I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas lainnya. Sektor perkebunan ini memberikan devisa yang cukup besar terhadap pendapatan negara melalui kegiatan ekspor setiap tahunnya.
Kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan bagi petani, penciptaan lapangan kerja, pendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Devisa yang diperoleh dari ekspor kopi dapat mencapai ± US $ 824,02 juta (tahun 2009), dengan melibatkan ± 1,97 juta KK yang menghidupi 5 juta jiwa keluarga petani (Anonimousa, 2011)
Produksi kopi yang dihasilkan Indonesia cukup besar, bisa mencapai 640.365 ton per tahun dengan luas lahan perkebunan kopi dengan 1,3 juta hektar pada tahun 2005 (Ditjenbun, 2006).
Petani pada umumnya mengusahakan tanaman kopi secara bersamaan antara kopi Robusta dan kopi Arabika. Permasalahan yang dihadapi umumnya biaya produksi yang tinggi, dan pengolahan pasca panen yang belum baik. Tanaman kopi Robusta 40 persen mendominasi lahan-lahan yang cocok budidaya kopi Arabika (Rubiyo, dkk., 2003).
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis kopi komersial yang sekarang diusahakan di Indonesia yaitu Robusta dan Arabika. Pada tahun 2009, luas areal kopi di Indonesia seluas 1.266.235 ha terdiri dari areal kopi Robusta seluas 984.838 ha (77,78%) dan kopi Arabika seluas 281.397 ha (22,22%). Rendahnya luas areal kopi Arabika ini disebabkan karena adanya serangan penyakit karat daun yang masuk ke Indonesia sehingga kopi Arabika hanya bisa bertahan di dataran tinggi (1000 mdpl), dimana serangan penyakit ini tidak besar (Anonimousa, 2011).
Konsumsi kopi dunia dari tahun 2001 - 2008 mengalami kenaikan rata-rata sekitar 2%. Konsumsi kopi dunia tahun 2008 diperkirakan sebesar 7.680 ton, terdiri dari kopi Arabika sebesar 4.909 ton dan kopi Robusta sebesar 2.771 ribu ton. Kenaikan konsumsi kopi dunia dikarenakan konsumsi kopi di negara-negara konsumen kopi tumbuh sangat cepat, meskipun di negara-negara produsen juga mengalami kenaikan. Pertumbuhan konsumsi kopi yang terjadi di negara-negara produsen seiring dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara produsen tersebut yang kebanyakan adalah negara berkembang termasuk Indonesia dan Brazil (Departemen Perindustrian, 2009).
Permintaan kopi khususnya jenis Arabika terus meningkat di pasar internasional seiring dengan berkembangnya tradisi minum kopi di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Permintaan kopi yang tinggi di pasar internasional menyebabkan harga kopi ini menjadi melonjak, namun produksi di Indonesia masih didominasi oleh kopi Robusta, meskipun bila ditinjau dari letak
Universitas Sumatera Utara
geografisnya adalah merupakan daerah berpotensi untuk tanaman kopi Robusta dan Arabika (Anonimousb, 2010).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, nilai ekspor kopi bulan Januari 2011 sebesar US$ 82,82 juta. Jumlah ini melesat sekitar 126,9% dari nilai ekspor Januari tahun 2010 yang sebesar US$ 36,50 juta. Peningkatan ekspor ini disebabkan peningkatan permintaan dari beberapa negara terutama di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, pasokan dari negara produsen seperti Brazil, Kolombia dan Vietnam menurun akibat cuaca buruk. (Anonimousc, 2011).
Pasar kopi dunia ke depan diperkirakan mengalami kelangkaan pasokan (shortage), karena terjadi lonjakan permintaan komoditas tersebut, sementara kenaikan produksi tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena pasokan kopi dunia semakin ketat sementara konsumsi terus meningkat. Pada tahun 2009 konsumsi kopi dunia mencapai 7,8 juta ton. Padahal 15 tahun sebelumnya konsumsi kopi hanya 4,8 juta ton. Produksi kopi harus ditingkatkan di dalam negeri guna mengisi kekosongan stok yang diperkirakan akan terjadi beberapa tahun ke depan (Anonimousb, 2010).
Pada pasar kopi dunia, Indonesia memiliki posisi strategis. Menurut International Coffee Organization (ICO, 2006), Indonesia adalah negara nomor empat penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Total impor kopi dunia pada tahun 2005 mencapai 5.587.695 ton. Importir terbesar kopi
Universitas Sumatera Utara
dunia adalah Amerika Serikat (24,9%), Jerman (18,26%), Jepang (8,06%), Italia (7,85%), dan Perancis (6,46%). Bagi Indonesia sebagai eksportir kopi terbesar ke empat dunia pasar utamanya adalah Amerika Serikat (20,34%), Jepang (19,67%), dan Jerman (9,75%). Kondisi tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi dan ekspor kopinya.
Sebagian besar petani mengusahakan kopi dengan luas garapan rata-rata berkisar antara 0,5-1 ha. Pada tahun 2004 luas areal perkebunan kopi mencapai 1,3 juta ha dengan produksi sebesar 675 ribu ton (Ditjenbun, 2004). Sekitar 61 persen dari jumlah produksi tersebut diekspor sedangkan sisanya dikonsumsi di dalam negeri dan disimpan sebagai cadangan oleh pedagang dan eksportir, sebagai cadangan bila terjadi gagal panen. Konsekuensi dari besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan Indonesia pada situasi dan kondisi pasar kopi dunia. Sementara itu, konsumsi kopi dalam negeri masih tergolong rendah dengan konsumsi per kapita sekitar 0,5-0,6 kg per tahun (Yahmadi, 2005).
Total produksi kopi Indonesia pada tahun 2009 mencapai 682,591 ton yang terdiri dari kopi Robusta sebesar 534,961 ton (78,37 %) dan kopi Arabika sebesar 147,630 ton (21,63%). Produksi tersebut dihasilkan oleh Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 653,918 ton (95,79%), Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 14,387 ton (2,11%) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 14,286 ton (2,09%). Apabila dilihat dari produktivitasnya, tingkat produktivitas kopi masih rendah yaitu rata-rata sebesar 734 kg /ha/th atau baru mencapai 63% dari potensi produktivitasnya. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan karena 95.79 %
Universitas Sumatera Utara
diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) belum menerapkan kultur teknis sesuai anjuran, kurangnya kesadaran petani untuk menerapkan benih unggul, sebagian tanaman kopi sudah tua/rusak dan meningkatnya serangan hama/penyakit tanaman (Anonimousa,2011).
Agar kopi Arabika dapat berproduksi secara maksimal maka perlu kiranya dikaji strategi yang tepat di dalam pengembangan kopi arabika tersebut, mengingat tanaman kopi Arabika memiliki permintaan dan harga yang tinggi di pasar dunia, sementara produksinya masih rendah. Untuk itu strategi pengembangannya harus dirumuskan secara cermat agar tujuan peningkatan produktivitas kopi Arabika dapat tercapai. Selain itu tersedianya sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien. Karena pentingnya komoditas kopi Arabika, maka perlu juga dilakukan pengkajian mengenai analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mengetahui apakah usahatani kopi Arabika di daerah penelitian sudah tergolong efisien, belum efisien, atau tidak efisien.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat produktivitas kopi Arabika di daerah penelitian? 2. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani kopi Arabika di daerah penelitian?
Universitas Sumatera Utara
3. Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi buah kopi Arabika di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penellitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan tingkat produksi kopi Arabika di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani kopi Arabika di daerah penelitian. 3. Menentukan strategi peningkatan produksi kopi Arabika di daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara