DAFTAR ISI
PENGANTAR………………………………………………………………………ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv I. UNSUR-UNSUR SKRIPSI .................................................................................... 1 A. BAGIAN AWAL ................................................................................................... 1 1. Halaman Judul................................................................................................ 1 2. Lembar Pengesahan ....................................................................................... 2 3. Pernyataan ...................................................................................................... 3 4. Halaman Persembahan ................................................................................... 4 5. Prakata ............................................................................................................ 5 6. Daftar Isi......................................................................................................... 5 7. Abstrak ........................................................................................................... 5 B. BAGIAN UTAMA ................................................................................................. 6 1. Pendahuluan ................................................................................................... 7 2. Uraian Isi Skripsi ......................................................................................... 11 C. BAGIAN AKHIR ................................................................................................. 12 1. Daftar Pustaka .............................................................................................. 12 2. Daftar Riwayat Hidup Penulis ..................................................................... 13 II. BAHAN DAN FORMAT PENULISAN SKRIPSI ............................................ 14 A. BAHAN ............................................................................................................. 14 B. LAYOUT ............................................................................................................ 14 1. Pengetikan .................................................................................................... 14 C. FORMAT NASKAH ............................................................................................. 17 1. Kutipan ......................................................................................................... 18 2. Referensi, Catatan, dan Bibliografi .............................................................. 25 III. BAHASA ........................................................................................................... 33 A. KALIMAT .......................................................................................................... 33 1. Kesatuan Gagasan ........................................................................................ 34 2. Koherensi yang Kompak .............................................................................. 34 3. Penekanan .................................................................................................... 34 4. Penalaran ...................................................................................................... 35 B. ALINEA ............................................................................................................. 36 1. Kesatuan Alinea ........................................................................................... 36 2. Koherensi Alinea.......................................................................................... 36 3. Hubungan antar Alinea ................................................................................ 38 C. PEDOMAN KEBAHASAAN .................................................................................. 39 1. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring ............................................... 39 2. Penulisan Kata.............................................................................................. 44 3. Pemakaian Tanda Baca ................................................................................ 49
I. UNSUR-UNSUR SKRIPSI Skripsi tersusun terdiri dari beberapa unsur. Secara garis besar, unsur-unsur dalam skripsi dapat dipilah menjad 3 (tiga) bagian, yaitu unsur bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir.
A. Bagian Awal Bagian awal skripsi meliputi beberapa sub unsur. Sub sub unsur yang dimaksud antara lain (1) halaman judul, (2) lembar pengesahan, (3) pernyataan, (4) halaman persembahan, (5) prakata, (6) daftar isi, dan (7) abstrak atau intisari.
1. Halaman Judul Halaman judul adalah lembar paling awal yang memuat judul skripsi, identitas penulis, dan identitas kelembagaan yang menjadi afiliasi mahasiswa dalam menyusun skripsi, disertai logo lembaga. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat contoh di bawah ini.
KARAKTER GÊNDHING UNTUK LOMBA KARAWITAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA
Skripsi
Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh derajat sarjana Proram Studi Etnomusikologi
Diajukan oleh Sugriwo Subali NIM. 10112114
Kepada Jurusan Etnomusikologi FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA 2010
1
2. Lembar Pengesahan Lembar pengesahan adalah suatu halaman yang menunjukkan keabsahan skripsi dalam 2 (dua) hal. Pertama adalah halaman yang menunjukkan keabsahan bahwa skripsi telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan dalam ujian skripsi. Persetujuan pembimbing diperlukan. Apabila pembimbing belum menyetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi, maka skripsi belum dapat diujikan. Kedua adalah halaman yang menunjukkan keabsahan bahwa skripsi telah diuji oleh tim penguji yang dibentuk oleh Dekan Fakultas Seni Pertunjukan atas usul Jurusan Etnomusikologi. Jadi lembar pengesahan ada 2 (dua) macam, yaitu lembar perstujuan dosen pembibing, lembar penerimaan tim penguji atas isi skripsi dalam suatu sidang pendadaran skripsi. Contoh lembar pengesahan persetujuan pembimbing skripsi adalah seperti berikut.
KARAKTER GÊNDHING UNTUK LOMBA KARAWITAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA
Skripsi Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh derajat sarjana Proram Studi Etnomusikologi
Diajukan oleh Sugriwo Subali NIM. 10112114
Disetujui Untuk Diuji Pembimbing Skripsi
Isti Kurniatun, S.Kar., M.Hum
2
Contoh untuk lembar pengesahan yang menunjukkan keabsahan bahwa skripsi telah diuji oleh tim penguji adalah seperti gambar pada halaman berikut ini. KARAKTER GÊNDHING UNTUK LOMBA KARAWITAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA Skripsi
Diajukan oleh Sugriwo Subali NIM. 10112114
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada tanggal 27 September 2010
1. Dr. Zoelkifli Lubis, M.Hum Ketua Tim Penguji merangkap Anggota
1. ……………………………..
2. Dr. Manggala Gita Wrahatnala, M.Sn. Anggota Tim Penguji
2. ……………………………..
3. Isti Kurniatun, S. Kar., M. Hum Pembimbing Skripsi/Anggota Tim Penguji
3. ……………………………..
3. Pernyataan Unsur selanjutnya yang perlu ada adalah pernyataan resmi penulis skripsi. Pernyataan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis benar-benar merupakan hasil karyanya sendiri. Bukan merupakan plagiasi atau hasil jiplakan dari karya orang lain. Pernyataan itu menegaskan bahwa isi skripsi tidak terdapat karya dan pendapat orang lain yang pernah digunakan untuk meraih gelar kesarjanaan dalam suatu perguruan tinggi. Pendapat atau karya orang lain hanya ada sebagai sesuatu yang dikutip atau diacu, dan sumber-sumber acuan itu diterakan di dalam naskah skripsi sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah yang berlaku dalam dunia akademik. Apabila di kemudian hari skripsi tersebut terbukti bukan karya dari penulis skripsi sendiri, terdapat pendapat pihak lain yang tidak dijelaskan sumber-sumbernya
3
secara jujur sesuai kaidah penulisan ilmiah, yang bersangkutan bersedia menerima sangsi dalam bentuk apapun, dan dapat digugurkan gelar kesarjanaannya sesuai peraturan yang berlaku. Contoh pernyataan adalah seperti di bawah ini. PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Di dalam skripsi ini juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu di dalam naskah skripsi ini, yang sumbersumbernya disebutkan di dalam daftar pustaka.Saya bersedia menerima sanksi apabila di kemudian hari terbukti saya melakukan kecurangan. Surakarta, 27 September 2010
Sugriwo Subali
4. Halaman Persembahan Halaman persembahan adalah suatu halaman yang berisi pernyataan persembahan penulis skripsi terhadap orang-orang yang secara emosional dekat dengan yang bersangkutan. Oleh karena itu skripsi yang dipersembahkan kepada orang-orang tersebut. Halaman ini tidak wajib ada. Contoh halaman persembahan adalah seperti berikut.
Skripsi ini saya persembahkan kepada dua orang yang paling berjasa dalam hidup saya. Pertama untuk Ibunda yang selalu rajin berdoa untuk anak-anaknya. Kedua adalah untuk Ayahanda yang selalu mengajari anakanaknya untuk hidup disiplin. Tanpa doa Ibunda dan pelajaran disiplin Ayahanda skripsi ini tidak akan pernah ada.
4
5. Prakata Unsur penting lain adalah prakata. Ini adalah ungkapan pribadi penulis skripsi. Isinya adalah ungkapan terima kasih kepada orang-orang yang dianggap berjasa dan membantu dalam proses studi mahasiswa hingga berhasil menulis skripsi. Beberapa pihak secara formal telah berjasa, misalnya Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, dan para dosen yang teah member kuliah, serta berbagai pihak yang telah memudahkan mahasiswa penulis skripsi dalam proses belajar. Selain berbagai pihak yang jasanya ada karena hubungan yang bersifat formal, ada juga berbagai pribadi yang secara informal telah membantu penulis skripsi. Ungkapan terima kasih terhadap keduanya dapat disampaikan di sini. Prakata juga dapat memuat beberapa persoalan yang menyinggung persoalan minat penulis skripsi untuk memilih objek dengan ungkapan secara informal. Namun ungkapan itu bukan merupakan pengulangan dari penjelasan mengenai pentingnya penelitian yang juga dijelaskan di dalam latar belakang penelitian.
6. Daftar Isi Daftar isi memuat daftar judul bab dan sub judul bab secara berjenjang yang merupakan isi pemaparan skripsi. Setiap judul bab dan sub judul bab didaftar dan di samping judul bab dan sub judul bab diterakan nomor halaman yang menunjukkan di mana judul bab dan sub judul bab berada di dalam naskah skripsi tersebut.
7. Abstrak Abstrak atau intisari adalah ringkasan sependek-pendeknya dari seluruh isi skripsi, yang mengandung semua informasi isi skripsi. Abstrak atau intisari sangat diperlukan terutama oleh para pembaca, karena tujuan abstrak adalah untuk menyediakan informasi yang cukup agar pembaca dapat mengambil keputusan apakah dia perlu membaca keseluruhan skripsi atau tidak. Abstrak atau intisari suatu skripsi harus memuat informasi mengenai (1) objek atau sasaran penelitian, (2) metode pelaksanaan penelitian, dan (3) hasil yang diperoleh. Intisari atau abstrak tidak lazim ditulis lebih dari satu halaman. Jarak penulisan intisari atau abstrak rata-rata adalah 1 (satu) spasi. Pada bagian abstrak, sebelum kalimat 5
pertama dari abstrak diterakan, ditunjukkan kata kunci dari isi skripsi. Contoh penulisan abstrak adalah seperti pada halaman berikut.
ABSTRAK
Kata kunci: semiotik, musikalitas, makna, sinkretisme nilai Studi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai fenomena musik sholawat campurngaji. Obyek materialnya adalah realitas kehidupan musik yang dikembangkan masyarakat Muslim di pinggiran kota Solo, di Kampung Debegan dan Kedungtungkul, Kalurahan Mojosongo, Jebres, Surakarta. Musik ini memiliki musikalitas, cara dan konteks pertunjukan yang khas. Studi ini dilaksanakan dengan mempelajari kemampuan pikiran yang melekat pada fakta artistik. Pendekatan yang digunakan bersifat semiotik, karena dilakukan dengan “membaca” fakta artistik agar dapat ditemukan pikiran-pikiran yang menjadi subordinan adanya musik dan pertunjukan musik itu. Hasilnya menunjukkan, (1) musikalitas musik ini memuat elemen estetik yang merupakan perpaduan dari berbagai sumber. Perpaduan itu dapat dilihat dari sistem modal, instrumentasi, dan repertoar yang digunakan. (2) Pertunjukannya meliputi unsur-unsur yang mencerminkan perpaduan berbagai sumber elemen nilai etik dan estetik. (3) Di balik musikalitas dan pertunjukannya terdapat makna yang berupa gagasan para kreator, fan, dan penanggapnya. Musik ini mencerminkan sinkretisme nilai budaya yaitu nilai-nilai kemusliman, kemodernan, ketradisionalan dan ke-Jawa-an. Di balik itu terdapat hakekat tersembunyi yang menunjukan bahwa musik ini adalah manifestasi kesadaran dan eksistensi wong cilik untuk mengelola pengalaman, cita rasa estetik dan nilai-nilai etiknya sendiri.
