ICT (Information And Communication Technology) Sebagai Wahana Transformasi Pendidikan Imam Mawardi Dosen Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang (+6281 2251 4462) Abstrak Tulisan ini membahas tentang perkembangan ICT sebagai akibat dari globalisasi yang mempengaruhi dunia pendidikan, dimana pendidikan berdialektika dengan tatanan peradaban yang terjadi di masyarakat, baik lingkungan eksternal maupun internal. Tidak dapat dipungkiri dalam mekanisme manajemen perubahan, teknologi mengambil peran yang sangat penting dalam percaturan peradaban. Salah satu bentuk pengembangan teknologi dalam pendidikan, mengingat pendidikan sebagai agent of change dalam pemberdayaan SDM yang berkualitas adalah pemanfaatan ICT. UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian ICT ke dalam pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama: (1) untuk membangun ‖knowledgebased society habits” seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengelola informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada oranglain; (2) untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy); dan (3) untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Kata Kunci: ICT, Transformasi, Pendidikan A. Pendahuluan Globalisasi yang diiringi perkembangan informasi dan teknologi telah merubah wajah dunia berikut konsekwensi yang menyertainya. Di era informasi ini kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Perubahan terus terjadi dan akan tetap terjadi, diminta atau tidak, kita mau ataupun menolak, perubahan terus berjalan bersama waktu yang terus berputar. Kecepatan teknologi komunikasi dan informasi mempunyai peranan yang penting dalam menginformasikan perubahan, sehingga perubahan, berita atau apapun yang terjadi dimanapun secara global dalam hitungan detik sudah dapat kita ketahui. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK. Agar manusia dapat hidup lebih mudah, aman dan senang dalam lingkungannya, maka dikembangkannya teknologi dari urusan
rumah tangga sampai meramal masa depan, tentunya dengan berbagai keterbatasannya.Di samping mengandung banyak manfaat, juga menimbulkan macam-macam bahaya yang dapat merusak dan membahayakan hidup manusia apabila disalahgunakan untuk kejahatan dan perbuatan amoral lainnya. Adanya perkembangan teknologi dapat mengubah pikiran manusia, mengubah cara kerja dan cara hidupnya dalam memanfaatkan teknologi dalam berbagai aspek kebutuhan. Maka mau atau tidak mau keterlibatan manusia dalam teknologi menjadi sangat penting. Pendidikan sebagai salah satu bentuk transformasi dan transmisi knowledge, teknologi dan values (nilai) terhadap pembentukan karakter anak didik tidak bebas dari pengaruh teknologi. Dalam dunia pendidikan teknologi mengambil peran yang sangat penting dari perencanaan, proses pendidikan sampai evaluasi membutuhkan peran perkembangan teknologi dalam berbagai bentuknya. Untuk itu dalam makalah ini, akan dibahas berbagai persoalan yang berkenaan dengan kebutuhan teknologi dengan aspek-aspek yang menyertainya sebagai wahana transformasi pendidikan. Hal-hal yang spesifik tentunya akan berkenaan dengan persoalan perubahan dalam pendidikan, teknologi dan tantangan pendidikan di Indonesia, dan perkembangan pendayagunaan ICT untuk pendidikan. B. Pembahasan 1. Perubahan dan Tantangan Teknologi dalam Pendidikan Lembaga pendidikan, sekolah atau perguruan tinggi sebagai agent of change tempat persemian bibit-bibit unggul transformasi kebudayaan masa depan sebagai suatu sistem terbuka, tidak bisa menutup diri dari perubahan yang ada di sekitarnya. Lembaga pendidikan harus adaptif terhadap perubahan, mengelola perubahan, dan memberdayakan potensi internal untuk terus meningkatkan kapasitas dirinya sehingga keunggulan sekolah, perguruan tinggi atau lembaga sebagai cita-cita bersama dapat terwujud dengan baik. Faktor-faktor yang mendorong perubahan dalam pendidikan adalah lingkungan dimana pendidikan berdialektika dengan tatanan peradaban yang terjadi di masyarakat, baik lingkungan eksternal maupun internal. Lingkungan eksternal dapat dilihat dari tingkat persaingan, politik, ekonomi, kekuatan global, demografik, sosial, teknologi,dan konsumen. Sedangkan lingkungan internal dapat dilihat dari siklus kehidupan produk, pergantian pimpinan, ketersediaan sumber daya internal,dan konflik. Baik secara eksternal maupun internal mempengaruhi pola dan mekanisme tata kehidupan masyarakat sebagai sebuah keharusan mengikuti perkembangan yang terjadi, mengingat hidup adalah perubahan. Perubahan yang diharapkan dalam kehidupan adalah adanya peningkatan, bukan malah sebaliknya. Kalau tidak mau mengikuti perubahan berarti siap untuk tergilas peradaban.
