afrika, amerika, asia,australia, eropa bahkan di antartika. Karna Allah swt menciptakan manusia itu dalam keadaan fitrah 8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya : Mahkota, 1989). Evelyn.C Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia), hlm.320-325. 9
5
yang sama baik itu yang dekat atau yang jauh di tempat yang kita tidak pernah berpijak disana, ini semua bukan membedakan mana yang lebih baik karna Allah swt memandang manusia yang paling mulia adalah manusia yang bertaqwa. berdasarkan firman Allah swt, Al-qur’an Surat Al-Hujurot ayat 13 sebagai berikut :
(۱۳ : )اﻟﺤﺠﺮات Artinya : 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurot: 13)10 3. Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179, surat AnNahl dan Al-A’raf keduanya termasuk surat Makiyyah, surat An-Nahl terdapat di mushaf Al-Qur’an berurutan setelah surat Al-Hijr, surat AnNahl termasuk surat ke 16 di dalam urutan surat di Al-Qur’an , sedangkan surat Al-A’raf terdapat di mushaf Al-Qur’an berurutan setelah surat AlAn’am, surat Al-A’raf adalah surat ke 7 di dalam urutan surat di AlQur’an.11 Kesimpulannya, penulis menulis judul skripsi tersebut dengan pengertian yaitu indra manusia dari suku, ras, dan bangsa mana saja yang hidup di dunia ini yang di gunakan sebagai alat untuk belajar, berdasarkan Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya : Mahkota, 1989). Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat , (Bandung : Sygma Publishing, 2011), Cet.1 hlm.607. 11
6
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dan penegasan istilah yang di kemukakan penulis diatas, maka masalah pokok yang menjadi fokus penelitian ini adalah : 1. Indra manusia apa saja yang khusus digunakan untuk belajar dalam AlQur’an ? 2. Indra Apa sajakah yang digunakan manusia untuk mendukung proses belajar ? 3. Bagaimana cara menggunaan indra dengan baik dan benar dalam proses pembelajaran ? 4. Akibat apa yang di timbulkan jika manusia tidak menggunakan indranya secara maksimal berdasarkan kodratnya? D. Tujuan Penulisan Skripsi 1. Menggali pengetahuan yang ada di dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179 yang berhubungan dengan indra manusia yang di gunakan untuk belajar 2. Mengetahui indra apa saja yang di gunakan untuk belajar 3. Mengetahui cara menggunakan indra manusia dalam proses pembelajaran 4. Mengetahui akibatnya jika manusia tidak menggunakan indranya dengan baik dan benar. E. Kajian Pustaka Kajian pustaka yang digunakan oleh penulis adalah dari sumber bukubuku serta kitab-kitab yang ada kaitannya dengan pembahasan yang akan di sampaikan oleh penulis, beberapa buku yang menjadi kajian pustaka penulis adalah sebagai berikut :
7
1. Tafsir Al-Misbah Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an adalah tafsir karya seorang cendekiawan dan ulama’ islam yang sudah tidak asing di telinga kita, yaitu Prof. Muh. Quraish Shihab, yang diterbitkan oleh Lentera Hati Jakarta pada tahun 2002, disini penulis mengambil keterangan dari beliau yaitu pada tafsir Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat AlA’raf ayat 179 dimana disini membahas tentang indra manusia yang digunakan untuk belajar serta dampak bagi orang-orang yang tidak mensyukuri dan menggunakan indranya dengan baik. 2. Kitab Ihya’ Ulumuddin Kitab Ihya’ Ulumuddin adalah termasuk kitab salaf yang ditulis oleh seorang ulama’ dan juga filosof islam yaitu Imam Ghozali, didalam kitab ini banyak membahsa mengenai tasawuf didalam islam dan filsafat imam ghozali dalam islam, selain dari pada itu Imam Ghozali juga banyak memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan islam, disini penulis menjadikan kitab Ihya’ Ulumuddin ini sebagai kajian pustaka karna terdapat beberapa tulisan Imam Ghozali yang dapat mendukung tulisan yang akan ditulis oleh penulis di dalam skripsi ini salah satunya adalah pada Juz III halaman 361 disini Imam Ghozali menyebutkan bahwa hati adalah merupakan tempat ilmu.12 3. Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis adalah buku karya Evelyn C. Pearch dimana buku ini merupakan buku yang menarik yang memuat lebih dari 200 gambar yang berfungsi sebagai ilustrasi pembelajaran mengenai anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Buku ini diterbitkan
oleh penerbit PT. Gramedia Jakarta Pusat. Dimana disini
dibahas mengenai indra manusia yang digunakan sebagai alat untuk belajar beserta fungsi indra bagi manusia menurut pandangan paramedis.
12
Imam Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Semarang : ‘Alawiyah,tth. ), hlm.361.
8
4. Buku Anatomi Tubuh manusia Buku Anatomi Tubuh manusia adalah buku karya Daniel S. Wibowo, yang diterbitkan oleh Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta tahun 2005. Buku ini dijadikan kajian pustaka oleh penulis agar keterangan yang didapat lebih luas dan dapat mendukung tulisan penulis skripsi, karena didalamnya juga terdapat keterangan yang memuat mengenai indra manusia. Setelah penulis membaca dari beberapa kajian pustaka, penulis disini mengungkapkan bahwa dalam Al-Qur’an, hati terkadang di ungkapkan dengan kata qalbu atau dengan kata fu’aad, untuk menjelaskan setiap alat (organ) pemahaman pada diri manusia. Hal ini meliputi apa yang diistilahkan dengan akal, juga potensi spiratif (ilham) pada diri manusia yang tersembunyi dan tidak diketahui hakikatnya serta cara kerjanya. Dan Allah memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati pada kita dlam rangka agar kita semua bersyukur atas nikmat-Nya.13 Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan, merupakan perurutan yang sungguh tepat , karena memang ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia mulai tumbuh pada diri seseorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak bulan keenam . adapun kemampuan akal dalam mata hati berfungsi membedakan yang baik dan yang buruk , maka ini berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut diatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-indra pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra –indra manusia tersebut.14 Maka berdasarkan hal tersebut penulis disini sangat mendukung sekali judul skripsi ini yaitu INDRA SEBAGAI ALAT UNTUK BELAJAR BAGI MANUSIA BERDASARKAN Q.S ANNAHL AYAT 78 DAN Q.S AL-A’RAF AYAT 179. 13
hlm.200.
14
Sayyid Qutub, Tafsir fii Zhilalil Qur’an, Jilid 7, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003),
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera hati, 2002.), hlm.303.
9
F. Metodologi Penulisan Skripsi 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber primer dan sumber skunder. Sumber data primer meliputi : teks Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179, kitab-kitab tafsir yang membahas tentang indra manusia. Sumber data skunder meliputi : buku-buku yang ada kaitannya dengan indra manusia. Salah satunya adalah Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis karya Evelyn C. Pearce, Buku Atlas Anatomi karya Prof.dr. Chr. P.Raven, dan buku Anatomi Tubuh Manusia karya Daniel S. Wibowo. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka mendapatkan data disini, di gunakan riset kepustakaan (library research). Yakni dengan cara membaca dan mempelajari kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits dan buku-buku yang lain, yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi, kemudian di tela’ah, di kompromikan dan di ambil intisarinya sehingga menjadi karya tulis yang bernilai ilmiah.15 3. Metode Analisis Data Dalam penulisan Skripsi ini di gunakan metode analisi isi (content analysis), yaitu : “ tela’ah sistematis atau catatan –catatan atau dokumendokumen sebagai sumber data. Meskipun dokumenbiasanya berisi kalimat tertulis atau tercetak, tetapi sebenarnya tidaklah terbatas.” 16 Metode analisis isi ini penulis gunakan dalam menela’ah data yang sumbernya bisa dari barang cetakan buku teks, buku pelajaran dan lain sebagainya yang berkaitan dengan indra yang di gunakan untuk belajar bagi manusia.
15 16
hlm.133.
Nur Khoiri,M.Ag. Metode Penelitian Pendidikan, (Jepara : Unisnu, 2012), hlm.115. John W.Best, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),
10
Disamping
menggunakan
metode
tersebut,
penulis
juga
menggunakan metode Al-Tafsir Al-Tahlily, adalah sebuah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Di dalam tafsirnya, penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf. Penulis memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosakata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Dia juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu pula, penafsir membahas mengenai sabab al nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil –dalil yang berasal dari Rasul, atau sahabat, tau para tabi’in, yang kadang – kadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan di warnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang di pandang dapat membantu memahami nash Al-Qur’an tersebut.17 Kitab – kitab tafsir yang dijadikan sumber adalah kitab tafsir yang mewakili dan dapat di jangkau selama penulisan skripsi dilaksanakan. Misalnya : Quraisy Shihab dalam Tafsirnya Al-Misbah, Sayyid Qutub dalam Tafsirnya Fii Zilalil Qur’an, Ibnu Abbas dalam Kitab Tafsir AlMiqbas, Imam Nawawi dalam Tafsir Mirohul Labib dan kitab tafsir lainnya yang di anggap relevan. Dalam menganalisis data, penulis menerapkan metode berfikir : a. Metode Induksi Metode induksi adalah metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari faktafakta yang khusus dan peristiwa yang konkrit itu ditarik generalisasigeneralisasi yang mempunyai sifat umum.18
17
Abd.Al-Hayy Al-Farmawi, Suatu Metode tafsir Maudhu’iy, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke II, hlm.12. 18 Mundiri, Logika, Diterbitkan atas kerjasama dengan Badan Penerbitasn IAIN Walisongo Semarang Press, (Jakarta : Rajawali Pers, 1996), cet.II, hlm.12.
11
b. Metode Deduksi Metode deduksi adalah suatu cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan yang bersifat khusus.19 c. Metode Komparasi Metode Komparasi adalah metode yang memiliki faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang di selidiki dan membandingkan faktor satu dengan yang lainnya.20 G. Sistematika Penulisan Skripsi Agar diperoleh hasil pembahasan yang sistematis dan utuh maka penulisan skripsi disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan. Bab I ini sebagai landasan pembahasan dan penulisan skripsi, yang meliputi : Latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan dan pembatasan masalah, setelah dirumuskan masalah maka penulis mengemukakan tujuan penulisan dalam pembahasan dan penulisan skripsi ini. Kemudian akhir bab ini penulis mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini. Bab II. Landasan Teori yang bersisi Indra – indra yang Digunakan untuk Belajar bagi Manusia. Untuk bahasan analisis, penulis dalam bab ini memberikan pengertian tentang indra, lalu macam-macam indra yang dimiliki manusia, kemudian penulis meberikan penjelasan tentang manfaat dan fungsifungsi indra manusia, serta pendapat para ahli yang di kemukakan penulis tentang manusia yang tidak memiliki indra. Bab III. Obyek Kajian yaitu tentang Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179. Dalam bab ini penulis membahas apa pengertian Al-Qur’an dan fungsi Al-Qur’an, baru tafsir Al-Qur’an Surat AnNahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179 yang terdiri dari teks dan terjemah dari Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179. Mengenai tafsir Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179, penulis 19
Ibid. Winarno Surahmad, Proses dan Tehnik Research, (Bandung : Tarsindo, 1972), hlm.135-136. 20
12
mengemukakan pendapat dari kelompok ahli medis dan para ahli yang kompeten dalam bidang ilmu yang sedang di bahas yang dirasa mampu dalam disiplin ilmu tertentu. Kemudian diakhir bab ini penulis mengemukakan analisa terhadap tafsir Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dan Surat Al-A’raf ayat 179 tersebut. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan yang bersisi tentang Indra Sebagai Alat untuk Belajar bagi Manusia Berdasarkan Al-Qur’an Surat AnNahl ayat 179 dan Surat Al-A’raf ayat 179. Dalam hal ini penulis menggali dan menguraikan tentang indra apasajakah yang di gunakan di dalam proses belajar sehingga bisa menjadikan manusia menjadi manusia yang kamil dan berakhlakul karimah, setelah itu penulis memberikan penjelasan tentang keadaan manusia yang tidak bersyukur atas nikmat indra yang telah dia terima dan tidak dia gunakan dengan semaksimal mungkin dan dengan baik sehingga dia menerima akibat dari perbuatannya, setelah itu penulis mengemukakan tentang penggunaan indra manusia secara baik dan tepat sehingga bisa dikatakan sebagai manusia yang bersyukur serta menggunakan indra yang di berikan sebagai alat untuk belajar. Bab V. Penutup. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan uraian atau jawaban atas lima pertanyaan yang dikemukakan dalam perumusan masalah. Setelah itu penulis memberikan saran-saran yang di anggap penting untuk kemajuan pendidikan, baru penutup, sebagai tanda berakhirnya penulisan skripsi.
13
BAB II INDRA SEBAGAI ALAT UNTUK BELAJAR BAGI MANUSIA A. Pengertian Indra Ada beberapa pengertian tentang indra yang di sebutkan oleh para ahli, yaitu menurut kamus besar bahas indonesia, alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. 1 Panca Indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakn alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengucapan, penglihatan, penciuman dan suara. Ada kesan yang timbul dari dalam antar lain, lapar haus dan rasa sakit.2 Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang terjadi serta mempelajari tentang alam dan segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan kebutuhan duniawi dan ukhrowinya, Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup. Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor. Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam 1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Prenerbit : PT. Gramedia Grafindo), 2002,hlm.32. Syaifuddin, AMK., Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, (Penerbit : Buku Kedokteran BGC, 2003), Cet.Ke-1, hlm.322. 2
14
tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya. Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk eksoreseptor yaitu: 1. Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. 2. Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti suara. 3. Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya. 4. Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya. 5. Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal dengan sebutan panca indera.3 B. Macam-macam Indra pada Manusia Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa indra manusia ada lima yang di sebut dengan panca indra, adapun macam-macamnya adalah sebagai berikut : 1. Indra Penglihatan (Mata) Bola mata (bulbus aculi) beserta otot-otot penggerak bola mata, kalenjer air mata, dan syarafnya terletak didalam rongga mata (orbit, cavum orbita). Bola mata berbentuk seperti bola yang agak benjol dengan diameter depan belakang lebih kecil dari diameter kiri-kanan. Bagian luar bola mata dibentuk oleh lapisan sclera berwarna putih dan dengan bagian yang bening transparans di bagian depan dibentuk oleh cornea4. 3
hlm.26.
4
Prof.dr.Chr.P.Raven, Atlas Anatomi, (Jakarta : Penerbit Djambatan, 2003), Cet. Ke 22,
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, ( Jakarta : Penerbit PT. Grasindo, Anggora Ikapi, 2005), Cet. Ke 3, hlm.174.