B. Bagian Utama Bagian ini merupakan bagian terpanjang dari seluruh paparan isi skripsi. Di dalamnya terkandung beberapa bab diantaranya (1) bab tentang pendahuluan, dan (2) bab-bab tentang hasil penelitian. Bab tentang pendahuluan terdiri dari penjelasan atau pemaparan mengenai (1) latar belakang pemilihan objek penelitian skripsi, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) tinjauan pustaka, (6) kerangka konseptual, dan (7) metode penelitian. Bab-bab mengenai hasil penelitian adalah bagian yang mendiskusikan realitas-realitas empiris yang menjadi objek temuan dari pelaksanaan penelitian. Bagian ini terbagi sekurang-kurangnya dalam 3 (tiga) bab, tergantung jumlah pembagian kategoris konsep-konsep yang hendak diurai peneliti dalam skripsi. 6
Bab paling awal lebih banyak berisi data-data dan dan penjelasannya. Bab itu menjelaskan berbagi hal yang ditemukan selama proses penelitian berlangsung. Bab yang dimaksud ini berfungsi untuk memaparkan realitas empiris objek yang menjadi sasaran penelitian. Pemaparannya dapat dilakukan dengan deskripsi verbal dan kualitatif. Untuk mendukung kejelasan pemaparannya dapat pula dibantu dengan menggunakan gambar, foto, atau tabel. Bab berikutnya adalah bab-bab yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam rumusan masalah, dan telah ditulis di bagian pendahuluan. Masing-masing bab merupakan pengelompokan, pembagian, jenis, keluarga, atau tipe konsep yang melekat pada objek. Di dalamnya digambarkan berbagai berbagai klasifikasi dan analisis konseptual atas objek yang menjadi sasaran penelitian. Jadi, bab-bab itu adalah pemaparan deskriptif atau preskriptif atas identitas atau diferensiasi atas unsur atau aspek kategoris tertentu dari objek.
1. Pendahuluan Pendahuluan adalah paparan awal dari isi naskah skripsi. Isinya adalah suatu informasi peralihan dari informasi yang bersifat umum ke informasi yang bersifat spesifik. Oleh karena itu, seorang penulis skripsi tidak selayaknya melangkah terlalu jauh di dalam menulis pendahuluan. Bab pendahuluan hanya memaparkan (1) hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian skripsi yang sedang dilaksanakan, dan (2) kontribusi khas yang dihasilkan dari penelitian skripsi. Bab pendahuluan dalam sebuah skripsi pada umumnya berisi (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan dan manfaat penelitian, (4) tinjauan pustaka, (5) landasan teori atau kerangka konseptual, (6) metode penelitian, dan (7) sistematika pembahasan.
a. Latar Belakang Pada bagian latar belakang, harus mampu menjawab pertanyaann mengapa penelitian dengan objek yang telah dipilih dirasakan perlu untuk dilakukan. Jawaban pertanyaan pertama adalah paparan deskriptif yang diturunkan atau ditemukan dari pengamatan empiris atas suatu fakta dan realita terhadap benda7
benda, peristiwa-peristiwa, maupun fenomena-fenomena. Paparan deskriptif sebagai jawaban atas pertanyaan itu juga dapat diturunkan atau ditemukan dari berbagai literature mengenai objek tertentu. Di sini penulis skripsi harus mengemukakan masalah yang dia anggap penting untuk segera diteliti, dan menjelaskan alas an rasional skripsi yang ditulis menaruh perhatian besar terhadap objek yang dipilih oleh penulisnya sendiri. Pada prinsipnya, pada bagian latar belakang mengandung penjelasan tentabng pentingnya masalah yang dihadapi untuk dipahami, atau dijelaskan, dipecahkan.
b. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah penjelasan terperinci mengenai masalah yang muncul, yang telah diuraikan pada bagian latar belakang. Rumusan masalah diakhiri dengan
pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan
diajukan
untuk
menunjukkan
ketidaktahuan penulis skripsi mengenai suatu permasalahan, terkait dengan objek yang dipilih, dan sesuai dengan pespektif yang dipahami. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian adalah gambaran bahwa peneliti tahu bahwa dia tidak tahu akan suatu hal yang perlu diketahui. Oleh karena itu, pertanyaan diajukan berdasarkan hal yang tidak diketahuinya itu. Penjelasan terperinci mengenai masalah yang dipaparkan sebelum diajukannya pertanyaan adalah suatu paparan mengenai persoalan-persoalan yang belum diketahui oleh penulis skripsi.
c. Tujuan dan Manfaat Tujuan adalah deskripsi mengenai maksud yang hendak dicapai ketika penelitian ini dilaksanakan. Tujuan menggambarkan aktualisasi akhir dari jawaban pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Oleh karena itu, tujuan adalah uraian spesifik yang ingin dicapai dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, misalnya hendak mendeskripsikan, menemukan, mengungkap, merumuskan sesuatu yang dipertanyakan dalam rumusan masalah. Manfaat adalah suatu ungkapan mengenai fungsi atau kegunaan pelaksanaan dan/atau hasil penelitian. Ungkapan itu mengenalkan kaitan hasil penelitian ini dengan sejumlah objek persepsi, sejumlah objek yang tampak pada kesadaran. Misalnya kaitan penelitian ini dengan perkembangan
ilmu pengetahuan 8
etnomusikologi, dengan dunia akademik, dengan dunia kesenimanan, atau dengan kehidupan kebudayaan dalam kehidupan bernegara.
d. Tinjauan Pustaka, Tinjauan pustaka adalah paparan yang menjelaskan sampai di mana pemahaman masyarakat akademik pada umumnya mengenai objek yang dipilih untuk diteliti dan ditulis dalam skripsi. Oleh karena itu, tinjauan pustaka adalah paparan atau review mengenai tulisan-tulisan yang pernah ada mengenai objek yang dijadikan sasaran penelitian skripsi. Tulisan-tulisan yang pernah ada mengenai objek adalah tulisan-tulisan yang memiliki objek material maupun objek formal yang sama dengan sasaran penelitian skripsi. Dari telaah terhadap berbagai literatur terhadap objek yang sama dapat diketahui suatu masalah yang belum terjawab atau terpecahkan. Hal itu dimungkinkan karena tidak ada tulisan ilmiah yang benar-benar lengkap, yang benar-benar tuntas menelaah suatu objek. Pada dasarnya semua tulisan ilmiah selalu meninggalkan persoalan-persoalan baru—yang sering kali persoalan-persoalan baru itu tidak disadari oleh penulisnya sendiri, namun ada pula penulis yang menyebutkan secara langsung kekurangan-kekurangan hasil penelitian atau telaah akademis yang mereka lakukan—yang dapat menjadi sasaran penelitian lebih lanjut. Tinjauan pustaka dapat berfungsi sebagai sarana penegasan keaslian penelitian skripsi. Sebab, tinjauan pustaka dapat berupa paparan studi pustaka terhadap karya-karya ilmiah yang objeknya sama atau mirip dengan objek penelitian skripsi. Oleh karena itu, tinjauan pustaka secara implisit juga menunjukkan kebaruan atau sumbangan terbaru yang dimungkinkan oleh kegiatan penelitian skripsi yang sedang dilakukan. Tinjauan pustaka dapat pula berfungsi sebagai sarana penegasan perspektif dari penelitian skripsi yang dilakukan. Sebab, tinjauan pustaka dapat berupa paparan pemikiran-pemikiran tertentu yang terungkap dalam berbagai literatur yang menggunakan perspektif sama dengan penelitian skripsi. Paparan berbagi pemikiran itu dirangkai dan dikaitkan satu sama lain sehingga terbentuk suatu bangunan konseptual mengenai perspektif tertentu. Oleh karena itu, tinjauan pustaka juga 9
secara implisit menunjukkan sudut pandang tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk melihat objek yang menjadi sasaran penelitian skripsi.
e. Landasan Teori atau Kerangka Konseptual Di dalam penelitian pada umumnya—termasuk juga di sini adalah penelitian untuk skripsi—paparan mengenai landasan teori atau kerangka konseptual adalah harus ada. Paparan mengenai hal ini tidak dapat ditiadakan. Istilah landasan teori atau kerangka konseptual dapat diganti dengan istilah lain. Pada prinsipnya, istilah-istilah yang digunakan harus menunjukkan suatu paradigma penelitian yang dipilih dan ditentukan sendiri oleh peneliti atau penulis skripsi. Jadi, landasan teori atau kerangka konseptual adalah paradigma atau cara pandang terhadap objek yang menjadi sasaran penelitian yang digunakan. Di dalamnya berisi paparan mengenai model, pola, atau konsep yang merupakan klasifikasi kategoris terhadap objek yang menjadi sasaran penelitian. Bagian ini adalah deskripsi mengenai kategori konsep atau prinsip yang satu sama lain saling terhubung secara sistemik. Bagian ini adalah gambaran mengenai kuantitas, kualitas, dan relasi antar substansi yang satu sama lain berhubungan secara fungsional membentuk realitas konstruktif yang tampak sebagai objek, dan objek yang tampak menjadi sasaran penelitian. Bagian ini juga merupakan seperangkat pernyataan yang mampu mengklasifikasi berbagai hal yang ada dan melekat di dalam objek. Klasifikasi itu dapat menunjukkan (1) kuantitas berbagai hal, (2) kualitas berbagai hal, (3) relasi antar kualitas, (4) relasi antar kuantitas, dan (5) relasi antara kuantitas dan kualitas yang ada di dalam objek, sehingga kuantitas, kualitas dan relasi itu dapat menjadi ciri atau hakikat eksistensial dari objek yang menjadi sasaran penelitian.
f. Metode Penelitian Pada hakikatnya metode penelitian adalah sistem untuk membentuk pengetahuan ilmiah. Jadi, metode bersangkutan dengan isi ilmu. Oleh karena itu, metode dalam penulisan skripsi tidak dapat dilepaskan dengan hakekat isi skripsi. Metode adalah gambaran mengenai jalan atau cara mencapai totalitas dan kebenaran pengetahuan yang dituangkan dalam isi skripsi. Metode adalah gambaran 10
suatu pendekatan yang dipilih penulis skripsi untuk mempelajari objek yang telah ditentukan, sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Metode adalah tahapan-tahapan logis mengenai cara dan prosedur penelitian. Isi dari metode penelitian adalah penjelasan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan (a) materi penelitian, (b) alat-alat yang digunakan, (c) jalannya penelitian atau prosedur, dan (d) metode analisis. Materi penelitian adalah bahanbahan yang berupa benda, barang, atau peristiwa yang dijadikan sasaran untuk diteliti. Alat-alat yang digunakan adalah sarana yang berupa instrumen tertentu, yang akan digunakan sebagai alat bantu untuk memahami materi penelitian. Jalannya penelitian atau prosedur penelitian berisi penjelasan mengenai cara pengumpulan data dan unsur-unsur yang hendak dipelajari. Metode analisis adalah penjelasan kualitatif terhadap bagaimana cara penulis skripsi memahami, memilahmilah, dan memanfaatkan data-data dan unsur-unsur yang dipelajari yang telah terkumpul.
g. Sistematika Pembahasan Ini adalah bagian yang berisi uraian sistematis tentang isi skripsi. Bahasan yang disampaikan dimulai dari uraian mengenai isi bagian pendahuluan, kemudian disusul uraian mengenai isi tiap-tiap bab berikutnya setelah pendahuluan.
2. Uraian Isi Skripsi Uraian isi skripsi pada hakikatnya adalah jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan penulis skripsi pada rumusan masalah. Jawaban pertanyaan diuraikan dalam bab demi bab. Bab II berisi gambaran setting persoalan yang terkait dengan pertanyaan skripsi. Bab III adalah jawaban terhadap pertanyaan pertama yang telah diajukan. Bab IV adalah jawaban terhadap pertanyaan kedua. Apabila rumusan masalah hanya mengajukan dua pertanyaan, maka segera dilanjutkan dengan bab V yang berisi kesimpulan. Namun, apabila pertanyaan yang diajukan lebih dari tiga pertanyaan, maka setelah bab IV dilanjutkan lagi bab berikutnya yang menjawab pertanyaan hingga semua pertanyaan skripsi terjawab semuanya. Setelah semua pertanyaan selesai terjawab semua baru disusul dengan bab yang memuat kesimpulan. 11
Pemaparan di tiap-tiap bab—dari bab II, bab-bab yang menjawab pertanyaan penelitian skripsi, dan bab terakhir—berisi proposisi-proposisi ilmiah. Proposisi adalah kalimat atau pernyataan yang menegaskan sesuatu, yang memiliki nilai kebenaran, dan mempunyai hubungan dengan fakta, peristiwa, dan fenomena yang dapat diferivikasi dan dikonfirmasi. Proposisi adalah makna-makna yang dimiliki oleh pernyataan-pernyataan atau makna yang diungkapkan oleh suatu pernyataan. Proposisi-proposisi ilmiah dalam ilmu etnomusikologi dapat berbentuk (1) deskriptif, (2) preskriptif, (3) eksposisi pola, dan/atau (4) rekonstruksi historis. Proposisi berbentuk deskriptif adalah pernyataan ilmiah yang memberikan uraian mengenai bentuk, susunan, dan peranan berbagai entitas pembentuk suatu realitas artistik. Proposisi berbentuk preskriptif adalah petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu dilakukan seseorang manakala hendak mencipta realitas artistik sebagai penanda nilai tertentu, penanda aktualitas kemanusiaan, dan bentuk-bentuk empiris yang mampu menstimulir tumbuhnya perasaan menyenangkan dalam dunia seni. Adapun proposisi berbentuk eksposisi pola adalah pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola dalam suatu kumpulan sifat, ciri, dan kecenderungan suatu proses dari fenomena artistik yang terjadi dalam penciptaan karya seni. Sedangkan proposisi berbentuk rekonstruksi historis adalah pernyataan-pernyataan ilmiah yang memaparkan penggambaran dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan bagi pertumbuhan suatu genre seni atau gerakan artistik tertentu dari satu titik waktu menuju titik waktu tertentu, baik pertumbuhan itu bersifat alamiah ataupun bersifat artifisial.
C. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka Penulisan daftar pustaka didasarkan terhadap kepustakaan yang menjadi sumber dalam penyusunan proposal penelitian. Tujuan utama penyajian daftar pustaka adalah member informasi kepada pembaca agar dapat menemukan dengan mudah sumber yang disebutkan di dalam isi atau teks proposal penelitian. Penyusunan daftar pustaka dalam penulisan urut ke bawah dan penulisan urut ke kanan diatur sebagai berikut. 12
(a) Penulisan urut ke bawah harus disesuaikan dengan urutan abjad nama penulis terakhir dari setiap penulis—apa bila penulisnya terdiri dari dua orang atau lebih maka yang ditulis di depan dengan nama terakhir adalah penulis utama; (b) Penulisan urut ke kanan (b.1) untuk jurnal atau majalah ditulis: nama terakhir penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama jurnal atau majalah (nama jurnal atau majalah dicetak menggunakan huruf italic/miring), nomor edisi (dan nomor volume jika ada), dan nomor halaman yang diacu. Penulisan urut ke kanan (b.2) untuk buku: nama terakhir penulis, tahun terbit, judul buku (judul buku dicetak menggunakan huruf italic/miring), jilid (jika ada) edisi ke berapa, kota (utama) tempat buku diterbitkan, nama penerbit. Penulisan urut ke kanan (b.3) untuk sumber lain menggunakan cara yang lazim. Penulisan nama penulis, apabila penulis memiliki dua kata dalam namanya, nama pertamanya ditulis inisialnya saja dan diletakkan setelah penulisan nama terakhir (Misalnya, nama Rahayu Supanggah ditulis Supanggah, R.). Penulisan nama penulis untuk satu tulisan yang dikerjakan oleh dua hingga tiga orang penulis, semuanya harus dicantumkan. (Contoh, apabila satu tulisan dikerjakan oleh Bondet Wrahatnala dan Bondan Aji Manggala, maka penulisannya adalah Wrahatnala, B dan Manggala, B.A.). Apabila ditulis oleh empat orang penulis atau lebih, maka hanya ditulis penulis pertama saja,—nama penulis utama ditulis nama terakhirnya saja disusul inisial nama depannya—kemudian di belakangnya ditulis et al.,. (Contoh, apabila sebuah buku ditulis bersama oleh Isti Kurniatun, Sigit Astono, Bondet Wrahatnala dan Bondan Aji Manggala, maka penulisannya adalah Kurniatun, I. et.al,.)
2. Daftar Riwayat Hidup Penulis Daftar riwayat hidup (biodata atau curriculum vitae) penulis proposal memuat (a) nama lengkap, (b) nomor induk mahasiswa, (c) tempat dan tanggal lahir, (d) semester ke berapa dalam menjalani studi di Jurusan Etnomusikologi, (e) riwayat pendidikan mulai Sekolah Dasar hingga masuk perguruan tinggi, (f) karyakarya selama aktif menjadi mahasiswa, (g) kegiatan ko dan ekstra kulikuler yang pernah diikuti, (h) pertemuan-pertemuan ilmiah yang pernah diikuti, dan (i) penghargaan-penghargaan yang pernah diterima. 13
II. BAHAN DAN FORMAT PENULISAN SKRIPSI
A. Bahan Skripsi sebagaimana halnya proposal penelitian untuk skripsi diketik pada kertas HVS 80 gram, ukuran kuarto (21 X 28 Cm) dengan tinta hitam, dan ditulis dalam satu halaman muka, tidak bolak-balik. Tabel dan gambar—apabila ada— harus disajikan pada jenis kertas yang sama. Draft skripsi yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan diajukan untuk ujian skripsi (ujian pendadaran) sebanyak 4 eksemplar, disampul dengan warna merah maroon, dijilid dalam bentuk soft cover. Penjilidan tidak perlu dilakukan pemotongan kertas, agar setelah ujian usai, dan apabila tidak dilakukan revisi atau dilakukan revisi yang tidak terlalu banyak, halaman yang tidak berubah akibat revisi masih dapat digunakan lagi. Skripsi yang telah disahkan oleh Tim Penguji disampul warna merah maroon, dijilid dalam bentuk hard cover, dengan warna tulisan pada cover berwarna hitam sebanyak 5 eksemplar.
B. Layout
1. Pengetikan Pengetikan untuk skripsi menggunakan jenis huruf (font), bilangan, jarak baris, batas tepi, pengisian ruangan, dan penomoran halaman tertentu. Masingmasing program studi pada pergurun tinggi tertentu memiliki gaya selingkung masing-masing. Jurusan Etnomusikologi menentukan gaya selingkung tersendiri, dengan ketentuan pengetikan jenis huruf (font), bilangan, jarak baris, batas tepi, pengisian ruangan, dan penomoran halaman seperti berikut.
2. Jenis Huruf Huruf yang digunakan menggunakan bentuk huruf yang setara dengan Times New Roman 12. Seluruh naskah harus menggunakan jenis huruf yang sama. Untuk maksud/tujuan tertentu dapat menggunakan huruf miring atau italic dalam pengetikan kata.
14
3. Bilangan Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat, harus ditulis dengan dieja, misalnya: “Tiga gêndhing yang disajikan dalam klênèngan adalah…”.
4. Jarak Baris dan Alinea Jarak antara alinea satu dengan alinea yang lain tidak dibedakan dengan jarak pada tiap baris dalam setiap alinea. Skripsi diketik dengan jarak baris 2 (dua) spasi. Penulisan alinea baru diketik menjorok ke dalam dari tepi kiri 5 (lima) ketukan atau satu kali tab.
5. Batas Tepi Ketikan diatur dengan batas (a) tepi atas berjarak 4 (empat) Cm dari garis tepi kertas, (b) tepi bawah berjarak 3 (tiga) Cm dari garis tepi kertas, (c) tepi sebelah kiri brjarak 4 (empat) Cm dari garis tepi kertas, dan (d) tepi sebelah kanan berjarak 3 (tiga) Cm dari garis tepi kertas.
6. Pengisian Ruangan Ruangan yang terdapat pada tiap halaman naskah harus diisi penuh. Pengetikan harus dari batas tepi kiri sampai ke batas tepi kanan. Pengetikan tidak dibenarkan terdapat ruangan kosong terbuang, kecuali akan berganti bab baru atau hal-hal khusus yang secara teknis tidak memungkinkan terpenuhinya seluruh halaman.
