[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
AFIASI
IMT dan Masa Kerja terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Buruh Panggul Relations IMT And Work Period Complaints Against Low Back Pain on Labour Pelvis Linda Alfiani, Sarinah Basri K. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra Abstrak Buruh panggul di pabrik penggilingan padi memiliki resiko Nyeri Punggung Bawah yang sangat tinggi dikarenakan posisi kerja yang tidak benar dan aktifitas mengangkat dan mengangkut secara manual. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan Nyeri Punggung Bawah (NPB) meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan masa kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan keluhan Nyeri Punggung Bawah pada buruh panggul di pabrik penggilingan padi di Desa Juntiweden Kabupaten Indramayu Tajun 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh buruh panggul yang bekerja dipabrik penggilingan padi di Desa Juntiweden Kabupaten Indramayu yang berjumlah 32 orang, sedangkan pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Total Sampling yang berjumlah 32 responden. Intrumen yang digunakan adalah Brief Survey. Hasil penelitian berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diketahui tidak terdapat hubungan antara IMT buruh panggul dengan keluhan Nyeri Punggung Bawah (P-value =0,087). Sedangkan untuk variabel masa kerja, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja buruh panggul dengan keluhan Nyeri Punggung Bawah (P-value =0,036). Disarankan istirahat selama 15 menit setelah bekerja 2 jam atau setelah melakukan pekerjaan yang berat. Selain itu untuk para pekerja diharapkan mempunyai berat badan yang ideal.
factory in the village of Indramayu district Juntiweden Tajun, 2015. This type of research is analytical research using cross sectional method. The population in this study were all laborers working in factories pelvis rice mill in the village Juntiweden Indramayu regency totaling 32 people, while sampling used in the study carried out by Total Sampling totaling 32 respondents. Instruments used are Brief Survey. The results based on statistical test by using Chi-square, it is known there is no relationship between BMI workers pelvic complaint Low Back Pain (P-value =0,087). As for the variables of employment, it can be concluded that there is a relationship between the period of labor complaints pelvis with Low Back Pain (P-value =0,036). Advised rest for 15 minutes after working 2 hours or after doing heavy work. In addition to the workers are expected to have an ideal body weight. Keywords: Low Back Pain, Body Mass Index, Work Period
Pendahuluan Salah satu bentuk gangguan yang dapat timbul akibat kerja khususnya di industri adalah nyeri punggung bawah (NBP)1. NPB adalah nyeri pada bagian posterior trunkus antara batas bawah rongga dada sampai dengan lipatan gluteal inferior dengan atau tanpa penjalaran ketungkai2. Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri pada NPB diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit pada area tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali terkait dengan trauma mekanik akut, namun dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu. Kebanyakan kasus NPB terjadi dengan adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan, ketegangan otot, cedera otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang3.
Kata Kunci: Nyeri Punggung Bawah, Indeks Masa Tubuh, Masa Kerja Abstrak Labour pelvis in rice milling plant at risk of Low Back Pain is very high due to incorrect working positions and activities manually lifting and carrying. Risk factors that may affect the interference Low Back Pain (LBP) includes individual characteristics that body mass index (BMI) and tenure. The purpose of this study to determine risk factors associated with symptoms of Low Back Pain in the pelvis labor in rice mill
35
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
Faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian NPB yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan, dan riwayat keluarga penderita gangguan musculoskeletal4. Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan NPB meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja, dan berat beban kerja5. Diperkuat dengan pernyataan bahwa faktor individu yaitu indeks massa tubuh dan masa kerja dapat mempengaruhi keluhan NPB6. Penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI) pada 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, pada bulan Mei tahun 2002 menunjukan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1.589 orang (35,86%) penderita nyeri punggung bawah.7 Dilihat dari data yang dikumpulkan dari penelitian Pusat Riset dan Pengembangan Pusat Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan yang melibatkan 800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia menunjukkan keluhan NPB dialami oleh 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin onix di Jawa Barat, 16% penambang emas di Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor dan 8% perajin kuningan di Jawa Tengah. Selain itu, perajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta menderita keluhan NPB masing-masing 76,7% dan 41,6%8. Hasil studi Laboratorium Pusat studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada tahun 2006 - 2007 diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Pain) sesudah melakukan aktivitas manual handling. Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan sudah seharusnya melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja yang ada dengan para pekerjanya9. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada buruh panggul di pabrik penggilingan padi di Indramayu.