15
Lapisan sclera bagian depan mata yang terlindung kelopak mata (palpebra) atas bawah dilapisi conjuctiva yang meneruskan diri ke kelopak mata. Cornea tidak dilapisi conjuctiva ini. Pada orang dengan mata merah dan pada penderita trachoma peradangan dan infeksi terjadi pada lapisan conjuctiva. Radang conjuctiva dinamakan conjuctivitis.5 Pada bola mata dapat dibedakan dinding dan isinya. Dindingnya berlapis tiga. Lapis luar adalah selaput keras yang didepan beralih menjadi selaput bening. lapisan tengah dinamakan selaput koraid yang melapisi selaput keras dari dalam. Ke depan selaput koraid tidak mengikuti selaput bening , namun membelok ke dalam rongga bola mata membentuk selaput pelangi. Ditempat peralihan selaput koraid dan selaput pelangi terdapat bentuk yang lebih tebal dan terkenal sebagai badan siliar. Ditengah selaput pelangi ada lubang, yang disebut manik mata.6 Selaput koraid dari dalam dilapisi oleh selaput jela yang mengandung sel-sel indria yang amat rentan terhadap cahaya. semuanya berguna untuk indra penglihat dalam arti khusus. Serabut-serabut saraf penglihat terbagi merata kedalam selaput jala dan merupakan lapis terdalamnya. Ditempat saraf penglihat menembus dinding bola mata terbentuk suatu tonjol (puting saraf penglihat) yang pusatnya cekung (jeluk puting saraf penglihat). Ditempat ini tak terdapat sel-sel indria, maka secara faali merupakan bintik buta. Agak kesisi terdapat bintik kuning dengan cekungan sentral, ditempat inilah jatuh gambaran benda yang sedang kita lihat. Arah sinar cahaya adalah sesuai dengan garis penghubung obyek – manik mata – cekungan sentral (garis lihat). Isi bola mata terdiri atas lensa, badan bening dan cairan bola mata. Lensa adalah sebuah berbentuk cakram yang tergantung dibelakang selaput pelangi dan manik mata. Bidang depannya kurang melengkung dibangdingkan dengan bidang belakangnya. Lensa sekeliling tepinya tergantung pada badan siliar dan perantaraan serabut-serabut halus yang 5 6
Ibid. Prof.dr.Chr.P.Raven, op.cit., hlm.26.
16
dinamakan sabuk siliar. Dengan perantaraan serabut-serabut ini badan siliar bersama otot siliar yang terdapat didalamnya dapat mempengaruhi bentuk lensa (akomodasi) badan bening menempati ruang dibelakang lensa mata. Isinya adalah suatu zat bening menyerupai selai. Cairan bola mata mengisi bilik mata depan, yang terletak antara selaput bening dan selaput pelangi, serta bilik mata belakang yang terdapat disekitar lensa antara selaput pelangi dan badan bening. Saraf penglihat meninggalkan bola mata disebelah kekanan bawah terhadap kutub belakang, melalui lekuk mata ke belakang, kemudian menembus tulang baji dan akhirnya sampai di rongga tengkorak dibawah otak. Disini terjadi persilangan sebagian serabut saraf penglihat kanan dan kiri. Saraf penglihat itu diselubungi seluruhnya oleh sebuah salut saraf kuat yang di satu pihak meluas pada selaput keras bola mata dan di lain pihak berhubungan dengan selaput otak. Dari otak keluar 12 pasang saraf otak, yaitu saraf penglihat, saraf penghidu, tiga saraf otot mata, saraf kembar tiga yang mempersarafi kulit wajah dan semua otot kunyah, saraf pendengar, saraf wajah untuk otot-otot mimik, saraf glosofaring yang antara lain melepaskan cabang kepada selaput lendir lidah dan tekak, sraf kelana yang meluas ke bawah sampai dalam daerah dada dan perut dan mempersarafi alat-alat dalam dada dan perut, saraf tambahan yang mempersarafi beberapa otot leher, dan saraf bawah lidah yang mengurus persyarafan otot-otot lidah.7 Alat-alat tambahan mata adalah otot-otot mata yang berguna untuk menggerakkan bola mata, pelupuk-pelupuk mata serta selaput ikat pelupuknya dan radas air mata. Antara otot-otot mata ada empat otot mata lurus, yaitu otot lurus atas, bawah, dalam dan luar. Otot-otot ini berasal dari dinding belakang lekuk mata sekeliling saraf penglihat untuk berpencar ke bidang depan bola mata dan melekat pada selaput kerasnya. Ada pula dua otot mata yang serong jalannya, yaitu otot serong bawah dan atas. Otot serong atas berasal dari dinding dalam dan dinding atas ke depan, lalu 7
Ibid.,hlm.24.
17
membelok ke belakang dengan melalui sebuah ciccin rawan berserabut, berjalan ke belakang-luar untuk mencapai bidang belakang bola mata dan melekat disini. Otot serong bawah berasal dari sebelah depan dasar lekuk mata, lalu menuju ke atas-luar dan ke belakang untuk melekat pada bidang belakang bola mata. Pelupuk-pelupuk mata adalah lipatan-lipatan kulit yang terletak didepan bola mata. Permukaan belakangnya, begitu pula bidang depan bola mata, dilapisi oleh selaput ikat pelupuk mata dan selaput ikat bola mata. Apabila kedua pelupuk mata tertutup, maka terbentuk sebuah ruang antara pelupuk mata dan bola mata yang seluruhnya dilapisi oleh selaput ikat. Rongga ini dinamakan saku selaput ikat. Kedalam rongga ini bermuara kelenjar air mata dengan perantara beberapa saluran halus, air mata membasahi bidang depan bola mata dan kemudian terkumpul dalam kolam air mata yang terletak pada sudut mata sebelah dalam. Di dekat titik-titik air mata cairan tersebut dihisab oleh pipa-pipa air mata, melalui ampul pipa air mata, terkumpul dalam saku air mata dan dari sini disalurkan melalui pipa nasolakrimal ke bawah ke dalam rongga hidung untuk bermuara dalam liang hidung bawah.8 2. Indra Pendengar (Telinga) Alat pendengar terdiri atas 3 bagian yaitu pendengar luar (auris externa), pendengar tengah (auris media) dan pendengar dalam (auris interna). Pendengaran luar terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga (meatus acusticus externus) dan dibatasai oleh gendang telinga (membrana tympani). Auricula dibentuk oleh tulang rawan elastin yang melekat erat dengan kulit, tanpa lapisan subcutis. Auricula ini terbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam dinamakan concha dan pinggiran bebasnya dinamakan helix. Pada concha terdapat lubang masuk liang telinga (meatus acusticus externus). Liang telinga ini melengkung kedepan
8
Ibid.,hlm.26.
18
sehingga untuk dapat melihat gendang telinga, daun telinga perlu ditarik kebelakang (untuk meluruskan liang ini).9 Liang telinga yang panjangnya sekitarnya 2-3 cm mempunyai lapisan epitel dengan bulu halus disertai kalenjar keringat dan lemak (sebum) yang menghasilkan cerumen (wax). Bagian luar telinga dibentuk oleh tulang rawan sehingga bersifat mobile, sedangkan bagian dalam dibentuk oleh tulang tengkorak. Membrana tympani mempunyai posisi miring menghadap ke bawah. Bentuknya tidak rata, tetapi mempunyai kerucut dengan diameter 10 mm, bagian tengahnya dinamakan umbo merupakan kedudukan tulang pendengaran (os maleus). Membrana ini terdiri dari bagian keras (pars tensa) yang merupakan bagian terbesar dan bagian lunak (pars flaccida) dibagian atas. Pada keadaan normal, penyinaran pada membrana ini akan memberikan pantulan berupa gambaran segitiga dibagian depan bawah dengan puncak pada tonjolan umbo. Ruang telinga tengah atau auris media terdapat disebelah dalam membrana tympani dengan ukuran 3-6 mm. Dindingnya dibatasi oleh gendang telinga (membrana tympani) beserta tulang disebelah atas dan bawahnya. Kearah depan rongga ini mempunyai saluran yang berhubungan dengan kerongkongan (nashoparynx) yaitu melalui tuba cuditiva atau tuba eustachii. Saluran ini perlu untuk menyesuaikan tekanan didalam ruangan itu dengan udara luar. Penyesuaian tekanan dilakukan melalui gerakan menelan ludah jika seseorang merasa telinganya tidak nyaman. 10 Kebelakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang dinamakan cellulae mastoidea, yaitu rongga berisi udara. Dinding dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga dalam. Pada tulang ini terlihat penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerima rangsang keseimbangan bernama canalis semicircularis. Selain itu terdapat tempat lekat tulang pendengaran, yaitu tulang sanggurdi (os stapes). 9
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, ( Jakarta : Penerbit PT. Grasindo, Anggora Ikapi, 2005), Cet. Ke 3, hlm 179. 10 Ibid.,hlm. 180.
19
Dibawahnya terdapat lubang bulat (foramen rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting untuk memelihara keseimbangan tekanan diruang telinga dalam. Selain itu juga terdapat penonjolan akibat rumah siput (cochlea) penerima rangsang pendengaran ditelinga dalam. Getaran suara yang diterima membrana tymponi diteruskan melalui tulang pendengaran ditelinga tengah, yaitu os maleus (tukul), incus (landasan), dan stapes (sanggurdi). Selanjutnya, tulang ini meneruskan getaran suara pada cairan endolymph dan setelah melalui reseptor pendengaran getaran dinetralkan kembali melalui getaran membran pada foramen rotundum. Rongga telinga dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Didalamnya terdapat sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 saluran setengah lingkaran (canalis semicircularis) bersama bagian bernama sacculus dan utriculus. Selain itu, terdapat pula organ pendengaran yang terdiri dari cochlea. Cochlea ini menyerupai rumah siput dengan permukaan dalam yang berbentuk spiral. Tuba auditiva (tuba eustachii) terdiri dari bagian tulang dan bagian tulang rawan (dau pertiga depan), dengan penyempitan pada tempat peralihannya. Pada bayi dan anak kecil, saluran ini pendek (10 mm) dan lurus, pada orang dewasa panjangnya sekitar 30-40 mm dan melengkung.11 Pendengara dalam terdiri atas sebuah sistem ruang-ruang dalam tulang karang, yaitu sesatan bentuk tulang selaput yang terletak didalam sesatan bentuk tulang. Susuna terakhir terdiri atas beranda yang pada sisi belakang berhubungan dengan tiga pipa setengah lingkaran letaknya tegak lurus satu terhadap yang lain. Pada sisi depan beranda berhubungan dnegan rumah siput yang bergelung seperti ulir. Antara rumah siput dan rongga gendangan terdapat tingkap bundar yang ditutup oleh sebuah selaput. Sesatan bentuk selaput terdiri atas : dua buah pundi sesatan, tiga pipa setengah lingkaran, dna rumah siput bentuk selaput. Bentuk bentuk ini berguna untuk fungsi keseimbangan dan berhubungan dengan saraf vestibular. Rumah siput bentuk selaput mengandung alat corti untuk 11
Ibid.,hlm.181.
20
pendengaran dan berhubungan dengan saraf koklear. Saraf vestibular dan saraf koklear meninggalkan sesatan bentuk tulang melalui pori telinga dalam, lalu bersatu menjadi saraf otak ke-8 yang menuju ke batang otak.12 3. Indra Peraba (Kulit) Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar.13 Kulit terbagi atas kulit ari dan kulit jagad. Kulit ari terdiri dari beberapa lapis, yang teratas adalah lapis tanduk yang terdiri atas sel-sel tanduk gepeng, sedangkan lapis terdalam disebut lapis benih yang senantiasa membuat sel-sel epitel baru. Kulit jagat berupa jaringan ikat yang mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf-saraf. Tonjolan kulit jagat berupa jari kedalam kulit ari terkenal sebagai papil kulit jagat. Didalamnya terdapat kapiler darah dan limfe serta ujung-ujung saraf dengan badan-badan perasa. Alat-alat sampingan kulit adalah rambut (untuk kepala), bulu (untuk tubuh selain kepala), dan kelenjar-kelenjar peluh (kelenjar-kelenjar keringat). Pada setiap rambut (bulu) dapat dilihat batang rambut bebas, akar rambut yang terletak didalm kulit dan umbi rambut (ujung akar rambut yang melebar). Ke dalam cekungan dasar umbi rambut masuk papil rambut yang terdiri atas jaringan ikat. Rambut tumbuh dari umbi rambut, lambat laun terdorong keluar. Akar rambut diselubungi oleh kandung rambut. Ke dalam celah antara rambut dan kandung rambut bermuara kelenjar palit. Rambut tertanam miring dalam kulit dan dapat ditegakkan oleh sebuah otot polos yang disebut otot penegak rambut. Kelenjar peluh (kelenjar keringat) berupa pipa panjang yang bagian bawahnya membentuk gumpalan diperbatasan antara kulit jagat dan jaringan ikat bawah kulit. Liang keluarnya melalui kulit jagat, kemudian berliuk-liuk menaik dalam kulit ari untuk bermuara dipermukaan kulit pada 12
hlm. 26.
13
Prof.dr.Chr.P.Raven, Atlas Anatomi, (Jakarta : Penerbit Djambatan, 2003), Cet. Ke 22,
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, ( Jakarta : Penerbit PT. Grasindo, Anggora Ikapi, 2005), Cet. Ke 3, hlm 179.
21
pori keringat. Dibawah kulit jagat terletak jaringan ikat bawah kulit yang banyak mengandung sel-sel lemak. Olek karna itu jaringan tersebut membentuk sebuah lapis lemak yang agak tebal pada beberapa tempat.14 4. Indra Pengecap (Lidah) Rongga mulut mulai pada celah mulut dan berakhir di belakang pada fauses (lubang tekak). Oleh karena lengkung gigi-rongga mulut terbagi atas beranda yang terletak di luar lengkung gigi, dan atas rongga mulut yang terdapat di belakangnya. Beranda dibatasi keluar oleh bibit dan pipi yang mengandung otot-otot mimik dan karena itu amat luas gerak geriknya. Kedalam beranda dibatasi oleh gusi beserta gigi dan graham. Atap rongga mulut sejati adalah langitan, dasarnya dibentuk oleh beberapa otot yang terentang antara rahang bawah dan tulang lidah. Dari belakang sebelah bawah menonjol lidah ke dalam rongga mulut, hampir seluruhnya terdiri otot-otot bergaris lintang, karna itu amat luas gerak geriknya; bentuknya pun mudah berubah-ubah (penting artinya untuk menghisap, menelan, berbicara). Apabila mulut tertutup maka hampir seluruh rongganya ditempati oleh lidah. Bagian lidah sebelah belakang, akar lidah, berbatas kepada tekak. Selaput lendir punggung lidah ditaburi selurunya oleh papil-papil yang selain berguna sebagai peraba (papil bentuk benang), juga penting untuk faal pengecap (papil bentuk jamur, papil bergili, papil bentuk daun), dan membuat permukaan lidah menjadi kasar (untuk mengatur penggilingan makanan). Lubang tekak dibatasi kanan dan kiri oleh dua lengkung langitan yang masing-masing berjalan dari langitan lunak ke lidah dan ke dinding sisi tekak. Antara lengkung langitan depan dan lengkung langitan belakang terletak badam (amandel, tonsil).15
14 15
Prof.dr.Chr.P.Raven, op.cit,hlm. 26. Ibid.,hlm.28.