7. Penomoran Halaman Setiap halaman naskah skripsi harus diberi nomor urut, kecuali halaman judul, lembar pengesahan, pernyataan, dan halaman persembahan yang terletak di bagian awal naskah. Halaman-halaman pada bagian awal yang meliputi prakata, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel (bila ada) diberi angka romawi kecil (contoh: iv, v, vi, vii, viii, ix, x, xi, xii dn seterusnya). Penomoran dihitung mulai dari halaman judul.
15
Pada bagian utama, mulai dari bab I atau bab pendahuluan hingga akhir seluruh skripsi—termasuk lampiran dan daftar riwayat hidup penulis—diberi nomor urut dengan angka Arab (contoh: 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya). Penomoran dimulai dari angka 1. Penomoran diletakkan di bagian sudut kanan atas. Semua nomor diketik kira-kira 2,5 Cm dari tepi kanan dan 2,5 Cm dari tepi atas. Pada halaman pertama dari suatu bab, nomor halaman diletakkan di sudut kanan bawah, diketik kira-kira 2,5 Cm dari tepi kanan dan 2,5 Cm dari tepi bawah.
8. Tingkatan Judul Judul dalam penulisan naskah ilmiah termasuk juga penulisan skripsi dimungkinkan bertingkat-tingkat. Oleh karena itu penulisannya diatur sebagai berikut. a. Judul skripsi ditulis dengan huruf kapital semua, ditempatkan di tengah dengan jarak seimbang atau simetris dari margin kiri dan margin kanan. Penulisan judul dicetak tebal (bold). b. Judul bab ditulis dengan huruf kapital semua, ditempatkan di tengah dengan jarak seimbang atau simetris dari margin kiri dan margin kanan. Penulisan judul bab dicetak tebal (bold). Penomoran tiap-tiap judul bab menggunakan angka romawi, seperti BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV dan seterusnya. Judul bab ditulis seperti berikut. BAB I PENDAHULUAN dan/atau BAB II GÊNDHING MATERI LOMBA dan seterusnya. c. Sub judul bab diketik dengan huruf kapital pada huruf pertama dari tiap kata. Judul bab diletakkan di tepi kiri berhimpitan dengan margin kiri, dan dicetak tebal (bold). Identifikasi setiap judul sub bab harus menggunakan penomoran yang merupakan pencirian dan perincian ke bawah. Identifikasi nomor yang digunakan adalah huruf kapital. Sub judul pertama dari suatu
16
bab adalah A., sub judul berikutnya adalah B., C., D., dan seterusnya. Contoh; A. Bentuk Gêndhing d. Anak sub judul bab diketik dengan huruf kapital pada huruf pertama dari tiap kata. Anak sub bab diletakkan ditempatkan di tengah dengan jarak seimbang atau simetris dari margin kiri dan margin kanan, dan dicetak tebal (bold). Identifikasi setiap judul anak sub bab harus menggunakan penomoran yang merupakan pencirian dan perincian ke bawah. Identifikasi nomor yang digunakan adalah angka Arab. Anak sub judul pertama dari sub judul bab adalah 1., sub judul bab berikutnya adalah 2., 3., 4., dan seterusnya. Contoh; 1. Lancaran e. Anak sub sub-bab diketik dengan huruf kapital pada huruf pertama dari tiap kata. Anak sub bab diletakkan di sebelah kiri berhimpitan dengan margin kiri, dan dicetak tebal (bold). Identifikasi setiap judul anak sub sub-bab harus menggunakan penomoran yang merupakan pencirian dan perincian ke bawah. Identifikasi nomor yang digunakan adalah huruf kecil. Anak sub sub-bab pertama dari suatu bab adalah a., sub judul berikutnya adalah b., c., d., dan seterusnya. Contoh; a. Tingkatan Garap Irama
C. Format Naskah Format penulisan skripsi pada Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesi (ISI) Surakarta menggunakan gaya penulisan gabungan antara Chicago Manual Style dan MLA (Modern Language Association of America) Style Manual dengan beberapa modifikasi seperlunya. Chicago Manual Style dan The MLA Style Manual adalah petunjuk penulisan ilmiah yang digunakan secara luas di berbagai universitas di Amerika, Kanada, dan negara-negara lain di Australia dan Eropa. Format penulisan ilmiah versi keduanya digunakan dalam bidang-bidang sosial, humaniora, dan berbagai disiplin terkait. Penentuan gaya ini dipilih dengan pertimbangan kepraktisan, keefektifan, kesingkatan, dan kesederhanaan format yang diperlukan dalam penulisan skripsi. 17
Gaya penulisan ini menyarankan bahwa penulisan sumber pustaka yang dikutip atau diacu baik secara langsung maupun tidak langsung harus disebutkan di dalam naskah, dengan teknik pengutipan tertentu, yang pengutipannya terkait dengan isi bibliografi atau daftar pustaka.
1. Kutipan Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat orang lain baik yang terdapat di dalam buku-buku, majalah, artikel, makalah, atau yang diucapkan seseorang secara langsung. Dalam penulisan skripsi dan karya ilmiah pada umumnya—makalah, artikel untuk jurnal, tesis, dan disertasi—sering kali menggunakan sumber-sumber pustaka untuk dikutip. Jadi, adalah wajar jika dalam penulisan skripsi, makalah, artikel untuk jurnal, tesis, dan disertasi di dalamnya terdapat banyak kutipan. Pengutipan tidak tabu, asalkan dilakukan dengan menggunakan etika, norm, dan kaidah-kaidah akademik. Pengutipan sering kali tidak dapat dielakkan, karena dilakukan untuk menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dinyatakan. Kutipan terdiri dari kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat, dari suatu teks asli hasil karya seseorang, baik yang telah dituangkan ke dalam suatu karya tulis maupun yang diucapkan secara oral. Kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat dari seorang yang telah dituangkan ke dalam suatu karya tulis maupun yang diucapkan secara oral dengan cara mengambil intisari dari pernyataan seseorang yang dikutip.
a. Prinsip Pengutipan Seorang penulis skripsi, makalah, artikel untuk jurnal, tesis, dan disertasi harus tunduk terhadap prinsip-prinsip pengutipan. Apabila tidak tunduk, ia dapat dikatakan sebagai plagiat, penjiplak, yang hakikatnya sama dengan perbuatan kriminal. Prinsip-prinsip itu di antaranya (1) tidak boleh melakukan perubahan terhadap sumber kutipan, (2) kesalahan yang ada pada sumber yang dikutip harus ditunjukkan, (3) bila ada bagian kutipan yang dihilangkan karena dianggap tidak relevan juga harus ditunjukkan. 18
(1). Tidak Melakukan Perubahan Sumber Kutipan Di saat menulis kutipan langsung, seorang penulis skripsi tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik penulisan dari teks aslinya. Jika penulis skripsi menganggap perlu melakukan perubahan teknik penulisannya, maka perubahan itu harus dinyatakan dengan jelas. Misalnya, di dalam naskah asli tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis dengan huruf miring, huruf tebal, atau digaris bawahi, tetapi karena pertimbangan tertentu—untuk memberi aksentusi, contoh, pertentangan dan sebagainya—dikutip dengan menggunakan teknik penulisa huruf miring, huruf tebal, atau digaris bawahi. Jika hal ini dilakukan seorang penulis skripsi, maka ia harus member keterangan. Keterangannya harus ditulis dalam tanda kurung segi empat […], yang menunjukkan bahwa perubahan itu dilakukan oleh penulis, dan bukan merupakan teks aslinya. Keterangan dalan kurung segi empat itu berbunyi [huruf miring dari saya, penulis].
(2). Menunjukkan Kesalahan pada Sumber Kutipan Bila dalam teks asli yang dikutip terdapat kesalahan atau keganjilan, baik dalam ejaan maupun dalam soal ketatabahasaan, penulis skripsi sebagai pihak yang mengutip tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia harus mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula jika pengutip tidak setuju dengan suatu bagian dari suatu pernyataan yang dikutip. Dalam hal terakhir, pengutipan tetap dilakukan, namun pengutip boleh mengadakan perbaikan dengan cara memberi catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan ditempatkan di dalam tanda kurung segi empat […] seperti telah diterangkan di atas. Catatan itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsure yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau tidak disetujui. Catatan itu berupa
tanda
[sic!].
Tanda
ini
menunjukkan
bahwa
pengutip
tidak
bertanggungjawab atas kesalahan itu, dan pengutip hanya sekedar mengutip sesuai dengan apa yang ada dalam naskah aslinya. Contoh: “Demikian pula dengan garap gêndhing yang juga punya makan [sih!] tersendiri”.
19
Kata makan dalam kutipan di atas sesungguhnya adalah salah cetak; seharusny adalah makna. Jadi kalimat di atas seharusnya adalah “Demikian pula dengan garap gêndhing yang juga punya makna tersendiri”, oleh karena itu di belakang kata makan diberi tanda [sih!]. Sebab, pengutip tidak boleh langsung member perbaikan kesalahan itu dengan merubahnya menjadi kata makna. Pengutip oleh karena itu harus memberi catatan dalam melakukan pengutipan.
(3). Menghilangkan sebagian dari Sumber Kutipan Penulis skripsi dalam mengutip boleh menghilangkan bagian-bagian tertentu dari teks yang dikutip. Syarat pengutipan demikian adalah tidak boleh mengakibatkan
perubahan
makna
aslinya
atau
makna
keseluruhannya.
Penghilangan itu dapat dilakukan dengan menggunakan tiga titik berspasi […]. Penempatan tiga titik berspasi itu adalah pada kata atau frasa yang dihilangkan, karena berfungsi untuk mengganti kata atau frasa yang dihilangkan itu. Contoh: Ackerman (1970: 19) memahami filsafat ilmu sebagai “…a critique of current scientific opinions…in term of criteria developed from such views” [“…suatu tinjauan kritis mengenai berbagai pandangan ilmiah mutakhir…berkenaan dengan pengembangan kriteria dari berbagai pandangan itu”]. Kutipan di atas menunjukkan bahwa ada bagian tertentu yang dihilangkan, namun tidak merubah makna asli dari teks yang dikutipnya.
b. Cara Pengutipan Di atas telah dijelaskan bahwa ada dua macam kutipan, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Perbedaan kutipan ini membawa konskwensi penulis skripsi untuk memasukkannya ke dalam naskah yang ditulisnya.
(1). Pengutipan Langsung Kutipan langsung seperti telah dijelaskan di atas adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat, dari suatu teks asli hasil karya seseorang, baik yang telah dituangkan ke dalam suatu karya tulis maupun yang diucapkan secara oral. Panjang dan pendeknya kutipan langsung
20
menentukan bagaimana penulis skripsi harus memasukkannya ke dalam naskah yang ditulisnya.
