[105] Gempita Seruan Khilafah di Nusantara (2) Wednesday, 23 October 2013 15:05
Muktamar Khilafah 1434 H
Banjarmasin
Muktamar Khilafah 2013 Kalimantan Selatan, Kamis (9/5), dimulai dengan sambutan pembuka oleh Baihaki al-Munawwar, Ketua DPD I HTI Kalsel. Dalam orasinya, Ia mengharapkan, semangat ini bisa menjadi pemicu persatuan umat Islam, untuk bersama memperjuangkan Khilafah Islamiyah.
Khilafah Islamiyah merupakan pelindung umat Islam dari keterpurukan. Dan kegiatan ini, merupakan pengingat kepada umat Islam, bahwa mereka pernah memiliki Khilafah, sebelum diruntuhkan laknatullah Mustafa Kemal Attaturk.
Ia pun berterimkasih atas kehadiran ribuan peserta, yang memadati Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin.
“Sejak kehilangan institusi pelindung, dan pemersatu, umat Islam terpuruk, tercabik, harta kekayaan mereka dirampas, agama dihinakan, dan terpuruk luar biasa,” teriak Baihaki di hadapan lebih 10.000 hadirin.
1/6
[105] Gempita Seruan Khilafah di Nusantara (2) Wednesday, 23 October 2013 15:05
Ia pun meminta para peserta ikut menunaikan kewajiban, untuk berjuang menegakkan Khilafah Islamiyah, menuju perubahan besar dunia yang menyejahterakan.
Lampung
Di hadapan sekitar sebelas ribu warga Lampung, Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Lampung Dudy Arfian menyatakan menegakkan khilafah adalah kewajiban. “Yakni telah menjadi kewajiban setiap Muslim sesuai kemampuan masing-masing!” katanya, Ahad (12/5) di Stadion Sumpah Pemuda, Bandar Lampung.
Menurutnya, kewajiban menegakkan khilafah ini asalnya adalah fardhu kifayah, bukan fardhu ‘ain. Namun berhubung fardhu kifayah ini kenyataannya sudah 91 tahun —sejak Khilafah Utsmaniyah runtuh di Turki pada Rajab 1343 H (1924 M)— kaum Muslim belum dapat mewujudkan tegaknya kembali khilafah, maka hukum menegakkan khilafah saat ini, telah menjadi fardhu ‘ain. Karena berdasarkan Ijma sahabat, kaum Muslim hanya boleh kosong tanpa kepemimpinan khilafah selama tiga hari tiga malam saja.
“Maka dari itu, kami Hizbut Tahrir menyeru kepada hadirin sekalian, untuk turut berjuang bersama-sama kami menegakkan kewajiban yang suci dan agung ini, yaitu kewajiban menegakkan khilafah!” pekiknya yang kemudian disambut takbir ribuan peserta.
Dalam perhelatan itu tampak hadir pula tokoh-tokoh Lampung, di antaranya adalah Iqbal Rasyid (Ketua KPID Lampung); Alfian (LBH Lampung); KH Komarudin (Ulama Lampung Timur); Mawardi (Mantan Dirut PT KAI) dan Dirwan (Muhammadiyah Lampung).
Palangkaraya
Di hadapan sekitar 3.000 peserta Muktamar Khilafah Kalimantan Tengah, Representasi Kantor Media Pusat (CMO) Hizbut Tahrir Asia Tenggara Tun Kelana Jaya menyatakan empat arah perubahan hakiki yang harus dicapai kaum Muslim dalam kehidupan bernegara. “Perubahan
2/6
[105] Gempita Seruan Khilafah di Nusantara (2) Wednesday, 23 October 2013 15:05
yang kita tuju harus mencakup empat perubahan besar dan mendasar,” ungkapnya, Ahad (12/5) di Stadion Tuah Pahoe, Palangkaraya.
Pertama, perubahan prinsip kedaulatan di tangan rakyat menjadi kedaulatan di tangan syara (a s-siyâdatu li asy-syar’iy ). Kedua, perubahan kekuasaan di tangan pemilik modal menjadi kekuasaan di tangan umat ( as-sulthânu lil ummah ). “Artinya, pemimpin hanyalah yang dipilih oleh umat untuk menerapkan syariat,” beber Tun.
Ketiga, jadikan hak tabanni atau adopsi hukum berada di tangan khalifah (kepala negara Islam/khilafah). Dalam perkara-perkara individual, hukum diserahkan kepada hasil ijtihad para mujtahid. Perbedaan pendapat dijamin.
Sementara, lanjutnya, dalam masalah sistem (sosial, politik, ekonomi) khalifah mengambil salah satu pendapat terkuat diantara pendapat para mujtahid yang telah digali dari sumber-sumber hukum Islam.
Batam
Hizbut Tahrir Indonesia mengungkap fakta sejarah yang menunjukkan nasionalisme ternyata melemahkan umat Islam. “Nasionalisme dalam sejarah umat Islam hingga kini terbukti telah menjadi racun yang berbahaya dan melumpuhkan,” ungkap aktivis HTI Batam Abdillah, pada Muktamar Khilafah Kepulauan Riau, Ahad (12/5) di Lapangan Tumenggung Abdul Jamal, Batam.
Dalam sejarah umat Islam, paham nasionalisme ini memiliki peran penting untuk meruntuhkan Khilafah. “Akibat paham nasionalisme, Negara Islam yang sebelumnya bernaung di bawah panji tauhid, di bawah satu negara Khilafah Islamiyah akhirnya dipecah-pecah menjadi sekitar 70 negeri-negeri kecil yang satu sama lain saling bersengketa,” ungkapnya.
