I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik untuk menunjang proses metabolisme dalam tubuhnya maupun untuk pemenuhan kebutuhan sehari–hari seperti mandi, mencuci, masak, untuk irigasi daerah pertanian, perikanan, transportasi maupun untuk industri. Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira–kira 60–70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya tergantung dengan berat badan. Untuk orang dewasa kira–kira memerlukan air 2.200 gram setiap harinya. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat–zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekurangan air. (Sutrisno, 1987) Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf hidup manusia, akan terjadi peningkatan jumlah kebutuhan air, khususnya untuk keperluan rumah tangga, antara lain untuk mandi, mencuci, masak dan untuk air minum. Dengan meningkatnya pertumbuhan kota dan berkembangnya dunia industri sebagai bukti keberhasilan pembangunan, telah mendorong pula timbulnya permasalahan lingkungan hidup yang semakin beragam bentuknya. Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupan yang mau tidak mau menambah pengotoran atau
1
2
pencemaran air. Padahal, pada jaman dahulu manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air cukup mengambil dari sumber–sumber air, tapi saat ini, khususnya di perkotaan akan sangat sulit menemukan sumber air yang masih layak dipergunakan. Pencemaran air akan menurunkan kualitas air, yang tentunya dapat mengganggu kesehatan msyarakat yang mengkonsumsi air tersebut. Jika permasalahan ini tidak ditangani secara bijaksana akan membawa dampak yang lebih buruk lagi. Kota Yogyakarta luasnya 3200 km2, jumlah penduduk 4, 40 juta jiwa, dan kepadatan penduduk rata-rata 1. 065 per km2 (Bernas, 14 Oktober 2004). Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perubahan pola hidup masyarakat Yogyakarta, telah menimbulkan penurunan kualitas air sungai dan air tanah. Penurunan kualitas air sungai dan air tanah ini antara lain karena aktivitas masyarakat yang beragam, juga karena masuknya bahan pencemar ke sungai maupun air tanah. Sumber pencemar dapat berupa limbah rumah tangga, limbah industri, maupun limbah dari daerah pertanian. Salah satu sungai di Yogyakarta yang airnya telah tercemar adalah sungai Code. Dengan berkembangnya kota ini, maka peranan sungai Code berubah fungsi karena tidak lagi memenuhi kebutuhan hidup, tetapi menjadi sarana pembuangan sampah dan limbah. Sebagian besar pinggiran sungai dipadati oleh hunian yang pada umumnya ditempati oleh para urban. Dengan semakin meningkatnya kegiatan dalam masyarakat, telah terjadi pencemaran dalam air Code, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, S. J. (1995), diketahui bahwa tingkat pencemaran sungai
3
Code yang memasuki daerah perkotaan cukup berat, karena limbahnya kompleks sehingga kemampuan sungai Code untuk mendekomposisi limbah berkurang. Penelitian lainnya dilakukan Peday, Y. F. (2000), dan diketahui bahwa sungai Code telah tercemar oleh E. coli dengan kisaran 2067/100 ml sampai 240.000/100 ml yang berasal dari limbah domestik dan peternakan. Pencemaran sungai Code ini kemungkinan dapat berpengaruh terhadap kualitas air tanah yang ada di kawasan sekitar sungai Code tersebut. Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota Yogyakarta dimana sebagian wilayahnya dilalui sungai Code, seperti wilayah Jetisharjo, Gondolayu dan Gowongan. Kecamatan Jetis memiliki jumlah penduduk sekitar 37. 478 jiwa dengan 6.221 kepala keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, masyarakat di Kecamatan Jetis menggunakan sungai Code, sumur gali, sumur pompa tangan, distribusi air dari PDAM Tirta Marta dan belik. Terdapat 318 sumur gali milik pribadi, 439 sumur gali umum, 82 sumur pompa tangan, 4.352 sambungan rumah dari PDAM, 30 kran umum dan 11 bak penampungan air dari belik di kecamatan Jetis (DinKes Kota Yogyakarta, 2003). Beberapa sumber air ini letaknya tidak terlalu jauh dari sungai Code yang airnya telah tercemar dan kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas air dari sumbersumber tersebut. Untuk mendapatkan dan menjaga sumber air yang telah memenuhi standar kualitas dan peruntukkannya perlu dilakukan penelitian kualitas sumber–sumber air yang digunakan masyarakat, sehingga masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya akan air yang berkualitas dan terhindar dari
4
gangguan akibat mengkonsumsi air yang tidak berkualitas. Untuk itu diperlukan adanya pengujian terhadap kualitas air dari sumur gali dan mata air/belik, yang meliputi parameter fisik, kimia dan mikrobiologinya.
B. Permasalahan Dari uraian–uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah air dari sumur dan belik yang ada di kawasan sekitar Sungai Code Kecamatan Jetis memenuhi syarat sebagai sumber air bersih berdasarkan parameter fisik, kimia dan mikrobiologis ? 2. Apakah ada perbedaan kualitas air sumur gali, belik dan Sungai Code ? 3. Apakah ada hubungan jarak sungai Code dan sumber air dengan kualitas air dari sumur gali dan belik yang ada di sekitar Sungai Code Kecamatan Jetis ? 4. Apakah ada perbedaan kualitas air berdasarkan interval jarak dari Sungai Code?
5
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui tingkat kelayakan air sumur gali dan belik yang ada di sekitar sungai Code Kecamatan Jetis sebagai sumber air bersih, mengacu pada Permenkes RI No. 416 tahun 1990 (Standar Kualitas Air Bersih). 2. Mengetahui perbedaan kualitas air sumur gali, belik dan Sungai Code. 3. Mengetahui hubungan jarak Sungai Code dan sumber air dengan kualitas air dari sumur gali dan belik yang ada di sekitar Sungai Code Kecamatan Jetis. 4. Mengetahui perbedaan kualitas air berdasarkan interval jaraknya dari Sungai Code.
D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai kualitas air sumur gali dan belik yang ada di sekitar Sungai Code Kecamatan Jetis, khususnya parameter yang diteliti. Sehingga dalam pemanfaatannya tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat yang menganggap air yang jernih selalu aman untuk dikonsumsi.