Karakteristik agen perubahan, sebagaimana dikemukakan Wireman (1998) adalah adanya: (1) Kreatifitas – berupa visi mendorong adanya pemikiran masa depan, (2) Keteguhan hati – mengakui apa yang terjadi di masa lalu & mampu melihat perbedaannya, (3) Visibilitas – kemampuan untuk melihat & memberikan dukungan terhadap ide & tindakan seseorang, (4) Ketekunan – kesabaran & kamantapan usaha yang dibutuhkan untuk mencapai hasil, (5) Dorongan motivasi – tidak pernah mundur & menyerah apa yang telah dilakukan & selalu mendorong pada peluang ke depan. Karakteristikkarakteristik tersebut harus menjadi pedoman untuk berfikir, mengambil keputusan dan bertindak sehingga menguasahi prinsip manajemen perubahan itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri dalam mekanisme manajemen perubahan, teknologi mengambil peran yang sangat penting dalam percaturan peradaban. Banyak orang mengartikan teknologi itu sebagai suatu alat yang canggih yang berkaitan dengan mesin, proses mekanistik ataupun seperti alat elektronik dan sejenis. Secara formal pengertian dari teknologi adalah penerapan secara sistematis dari ilmu pengetahuan. Atau pengetahuan yang dikelola (diorganisasi) untuk mempraktekan tugas. Dengan kata lain ketika kita mengembangkan suatu produk atau inovasi baru, pengetahuan, praktek, prosedur, alat dan teknik yang berkumpul untuk membuat inovasi baru maka semua langkah itu dapat disebut teknologi (Anjas, 2008). Ada beberapa pengertian teknologi dari para tokoh yaitu: (1) Teknologi merujuk pada setiap kegiatan praktis yang menggunakan ilmu atau pengetahuan tertentu (Saettler, 1968), (2) Teknologi merupakan usaha untuk memecahkan masalah manusia (Salisbury, 2002), (3) Teknologi berkaitan dengan produk dan proses (Romiszowski, 1981), (4) Teknologi menyangkut aspek perangkat keras (terdiri atas material atau objek fisik) dan aspek perangkat lunak (terdiri atas informasi yang terkandung dalam perangkat keras) (Rogers, 1986). Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan yang terorganisir secara sistematis untuk menyelesaikan tugas-tugas secara praktis dan mudah di berbagai lapangan kehidupan, baik yang berupa software maupun hadware. Untuk memahami teknologi dapat dilakukan melalui empat perspektif, yaitu: pertama, perspektif teknologi sebagai ide; kedua, perspektif teknologi sebagai rancang bangun; ketiga, perspektif berfikir inovatif; dan keempat, perspektif kebahasaan (Darmawan, 2007) Perspektif teknologi sebagai ide Individu yang memahami teknologi sebagai ‗ide‖, ia tidak akan merasa ―GAPTEK‖, jika tidak bisa menggunakan sebuah alat yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Namun ia akan merasa besar hati bahwa teknologi itu bukan berarti harus diwujudkan dengan mahirnya menggunakan suatu alat
tertentu, akan tetapi cukup dengan memahami bgm alat tsb ada, dibuat, hingga bisa sampai pada dirinya sbg konsumen alat yg dimaksud. Kesimpulannya ia tdk akan merasa pesimis atau rendah diri ketika berdiskusi mengenai teknologi dg seorang insinyur Perspektif teknologi sebagai rancang bangun Bentuk, mode, versi atau tampilankebedaan lainnya dari sesuatu yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia oleh individu tertentu sebagai hasil pikir seseorang yang tadinya belum ada menjadi ada. Perspektif berfikir inovatif Pemahaman inovatif akan muncul jika seseorang telah memahami teknologi sbg ide dan rancang bangun dan mulai merasakan bahwa apa yg ada dari wujud teknologi kebendaan (hasil rancang bangun) ini dirasa masih kurang memberikan manfaat dan kemudahan yang mampu mengikuti perkembangan kebutuhan hidup manusia. Secara hasil keduanya sudah tdk adaptif lagi dengan budaya dan kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Seseorang yang dari perspektif inovatif ini, sebagai teknolog sangat dibutuhkan bangsa Indonesia. Perspektif kebahasaan Teknologi dapat diidentikkan dengan PERTUKANGAN yang memiliki lebih dari satu definisi. Salah