MENGURAI KESERUMPUNAN DUNIA MELAYU DALAM K O N T E K S H U B U N G A N
BANGSA SERUMPUN
INDONESIA MALAYSIA
I I n d a n g - u n d a n g R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 1 9 T a h u n 2002 t e n t a n g H a k C i p t a I i n g k u p H.11- C i p t a Pasal 2 : 1 l a k C i p l . i m e r u p a k a n h a k e k s k l u s i f b a g i P e n c i p t a atau P e m e g a n g H a k C i p t a u n t u k m e n g u m u m k a n atau m e m p e r b a n y a k
I
l i p t a a i m v a , v a n g t i m b u l secara o t o m a t i s s e t e l a h s u a t u c i p t a a n d i l a h i r k a n t a n p a m e n g u r a n g i p e m b a t a s a n m e n u r u t peraturan [H-rundang-undangan y a n g berlaku Ketentuan
Pidana
Pasal 7 2 : I
H a i a n g s i a p a d e n g a n sengaja atau t a n p a h a k m e l a k u k a n p e r b u a t a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l 2 a v a t ( 1 ) a t a u I 'asal T ' a \ ,ii { I ) d a n a \ ,ii ( . ' ) d i p i d a n a d e n g a n p i d a n a p e n j a r a m a s i n g - m a s i n g p a l i n g s i n g k a t 1 ( s a t u ) b u l a n d a n / a t a u d e n d a p a l i n g s e d i k i l K p I 0001100,00 (s.itu |uta r u p i a h ) , a t a u p i d a n a p e n j a r a p a l i n g l a m a 7 ( t u j u h ) t a h u n d a n / a t a u d e n d a p a l i n g b a n y a k K p ' > 0 0 0 0 0 0 000,00 ( l i n u m i l v a r r u p i a h )
.'
H a r a u g s i a p a d e n g a n senga|a m e n y i a r k a n , m e m a m e r k a n , m e n g e d a r k a n , atau m e n j u a l k e p a d a u m u m suatu
1
iptaan
. i l . m b a r a n g hasil p e l a n g g a r a n I lak < tpi.i a l . m 1 l a k T e r k a i l s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a l ( 1 ) d i p i d a n a d e n g a n p i d a n a p e n j a r a p a l i n g l a m a ' . t a h u n d a n / a t a u d e n d a p a l i n g b a n y a k K p 500 0 0 0 0 0 0 , ( X ) ( l i m a r a t u s juta r u p i a h )
DAFTAR ISI MENGURAI KESERUMPUNAN: DUNIA MELAYU DALAM KONTEKS HUBUNGAN BANGSA SERUMPUN INDONESIA-MALAYSIA Copyright(3Fakultas Ilmu Budaya Unhas, 2010
PENGANTAR PANITIA ~ x PENGANTAR PENYUNTING ~ xiii Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Ombak, 2010 Perumahan Nogotirto III, J l . Progo B-15, Yogyakarta 55292 Tip. (0274) 7019945; Fax. (0274) 620606 e-mail:
[email protected] PO.164.12-'10
PROLOG ~ 1 Transformasi Budaya dan Implikasinya ~ 2 Burhanuddin Arafah Bahasa Melayu sebagai Cerminan Pemikiran dan Budaya Melayu ~ 13 Zulkifley bin Hamid
Bekerjasama dengan PANITIA SEMINAR SERUMPUN IV FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
BAGIAN I BAHASA DAN KESUSASTRAAN ~ 27 Seputar Dimensi Sosial Alihkode Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris di Indonesia ~ 28 Abdul Hakim Yassi Hibriditas Bahasa dalam Masnuskrip Makassar: Analisis Intertekstualitas dan Konteks Wacana ~ 38
Penyunting: Ilham Daeng Makkelo & Abd. Rahman Hamid Tataletak: Turatea Kreatif
Ery Iswary Dimensi Kodikologis Manuskrip Assikaibineng ~ 48
Sampul: Dian Qamajaya
Muhlis Hadrawi Sinrilik Sastra Lisan Makassar: Tradisi dan Penyampaiannya ~ 66 Inriati Lewa Prospek Bahasa Bugis dan Makassar: Tinjauan Pemilihan Bahasa di Kabupaten Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) MENGURAI KESERUMPUNAN: DUNIA MELAYU DALAM KONTEKS HUBUNGAN BANGSA SERUMPUN INDONESIA-MALAYSIA Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2010 xvii + 826 hlm.; 16 x 24 cm ISBN: 978-602-8335-55-3
Pangkep ~ 78 Johar Amir Perbandingan Antara Pronomina Persona Bahasa Makassar dengan Pronomina Persona Bahasa Melayu Indonesia ~ 93 Kembong Daeng Klausa Pemerlengkapan Bahasa Gorontalo: Suatu Analisis Transformasi Generatif ~ 102 Sulastriningsih Djumingin Konstruksi Morfologis Bahasa Bugis: Suatu Tinjauan Pencirian Kata Majemuk ~ 117
Syamsudduha Kelainan Ketatabahasaan Dalam Puisi Indonesia: Kajian Stilistika ~ 128 Muhammad Darwis
M E N G U R A I K E S E R U M P U N A N : I) U N '. A M L L A Y U
Il H A M D A E N G M A K K E LO & A B D R A H M A N R A H I M ( P E N Y . )
VI
Variasi Bahasa Indonesia Cermin Pluralisme Budaya ~ 136 Munira Hasyim Kalimat Pasif Bahasa Indonesia Dalam Perspektif Prinsip dan Parameter ~ 147 Kamsinah Jepang Dalam Karya Sastra Indonesia dari Masa ke Masa ~ 161 Sumarwati Kramadibrata Poli Analisis Tindak Ujar Dalam Novel Indonesia ~ 173 Muli Umiaty Nur Code-Switching in South Sulawesi: Examining Politeness and Social Status ~ 185 Sultan
VII
Sikap Elite Bangsawan Kerajaan Bugis Bone: Pro-Kontra Kehadiran Bangsa Asing Pada Abad XIX ~ 336 Suriadi Mappangara Bandar Pancana: Kota Niaga Masa Lalu ~ 357 Ilham Stereotype Production And Reproduction Katobengke People In Buton Social Structure ~ 368 Tasrifin Tahara Trafficking: Sebuah Masalah Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Malaysia ~ 379 Wahyuddin
Karakteristik Bahasa Dalam Puisi Indonesia: Kajian Stilistika ~ 196 Wahyuddin Hakim Phallocentrisms dan Kecantikan Dalam Iklan ~ 206 Fierenziana Getruida Junus
Gender Dalam Budaya Tabu Perempuan Mandar ~ 387
^
Nurhayati Syairuddin Pemaknaan Inskripsi Pada Kompleks Makam Islam Katangka di Kabupaten Gowa ~ 398 Rosmawati Kondisi Teologis Masyarakat Pra dan Pasca Zaman Rasulullah Saw ~ 410
BAGIAN II
Muhammad Bahar Akkase Teng
SEJARAH, BUDAYA DAN POLITIK ~ 213
Sistem Teknologi Arsitektur Rumah Tradisional Bugis ~ 442 Erni Erawati Lewa
Orang Bugis di Semenangjung Melayu: Dari Integrasi Ekonomi ke Integrasi Politik ~ 214 A. Rasyid Asba Agama To-Lotang dan Sistem Kepercayaannya ~ 232 A B. Takko Bandung Basis Massa Partai Politik di Kalimantan Selatan: Potret Pemilu Orde Baru dan Pemilu Awal Reformasi ~ 249 Abd. Latif
Representasi Sistem Religi, Tradisi, dan Norma Masyarakat Etnis Makassar Dalam Sastra Sinrilik ~ 453 Anshari Budaya Toraja Dalam Perspektif Budaya Masa Kini ~ 467 Ferry Rita Simbolisasi Budaya Indonesia-Malaysia Dalam Novel Cakra Waruga Karya Arena Wati ~ 477 M. Syafri Badaruddin
Mia Pata Miana dan Sistem Sosial Politik Buton: Pola Akomodasi Dunia Melayu dan
"The War On Terrorism": Hubungan Dasar Luar Amerika Serikat-lndonesia Pada Era
Nusantara ~ 272
Pemerintahan George Walker Bush ~ 486
Abd. Rahman Hamid
Seniwati
Kaunseling Lintas Budaya: Penerapan Nilai-Nilai Budaya Dalam Relasi Kaunseling di
Analisis Prediktor Perilaku Politik Masyarakat Pada Pilkada Gubernur dan Walikota/
Indonesia ~ 291
Bupati: Perspektif Psiko-Sosio-Politik di Sulawesi Selatan ~ 504
Abdul Saman Orang Melayu Dalam Sejarah Selayar ~ 391 Ahmadin Tudang Sipulung: Ruang Publik Kultural (Politis) Masyarakat Bugis Makassar ~ 313 Andi Faisal Kebajikan Dwikora Dalam Konteks Hubungan Malaysia dan Indonesia Sebagai Bangsa Serumpun '
VA
Muh. Daud Gender Dalam Tuturan ~ 517 Emma Bazergan Kondobuleng Dari Arena Ke Teks; Eksistensi dan Transkripsi Teater Tradisional Bugis Makassar ~ 530 Fahmi Syariff Revitalisasi Falsafah Hidup Budaya "Pappa>Seng": Serumpun Melayu Bugis Makasar ~ 552
M I N I . U H A I K I M I U I M l'L' N A N D U N I A Ml l A Y U
XI
ekonomi, manajemen, dan perniagaan; ICT dan tekonologi; kejuruteraan; teologi
KATA PENGANTAR
dan pemikiran. Kemultidisiplinan perspektif yang ditawarkan untuk seminar ini l ) c i i u | u a n untuk memperkaya khazanah penelitian dan pengembangan ilmu yang diharapkan dapat menjalin koneksitas di antara para akademisi di era global. Sumbangsih pemikiran para akademisi yang dipadukan dalam bentuk buku ini juga diharapkan dapat menuai manfaat untuk pengembangan wawasan di masa datang. r uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. karena dengan limpahan
Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya saya haturkan kepada semua
rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Mengurai Keserumpunan: Dunia Melayu
pihakyangtelah memberikan bantuan moril maupun materil dan telah berpartisipasi
dalam
aktif dalam seminar ini, karena tanpa bantuan semua pihak seminar ini tidak akan
Konteks
hubungan
bangsa
serumpun
Indonesia-Malaysia
yang
berupa
kumpulan makalah yang telah dipresentasikan pada Seminar SERUMPUN IV telah rampung dan dapat dipersembahkan kepada pembaca. Seminar SERUMPUN IV ini bertema "Penelitian Dunia Melayu Malaysia-Indonesia" yang berlangsung pada 4— 5 Juli 2009 di Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan (FSSK) Universitas Kebangsaan Malaysia.
menuai kesuksesan. Ucapan terima kasih saya ingin sampaikan kepada: 1. Dekan Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan, Universiti Kebangsaan Malaysia (Prof. Dr. Sharifah Mastura Syed Abdullah) 2. Pengerusi Pusat Pengajian Bahasa, Kesusastraan, dan Kebudayaan Melayu, FSSK Universitas Kebangsaan Malaysia (Prof. Madya. Dr. Rahim Aman)
Buku ini berisi kumpulan makalah dari berbagai perspektif dan bidang kajian antara lain bidang linguistik, sejarah, budaya, politik, pendidikan dan pengajaran, ekonomi, lingkungan, serta kesehatan. Makalah-makalah tersebut merupakan sumbangan pemikiran para dosen dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, antara
3. Dekan Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Makassar (Prof. Drs. Burhanuddin Arafah , M. Hum, Ph.D) 4. Dekan Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Makassar Periode tahun 2006—2009 (Prof. Dr. H.Muhammad Darwis, M.S)
lain Universitas Hasanuddin Makassar, Universitas Negeri Makassar, Universitas
5. Para wakil Dekan Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
Muslim Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar, Sekolah Tinggi Agama
6. Para
Islam Negeri Sorong, Universitas Tadulako, Universitas Gorontalo, Universitas Islam Negeri Makassar. Seminar SERUMPUN IV ini merupakan seminar bersama UNHASUKM (Malaysia) tetapi Panitia Lokal UNHAS mengundang para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang ingin berpartisipasi mempresentasikan makalah.
pemakalah
dari
berbagai
universitas
di
Indonesia yang telah
menyumbangkan pikiran dan pengetahuan dalam bentuk kertas kerja. 7. Para dosen dan teman sejawat yang telah ikut serta berpartisipasi sebagai peserta Seminar Serumpun IV di FSSK UKM, Malaysia. 8. Rekan-rekan
panitia
yang
telah
banyak
membantu
dalam
rangka
penyelenggaraan Seminar ini mulai tahap persiapan hingga selesai.
Seminar bersama UNHAS-UKM (Universitas Kebangsaan Malaysia) diberi nama
Kerja sama dalam bentuk kegiatan akademik ini sangatlah bermanfaat bagi
SERUMPUN yang mengandung arti "Seminar Rumpun Melayu" sudah dilaksanakan
para staf akademisi (pensyarah) karena dapat menjadi jembatan komunikasi yang
sebanyak empat kali yang merupakan implementasi dari MoU kedua universitas
efektif di kalangan perguruan tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
ini, dan dilaksanakan 2 tahun sekali secara bergiliran. Adapun tujuan diadakannnya
wawasan keilmuan dari berbagai perspektif. Dalam majlis ilmiah ini para intelektual
seminar bersama ini adalah menghasilkan wacana intelektual UNHAS dan UKM dalam
dan cendekiawan dari berbagai disiplin ilmu dapat bersinergi untuk menggali
perlbagai bidang ilmu khususnya dokumentasi hasil penelitian, membincangkan isu
sumber-sumber ilmu pengetahuan dan saling memadukannya menjadi konsep-
terkini dan permasalahan bersama antar kedua negara, mewujudkan ikatan kerja
konsep yang cemerlang guna menghasilkan karya-karya yang lebih inovatif.
sama penelitian dan penerbitan antara UNHAS dan UKM, serta mempromosikan produk pariwisata negara khususnya produk pariwisata pendidikan dan kerja sama. Bidang
Akhirnya saya mengucapkan Selamat atas terbitnya buku ini, dan saya akhiri Kata Pengantar ini dengan sepenggal pantun:
kajian Seminar SERUMPUN IV ini terbagi atas beberapa bidang
ilmu, yaitu ilmu Kajian sosial dan kemanusiaan, warisan (senibudaya dan budaya), pendidikan, pariwisata, ilmu kesehatan, sains dan teknologi; hukum dan perundangan;
Apalah tanda orang berilmu Orang berilmu halus sifatnya Apalah
tanda orang berbudi
Flnk dinanrlnnn hnik hahn^nnun
I I I I A M D A I N ( i M A K K L LO & A B D R A H M A N R A H I M ( P E N Y . )
Apalah tanda orang berakal
PENGANTAR PENYUNTING MENGURAI KESERUMPUNAN: DUNIA MELAYU DALAM KONTEKS HUBUNGAN BANGSA SERUMPUN INDONESIA-MALAYSIA
Orang berakal bijak lakunya Apalah tanda orang beradat Orang
beradat
tinggi marwahnya.