AFIASI
digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan analitik cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara analisis faktor yang mempengaruhi keluhan NPB pada buruh panggul di pabrik penggilingan padi di desa Juntiweden Kabupaten Indramayu, dalam dalam satu waktu. Intrumen Penelitian yang digunakan adalah BRIEF survey. Populasi dalam penelitian ini adalah buruh panggul yang bekerja di industri pabrik penggilingan padi di desa Juntiweden Indramayu. Teknik pengambilan sampel dengan cara Total Sampling, yaitu: pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel10. Sehingga besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 32 orang buruh panggul di pabrik penggilingan padi Desa Juntiweden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan mengukur langsung responden. Sedangkan data skunder dalam penelitian ini adalah diperoleh dari buku catatan data pegawai buruh panggul yang diperoleh dari pemilik pabrik penggilingan padi di desa Juntiweden Indramayu. Hasil 1. Analisa Univariat Berikut ini hasil distribusi frekuensi responden pada buruh panggul. Untuk faktor IMT buruh panggul dalam tabel 1 diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki IMT tidak normal adalah 14 reponden (43,8%), sedangkan yang normal sebanyak 18 responden (56,2%) Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh Buruh Panggul No Indeks Masa Jumlah % Tububuh 1 Normal 18 56,2 2 Tidak Normal 14 43,8 Jumlah 32 100 Sedangkan dalam tabel 2, faktor risiko masa kerja buruh panggul diperoleh hasil bahwa 19 reponden (59,4%) memiliki masa kerja baru, sedangkan yang memiliki masa kerja lama sebanyak 13 responden (40,6%).
Metode Penelitian ini dilakukan di Desa Juntiweden, Kabupaten Indramayu. Desain penelitian yang
36
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
Tabel 3 menjelaskan bahwa sebanyak 15 responden (46,9%) yang berisiko mengalami keluhan dan sebanyak 17 responden (53,1%) yang tidak mengalami risiko keluhan.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Buruh Panggul No Masa Kerja Jumlah % 1 Baru 13 40,6 2 Lama 19 59,4 Jumlah 32 100
2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing faktor risiko dengan keluhan NPB pada buruh panggul. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji fisher’s exact test. Untuk hubungan antara IMT dengan keluhan NPB pada buruh panggul dalam tabel 4 didapat nilai P-value =0,087. Karena nilai p-value > 0,05, sehingga Ho diterima. Itu berati. Tidak terdapat hubungan antara IMT dengan keluhan NPB buruh panggul.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Keluhan NPB Buruh Panggul No Keluhan Jumlah % 1 Tidak 17 53.1 Berisiko 2 Berisiko 15 46.9 Jumlah 32 100.0
Tabel 4 Hubungan IMT Buruh Panggul Dengan Keluhan NPB No IMT Keluhan NPB Tidak Berisiko Berisiko 1 2
Normal % Tidak Normal % Jumlah Total %
AFIASI
7 38,9 10 71,4 17 53,1
11 61,1 4 28,6 15 46,9
Sementara itu dalam tabel 5 untuk hubungan masa kerja dengan keluhan NPB pada buruh panggul, berdasarkan hasil uji statistik menggunakan fisher’s exact test, didapat nilai P-
Jumlah
PValue
18 100 14 100 32 100
0,087
value =0,036. Karena nilai p-value < 0,05 dan sehingga Ho ditolak. Itu berarti terdapat hubungan antara masa kerja dengan keluhan NPB buruh panggul.