satunya adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Untuk mencapai keunggulan yang dicita-citakan, banyak pendekatan yang dapat dilakukan salah satunya apa yang dipaparkan oleh Salisbury (1996) yaitu tentang Five Technologies untuk perubahan pendidikan. Teknologi ini sudah banyak diterapkan dalam dunia bisnis dan menjadikan kegiatan bisnis menjadi lebih kompetitif dan siap terhadap perubahan. Teknologi tersebut adalah: (1) System Thinking (Berpikir serba Sistem), (2) System Design (Perancangan Sistem), (3) Quality Science (Ilmu Kualitas), (4) Change Management (Manajemen Perubahan), (5) Instructional Technology (Teknologi Pembelajaran) Dalam inovasi pendidikan tidak bisa lepas dengan masalah revolusi metode, kurikulum yang inovatif, teknologi serta SDM yang kritis untuk bisa menghasilkan daya cipta dan hasil sekolah sebagai bentuk perubahan pendidikan. Sekolah harus mempunyai orientasi bisnis pelanggan yang memiliki daya saing global. Untuk itu ada lima teknologi baru yang dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih unggul. System Thinking (Berpikir serba Sistem) Berpikir serba sistem menjadikan kita untuk lebih hati-hati dengan munculnya tiap mode di dunia pendidikan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perubahan yang tidak kita inginkan. Tanpa berpikir serba sistem kita akan sulit untuk mengadakan peningkatan riil di bidang pendidikan. Jadi
berpikir sistem menghadirkan konsep sistem yang umum, dimana berbagai hal saling terkait. Teknologi yang kedua: Perancangan (desain) sistem Desain sistem adalah teknologi dalam merancang dan membangun sistem yang baru. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang cepat yang meningkatkan harapan. Desain sistem memberi kita peralatan untuk menciptakan suatu sistem yang baru dan suatu strategi untuk perubahan. Teknologi yang ketiga: Ilmu Kualitas Ilmu tentang kualitas merupakan teknologi yang memproduksi suatu produk atau jasa/ layanan yang sesuai harapan dan pelanggan. Ilmu tentang kualitas telah menjadi alat yang sangat berharga dalam inovasi lembaga pendidikan atau sekolah. Teknologi Keempat: Manajemen Perubahan Manajemen perubahan dilakukan sebagai tata kelola berjalannya system organisasi, sehingga senantiasa mampu mengikuti perkembangan teknologi yang dapat meningkatkan kinerja dan mampu menjawab tantangan perubahan Teknologi Kelima: Teknologi Instruksional (pembelajaran) Teknologi Pembelajaran adalah ―satu bagian dari teknologi pendidikan – dengan asumsi sebagai akibat dari konsep instruksional sebagai bagian pendidikan – bersifat rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menerapkan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah pada situasi dimana proses belajar terarah dan terpantau‖. Rumusan tersebut mengandalkan teknologi pendidikan sebagai suatu proses – kegiatan berkesinambungan, dan merinci kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para praktisinya. Kelima pendekatan teknologi ini sebagai modal untuk meningkatkan manajemen pengelolahan pendidikan sehingga mencapai standar mutu pendidikan (Total Quality Educations—TQE) untuk perubahan lembaga pendidikan yang lebih baik. Perubahan dalam pendidikan, menuntut peran dari berbagai komponen pendidikan. Khususnya yang terjadi di lembaga pendidikan sekolah, peran guru murid dan materi yang dipelajari sangat menentukan terjadinya perubahan dalam transformasi pembelajaran. Guru tidak lagi memberikan informasi dalam bentuk ceramah dan buku teks. Guru akan berperan sebagai fasilitator, tutor dan sekaligus pembelajar. Peran siswa, tidak perlu lagi menjadi pengingat fakta dan prinsip tapi akan berperan sebagai periset, problem-solver, dan pembuat strategi. Peran materi yang dipelajari, materi tidak lagi berbentuk informasi dalam bidang studi terlepas tapi siswa akan mempelajari hubungan antar informasi. Dibutuhkan multidisciplinary thinking dan kemampuan melihat dari beragam perspektif .
