15
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 24 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan penilaian kesehatannya secara berkala. Penilaian kesehatan bank dilakukan secara berkala agar kondisi bank dapat terpantau dengan baik. Hasil dari penilaian ini menentukan strategi yang akan dijalankan oleh bank di masa yang akan datang. Saat bank dinilai ‘kurang sehat’, pihak manajemen dapat meyusun strategi yang dapat mengangkat kondisi bank ke kondisi yang lebih baik. Data yang digunakan dalam penilaian kesehatan bank adalah laporan keuangan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk periode 2006-2010. Penilaian dilakukan dengan mengkaji faktor-faktor yang terdapat dalam metode CAMELS. Faktor-faktor tesebut adalah faktor Capital (Modal), faktor Asset Quality (Kualitas asset), faktor Earnings (Rentabilitas), dan faktor Liquidity (Likuiditas). Langkah awal pada penelitian ini adalah menghitung rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk penilaian kesehatan bank adalah CAR, NPA, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR yang terdapat pada faktor CAMELS. Kemudian, rasio-rasio keuangan yang telah didapatkan dianalisis untuk mendapatkan peringkat sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang telah ditetapkan. Langkah selanjutnya, adalah membuat peringkat komposit atas seluruh faktor-faktor CAMELS. Peringkat komposit merupakan peringkat yang digunakan untuk menilai kesehatan bank secara keseluruhan. Bank dapat dikatakan “sehat”, “cukup sehat”, “kurang sehat” dan “tidak sehat” berdasarkan hasil peringkat komposit. Secara detail, kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil dari perhitungan rasio-rasio keuangan diproyeksikan dengan analisis trend untuk mendapatkan gambaran keadaan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil dari analisis trend dapat digunakan sebagai acuan penentuan strategi di tahuntahun berikutnya agar bank dapat meningkatkan kepercayaan stakekholders, serta
16
masyarakat pada umumnya terhadap kinerja bank. Hal tersebut sangat penting untuk kemajuan bank di tahun-tahun berikutnya.
17
Laporan Keuangan Bank
Metode CAMELS
Penilaian Permodalan
Penilaian Aset
Capital Adequacy Rasio (CAR)
Non Perfoming Asset (NPA)
Penilaian Rentabilitas
ROA
ROE
NIM
Analisis Trend
Penetapan Peringkat Setiap Komponen
Analisis Untuk Pemeringkatan Komposit
Tingkat Kesehatan Bank: 1. 2. 3. 4.
Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
Acuan Strategi Bank Gambar 1 . Kerangka Pemikiran Konseptual
Penilaian Likuiditas
BOPO
LDR
18
3.2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan terhadap PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk yang berlokasi di Menara Bank Danamon Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. E4 No 6 Mega Kuningan Jakarta. Penelitian ini menganalisis tingkat kesehatan bank tersebut dengan menggunakan pendekatan metode CAMELS. 3.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi literatur dan dokumentasi laporan keuangan. Data yang digunakan pada penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk periode 2006-2010. Data sekunder tersebut diperoleh dari publikasi PT Bank Danamon Indonesia, Tbk di situs www.danamon.co.id. Data sekunder yang lain digunakan sebagai penunjang dalam penelitian seperti studi literatur melalui internet dan bahan pustaka. 3.4. Alat Analisis Pada penelitian ini, data diolah secara kuantitatif menggunakan perangkat lunak seperti Microsoft excel dan Minitab 14. Berdasarkan laporan keuangan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk , dihitung rasio-rasio keuangan yang termasuk pada faktor CAMELS untuk menilai tingkat kesehatan bank tersebut. Rasio-rasio keuangan tersebut adalah CAR, NPA, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR. Hasil perhitungan kemudian dianalisis secara deskriptif. Kemudian dilakukan analisis trend untuk mendapatkan proyeksi kinerja bank di masa yang akan datang. 3.4.1 Penilaian faktor Permodalan (Capital) : Penilaian pada faktor permodalan (Capital) adalah dengan memperhitungkan Capital Adequecy Rasio (CAR). CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktivitas bank yang mengandung resiko (kredit,penyertaan,surat berharga,tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
19
CAR = (Modal Bank : Total ATMR) x 100% ………………………………(1)
Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, standar untuk KPMM (Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) adalah sebagai berikut : Peringkat 1 : Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. Peringkat 2 : Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. Peringkat 3 : Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (8% ≤ KPMM ≤ 9%). Peringkat 4 : Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku. Peringkat 5:Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan bank cenderung menjadi tidak solvable. 3.4.2 Penilaian Faktor Kualitas Aset (Asset Quality) Parameter pada penilaian faktor kualitas asset (Asset Quality) adalah rasio NPA atau rasio aktiva produktif bermasalah. Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif yang menyebabkan PPAP yang tersedia semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermaslah semakin besar. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Hariani Iswi, 2010). Berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio NPA didapatkan dari rumus sebagai berikut : NPA = (Aktiva Produktif Bermasalah : Total Aktiva Produktif) x 100 % ………………………….(2)
20
Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor kualitas asset pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, standar untuk rasio NPA didapatkan sebagai berikut : Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah. Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah. Peringkat 3 : Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara 5 persen sampai dengan 8 persen. Peringkat 4 : Perkembangan rasio cukup tinggi. Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi. 3.4.3. Penilaian Faktor Rentabilitas (Earnings) Empat rasio yang digunakan sebagai acuan penilaian faktor Rentabilitas (Earnings) adalah rasio ROA, ROE, NIM dan BOPO. Faktor Rentabilitas merupakan faktor yang menentukan laba yang diperoleh oleh bank. 1. Return On Assets (ROA) Rasio
ROA
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ROA dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut : ROA = (Laba Sebelum Pajak : Rata-rata Total Aset) x 100 % …………….(3) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, standar untuk rasio ROA adalah sebagai berikut : Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berkisar antara 0,5 persen sampai dengan 1,25 persen.