3/6
[105] Gempita Seruan Khilafah di Nusantara (2) Wednesday, 23 October 2013 15:05
Menurutnya, nasionalisme terbukti menghilangkan kepedulian umat sehingga kaum Muslim menjadi lemah. Negeri-negeri Islam menjadi santapan empuk bangsa-bangsa imperialis. “Namun, mereka menghadapi persoalan itu hanya dengan sendiri-sendiri. Dengan alasan bukan masalah negara kita, bukan masalah kepentingan nasional kita, umat Islam tidak peduli terhadap nasib saudaranya yang lain,” bebernya.
Dalam perhelatan yang dihadiri sekitar 3000 warga Kepulauan Riau tersebut tampak juga para pimpinan pondok pesantren beserta santrinya, di antaranya adalah dari Ponpes An-Ni’mah, Ponpes Al-Ukhuwah dan Ponpes Bina Ummah.
Jayapura
Hizbut Tahrir Indonesia menegaskan demokrasi adalah sistem kufur. “Dikatakan kufur karena demokrasi dengan pilar utamanya kedaulatan rakyat (as-siyadah lil sya’bi), telah menjadikan sumber hukum adalah akal dan hawa nafsu manusia atas nama rakyat!” ungkap aktivis HTI Papua Giri Pujo Sumadyo, Ahad (12/5) di Gedung LPTQ, Jayapura.
Tentu, lanjut Giri, hal ini sangat-sangat bertentangan dengan prinsip utama aqidah Islam berupa kedaulatan di tangan Allah SWT (as siyadah lil syar’i). “Alquran dengan tegas menyatakan siapapun yang berdasarkan keimanannya tidak mau berhukum pada hukum Allah SWT, dengan tegas dinyatakan sebagai kafir!” tegasnya.
Dalam muktamar yang dihadiri sekitar 900 peserta tersebut, tampak hadir pula beberapa tokoh Papua. Di antaranya adalah: Partino (Gurubesar Universitas Cendrawasih); KH Muhammad Sholeh (Pimpinanan Ponpes Yaa Bunayya Jayapura); Edi Mirza Nadzari (Pimpinan Muhammadiyah Kota Jayapura); Moedhar A Yasir (MUI Kota Jayapura) dan Hj Sutina Sutardi (Aisyah Jayapura).
Palembang
Di Palembang peserta Muktamar Khilafah Sumsel memadati Stadion Bumi Sriwijaya, Ahad (12/5). Selain orasi, acara diselingin serangkaian acara seperti aksi teatrikal, parade Al Liwa Ar
4/6
[105] Gempita Seruan Khilafah di Nusantara (2) Wednesday, 23 October 2013 15:05
Rayah, Nasyid N H Brothers, tambur, dan seni silat dari Sumatera Barat. Selain itu, juga diisi dengan bazar.
“Tujuan dilaksanakannya muktamar ini karena umat butuh perubahan. Dan perubahan itu tidak lain adalah mengembalikan khilafah ke tengah umat,” ujar DPD I HTI Sumsel, Mahmud Jamhur SP.
Menurutnya, pesan utama yang disampaikan adalah bahwa umat harus turut serta dan menjadi motor penggerak utama perubahan politik di mana pun berada.
Ia mengatakan, visi dan misi itu penting untuk terus ditegaskan dan dikokohkan, terlebih di tengah arus perubahan besar yang tengah terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti yang terjadi di Timur Tengah, juga di kawasan di Asia Tengah dan Asia selatan, Eropa, serta Amerika Serikat.
Samarinda
Di hadapan sekitar 7.000 peserta Muktamar Khilafah Kalimantan Timur, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan menegakkan khilafah suatu kewajiban yang sesungguhnya sudah jelas dalam ajaran Islam (ma’luumun minad diini bidh dharuurah).
“Namun terus disembunyikan, dimanipulasi, dan diperangi oleh kaum kafir penjajah dan penguasa umat Islam yang menjadi antek-antek kafir penjajah,” ungkap Mukhlas, Pengurus HTI Kota Balikpapan, Ahad (12/5) di Stadion Giri, Samarinda.
Mukhlas pun menyatakan kewajiban tegaknya Khilafah atau imamah itu, sesungguhnya telah disepakati oleh imam mazhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad, radhiyallahu ‘anhum.
Dalam kesempatan tersebut, tampak pula tokoh-tokoh Kalimantan Timur yang hadir. Di
5/6
[105] Gempita Seruan Khilafah di Nusantara (2) Wednesday, 23 October 2013 15:05
antaranya: Husni (Yayasan Pendidikan MADINA/Nurul Haq); H Djamani (Muhammadiyah); H Muslim Arsyad (Ulama Bontang); Syrojudin (Mubaligh dari Kota Bontang); Zainal Abidin (Ulama NU dari Bontang) dan H Arafah (alumni Pesantren Mangkoso Sulawesi).
Gelora seruan khilafah dalam Muktamar Khilafah pun digelar di tiga kota berbeda lainnya, di hari yang sama Ahad 12 Mei 2013. Sorong MK digelar di Aula Akbar Conventin Center dihadiri ratusan peserta, di Ambon digelar di Gedung Azhari Ambon dihadiri ratusan peserta, sedangkan di Bengkulu MK digelar di Balai Buntar Kota Bengkulu dan juga dihadiri ratusan peserta.
Melalui muktamar ini, HTI ingin menunjukkan arah perubahan yang semestinya adalah menuju tegaknya khilafah.[] kontributor daerah/fatih mujahid/joko prasetyo
6/6