Teknologi dalam pendidikan memberi manfaat kepada masyarakat pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan Jhurree (2005), yaitu: (1) Teknologi memperluas lingkungan belajar. Untuk para siswa teknologi memberikan motivasi belajar yang mana siswa diberi kesempatan saling berinteraksi secara konstruktif dengan pembelajaran, (2) Teknologi sebagai alat yang kuat untuk memberi suplemen mengajar guru di ruang kelas. (3) Teknologi sebagai alat administrative bagi baru dan pegawai administrasi. (4) Menambah akses pada pendidikan secara umum dan pendidikan inklusi di sekolah, (5) Komunikasi sebagai sebuah platform komunikasi. Melalui network dan internet memudahkan komunikasi dan jaringan kerja. (6) Sebagai passport untuk pekerjaan dan untuk mempersiapkan kompetisi dalam perekonomian global. Teknologi dalam pendidikan dapat mempersiapakan siswa sekarang untuk mengintegrasikan dunia kerja dan kompetisi di masa depan. 2. Perkembangan Pendayagunaan TIK untuk Pendidikan ICT (Information and Communication Technology) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Secara umum TIK merupakan bentuk teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6). Tercakup dalam definisi tersebut adalah semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur computer maupun (tele)komunikasi. Istilah TIK atau ICT atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut sebagai Infocom, muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya) dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran informasi pada paruh kedua abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang sangat pesat, jauh melampaui bidangbidang teknologi lainnya. Bahkan sampai awal abad ke-21 ini, dipercaya bahwa bidang TIK masih akan terus pesat berkembang dan belum terlihat titik jenuhnya sampai beberapa dekade mendatang. Pada tingkat global, perkembangan TIK telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan umat manusia. Intrusi TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah sedemikian jauh sehingga tidak ada satupun peralatan hasil inovasi teknologi yang tidak memanfaatkan perangkat TIK (Haryanto,2008) Menyadari pentingnya TIK sebagai bidang yang berperan besar dalam pembangunan nasional, Kementerian Negara Riset dan Teknologi (2006: 5) memberikan arahan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan melalui kegiatan riset, antara lain: infrastruktur informasi, perangkat lunak, kandungan informasi (information content), pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan regulasi dan standarisasi.
Menanggapi pentingnya TIK ini, perlunya adanya pengintegrasian dalam dunia pendidikan. Mengingat pendidikan sebagai agent of change dalam pemberdayaan SDM yang berkualitas. UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dalam pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama: (1) untuk membangun ‖knowledgebased society habits” seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengelola informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada oranglain; (2) untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy); dan (3) untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan sebagai upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara, merupakan wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya interaksi imbalbalik yang seketika. Siaran bersifat searah, dari nara sumber belajar atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan movie) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih lebih bila materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan berdasar teknologi Internet, memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi puncak seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini (Haryanto,2008). Bila dilihat secara teoritis, TIK memainkan peran yang sangat luar biasa untuk mendukung terjadinya proses belajar yang active, constructive, collaborative, intentional, conversational, contextualized, dan reflective. Active; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna. Constructive; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang
selama ini ada dalam benaknya. Collaborative; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya. Intentional; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Conversational; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah. Contextualized; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ‖problem-based atau case-based learning‖. Reflective; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)). Dengan kata lain, TIK memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000). TIK memungkinkan pembelajaran disampaikan secara interaktif dan simulatif sehingga memungkinkan siswa belajar secara aktif. TIK juga memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung meningkatkan ‖ICT literacy” (Fryer, 2001). UNESCO (2002) mengelompokkan level pemanfaatan TIK di sekolah kedalam empat level, yaitu level emerging, applying, infusing/integrating, dan transforming. Emerging Emerging adalah tahap paling awal, dimana pihak sekolah secara individual (beberapa orang) baru merasa pentingnya potensi TIK untuk pembelajaran. Tahap ini memiliki ciri sebagai berikut: (1) dari sisi visi; tidak ada visi, hanya timbul secara sporadis dari beberapa pihak tertentu, misal guru, komite sekolah, belum ada kebijakan langsung yang dikeluarkan secara resmi oleh sekolah. (2) dari sisi pedagogis; pembelajaran masih tetap bersifat didaktik alias teacher-centered, dimana guru masih berperan sebagai pemberi informasi dan sumber belajar utama disamping buku. (3) dari sisi perencanaan dan kebijakan; belum ada kebijakan apalagi masuk dalam rencana sekolah. masih bersifat sporadis, insidental, tanpa rencana apalagi pendanaan yang memadai. (4) dari sisi fasilitas TIK, keberadaannya masih belum tertata dengan baik, lebih diutamakan untuk kebutuhan administratif. (5) dari sisi pemanfaatannya dalam kurikulum/pembelajaran; masih berada di tangan individu guru masing-masing, kebanyakan guru masih mempelajari aplikasiaplikasi TIK, belum menggunakannya untuk kebutuhan pembelajaran. (6) dari sisi pengembangan komptenesi TIK; sporadis berdasarkan minat atau motivasi
masing-masing guru tertentu, inisiatif sendiri-sendiri. (7) dari sisi keterlibatan komite sekolah; bersifat aksidental, donasi tidak terarah. Applying Applying adalah tahap agak lebih sedikit maju dari level pertama tadi. Karakteristik utamanya adalah masih belajar tentang TIK (learning to use ICT). Karakteristik detilnya adalah sebagai berikut: (1) dari sisi visi; sudah ada masukan dari ahli TIK tentang bagaimana seharusnya TIK dimanfaatkan di sekolah. (2) dari sisi pembelajaran; TIK dijadikan sebagai obyek yang dipelajari, proses pembelajaran masih tetap lebih banyak bersifat teachercentered alias didaktik.(3) dari sisi perencanaan dan kebijakan; sudah ada rencana, kebijakan dan pendanaan tapi masih terbatas. (4) dari sisi fasilitas; komputer beserta sodara periferal lainnya sudah mulai ditempatkan dengan baik, seperti di lab komputer atau ditempat tertentu, seperti kelas. Tapi masih sebagai tempat untuk belajar tentang komputer itu sendiri, belum dijadikan sebagai sarana pembelajaran. (5) dari sisi pemanfaatannya dalam pembelajaran; masih sebagai obyek yang dipelajari atau belajar tentang TIK, seperti belajar tentang word prosessor, spreadsheet, presentasi, dll. (6) dari sisi pengembangan kompetensi guru; sudah mulai ada semacam pelatihan aplikasi TIK walaupun masih terbatas dan tidak terencana dengan baik dan konsisten. Fokus murni pada kemampuan TIK (ICT Skills). (7) dari sisi keterlibatan komite sekolah dan komunitas; sudah mulai ada upaya penggalangan dana seperti dari alumni, sponsor maupun komite sekolah. Infusing/Integrating Tahap ini lebih maju dari tahap kedua. Karakteristik utamanya adalah TIK sudah terintegrasi dalam pembelajaran. atau dengan kata lain, sudah bersifat ―Using ICT to Learn”. Karakteristik detilnya adalah sebagai berikut: (1) dari sisi visi; sduah ada masukan tidak hanya dari ahli TIK tapi juga dari ahli materi tentang bagaimana mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran. (2) dari sisi pembelajaran; pembelajaran sudah lebih bersifata student-centered dan kolaboratif. (3) dari sisi perencanaan dan kebijakan; sudah mulai ada kebijakan dari pihak sekolah termasuk masalah pendanaan, pengembangan kompetensi TIK guru, dan rencana pembelajaran yang mengintegrasikan TIK didalamnya. (4) dari sisi fasilitas; komputer tidak hanya di lab tapi juga di kelas-kelas. Komputer terhubung dengan jaringan baik intranet (LAN) maupun internet. Dilengkapi dengan konten aneka ragam dan bentuk, begitupula halnya dengan fasilitas pendukung lain seperti multimedia, kamera digital, webcam dan lain-lain. (5) Pemanfaatan dalam pembelajaran; TIK sudah diintergarsikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran lebih bersifat berbasis aneka sumber (resources-based learning) dengan berbagai pendekatan yang lebih bersifat konstruktifistik seperti problem-based, colaborative-based atau project-based learning. (6) Keterlibatan komunitas dan