Tabel 5. Hubungan Masa Kerja Buruh Panggul Dengan Keluhan NPB Keluhan NPB Masa PNo Jumlah SC Kerja Value Tidak Berisiko Berisiko Lama 10 3 13 1 % 79,9 23,1 100 Baru 7 12 19 2 % 36,8 63,2 100 0,036 0.394 Jumlah 17 15 32 Total % 53,1 46,9 100 Tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai spearman corelation (SC) dari dua variabel yaitu masa kerja buruh panggul, berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik
RR
CI= Lower
95% Uper
5.714
1.163
28.069
spearman corelation dengan menggunakan SPSS versi 16,0 menunjukan hubungan sedang antaran masa kerja dengan keluhan NPB pada buruh panggul yaitu dengan nilai SC 0,394, masa kerja
37
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
lama berisiko 3,9 kali menderita keluhan NPB disbanding masa kerja baru. Dapat disimpulkan terdapat hubungan sedang antara masa kerja dengan keluhan NPB pada buruh panggul.
AFIASI
yang mengalami LBP tetapi responden yang kurus dan normal juga ada yang mengalami LBP15. Secara teori seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita NPB dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Faktor risiko NPB meningkat pada seseorang yang overweight. Ketika seseorang kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti menampah kerja tulang lumbal. Saat berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling beresiko akibat efek dari obesitas adalah verterba lumbal15.
Pembahasan Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah tetapi bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri11. NPB dirasakan oleh penderita secara jelas atau samar serta menyebar atau terlokalisir12. Penelitian yang dilakukan pada buruh panggul diperoleh hasil sebanyak 15 responden (46,9%) yang berisiko mengalami keluhan dan sebanyak 17 responden (53,1%) yang tidak mengalami risiko keluhan Keluhan NPB yang dialami oleh buruh panggul diakibatkan oleh beban angkut yang terlalu berat dan dilakukan secara terus menerus, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kontraksi yang cenderung bersifat statis, berlangsung lama dan terus menerus, serta sikap paksa sewaktu bekerja sangat menimbulkan kelelahan sampai nyeri pada otot 13.
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan NPB Masa kerja merupakan lama waktu responden bekerja dihitung dalam tahun sejak awal kerja sampai saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini buruh panggul pabrik penggilingan padi memiliki 13 responden (40,6 %) yang masa kerjanya lama dan sebanyak 19 responden (59,4 %) yang memiliki masa kerja baru. Uji statistik dengan menggunakan fisher’s exact test diperoleh nilai P-value =0,036, dimana Pvalue < 0,05 artinya ada hubungan antara IMT dengan keluhan NPB buruh panggul. Hal ini tidak didukung dengan penelitian Ikrimah (2009) yang mengatakan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan NPB dengan p-value sebesar 0,31317. Namun penelitian yang ditunjukkan oleh Nurzannah, dkk (2015) sejalan dengan penelitian ini, dimana terdapat hubungan bermakna antara masa kerja dengan keluhan NPB, yakni nilai pvalue adalah 0.019 berarti nilai p-value < 0.05 18. Dalam penelitian dengan menggunakan uji statistik spearman corelation, menunjukan hubungan sedang antaran masa kerja dengan keluhan NPB pada buruh panggul yaitu dengan nilai SC 0,394, masa kerja lama berisiko 3,9 kali menderita keluhan NPB disbanding masa kerja baru. Seseorang yang bekerja lebih dari 5 tahun meningkatkan risiko terjadinya LBP dibandingkan kurang dari 5 tahun, dimana paparan mengakibatkan rongga diskus menyempit secara
Hubungan IMT dengan Keluhan NPB Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m 2) 14. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 32 responden (buruh panggul) di Desa Juntiweden Kabupaten Indramayu didapat sebanyak 18 responden (56,2 %) yang memiliki IMT normal dan sebanyak 14 responden (43,8 %) IMT tidak normal. Dari hasil uji fisher’s exact test., untuk hubungan IMT dengan keluhan NPB pada buruh panggul didapat nilai P-value =0,087, dimana Pvalue > 0,05 sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara IMT dengan keluhan NPB buruh panggul. Hal ini didukung dengan peneliti lain, bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan kejadian low back pain. Tidak adanya hubungan disebabkan bukan hanya responden yang IMT nya obesitas
38
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
AFIASI
penelitian dengan desain lain selain cross sectional.
permanen dan juga mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah kronis19. Terkait dengan penelitian ini, teori yang menguatkan bahwa NPB adalah penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami NPB20. . Kesimpulan
Daftar Pustaka 1.