21
Peringkat 4 : Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROA mengarah negatif) Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar (ROA negatif) 2. Return On Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ROE banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Dengan demikian, rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2011, rumus ROE didapatkan sebagai berikut : ROE = (Laba Setelah Pajak : Rata-rata Ekuitas) x 100 % ………………(4) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor
rentabilitas
pada
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio ROE sebagai berikut : Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROE berkisar antara 5 persen sampai dengan 12,5 persen. Peringkat 4 : Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROE mengarah negatif). Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar (ROE negatif) 3. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola Aktiva Produktif
untuk
menghasilkan
pendapatan
bunga
bersih.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka semakin
22
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil (Hariani Iswi, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: NIM = (Pendapatan Bunga Bersih : Aktiva Produktif) x 100% ………… (5) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonseia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NIM sebagai berikut : Peringkat 1 : Marjin bunga bersih sangat tinggi. Peringkat 2 : Marjin bunga bersih tinggi. Peringkat 3 : Marjin bunga besih, atau rasio NIM berkisar antara 1,5 persen sampai dengan 2 persen. Peringkat 4 : Marjin bunga bersih rendah mengarah negatif. Peringkat 5 : Marjin bunga bersih sangat rendah atau negatif. 4.
Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO adalah rasio efisiensi. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut : BOPO = (Biaya Operasioanal : Pendapatan Operasional) x 100% ………(6) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor
rentabilitas
pada
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio BOPO sebagai berikut : Peringkat 1 : Tingkat efisiensi sangat baik. Peringkat 2 : Tingkat Efisiensi baik.
23
Peringkat 3 : Tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara 94 persen sampai dengan 96 persen. Peringkat 4 : Tingkat efisiensi buruk. Peringkat 5 : Tingkat efisiensi sangat buruk. 3.4.4. Penilaian Faktor Likuiditas (Liquidity) Penilaian faktor likuiditas (Liquidity) didasarkan pada perhitungan rasio LDR atau Loan to Deposit Rasio. LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut : LDR = (Total Kredit ……………………(7)
:
Total
Dana Pihak
Ketiga) x
100%
Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio LDR sebagai berikut : Peringkat 1 : 50 persen < Rasio ≤ 75 persen. Peringkat 2 : 75 persen < Rasio ≤ 85 persen. Peringkat 3 : 85 persen < Rasio ≤ 100 persen atau Rasio ≤ 50 persen. Peringkat 4 : 100 persen < Rasio ≤ 120 persen. Peringkat 5 : Rasio > 120 persen. 3.5. Analisis Trend Analisis trend didapatkan dengan menentukan tahun dasar sebagai pembanding, kemudian dicari angka indexnya. Rumus untuk mencari Angka Index adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008): Angka Index = (Tahun pembanding/ Tahun dasar) X 100%...................................(8)
24
Pengolahan data pada analisis trend dilakukan dengan menggunakan bantuan software minitab 14. Analisis trend dilakukan terhadap empat model yaitu Linier, Quadratic, Exponensial Growth, dan S-Curve. Pemilihan model didasarkan pada pemilihan nilai MAPE, MAD, dan MSD yang paling kecil. Penjelasan MAPE, MAD, dan MSD adalah sebagai berikut : •
MAPE (Mean Absolute percentage Error) Merupakan pengukuran ketelitian dengan cara rata-rata presentase kesalahan absolut yang menunjukkan rata-rata kesalahan absolut prakiraan dalam bentuk presentasenya terhadap data aktual.
•
MAD (Mean Absolute Deviation) Merupakan penjumlahan kesalahan tanpa menghiraukan tanda aljabarnya dibagi dengan banyaknya data yang diamati.
•
MSD (Mean Squared Deviation) Merupakan rata-rata dari nilai kuadrat simpangan yang memperkuat pengaruh angka-angka kesalahan besar, tapi memperkecil angka kesalahan prakiraan yang kecil (kurang dari satu unit). MSD =
∑ 𝑒𝑗2 𝑛