22
5. Indra Pembau (Hidung) Rongga hidung dibagi oleh sekat hidung menjadi bagian kanan dan kiri. Kedua bagian berhubungan di sebelah depan dengan dunia luar melalui kedua lubang hidung luar, di sebelah belah belakang dengan tekak melalui kedua koana. Sebagian sekat hidung terdiri atas tulang (bagianbagian tulang tapisan dan tulang mata bajak) dan sebagian lagi atas rawan. Rongga hidung di batasi oleh sebuah atap, sebuah dasar dan dua sisi. Atapnya amat sempit dan sebagian di bentuk oleh lempeng ayakan, yaitu bagian tulang tapisan yang di tebus oleh banyak lubang halus; bagian ini memisahkan
rongga hidup terhadap lekuk tengkorak depan. Serabut-
serabut saraf penghidu yang berasal dari selaput penghidu melalui lubanglubang halus tadi untuk mencapai rongga tengkorak. Dasar rongga hidung di bentuk oleh langitan, yang bagian depanya, langitan keras, berdasarkan tulang (yang terdiri atas bagian-bagian tulang rahang atas dan tulang langitan), sedangkan bagian belakangnya, langitan lunak, terdiri atas otototot dan jaringan ikat. Di sebelah belakang langitan linak berakhir dengan sebuah pinggir bebas yang melengkung. Di garis tengah pinggir ini tergantung anak langitan. Dinding sisi rongga hidung agak rumit bangunanya, di sini terdapat tiga buah lajur mendatar (kerang hidung), yang masing-masing mempunyai rangka tulang . Ruang-ruang di bawah kerang hidung di namakan liang hidung sehingga sisi rongga hidung itu terdiri atas liang hidung atas, tengah dan bawah. Dinding rongga hidung di lapisi seluruhnya oleh selaput lendir hidung, kecuali berandc hidung yang terletak di belakang lubang hidung. Bagian di lapisi kulit biasa. Di bagian 1/3 atas rongga hidung selaput lendirnya mempunyai susunan yang khas karena mengandung sel-sel penghidu yang berguna untuk panca indra penghidu. Rongga hidung berhubungan pula dengan beberapa sinus hidung yang juga di lapisi selaput lendir, yaitu 1) sinus dahi, 2) sinus rahang atas yang keduanya bermuara di dalam liang hidung tengah, 3) sinus tulang baji, yang di sebelah belakang bermuara pada bagian atas rongga hidung ,
23
dan 4) sel-sel tulang lapisan yang bermuara di liang hidung atas dan tengah dengan perantaraan beberapa lubang kecil. Hidung luar mempunyai rangka yang sebagian terdiri atas tulang dan sebagian atas rawan. Punggung hidung bertumpu di sebelah atas kepada tulang hidung, di sebelah bawah kepada sekat hidung bagian rawan. Cuping hidung di perkuat oleh beberapa bagian tulang rawan (rawan sisi, rawan cuping).16 . C. Manfaat dan Fungsi Indra Bagi Manusia Sebagai Alat Untuk belajar 1. Manfaat dan Fungsi Indra Penglihatan (mata) Mata terdiri dari otot mata, bola mata dan saraf mata serta alat tambahan mata yaitu alis, kelopak mata, dan bulu mata. Alat tambahan mata ini berfungsi melindungi mata dari gangguan lingkungan. Alis mata berfungsi untuk melindungi mata dari keringat, kelopak mata melindungi mata dari benturan dan bulu mata melindungi mata dari cahaya yang kuat, debu dan kotoran. Fungsi bagian - bagian indra penglihatan adalah sebagai berikut : a. Kornea mata berfungsi untuk menerima rangsang cahaya dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam. b. Lensa mata berfungsi meneruskan dan memfokuskan cahaya agar bayangan benda jatuh ke lensa mata. c. Iris berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata. d. Pupil berfungsi sebagai saluran masuknya cahaya. e. Retina berfungsi untuk membentuk bayangan benda yang kemudian dikirim oleh saraf mata ke otak . f. Otot mata berfungsi mengatur gerakan bola mata.
16
Ibid.,hlm.28.
24
g. Saraf mata berfungsi meneruskan rangsang cahaya dari retina ke otak.17 2. Manfaat dan Fungsi Indra Pendengaran (Telinga) Indra pendengar adalah telinga, dan telinga mempunyai beberapa bagian yang terdiri dari : a. Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran. b. Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar (martil, landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius. c. Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea). Fungsi bagian-bagian indra pendengar atau telinga adalah sebagai berikut : a. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi. b. Gendang
telinga
berfungsi
menerima
rangsang
bunyi
dan
meneruskannya ke bagian yang lebih dalam. c. Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput. d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tiga saluran setengah lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh. e.
Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.18
17
Evelyn.C Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia), hlm.314. 18 Ibid.,hlm.325.
25
3. Manfaat dan Fungsi Indra Peraba (Kulit) Dengan kulit kita dapat merasakan sentuhan. Bagian indra peraba yang paling peka adalah ujung jari, telapak tangan, telapak kaki, bibir dan alat kemaluan. Fungsi bagian-bagian kulit : a. Kulit ari berfungsi mencegah masuknya bibit penyakit dan mencegah penguapan air dari dalam tubuh. b. Kelenjar keringat berfungsi menghasilkan keringat. c. Lapisan lemak berfungsi menghangatkan tubuh. d. Otot penggerah rambut berfungsi mengatur gerakan rambut. e. Pembuluh darah berfungsi mengalirkan darah keseluruh tubuh.19 4. Manfaat dan Fungsi Indra Pengecap (Lidah) Bagian lidah yang berbintil-bintil disebut papila adalah ujung saraf pengecap. Setiap bintil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu berdasarkan letaknya pada lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit, tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap rasa manis. Fungsi Lidah adalah sebagai berikut : a. Mendorong makanan b. Mengaduk dan membolak - balik makanan c. Merasakan keras dan lembutnya makanan d. Melumatkan makanan. 20 5. Manfaat dan Fungsi Indra Pembau (Hidung) Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus. Kalau kita bernafas lewat hidung dan kita mencium bau 19 20
Ibid.,hlm.239. Ibid.,hlm.310.
26
suatu udara, udara yang kita hisap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Fungsi bagian-bagian indra pembau (hidung) : a. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara
.
b. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas. c. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau. d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan. e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang tercium ke otak.21 D. Pendapat Ulama’ Islam Tentang Indra Manusia Ibn Rusyd, seorang jenius filsafat yang berasal dari Andalusia , membagi indera menjadi lima bagian yang terpisah satu sama lain, yang terdiri atas : Indera Penglihatan Merupakan kemampuan tubuh untuk menerima masukan dari luar yang berupa visi akibat pembiasan cahaya, yang dalam proses selanjutnya diterjemahkan dalam otak menjadi berbagai komponen warna. Kemampuan penglihatan tidak dapat menangkap visi selain dengan cahaya. Ia mempersepsikan melalui perantara transparansi, menangkap pembiasan cahaya yang dipantulkan oleh obyek inderanya. Indera Pendengaran Indera ini merupakan kemampuan unit tubuh untuk menangkap gelombang suara yang ada di lingkungan atau dimensinya. seperti penglihatan, pendengaran juga tidak menangkap obyek melalui metode persentuhan melainkan mempersepsikannya melalui perpindahan gelombang suara melalui perantara media seperti udara dan air. Alat dengar (telinga) menerima masukan dari media (udara dan air) yang bergetar akibat getaran yang muncul dari objek pendengaran. Cara gampang untuk memahaminya, 21
Ibid.,hlm.310.
27
contohnya bila ada sebuah objek besi yang dipukul dengan besi lain, maka besi tersebut akan bergetar dan menggetarkan media udara di sekelilingnya. Kemudian getaran tersebut menjadi gelombang ke segala arah yang akan sampai ke alat dengar, yang akhirnya akan diterjemahkan sebagai bunyi. Indera Penciuman Yaitu kemampuan menerima bau, sebuah bau terjadi atau muncul akibat obyek mengeluakan partikel kimia yang di bawa perantara (air dan udara) ke dalam indera penciuman. Indera Pengecapan yaitu kemampuan untuk mempersepsikan rasa. Indera ini seperti rabaan, karena hanya mempersepsikan obyek dengan meletakkan di atas alat inderanya (organ mulut, terutama lidah). Namun Ibn Sina seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia berpendapat bahwa kemampuan ini tidak memerlukan perantara seperti indera perabaan. Di sisi lain Ibn Rusyd menyebut pendapat lain yang menyatakan bahwa air ludah merupakan perantara yang utama dalam proses memindahkan rasa ke indera pengecapan. Meski begitu, Ibn Rusyd tetap setuju terhadap pendapat yang mengatakan. “Lebih baik kita mengatakan bahwa air ludah hanyalah salah satu alat pengecapan dibandingkan mengatakannya sebagai perantara.” Indera Perabaan Yaitu kemampuan yang berhubungan dengan suatu objek yang dapat diraba, baik dalam bentuk primer seperti panas, dingin, lembab, dan kering, dan lain-lain, maupun dalam bentuk obyek sekunder yang bersumber dari obyek primer semisal kekerasan dan kelembutan. Ibn Rusyd juga sepakat dengan pendapat Ibn Sina yang menyatakan bahwa indera perabaan mengindera obyeknya secara langsung tanpa perantara benda lain. Sedangkan alat perabaan menurut Ibn Rusyd adalah daging.22 Berbeda dengan Ibn Rusyd, seorang ulama salaf Imam Ghozali juga berpendapat tentang dampak dari penggunaan indra yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam lembah kenistaan, yang telah di rangkum dalam kitabnya
22
Anonim, Pendapat Ahli Tentang Indra Manusia, http://mustikamacanputih. blogspot.com/2014/10/pendapat-ahli-tentang-indera-manusia.html, hlm.1.
28
Ihya’ Ulumuddin tentang bahaya lisan dan adab sima’, selanjutnya penulis akan menuliskan uraiannya sebagai berikut : 1. Bahaya Lisan (Afaatul Lisan) Diantara bahaya lisan menurut imam ghozali adalah sebagai berikut : a. Berbicara yang tidak berfaidah b. Berlebih-lebihan dalam berbicara c. Berdiskusi didalam kebathilan d. Berdebat dan membantah e. Khusumah (berdepat dengan menjelaskan golongan madzhab) f. Memperdalam berbicara dan berlebih-lebihan g. Berbicara keji dan mencacimaki sehingga menyakiti orang lain h. Melaknat orang lain i. Menyanyi dan bersyair yang melalaikan serta yang keluar dari batasan syari’ah j. Bercanda dengan berlebihan k. Berbicara dengan menghina dan meremehkan l. Menyebarluaskan rahasia orang lain m. Janji dusta n. Berbohong didalam ucapan dan sumpah o. Ghibah (mengumpat orang lain) p. Mengadu domba ( Namimah) q. Ucapan yang tidak konsisten r. Memuji dengan berlebihan s. Lupa dengan kesalahan-kesalahan kecil akibat ucapan t. Merasa bahwa ucapannya yang paling benar.23
23
Imam Ghozali, Kitab Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Semarang : Maktabah wa Matba’ah Alawiyah,th.), Cet.,hlm.108-159.
29
2. Tata Cara Mendengarkan (Adabus Sima’) Mendengarkan adalah awal dari suatu perkara yang mendatangkan suara didalam hati yang dinamakan temuan suatu perkara dimana itu bisa menggerakkan
anggota
badan,
adapun
gerakan
yang
tidak
dipertimbangkan itu dinamakan dengan gerakan yang tidak terkendali (poyang-payingan), adapun gerakan yang dipertimbangan dinamakan tasywiq dan ruqsy (Menari).24 Adab atau tata cara mendengarkan yang baik menurut Al-Imamul Islam Al-Ghozali ada 5 yaitu sebagai berikut : a. Menjaga zaman (waktu), makan (tempat), dan ikhwan (teman) maksudnya menjaga zaman (waktu) adalah menjaga keadaan kesempatan hati untuk mendengarkan, menjaga makan (tempat) adalah menjaga agar tidak dikendalikan pendengaran dalam tempat-tempat yang seharusnya tidak digunakan untuk terfokus dalam pendengaran, dan menjaga ikhwan (teman) didalam mendengarkan diupayakan agar tidak tercampur oleh lawan jenis. Pada intinya agar tidak terfokus didalam waktu makan, beberapa perkara yang sdh di tentukan kebaikan di dalamnnya, tidak dalam waktu sholat, atau perkara yang menggangu sehingga hati tidak terkendali dan tidak berfaidah. b. Menjaga situasi dan kondisi, agar tidak terfokus pada sesuatu yang tidak berfaidah, menjaga agar tidak terbawa syahwat dan hawa nafsu, mengupayakan agar selalu mengingat Allah Swt.25 c. Mempalingkan
pandangan
hati
bertujuan
untuk
menjaga
pandangan supaya tidak berhadapan langsung kepada lawan bicara dan dengan apa yang dia lakukan, menjaga hati dan berusaha mendekatkan diri dengan apa yang telah diperlihatkan Allah kepadanya dari rahmat dan rahasi-Nya.26
24 25 26
Ibid., Juz II, hlm.266. Ibid.,hlm. 298. Ibid.,hlm. 299.
30
d. Tidak melantangkan dan mengeraskan suaranya ketika menagis dan menahan didalam hatinya sendiri. Tetapi seandainya menari dan menangis itu diperbolehkan jika tidak ada unsur riya’ karna menagis itu bisa menghilangkan kesedihan, dan menari itu bisa menjadikan bahagia.27 e. Tidak bertentangan dengan suatu kaum yang bisa menimbulkan perselisihan.28
27 28
Ibid.,hlm.300. Ibid.,hlm.301.
31
BAB III TAFSIR AL - QUR’AN SURAT AN-NAHL AYAT 78 DAN SURAT AL-A’RAF AYAT 179 A. Pengertian dan Fungsi Al-Qur’an 1. Pengertian Al-Qur’an a. Pengertian Menurut Bahasa Pengertian lafadz Qur’an ( )ﻗﺮانsecara bahasa banyak dikemukakan oleh para ulama’. Diantara mereka ada yang menyatakan bahwa Qur’an ( )ﻗﺮانmerupakan kata sifat ( )وﺻﻒdari Al-Qura’ ( )اﻟﻘﺮاء dengan arti mengumpulkan ()اﻟﺠﻤﻊ. Sementara itu,ada pula yang menyatakan bahwa lafadz ( )ﻗﺮانitu merupakan mustaq (pecahan kata) dari al-qarain ( )اﻟﻘﺮانdengan arti indikator atau merupakan mustaq dari qorona ( )ﻗﺮنdengan arti merangkaikan. Selain itu ada yang menyatakan lafadz qur’an itu masdar dan muradif dengan lafadz qira’ah yang berarti bacaan. Bentuk kata kerjanya adalah qaraa ( ) ﻗﺮأyang berarti ( اﻟﺠﻤﻊ و ) اﻟﻀﻢyaitu menghimpun dan mengumpulkan.1 Dari beberapa pendapat diatas, tampaknya pendapat terakhir itulah yang kuat, karena didukung oleh ayat al-Qur’an yang mempunyai arti demikian yaitu :
Artinya :
1
( ۱۷-۱۸ : )اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ 17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18.Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al-Qiyamah 75 : 17-18).2
Muhammad Abdul ‘Azhim Al-Zarqani, Manahil Al-Irfan Fi ‘Ulumul Al-Qur’an, Juz I, (Mesir : Isa Al-Halaby,tth),hlm.14. 2 Muhammad Junus, Terjemah Al-Qur’an dan Al-Karim, (Jakarta : AlMa’arif,1984),hlm.521.
32
Dengan demikian lafadz al-Qur’an secara bahasa berarti menghimpun dan memadukan sebagai huruf-huruf dengan sebagian yang lainnya. b. Pengertian Menurut Istilah Pengertian al-Qur’an secara istilah banyak dikemukakan oleh para ulama’ dari berbagai keahlian, baik dari ulama’ bahasa, ulama’ ushul, ulama’ fiqih, dan ulama’ mutakalimin. Definisi-definisi dimaksud sudah tentu satu dengan yang lainnya berbeda, karena penekanannya berbeda-beda disebabkan oleh perbedaan keahlian mereka itu. Namun mereka semua sependapat bahwa pengertian pokok yang terkandung dalam istilah al-Qur’an adalah :
اﻟﻠﻔﻆ اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ اول اﻟﻔﺎﲢﺔ اﱃ أﺧﺮ ﺳﻮرة اﻟﻨﺎس Artinya :
” Lafadz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., mulai dari surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas”.3 Perbedaan pendapat yang ada diantara mereka adalah dalam
memberikan pokok rincian tentang sifat-sifat yang terdapat didalam pengertian pokok tersebut. Diantara
mereka ada yang memberikan
perincian singkat atau sederhana, ada yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalau panjang, dan ada pula yang relatif panjang. Para ulama’ yang memberikan rincian sederhana, definisi al-Qur’an menurut mereka yaitu :
ﻛﻼم اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﳌﻜﺘﻮب ﰲ اﳌﺼﺎ ﺣﻒ اﳌﻨﻘﻮل ﺑﺎﻟﺘﻮاﺗﺮ اﳌﺘﻌﻤﺪ ﺑﺘﻼوﺗﻪ
Artinya :
3 4
“ Kalam (Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang dinukilkan secara mutawatir dan membacanya merupakan suatu ibadah”.4
Muhammad Abdul ‘Azhim Al-Zarqani, op.cit., hlm.15. Ibid.,hlm.20.