Sekian dan terima kasih. Wabillahi Taufik Wal hidayah. Assalamu Alaikum
Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Makassar 10 November 2010 Ketua Panitia SERUMPUN IV
Ui tengah era globalisasi dewasa ini, persoalan identitas dalam berbagai bentuknya kerap muncul sebagai bagian dari hubungan antarberbagai pihak. Tidak saja dalam konteks lokal, seperti persoalan etnis dan rekonstruksi identitas. Tetapi dalam percaturan dunia global dengan berbagai alasan dan kepentingan, isu
Ery Iswary
identitas sering dimunculkan sebagai sebuah landasan pengembangan hubungan antar negara untuk tujuan-tujuan tertentu. Penyatuan-penyatuan wilayah tertentu ke dalam zona-zona kerja sama, baik untuk kepentingan pertahanan terlebih untuk kepentingan ekonomi tidak jarang memunculkan sentimen-sentimen identitas. Itu pula yang kita bisa baca saat ini dengan label bangsa serumpun, yang masih tetap melekat ketika berbicara tentang hubungan dua negara: Indonesia dan Malaysia, bahkan kadang untuk beberapa negara di Asia Tenggara. Meski banyak pihak menilai konsep ini secara sederhana dimana kedua bangsa menggunakan bahasa dengan rumpun yang sama yaitu bahasa Melayu, serta dengan 'budaya' yang memiliki banyak 'kemiripan'. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia dan Malaysia adalah dua negara jiran yang sangat berdekatan. Keduanya memiliki akar persamaan di bidang etnisitas dan budaya. Dari sini lahir jargon Melayu yang lebih merupakan sebuah konsep identitas dalam makna budaya, bahasa dan agama. Indonesia tidak dapat menyangkal bahwa bahasa resmi dan bahasa persatuan, asalnya adalah bahasa Melayu, begitupun bagaimana nyatanya pengaruh Indonesia di Tanah Malaya. Karenanya, menyebut diri Melayu berarti menempatkan diri dalam suatu kelompok yang lebih besar, yang melampaui batas-batas etnis asal-usul tertentu, dan sekaligus mengidentifikasikan diri ketika berhadapan dengan bangsa bangsa lain. Dan dalam kenyataan sekarang, terdapat dua kumpulan dominan Melayu di berbagai penjuru Asia Tenggara jika dikaitkan dengan negara, yakni Melayu Malaysia dan Melayu Indonesia. Identitas sejatinya adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensiasi dan mewakili citra kelompok. Dapat berasal dari sejarah, filosofi, visi,cita-cita, misi,fungsi, tujuan, maupun strategi tertentu. Jadi seharusnya identitas selalu
GENDER DALAM BUDAYA TABU PEREMPUAN MANDAR Nurhayati Syairuddin
Pendahuluan Masalah gender akhir-akhir ini ramai dibicarakan. Akan tetapi, apakah sebenarnya gender itu? Untuk memahami konsep gender perlu dibedakan antara konsep sex dan gender. Konsep sex mengarah pada perbedaan biologis (jenis kelamin) antara perempuan dan laki-laki yang tidak dapat dipertukarkan. Sementara konsep gender berupa sifat yang melekat pada kedua jenis kelamin manusia yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Misalnya, perempuan dikonstruksikan sebagai makhluk lemah lembut, emosional, sedangkan laki-laki dikonstruksikan sebagai makhluk kuat dan perkasa. Dalam konsepgender, sifat ini dapat dipertukarkan. Oleh karena sifat yang melekat itu dapat dipertukarkan, maka seharusnya ada keseimbangan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Keseimbangan hubungan yang maksudkan di sini adalah hasil dari konstruksi sosial dan budaya, bukan kodrat. Jadi, dapat dikatakan bahwa gender adalah adanya perbedaan peran, nilai, dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Berbicara masalah gender tentulah menyangkut masalah kesetaraan gender, ketidakadilan gender, dan kekerasan gender. Persoalan-persoalan gender yang ada itu paling banyak dialami oleh kaum perempuan. Munculnya ketidakadilan gender yang terutama menimpa kaum perempuan disebabkan adanya perbedaan gender, marginalisasi perempuan, dan stereotipe-stereotipe yang lebih banyak merugikan kaum perempuan. Misalnya, stereotipe tentang perempuan, jika mereka bersolek diasumsikan akan memancing nafsu kaum laki-laki. Berdasarkan stereotipe ini, jika ada pemerkosaan atau kekerasan terhadap perempuan pastilah merujuk pada stereotipe ini. Padahal belum tentu perempuan bersolek untuk hal-hal seperti itu, tetapi demikianlah sifat perempuan, suka bersolek. Selain itu, gender juga dihubungkan dengan marginalisasi kaum perempuan. Munculnya marginalisasi terhadap perempuan sebenarnya hasil bentukan sosial dan budaya dalam masyarakat. Misalnya, ada masyarakat berpendapat bahwa
Ml N (i U R A I K E S E R U M P U N A N
IL M A M D A E N G M A K K E L O & A B D R A H M A N R A H I M ( P E N Y )
D U N I A Ml I A Y U
perempuan tidak boleh bekerja pada pekerjaan yang prestisius atau tidak patut jadi
yang masih digunakan oleh masyarakat Mandar adalah budaya tabu yang orang
pemimpin. Perempuan itu hanyalah pelayan kaum lelaki, memelihara anak, dan
Mandar menyebutnya budaya pemali. Budaya ini sebagian sudah tidak sesuai lagi
kerjanya cuma di dapur saja. Padahal, kemampuan kaum perempuan tidak kalah
diterapkan, namun sebagian besar masih dapat dipakai sebagai media pendidikan.
dengan kemampuan yang dimiliki oleh kaum laki-laki. Memang, secara fisik kaum
Selain itu, suku Mandar mempunyai budaya lainnya seperti s/r/fcsebagai budaya
laki-laki lebih kuat daripada kaum perempuan. Akan tetapi, secara ilmu, akal, dan
turun temurun dari nenek moyang mereka yang sampai sekarang masih diwarisi oleh
keterampilan perempuan belum tentu dikalahkan oleh kaum laki-laki. Walaupun
orang-orang Mandar. Sirik adalah suatu perasaan untuk mempertahankan harga diri
pandangan gender ternyata bisa menimbulkan sobordinasi. Anggapan bahwa
yang banyak sekali memaksa manusia bertindak atau berbuat secara inrasional dan
perempuan itu emosional irasional sehingga perempuan tidak bisa tampil sebagai
adakalanya rasional (Moein, 1988129).
pemimpin (Fakih, 1994:15). Akan tetapi, dalam kenyataan sudah banyak perempuan
Di Mandar hal-hal yang bisa menimbulkan sirik bagi sesorang adalah:
yang memimpin negara, misalnya si tangan besi Margareth Thatcher (Inggeris),
1. Isteri diganggu orang.
Halidasia (Bangladesh), Megawati Soekarnoputri (Indonesia), Indira Gandhi (India).