komite; komunitas mulai terlbat seperti dalam bentuk bantuan teknis, penyediaan sumber belajar, atau tergabung dalam komunitas global atau jaringan komunitas yang lebih beragam. Transforming Ini adalah level paling ideal. Dimana TIK telah menjadi katalis reformasi pendidikan menuju pendidikan modern di era informasi. karakteristik detilnya adalah sebagai berikut: (1) dari sisi visi; tidak lagi menekankan pada ahli TIK atau ahli materi saja, tapi lebih menekankan pada aspek kepemimpinan (leadership) baik dari sisi pengambil kebijakan (Kepsek, Wakasek, Komite sekolah) maupun dari sisi guru itu sendiri. (2) dari sisi pembelajaran/pedagogi; pembelajaran lebih bersifat experiential dimana ICT sebagai enabler. Lebih mendorong kemampuan berpikir kritis dan konstruktifistik yang benar-benar bersifat student-centered penuh. (3) dari sisi perencaan dan kebijakan; TIK telah menjadi bagian yang integral dari kebijakan dan perencanaan sekolah baik dari sisi pengadaan fasilitas, penempatan, pengembangan guru, kurikulum dan lain sebagainya. (4) dari sisi fasilitas; semua aktifitas sekolah berbasiskan TIK atau lingkungan belajar full berbasis TIK. (5) dari sisi pemanfaatan untuk pembelajaran; pembelajaran sudah bersifat virtual, real time, dimana TIK dijadikan sebagai agen/katalis pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran disampaikan baik melalui web (virtual) maupun konvensional secara terintegrasi dengan baik. (6) dari sisi pengembangan kompetensi profesional guru; lebih menekankan kepada kemampuan bagai mana mengintegrasikan TIK untuk pembelajaran, tidak lagi menekankan pada penguasaan keterampilan TIK itu sendiri. Menekankan pada peningkatan peran guru sebagai fasilitator dan manajer pembelajaran dengan berbantuan TIK yang tepat guna. (7) Keterlibatan komunitas dan komite; semua terlibat penuh dan aktif baik dengan sektor bisnis, komunitas tertentu yang relevan, universitas, dan lain-lain. Secara ideal, kondisi yang seharusnya terjadi adalah TIK sudah diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, mari kita perhatikan salah satu bentuk pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam oleh suatu rencana pembelajaran (lesson plan) yang pernah dibuat oleh beberapa guru SMA sebagai berikut:
Tabel 1 Contoh Rencana Pembelajaran yang Mengintegrasikan TIK No.
Topic s
Grade Level
Objectives
Instructional Activities and ICT Used
01.
The Creati on of Unive rse
1st
Students will be able: to describe the theories of universe creation to compare theories of universe creation among each other
students watch video shows (VCD) of the universe creation given a book of universe creation, students (in group) analyze the differences among theories of universe creation each group write their report using word processor application (e.g. MS Word). each group present and discuss their works in front of class.
Squar e Equati on
1st
to determine the root of square equation using factor and abc‘ formula (rules) to use discriminan t to solve the square equation problems
student studying the equation of square from CD-ROM teacher discussing them and explain how to use the rule of square equation more deeply using MS Powerpoint students solving problems given by teacher as a follow up, students assign to solve the problems related to the square equation and write the equation using equation facilities on MS Word students submit
02.
their homework via email to the teacher 03.
Narrat ive Monol og Disco urse : ―Aspe ct of Love‖
1st
to write a monologue discourses related to the theme of ―Aspect of Love‖ in the form of poetry.
students choose a project related to the theme of ―Love‖ from http://www.iearn.org students studying the project description and procedures the choosen students write their own poetry related to the theme of ―Love‖ according to the project procedure suggested using MS Word or MS Power Point. Students send their poetry to the teacher and their friends in the world through mailing list (group) on http://www.iearn.org to have some comments or feedback.