33
Sedangkan para ulama’ yang memberikan rincian tidak terlalau pendek dan tidak terlalau panjang. Definisi al-Qur’an menurut mereka adalah :
اﻟﻘﺮان ﻫﻮ اﻟﻜﻼم اﳌﻌﺠﺰ اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﳌﻜﺘﻮب ﰲ اﳌﺼﺎ ﺣﻒ اﳌﻨﻘﻮل ﻋﻨﻪ ﺑﺎﻟﺘﻮاﺗﺮ اﳌﺘﻌﺒﺪ ﺑﺘﻼوﺗﻪ
Artinya :
“ Kalam (Allah) yang yang mengandung I’jaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang termaktub dalam mushaf-mushaf, yang dinukilkan secara mutawatir dan membacanya merupakan suatu ibadah.”5 Dan yang memberikan rincian yang relatif panjang.
Tentang definisi al-Qur’an dikemukakan oleh M. Ali al-Shabani yaitu :
ﻛﻼم اﷲ اﳌﻌﺠﺰ اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ ﺧﺎﰎ اﻻﻧﺒﻴﺎء واﳌﺮﺳﻠﲔ ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻻﻣﲔ ﺟﱪﻳﻞ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼم اﳌﻜﺘﻮب ﰲ اﳌﺼﺎﺣﻒ اﳌﻨﻘﻮل اﻟﻴﻨﺎ ﺑﺎﻟﺘﻮاﺗﺮ اﳌﺘﻌﻤﺪ ﺑﺘﻼوﺗﻪ اﳌﺒﺪؤ ﺑﺴﻮرة اﻟﻔﺎ ﲢﺔ اﳌﺨﺘﺘﻢ ﺑﺴﻮرة اﻟﻨﺎس
Artinya :
“ Kalam (Allah) yang yang mengandung I’jaz yang diturunkan kepada penutup Nabi dan Rosul (Nabi Muhammad Saw.), melalui perantara malaikat Jibril As., yang termaktubdalam mushaf-mushaf yang dinukilkan dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.” 6 Dari definisi-definisi dapat dipahami bahwa definisi yang
baik dan yang mencakup unsur pokok tentang rincian al-Qur’an adalah yang dikemukakan oleh Dr. Subhi al-Shalih tersebut. Kalam yang mengandung I’jaz, tidak bisa di tandingi oleh siapapun, hanyalah kalam Allah. Kemudian اﻟﻤﻨﺰلmengandung pengertian tidak masuk didalamnya kalam Allah yang tidak diturunkan. Selanjutnya dikaitkannya اﻟﻤﻨﺰلdengan ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ menunjukan bahwa kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi 5
Subhi al-Salih, Mabahas Fi Ulum al-Qur’an, (Beirut : Dar al-Alam lil Malain,1997), Cet.Ke-9,hlm.21. 6 Muhammad Ali al-Shabuni, Al-Tibyan Fi Ulum al-Qur’an, (Beirut : Dar al-Irsyad,tth), hlm.12.
34
sebelumnya, seperti kitab Taurat, Injil, Zabur tidaklah dinamai AlQur’an. Kemudian اﻟﻤﻜﺘﻮب ﻓﻲ اﻟﻤﺼﺎﺣﻒmengandung pengertian bahwa kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw., tersebut ditulis dan dibukukan dalam mushaf. اﻟﻤﻨﻘﻮل ﺑﺎﻟﺘﻮاﺗﺮmenunjukan bahwa kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., diriwayatkansecara mutawatir. Dan اﻟﻤﺘﻌﺒﺪ ﺑﺘﻼوﺗﮫmenunjukkan bahwa kalam Allah yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah seperti hadits qudsi, tidak dinamakan al-Qur’an. 2. Fungsi Al-Qur’an Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan Islam, mempunyai berbagai fungsi diantaranya adalah merupakan sumber ilmu dan pengetahuan, sehingga dengan al-Qur’an banyak rahasia terkuak dan banyak hal yang mengagetkan para ilmuan barat, dengan menjadikan al-qur’an sebagai bahan penelitian maka sudah jelas bahwa banyak di dalam al-Qur’an halhal yang menajubkan baik bagi ilmu pengetahuan, sain, kedokteran, bahkan tehnologi. Diantara sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut : a. Al-Qur’an
menyeru
manusia
untuk
mempergunakan
akal
pikirannya Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa manusia ditunjuk oleh Allah SWT., untuk menjadi kholifah dimuka bumi. Penunjukan Allah tersebut tercantum dalam surat Al-An’am ayat 165 :
Artinya :
( ۱۶۵ : )اﻻﻧﻌﺎم
165. Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
35
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am 6 : 165)7 Sebagai khalifah (penguasa) di bumi manusia mempunyai tanggung jawab untuk mengelola alam sekitarnya. Untuk memperoleh kemampuan itu manusia harus mengenal alam sekitarnya dengan sebaik-baiknya, manusia harus sering mengamati alam sekitarnya, serta mengingat-ingat gejele-gejala yang ia lihat pada pengamatan itu. Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekitarnya dengan baik agara dapat mengelola alam sekitarnya, Allah swt melalui al-Qur’an menyuruh manusia untuk mempergunakan akal pikiranya. Dalam al-Qur’an banyak ayat yang secara implisit mengandung
motivasi
untuk
berpikir
dan
menyelidiki
alam
kehidupanya sendiri dan alam kehidupan sekitarnya. Bahkan menurut H.M. Arifin, tersebut dalam al-Qur’an sampai kurang lebih 300 kali ayat yang mengandung motivasi berpikir dan menyelidiki serta melakukan observasi fenomena dari ciptaan Allah swt.8 Berikut ini penulis kutipkan beberapa ayat yang menyuruh manusia untuk mempergunakan akal pikiranya :
(۱۰۱ : )ﻳﻮﻧﺲ... ِ◌Artinya : 101. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi...(Q.S. Yunus/10:101)9
7
Muhammad Junus, Terjemah Al-Qur’an dan Al-Karim, (Jakarta : AlMa’arif,1984),hlm.199. 8 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, dikutip dari Mortiner J. Adler Phylosophies of Education, (Jakarta : Bina Aksara, 1997),hlm.27. 9 Mahmud Junus, op.cit.,hlm.199.
36
Menurut Ahmad Baiquni untuk melihat atau memperhatikan itu tidaklah sekedar untuk melihat atau memperhatikan dengan pikiran kosong, melainkan dengan perhatian pada kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.10
Artinya :
(
: ) ﺳﺒﺎء
46. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan...” (Q.S. Saba’/ 34: 46)11.
Ayat
ini
memerintahkan kepada manusia
untuk berpikir,
merenungkan tentang apa yang di seru oleh rasul kepada-Nya dan sungguh-sungguh
dalam
mencari
kebenaran
semurni-murninya
sehingga dapat mencapai kebenaran. Dapat menyadari hakekat serta mengungkapkan tabir-tabir yang telah menutupi penglihatan dan hati manusia.12
Artinya :
10
(۹ : )اﻟﺰﻣﺮ 9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
A. Baiquni, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, (Yogyakarta, Dana Bhakti Waqaf, 1999), hlm.40. 11 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat , (Bandung : Sygma Publishing, 2011), Cet.1, hlm.433. 12 Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 21, (Mesir : Syirkah Maktabah Wa Maftabah Musthofa Al-baby Al-Halaby, 1972), Cet. Ke IV, hlm.96.
37
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S.Az-Zumar/39: 9). Ayat tersebut dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Hal ini menunjukan bahwa orang yang pertama, yakni orang-orang yang mengetahui pahala yang akan mereka peroleh bila melakukan kebaikan kepada tuhan mereka dan mengetahui hukuman yang akan mereka terima bagi mereka yang bermaksiat kepada-Nya adalah orang yang mencapai derajat tertinggi. Sedangkan orang yang tidak mengetahui hal itu, jatuh ke jurang keburukan. Lebih lanjut di jelaskan bahwa dapat mengambil pelajaran dari hujjah-hujjah Allah dan dapat memenuhi nasehatnya dan dapat memikirkanya hanyalah orang-orang yang mempunyai akal dan pikiran yang sehat, bukan orang-orang yang bodoh dan lalai.
(۱۹۱ : )ال ﻋﻤﺮان
ِ◌Artinya : 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(Q.S. Ali Imron/3 : 190-191)13
13
Ibid., juz 23, hlm.151-152.
38
Berdasarkan ayat tersebut maka yang di sebut “ulul albab” (orang yang berakal) adalah orang-orang yang selalu mengingat Allah swt., dalam sebagian besar waktunya, merasa tentram hatinya dengan mengingat-Nya, dan mengambil sebagian besar waktu tidurnya uuntuuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mereka juga itu adalah orang-orang yang memikirkan kejadian langit dan bumi, rahasia-rahasia di dalamnya dan manfaat-manfaat yang menunjukan pada ilmu yang sempurna, hikmah yang tinggi dan kemampuan yang memadai 14. Berkaitaan dengan ayat ini. H.M. Arifin menjelaskan : “ Didalam ayat tersebut terdapat metode pendidikan islam yang mendorong dan mengaktualisasikan serta memfungsikan segenap kemampuan kejiwaan yang naluriyah seperti akal pikiran, kemauan, perasaan manusia, yang ditunjang dengan kemampuan jasmaniyah manusia, akan berhasil dididik dan diajar sehingga menjadi manusia muslim paripurna, yaitu manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan bermasalah.”15 Empat ayat tersebut dan ayat-ayat semacamnya menunjukan bahwa penyempurnaan hidup beragama dan kemjuan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan tidak akan tercapai tanpa memfungsikan akal pikiranya secara baik. Oleh sebab itu tidaklah keliru ketika Abdurrahman An-Nahwali menyatakan. “Penurunan al-Qur’an yang di mulai dengan ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan, dapat menunjukan bahwa tujuan alQur’an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar serta syarat dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari dan observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal xarah dalam rahim ibu”.16 Sebagaimana firman Allah swt berikut ini :
14
Ibid., juz 4, hlm.163. H.M.Arifin,op,cit.,hlm.5. 16 Abdur Rahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Penerjemah Syihabunui), (Jakarta : Gema Insani Press, 1995),Cet.ke-1,hlm.31. 15
39
Artinya :
( ۵ -۱: )اﻟﻌﻠﻖ 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S. Al-Alaq/96:1-5)
Demikianlah mempergunakan
al-Qur’an dan
telah
menyuruh
mengembangkan
akal
manusia
untuk
pikiranya
untuk
kesejahteraan serta menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi kemajuan. Dan dengan al-qur’an pula manusia disuruh untuk meneliti dan mencari kebenaran tentang sain, tehnologi dan lain sebagainya. b. Hubungan antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kitab suci al-Qur’an di turunkan, antara lain, sebagai petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dengan yang bathil. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surah alBaqarah ayat 185.
Artinya :
( ۱۸۵ : ) اﻟﺒﻘﺮة...
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqoroh/2 : 185)
40
Lafal al-furqan ( )اﻟﻔﺮﻗﺎنyang di sebut dalam ayat tersebut dalam bahasa asli Armia esensi maknanya adalah pembeda yakni pembeda anatara yang hak dan yang bathil.17 Sedangkan ilmu pengtahuan adalah kumpulan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat di terima oleh rasio.18 Ada yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu fakta-fakta pengalaman manusia yang di susun secara seksama
dan sistematis sehingga ia merupakan satu
kesatuan yang utuh dan saling berkaiatan.19 Jika demikian, apakah hubungan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan ?. berkaitan dengan hal ini di antara ulama berpendapat bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan bersumber dari al-Qur’an. Imam Al-Ghazali misalnya menerangkan bahwa “prinsip-prinsip ilmu yang telah ada, sedang maupun yang datang kemudian tidaklah berada di luar al-Qur’an, karna semua berasal dari samudra makrifat Allah swt”.20 Bertolak belakang dengan pendapat Imam Al-Ghazali tersebut Imam Syatibi, yang di kutip M. Quraisy Shihab, berpendapat bahwa “para sahabat tentu lebih mengetahui al-Qur’an dan apa-apa yang tercantum didalamnya tapi tak seorangpun di antara mereka yang mengatakan bahwa al-Qur’an seluruh cabang ilmu pengetahuan.21 Berkaitan dengan perselisihan pendapat mengenai hal tersebut, M Quraisy Shihab berpendapat bahwa : “Membahas hubngan antara al Qur’an dengan ilmu pengetahuan bukanlah dengan melihat banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukan kebenaran teori-teori ilmiah,akan tetapi yang lebih utama adalah dengan melihat adakah jiwa ayat-ayatnya 17
Subhi al-Salih,op.cit.,hlm.20. A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Bandung : Pustaka, 1983),hlm.1. 19 Abudin Nata, Al-Qur’an dan Hadits (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet ke-6, 18
hlm.94.
20
Al-Ghozali, Permata Al-Qur’an, (Penyadur Saifullah Mayuddin), (Jakarta : Rajawali, 1987), Cet.Ke -2, hlm. 38. 21 M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996), Cet. Ke-2. hlm. 41.
41
menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-Quran yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan”.22 Jika demikian yang di kehendaki, jelas tidak ada ayat-ayat suci alQur’an yang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan. Di dalam alQur’an bahkan di temukan kata-kata itu.23 Di samping itu al-Qur’an menyuruh manusia untuk mempergunakan akal pikiranya, sehingga terbentuk iklim ilmu pengetahuan yang baik. Dalam hal ini M. Qurasyi Shihab berpendapat bahwa : “Mewujudkan iklim ilmu pengetahuan jauh lebih penting daripada menemukan teori ilmiah, karena tanpa terwujudnya iklim ilmu pengetahuan para ahli menemukan teori itu akan mengalami nasib seperti Galileo yang menjadi korban hasil penemuanya”.24 Lebih lanjut ia mengutip pendapat Abbas Muhammad Al Aqqad yang menyatakan : “tiada yang lebih baik di tuntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir,… serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia kehendaki”. Dan inilah menurutnya korelasi pertama dan utama antara alQur’an dan ilmu pengetahuan.25 Sedangkan korelasi kedua dapat di temukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak ayat al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya.26 Isyarat-isyarat ilmiah tersebut misalnya tenteng penciptaan langit dan bumi seperti yang terdapat dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30 yang menyatakan sebagai berikut :
22 23 24 25 26
Ibid. hlm. 41 Ibid.,hlm.103 Ibid.,hlm.44 Ibid.,hlm.104 Ibid.,hlm.104
42
...