2.
3.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebanyak 14 reponden (43,8%) yang memiliki IMT tidak normal adalah, sedangkan IMT yang normal sebanyak 18 responden (56,2%) 2. Sebanyak 19 reponden (59,4%) yang memiliki masa kerja baru, sedangkan yang memiliki masa kerja lama sebanyak 13 responden (40,6%). 3. Tidak terdapat hubungan antara IMT dengan keluhan NPB buruh panggul pabrik penggilingan padi di Desa Juntiweden Kabupaten Indramayu Tahun 2015. 4. Terdapat hubungan yang bermakna namun lemah antara Masa Kerja dengan keluhan NPB buruh panggul pabrik penggilingan padi di Desa Juntiweden Kabupaten Indramayu Tahun 2015.
4.
5. 6.
7.
8.
9.
Saran 1. Bagi buruh panggul, hal ini dapat dicegah dengan memberikan ukuran peralatan yang sesuai dan dapat diatur, untuk memperkecil jarak antara pekerja dengan obyek kerja dan mengatur durasi waktu kerja dengan mengurangi gerakan berulang pada tiap posisi janggal yang dilakukan. Istirahat selama 15 menit setelah bekerja 2 jam atau setelah melakukan pekerjaan yang berat. Selain itu untuk para pekerja diharapkan mempunyai berat badan yang ideal, agar Indeks Massa Tubuh (IMT) tidak berisiko menyebabkan keluhan NPB. 2. Bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang sejenis diharapkan dapat meneliti mengenai faktor yang belum diteliti, serta melakukan dan mengembangkan
10. 11. 12. 13. 14.
15.
16.
39
Andersson G.B.J. 1997. The Epidemiology of Spinal Disorder. In : Frymoyer J.W., Ed. The Adult Spine : Priciples and Practice. Edisi 2. Raven Press New York. pp: 93- 141 Van Tulder MW, Koes BW. 2001. Clinical Guidelines For The Management of Low Back Pain in Primary Care: An International Comparison. PubMed. 26(22) 2504-13 Ruslan A Latif. 2011. Nyeri Punggung Bawah. Diakses melalui http://www.krakataumedika.com/nyeri-punggungbawah/. Tanggal Akses 2 juni 2015 Astuti, R.D. 2007. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban Angkat Terhadap Keluhan Musculosceletal. Diakses melalui http://bahrainmedical.com?association.pdf . Tanggal akses 28 Oktober 2015 Harianto R. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja . Jakarta: Buku Kedokteran EGC Andini, F. 2015. Risk Factory of Low Back Pain in Workers. J Majority. Vol.4 No.1. Januari 2015 Kelompok Studi Nyeri. 2003. Nyeri Punggung Bawah. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Jakarta Heriyanto. 2004. Gambaran Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja di Indonesia. Pusat Riset dan Pengembangan Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan. Jakarta. Cahyadi, Andi. 2010. Gambaran Aktivitas Manual Handling di PT.DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project). Jakarta : FKM UIN Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. WHO. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization 2003; 81: 671-6. Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work, and Health. Aspen Publisher Inc, USA Suma’mur, P.K. 1992. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV Haji Mas Agung Koentjoro SL.2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrence. Semarang: Universitas Diponegoro Nugrahani, Sri Sugiarti. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Resiko Kejadian Low Back Pain Pada Lansia Di Kelurahan Bandarjo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Program Studi Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran. Silveri, CP, 2009. Back Pain and
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
17.
18.
19.
20.
Obesity.Connection to Back Pain and Development of Obesity : Spine Universe Ikrimah N. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Konveksi Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009. Skripsi; Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarief Hidayatullah. Nurzannah1, Makmur Sinaga2, Umi Salmah. 2015. Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015. .Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM Universitas Sumatera Utara Suharto. 2005. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Nyeri Punggung Bawah. Diakses tanggal 07/06/2015 dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/146_12penata laksanaanfisioterapipinggangbawah.pdf/penatalaksa naanfisioterapipinggangbawah.html Kantana T. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
40
AFIASI