(a). Kutipan Pendek Kutipan langsung yang pendek, yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan harus diperlakukan dengan cara penulisan sebagai berikut. Kutipan harus (1) dimasukkan atau diintegrasikan langsung ke dalam teks, (2) jarak baris teks satu dengan baris berikutnya tidak berubah, yaitu dua spasi, (3) kutipan diapit dengan tanda kutip, dan (4) sebelum atau setelah kutipan selesai harus diberi referensi atau catatan mengenai sumber yang dikutip. Contoh: Ackerman (1970: 19) memahami filsafat ilmu sebagai “…a critique of current scientific opinions…in term of criteria developed from such views” [“…suatu
tinjauan
mutakhir…berkenaan
kritis dengan
mengenai
berbagai
pengembangan
pandangan
kriteria
dari
ilmiah berbagai
pandangan itu”]. atau Filsafat ilmu adalah “…a critique of current scientific opinions…in term of criteria developed from such views” [“…suatu tinjauan kritis mengenai berbagai pandangan ilmiah mutakhir…berkenaan dengan pengembangan kriteria dari berbagai pandangan itu”] (Ackerman, 1970: 19).
(b). Kutipan Panjang Kutipan langsung yang panjangnya lebih dari empat baris ketikan harus diperlakukan dengan cara penulisan sebagai berikut. Kutipan harus (1) dimasukkan dari teks, (2) jarak barisnya satu spasi, (3) kutipan boleh diapit atau tidak diapit dengan tanda kutip, (4) seluruh kutipan diketik menjorok masuk 5-7 ketikan. Jika kutipan diambil dari alinea baru, maka pengetikannya dimasukkan menjorok 5-7
21
ketikan lagi. (5) Sebelum atau setelah kutipan selesai harus diberi referensi atau catatan sumber yang dikutip. Contoh dapat dilihat pada paragraf berikut. Bunge (1967: 15) juga mengatakan bahwa “science is a discipline using the scientific method for the purpose of finding general patterns (laws)” [“ilmu adalah suatu disiplin (cabang pengetahuan) yang menggunakan metode ilmiah untuk tujuan penemuan pola-pola umum (hukum-hukum/dalildalil)”]. Bliss (1929: 190) meyakini bahwa “science is verified and organized knowledge, rationality and methodically proceeding from empirical and experimental data, simple concepts, and perceptual relations to generalizations, theories, laws, principles, and explications, and to more comprehensive conceptions and conceptual systems” [“ilmu adalah pengetahuan yang telah terbukti dan terorganisir, secara rasional dan metodis timbul dari data-data empiris dan eksperimental, dari konsep-konsep, dari hubungan-hubungan yang bersifat persepsional menjadi generalisasigeneralisasi, teori-teori, hukum-hukum [kaidah-kaidah/dalil-dalil], prinsip-prinsip, dan penjelasan-penjelasan, serta konsepsi-konsepsi yang lebih menyeluruh dan sistem-sistem konseptual”]. Contoh kutipan panjang di atas dapat pula ditulis dengan tidak menggunakan tanda kutip. Hal ini tidak akan menimbulkan keraguan karena semua yang dikutip dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan, seperti di bawah ini. Bliss (1929: 190) meyakini bahwa science is verified and organized knowledge, rationality and methodically proceeding from empirical and experimental data, simple concepts, and perceptual relations to generalizations, theories, laws, principles, and explications, and to more comprehensive conceptions and conceptual systems [ilmu adalah pengetahuan yang telah terbukti dan terorganisir, secara rasional dan metodis timbul dari data-data empiris dan eksperimental, dari konsep-konsep, dari hubungan-hubungan yang bersifat persepsional menjadi generalisasigeneralisasi, teori-teori, hukum-hukum [kaidah-kaidah/dalil-dalil], prinsip-prinsip, dan penjelasan-penjelasan, serta konsepsi-konsepsi yang lebih menyeluruh dan sistem-sistem konseptual]. Contoh kutipan panjang di atas diberi referensi atau catatan sumber yang dikutip sebelum kutipan dimulai. Pemberian referensi atau catatan sumber yang
22
dikutip dapat pula diberikan setelah sumber yang dikutip selesai. Contoh dapat dilihat pada paragraf di bawah ini. Hakikat ilmu adalah metode ilmiah itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang ahli filsafat ilmu yang menyatakan bahwa “science refers to the pursuit of objective knowledge from observation. Thus the term refers to a method (systematic acquisition and evaluation of information) and goal (identifying the nature or governing principles of what is being studied) rather than to any particular phenomena” [“ilmu menunjuk pada pencarian pengetahuan objektif yang didapat melalui observasi. Jadi istilah itu menunjuk suatu metode (perolehan dan evaluasi informasi secara sistematis) dan suatu tujuan (mengidentifikasi prinsip-prinsip dari apa yang dikaji) dari pada menunjuk segala fenomena yang bersifat khusus”] (Neale, 1973: 2).
(2). Pengutipan Tidak Langsung Kutipan tidak langsung seperti telah dijelaskan di atas adalah pinjaman pendapat dari seorang yang telah dituangkan ke dalam suatu karya tulis maupun yang diucapkan secara oral dengan cara mengambil intisari dari pernyataan seseorang yang dikutip. Oleh karena itu, pengutipannya tidak menggunakan tanda kutip [“…”]. Teknik pengutipan tidak langsung adalah (1) dimasukkan atau diintegrasikan langsung ke dalam teks, (2) jarak baris teks satu dengan baris berikutnya tidak berubah, yaitu dua spasi, (3) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip, dan (4) sebelum atau setelah kutipan selesai harus diberi referensi atau catatan mengenai sumber yang dikutip. Contoh: Carnap menyatakan bahwa ilmu meliputi semua pengetahuan teoretis, baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial serta ilmu humaniora. Pengetahuan teoretis mencakup pengetahuan yang ditemukan melalui prosedur ilmiah maupun berdasarkan pada common sense [akal sehat] pada kehidupan sehari-hari (1982: 45). Paragraf diatas adalah kutipan tidak langsung yang disarikan dari pendapat Carnap. Pendapat Carnap jika dikutip langsung adalah sebagai berikut.
23
“…including all theoretical knowledge, no matter whether in the field of natural sciences or in the field of the social sciences and the socalled humanites, and no matter whether it is knowledge found by the application of special scientific procedures, or knowledge based on common sense in everyday life” [“…termasuk semua pengetahuan teoretis, tidak peduli apakah dalam bidang ilmu-ilmu alam atau dalam bidang ilmu-ilmu sosial serta apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan humaniora, dan tidak peduli apakah itu merupakan pengetahuan yang ditemukan dengan penerapan prosedur-prosedur khusus yang bersifat ilmiah, atau pengetahuan pengetahuan berdasarkan pada common sense [akal sehat] pada kehidupan seharihari”] (Carnap, 1982: 45).
c. Wawancara dan Narasumber Penulisan skripsi selalu didahului dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan seorang peneliti dan penulis skripsi dimungkinkan mencari dan mendapatkan data dari wawancara dengn berbagai narasumber yang dianggap relevan.
Dimungkinkan
pernyataan-pernyataan
oral
narasumber
dikutip
sebagaimana terjadi pada pengutipan pada sumber-sumber tertulis lainnya. Jika terjadi pengutipan pernyataan oral dari seorang narasumber, maka pernyataan itu harus dijelaskan, terutama berkenaan dengan kapan penyataan itu dikeluarkan dan siapa narsumber pembuat pernyataan. Contoh: Tjitro Sukarno lulus sebagai siswa pedalangan terbaik. Sebagai dalang ia tidak pernah tertarik menjadi dalang yang mengabdi pada kepentingan “pasar”. Ia lebih suka mengembangkan cak-cakan pedalangan “ideal” menurut pakêm pakeliran, pelajaran yang diterimanya dari Karaton. Pakeliran yang disajikan cenderung bersifat “idealistik”. Pandangan dan sikap hidupnya pun sering didasari dan dipengaruhi piwulang dalam pedalangan (Sunarmo, wawancara 4 Juli 2008). Contoh di atas menunjukkan bahwa informasi sepanjang satu alinea itu merupakan pernyataan dari seorang narasumber bernama Sunarmo, dalam suatu wawancara yang terjadi pada tanggal 14 Juli 2008. Petunjuk mengenai siapa jati diri Sunarmo harus dituangkan ke dalam suatu lampiran yang berupa daftar narasumber. Contoh daftar narasumber adalah sebagai berikut. 24
DAFTAR NARASUMBER
1. Christopher J. Miller, 42 tahun, komposer, praktisi karawitan tradisi dan kontemporer dan kandidat doctor etnomusikologi, lecturer pada Cornell University, Alumni Music Department Wesleyan University (M.A), dan Simon Fraser University (B.A), sekarang menjadi Director of Cornell Gamelan Ensemble. 2. I.M. Hardjito, 63 tahun, Seniman Karawitan, Komposer, Senior Lecturer, Artists in Residence pada Wesleyan University, Middletown, CT. USA. 3. Jody Diamond, 57 tahun, komposer Amerika yang menaruh perhatian khusus pada karawitan tradisi dan karawitan kontemporer (new music for Indonesian gamelan) dan aktif dalam dunia internasional sebagai scholar, performer, dan publisher. 4. Sunarmo, 74 tahun, Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (Guru), Mantan Kepala Desa Rejosari, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, Mantan Dalang, paman (Paklik) Aloysius Suwardi, tinggal di Tirtosari, Desa Rejosari, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo.
2. Referensi, Catatan, dan Bibliografi Referensi adalah keterkaitan sesuatu dengan hal lain. Secara umum pengertian referensi adalah (1) hubungan dengan sesuatu, (2) apa yang dihubungkan dengan sesuatu, (3) penunjukan terhadap sesuatu. Dalam penulisan ilmiah, referensi berarti sumber-sumber acuan, baik sumber yang dikutip secara langsung maupun sumber yang dikutip tidak secara langsung. Dalam karya tulis ilmiah ada tiga hal yang saling berkait antara (1) referensi, catatan, dan bibliografi atau daftar pustaka. Dalam penulisan ilmiah dengan menggunakan format The MLA Style Manual, keterkaitan itu tidak dapat dipungkiri, karena setiap penunjukan referensi harus dilakukan dengan memberikan catatan mengenai sumber. Catatan mengenai sumber tidak diberikan lengkap di dalam naskah, karena catatan sumber yang lengkap tertuang di dalam bibliografi atau daftar pustaka.