( ۳۰ : ) اﻻﻧﺒﻴﺎء Artinya : 30. Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya... (Q.S. Al-Anbiya’ /21 : 30).27 Ayat ini menerangkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan suatu gumpalan dan pada suatu masa yang tidak di terangkan oleh alQur’an gumpalan tersebut di pecahkan atau di pisahkan oleh Allah swt. Memahami terjadinyaa pembentukan langit dan bumi ini, M. Qurasy Shihab mengatakan : “Setiap orang bebas untuk menyatakan pendapatnya mengenai terjadinya planet-planet tata surya. Ia boleh berkata bahwa ia berasal bola gas yang berotasi cepat, yang lama kelamaan pecah terpisah-pisah menjaadi planet-planet kecil akibat panas yang sangat keras. Ia juga dapat menyatakan bahwa terjadinya planet sebagai akibat tabrakan antara dua matahari. Atau di sebabkan karena pecahnya matahari itu sendiri dan lain-lain. Setiap orang bebas dan behak menyatakan apa yang dianggapnya benar, tetapi ia tidak berhak untuk menguatkan peendapatnya dengan ayat tersebut dengan memahaminya lebih dari apa yang tersimpul di dalamnya. Karena dengan demikian, ia menjadikan pendapatnya tersebut sebagai suatu akidah dari akidah qur’aniyah. Dan ia juga tidak berhak untuk menyalahkan suatu teori atas nama al-Qur’an, kecuali bila ia membawakan suatu nash yang membatalkanya”.28 Dengan demikian al-qur’an sebagai kitab peetunjuk,penjelas mengenai petunjuk dan pembeda antara yang hak dengan yang bathil diturunkan untuk manusia agar mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat. Dalam hubunganya dengan ilmu pengetahuan, ia adalah mendorong manusia seluruhnya untk mempergunakan akal pikiranya serta menambah ilmu peengetahuan sebisa mungkin. Kemudian ia menjadikan observasi atas alam sekitarnya sebagai alat untuk percaya 27 28
Mahmud Junus, op. cit., hlm. 293. M. Quraish Shihab, op. cit., hlm. 50.
43
kepada setiap penemuan baru atau teori ilmiah sehingga mereka dapat mencarikan
dalilnya
dalam
dibantahnya. Namun, kitab
al-Qur’an
untuk
dibenarkan
atau
suci al-Qur’an itu bukanlah pelajaran
kosmologi atau sains pada umumnya.
B. Tafsir Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179 1. Teks dan Terjemah Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat AlA’raf Ayat 179
Artinya :
( ۷۸ : ) اﻟﻨﺤﻞ
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl/16 : 78).29
Artinya :
29
( ۱۷۹ : ) اﻻﻋﺮاف
179. Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S. Al-A’raf /7 : 179).30
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat , (Bandung : Sygma Publishing, 2011), Cet.1, hlm.275. 30 Ibid., hlm.174.
44
2. Tafsir Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179 Dalam menafsirkan surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179 penulis memberikan pandangan dan pendapatnya Dr. Muhammad Qurais Syihab dalam tafsirnya Al-Misbah, selain itu penulis juga memasukan pandangan dan pendapatnya Sayyid Qutub dalam Tafsirnya Fii Zilalil Qur’an, dan Imam Nawawi dalam Mirohul Labid Tafsir an-Nawawi. a. Menurut Quraisy Shihab dalam Tafsirnya Al-Misbah 1.) Tafsir Q.S An-Nahl ayat 78 Dikatakan dalam kitab tafsirnya Quraisy Syihab, tentang Q.S AnNahl ayat 78 yaitu : “ Sayyid quthub menjadikan ayat ini sebagai pemaparan contoh sederhana dalam kehidupan manusia yang tidak dapat terjangkau olehnya yakni kelahiran, padahal itu terjadi setiap saat , siang dan malam persoalan ini adalah ghaib yang dekat, tetapi sangat jauh dan dalm untuk menjangkaunya . “ memang boleh jadi manusia dapat melihat tahap-tahap pertumbuhan janin , tetapi dia tidak mengetahui
bagaimana
hal
tersebut
terjadi
karena
rahasianya
merupakan rahasia kehidupan . demikian sayyid qutub menghubungkan ayat ini dengan ayat yang lalu yang berbicara tentan kepemilikan Allah terhadap ghaib dan tentang kegaiban hari kiamat. Ayat ini juga dapat dihubungkan dengan ayat yang lalu dengan menyatakan bahwa uraiannya merupakan salah satu bukti kuasa Allah swt menghidupkan kembali siapa yang meninggal dunia serta kebangkitan pada hari kiamat . ayat ini menyatakan : “ dan sebagaimana Allah mengeluarkan kamu berdasarkan kuasa dan IlmuNya dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak wujud, maka demikian juga dia dapat mengeluarkan akamu dari perut bumi dan menghidupkan kamu kembali . ketika dia mengeluarkan kamu dari ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun yang ada di sekeliling kamu dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, penglihatan, dan aneka hati, sebagai bekal dan alat-alat untuk meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan
45
alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugrahkannya kepada kamu. Ayat di atas menggunakan kata ( )اﻟﺴﻤﻊAs-sam’u /pendengaran dengan bentuk tunggal dan menempatkannya sebelum kata ( )اﻻﺑﺼﺎرalabshor / penglihatan-penglihatan yang berbentuk jamak serta ( )اﻻﻓﺌﺪ ة al-afidah/ aneka hati yang juga berbentuk jamak. Kata Al-afidah adalah bentuk jamak dari kata ( )ﻓﺆدfu’ad yang penulis terjemahkan denagn aneka hati guna menunjuk makna jamak. Kata ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti akal. Makna ini dapat diterima jika ynag dimaksud dengannya adalah gabungan daya pikir dan daya kalbu, yang menjadikan seseorang terikat sehinga tidak terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan. Dengan demikian tercakup dalam pengertiannya potensi meraih ilham dan percikan cahaya ilahi.31 Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan, merupakan perurutan yang sungguh tepat , karena memang ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia mulai tumbuh pada diri seseorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak bulan keenam . adapun kemampuan akal dalam mata hati berfungsi membedakan yang baik dan yang buruk , maka ini berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut diatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-indra pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra –indra manusia tersebut. Selanjutnya dipilihnya bentuk jamak untuk penglihaan dan hati, karna yang di dengar selalu saja sama, baik oleh s eorang maupun banyak orang dan dari arah manapun datangnya suara. Ini berbeda 31
M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an , 15 vol ;24 cm, (Jakarta: Lentera hati, 2002), hlm.302.
46
dengan apa yang dilihat. Posisi tempat berpijak dan arah pandang melahirkan perbedaan. Demikian juga hasil kerja akal dan hati. Hati manusia sekali senang sekali susah, sekali benci dan sekali rindu, tingkat tingkatnya berbeda –beda walau obyek yang di benci dan dirindui sama. Hasil penalaran akalpun demikian. Ia dapat berbeda, boleh jadi ada yang sangat jitu dan tepat, boleh jadi juga merupakan kesalahan fatal. Kepala sama berambut, tetapi pikiran berbeda-beda. Firmann-Nya diatas menunjukan kepada alat-alat pokok yang di gunakan guna meraih pengetahuan. Yang alat pokok pada obyek yang bersifat material adalah mata dan telinga, sedangkan pada obyek yang bersifat immaterial adalah akal dan hati.32 Dalam pandangan Al-Qur’an ada wujud yang tidak tampak betapapun tajamnya mata kepala atau pikiran. Banyak hal yang tidak dapat terjangkau oleh indra, bahkan oleh akal manusia. Yang dapat menangkapnya hanyalah hati, melalui wahyu, ilham, atau intuisi. Dari sini pula sehingga Al-Qur’an, disamping menuntun dan mengarahkan pendengaran dan penglihatan, juga memerintahkan agar mengasah akal, yakni daya pikir dan mengasuh pula daya kalbu. Akal dalam arti daya pikir hanya mampu berfungsi dalam batasbatas tertentu. Ia tidak mampu menuntun manusia keluar jangkauan dalam fisika ini. Bidang operasinya adalah bidang alam nyata, dan dalam bidang ini pun terkadang manusia terpedaya oleh kesimpulankesimpulan akal, sehingga hasil penalaran akal tidak merupakan jaminan bagi seluruh kebenaran yang di dambakan. “Logika” adalah suatu ilmu yang dirumuskan oleh aristoteles yang bertujuan memelihara seseorang agar tidak terjerumus ke dalam kesalahan berfikir. Namun ternyata, ilmuini tidak mampu memelihara perumusnya sendirijangankan orang lain- dari keslahan-kesalahan fatal dalam berfikir.33 32 33
Ibid., hlm.303. Ibid., hlm.304.
47
Akal hanya ibarat kemampuan berenang. Memang kemampuan ini dapata menyelamatakan seseorang dari kehanyutan di tengah kolam renang, atau sungai dan laut yang tidak deras gelombangnya. Tetapi tidak ditengah samudra luas yang gelombangnya gulung bergulung. Jika gelombang sedemikian deras dan besarnya, maka akan sama saja keadaan yang mampu berenang dan yang tidak mampu, keduanya memerlukan pelampung. Alat untuk meraih pelampung itu adalah kalbu. Bukan hanya agamawan yang berbicara tentang pentingnya kalbu untuk di asah dan diasuh. Ilmuwan pun bicara tentang peranan dan daya kalbu yang demikian besar. Intuisi, indra keenam, itulah sebagai nama yang mereka perkenalkan. Agamawan menamainya ilham. Atau hidayah,
Allah
menganugrahkannya
kepada
mereka
yang
mempersiapkan diri untuk menerimanya dengan mengasah dan mengasuh kalbunya. Alat-alat yang di anugrahkan Allah swt itu masih belum digunakan oleh umat islam, bahkan para penuntut ilmu secara sempurna, pelajar dan mahasiswa kita lebih banyak menggunakan indra pendengar dari pada indra penglihat. Indra pendengar baru digunakannya setengahsetengah. Akal tidak jarang diabaikan, dan kalbu hampir selalu terabaikan termasuk dalam-lembaga-lembaga pendidikan Agama, Sungguh Ironis. Firman-Nya : ( )ﻻ ﺗﻌﻠﻤﻮن ﺷﯿﺌﺎlaa ta’lamuna Syaian / tidak mengetahui suatupun dijadikan oleh para pakar sebagai bukti bahwa manusia lahir tanpa sedikit pengetahuan pun. Manusis, kata mereka, bagaikan kertas putih yang belum di bubuhi satu huruf pun. Pendapat ini benar jika yang dimaksud dengan pengetahuan adalah pengetahuan kasbiy. Yakni yang diperoleh melalui upaya manusiawi. Tetapi ia meleset jika menafikan segala macam pengetahuan, karna manusia lahir membawa fitrah kesucian yang melekat pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya “mengetahui” bahwa Allah Maha Esa.
48
Disamping itu, ia juga mengetahui –walau seklumit- tentang wujud dirinya dan apa sedang di alaminya. Bukankah hidup manusia di tandai oleh gerak, rasa dan tahu, minimal mengetahui wujudnya sendiri.34 2.) Tafsir Q.S. Al-A’raf ayat 179 Ayat ini menjadi penjelasan mengapa sesorang tidak mendapatkan petunjuk dan mengapa pula yang lain disesatkan Allah. Ayat ini juga berfungsi sebagai ancaman kepada mereka yang mengabaikan tuntunan pengetahuannya. Ia menjelaskan bahwa mereka yang kami kisahkan keadaannya itu, yang menguliti dirinya sehingga kami sesatkan adalah sebagian dari yang Kami jadikan untuk isi neraka dan demi keagunagan dan kemuliaan Kami sungguh kami telah ciptakan untuk isi neraka jahannam banyak sekali dari jenis jin dan dari jenis manusia karena kesesatan mereka, mereka mempunyai hati tetapi tidak mereka gunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga (tetepi) tidak digunakan untuk mendengar petunjuk-petunjuk Allah. Mereka itu seperti binatang ternak yang tidak dapat memanfaatkan petunjuk, bahkan mereka lebih sesat lagi dari pada binatang. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar amat lalai.35 Hati, mata, dan telinga orang-orang yang memilih kesesatan dipersamakan
dengan
binatang
karena
binatang
tidak
dapat
menganalogikan apa yang ia dengar dan lihat dengan sesuatu yang lain. Binatang tidak memiliki akal seperti manusia. Bahkan manusia yang tidak menggunakan potensi yang dianugrahkan Allah lebih buruk, sebab binatang deangan instingnya akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara manusia durhaka justru menolak kebaikan dan kebenaran dan mengarah pada bahaya yang tiada taranya. Setelah kematian, mereka kekal di api neraka, berbeda dengan binatang 34
Ibid.,hlm.304. M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an , V vol ;24 cm, (Jakarta: Lentera hati, 2002), hlm.313. 35
49
yang punah dengan kematiannya. Disisi lain, binatang tidak dianugrahi potensi sebanyak potensi manusia, sehingga binatang tidak wajar dikecam bila tidak mencapai apa yang dapat dicapai manusia. Manusia pantas dikecam bila sama dengan binatang dan dikecam lebih banyak lagi jika ia lebih buruk dari pada binatang karena potensi manusia dapat mengantarnya meraih ketinggian jauh melebihi kedudukan binatang. Kata ( )اﻟﻐﺎﻓﻠﻮنal-ghofiluun terambil dari kata ( ) ﻏﻔﻠﺔghaflah, yakni lalai, tidak mengetahui atau menyadari apa yang seharusnya diketahui dan disadari, keimanan dan petunjuk Allah sedemikian jelas, apalagi bagi yang berpengetahuan, tetapi bila mereka tidak memanfaatkannya maka mereka bagaikan orang yang tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa mereka memiliki potensi atau alat untuk meraih kebahagiaan. Inilah kelalaian yang tidada taranya.36 b. Menurut Sayyid Qutub dalam Tafsirnya Fii Zilalil Qur’an 1.) Tafsir Q.S An-Nahl ayat 78 Sebuah peristiwa gaib yang dekat , tetapi ia cukup jauh mendalam. Proses kejadian janin bias jadi terdeteksi oleh manusia. Akan tetapi, mereka tak tahu bagaimana proses itu terjadi, sebab ia merupakan rahasia kehidupan yang tersembunyi .. Ilmu yang selama ini di akui manusia dan ia merasa tinggi denganya sehingga ia ingin menguji kebenaran peristiwa hari kiamat dan alam gaib lainya, adalah ilmu yang dangkal yang baru saja ia peroleh, sebab, “ Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui suatu apapun…”37 Tuhan yang melahirkan para pakar dan para peneliti, dan mengeluarkanya dari perutr ibunya dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa, adalah Maha dekat sekali! Setiap ilmu yang ia dapatkan 36 37
hlm.200.
Ibid.,hlm.314. Sayyid Qutub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 7, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003),
50
sesudah itu, semuanya adalah anugrah dari Allah sesuai ukuran yang ia kehendaki-Nya untuk kepentingan manusia dan untuk mencukupi keperluan manusia untuk hidup di muka bumi ini. “ Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati.” Dalam bahasa Al-Qur’an, hati terkadang di ungkapkan denngan kata qalbu atau dengan kata fu’aad, untuk menjelaskan suatu alat (organ) pemahaman pada diri manusia. Hal ini meliputi apa yang diistilahkan dengan akal, juga potensi inspiratif (ilham) pada diri manusia yang tersembunyi
dan diketahui hakikatnya serta cara
kerjanya. Allah memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati itu dalam ranggka , “agar kamu bersyukur.” Jadi agar kamu bersyukur apabila kamu memahami betul nilai yang terkandung pada nikmat-nikmat
tersebut dan nikmaat-nikmat
Allah lain yang di berikan kepadamu. Ekspresi syukur yang pertama adalah dalam bentuk beriman kepada Allah sebagai Sesembahann Yang Maha Esa. 38 2.) Tafsir Q.S. Al-A’raf ayat 179 Sesungguhnya kebanyakan jin dan manusia itu adalah makhluk yang di ciptakan untuk isi neraka jahannam, di siapkan untuknya! Mengapa begitu? Ada dua pandangan mengenai hal ini. Pertama, sudah di ketahui dalam ilmu Allah yang azali, bahwa makhluk-makhluk ini akan masuk neraka jahannam.
