1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangakan strategi perusahaan agar dapat mempertahankan eksistensinya, baik strategi jangka pendek maupun strategi jangka panjang. Masalah penggabungan usaha selalu menarik perhatian karena banyak aspek dan kepentingan yang terkait. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Melalui penggabungan beberapa usaha, diharapkan perusahaan-perusahaan itu dapat meningkatkan pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada. Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan melakukan merger dan akuisisi bertujuan untuk membuat skala bisnis menjadi lebih besar di tengah kompetisi. Merger dan akuisisi merupakan alternatif investasi modal pertumbuhan secara internal.
Merger terjadi ketika dua organisasi yang
berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha sedangkan akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli suatu perusahaan yang lebih kecil atau sebaliknya. Merger dan akuisisi di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang menarik bagi banyak perusahaan baik domestik maupun asing untuk melakukannya. Merger di Indonesia secara umum diatur dalam Undang-undang No.1/1995 mengenai Perseroan
Terbatas,
Penggabungan,
Peraturan
Peleburan
dan
Pemerintah
No.
Pengambilalihan
27/1998
mengenai
Perseroan
Terbatas,
Peraturan Pemerintah No. 28/1999 mengenai Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dan peraturan-peraturan lain yang terkait. Untuk perusahaan
2
Terbuka, merger diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.G.1 mengenai Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) mencatat nilai merger dan akuisisi atau penggabungan usaha selama tahun 2011 mencapai Rp 70,3 triliun yang terdiri atas transaksi sesama perusahaan asing Rp 39,5 triliun, perusahaan asing dan perusahaan Indonesia Rp 26,2 triliun, serta sesama perusahaan lokal Rp 4,6 triliun. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2010. (Sumber: http://www.kabarbisnis.com) Pada tahun 2005, menurut Dealogic’s Invesment Banking Review, Asia tampil di posisi teratas dalam merger dan akuisisi global pada kuartal pertama dengan nilai kesepakatan yang diumumkan melonjak sebesar 75% dari periode yang sama tahun lalu yang jauh lebih cepat daripada kawasan manapun. Indonesia menjadi salah satu
negara
yang menunjukan
pertumbuhan terkuat dengan nilai kesepakatan merger dan akuisisi meningkat sebesar 37% menjadi US$ 5,4 miliar. (Sumber: http://www.merdeka.com) Contoh perusahaan yang pernah melakukan aktivitas akuisisi di tahun 2005 adalah PT Indofood Sukses Makmur. Pada 1 Juni 2005 perusahaan ini melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas mengakuisisi PT Kebun Ganda Prima dan PT Citranusa Intisawit senilai Rp. 175 miliar atau 100% saham dari Silveron Investment Ltd Milik Reserve Cash Ltd pemegang saham KGP dan CI. Akuisisi ini adalah akuisisi eksternal perusahaan yang bergerak dalam perkebunan sawit di Kalimantan Barat seluas 27 ribu hektar. (Sumber: Dokumentasi Bursa Efek Indonesia) Contoh lain adalah merger yang dilakukan oleh PT Hanson International Tbk yang mengakuisisi 50% saham PT Panca Amara Utama pada 15 April 2005. Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan PT Hanson Industri Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Hanson International Tbk dan beralih menjadi perusahaan investasi. (Sumber: Dokumentasi Bursa Efek Indonesia) Selain dua perusahaan diatas, pada tahun 2005 tercatat 19 perusahaan terbuka yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi di Indonesia. Enam
3
diantaranya bertindak sebagai perusahaan pengakuisisi, yaitu Indofood Sukses Makmur, Hanson International,
Kalbe Farma, Bakrie Sumatera
Plantation, Medco Energy International, dan Bat Indonesia. Sedangkan 13 perusahaan lainnya berindak sebagai perusahaan target, yaitu Bank NISP, Bank Buana Indonesia, Bank Lippo, Bank Arta Graha, Cahaya Kalbar, Gajah Tunggal, HM Sampoerna, Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, Lippo Karawaci, Excelkomindo Pratama, Ring Tenders Indonesia, Summitplast, dan Duta Semesta Mas. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, salah satunya kinerja keuangan. Perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak dari kinerja perusahaan dan keadaan finansialnya. Setelah melakukan merger dan akuisisi, posisi keuangan perusahaan mengalami
perubahan
dan
tercermin
dalam
laporan
keuangannya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005).” 1.2. Perumusan Masalah Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menarik untuk dianalisis karena aktivitas merger dan akuisisi mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan, diantaranya investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Pada tahun 2005 tercatat banyak aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan publik, namun penelitian ini fokus untuk menganalisis dampak merger dan akuisisi pada perusahaan publik dari sektor manufaktur. Dipilihnya perusahaan yang berasal dari sektor manufaktur dilatarbelakangi oleh fakta bahwa mayoritas perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 2005 adalah perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur. Perusahaan yang menjadi fokus penelitian ini diantaranya Indofood Sukses Makmur, Hanson International, dan Kalbe Farma.
4
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Apakah alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi? 2. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi? 3. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah merger dan akuisisi? 4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah merger dan akuisisi? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi. 2. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi. 3. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah merger dan akuisisi. 4. Menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan manufaktur perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat mengukur perubahan kinerja keuangan perusahaan setelah dilakukannya merger dan akuisisi serta memberikan masukan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan langkah perusahaan selanjutnya. 2. Bagi Investor Melalui penelitian ini diharapkan investor dapat mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap fundamental perusahaan melalui kinerja keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
5
3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi, pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian lebih lanjut di permasalahan yang sejenis atau bersangkutan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini berkaitan dengan analisis data laporan keuangan periode lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dimana perusahaan tersebut melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 2005. Selanjutnya dilakukan uji beda dengan paired sample t test untuk melihat adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.