25
a. Penunjukan Sumber Cara penulisan sumber pustaka dengan model penulisan ini, mengharuskan pencantuman sumber pustaka menggunakan body note atau catatan perut, tidak menggunakan foot note atau catatan kaki. Penulisan sumber pustaka dengan body note adalah menuliskan nama terakhir penulis, tahun publikasi, dan halaman yang dikutip di antara dua tanda kurung. Penulisan sumber dapat diletakkan sebelum teks kutipan atau setelah teks kutipan, seperti contoh-contoh di atas. Penulisan nama penulis, tahun terbit referensi, dan letak halaman yang menjadi sumber juga dapat dilakukan secara bervariasi. Penulisan dapat menempatkan nama penulis, tahun terbit referensi, dan letak halaman yang menjadi sumber di dalam tanda kurung, seperti contoh berikut (Carnap, 1982: 45). Namun, penulisan nama penulis juga dapat dipisahkan dari penulisan tahun terbit referensi dan letak halaman yang menjadi sumber, seperti Carnap (1982: 45). Penulisan nama penulis juga dapat dipisahkan dari penulisan tahun terbit referensi dan letak halaman yang menjadi sumber, dan penulisannya dipisahkan dengan teks kutipan yang dikutip. Contoh: Carnap menyatakan bahwa ilmu meliputi semua pengetahuan teoretis, baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial serta ilmu humaniora. Pengetahuan teoretis ini mencakup pengetahuan yang ditemukan melalui prosedur ilmiah maupun berdasarkan pada common sense [akal sehat] pada kehidupan sehari-hari (1982: 45).
Penulisan juga dapat dilakukan seperti di bawah ini.
Neale menyatakan bahwa “science refers to the pursuit of objective knowledge from observation. Thus the term refers to a method (systematic acquisition and evaluation of information) and goal (identifying the nature or governing principles of what is being studied) rather than to any particular phenomena” [“ilmu menunjuk pada pencarian pengetahuan objektif yang didapat 26
melalui observasi. Jadi istilah itu menunjuk suatu metode (perolehan dan evaluasi informasi secara sistematis) dan suatu tujuan (mengidentifikasi prinsip-prinsip dari apa yang dikaji) dari pada menunjuk segala fenomena yang bersifat khusus”] (1973: 2).
b. Pemberian Catatan Di dalam penulisan ilmiah, dimungkinkan seorang penulis memberikan catatan tertentu yang bermaksud untuk memperjelas pernyataan yang telah ditulisnya. Penulisan catatan penjelas—biasanya berupa keterangan atau komentar yang menjelaskan suatu hal (konsep, istilah, substansi, fakta, dan peristiwa penting) yang digunakan dalam suatu kalimat—tidak ditempatkan di dalam foot note, tetapi ditempatkan di dalam teks. Contoh cara penulisan catatan penjelas adalah sebagi berikut. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi seni di Indonesia 1, secara akademik menghadapi tantangan cukup penting. Sebab, salah satu tugas lembaga-lembaga itu adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi mumpuni di bidang penciptaan seni. Contoh di atas menunjukkan bahwa pada awal kalimat “Lembaga-lembaga pendidikan tinggi seni di Indonesia” yang diberi tanda angka 1 yang dikecilkan— superscript—di atas diberi catatan. Catatan yang diberikan penulis ditempatkan di bawah naskah di luar teks, ditempatkan di dalam catatan kaki atau foot note yang letaknya dibawah teks di bagian bawah halaman ini. Di dalam catatan kaki di bawah, catatan yang diberi angka berkarakter superscript adalah catatan penjelas kalimat yang diberi catatan. Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesi (ISI) Surakarta menggariskan bahwa setiap penulisan catatan harus dituangkan di dalam body note, diintegrasikan di dalam teks atau naskah, seperti berikut. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi seni di Indonesia—Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Surakarta, dan Denpasar serta Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung dan Padang Panjang—secara akademik menghadapi tantangan cukup penting. Sebab, salah satu tugas lembaga-lembaga itu adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi mumpuni di bidang penciptaan seni. 1
Diantaranya adalah Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Surakarta, dan Denpasar serta Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung dan Padang Panjang.
27
c. Bibliografi atau Daftar Pustaka Kepustakaan atau literatur yang dapat menjadi sumber acuan penulisan skripsi ataupun karya tulis ilmiah yang lain dapat berupa (1) buku, (2) artikel jurnal, majalah atau surat kabar, (3) informasi dari diinternet, (4) makalah, laporan penelitian, tesis, atau disertasi. Setiap sumber acuan kepustakaan yang digunakan oleh penulis skripsi atau penulis karya ilmiah yang lain harus dituangkan di dalam bibliografi. Masing-masing literatur harus ditulis secara spesifik agar mudah diketahui jenis sumber yang menjadi acuan.
(1). Penulisan Bibliografi untuk Buku Penulisan buku referensi di dalam daftar pustaka meliputi beberapa cara. Buku yang ditulis oleh seorang pengarang berbeda penulisannya dengan buku yang ditulis dua orang pengarang. Buku yang ditulis oleh dua orang pengarang juga berbeda denan buku yang ditulis oleh tiga orang pengarang atau lebih.
(a). Buku Ditulis Seorang Pengarang Pada dasarnya cara penulisan referensi untuk buku adalah diawali dengan nama akhir dari nama penulisnya disusul inisial nama depannya yang dipisahkan dengan tanda koma. Dilanjutkan angka tahun penerbitan buku, judul buku—untuk judul buku dicetak miring—, nomor jilid (jika ada), keterangan edisi atau cetakan ke berapa (jika ada), yang masing-masing dipisahkan dengan tanda titik. Kemudian ditulis tempat penerbitan dan terakhir nama penerbitnya yang dipisahkan dengan tanda titik dua. Pola penulisan yang dimaksud adalah seperti di bawah ini. Bronowski, J. 1973. The Ascent of Man. Boston: Little Brown. atau Gazalba, S. 1978. Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Dunia Filsafat, Teori pengetahuan, Metafisika, Teori Nilai. Buku IV. Cetakan ke-2. Cetakan Pertama Th. 1973. Jakarta: Bulan Bintang. Referensi di atas menunjukkan bahwa buku pertama berjudul The Ascent of Man ditulis oleh Jacob Bronowski, diterbitkan di tahun 1973 di Boston oleh penerbit Little Brown. Buku kedua adalah karya Siddi Gazalba berjudul Sistematika
28
Filsafat: Pengantar Kepada Dunia Filsafat, Teori pengetahuan, Metafisika, Teori Nilai yang terbit di tahun 1978, di Jakarta, dan diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang. Buku ini adalah buku jilid ke-4, dan merupakan buku cetakan kedua dari buku yang dicetak pertama kali pada tahun 1973.
(b). Buku Ditulis Dua Pengarang Penulisan bibliografi untuk buku yang ditulis oleh dua pengarang hampir sama dengan buku yang ditulis oleh seorang pengarang. Perbedaannya, dua nama penulis harus ditampilkan semuanya. Penulis utama ditulis terlebih dahulu, dengan mendahulukan nama terakhirnya, disusul inisial nama depannya. Selanjutnya diterakan tanda ampersand (&) disusul nama terakhir penulis kedua, dilanjutkan inisial nama depan dan nama tengah penulis kedua (jika ada). Kemudian dilanjutkan angka tahun penerbitan buku, kemudian judul buku, jilid (jika ada), tempat penerbitan, dan terakhir nama penerbitnya. Pola penulisan buku untuk dua pengarang adalah seperti berikut ini. March, J.G. & Simon, H.A. 1989. Organization.
(c). Buku Ditulis Tiga Pengarang atau Lebih Penulisan bibliografi untuk buku yang ditulis oleh tiga pengarang atau lebih memiliki dua cara. Cara pertama cukup ditulis pengarang utamanya saja. Penulisannya mirip dengan penulisan buku yang ditulis oleh seorang pengarang, Perbedaannya, di belakang inisial nama depan pengarangnya diberi keterangan et.al. Kemudian dilanjutkan angka tahun penerbitan buku, kemudian judul buku, jilid (jika ada), tempat penerbitan, dan terakhir nama penerbitnya, dengan pola penulisan sama dengan penulisn referensi buku yang ditulis oleh seorang atau dua orang pengarang. Pola penulisan buku untuk tiga pengarang atau lebih adalah seperti berikut ini. McPherson, W. et. al. 1987. English and American Literature. Chicago: American Library Association. Cara di atas dimungkinkan bagi karya yang ditulis lebih dari empat orang atau lebih. Namun, jika penulis buku referensi adalah tiga atau empat orang saja, 29
disarankan mengikuti cara kedua. Penulisan cara kedua adalah dengan menuliskan seluruh nama penulisnya, dengan system penulisan seperti penulisan untuk buku yang ditulis oleh dua orang penulis. Pola penulisan buku untuk tiga atau empat pengarang adalah seperti berikut ini. McPherson, W., Lehmann, S., Likness, C. & Pankake, M. 1987. English and American Literature. Chicago: American Library Association.
(2). Penulisan Bibliografi untuk Artikel Jurnal, Majalah, dan Surat Kabar
Pada dasarnya, penulisan bibliografi untuk sumber dari artikel jurnal, majalah, dan surat kabar tidak jauh berbeda dengan cara penulisan referensi untuk buku. Penulisannya diawali dengan nama akhir dari nama penulis artikel, disusul inisial nama depannya yang dipisahkan dengan tanda koma. Dilanjutkan angka tahun penerbitan artikel, lantas judul artikel—diberi tanda kutip [“…”], diteruskan nama jurnal, majalah, atau surat kabar—untuk nama jurnal, majalah, atau surat kabar dicetak miring seperti judul buku —, nomor penerbitan jurnal, majalah, atau surat kabar, ditambah nomor halaman di mana artikel tersebut dimuat. Contoh: Sadra, I. W. & Diamond, J. 1991. “’Komposisi Baru’: On Contemporary Composition in Indonesia” dalam Leonardo Music Journal. Vol. 1 No. 1. 1991. hal. 21-24. Penulisan bibliografi untuk sumber artikel dari surat kabar seperti berikut. Sadra, I. W. 1984. “Komponis Tradisi, Apa Kabar?” Suara Karya. Surat Kabar Harian. Jakarta. 18 Mei. atau Raden, F. 1984. “ ‘Proses’ dan ‘Gender’ yang Memukau” dimuat dalam Harian Kompas. Sabtu, 31 Maret 1984. Penulisan bibliografi untuk sumber artikel dari majalah seperti di bawah ini. Raden, F. 1994b. “Dinamika Pertemuan Dua Tradisi: Musik Kontemporer Indonesia, di Abad ke-20”. dalam Kalam (Majalah Kebudayaan). Edisi ke-2. hal. 6-14.