Hal ini
tampaknya tidak memerlukan tindakan nyata yang karena tindakan ini mereka pantas masuk neraka. Maka, Ilmu Allah itu meliputi sesuatu yang tidak terikat pada waktu dan tidak terikat pada gerakan nyata yang akan timbul sesudah itu dalam alaam kebiasaan. Kedua, ilmu yang azali (yang tidak terikat pada masa dan gerakan dalam alam manusia) bukan yang mendorong makhluk-makhluk ini pada kesesatan yang karena mereka layak masuk neraka. Akan tetapi , 38
Ibid.,hlm.201.
51
yang menyebabkan mereka masuk neraka adalah karena keadaan dan sikap mereka seperti yang di gambarkan dalam nash ayat tersebut, “….Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakanya untuk memahaami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakanya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakanya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)…..” 39 Jadi, mereka tidak mau membuka hati
yang telah di beri
kemampuan untuk memikirkan petunjuk-petunjuk keimanan dan hidayah yang terbentang di alam semesta. Juga di dalam risalah-risalah yang dapat di ketahui oleh hati yang terbuka dan pandanggan yang melek. Akan tetapi, mereka tidak mau membuka mata mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Juga tidak mau membuka telinga mereka untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang di bacakan (Al-Qur’an). Mereka telah mangabaikan perangkat-perangkat yang telah di berikan pada mereka ini. Mereka tidak mau mempergunakanya. Mereka hidup dengan kelalaian dan tidak mau memikirkan dan merenungkan, “….Mereka itu seperti binatang ternak, bahhkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” Orang-orang yang lalai terhhadap ayat-ayat Allah di alam semesta dan di dalam kehidupan, dan yang lalai terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri mereka dan orang lain. Sehingga, tidak melihat adanya tangan Allah pada semua itu. Maka mereka itu bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Binatang ternak memiliki peerangkat-perangkat
instingtif
yang
dapat
menuntun
mereka.
Sedangkan, jin dan manusia di tambah lagi dengan kalbu yang dapat memahami, mata yang dapat memandang ,dan telinga yang dapat menangkap suara.
39
hlm.62.
Sayyid Qutub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 5, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003),
52
Apabila mereka tidak membuka hati, mata, dan pendengaran mereka untuk memikirkan dan merenungkan ketika mereka menempuh kehidupan dengan lengah, maka mereka itu lebih sesat dari pada binatang ternak yang cuma di bekali fitrah saja. Sesudah itu mereka akan menjadi isi neraka jahannam.40 c. Menurut Imam Nawawi dalam Tafsir Al-Munir ( Mirohul Labid ) 1.) Tafsir Q.S An-Nahl ayat 78 Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun ( sama sekali tidak mengetahui sesuatu apapun ) dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (dan Allah menjadikan bagi kalian sesuatu tersebut yaitu pendengaran, penglihatan dan hati, sebagai alat supaya kalian bisa berhasil menggunakannya sebagai alat untuk belajar dan mengetahui ) agar kamu bersyukur (supaya kalian menggunakannya di dalam bersyukur dari segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kalian yaitu dengan alat tersebut supaya kalian mendengarkan mauidoh atau nasihat Allah, dan melihat petunjuk-petunjuk Allah, dan berfikir serta menggunakan akal fikiran kalian tentang kebesaran Allah.41 2.) Tafsir Q.S. Al-A’raf ayat 179 Dan Sesungguhnya Kami jadikan (kami menciptakan) untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat Allah dan dengan sebab mereka mencegah dari menggunakannya untuk memperoleh kefahaman maka bagi mereka sifat dan tindakan dari kebanyakan orang dari hati yang digunakannya) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah yaitu sesuatu dari yang di lihatnya yaitu sebagai 40
Ibid.,hlm.63. Al-Alamah As-Syaikh An-Nawawi Al-Jawy, Mirohul Labid Tafsir An-Nawawi, Juz I, (Penerbit : Daarul Ilmu, Surabaya, 2012), hlm.461. 41
53
i’tibar atau ujian), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah yaitu sesuatu yang di dengar oleh pendengaran yang kemudian di angan-angan maka mereka tidak memahaminya dengan hati mereka dan tidak bisa melihat dengan penglihatan mereka, dan tidak bisa mendengar dengan telinga mereka apa-apa yang di kembalikan kepada kebaikan agama). mereka ( orang-orang yang di sifati sebagaimana di sebutkan di atas) itu sebagai binatang ternak, ( karna mereka sama sekali tidak merasa sama sekali) bahkan mereka lebih sesat lagi ( dari binatang ternak dikarnakan tidak tahu siapa pemiliknya dan yang di ta’atinya mereka adalah orang-orang kafir yang tidak mengetahui siapa tuhannya dan mereka tidak menta’ati apa yang telah di khabarkan yaitu segala sesuatu itu pasti ta’at kepada Allah mulai dari anak adam) mereka Itulah orang-orang yang lalai ( dari apa-apa yang telah Allah janjikan kepada para kekasihnya yaitu pahala dan juga siksa.42 3. Analisa Terhadap Al-Qur’an Surat An – Nahl Ayat 78 dan Surat AlA’raf Ayat 179 Dari uraian tafsir di atas yang di tafsirkan oleh Dr. Quraisy Syihab dan juga oleh Sayyid Qutub mempunyai banyak kesamaan, serta di perkuat lagi oleh Syaikh An-Nawawi Al-Jawy, di mana ketiga ulama’ besar tersebut menyatakan bahwa Allah telah memberikan anugrah kepada manusia berupa alat untuk belajar atau mengetahui segala sesuatu
berupa pendengaran
(Sam’an), penglihatan ( Abshoro ), dan hati (Af’idah) seperti yang tertuang di dalam Q.S. An-Nahl ayat 78. Semua pengetahuan atau ilmu yang telah di berikan kepada manusia, tidal lain adalah jerih payah dari manusia itu sendiri, walaupun ada sedikit dari sebagian manusia yang diberikan ilmu/ pengetahuan oleh Allah dengan jalan yang sangat cepat dan proses yang tidak lama yang biasa di sebut oleh ilmu laduni. Tapi bagi kita jangan mudah untuk mengharap ilmu 42
Ibid.,hlm.308.
54
laduni karna itu adalah hak istimewa yang Allah berikan bagi hamba-hamba pilihan Allah Swt. Walaupun mengharap kita harus tetap berusaha melalui jalan dan proses sebagaimana mestinya ilmu itu di dapat. Hukum Allah sw. Berlaku bagi siapapun yang rajin berusaha maka ia akan mendapatkan hasil yang lebih banyak.43 Dengan menggunakan ketiga alat indra tersebut secara maksimal kita bisa belajar menjadi insanul kamil (manusia yang sempurna) dan yaitu manusia yang mempunyai karakter sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam ayat-ayat Allah dan juga hadits Rosulullah Saw. Penulis akan memaparkan ciri-ciri karakter mulia (akhlakul karimah) yang dituliskan oleh Drs. H. Ali Muqoddas, M.Ag. dan Muta’alimah, S.Ag.,M.S.I di dalam bukunya yang berjudul “ Membangun Karakter Bangsa Melalui Akidah & Akhlak “ sebagai berikut : a. Tawadu’ adalah sikap rendah hati (Q.S. Al-Isra’ : 24) b. Al-Birru adalah segala macam bentuk kebajikan (Q.S. Al-Qoshosh : 77 dan Al-Maidah : 2) c. Kesabaran (Q.S.Al-Anfal: 46 dan Q.S. Al-Ahqaf : 35) d. Berkata baik dan benar, memuliakan tamu, dan menghormati tetangga (Q.S. Al-ahzab: 70, Q.S. Al-Baqoroh : 263, Q.S. AlFushilat: 33) e. Ceria dan riang gembira, pemberani f. Persaudaraan dan hak sesama muslim (Q.S. Al-Hujurat :10) g. Mendamaikan dua belah pihak yang berseteru dengan adil h. Malu, Zuhud dan Lemah lembut, (Q.S. Ali Imran : 159) i. Dapat dipercaya (Al-Amanah) Q.S. An-Nisa’: 58) j. Menjaga kehormatan diri (Al-iffah) Q.S. An-nur : 33) k. Bekerja keras, Pemaaf dan Kasih Sayang (Q.S Ali Imran : 133-1340 l. Bergaul dengan baik dan Menepati janji (Q.S Ali Imran :76)44 43
D.A. Pakih Sati, Lc., Syarah Al-Hikam Ibnu ‘Atha’ilah, (Penerbit : Diva Press, Jogjakarta, 2011), hlm.193. 44 Muta’alimah S.Ag.,M.S.I. dan Drs. H. Ali Muqaddas, M.Ag., Membangun Karakter Bangsa Melalui Akidah & Akhlak, ( Penerbit : Rafi Sarana Perkasa, Semarang, 2014), hlm.35-60.
55
Ciri-ciri karakter mulia tersebut tidak mudah untuk di dapat tanpa adanya proses pembelajaran dan belajar yang baik dan tentunya harus melalui proses penggunaan pendengaran, penglihatan dan juga hati secara maksimal sebagai buktu tanda syukur kita pada pemberian Allah swt. Ibnu Atha’illah ra. menuliskan di dalam kitabnya yang terkenal yaitu Al-Hikam sebagai berikut : “Barang siapa yang tidak mensyukuri nikmat maka ia telah menyerahkan diri untuk kehilangan nikmat itu. Dan barang siapa yang mensyukurinya maka ia telah mengikat nikmat itu dengan erat “.45 Setelah itu di dalam Q.S Al’-A’raf ayat 179 Allah menyediakan nereka jahannam bagi mereka yang tidak mempergunakan hati, pendengaran dan juga penglihatan yang telah di anugrahkan kepada mereka dengan sebagaimana mestinya. Pada kenyataannya banyak sekali manusia yang tidak secara maksimal menggunakan ni’mat Allah yang diberikan tersebut berupa, pendengaran, penglihatan, dan hati. Sehingga menjadikan hatinya tertutup dari hidayah Allah Swt., pendengaran yang tuli dari ayat-ayat dan kebaikan agama serta matanya buta dari petunjuk dan kebenaran. Sehingga menjadikan mereka manusia yang sombong dan kufur atas nikmat Allah. Dan pada akhirnya masuk di dalam kehinaan yang Allah berikan berupa kebodohan yang menyeret mereka pada jurang kenistaan yaitu neraka jahannam yang telah Allah janjikan bagi mereka yang tidak bisa menggunakan ketiga indra tersebut dengan maksimal dan sebagaimana mestinya.
45
D.A. Pakih Sati, Lc., op.cit., hlm.134.
56
BAB IV INDRA SEBAGAI ALAT UNTUK BELAJAR BAGI MANUSIA BERDASARKAN Q.S AN-NAHL AYAT 78 DAN SURAT AL-A’RAF AYAT 179 A. Indra yang di Gunakan Manusia untuk Belajar Berdasarkan Q.S AnNahl Ayat 78 Dari beberapa penjelasan di atas secara teori maupun dari sudut pandang Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 dapat kita simpulkan bahwa indra manusia yang di gunakan oleh manusia untuk belajar adalah meliputi indra pendengaran dan indra penglihatan, dan dari sudut pandang al-Qur’an ditambahkan satu alat yaitu berupa hati untuk memahami ilmu yang telah di dapat.
Artinya :
( ۷۸ : ) اﻟﻨﺤﻞ
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl/16 : 78).1
Diantara teori yang telah di kemukakan di bab sebelumnya menyebutkan tentang penjelasan beberapa indra sebagai berikut : 1. Fungsi Indra Penglihatan (Mata) Fungsi bagian - bagian indra penglihatan adalah sebagai berikut : a. Kornea mata berfungsi untuk menerima rangsang cahaya dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam. b. Lensa mata berfungsi meneruskan dan memfokuskan cahaya agar bayangan benda jatuh ke lensa mata. 1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat , (Bandung : Sygma Publishing, 2011) Cet.1, h.275.
57
c. Iris berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata. d. Pupil berfungsi sebagai saluran masuknya cahaya. e. Retina berfungsi untuk membentuk bayangan benda yang kemudian dikirim oleh saraf mata ke otak . f. Otot mata berfungsi mengatur gerakan bola mata. g. Saraf mata berfungsi meneruskan rangsang cahaya dari retina ke otak.2 2. Fungsi Indra Pendengaran (Telinga) Fungsi bagian indra pendengar atau telinga adalah sebagai berikut : a. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi. b. Gendang
telinga
berfungsi
menerima
rangsang
bunyi
dan
meneruskannya ke bagian yang lebih dalam. c. Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput. d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tiga saluran setengah lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh. e.
Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.3
3. Fungsi Indra Peraba ( Kulit ) Fungsi bagian-bagian kulit : a. Kulit ari berfungsi mencegah masuknya bibit penyakit dan mencegah penguapan air dari dalam tubuh. b. Kelenjar keringat berfungsi menghasilkan keringat. c. Lapisan lemak berfungsi menghangatkan tubuh. 2
Evelyn.C Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia) h.314. 3 Ibid.,h.325.
58
d. Otot penggerah rambut berfungsi mengatur gerakan rambut. e. Pembuluh darah berfungsi mengalirkan darah keseluruh tubuh.4 4. Fungsi Indra Pengecap (Lidah) Fungsi Lidah adalah sebagai berikut : a. Mendorong makanan b. Mengaduk dan membolak - balik makanan c. Merasakan keras dan lembutnya makanan d. Melumatkan makanan. 5 5. Fungsi Indra Pembau ( Hidung) Fungsi bagian-bagian indra pembau (hidung) : a. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara
.
b. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas. c. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau. d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan. e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otak.6 Walaupun secara menyeluruh kelima indra tersebut mempunyai fungsi dan manfaat yang saling terkait satu sama lain, dari kelima indra tersebut hanya indra pendengaran dan indra penglihatan yang mempunyai sistem syaraf yang bisa mengelola data yang di dapat ke otak untuk diproses menjadi suatu pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk bekal belajar ilmu pengetahuan. Sedangkan
menurut
sudut
pandang
Al-Qur’an
indra
yang
dipergunakan untuk belajar adalah meliputi pendengaran, penglihatan dan hati, seperti yang telah dikemukakan didalam tafsirnya Al-Misbah oleh Dr.Quraiys syihab sebagai berikut : 4
Ibid.,h.239. Ibid.,h.310. 6 Ibid.,h.310. 5
59
Dan sebagaimana Allah mengeluarkan kamu berdasarkan kuasa dan IlmuNya dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak wujud, maka demikian juga dia dapat mengeluarkan kamu dari perut bumi dan menghidupkan kamu kembali . ketika dia mengeluarkan kamu dari ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun yang ada di sekeliling kamu dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, penglihatan, dan aneka hati, sebagai bekal dan alat-alat untuk meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugrahkannya kepada kamu. Ayat di atas menggunakan kata ( )اﻟﺴﻤﻊAs-sam’u /pendengaran dengan bentuk tunggal dan menempatkannya sebelum kata ( )اﻻﺑﺼﺎرal-abshor / penglihatan-penglihatan yang berbentuk jamak serta ( )اﻻﻓﺌﺪ ةal-afidah/ aneka hati yang juga berbentuk jamak. Kata Al-afidah adalah bentuk jamak dari kata ( )ﻓﺆدfu’ad yang penulis terjemahkan denagn aneka hati guna menunjuk makna jamak. Kata ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti akal. Makna ini dapat diterima jika ynag dimaksud dengannya adalah gabungan daya pikir dan daya kalbu, yang menjadikan seseorang terikat sehinga tidak terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan. Dengan demikian tercakup dalam pengertiannya potensi meraih ilham dan percikan cahaya ilahi.7 Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan, merupakan perurutan yang sungguh tepat , karena memang ilmu kedokteran modern membuktikan
bahwa
indra
pendengaran
berfungsi
mendahului
indra
penglihatan. Ia mulai tumbuh pada diri seseorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak bulan keenam. adapun kemampuan akal dalam mata hati berfungsi membedakan yang baik dan yang buruk , maka ini berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut diatas. Dengan demikian dapat 7
M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an ,(Jakarta: Lentera hati, 2002), 15vol ;24 cm. h.302.
