1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Proses produksi pada perusahaan manufaktur merupakan hal yang sangat krusial karena didalamnya terkandung biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal diperlukan pengendalian terhadap biaya produksi, hal tersebut perlu dilakukan agar biaya produksi yang digunakan dapat seefisien mungkin. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai alat pengendalian terhadap biaya produksi yaitu dengan menetapkan biaya standar. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membiayai kegiatan produksi yang efisien (Mulyadi, 2005). Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bentuk perusahaan
manufaktur
yang
mempunyai
peranan
penting
dalam
pertumbuhan perekonomian masyarakat. Terdapat tiga faktor yang mendasari pentingnya keberadaan UKM. Faktor pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif.
Kedua
adalah
UKM
sering
mencapai
peningkatan
produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi dalam langkah mengembangkan usahanya. Ketiga adalah UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas usaha dibandingkan dengan usaha besar jika terjadi krisis ekonomi khususnya (www.ekonomirakyat.org, 2011). Menurut Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, pada tahun 2009 jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah berjumlah sekitar 52.764.603 unit dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 2,01% menjadi 53.823.732 unit. Selain itu pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja 96.211.332 orang dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 3,32% menjadi 99.401.775 orang.
2
Tabel 1. Perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja mikro, kecil, dan menengah tahun 2009-2010 Tahun 2009*)
Tahun 2010**)
(Unit)
Jumlah 52.769.280
Jumlah 53.828.569
Jumlah 1.059.289
(%) 2,01
(Unit)
52.176.795
53.207.500
1.030.705
1,98
(Unit)
546.675
573.601
26.926
4,93
(Unit)
41.133
42.631
1.498
3,64
(Unit)
52.764.603
53.823.732
1.059.129
2,01
2.Tenaga Kerja
(Orang)
98.886.003
102.241.486
3.355.483
3,39
Usaha Mikro
(Orang)
90.012.694
93.014.759
3.002.065
3,34
(Orang)
3.521.073
3.627.164
106.091
3,01
(Orang)
2.677.565
2.759.852
82.287
3,07
(Orang)
96.211.332
99.401.775
3.190.443
3,32
Indikator
Satuan
1.Unit Usaha Usaha Mikro Usaha Kecil (UK) Usaha Menengah(UM) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Kecil (UK) Usaha Menengah(UM) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Perkembangan
Sumber: Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2011 Keterangan: *) Angka sementara **) Angka prediksi
Menjalankan usaha dalam skala kecil dan menengah mengalami beberapa hambatan salah satunya adalah kelemahan dalam manajemen keuangan seperti keterbatasan pengetahuan dalam mengelola pengeluaran dan pendapatan dari penjualan produk (www.suaramerdeka.com, 2011). Sehingga usaha berjalan tidak efisien. Oleh karena itu diperlukan pengendalian biaya produksi dengan menetapkan biaya standar untuk biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Suatu produksi dianggap mencapai efisiensi apabila dalam pembuatan barang tidak ada yang dirugikan baik kualitas maupun kuantitas. Semua berjalan ke arah kualitas yang lebih baik tanpa mengurangi nilai yang ada pada suatu barang. Selain itu produksi barang bisa menjadi lebih baik dalam segi kualitas tanpa harus menambahkan jumlah pasokan. Beberapa strategi untuk dapat meningkatkan efisiensi biaya dan penerapan biaya standar
3
adalah dengan pengunaan bahan baku barang yang diperoleh dengan harga terendah untuk setiap unit barang. Dan adanya kebijakan penurunan biaya dengan cara mengurangi penggunaan beberapa bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi tanpa menurunkan kualitas barang (strategiefisiensi.com, 2012). Usaha Cireng Cageur Grup merupakan UKM yang cukup dikenal di kota Bogor. Hal ini dikarenakan usaha Cireng Cageur Grup merupakan pelopor usaha cireng modern di kota Bogor. Cireng merupakan makanan tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat sunda. Tabel 2. Data produksi UKM Cireng Cageur Grup Tahun Jumlah produksi cireng 2009 1.571.400 2010 1.343.376 2011 1.072.170 Sumber: Data UKM Cireng Cageur Grup, 2011 Dimana dari data tersebut dapat dilihat terjadinya penurunan jumlah produksi cireng setiap tahunnya dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Sehingga diperlukannya penetapan biaya standar untuk pengendalian biaya, efisiensi dan mendorong upaya kemungkinan pengurangan biaya produksi (Rony, 1990). Agar usaha Cireng Cageur grup dapat bertahan dalam industri makanan ringan khususnya. Dalam menjalankan produksinya, UKM Cireng Cageur Grup belum menerapkan biaya standar secara baik dan konsisten sehingga tingkat efisiensi proses produksi belum diketahui. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada UKM Cireng Cageur Grup Bogor”. 1.2. Perumusan Masalah UKM Cireng Cageur Group merupakan salah satu unit usaha kecil dan menengah yang memproduksi makanan tradisional Jawa Barat yaitu aci goreng. Lokasi jalan ceremai bantarjati kaum RT.001/012, kel. bantarjati, Bogor Utara 16153. Cireng yang diproduksi ada enam macam rasa, yaitu keju, ayam pedas, baso pedas, kornet pedas, kornet tidak pedas, dan sosis
4
pedas. Pembuatan cireng membutuhkan tepung kanji, tepung terigu, air, penyedap rasa, garam, susu skim, dan pengembang dan bahan tambahan yaitu ayam, keju, kornet sapi, baso dan sosis. Biaya produksi UKM Cireng Cageur Group terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Selama ini biaya produksi UKM tersebut belum dikelola dengan baik. Biaya produksi yang tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan kerugian. UKM tersebut sebelumnya telah membuat standar biaya produksi yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi cireng. Pengendalian biaya sangat diperlukan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan secara efisien. Pengendalian dilakukan dengan membandingkan antara biaya standar dengan realisasinya. Jika terjadi varians (selisih) antara biaya standar dengan realisasinya perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya varians tersebut. Pentingnya analisis varians antara biaya standar dengan realisasinya untuk pengendalian produksi dalam efisiensi biaya produksi menjadikan peneliti melakukan kajian dengan judul “Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Produksi (studi kasus: UKM Cireng Cageur Group)”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana penerapan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Cireng Cageur Group?
2.
Bagaimana varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual pada UKM Cireng Cageur Group?
3.
Apakah varians yang terjadi masih dalam batas pengendalian manajemen UKM Cireng Cageur Group?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui penerapan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Cireng Cageur Group.
5
2.
Menganalisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual pada UKM Cireng Cageur Group.
3.
Mengevaluasi varians yang terjadi apakah masih dalam batas pengendalian manajemen UKM Cireng Cageur Group.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada pemilik usaha dalam penerapan biaya standar untuk mencapai efisiensi produksi.
2.
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya dan informasi dalam penerapan sistem biaya standar sebagai alat pengendalian produksi.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas tentang analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi untuk meningkatkan efisiensi biaya di UKM Cireng Cageur Group. Analisis penelitian ini berfokus pada penerapan biaya standar bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik; analisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya yang sebenarnya terjadi; dan pengelolaan dalam mengendalikan biaya produksi. Penelitian ini hanya membahas tiga rasa cireng, yaitu cireng rasa kornet pedas, cireng rasa ayam pedas dan cireng rasa keju pada UKM Cireng Cageur Group.