30
(3). Penulisan Bibliografi untuk Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis dan Disertasi
Cara penulisan bibliografi untuk laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi diawali dengan nama akhir dari nama penulisnya disusul inisial nama depannya yang dipisahkan dengan tanda koma. Dilanjutkan angka tahun penerbitan laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Kemudian dilanjutkan judul laporan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi—judul diberi tanda kutip [“…”], dilanjutkan keterangan apakah sumber tersebut berupa laporan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi. Dilanjutkan nama lembaga atau perguruan tinggi yang menerbitkan laporan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi tersebut. Contoh penulisan bibliografi atau daftar pustaka untuk laporan penelitian: Rustopo. 1991. “Gamelan Kontemporer di Surakarta Pembentukan dan Perkembangannya (1970-1990)”. Laporan Penelitian. STSI Surakarta. Contoh penulisan bibliografi atau daftar pustaka untuk skripsi: Suwardi, A. 1981. “Pembuatan Suling Jawa Surakarta”. Skripsi Sarjana Muda. Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta. Contoh penulisan bibliografi atau daftar pustaka untuk tesis: Yasa, I. K. 2000. Semar Pagulingan Sekaa Tirtasari Peliatan di Tengah Kepopuleran Gong Kebyar. Tesis S-2 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora UGM. Contoh penulisan bibliografi atau daftar pustaka untuk disertasi: McGraw, A. C. 2005. Musik Kontemporer: Experimental Music in Balinese Komposers. Disertasi Ph. D. Wesleyan University.
(4). Penulisan Bibliografi untuk Makalah Cara penulisan bibliografi untuk makalah pada dasarnya mirip dengan cara penulisan bibliografi untuk laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Penulsannya diawali dengan nama akhir dari nama penulisnya disusul inisial nama depannya yang dipisahkan dengan tanda koma. Dilanjutkan angka tahun penerbitan
31
makalah. Kemudian dilanjutkan judul makalah—judul diberi tanda kutip [“…”], dilanjutkan keterangan dalam forum apa makalah dipresentasikan, lembaga mana penyelenggara forum itu, dan kapan forum itu diselnggarakan. Contoh penulisannya adalah sebagai berikut. Ahimsa-Putra, H. S. 2007. “Paradigma, Epistemologi dan Metode Ilmu Sosial- Budaya: Sebuah Pemetaan”. Makalah dipresentasikan dalam pelatihan “Metodologi Penelitian”, diselenggarakan oleh CRCS-UGM, di Yogyakarta tanggal 12 Februari-19 Maret. atau Supanggah, R. 1983. “Pokok-Pokok Pikiran tentang Garap”, makalah dipresentasikan dalam diskusi pengajar dan mahasiswa Jurusan Karawitan ASKI Surakarta, Surakarta: ASKI.
32
III. BAHASA
Bahasa yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah bahasa Indonesia baku, yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar. Istilah asing sebaiknya ditulis dengan padanannya dalam bahasa Indonesia. Jika padanan dalam bahasa Indonesia belum ada atau belum diketahui istilah asing dapat digunakan dan harus dicetak dengan huruf miring/italic. Untuk memperjelas pengertian istilah asing dapat diberikan keterangan yang menjelaskan istilah yang belum diketahui padanannya dalam bahasa Indonesia.
A. Kalimat Kalimat adalah pengelompokan kata yang mengungkapkan suatu gagasan atau pikiran tentang fakta, peristiwa, dan fenomena baik yang bersifat abstrak maupun yang konkrit, yang menjadi pemikiran penulis. Kalimat digunakan untuk menyatakan dan menegaskan maksud dan/atau makna yang digagas oleh penulis. Kalimat untuk bahasa Indonesia baku memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu selalu menggunakan perangkat kebahasaan secara tegas dan taat asas. Ciri lain adalah penggunaan ejaan, kosa kata, dan istilah resmi agar diperoleh kalimat yang bersih dari unsur dialek daerah dan bahasa asing yang dianggap sebagai warga bahasa Indonesia. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah kalimat pasif, kecuali dalam ucapan terima kasih dalam prakata. Oleh karena itu, semenjak bab pendahuluan hingga akhir tidak diperkenankan ada kalimat aktif yang menampilkan orang pertama dan orang kedua. Diupayakan agar kalimat-kalimat dalam penulisan skripsi bersifat pendek dan sederhana. Kalimat yang digunakan dalam skripsi adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang memenuhi syarat; (1) mewakili gagasan penulis secara tepat, dan (2) sanggup menimbulkan pengertian secara tepat dalam pikiran pembaca. Kalimat efektif dalam penulisan skripsi adalah kalimat yang dalam hubungannya dengan kalimat memiliki (1) kesatuan gagasan, (2) koherensi yang kompak, (3) penekanan, dan (4) kesesuian dengan kaidah penalaran.
33
1. Kesatuan Gagasan Kesatuan gagasan adalah konsistensi pokok persoalan dalam hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Di dalam hubungan antar kalimat tidak ada perubahan pokok persoalan secara meloncat-loncat yang satu sama lain tidak berhubungan secara signifikan. Secara praktis kesatuan gagasan diwakili oleh adanya subjek, predikat, dan (kurang lebih) objek secara lengkap, yang penempatnya masing-masing tidak menggunakan bentuk kalimat susun balik atau susun inversi.
2. Koherensi yang Kompak Koherensi yang kompak adalah hubungan timbale-balik yang jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat. Koherensi yang kompak adalah hubungan antara subjek dan predikat, predikat dan objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok. Koherensi seringkali rusak karena penempatan kata depan, kata penghubung, dan keterangan yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, kalimat dalam skripsi harus menempatkan kata depan, kata penghubung, dan keterangan sesuai kaidah dan pada tempatnya.
3. Penekanan Penekanan adalah inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat yang terlihat pada kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan adalah kata yang ditempatkan di awal kalimat sebagai kata yang ditonjolkan dari kata-kata lain yang digunakan dalam kalimat. Dua kalimat berikut ini adalah contoh kalimat yang bermaksud menjelaskan istilah karawitan dengan penekanan yang berbeda satu sama lain. Kalimat “Istilah karawitan dengan konsepsi dan wujudnya pada mulanya adalah realitas kultural yang hanya berkembang di wilayah budaya Jawa” menunjukkan bahwa kata yang mendapat tekanan adalah kata ‘istilah karawitan’. Contoh kalimat di atas dapat berubah penekanannya dengan merubah kata “konsepsi dan wujud” yang ditempatkan di awal kalimat. Misalnya, “Konsepsi dan wujud dengan istilah karawitan pada mulanya adalah realitas kultural yang hanya 34
berkembang di wilayah budaya Jawa”. Kalimat kedua ini memberi penekanan pada ‘konsepsi dan wujud” dalam memberikan penjelasan mengenai pengertian karawitan.
4. Penalaran Penalaran adalah (1) proses menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan, (2) penerapan logika dalam atau pola berfikir abstrak, dan (3) kemampuan untuk mengetahui sesuatu hal tanpa bantuan persepsi inderawi atau pengalaman langsung. Penalaran dalam penulisan skripsi menunjukkan jalan pikiran penulisnya yang teratur. Setiap paparan menggunakan kalimat yang menggambarkan proses berfikir logis menjamin tidak terjadi pertentangan pengertian. Pengertian yang tidak saling bertentangan memerlukan penjelasan dalam menggunakan istilah-istilah. Penjelasan dalam menggunakan istilah dilakukan dengan memberikan definisi, yaitu memberikan penjelasan suatu istilah dengan merujuk kepada hal-hal yang dicakup istilah yang diberi definisi. Setiap penggunaan istilah harus diberi batasan yang ringkas dan tepat, karena batasan adalah kunci ciri berfikir logis. Ketidakjelasan pengertian suatu istilah dapat menimbulkan salah paham. Oleh karena itu, dalam satu skripsi setiap istilah harus mengandung pengertian yang sama, tidak berubah-ubah. Paparan kalimat-kalimat dalam skripsi yang efektif pada hakikatnya adalah skripsi yang juga efektif. Oleh karena itu, setiap kalimat dalam skripsi harus memiliki (1) kesatuan gagasan, (2) koherensi yang kompak, (3) ada penekanan, dan (4) penalaran yang teratur akan menghasilkan skripsi. Kata penghubung seperti sehingga, dan, sedangkan tidak diperkenankan untuk mengawali suatu kalimat. Kata di mana dan dari yang diperlakukan sebagai kata seperti where dan of dalam bahasa Inggris adalah suatu bentuk yang tidak baku. Oleh karena itu tidak diperbolehkan untuk dipergunakan di dalam penulisan skripsi. Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata depan ke dan di. Kata ke dan di sebagai awalan ditulis rapat (menyatu) dengan kata dasarnya, sedangkan kata ke dan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata di belakangnya.
35
B. Alinea Alinea atau paragraf adalah karangan yang pendek, berisi sebuah gagasan, didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Pengaturan alinea atau paragraf harus efektif. Pembentukan alinea atau paragraf yang efektif ada syarat-syarat tertentu, yaitu harus memiliki (1) kesatuan—tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran atau satu tema, dan harus memiliki (2) koherensi— kepaduan dalam hubungan antara kalimat dengan kalimat yang lain.
1. Kesatuan Alinea Syarat adanya kesatuan alinea berarti suatu alinea harus memperlihatkan suatu maksud, pikiran atau tema tertentu. Kesatuan tidak berarti bahwa dalam satu linea hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang memiliki kesatuan dapat mengandung beberapa hal atau perincian, tetapi semua unsur dalam perincian itu harus menunjang maksud, pikiran, atau tema tunggal. Maksud tunggal yang terdiri dari beberapa unsur itulah yang harus ada dalam suatu alinea. Fungsi alinea adalah mengembangkan sebuah gagasan tunggal. Oleh karena itu di dalamnya tidak boleh ada unsur-unsur yang tidak berkaitan dengan maksud atau gagasan tunggal itu. Jika dalam satu alinea terdapat unsur yang tidak berkaitan dengan gagasan tunggal yang dimaksud, hasilnya akan mempersulit pembaca untuk memahami isi yang dimaksudkannya.