60
dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-indra pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra –indra manusia tersebut. Selanjutnya dipilihnya bentuk jamak untuk penglihaan dan hati, karna yang di dengar selalu saja sama, baik oleh seorang maupun banyak orang dan dari arah manapun datangnya suara. Ini berbeda dengan apa yang dilihat. Posisi tempat berpijak dan arah pandang melahirkan perbedaan. Demikian juga hasil kerja akal dan hati. Hati manusia sekali senang sekali susah, sekali benci dan sekali rindu, tingkat tingkatnya berbeda –beda walau obyek yang di benci dan dirindui sama. Hasil penalaran akalpun demikian. Ia dapat berbeda, boleh jadi ada yang sangat jitu dan tepat, boleh jadi juga merupakan kesalahan fatal. Kepala sama berambut, tetapi pikiran berbeda-beda. Firmann-Nya diatas menunjukan kepada alat-alat pokok yang di gunakan guna meraih pengetahuan. Yang alat pokok pada obyek yang bersifat material adalah mata dan telinga, sedangkan pada obyek yang bersifat immaterial adalah akal dan hati.8 Dalam pandangan Al-Qur’an ada wujud yang tidak tampak betapapun tajamnya mata kepala atau pikiran. Banyak hal yang tidak dapat terjangkau oleh indra, bahkan oleh akal manusia. Yang dapat menangkapnya hanyalah hati, melalui wahyu, ilham, atau intuisi. Dari sini pula sehingga Al-Qur’an, disamping menuntun dan mengarahkan pendengaran dan penglihatan, juga memerintahkan agar mengasah akal, yakni daya pikir dan mengasuh pula daya kalbu. Akal dalam arti daya pikir hanya mampu berfungsi dalam batas-batas tertentu. Ia tidak mampu menuntun manusia keluar jangkauan dalam fisika ini. Bidang operasinya adalah bidang alam nyata, dan dalam bidang ini pun terkadang manusia terpedaya oleh kesimpulan-kesimpulan akal, sehingga hasil penalaran akal tidak merupakan jaminan bagi seluruh kebenaran yang di dambakan. “Logika” adalah suatu ilmu yang dirumuskan oleh aristoteles yang bertujuan memelihara seseorang agar tidak terjerumus ke dalam kesalahan 8
Ibid.h.303
61
berfikir. Namun ternyata, ilmuini tidak mampu memelihara perumusnya sendiri-jangankan orang lain- dari keslahan-kesalahan fatal dalam berfikir.9 Alat-alat yang di anugrahkan Allah swt itu masih belum digunakan oleh umat islam, bahkan para penuntut ilmu secara sempurna, pelajar dan mahasiswa kita lebih banyak menggunakan indra pendengar dari pada indra penglihat. Indra pendengar baru digunakannya setengah-setengah. Akal tidak jarang diabaikan, dan kalbu hampir selalu terabaikan termasuk dalam-lembagalembaga pendidikan Agama, Sungguh Ironis. Firman-Nya : ( )ﻻ ﺗﻌﻠﻤﻮن ﺷﯿﺌﺎlaa ta’lamuna Syaian / tidak mengetahui suatupun dijadikan oleh para pakar sebagai bukti bahwa manusia lahir tanpa sedikit pengetahuan pun. Manusis, kata mereka, bagaikan kertas putih yang belum di bubuhi satu huruf pun. Pendapat ini benar jika yang dimaksud dengan pengetahuan adalah pengetahuan kasbiy. Yakni yang diperoleh melalui upaya manusiawi. Tetapi ia meleset jika menafikan segala macam pengetahuan, karna manusia lahir membawa fitrah kesucian yang melekat pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya “mengetahui” bahwa Allah Maha Esa. Disamping itu, ia juga mengetahui –walau seklumit- tentang wujud dirinya dan apa sedang di alaminya. Bukankah hidup manusia di tandai oleh gerak, rasa dan tahu, minimal mengetahui wujudnya sendiri.10 Terjadinya Pengetahuan Menurut John Hospers dalam bukunya “ An Introduction to Philosopical Analysis “ ada enam hal, yaitu : 1. Pengalaman Indra (Sense Experience) Orang-orang merasa kalau pengindraan merupakan alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Dan pengindraan merupakan satu-satunya alat untuk menyerap segala sesuatu obyek yang ada di luar diri manusia. 2. Nalar ( Reason) Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. 3. Otoritas (Authority )
9
Ibid.,h.304 Ibid.,304
10
62
Otoritas adalah kekuatan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. 4. Intuisi (Intuition) Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan. 5. Wahyu ( Revelation) Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. 6. Keyakinan ( Faith ) Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.11 B. Keadaan Manusia yang Tidak Bersyukur Atas Indranya Berdasarkan Q.S Surat Al-A’raf Ayat 179 Pada pembahasan kali ini merupakan pembahasan tentang keadaan manusia yang tidak menggunakan indranya secara baik dan benar, dimana dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 179 di sebutkan bahwa manusia bahkan jin yang tidak menggunakan indranya yaitu hati, mata, dan telinga dengan baik dan benar di ibaratkan sebagai binatang bahkan lebih sesat lagi, dan pada akhirnya tempat meraka yang telah Allah Swt. persiapkan adalah neraka jahannam.
Artinya :
11
( ۱۷۹ : ) اﻻﻋﺮاف
179. Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
Al Toumy Al Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam ( Terjemah : Hasan Langgulung) Bulan Bintang, Jakarta, Halm.9-10
63
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S. Al-A’rof /7 : 179).12 Apakah kita menginginkan keadaan yang seperti itu, tentunya kita sebagai manusia yang memiliki akal yang sempurna tidak ingin dikatakan seperti hewan bahkan lebih sesat lagi. Dan pada akhirnya berakhir di neraka jahannam. Maka dari itu kita harus bisa menghindarai hal tersebut. Oleh Imam Ghozali memberikan penjelasan tentang karakter nafsu di dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Dilihat dari karaktaristiknya, menurut Imam al-Ghazali (Ihya ‘Ulum al-Din, III/10), manusia memiliki empat macam karakter yang bisa menjerumuskan ke neraka, yaitu : 1. Al-Rububiyah ()اﻟﺮﺑﻮﺑﯿﺔ Yaitu sifat “ketuhanan” yang terdapat pada diri manusia yang apabila telah menguasai diri manusia maka ia ingin menguasai, menduduki jabatan yang tinggi, menguasai ilmu apa saja, suka memaksa orang lain dan tak mau direndahkan, maunya hanya dipuji. 2. Al-Syaithaniyah ()اﻟﺸﯿﻄﺎﻧﯿﺔ Yaitu sifat “kesetanan” yang ada pada diri manusia yang apabila telah menguasai dirinya ia akan suka merekayasa dengan tipu daya dan meraih segala sesuatu dengan cara-cara yang jahat. Di sini mansia suka mengajak pada perbuatan bid’ah, kemunafikan dan berbagai kesesatan lainnya. 3. Al-Bahimiyah ()اﻟﺒﮭﯿﻤﯿﺔ Yaitu sifat manusia berupa “kehewanan” yang apabila telah menguasai dirinya ia akan rakus, tamak, suka mencuri, makan berlebihan, tidur berlebihan dan bersetubuh berlebihan, suka berzina, berprilaku homoseks dan lain sebagainya. 4. Al-Sabu’iyah ()اﻟﺴﺒﻮﻋﯿﺔ
12
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat , (Bandung : Sygma Publishing, 2011) Cet.1, h.174.
64
Yaitu sifat “kebuasan” yang apabila menguasai diri manusia ia akan suka bermusuhan, berkelahi, suka marah, suka menyerang, suka memaki, suka berdemo, anarkis, cemburu berlebihan dan lain sebagainya.13 Empat sifat tersebut di atas tidak tumbuh dan berkembang secara sekaligus tetapi melalui tahapan-tahapan atau secara berangsur-angsur. Pertama kali yang tumbuh adalah sifat kehewanan “al-bahimiyah”. Melalui sifat ini manusia suka makan, tidur, seks agar dapat tumbuh sehat. Selanjutnya yang kedua adalah sifat kebuasan “al-sabu’iyah” atau yang disebut dengan nafsu amarah “al-ghadabiyah”. Dengan sifat ini manusia dapat menolak sesuatu yang dapat megancam dan merugikan dirinya seperti ingin menyerang, membunuh, memaki, berkelahi dan lain sebagainya. Yang ketiga yang tumbuh adalah sifat kesetanan “al-syaithaniyah”. Sifat ini tumbuh pada diri manuia setelah tumbuh sifat kehewanan dan kebuasan. Bilamana kedua sifat tersebut sudah ada pada diri manausia, maka setelah manusia mulai bisa berfikir (sekitar 7 tahun), maka berbagai cara akan dilakukan untuk memenuhi nafsunya. Di sini manusia akan melakukan tipu daya, makar, rekayasa demi mencapai apa yang diinginkannya. Yang terakhir tumbuh dan berkembang dalam diri manusia adalah sifat ketuhanan “al-rububiyah”. Melalui sifat ini manusia ingin menguasai, memiliki segalanya, ingin berkuasa, menduduki jabatan setinggi-tingginya. Di sini manusia akan merasa berbangga diri, sombong, ingin dipuji, merasa paling benar dan lain sebagainya. Selain memberikan empat sifat atau karakter pada diri manusia, Allah Swt juga menganugerahi manusia berupa akal. Fungi akal ini adalah untuk mengendalikan keempat karakter (nafsu) tersebut. Menurut Sokrates, fungsi akal itu tidak lain adalah untuk mencari kebenaran. Dengan akal, sifat “albahimiyah” yang ada pada manusia, akan dikendalikan untuk hal-hal yang benar, seperti makan dan tidur secara teratur dan berhubungan seks setelah 13
Imam Ghozali, Kitab Ihya’ Ulumuddin Juz III, (Semarang : Maktabah wa Matba’ah Alawiyah,th.) Cet.,h.10.
65
menempuh pernikahan. Dengan akal, sifat manusia “al-sabu’iyah” akan dikendalikan menjadi pemberani, membela kebenaran, menolak kebatilan demi kemaslahatan. Dengan akal, sifat manusia “al-syaithaniyah” akan dikendalikan menjadi berhati-hati, waspada, mampu mengadakan penyelidikan, kritis, teliti, bisa bedakan yang jujur dan bohong. Dengan akal, sifat manusia “alrububiyah” akan dikendalikan menjadi seorang pemimpin, manajer dan pelayan bagi orang lain.14 Akal, betapapun berfungsi dan bertujuan mencari kebenaran, ia memiliki keterbatasan. Untuk meraih kebenaran yang sempurna, Allah memberikan petunjuk lagi berupa agama. Petunjuk agama ini berupa al-Qur’an dan al-Sunnah. Dalam hadits riwayat al-Hakim dari Ibn Abbas ra, Nabi Saw bersabda:
ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼم ﻗﺪ اﱐ ﺗﺮﻛﺖ ﻓﻴﻜﻢ ( اﳕﺎ اﻋﺘﺼﻤﺘﻢ ﺑﻪ ﻓﻠﻦ ﺗﻀﻠﻮا اﺑﺪا ﻛﺘﺎب اﷲ و ﺳﻨﺔ ﻧﺒﻴﻪ )رواﻩ اﳊﺎﻛﻢ Artinya
: “ Dari Ibnu Abbas Ra. Bersabda Rosulallah Saw. Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepadamu , apabila kamu berpegang teguh dengannya, kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah nabiNya (al-Hadits).” ( H.R. Al-Hakim)
Al-Albani menilai hadits tersebut sahih. Dengan agama, manusia akan dapat mengendalikan diri, dapat terbimbing pada kehidupan yang benar bahkan bisa menjadi seoang manusia yang wara.Dalam hadits riwayat Malik, alTirmidzi dan Ibn Majah dari Abu Hurairah, Nabi Saw bersabda:
ﻋﻦ اﰊ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺣﺴﻦ اﻻﺳﻼم ﻣﺮئ (ﺗﺮﻛﻪ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ )رواﻩ اﻟﱰﻣﺬي و اﺑﻦ ﳎﻪ
Artinya :
Dari Abu Hurairoh Ra. Nabi Saw. Bersabda : “ Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meningglkan hal-hal yang tdak bermanfaat “
14
Ibid.,hlm.10-12.
66
( HR. At-Turmudzi, dan Ibnu Majah).15 Al-Albani menilai hadis tersebut sahih . Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manusia jika tidak mempergunakan indra yang telah Allah berikan yaitu berupa Penglihatan, pendengaran dan hati (akal), maka manusia itu akan di kuasai oleh empat nafsu yang tersebut di atas, dan jika hal tersebut terjadi maka celakalah manusia itu, dan tempatnya adalah di neraka jahannam. C. Penggunaan Indra Manusia Secara Baik dan Tepat sebagai Alat untuk Belajar Berdasarkan Al-Qur’an Surat An Nahl Ayat 78 dan Surat AlA’raf Ayat 179 Sudah menjadi sepantasnya jika seseorang itu diberi anugrah maka dia harusnya bersyukur dengan anugrah tersebut. Setelah pembahasan di atas tentunya yang berada dipikiran kita adalah bagaimana menggunakan indra secara baik dan benar berdasarkan Al-Qur’an Surat An Nahl Ayat 78 dan Surat Al-A’raf Ayat 179. Penulis memberikan penjelasan penggunaan indra manusia secara baik dan benar menjadi dua dimensi : yaitu dimensi ruhaniyah dan dimensi jasmaniyah. 1. Dimensi Ruhaniyah Yaitu suatu dimensi dimana penggunaan indra tersebut lebih condong kepada ruhaniyah dan batiniyyah sehinga dari penggunaan indra dapat menjadi alat sebagai penangkap ilmu dan pengetahuan, serta dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Cara memfungsikan hal tersebut di dasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut : a. Study Al-Qur’an dan Shalat Tahajjud yang terkandung dalam Q.S AlIsra’ : 78-79 adalah cara untuk memfungsikan mata, telinga, hati yang diberikan Allah sebagai alat untuk menangkap ilmu dan pengetahuan
15
Sayyid Ahmad Al-Hasyimy, Muhktarul Ahadits An-Nabawy, (Semarang : Alawiyah,tth.), hlm.143.
67
( ٧٩ -٧٨ : ) اﻻﺳﺮأ
ِ◌Artinya : “ 78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan bacalah Al-qur’an serta (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnyabelajar Al-Qur’an pada shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). 79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (Q.S. Al-Isra’/17 : 78-79).16 b. Orang yang tidak Baca Al-Qur’an dan Tahajud maka dia
tidak
memfungsikan alat detektornya (Mata, telinga dan hati) berarti sama juga dengan hewan. Hal tersebut seperti penjelasan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
: ) اﻻﻋﺮاف Artinya :
16 17
( ۱۷۹ 179. Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S. AlA’rof /7 : 179).17
Kementrian Agama RI, op.cit., hlm.290. Ibid.,hlm.174.
68
Artinya :
( ۶۳-۶۶ : ) اﻟﻔﺮﻗﺎن
“ 43. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, 44. Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Q.S. Al-Furqon /25 : 4344).18
(۷ : )اﻟﺒﻘﺮة Artinya :
“ 7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.” (Q.S. Al- Baqoroh /2: 7).19
[20] Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya. [21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka Lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.