2. Tunangan atau kekasi direbut orang. 3. Ana perempuan dibawah lari laki-laki. 4. Daerah atau suku dihina orang.
Sekilas tentang Mandar
5. Ditempeleng orang dimana saja terutama di tempat ramai.
Daerah Mandar sekarang sudah masuk wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang
6. Agama dihina orang.
dahulu masuk dalam wulayah Sulawesi Selatan. Wilayah Mandar yang masuk dalam
7. Hak-hak pribadi/kelompok dicopot atau digubris orang.
provinsi Sulawesi barat meliputi 5 kabupaten yaitu: Kabupaten Polman, Kabupaten,
Dalam hal sirik istri diganggu orang sekalipun itu sahabat karib dapat dilhat
Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Utara.
dalam ungkapan Sangga Baine idda nisiolai (dalam bersahabat hanya isteri yang
Satu di antara 5 Kabupaten tersebut yaitu Kabupaten Mamasa berada di daerah
tidak bisa kita berbagi). Sirik sehubungan dengan tabu ditempeleng orang di depan
pegunungan, sedangkan 4 kabupaten berada daerah pesisir pantai.
umum akan dikenai ungkapan Dotak digajang, dak dipipal (lebih baik saya di tusuk
Daerah Mandar terletak di Pesisir Teluk Bone bagian Utara Provinsi Sulawesi
belati daripada ditempeleng di depan umum). Ungkapan lain tentang sirik di Mandar
Selatan antara 118° - 119° BT dan 1° LS. Di sebelah utara dibatasi oleh Sulawesi
Ditai tau mate barang-barang Dadimate sirik, (lebih baik habis harta daripada kita
Tengah, Sebelah Selatan Kabupaten Pinrang dan di sebelah Barat Teluk Mandar
malu).
(Tandilintin, dkk., 1984:11)
Di Mandar kita jumpai pula budaya berupa kesenian khas daerah, misalnya
Kata Mandar disamakan dengan kata Tipalayo yang berarti gadis yang tinggi
kalindaqdaq. Kalindadaq adalah karya sastra semacam pantun atau puisi, bisa
semampai. Jika kita berbicara gadis tinggi semampai pastilah gadis itu cantik,
monolog, bisa berbalasan. Kalidaqdaq biasa digunakan dalam acara-acara adat
demikian diibaratkan wilayah Mandar indah, cantik, menarik, dan kaya. Selain
seperti melamar, acara khitanan, acara adat lainnya atau untuk berkasih-kasihan
disamakan pengertiannya dengan tipalayo, Mandar juga berarti kuat dari yaitu dari
(percintaan). Untuk tari-tarian, suku Mandar mempunyai tari khas yang disebut
kata mandaq bahasa Mamasa. Wilayah Mandar ini, indah karena di sepanjang pesisir
Tari Pattuqduq. Tari Pattuqduq ini biasanya digelar oleh para raja-raja suku Mandar
pantai ditemukan pemandangan yang indah dengan tanaman padi di sawah yang
seperti acara penyambutan tamu atau acara-acara yang diselenggarakan oleh para
subur, nyiur di pantai tumbuh subur pula. Sangat jarang ditemukan wilayah yang
raja.
gersang atau kering.
satu dalam makalah ini.
Wilayah Mandar wilayah sangat subu2qar ini dapat dilihat dari
Masih banyak lagi budaya suku Mandar yang tidak sempat disebutkan satu per
hasil-hasil buminya seperti padi, kelapa, kopi, coklat, dan sebagainya. Pemerintah Sulawesi Barat dalam hal ini gubernur mencanangkan Sulbar lumbung coklat. Selain hasil-hasil bumi berupa hasil pertanian, juga hasil perikanan dan pertambangan.
Gender dalam budaya tabu perempuan Mandar
Selain kaya dengan hasil-hasil buminya, Mandar kaya dengan budaya warisan
Secara etimologi kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata
nenek moyang mereka. Budaya-budaya yang ada masih tumbuh dan berkembang
budhaya dari bentuk jamak buddhi yang berarti "budi" atau "akal". Budaya dapat
walaupun sebagaiannya sudah dipengaruhi oleh budaya asing. Salah satu budaya
diartikan "daya dan budi yang berupa 'cipta, rasa, dan karsa' (Koentjaraningrat,
390
I L H A M D A E N G M A K K E LO & A B D R A H M A N R A H I M ( P E N Y. )
Ml N (t U R A I K E S E R U M P U N A N : D U N I A M E L A Y U
391
1980:181-182). Pengertian kata tabu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono,
ini menghipnotis kaum perempuan, sehingga mereka ketakutan dan tidak berani
1988) berarti pantangan atau larangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
melanggar larangan ini. Mereka tidak ambil resiko pendek umur, walaupun umur itu
budaya tabu adalah prilaku yang dianggap berpantangan dengan keaadaan.