Sumber: http://ilmuwanmuda.wordpress.com/2008/05/31/ Rencana pembelajaran di atas menunjukkan secara jelas bahwa melalui pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran, disamping tujuan pembelajaran tercapai ada suatu agenda terselubung (hidden agenda) penting yang dapat dicapai pula, yaitu ICTs Literacy, seperti siswa dapat melakukan browsing informasi melalui internet, berkomunikasi melalui e-mail, membuat laporan dengan aplikasi pengolah kata (MSWord), atau mempresentasikan sesuatu dengan MSPowerpoint. Inilah yang dimaksud dengan mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran. Fryer (2001) mengatakan bahwa penggunaan TIK dalam pembelajaran bertujuan untuk melatih keterampilan menggunakan TIK dengan cara mengintegrasikannya ke dalam aktifitas pembelajaran, bukan mengajarkan TIK tersebut sebagai mata pelajaran yang terpisah. Jadi, sudah saatnya TIK diintegrasikan ke dalam
proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar menjadi mata pelajaran yang terpisah. Dengan integrasi TIK dalam pembelajaran tentunya masih banyak hal yang harus diperhatikan terutama masalah pendekatan, strategi dan metodologi yang tepat --yang belum bisa dibahas dalam makalah ini, sekaligus kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, mengingat dalam dunia teknologi selalu berkembang seiring dengan bergulirnya waktu. Untuk itu pembahasan sederhana dalam makalah ini hanyalah sedikit memberikan wawasan yang perlu disempurnakan lebih lanjut. C. Kesimpulan Untuk menutup makalah ini, perlu disimpulkan bahwa teknologi sebagai sarana transformasi pendidikan yang menjawab Perubahan dan Tantangan perkembangan global yang didalamnya terdapat perkembangan informasi dan teknologi. Untuk mencapai keunggulan yang dicita-citakan, banyak pendekatan yang dapat dilakukan salah satunya apa yang dipaparkan oleh Salisbury (1996) yaitu tentang Five Technologies untuk perubahan pendidikan. Teknologi ini sudah banyak diterapkan dalam dunia bisnis dan menjadikan kegiatan bisnis menjadi lebih kompetitif dan siap terhadap perubahan. Teknologi tersebut adalah: (1) System Thinking (Berpikir serba Sistem), (2) System Design (Perancangan Sistem), (3) Quality Science (Ilmu Kualitas), (4) Change Management (Manajemen Perubahan), (5) Instructional Technology (Teknologi Pembelajaran) Dan mengenai perkembangan pendayagunaan TIK untuk pendidikan, TIK memainkan peran yang sangat luar biasa untuk mendukung terjadinya proses belajar yang active, constructive, collaborative, intentional, conversational, contextualized, dan reflective. Pemanfaatan TIK sendiri, UNESCO (2002) mengelompokkan level pemanfaatan TIK di sekolah kedalam empat level, yaitu level emerging, applying, infusing/integrating, dan transforming yang dapat memudahkan pengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran, sehingga mendapatkan manfaat dan kemudahan bagi para guru ketika menyampaikan pelajaran dan murid ketika menyerap pelajaran yang disampaikan bahkan lebih jauh mampu mengelaborasi pembelajaran yang bermakna. Daftar Pustaka Anjas, (2008). Lima Teknologi untuk Perubahan Pendidikan Menuju Lembaga Pendidikan Unggul. http://rbi-online.org/2008/?p=20
Anonim (2008). Mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kedalam Proses Pembelajaran (apa, mengapa dan bagaimana). http://ilmuwanmuda.wordpress.com/2008/05/31/ Chaeruman, U.A (2009). Level Pemanfaatan ICT di Sekolah. http://fakultasluarkampus.net/level-pemanfaatan-ict-di-sekolah/ Darmawan, D. (2007). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Arum Mandiri Press Dryden, Gordon; dan Voss, Jeanette; (1999), ‖The Learning Revolution: to Change the Way the World Learn‖, the Learning Web, Torrence, USA, http://www.thelearningweb.net. UNESCO Institute for Information Technologies in Education (2002), ―Toward Policies for Integrating ICTs into Education” Hig-Level Seminar for Decision Makers and Policy-Makers, Moscow 2002. Fryer, Wesley A. (2001), Strategy for effective Elementary Technology Integration. http://www.wtvi.com/teks/integrate/tcea2001/powerpointoutline.pdf Haryanto, E. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan Perkembangannya. Makalah Offline. Jhurree, Vikashkumar, ―Technology Integration in Education in Developing Countries: Guidelines to Policy Makers‖ dalam International Education Journal, 2005, 6(4), 467-483. ISSN 1443-1475 © 2005 Shannon Research Press http://iej.com.au Kementerian Negara Riset dan Teknologi. (2006). Buku Putih.Penelitian Pengembangan dan Penerapan IPTEK Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Tahun 2005-2025. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi. NIE, Singapore, ―General Typology of Teaching Strategies in Integrated Learning System‖, http://www.microlessons.com. Norton, Priscilla; dan Spargue, Debra; (2001), Technology for Teaching, Allyn and Bacon, Boston, USA. Rogers. (1989). Communication Technology. New York: Prentice Hal Company. Salisbury, D.F. (1996). Fife Technologies for Education Chage. New Jersey: Educational Technology Publications.