Artinya :
18 19
(١۷-١٨ : )اﻟﺒﻘﺮة
“17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api[26], Maka setelah api itu menerangi
Ibid.,hlm.363-364. Ibid.,hlm. 3.
69
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. 18. Mereka tuli, bisu dan buta[27], Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S. Al-Baqoroh /2 : 17-18).20 [26] Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas. [27] Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh karena tidak dapat menerima kebenaran. c. Dan jangan menjadi musuh malaikat jibril karna tidak baca al-qur’an dan shalat tahajjud.
Artinya :
(٩٨-٩٧: )اﻟﺒﻘﺮة
“97. Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. 98. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikatmalaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (Q.S. Al-Baqoroh /2 : 97-98).21
2. Dimensi Jasmaniyah Yaitu suatu dimensi penggunaan indra manusia sebagai alat untuk belajar dimana penggunaannya lebuh condong pada aplikasi / penerapan 20 21
Ibid.,hlm. 4.
70
fungsi dari indra tersebut sebagai kegiatan jasmaniyah. Cara menggunakan Indra manusia secara baik dan benar yaitu : a. Mensyukuri Indra yang telah Allah berikan Ibnu Athoillah berkata : “ Barang siapa yang tidak mensyukuri nikmat maka ia telah menyerahkan diri untuk kehilangan nikmat itu. Dan barang siapa yang mensyukurinya maka ia telah mengikat nikmat itu dengan erat “.22 Maka dari itu jika kita tidak ingin kehilangan indra kita maka, pandai-pandailah bersyukur. b. Mempergunakan indra tersebut dengan hal-hal yang Allah Ridhoi secara maksimal, yaitu 1) Telinga kita gunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik dan benar. Serta menjalankan ilmu yang telah kita dapat sesuai dengan hak-haknya dari pendengaran itu. 2) Mata kita gunakan untuk melihat hal-hal yang baik serta bermanfaat, agar kita bisa melihat serta mendengar ayat-ayat Allah yang telah tersirat dan tersurat di dunia ini. 3) Lisan / Lidah kita gunakan untuk berbicara yang haq dan benar, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak berfaidah. Serta menjauhi bahaya lisan tersebut yaitu : Berbicara yang tidak berfaidah, Berlebih-lebihan dalam berbicara, Berdiskusi didalam kebathilan, Berdebat dan membantah ,Khusumah (berdepat dengan menjelaskan golongan madzhab), Memperdalam berbicara dan berlebih-lebihan, Berbicara keji dan mencacimaki sehingga menyakiti orang lain, Melaknat orang lain, Menyanyi dan bersyair yang melalaikan serta yang keluar dari batasan syari’ah, Bercanda dengan berlebihan, Berbicara dengan menghina dan meremehkan, Menyebarluaskan rahasia orang lain , Janji dusta, Berbohong didalam ucapan dan sumpah, Ghibah (mengumpat orang lain), Mengadu domba (Namimah), Ucapan yang tidak konsisten, 22
D.A. Pakih Sati, Lc., Syarah Al-Hikam Ibnu ‘Atha’ilah, (Penerbit : Diva Press, Jogjakarta, 2011), hlm.134.
71
Memuji dengan berlebihan, Lupa dengan kesalahan-kesalahan kecil akibat ucapan, Merasa bahwa ucapannya yang paling benar.23 4) Kulit serta sebagian anggota badan yang terkait, kita gunakan untuk meraba dan melakukan hal-hal yang telah Allah perbolehkan dan tidak melakukan perkara yang telah dilarangnya, diantaranya adalah mencuri dan lain sebagainya 5) Hidung kita jangan pernah kita gunakan untuk melakukan kemaksiatan 6) Akal dan Hati kita gunakan sebagai pembuka dan tempat kebenaran mulai dari penglihatan mata, pendengaran telinga, dan semua fungsi anggota tubuh yang lainnya, yang di dalamnya terdapat kekuatan dan kesehatan, serta memberikannya kehendak bagi semua anggota tubuh melalui akal dan hati. Dimana tidak akan ada gerakan tubuh kecuali ada kekuatan untuk menggerakannya, dan tidak akan ada kehendak dalam hati jika tidak ada ilmu atau pengetahuan yang melandasinya. Dan tidak akan ada ilmu jika disitu tidak ada hati, karena hati adalah tempat ilmu dan pengetahuan.24
23
Imam Ghozali, Kitab Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Semarang : Maktabah wa Matba’ah Alawiyah,th.), Cet.,hlm.108-159. 24 Ibid. hlm.361
72
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang penulis lakukan dalam bab demi bab skripsi ini, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Indra manusia yang digunakan untuk belajar bagi manusia dalam AlQur’an ada 3 (tiga) yaitu Pendengaran (telinga), Penglihatan (mata), dan hati (akal), Secara garis besar penulis menyimpulkan bahwa indra manusia yang digunakan sebagai alat untuk belajar berdasarkan Q.S. An-Nahl ayat 78 dan Q.S. Al-A’rof ayat 179 adalah indra pendengaran (telinga), indra penglihatan (mata) dan hati (sebagian ulama’ menafsirkan dengan akal) 2. Indra yang di gunakan manusia untuk mendukung proses belajar ada 5 (lima) yaitu: indra penglihatan (mata), indra pendengaran (telinga), indra penciuman (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit). Kelima indra tersebut sesuai dengan teori yang ada dalam literatur anatomi tubuh manusia. 3. Cara menggunakan indra manusia secara baik dan benar sebagai alat untuk belajar ada dua dimensi yaitu : a. Dimensi Ruhaniyyah Yaitu untuk memfungsikan indra tersebut harus dengan Shalat Tahajjud dan membaca Al-Qur’an supaya kita bisa mendengar, melihat dan memahami ayat-ayat Allah baik yang tersira maupun yang tersurat. b. Dimensi Jasmaniyyah Yaitu dengan mensyukuri indra yang telah diberikan Allah Swt., dengan semaksimal mungkin, menjauhkannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, dan mendekatkannya pada hal-hal yang di ridhoi Allah semaksimal mungkin. 4. Didalam Q.S. Al-A’rof ayat 179 menjelaskan ancaman Allah bagi orangorang yang tidak menggunakan indranya dengan sebagaimana fitrahnya.
73
Yaitu orang-orang yang di berikan hati tapi dia tidak bisa memahami ayatayat Allah, mereka mempunyai mata tapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tapi tidak digunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Disini Allah mengibaratkan mereka sebagai binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi, dan mereka adalah termasuk orang-orang yang lalai, dan ancamannya adalah neraka jahannam. Di ayat ini peletakan urutan indra terbalik dengan Q.S. An-Nahl ayat 78 yang urutannya : penglihatan, pendengaran, dan hati. Kalau di Q.S. Al-A’rof ayat 179 urutannya adalah : hati, penglihatan, dan pendengaran. Ini menunjukan bahwa orang dewasa penggunaan indranya adalah memahami dengan hati dulu, baru melihat dan mendengar. Sedangkan bayi mendengar dulu, baru melihat dan memahami. B. Saran Penulis memberikan saran kepada semua manusia pada umumnya dan khususnya bagi kaum muslimin terlebuh lagi bagi para pencari ilmu : 1. Sudah selayaknya manusia yang di beri kenikmatan berupa panca indra yang sempurna dan juga hati serta akal pikiran dapat menggunakan pemberian tersebut dengan bijaksana dan tidak menyia-nyiakan pemberian tersebut. Sebagai manusia yang diciptakan dalam keadaan sesuai dengan fitrahnya dan juga sempurna kejadiannya, sudah selayaknya manusia harus banyak dan pandai-pandai bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah di berikan, entah nikmat itu berupa harta, kesehatan, pangkat, derajat, ilmu dan yang lainnya. 2. Menggunakan indra dan kenikmatan selalu dalam keridhoan Allah dan fastabiqul khoirat (berlomba-lomba dalam kebaikan). 3. Selalu saling mengingatkan antara manusia satu dengan yang lainnya jika salah satu dari mereka menyalah gunakan kenikmatan indra dan hati mereka, supaya kita terhindar dari ancaman api neraka jahannam. 4. Dan selalu menggunakan indra pemberian tersebut (mata, telinga, hati/akal) untuk belajar, mencari pengetahuan ilmu, melihat ayat Allah yang tersurat,
74
mendengar ayat Allah yang tersirat, dan memahami ayat-ayat Allah supaya menjadi orang yang mempunyai akal sempurna dan bertaqwa di sisi Allah. C. Penutup Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang dengan rahmat-Nya penulis dapat menyusun skripsi ini sebagai syarat mendapat gelar Sarjana Strata Satu. Penulis menyadarai bahwa ini masih perlu penyempurnaan baik dari segi isi maupun metode. Hal tersebut di sebabkan beberapa kekurangan yang penulis atasai selama ini, sehubungan dengan itu, segala kritik dan saran atas skripsi ini penulis harapkan dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA Al-Baqi , Fuad Abdul Muhammad, Al-Mu’jam, Al-Muhfaras li al fat Al-Qur’an Al-Karim, Bairut: Darwa Muttabi Al-Sya’ab,tth . Al-Farmawi, Abd. Al-Hayy, Suatu Metode tafsir Maudhu’iy, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke II. Al-Ghozali, Ihya’ Ulumuddin Lil Imamil Ghozali Juz II. Penerbit ; ‘Alawiyah Semarang, 2005. -----------------------------, Ihya’ Ulumuddin Lil Imamil Ghozali Juz III. Penerbit ; ‘Alawiyah Semarang, 2005. -----------------------------, Permata Al-Qur’an (Penyadur) Saifullah Mayuddin, Jakarta : Rajawali, 1987. Al-Hasyimy, Sayyid Ahmad, Muhktarul Ahadits An-Nabawy, Semarang : Alawiyah,tth. Al-Maraghi, Musthofa, Ahmad, Tafsir Al-Maraghi , Mesir : Syirkah Maktabah Wa Maftabah Musthofa Al-baby Al-Halaby, 1972, Juz 21, Cet. Ke IV. Al-Qutub, Sayyid, Tafsir fii Zhilalil Qur’an, Jilid 7; Jakarta : Gema Insani Press, 2003. Al Toumy Al Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam ( Terjemah : Hasan Langgulung), Jakarta :Bulan Bintang. Al-Sabuni, Ali Muhammad, Al-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, Bairut Dar AlIrsyad,tth. Al-Zarqani , Abdul ‘Azhim, Muhammad, Manahil Al-Irfan Fi ‘Ulumul Al-Qur’an, Mesir : Isa Al-Halaby,tth, Juz I An-Nahlawi, Abdur Rahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Penerjemah Syihabunui), Jakarta : Gema Insani Press, 1995,cet.ke-1. An-Nawawi, Al-Jawy, Mirohul Labid Tafsir An-Nawawi, Juz I, Penerbit : Daarul Ilmu, Surabaya, 2012. Anonim, Pendapat Ahli Tentang Indra Manusia, http://mustikamacanputih. blogspot.com/2014/10/pendapat-ahli-tentang-indera-manusia.html, Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam, dikutip dari Mortiner J. Adler Phylosophies of Education, Jakarta : Bina Aksara, 1997.
Baiquni, Ahmad, Prof., Dr., Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, Yogyakarta : Dana Bhakti Waqaf, 1999. -------------------------------, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Bandung : Pustaka, 1983. C. Pearce, Evelyn, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya : Mahkota, 1989. Imam Jalaluddin Abdurrohman As-Suyuty, Tanwirul Hawalik Syarah AlMuwattho’ Lil Imamul Malik Juz I, ( Semarang : Maktabah wa Matba’ah Thoha Putra ). Junus, Muhammad, Ma’arif,1984
Terjemah Al-Qur’an dan Al-Karim, Jakarta : Al-
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat , Bandung : Sygma Publishing, 2011 Cet.1 Khoiri, Nur, M.Ag. Metode Penelitian Pendidikan , Jepara : Unisnu 2012. Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta, Pustaka AlHusna, 1985. Ma’arif, Syafi’i Ahmad, Islam dan Masalah Kenegaraan Studi Tentang Peraturan Dalam Konstituante, Jakarta: LP3ES, 1985 Cet. Ke-1. Mundiri, Logika, Diterbitkan atas kerjasama dengan Badan Penerbitasn IAIN Walisongo Semarang Press, Jakarta : Rajawali Pers, 1996, cet.II. Muta’alimah S.Ag.,M.S.I. dan Drs. H. Ali Muqaddas, M.Ag., Membangun Karakter Bangsa Melalui Akidah & Akhlak, Penerbit : Rafi Sarana Perkasa, Semarang, 2014. Nata, Abudin, Al-Qur’an dan Hadits,Cet. Ke-4, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Pakih Sati, D.A. Lc., Syarah Al-Hikam Ibnu ‘Atha’ilah, Penerbit : Diva Press, Jogjakarta, 2011. Qutub, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 5, Penerjemah : As’ad Yasin, dkk., Jakarta : Gema Insani Press, 2003. -------------------------------, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 7, Penerjemah : As’ad Yasin, dkk., Jakarta : Gema Insani Press, 2003.
Salih Subhi, Dr., Mabahas Fi Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al-Alam lil Malain,1997, Cet.Ke-9. Shihab, Quraisy, M., Dr., Membumikan Al-Qur’an , Cet. Ke-2, Bandung : Mizan, 1996. -----------------------------------, Tafsir Al-Qur’an Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an , Volume XV, Jakarta: Lentera hati, 2002. -----------------------------------., Tafsir Al-Qur’an Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an , Volume V, Jakarta: Lentera hati, 2002. Syaifuddin, H, Drs., AMK., Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Cet.Ke-1, Penerbit : Buku Kedokteran BGC, 2003. Surahmad , Winarno, Proses dan Tehnik Research, Bandung : Tarsindo, 1972. W.Best, John, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Umur Tempat/Tgl Lahir Kebangsaan Agama No.KTP/Identitas Alamat Status Pernikahan Jumlah Anak
: AHMAD ZAINUDIN : 25 Tahun : Demak, 04 April 1990 : Indonesia : Islam : 33.2110040490.0003 : Jleper Rt.04/Rw.01 Kec. Mijen Kab. Demak : Belum Nikah :-
Menerangkan dengan sesungguhnya : PENDIDIKAN FORMAL 1. 2. 3. 4. 5.
TK “ Muslimat NU “ Jleper Mijen Demak tahun 1995 s/d tamat tahun 1996 MI ( Madrasah Ibtidaiyah ) “ Miftahul Huda “ Jleper dari tahun 1996 s/d tamat tahun 2002 MTs ( Madrasah Tsanawiyah ) “ Miftahul Huda” Jleper dari tahun 2002 s/d tamat tahun 2005 MA (Madrasah Aliyah ) “ Nurul Islam “ Kriyan dari tahun 2005 s/d tamat tahun 2008 UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ ( UNISNU ) Jepara 2011 s/d Lulus 2015 PENDIDIKAN NON FORMAL
1. TPQ “ Pondok Pesantren Banhrul Ulum “ Jleper 2. Pondok Pesantren “ Bahrul Ulum “ Jleper Mijen Demak PENGALAMAN ORGANISASI 1. Ketua OSIS MA NURUL ISLAM KRIYAN Periode 2006 s/d 2007 2. Pengurus Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jleper PENGALAMAN BEKERJA 1. Dari tahun 2008 s/d 2009 di Percetakan Kertas Pasir “ Yan’s Enterprise “ 2. Manager Cabang BMT ALHIKMAH SEMESTA JEPARA Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengtan sebenar-benarnya. Jleper, 23 September 2015 Saya yang bersangkutan,
AHMAD ZAINUDIN