rahasia Allah. Bagaimana jika sang isteri sakit, perlu bantuan suami untuk menyisir
Berbagai suku di Indonesia mengenal budaya tabu. Dahulu, sebagian suku
atau memotong rambut atau kukunya. Adanya budaya tabu ini dengan entengnya
di Indonesia menjadikan budaya ini sebagai sarana atau media pendidikan yang
si suami mengatakan dilarang atau tabu nanti kamu pendek umur. Budaya tabu
efektif bagi
pada contoh tersebut sangat merugikan kaum perempuan. Contoh lain, tabu bagi
anak-anaknya. Tingkah laku anak-anaknya selalu dikontrolnya atau
diarahkannya dengan cara memberikan akibat dari perilaku yang menyimpang atau
perempuan hamil makan tebuh, tabu perempuan hamil makan kepiting nanti tangan
membahayakan bagi anak-anaknya dengan pantangan atau larangan yang disebut
dan kaki anaknya seperti kepiting, tabu perempuan hamil makan cumi-cumi nanti
dengan budaya pemati (tabu).
anaknya lembek atau lemah seperti cumi-cumi (Do paande cumi-cumi, sitengani
Masalah gender juga banyak ditemukan dalam budaya-budaya lokal pada suku-
manini cumi-cumi ana'mu). Sementara pada suami, budaya tabu ini tidak berlaku.
suku bangsa di Indonesia. Suku Mandar, salah satunya. Suku ini banyak berdomisili
Jika dicermati, budaya tabu tersebut sangat merugikan kaum perempuan. Malahan
di Sulawesi Barat dan sebagian di Sulawesi Selatan terutama di daerah Parepare
dengan makan tebu, kepiting, dan cumi-cumi memberikan gizi pada perempuan
dan Pinrang. Masalah gender dapat ditemukan dalam aktivitas kehidupan sehari-
hamil yang penting dalam batas kewajaran. Selain itu, tabu bagi seorang perempuan
hari mereka. Laki-laki dan perempuan suku Mandar saling bahu-membahu dalam
menjahit pada malam karena akan tertutup pintu rezekinya. Pada acara-acara adat,
menjalani kehidupan. Dalam sebuah keluarga nelayan misalnya, jika suami pergi
seperti perkawinan atau hajatan lainnya, perempuan Mandar dilarang atau tabu
melaut biasanya sang isteri menjemur ikan hasil tangkapan suami, lalu menjualnya
duduk di depan laki-laki karena tidak etis. Hal ini sangat merugikan kaum perempuan
ke pasar. Jangan heran, jika suatu saat Anda berkunjung ke daerah pelosok Mandar,
karena ruang geraknya terbatas. Dari contoh-contoh di atas pula memberi gambaran
pagi-pagi buta setelah shalat Subuh, perempuan Mandar sudah keluar dari rumah
pada kita akan ketidakadilan gender dalam budaya tabu yang ada dalam masyarakat
membawa hasil bumi menuju pasar untuk dijual, sekalipun dipikulnya dengan susah
Mandar.
payah. Hal ini mereka lakukan demi menopang ekonomi keluarga. Namun, dalam
Demikian pula remaja putri suku Mandar, banyak hal-hal tabu yang merugikan
soal mengurus rumah tangga dan anak lebih banyak dibebankan kepada kaum
mereka. Sesuai dengan usianya, remaja putri dalam masa perkembangan, seharusnya
perempuan (isteri). Padahal soal mengurus anak bukan hanya tanggung jawab
lingkungan memberikan pengaruh yang positif. Namun, banyak hal tabu yang harus
perempuan, melainkan juga tanggung jawab kaum laki-laki (suami).
mereka patuhi, jika mereka melanggar pantangan atau larangan tersebut akan mendatangkan kesusahan baginya. Contohnya, tabu bagi seorang remaja putri bila haid menyiram bunga, menanam benih, membersihkan atau mencuci ikan nanti
Ketidakadilan gender dalam budaya tabu perempuan mandar Masalah gender ditemukan pula dalam tradisi lisan suku Mandar. Budaya tabu adalah salah satu bentuk tradisi lisan yang msih mentradisi dalam masyarakat Mandar. Budaya tabu yang, berisikan larangan dan pantangan ini biasanya dipakai oleh para orang tua untuk mendidik anak yang sebenarnya banyak yang tidak sesuai lagi di era globalisasi ini. Meskipun budaya tabu dipakai sebagai sarana pendidikan, tetapi ada beberapa di antaranya merugikan kaum perempuan. Misalnya, tabu bagi seorang suami menyisir rambut isterinya (Do musaraei bainemu mapocci umurtuqu),
menggunting
rambut
isterinya
(Do
mugoncing
beluaqna
bainemu
mapocci umurituqu), memotong kuku isterinya (Da mugoccing kanukunna bainemu, mapocci umurrìtuqu)
atau
mencarikan
kutu
isterinya
(Do
muitanggi utunna
bainemu, mapocci umurrituqu), nanti sang isteri pendek umur. Sementara tidak •
« i
_i_
.«_!„,,,
i
(tahlil
mati bunganya, tidak bisa tumbuh benihnya, atau ikannya akan berbau busuk. Secara logika tidak ada hubungannya antara haid dengan menyiram bunga, menanam benih, membersihkan ikan. Haid bagi perempuan adalah hal yang normal dan sudah menjadi kodrat. Jadi, haid janganlah menjadi penghalang kegiatan mereka. Contoh lain, tabu bagi remaja putri makan makanan kembali, jika dilanggar larangan atau pantangan ini akan mendapat resiko yakni setiap pemuda yang akan melamarnya tidak jadi atau kembali dan cita-citanya tidak akan tercapai. Budaya tabu ini tentu akan merugikan bagi remaja putri, dapat dibayangkan jika makanan yang kembali itu makanan yang lezat-lezat dan bergizi. Berdasarkan contoh di atas terlihat ada ketidakadilan gender dalam tatanan masyarakat Mandar. Selain terlihat dalam budaya tabu tersebut di atas ketidakadilan gender
ditemukan
dalam
kehidupan
sehari-hari
suku
Mandar
Misalnya,
I
I L H A M D A E N G M A K K E LO & A B D R A H M A N R A H I M ( P E N Y )
390
Ml N G U R AI
1980:181-182). Pengertian kata tabu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono,
KESERUMPUNAN:
DUNIA MELAYU.