2. Koherensi Alinea Alinea harus berfungsi menjadi pemersatu kalimat-kalimat agar satu sama lain memiliki koherensi atau memiliki kepaduan. Koherensi itu untuk memperkuat kesatuan gagasan atau tema. Alinea harus jelas pemisahan bagian-bagiannya sehingga mampu menghasilkan argumen yang meyakinkan. Koherensi seperti dijelaskan di atas adalah kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik terjadi bila hubungan timbal-balik antara kalimat-kalimat yang digunakan di dalam alinea itu baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Di dalam hubungan antar kalimat tidak ada sesuatu yang menghambat yang memisahkan kalimat satu dengan yang lain. Kepaduan atau koherensi yang baik antara kalimat satu dengan yang lain
36
dalam suatu alinea harus memperhatikan (1) masalah kebahasaan, dan (2) perincian dan urutan isi alinea.
a. Koherensi melalui Masalah Kebahasaan Masalah kebahasaan yang berpengaruh terhadap koherensi sebuah alinea adalah (1.a) pengulangan, (1.b) kata ganti, dan (1.c) kata-kata transisi. Koherensi alinea dapat dilakukan dengan melakukan pengulangan kata-kata yang dianggap penting dalam satu alinea. Namun, pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan akan terasa mengganggu kepaduan antar kalimat. Oleh karena itu, kata yang berulang-ulang supaya tidak membosankan perlu diasati penggunaannya dengan memanfaatkan kata ganti yang dapat mewakili makna dari kata yang diulang-ulang itu. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan kata yang membosankan. Letak fungsi kata-kata transisi adalah di antara kata ganti dan pengulangan. Kepaduan alinea dengan repetisi menyarankan pengulangan kata-kata penting, sedang kepaduan alinea dengan kata ganti menyarankan penggantian kata benda yang disebut berulang-ulang. Kepaduan alinea dengan kata-kata transisi adalah penggunaan frasa-frasa tertentu sebagai penghubung antara kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kata transisi meliputi kata yang menyatakan (1.c.1) pertambahan—lebih lagi, tambahan, lagi pula, selanjutnya, di damping itu, akhirnya, dan sebagainya. Menyatakan (1.c.2) perbandingan—sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana. Menyatakan (1.c.3) pertentangan—tetapi, namun, bagaimanapun juga, sebaliknya, walaupun, demikian, biarpun, meskipun. Menyatakan (1.c.4) tempat—di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan. Menyatakan (1.c.5) tujuan—untuk maksud itu, untuk maksud tertentu, untuk maksud tersebut, supaya. Menyatakan (1.c.6) waktu— sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian. Berhubungan dengan (1.c.7) upaya untuk menyingkat suatu penjelasan, seperti; singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, dengan kata lain, yakni, yaitu, sesungguhnya. Berhubungan pula dengan (1.c.8) upaya untuk menyatakan akibat, misalnya; sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, maka, akibatnya, karena itu, oleh karenanya, karennya. 37
b. Koherensi melalui Perincian dan Urutan Isi Alinea Menciptakan koherensi alinea dengan menggunakan perincian dan urutan isi alinea adalah mengembangkan gagasan utama dan menghubungkan gagasan penunjangnya. Caranya adalah dengan mengemukakan perincian berdasarkan urutan tertentu. Perincian dan urutan isi paragraf berdasarkan urutan tertentu meliputi urutan ruang, urutan waktu, urutan proses, urutan logis, urutan sudut pandang, dan seterusnya. Penulis dapat menjamin koherensi atau kepaduan alinea berdasarkan urutan ruang, dimulai dari mendeskripsikan sudut tertentu berangsur-angsur ke sudut-sudut yang lain. Penulis dapat pula memulai dengan mendeskripsikn berdasarkan urutan waktu, dimulai dari titik waktu tertentu menuju titik waktu yng lain hingga titik waktu terakhir habis dideskripsikan. Penulis dapat pula mendeskripsikan sesuatu berdasarkan urutan logika, misalnya berdasarkan sebabakibat, dari hal yang bersifat khusus ke hal yang bersifat umum atau sebaliknya, dan seterusnya.
3. Hubungan antar Alinea Alinea menurut fungsinya terdapat 3 (tiga) macam, yaitu alinea pembuka, penghubung, dan penutup.
a. Alinea Pembuka Alinea pembuka adalah alinea yang berfungsi untuk mengantar pokok pikiran dalam bagian suatu naskah karangan. Oleh karena itu, sifat alinea ini harus menarik minat pembaca, dan sanggup menyiapkan pikiran pembaca terhadap apa yang hendak diuraikan. Alinea pembuka yang pendek lebih baik dari yang panjang, sebab yang panjang dapat menimbulkan kebosanan.
b. Alinea Penghubung Alinea penghubung adalah semua alinea yang terdapat di antara alinea pembuka dan penutup. Inti persoalan yang hendak dikemukakan penulis harus terdapat dalam alinea-alinea ini. Sebab itu dalam membentuk alinea penghubung
38
harus diperhatikan agar hubungan antara alinea satu dengan yang lain harus teratur dan tersusun secara logis.
c. Alinea Penutup Alinea penutup adalah alinea yng dimaksud untuk mengakhiri karangan. Jadi, alinea ini mengandung kesimpulan pendapat dari hal-hal yang telah diuraikan dalam alinea-alinea pembuka dan penghubung.
C. Pedoman Kebahasaan Penulisan skripsi harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu harus berpedoman pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Pedoman ini mengatur pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, dan tanda baca.
1. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring a. Huruf Kapital atau Huruf Besar Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai; 1. Huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai. 2. Huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata Ibu, "Dia akan berangkat". 3. Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
39
4. Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim 5. Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Irian Jaya 6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere 7. Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris 8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan Agustus hari Natal bulan Maulid Perang Candu hari Galungan tahun Hijriah hari Jumat tarikh Masehi hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 9. Huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara Kali Brantas Banyuwangi Lembah Baliem Bukit Barisan Ngarai Sianok Cirebon Pegunungan Jayawijaya 40
Danau Toba Selat Lombok Daratan Tinggi Dieng Tanjung Harapan Gunung Semeru Teluk Benggala Jalan Diponegoro Terusan Suez Jazirah Arab 10. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Kepegawaian 11. Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata". 12. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr. doctor M.A. master of arts M.Sn. magister seni S.Sn sarjana seni Prof. professor Tn. tuan Ny. nyonya Sdr. saudara 13. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" Surat Saudara sudah saya terima. "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok. Besok Paman akan datang. Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
41
14. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972 15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima. Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai; 1. Huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji. 2. Huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. 3. Huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere 4. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan 5. Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 6. Huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di kali 42
menyeberangi selat pergi ke arah tenggara 7. Huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon 8. Huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: menjadi sebuah republik beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menurut undang-undang yang berlaku 9. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
b. Huruf Miring 1. Huruf miring digunakan untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan buku Negarakertagama karangan Prapanca surat kabar Suara Karya 2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. 3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
43
2. Penulisan Kata a. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal. b. Kata Turunan Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: • • • • •
bergeletar dikelola penetapan menengok mempermainkan
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: • • • •
bertepuk tangan garis bawahi menganak sungai sebar luaskan
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: • • • •
menggarisbawahi menyebarluaskan dilipatgandakan penghancurleburan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati
mahasiswa
aerodinamika
mancanegara
antarkota
multilateral
anumerta
narapidana
audiogram
nonkolaborasi
44
awahama
Pancasila
bikarbonat
panteisme
biokimia
paripurna
caturtunggal
poligami
dasawarsa
pramuniaga
dekameter
prasangka
demoralisasi
purnawirawan
dwiwarna
reinkarnasi
ekawarna
saptakrida
ekstrakurikuler
semiprofesional
elektroteknik
subseksi
infrastruktur
swadaya
inkonvensional
telepon
introspeksi
transmigrasi
kolonialisme
tritunggal
kosponsor
ultramodern
Catatan: Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: • •
non-Indonesia pan-Afrikanisme
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. c. Kata Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undangundang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerakgerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayurmayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, 45
berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukarmenukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra d. Gabungan Kata Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesinhitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam e. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. f. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam sajalah di sini. Di mana Siti sekarang? 46
Mereka ada di rumah. Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Ke mana saja ia selama ini? Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Mari kita berangkat ke pasar. Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Ia datang dari Surabaya kemarin. Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai. Si Amin lebih tua daripada si Ahmad. Kami percaya sepenuhnya kepadanya. Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. Ia masuk, lalu keluar lagi. Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966. Bawa kemari gambar itu. Kemarikan buku itu. Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
g. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. h. Partikel Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan. Jangan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi. Catatan: Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai. Misalnya: 47
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu gembira. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp 2.000 per helai. i. Angka dan Lambang Bilangan Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam skripsi lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (2) satuan waktu (3) nilai uang, dan (4) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi 10 liter
1 jam 20 menit pukul 15.00 tahun 1928 17 Agustus 1945
Rp5.000,00 US$3.50* $5.10* ¥100 2.000 rupiah
50 dolar Amerika 10 paun Inggris 100 yen 10 persen 27 orang
Catatan *: tanda titik di sini merupakan tanda desimal. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut: Bilangan utuh Misalnya: dua belas 12 dua ratus dua puluh dua 222 dua puluh dua 22 Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: • • • • •
Paku Buwono X • di daerah tingkat II itu pada awal abad XX • di tingkat kedua gedung itu dalam kehidupan pada abad ke-20 ini • di tingkat ke-2 itu lihat Bab II, Pasal 5 • kantornya di tingkat II itu dalam bab ke-2 buku itu Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti adalah
sebagai berikut. 48
tahun '50-an (tahun lima puluhan) uang 5000-an (uang lima ribuan) lima uang 1000-an (lima uang seribuan) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko. Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
3. Pemakaian Tanda Baca a. Tanda Titik (.) Tanda titik dipakai untuk keperluan beberapa hal, di antaranya adalah sebagai; (1) tanda akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: • • • •
Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Hari ini tanggal 6 April 1973. (2) tanda pemisah di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: I. Deprtemen Pendidikan Nasional A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi B. Direktort Jenderal 1. Direktorat 2. Direktorat atau 49
1. Patokan Umum 1.1 Isi Krangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. (3) tanda pemisah angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik). (4) tanda yang memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) (5) tanda yang memisahkan nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, M. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. (6) tanda untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. (7) tanda untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678. Tanda titik tidak dipakai untuk mengakhiri (1) judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
b. Tanda Titik Koma (;) Tanda titik koma (;) digunakan untuk dua hal. Pertama untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Kedua sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. 50
Contoh penggunaan tanda titik koma (;) sebagai pemisah bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara, misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. Contoh penggunaan tanda titik koma (;) sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk, adalah: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar". c. Tanda Titik Dua (:) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: • •
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Misalnya: a. Ketua Sekretaris Bendahara
: : :
Ahmad Wijaya S. Handayani B. Hartawan
b. Tempat Sidang Pengantar Acara Hari Waktu
: : : :
Ruang 104 Bondet Wrahanala Senin 09.30
Tanda titik dua dipakai untuk (1) memisahkan keterangan di antara nomor jilid dan halaman dalam suatu referensi, misalnya “Tempo (1979, I: 34-37)”. Tanda ini juga dapat digunakan untuk (2) memisahkan di antara judul dan anak judul suatu karangan, misalnya Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, serta (3) memisahkan nama kota dan penerbit buku acuan dalam daftar pustaka. Misalnya: Djakarta: Eresco, 1968. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: •
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
51
•
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
d. Tanda Pisah (—) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian kebaruan ini—konsep, model garap, dan kini juga corkcorak artistic—telah mengubah persepsi kita tentang musikalitas karawitan.
52