391
ini menghipnotis kaum perempuan, sehingga mereka ketakutan dan tidak berani
1988) berarti pantangan atau larangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
melanggar larangan ini. Mereka tidak ambil resiko pendek umur, walaupun umur itu
budaya tabu adalah prilaku yang dianggap berpantangan dengan keaadaan.
rahasia Allah. Bagaimana jika sang isteri sakit, perlu bantuan suami untuk menyisir
Berbagai suku di Indonesia mengenal budaya tabu. Dahulu, sebagian suku
atau memotong rambut atau kukunya. Adanya budaya tabu ini dengan entengnya
di Indonesia menjadikan budaya ini sebagai sarana atau media pendidikan yang
si suami mengatakan dilarang atau tabu nanti kamu pendek umur. Budaya tabu
efektif bagi
anak-anaknya. Tingkah laku anak-anaknya selalu dikontrolnya atau
pada contoh tersebut sangat merugikan kaum perempuan. Contoh lain, tabu bagi
diarahkannya dengan cara memberikan akibat dari perilaku yang menyimpang atau
perempuan hamil makan tebuh, tabu perempuan hamil makan kepiting nanti tangan
membahayakan bagi anak-anaknya dengan pantangan atau larangan yang disebut
dan kaki anaknya seperti kepiting, tabu perempuan hamil makan cumi-cumi nanti
dengan budaya pemali (tabu).
anaknya lembek atau lemah seperti cumi-cumi (Do paande cumi-cumi, sitengani
Masalahgender juga banyakditemukan dalam budaya-budaya lokal pada suku-
manini cumi-cumi ana'mu). Sementara pada suami, budaya tabu ini tidak berlaku.
suku bangsa di Indonesia. Suku Mandar, salah satunya. Suku ini banyak berdomisili
Jika dicermati, budaya tabu tersebut sangat merugikan kaum perempuan. Malahan
di Sulawesi Barat dan sebagian di Sulawesi Selatan terutama di daerah Parepare
dengan makan tebu, kepiting, dan cumi-cumi memberikan gizi pada perempuan
dan Pinrang. Masalah gender dapat ditemukan dalam aktivitas kehidupan sehari-
hamil yang penting dalam batas kewajaran. Selain itu, tabu bagi seorang perempuan
hari mereka. Laki-laki dan perempuan suku Mandar saling bahu-membahu dalam
menjahit pada malam karena akan tertutup pintu rezekinya. Pada acara-acara adat,
menjalani kehidupan. Dalam sebuah keluarga nelayan misalnya, jika suami pergi
seperti perkawinan atau hajatan lainnya, perempuan Mandar dilarang atau tabu
melaut biasanya sang isteri menjemur ikan hasil tangkapan suami, lalu menjualnya
duduk di depan laki-laki karena tidak etis. Hal ini sangat merugikan kaum perempuan
ke pasar. Jangan heran, jika suatu saat Anda berkunjung ke daerah pelosok Mandar,
karena ruang geraknya terbatas. Dari contoh-contoh di atas pula memberi gambaran
pagi-pagi buta setelah shalat Subuh, perempuan Mandar sudah keluar dari rumah
pada kita akan ketidakadilan gender dalam budaya tabu yang ada dalam masyarakat
membawa hasil bumi menuju pasar untuk dijual, sekalipun dipikulnya dengan susah
Mandar.
payah. Hal ini mereka lakukan demi menopang ekonomi keluarga. Namun, dalam soal mengurus rumah tangga dan anak lebih banyak dibebankan kepada kaum perempuan (isteri). Padahal soal mengurus anak bukan hanya tanggung jawab perempuan, melainkan juga tanggung jawab kaum laki-laki (suami).
Demikian pula remaja putri suku Mandar, banyak hal-hal tabu yang merugikan mereka. Sesuai dengan usianya, remaja putri dalam masa perkembangan, seharusnya lingkungan memberikan pengaruh yang positif. Namun, banyak hal tabu yang harus mereka patuhi, jika mereka melanggar pantangan atau larangan tersebut akan mendatangkan kesusahan baginya. Contohnya, tabu bagi seorang remaja putri bila haid menyiram bunga, menanam benih, membersihkan atau mencuci ikan nanti
Ketidakadilan gender dalam budaya tabu perempuan mandar Masalah gender ditemukan pula dalam tradisi lisan suku Mandar. Budaya tabu adalah salah satu bentuk tradisi lisan yang msih mentradisi dalam masyarakat Mandar. Budaya tabu yang, berisikan larangan dan pantangan ini biasanya dipakai oleh para orang tua untuk mendidik anak yang sebenarnya banyak yang tidak sesuai lagi di era globalisasi ini. Meskipun budaya tabu dipakai sebagai sarana pendidikan, tetapi ada beberapa di antaranya merugikan kaum perempuan. Misalnya, tabu bagi seorang suami menyisir rambut isterinya (Do musaraei bainemu mapocci umurtuqu),
menggunting
rambut
isterinya
(Do
mugoncing
beluaqna
bainemu
mapocci umurituqu), memotong kuku isterinya (Do mugoccing kanukunna bainemu,
mati bunganya, tidak bisa tumbuh benihnya, atau ikannya akan berbau busuk. Secara logika tidak ada hubungannya antara haid dengan menyiram bunga, menanam benih, membersihkan ikan. Haid bagi perempuan adalah hal yang normal dan sudah menjadi kodrat. Jadi, haid janganlah menjadi penghalang kegiatan mereka. Contoh lain, tabu bagi remaja putri makan makanan kembali, jika dilanggar larangan atau pantangan ini akan mendapat resiko yakni setiap pemuda yang akan melamarnya tidak jadi atau kembali dan cita-citanya tidak akan tercapai. Budaya tabu ini tentu akan merugikan bagi remaja putri, dapat dibayangkan jika makanan yang kembali itu makanan yang lezat-lezat dan bergizi.
utunna
Berdasarkan contoh di atas terlihat ada ketidakadilan gender dalam tatanan
bainemu, mapocci umurritugu), nanti sang isteri pendek umur. Sementara tidak
masyarakat Mandar. Selain terlihat dalam budaya tabu tersebut di atas ketidakadilan
mapocci umurrituqu)
atau
mencarikan
kutu
isterinya
(Do
muitanggi
eender
ditemukan
dalam
kehiduDan
sehari-hari
suku
Mandar
Mfealm/a
I L H A M D A E N G M A K K E LO & A B D R A H M A N R A H I M ( P E N Y. )
pemeliharaan anak banyak dibebankan pada kaum perempuan. Dalam hal mencari
Ml N li U R AI
KESERUMPUNAN:
DUNIA MELAYU.
393
Daftar pustaka
nafkah, perempuan membantu banyak suami, misalnya menyiangi kebun, menanak minyak, menanam padi di sawah sampai kepada menjual hasil-hasil bumi ke pasar.
Fakih, Mansour. 1997. Analisis Gender dan Transpormasi Sosial. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Jatman, Darmanto. 1993. Sekitar Masalah Kebudayaan. Bandung, Alumni.
Relasi gender dalam budaya tabu perempuan Mandar Budaya tabu dalam masyarakat Mandar ada juga yang menguntungkan bagi kaum perempuan. Budaya tabu yang menguntungkan itu dapat dipertahankan karena memberi dorongan positif bagi kaum perempuan. Contohnya, tabu bagi remaja putri duduk di pintu karena menghalangi rezeki yang akan masuk dan akan terhalang jodohnya. Larangan atau pantangan bersifat mendidik karena kalau duduk di pintu orang akan keluar masuk di pintu itu akan terhalang. Kemudian, dilarang kaum perempuan terutama remaja putri makan pada penutup (belanga atau panci) atau pada alat yang sudah dipakai sebagai penutup karena akan menjadi penutup malu. Larangan ini bersifat mendidik pada anak bahwa tempatkanlah sesuatu itu pada tempatnya. Budaya tabu ini berlaku juga bagi remaja laki-laki. Perempuan hamil biasanya banyak pantangan atau larangan yang merugikan dirinya. Namun, ada juga budaya tabu yang menguntungkan dirinya. Contohnya tabu bagi perempuan hamil makan terlalu banyak. Hal ini baik untuk kesehatan ibu, jika makan terlalu banyak akan susah bernafas. Selain itu, tabu bagi perempuan hamil mandi tengah malam nanti susah melahirkan. Larangan ini bersifat peringatan agar perempuan hamil berhati-hati, apalagi mandi tengah malam yang akan membuatnya sakit. Pada laki-laki (suami) ketika isterinya hamil, dilarang membunuh binatang (Do membunoh
olok-olok), jangan menempel sesuatu, misalnya menempel belanga
(Do mattambal balenga) karena nanti anaknya lahir tanpa dubur. Suami atau isteri dilarang mengunting apa saja sebab anaknya sumbing kelak. Laki-laki atau perempuan dilarang atau tabuh mengeluarkan uang pada malam hari. Hal ini bila dilakukan maka akan terjadi kemiskinan. Demikian tabu seorang gadis atau pemuda memakai bantal guling di kepala karena cita-citanya tidak akan tercapai.
Simpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gender ada dalam budaya tabu masyarakat Mandar. Budaya tabu adalah warisan budaya leluhur, yang masih relevan dengan keadaan sekarang sebaiknya dipertahankan. Akan tetapi, budaya tabu yang sudah tidak relevan lagi pada era globalisasi sekarang ini, sebaiknya ditinggalkan saja.
Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta, Jambatan. Mangemba, HD. 1978. Sastra Lisan Mandar. Ujung Pandang, Depdikbud. Moein,
Andi.
Menggali
Nilai-Nilai
Budaya
Bugis-Makassar.
Makassar.
Yayasan
MAPRES. Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2006. Strukturalisme Lévi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta, Kepel Press.